Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Rabu, 29 Februari 2012

Saya adalah Setan

Di sebuah pasar seorang wanita berjilbab lengkap dengan cadarnya lewat di depan wanita penjual sayur, tiba-tiba penjual sayur itu nyeletuk, “Awas, ada setan lewat!”. Semua orang lantas menoleh ke arah ibu yang berjilbab dan bercadar tersebut.


Merasa tidak enak dengan perkataan ibu tersebut Sang wanita bercadar itu kemudian mendekatinya kemudian bertanya, “Apa yang ibu katakan setan itu adalah saya?“

Dengan tergagap si penjual sayur tersebut terpaksa menjawab, “Ya.”
si wanita berjilbab menjawab: “Benar, saya adalah setan sehingga saya menutup wajah saya. Jika saya menampakkan wajah saya maka suami ibu akan takluk di hadapan saya.” Kata wanita bercadar tersebut, kemudian membuka penutup wajahnya maka terlihatlah wajahnya yang sangat cantik jelita membuat ibu penjual sayur tercengang.
-----------------------------------------------------

Apa yg bisa engkau ambil pelajaran dari cerita sangat singkat ini saudaraku..?????

Indahnya " Malam Pertama "

Satu hal sebagai bahan renungan kita untuk merenungkan indahnya "Malam Pertama"..
tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata,
bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam & Hawa.
Justru, malam pertama perkawinan kita dgn SANG MAUT.

Sebuah malam yg meninggalkan isak tangis sanak-saudara.
Hari itu, mempelai sangat dimanjakan.
Mandipun, harus dimandikan.
Seluruh badan kita terbuka.
Tdk ada sehelai benang pun menutupinya.
Tdk ada sedikitpun rasa malu.

Seluruh badan digosok & dibersihkan.
Kotoran dari lubang hidung & anus dikeluarkan.
Bahkan, lubang-lubang itupun ditutupi kapas putih.
Itulah sosok kita. Itulah jasad kita waktu itu.

Setelah dimandikan,
kita pun akan dipakaikan gaun cantik berwarna putih.
Kain itu jarang orang memakainya,
karena sangat terkenal yaitu bernama KAFAN.

Wewangian ditaburkan kebaju kita.
Bagian kepala, badan & kaki diikat.
Tataplah.. tataplah...itulah wajah kita.
Keranda pelaminan, langsung disiapkan.
Pengantin bersanding sendirian.
Mempelai diarak keliling kampung yg dihadiri tetangga menuju istana keabadian sebagai simbol asal-usul.

Kita diiringi langkah gontai seluruh keluarga,
serta rasa haru para handai taulan.
Gamelan syahdu bersyairkan ADZAN dan KALIMAH DZIKIR.
Akad nikahnya bacaan TALKIN.
Berwalikan LIANG LAHAD.
Saksi-saksinya NISAN-NISAN yg telah tiba dahulu.
Siraman air mawar, pengantar akhir kerinduan.

Akhirnya, tiba masa pengantin,
menunggu & ditinggalkan sendirian


untuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah kehidupan.
Malam pertama yg indah atau meresahkan.
Ditemani rayap-rayap & cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah & ketika 7 langkah terakhir telah pergi,

SANG MALAIKAT pun datang lalu bertanya..
Kita tidak tahu apakah akan memperoleh NIKMAT KUBUR
ataukah kita akan memperoleh SIKSA KUBUR.
Kita tidak tahu & tidak seorang pun yg tahu.

Ini khusus buat teman-teman yg tersayang yg dapat merasakan & menyadari bahwa kita ini sedang mengantri untuk merasakan malam pertama kita. Anehnya terkadang kita tidak pernah galau atau ketakutan akan malam itu. Bahkan tidak pernah menangis & berpasrah atas nama ALLAH SWT. Betapa sombongnya kita. Semoga ALLAH SWT memberkahi kita semua.. Amin..

Tiap hari inilah yang kita lalui. Susah & senang, dunia semu yang mengasyikkan, telah menyita perhatian kita. Sedangkan dunia masa depan yg kemudian, lupa kita isi dengan hal-hal yg dapat menyinari jiwa yg nantinya akan kita bawa kepada-Nya.
Mengapa susah menerima kebenaran? Apakah kerana kosongnya jiwa yg tidak dapat terisi oleh kebenaran & cahaya kalam Ilahi..?
Marilah membuat keseimbangan dalam kehidupan kita sebelum kita menuju ke "MALAM PERTAMA" kita...


Bukti Adanya Surga Dan Neraka

Dalil-dalil yang menunjukkan sudah adanya Surga dan Neraka di dalam Al Qur’an sangat banyak, di antaranya :

Allah berfirman :
“Maka takutlah kalian terhadap Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang telah disediakan bagi orang-orang kafir.” (Al Baqarah : 24)

“Sesungguhnya Kami telah menyediakan bagi orang-orang dhalim itu api Neraka yang pagarnya melingkupi mereka.” (Al Kahfi:29)

“Dan telah Kami sediakan Jahannam untuk mereka dan Neraka Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al Fath:6)

“Dan telah Kami sediakan Neraka Sa’ir bagi orang-orang yang telah mendustakan hari kiamat.” (Al Furqan:11)



Demikianlah akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang dibangun di atas Al Qur’an dan As Sunnah, bukan berdasarkan lamunan, khayalan, hasil pemikiran, simposium sehari atau yang sejenisnya.

Memohon Surga Dan Berlindung Dari Api Neraka.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah bersabda: “Barangsiapa memohon Surga kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tiga kali maka Surga akan berkata: ‘Ya Allah masukkanlah dia ke dalam Surga.’ Dan barangsiapa memohon perlindungan dari Neraka tiga kali maka Neraka akan berkata: ‘Ya Allah, jauhkanlah dia dari Neraka.’ “ (HR. Tirmidzi dalam Sunan-nya kitab Shifatul Jannah bab Ma Ja’a fi Shifatin Nar wal Jannah 2572-Syakir.

Dalam Shahih Tirmidzi 2079 Al Albani berkata: Shahih):
Dari ‘Adi bin Hatim (ia berkata): “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: ‘Barangsiapa di antara kalian sanggup mendinginkan Neraka walau dengan separuh buah kurma maka hendaklah ia lakukan.’ “ (HR. Muslim dalam Shahih-nya. Kitabuz Zakat bab Al Hatstsu ‘alash Shadaqah nomor 1016)

Beberapa Sifat Para Penghuni Surga Dan Neraka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Surga dan Neraka bertengkar. Surga berkata: ‘Yang masuk ke dalamku adalah orang-orang yang lemah dan miskin.’ Neraka berkata: ‘Yang masuk ke dalamku adalah orang-orang yang keras dan sombong.’ Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada Neraka: ‘Engkau adalah adzab-Ku. Aku menyiksa denganmu siapa pun yang Aku kehendaki.’ Dan berkata kepada Surga: ‘Engkau adalah rahmat-Ku, Aku rahmati denganmu siapa pun yang Aku kehendaki.’ Dan masing-masing kalian akan Aku penuhi.’ “ (HR. Bukhari dalam Kitabut Tauhid bab 25 dari Abu Hurairah hadits 7449. Muslim dalam Kitabul Jannah bab An Nar Yadkhuluhal Jabbarun wal Jannah Yadkhuluhadl Dlu’afa nomor 34-36 dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id dan lain-lain).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Para penghuni Neraka adalah setiap orang yang kasar, gemuk sampai miring dalam berjalan dan orang2 yang sombong.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 6/169, 214 dari Abdullah bin ‘Amr. Al Hakim dalam Mustadrak-nya 2/499 dari Abdullah bin ‘Amr 3/619 dari Suraqah. Ath Thabrani dalam Al Kabir 6589 dari Suraqah. Lihat juga Shahihul Jami’ 2529 dan Ash Shahihah 1741).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Dua jenis penduduk Neraka yang belum pernah aku lihat, (yaitu) suatu kaum yang membawa cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang dan para wanita yang memakai pakaian tapi hakekatnya telanjang, menyimpang dari ketaatan kepada Allah, kepala-kepala mereka seperti punuk onta yang miring. Mereka (para wanita) itu tidak akan masuk ke dalam Surga dan tidak mendapati baunya, padahal baunya tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim nomor 52, 125 atau 2128. Ahmad 2/356, 440 dan lain-lain. Lihat juga Shahihul Jami’ 3799 oleh Al Albani dan beliau menshahihkannya).


Dari Imran bin Hushain berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: ‘Sesungguhnya penghuni Surga yang paling sedikit adalah para wanita.’ “ (HR. Muslim 95, 2738. An Nasa’i 385)
-------------------------------------------------------------------------
Perbandingan Antara Panasnya Api Dunia Dengan Api Neraka

Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“ ‘Api kalian ini yang dinyalakan oleh anak Adam adalah satu bagian dari 70 bagian Neraka Jahannam.’ Ada shahabat yang berkata: ‘Wahai Rasulullah, ini saja sudah demikian keadaannya.’ Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya yang lainnya ada 69 bagian lagi semuanya seperti itu panasnya.’ “ (HR. Malik dalam Muwaththa’ 2/324. Ahmad dalam Musnad-nya 2/467. Bukhari dalam kitab Bad’ul Khalqi bab Shifatin Nar hadits 3265. Muslim dalam Kitabul Jannah bab Fii Syiddati Narri Jahannam dan lain-lain. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Tirmidzi nomor 2088, 2089 dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id. Lihat juga At Ta’liqur Raghib 4/226).
----------------------------------------------
Kerasnya Adzab Bagi Para Ahli Neraka

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah para penggambar ( Pelukis ).” (HR. Bukhari dalam Kitabul Libas bab ‘Azabul Mushawirin Yaumal Qiyamah hadits 595 – Fath dari Ibnu Mas’ud. Muslim dalam Kitabul Libas bab Tahrim Tashwir hadits 98 atau 2109 dari Ibnu Mas’ud dan lain-lain. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan An Nasa’i 9950 dan Ghayatul Maram 119).
------------------------------------------------------------------------------------
Kekalnya Penduduk Surga Dan Neraka Serta Peristiwa Penyembelihan Maut

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Bila penduduk Surga dan penduduk Neraka (masing-masing) sudah masuk ke dalamnya, maut (kematian) didatangkan hingga dijadikan di antara Surga dan Neraka, kemudian disembelih. Setelah itu ada yang menyeru: ‘Wahai para penghuni Surga, tidak ada lagi kematian. Maka bertambahlah kegembiraan penghuni Surga. Wahai penghuni Neraka, tidak ada lagi kematian. Maka bertambahlah kesedihan penghuni Neraka.’ ” (HR. Bukhari dalam Kitabut Tafsir bab Wa Andzirhum Yaumal Nasyrah hadits 473 dari Abu Sa’id dan Kitabur Riqab bab Shifatul Jannah wan Nar hadits 6584 dari Ibnu Umar dan dalam lafadh Abu Sa’id: “(Maut itu) seperti kambing gemuk.” Muslim dalam Kitabul Jannah bab An Nar Yadkhuluhal Jabbarun hadits 143 dan 285 dari Ibnu Umar dan lain-lain. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Tirmidzi 2083 dan lihat ta’liq beliau dalam Adl Dla’ifah 2669)
---------------------------------------------------------------------

Orang Bertauhid Yang Disiksa Di Neraka Akan Dikeluarkan Darinya.


Sedikit kabar gembira dariRasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bagi hamba yg tetap meyakini Tauhid akan adanya Tuhan tetapi banyak bermaksiat, Nabi bersabda :

“Akan diadzab segolongan orang bertauhid sampai mereka menjadi abu, kemudian mereka mendapatkan rahmat sehingga mereka dikeluarkan dan dicampakkan ke pintu Surga. Para penghuni Surga akan menyiramkan air kepada mereka sehingga mereka tumbuh seperti tumbuhnya tanaman di tempat subur lalu mereka masuk Surga.” (HR. Tirmidzi dalam kitab Shifat Jahannam 2597 bab 10 dari Jabir radhiallahu ‘anhu. Lihat Shahih Tirmidzi 2094 dan lain-lain).

Di antara faedah yang dapat dipetik dari penjelasan di atas adalah bantahan terhadap pendapat atau keyakinan yang menyatakan bahwa orang Islam yang masuk Neraka tidak akan keluar lagi. Pendapat mereka itu adalah sesat. Hendaklah mereka segera bertaubat kepada Allah dan kembali kepada pemahaman Ahlus Sunnah wal Jamaah, sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat. Neraka itu ada tujuh lapis dan surgapun ada tujuh lapis. Sedangkan yg kekal selama-lamanya didalam neraka adalah mereka yg mendiami Neraka Jahanam, yaitu mereka yg mendustakan ayat-ayat Allah, orang kafir dan orang2 yg menyekutukan Allah.

Demikianlah gambaran singkat tentang Surga dan Neraka. Sesungguhnya masih banyak dalil-dalil yang membicarakan tentang Surga dan Neraka tetapi cukuplah kiranya beberapa hadits yang shahih sebagai peringatan bagi kita semua.

Ya Allah ya Rabb kami, jauhkanlah kami dari Neraka-Mu dan masukkanlah kami ke Surga-Mu.
“Maka barangsiapa yang dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, sesungguhnya ia telah beruntung. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Ali Imran:185)
Wallahu A’lam Bis Shawab.


Ukhti Fillah, Hati-Hati Virus Merah Jambu..!

Pagi itu, handphone Nokia kesayangan seorang ukhti berbunyi.

"Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti ".
Dada membuncah hampir meledak bahagia. "Dia bahkan ingat hari lahirku !". Dibacanya dengan berbunga-bunga. Tapi pengirimnya..?

Sender : Akhwat...+6285233xxxxxx

Senyumpun tergurat memudar. Tarikan napas panjang. Kecewa, bukan dari dia.
Ringtone-nya berbunyi lagi. 1 sms lagi masuk.

"Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti "

Sender : Ikhwan...+628179823xxx



Dia..! Akhirnya yg ditunggu2 itu sms juga. Semburat jingga pagi jadi lebih indah berlipat-lipat. Senyumnya mengembang lagi. Dan bunga-bunga itu mekar pula.

Cerita di atas tadi adalah sebaris gerak hati seorang akhwat*di sekitar kita yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Gerak hati yang mungkin pernah bersemayam di dada kita juga. Bisa jadi kita mengangguk-angguk tertawa kecil atau berceletuk pelan, ”Seperti aku nih,” saat membacanya.

Mari kita cermati fenomena terakhir dari cerita tadi. Kalimat SMS keduanya persis sama, yang intinya mengucapkan dan mendoakan atas hari lahir atau ulang tahun atau Happy Milad. SMSnya sama persis tapi berhasil menimbulkan rasa yang jelas berbeda. Karena memang ternyata lebih berarti bagi si akhwat adalah pengirimnya, bukan apa yang dikatakannya di sms.

Namun sebenarnya, apakah Allah membedakan doa laki-laki dan perempuan? Mengapa menjadi lebih bahagia saat si 'Gagah' yang mendoakan? Semoga selain mengangguk-angguk dan tertawa kecil, kita juga berani memandang dari sudut pandang orang ketiga. Dengan memandang tanpa melibatkan rasa (atau nafsu), kita akan bisa berpikir dengan cita rasa lebih bermakna.

Dan akhirnya, cerita2 dari sms tadi terus berlanjut. Hanya sms-sms biasa tanpa embel-embel kata mesra dan bunga2 cinta. Hanya sms sekedar memngingatkan untuk sholat atau jam tahajud sudah tiba waktunya.

Suatu hari yang cerah, sang akhwat mendapat kiriman kartu dari si ikhwan itu. Sebuah kartu biru yang sangat cantik. Tapi sayang, isinya tidak secantik itu. Isinya justru menghancurkan hati akhwat menjadi berkeping-keping tak berbentuk lagi. Kartu biru itu adalah kartu undangan pernikahan si ikhwan. Dengan akhwat lain, tentu saja. Berbagai Tanya ditelannya. Mengapa dia menikah dengan akhwat lain? Bukankah dia sering mengirim SMS padaku? Bukankah dia sering me-miscall ku untuk qiyamull lail? Bukankah dia ingat hari lahirku? Bukankah dia suka padaku? Mengapa? Mengapa???

Dan air matapun berjatuhan di atas bantal yang diam. Teman, jangan bilang, yaa!!! Sebenarnya dia hanya tidak tahu, ikhwan itu juga mengirimkan SMS, miscall, mengucapkan selamat hari lahir dan bersikap yang sama ke berpuluh-puluh akhwat yg lainnya!

Ironis. Sedih, tapi menggelikan, menggelikan tapi menyedihkan. Sekarang siapa yang bisa disalahkan? si ikhwan yg mengirim sms? Tentu saja TIDAK ! Akhwat memang seyogyanya menyadari dari awal, SMS-SMS yang terasa indah itu bukan tanda ikatan yang punya kekuatan apa-apa. Siapa yang menjamin bahwa ikhwan itu ingin menikahinya? Bila ia berharap, maka harapanlah yang akan menyuarakan penderitaan itu lebih nyaring.

Tetapi saya ingatkan juga kpd para ikhwan, akhi juga tak bisa lari dari tanggung jawab ini.
Allahualam apapun niatnya, semurni apapun itu, ingatlah, SMS melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Putih maksud si pengirim, tak menjamin putihnya juga si penerima. Bisa jadi ia akan berwarna merah muda. Merah muda di suatu tempat di hati atau menjadi rona di pipi yang tak akan bisa disembunyikan di depan Allah.

Bagi perempuan, para ukhti dan akhwat saudariku..SMS-SMS dan bentuk perhatian sejenis dari laki-laki bisa menimbulkan rasa yang sama bentuknya dengan senyuman, kedipan menggoda, dan daya tarik fisik perempuan lainnya bagi laki-laki.

Menimbulkan sensasi yang sama. Ketika perempuan bertanya berbagai masalah pribadinya padamu, seringkali bukan solusi yang ingin dicari utamanya. Melainkan dirimu. Ya, sebenarnya perempuan ingin tahu pendapatmu tentang dia, apakah dirimu memperhatikannya, bagaimana caramu memandang dirinya. Dirimu, dirimu, dan dirimu, dan kami ”kaum hawa”- sayangnya, juga memiliki percaya diri yang berlebihan, atau bisa dibahasakan lain dengan mudah Ge-Er duluan. Jadi, tolong hati-hati dengan perhatianmu itu.

Paling menyedihkan saat ada seorang aktivis yang tiba-tiba berkembang gerak dakwahnya atau semangat qiyamul lailnya karena terkait satu nama. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Ketika kita menyandingkan niat tidak karena Allah semata, maka apalah harganya! Apa harganya berpeluh-payah bukan karena DIA, tapi karena dia. Seseorang yang sama sekali bukan apa-apa, lemah seperti manusia lainnya.

Laki-laki dan wanita diciptakan berbeda bukan saling memusuhi, bukan juga saling bercampur tak bertepi, tapi semestinya saling menjaga diri. Secara fisik, emosional, atau kedua-duanya. SMS tampak aman dari pandangan orang lain, hubungan itu tak terlihat mata. Tapi wahai, syetan semakin menyukainya. Begitu sms 'PUTIH' si ikhwan dikirim, di tempat si penerima setan mengubah warnanya dari putih menjadi warna 'PINK' atau 'MERAH JAMBU'. Mereka berbaris di antara dua handphone itu. Maka dimanapun mereka berada, syaitan tetaplah musuh yang nyata!

Wahai akhwat, bila kau menginginkan SMS-SMS itu, tengoklah inbox-mu. Bukankah disana tersusun dengan manis SMS-SMS dari saudarimu. Saudari-saudarimu yang dengan begitu banyak aktivitas, amanah, kelelahan, dan kesedihan yang sangat memerlukan perhatianmu. Juga begitu banyak teman-temanmu yang belum mengenal Islam menunggu kau bawakan SMS-SMS cahaya dakwah untuk mereka.

Jangan pernah menyikapi datangnya cinta yg memang belum saatnya. Akan ada saatnya. Ya, ada saatnya nanti handphone kita dihiasi SMS-SMS romantis. SMS-SMS yang walaupun hurufnya berwarna hitam semua, tapi tetap bernadakan merah muda. Untuk seseorang dan dari seseorang yang sudah dihalalkan kita berbagi hidup, dan segala kata cinta di alam semesta.

Cinta yang bermuara pada penciptaNya. Cinta dalam Cinta. Bersabarlah untuk indah itu.


"Ummi, abi lagi ngisi ta’lim di kampus A. Di depan abi ada beribu bidadari-bidadari berjilbab rapi, tapi tak ada yang secantik bidadariku di rumah. Miss u my sweety..."

dijawab: "Abi, yang teguh ya, pangeranku, rumah ini terasa gersang tanpa teduh wajahmu. Luv you abi..".

Ya, hanya untuk dia ( suami / istri ) kita tulis the Pinkest Short Massage Services. SMS-SMS yg paling merah muda...
Satu saat insaallah itu akan terjadi, tetep berusaha dan berdoa. Bila sudah tiba saatnya, Allah akan memberikannya dgn cuma-cuma. wallahualam..

********--------*******
 
 

Inginkah Engkau Menjadi Wanita yang Paling Mempesona?

Saudariku…. inginkah kau menjadi wanita paling cantik didunia..?
Inginkah kau menjadi sebaik-baik perhiasan dunia..?
Inginkah kau menjadi pemimpin para bidadari surga..?
Jika kau menginginkannya, renungilah kalimat ini… dan tanamkan dalam benak kita,, semoga kita bisa mengamalkannya, Amiiin…

Engkau yg cantik, dengan jilbab menjadi lebih mempesona dibandingkan matahari..
dengan akhlakmu yg mulia menjadi lebih harum dari minyak wangi..
dengan sikap tawadhu’mu menjadi lebih indah dari bulan purnama..
dan kelembutanmu menjadi lebih sejuk daripada rintik gerimis..

Maka jagalah kecantikanmu selalu dengan keimanan..
Jagalah rasa puas dengan sikap qana’ah
Dan jagalah kehormatanmu dengan hijab yg menutup aurat



Dan ketahuilah bahwa perhiasanmu bukanlah emas, perak, dan permata
akan tetapi pada dua rakaat menjelang subuh,
Kehausan dalam berpuasa,
Sedekah yang dilakukan dengan diam-diam, dan tidak diketahui oleh siapapun kecuali Allah SWT
Air mata berlinang yang menghapus dosa, sujud panjang di atas sejadah, serta rasa malu kepada Allah untuk memenuhi ajakan setan dan bisikan kejahatan..

Maka kenakanlah pakaian ketakwaan
engkau akan menjadi wanita paling cantik di dunia..

********------**********
 
 

Kriteria Memilih Pasangan Hidup

Dalam menentukan kriteria calon pasangan, Islam memberikan dua sisi yang perlu diperhatikan. Pertama, sisi yang terkait dengan agama, nasab, harta, maupun kecantikan. Kedua, sisi lain yang lebih terkait dengan selera pribadi, seperti masalah suku, status sosial, corak pemikiran, kepribadian, serta hal-hal yang terkait dengan masalah fisik, termasuk masalah kesehatan dan seterusnya.

a. Masalah yang Pertama
Masalah yang pertama adalah masalah yang terkait dengan standar umum. Yaitu masalah agama, keturunan, harta, dan kecantikan. Masalah ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW dalam haditsnya yang cukup masyhur.
Dari Abi Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Wanita itu dinikahi karena empat hal : karena agamanya, nasabnya, hartanya, dan kecantikannya. Perhatikanlah agamanya, maka kamu akan selamat.” (HR. Bukhari, Muslim).
Khusus masalah agama, Rasulullah SAW memang memberikan penekanan yang lebih, sebab memilih wanita yang sisi keagamaannya sudah matang jauh lebih menguntungkan ketimbang istri yang kemampuan agamanya masih setengah-setengah. Sebab, dengan kondisi yang masih setengah-setengah itu, berarti suami masih harus bekerja ekstra keras untuk mendidiknya. Itupun kalau suami punya kemampuan agama yang lebih. Tetapi kalau kemampuannya pas-pasan, maka mau tidak mau suami harus ‘menyekolahkan’ kembali istrinya agar memiliki kemampuan dari sisi agama yang baik.
Tentu saja yang dimaksud dengan sisi keagamaan bukan berhenti pada luasnya pemahaman agama atau fikrah saja, tetapi juga mencakup sisi kerohaniannya (ruhiyah) yang idealnya adalah tipe seorang yang punya hubungan kuat dengan Allah SWT. Secara rinci bisa dicontohkan antara lain :
• Aqidahnya kuat.
• Ibadahnya rajin.
• Akhlaqnya mulia.


• Pakaiannya dan dandanannya memenuhi standar busana muslimah.
• Menjaga kohormatan dirinya dengan tidak bercampur baur dan ikhtilath dengan lawan jenis yang bukan mahram.
• Tidak bepergian tanpa mahram atau pulang larut malam.
• Fasih membaca Al-Qur’an Al-Karim.
• Ilmu pengetahuan agamanya mendalam.
• Aktifitas hariannya mencerminkan wanita shalilhah.
• Berbakti kepada orangtuanya serta rukun dengan saudaranya.
• Pandai menjaga lisannya.
• Pandai mengatur waktunya serta selalu menjaga amanah yang diberikan kepadanya.
• Selalu menjaga diri dari dosa-dosa meskipun kecil.
• Pemahaman syari’ahnya tidak terbata-bata.
• Berhusnuzhan kepada orang lain, ramah, dan simpatik.

Sedangkan dari sisi nasab atau keturunan, merupakan anjuran bagi seorang muslim untuk memilih wanita yang berasal dari keluarga yang taat beragama, baik status sosialnya, dan terpandang di tengah masyarakat. Dengan mendapatkan istri dari nasab yang baik itu, diharapkan nantinya akan lahir keturunan yang baik pula. Sebab, mendapatkan keturunan yang baik itu memang bagian dari perintah agama, seperti yang Allah SWT firmankan di dalam Al-Qur’an Al-Karim.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa : 9).

Sebaliknya, bila istri berasal dari keturunan yang kurang baik nasab keluarga, seperti kalangan penjahat, pemabuk, atau keluarga yang pecah berantakan, maka semua itu sedikit banyak akan berpengaruh kepada jiwa dan kepribadian istri. Padahal nantinya peranan istri adalah menjadi pendidik bagi anak. Apa yang dirasakan oleh seorang ibu pastilah akan langsung tercetak begitu saja kepada anak.
Pertimbangan memilih istri dari keturunan yang baik ini bukan berarti menjatuhkan vonis untuk mengharamkan menikah dengan wanita yang kebetulan keluarganya kurang baik. Sebab, bukan hal yang mustahil bahwa sebuah keluarga akan kembali ke jalan Islam yang terang dan baik. Namun masalahnya adalah pada seberapa jauh keburukan nasab keluarga itu akan berpengaruh kepada calon istri. Selain itu juga pada status kurang baik yang akan tetap disandang terus di tengah masyarakat yang pada kasus tertentu sulit dihilangkan begitu saja. Tidak jarang butuh waktu yang lama untuk menghilangkan cap yang terlanjur diberikan masyarakat.
Maka bila masih ada pilihan lain yang lebih baik dari sisi keturunan, seseorang berhak untuk memilih istri yang secara garis keturunan lebih baik nasabnya.

b. Masalah yang Kedua
Masalah kedua terkait dengan selera subjektif seseorang terhadap calon pasangan hidupnya.
Sebenarnya hal ini bukan termasuk hal yang wajib diperhatikan, namun Islam memberikan hak kepada seseorang untuk memilih pasangan hidup berdasarkan subjektifitas selera setiap individu maupun keluarga dan lingkungannya.
Intinya, meskipun dari sisi yang pertama tadi sudah dianggap cukup, bukan berarti dari sisi yang kedua bisa langsung sesuai. Sebab masalah selera subjektif adalah hal yang tidak bisa disepelekan begitu saja. Karena terkait dengan hak setiap individu dan hubungannya dengan orang lain.
Sebagai contoh adalah kecenderungan dasar yang ada pada tiap masyarakat untuk menikah dengan orang yang sama sukunya atau sama rasnya. Kecenderungan ini tidak ada kaitannya dengan masalah fanatisme darah dan warna kulit, melainkan sudah menjadi bagian dari kecenderungan umum di sepanjang zaman. Dan Islam bisa menerima kecenderungan ini meski tidak juga menghidup-hidupkannya.
Sebab bila sebuah rumah tangga didirikan dari dua orang yang berangkat dari latar belakang budaya yang berbeda, meski masih seagama, tetap saja akan timbul hal-hal yang secara watak dan karakter sulit dihilangkan.
Contoh lainnya adalah selera seseorang untuk mendapatkan pasangan yang punya karakter dan sifat tertentu. Ini merupakan keinginan yang wajar dan patut dihargai. Misalnya seorang wanita menginginkan punya suami yang lembut atau yang macho, merupakan bagian dari selera seseorang. Atau sebaliknya, seorang laki-laki menginginkan punya istri yang bertipe wanita pekerja atau yang tipe ibu rumah tangga. Ini juga merupakan selera masing-masing orang yang menjadi haknya dalam memilih.
Islam memberikan hak ini sepenuhnya dan dalam batas yang wajar dan manusiawi memang merupakan sebuah realitas yang tidak terhindarkan.

Melihat Langsung Calon yang Terpilih

Seorang muslim apabila berkehendak untuk menikah dan mengarahkan niatnya untuk meminang seorang perempuan tertentu, diperbolehkan melihat perempuan tersebut sebelum ia mulai melangkah ke jenjang perkawinan, supaya dia dapat menghadapi perkawinannya itu dengan jelas dan terang, dan supaya tidak tertipu. Sehingga dengan demikian, dia akan dapat selamat dari berbuat salah dan jatuh ke dalam sesuatu yang tidak diinginkan.

Ini adalah justru karena mata merupakan duta hati dan kemungkinan besar bertemunya mata dengan mata itu menjadi sebab dapat bertemunya hati dan berlarutnya jiwa.

Dari Abu Hurairah RA berkata, “Saya pernah di tempat kediaman Nabi, kemudian tiba-tiba ada seorang laki-laki datang memberitahu, bahwa dia akan kawin dengan seorang perempuan dari Anshar, maka Nabi bertanya, ‘Sudahkah kau lihat dia?’ Ia mengatakan, ‘Belum!’ Kemudian Nabi mengatakan, ‘Pergilah dan lihatlah dia, karena dalam mata orang-orang Anshar itu ada sesuatu.’” (Riwayat Muslim).


Dari Mughirah bin Syu’bah bahwa dia pernah meminang seorang perempuan. Kemudian Nabi SAW mengatakan kepadanya, “Lihatlah dia! Karena melihat itu lebih dapat menjamin untuk mengekalkan kamu berdua.” Kemudian Mughirah pergi kepada dua orangtua perempuan tersebut, dan memberitahukan apa yang diomongkan di atas, tetapi tampaknya kedua orangtuanya itu tidak suka. Si perempuan tersebut mendengar dari dalam biliknya, kemudian ia mengatakan, ‘Kalau Rasulullah menyuruh kamu supaya melihat aku, maka lihatlah.’ Kata Mughirah, ‘Saya lantas melihatnya dan kemudian mengawininya.’” (Riwayat Ahmad, Ibnu Majah, Tarmizi dan ad-Darimi).

Dalam hadits ini Rasulullah tidak menentukan batas ukuran yang boleh dilihat, baik kepada Mughirah maupun kepada lain-lainnya. Justru itu sebagian ulama ada yang berpendapat, yang boleh dilihat yaitu muka dan dua tapak tangan, tetapi muka dan dua tapak tangan yang boleh dilihat itu tidak ada syahwat pada waktu tidak bermaksud meminang. Dan selama peminangan itu dikecualikan, maka sudah seharusnya si laki-laki tersebut boleh melihat lebih banyak dari hal-hal yang biasa. Dalam hal ini Rasulullah SAW pernah bersabda dalam salah satu haditsnya, “Apabila salah seorang di antara kamu hendak meminang seorang perempuan, kemudian dia dapat melihat sebagian apa yang kiranya dapat menarik untuk mengawininya, maka kerjakanlah.” (Riwayat Abu Daud).

***

Batasan untuk Melihat

Sementara ulama ada yang sangat ekstrim dalam memberikan kebebasan batas yang boleh dilihat, dan sementara ada juga yang ekstrim dengan mempersempit dan keras. Tetapi yang lebih baik ialah tengah-tengah. Justru itu sebagian ahli penyelidik memberikan batas, bahwa seorang laki-laki di zaman kita sekarang ini boleh melihat perempuan yang hendak dipinang dengan berpakaian yang boleh dilihat oleh ayah dan mahram-mahramnya yang lain.

Selanjutnya mereka berkata, bahwa si laki-laki itu boleh pergi bersama wanita tersebut dengan syarat disertai oleh ayah atau salah seorang mahramnya dengan pakaian menurut ukuran syara’ ke tempat yang boleh dikunjungi untuk mengetahui kecerdikannya, perasaannya, dan kepribadiannya. Semua ini termasuk kata sebagian yang disebut dalam hadits Nabi di atas yang mengatakan, “… Kemudian dia dapat melihat sebagian apa yang kiranya dapat menarik dia untuk mengawininya.”

Dibolehkan juga si laki-laki melihat perempuan dengan sepengetahuan keluarganya; atau samasekali tidak sepengetahuan dia atau keluarganya, selama melihatnya itu bertujuan untuk meminang. Seperti apa yang dikatakan Jabir bin Abdullah tentang isterinya, “Saya bersembunyi di balik pohon untuk melihat dia.”


Bahkan dari hadits Mughirah di atas,kita tahu bahwa seorang ayah tidak boleh menghalang-halangi anak gadisnya untuk dilihat oleh orang yang berminat hendak meminang dengan dalih tradisi. Sebab yang harus diikuti ialah tradisi agama, bukan agama harus mengikuti tradisi manusia.
Namun di balik itu, seorang ayah dan laki-laki yang hendak meminang maupun perempuan yang hendak dipinang, tidak diperkenankan memperluas mahramnya, seperti yang biasa dilakukan oleh penggemar-penggemar kebudayaan Barat dan tradisi-tradisi Barat. Ekstrimis kanan maupun kiri adalah suatu hal yang amat ditentang oleh jiwa Islam.


Faktor Penyebab Takabur

Bismillaahirrahmanirrakhiim.....

Takabur -yang telah kita ketahui definisinya- merupakan penyakit hati tingkat tinggi yang harus diwaspadai oleh semua muslim, termasuk aktifis dakwah. Dikatakan penyakit hati tingkat tinggi karena sejarah iblis laknatullah dimulai dari penyakit satu ini. Merasa lebih tinggi dari Adam, ia lalu mendurhakai perintah Allah untuk bersujud padanya. Abaa wastakbara, kata Al-Qtr’an. Demikian pula para penguasa taghut yang menjadi musuh para nabi dan rasul, semuanya dihinggapi penyakit ini.
Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab suatu penyakit, diharapkan kita bisa menghindarinya. Demikian pula dengan takabur ini. Ada beberapa faktor penyebab yang semoga setelah kita mengetahuinya lalu berupaya keras untuk menghindarinya, sebagaimana kita menghindari api yang telah kita ketahui panasnya bisa membakar kita.
Berikut ini adalah sebagian dari faktor penyebab takabur:
1. Salah dalam Memahami Hakikat Dirinya



Iblis sebagai makhluk pertama yang dihinggapi takabur hingga membuatnya terlempar dari surga, melakukan kesalahan fatal dalam memandang hakikat dirinya. Ia lupa betapapun ia ditempatkan di surga, sebenarnya ia adalah makhluk Allah.
Demikian pula orang yang takabur, terutama ketika merendahkan orang lain. Ia salah dalam memandang hakikat dirinya yang pada mulanya tercipta dari air yang hina.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. (QS. As-Sajdah : 8)
Ia tidak ingat ayat ini. Ia tidak menyadari hakikat dirinya. Yang ia tahu ia kini adalah manusia dengan organ yang sempurna, sosok yang hebat, dan wajah yang rupawan. Berbagai potensi yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, mulai dari kecerdasan sampai kekayaan dan kekuasaan, dianggap sebagai milik dirinya sendiri. Hingga segala kelebihan dari fisik hingga akal itu dipahami sebagai hakikat dirinnya.
2. Salah dalam Memahami Hakikat Kemuliaan
Ketika iblis mengaku lebih mulia dari Adam, ia menggunakan parameter yang salah dalam mengukur kemuliaan.
Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" (QS Israa’ : 61)
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS Al A’raaf :12)
Jika iblis memahami hakikat kemuliaan ditentukan dari asal penciptaan, orang seperti Fir’aun memahami hakikat kemuliaan ditentukan oleh kekuasaan. Lalu orang seperti Qarun menganggap kemuliaan ditentukan oleh kekayaan. Dan orang seperti Haman menganggap kemuliaan ditentukan oleh kekuatan dan kecerdasan.
Tiga hal yang disebutkan terakhir ini barangkali saat ini amat dominan dipakai sebagai logika kemuliaan. Maka jika kebenaran berasal dari mereka yang tidak lebih berkuasa akan ditolak. Al-haq yang dibawa oleh mereka yang tidak lebih kaya dari dirinya tidak akan diterima. Dan keadilan yang dilantangkan oleh mereka yang tidak lebih kuat dari dirinya juga akan diabaikan.
Ada hal lain yang juga menjadi standar salah dalam memandang hakikat kemuliaan. Misalnya usia, pengetahuan, pengalaman, bahkan jasa. Termasuk dalam dakwah. Maka kadang terjadi aktifis dakwah yang terjebak pada takabur dan tidak mau menerima kebenaran karena merasa usia perjuangannya lebih lama, pengalaman dakwahnya lebih banyak, atau jasanya lebih besar.


Hingga ada pula yang karena memandang dirinya adalah qiyadah, maka perbedaan yang dibawa oleh jundiyahnya selalu dianggap salah. Kesalahan dalam memahami hakikat kemuliaan bisa menjerumuskan kita ke dalam ke-takabur-an sebagaimana iblis diusir dari surga dan dilaknat Allah selama-lamanya.
3. Tidak Memiliki Pemahaman yang Benar tentang Hakikat Kebenaran
Ali radhiyallaahu anhu terkenal dengan kata-katanya: ”Lihatlah apa yang diucapkan dan jangan lihat siapa yang mengucapkan.” Seringkali kita memahami maqalah ini sebagai upaya untuk obyektif menilai kebenaran. Namun di sana juga ada nilai bahwa kebenaran akan selamanya benar meskipun datangnya dari siapapun.
Jika kita memiliki standar penilaian yang benar, insya Allah kita akan lebih selamat dari bahaya menolak kebenaran, sebuah sikap yang merupakan inti takabur. Dan kebenaran itu adalah apa yang benar menurut Allah dan Rasul-Nya (Al-Qur'an dan Sunnah), siapapun yang mengatakannya.
4. Mengira bahwa Nikmat itu Kekal pada Dirinya
Orang yang takabur biasanya lupa bahwa alasan yang melatarinya untuk berbuat demikian tidaklah abadi pada dirinya. Kenikmatan yang ia rasakan, yang dengannya ia menyombongkan diri hanyalah bersifat sementara. Allah bisa mencabutnya dalam waktu yang cepat dan tak terkira.
Tidak peduli apakah kenikmatan yang kemudian disombongkan itu berupa harta, keturunan, popularitas, jabatan, kekuasaan, dan sebagainya. Perihalnya menyerupai orang yang digambarkan Allah SWT dalam salah satu firnam-Nya:
Dan dia memasuki kebun sedangkan dia zalim terhadap dirinya sendiri. Ia berkata, "Aku kira kebun itu tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang. Sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku pasti aku akan mendapatkan tempat yang lebih baik daripada kebun-kebunku itu." (QS. Al-Kahfi : 35-36)
5. Sikap Tawadhu’ Orang Lain yang Berlebihan
Ini adalah faktor eksternal yang bisa menyebabkan seseorang mejadi takabur. Sebab orang-orang di sekelilingnya terlalu tawadhu secara berlebihan kepada dirinya. Sebab ini sering dijumpai pada pemimpin atau guru yang takabur disebabkan lingkungan seperti ini. Pengikut yang tawadhu', selalu menghormatinya, dan tidak pernah menasehatinya, mengarahkan seseorang berpikiran bahwa ia adalah orang mulia dan jauh dari kesalahan. Guru yang selalu dihormati muridnya dan mendapatkan kemuliaan dari mereka juga berpotensi menganggap dirinya sempurna. Jadilah ia takabur.


Tidak menutup kemungkinan hal ini juga menimpa ulama. Karenanya mencium tangan seseorang baik itu pemimpin maupun ulama dimakruhkan oleh sebagian ulama.
Begitu pula penghormatan dengan berdiri dan berbagai bentuknya. Selain itu merupakan bentuk ketawadhu'an yang memperlemah posisi orang yang melakukan, juga bisa menjadi faktor penyebab takabur bagi orang yang diberi penghormatan.
Rasulullah SAW bersabda:Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri untuk menghormatinya, maka bersiaplah untuk menempati tempat duduk dari api neraka. (HR. Abu Daud)
Dalam kesempatan yang lain beliau bersabda:Janganlah kalian berdiri menyerupai orang-orang yang saling mengagungkan satu sama lain (HR. Abu Daud)
6. Pujian Orang Lain di Depannya Secara Berlebihan
Selain ketawadhuan, pujian orang lain didepan seseorang juga berpotensi membawa takabur pada orang yang dipuji. Karenanya Rasulullah mengingatkan, bahkan dengan tegas kepada orang yang suka memuji orang lain di depannya, apalagi secara tidak proporsional.

Rasulullah memerintahkan kami untuk menaburkan tanah ke muka orang yang suka memuji (HR. Muslim)
7. Lalai terhadap Dampak Buruk Takabur
Orang yang takabur biasanya karena ia lalai terhadap dampak takabur. Kelalaian di sini bukanlah kelalaian secara pengetahuan atau kognitif. Sebab betapa banyak orang yang secara teori hafal dampak buruk takabur tetapi ia tetap melakukannya.
Kelalaian di sini lebih dalam maknanya daripada itu. Yakni memahami dan menyadari bahwa jika ia melakukan takabur dampak buruk dunia akhirat bisa menghancurkannya. Di saat seseorang sadar akan bahaya yang menimpanya, maka ia akan menghindari perbuatan itu. Sementara pengetahuan atau hafalan yang tidak mencegah seseorang dari takabur, belumlah mengeluarkan ia dari kelalaian yang sebenarnya.
Demikian 7 faktor penyebab takabur, semoga dengan mengetahuinya Allah menjadikan kita paham akan sebab-sebab yang bisa menjerumuskan kita pada takabur. Dengan pemahaman itu kita berdoa kepada Allah agar dihindarkan dari ketujuh hal itu dan diselamatkan dari takabur. Amieen...


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/faktor-penyebab-takabur.html

Jodoh....

Siapakah jodoh kita, kapan waktunya tiba, di mana akan dipertemukan, apakah ia benar-benar orang shaleh? . Semua itu rahasia Allah Swt.

Jodoh adalah Taqdir Allah Swt
Allah Swt menetapkan tiga bentuk taqdir dalam masalah jodoh. Pertama, cepat mendapatkan jodoh. Kedua, lambat mendapatkan jodoh, tapi suatu ketika pasti mendapatkannya di dunia. Ketiga, menunda mendapatkan jodoh sampai di akhirat kelak. Apapun pilihan jodoh yang ditentukan Allah adalah hal terbaik untuk kita.
Allah Swt berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah: 216).
Kita harus terikat aturan Allah. Kita juga dibekali akal untuk memahami aturan-Nya. Ketika kita memutuskan untuk taat atau melanggar aturanNya adalah pilihan kita sendiri. Bagaimana cara kita untuk mendapatkan jodoh adalah pilihan kita. Dengan jalan yang diridhoiNya atau tidak. Tetapi hasil akhirnya Allah yang menentukan.



Kriteria Pasangan Ideal
Nabi bersabda: ”Apabila datang kepada kalian lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya,maka nikahkanlah ia (dengan puteri kalian).  Sebab jika tidak, maka akan terjadi fitnah dibumi dan kerusakan yang besar”.
Lelaki yang bertaqwa akan mencintai dan memuliakan istrinya. Jika ia marah tidak akan menzhalimi istrinya.
Kaum jahiliyah menikah dengan melihat kedudukan, kaum Yahudi menikah dengan melihat harta, kaum Nasrani menikah dengan melihat rupa, sedangkan umat Islam menikahkan dengan melihat agama.
Nabi bersabda:"Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita (isteri) yang sholehah”. Beliau juga bersabda: ”Wanita dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaknya pilihlah yang beragama agar berkah kedua tanganmu.”
Sulit mencari jodoh bisa jadi karena kriteria terlalu muluk. Janganlah kita menginginkan kesempurnaan orang lain, padahal diri kita tidak sempurna.

Memperluas Pergaulan Sesuai Syar’i
Seringlah bersilaturrahim ke tempat saudara atau mengikuti pengajian. Ustadz, teman, orang tua, saudara, keluarga, dll bisa diminta bantuan.
Haram berpacaran
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Israa’: 32).  Kita dilarang berkhalwat, memandang lawan jenis dengan syahwat, wanita bepergian sehari semalam tanpa muhrim, dll.
Orang pacaran selalu menutupi kekurangannya dan menampilkan yang baik-baik saja. Cari informasi dari orang dekatnya (saudara, teman, tetangganya).  Perlu juga penilaian dari orang tua dan keluarga kita. Biasanya kita tidak dapat melihat kekurangan orang yang kita cintai.
Introspeksi diri
Jika kita ingin mendapatkan jodoh yang shaleh, maka kita harus menjadi orang yang shaleh juga. Allah Swt berfirman:


“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula}” (QS. An Nuur: 26).
Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu, tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian. " (HR. Muslim, Hadits no. 2564 dari Abu Hurairah).  Jadi, lelaki atau wanita yang baik menurut pandangan Allah itu adalah lelaki atau wanita yang baik iman dan amalnya.
Secara lahiriah kita perlu menjaga kebersihan, kerapihan dan menjaga bau badan. Bukan berdandan berlebihan (tidak Islami), tapi tampil menarik.
Jangan Mencintai Manusia Secara Berlebihan
“Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud)
Jika kita mencintai manusia lebih daripada Allah, niscaya hati kita akan hancur dan putus asa jika ditinggalkan. Jika kita mencintai Allah di atas segalanya, niscaya kita akan selalu tegar dan tabah karena kita yakin bahwa Allah itu Maha Hidup dan Abadi serta selalu bersama hamba yang Sholeh.
Jika Gagal Berusaha Lagi
Jika kita gagal, jangan putus asa dan minder.  Kita harus sabar dan tetap berusaha mendapatkan yang lebih baik lagi. Yakinlah ada yang lebih baik yang sedang dipersiapkan Allah untuk kita.
Para sahabat besarpun mengalaminya. Contohnya Utsman ra yang melamar putri Abu Bakar ditolak, lalu melamar putri Umar juga ditolak, akhirnya malah menjadi menantu Rasulullah Saw.
Masa Penantian Jodoh
Jodoh tidak akan lari dan akan datang pada waktunya. Bersabarlah dan sibukkan diri dengan amal sholeh.  Hadapilah dengan sikap tenang, santai, tidak mudah emosi/sensitif, tidak larut dalam kesedihan, tidak berputus asa dan tetap bersemangat.
Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin. Segala keadaan dianggapnya baik, dan hal ini tidak akan terjadi, kecuali bagi seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur, maka itu tetap baik baginya dan apabila ditimpa penderitaan ia bersabar maka itu tetap baik baginya.” (HR Muslim)



Gunakan energi kita untuk lebih mendekatkan diri dan mencintai Allah Swt., orang tua, dan umat. Yakinlah dengan keadilan-Nya bahwa setiap manusia pasti memiliki jodoh masing-masing. Yakinlah bahwa semua kondisi adalah baik, berguna, dan berpahala bagi kita.   Siap Menerima Taqdir Allah
Hidup adalah ujian. Bisa saja, takdir jodoh kita bukan orang shaleh. Allah Swt berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman. Sesungguhnya di antara pasanganmu dan anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka… Sesungguhnya hartamu dan anakmu, hanyalah ujian bagimu, dan di sisi Allah pahala yang besar.” (Q.S. At-Taghaabuun: 14-15)
Hal tersebut tetap bisa menjadi kebaikan apabila dijadikan sebagai lahan amal shaleh dan batu ujian untuk meningkatkan keimanan, tawakal, dan kesabaran.
Wanita Melamar Lelaki.
Bukan hal yang dilarang jika wanita menemukan lelaki sholeh dan berinisiatif menawarkan diri dalam pernikahan melalui peran orang yang dipercaya.  Khadijah ra melalui pamannya melamar Nabi Muhammad Saw setelah mengetahui akhlak dan agama beliau.
Taqarrub Ilallah
Perburuan jodoh secara syar’i adalah dengan mendekati Allah super ekstra. Caranya dengan bertawasul amal-amal shaleh,  tidak hanya ibadah wajib (berbakti kepada orangtua, sholat wajib), juga ibadah sunnah (shoum sunnah, sholat tahajjud/taubat/istikhoroh/hajat/witir/dhuha, tilawah Al Qur’an, istighfar, infaq, dll). Semakin dekat dengan Allah, iman bertambah dan do’a kita semakin terkabul. Usaha yang konsisten, optimis dan prasangka baik akan memudahkan jalan kita.     Tidak Putus Asa Berdoa
Bacalah doa: “Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Furqon: 74).
Doa lebih terkabul pada tempat mustajab, waktu mustajab dan memperhatikan adab berdoa. Berdoalah menurut apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Tempat mustajab: masjid, majlis ta’lim, Arafah, Hajar Aswad, Hijr Ismail, di atas sajadah, dll.
Waktu mustajab: sepertiga malam yang akhir, selesai sholat wajib/tahajjud/hajat, saat sujud/I’tidal terakhir dalam sholat, sedang berpuasa, berbuka puasa, dalam perjalanan, selesai khatam qur’an, hari Jum’at, baru mulai hujan, diantara azan dan iqamat, ketika minum air zamzam, bulan ramadhan/lailatul qodar, antara zuhur dan ashar juga antara ashar dan maghrib, selesai sholat subuh, dalam kesulitan, sedang sakit, sedang ada jenazah.


Adab berdoa: menjauhkan hal yang haram, ikhlas, diawali dan diakhiri tahmid/sholawat, menghadap kiblat, suci dari hadats  dan najis, khusyu’ dan tenang, menengadahkan kedua tangan, dengan suara rendah dan pengharapan sepenuh hati, mengulangi berkali-kali, tidak berputus asa, menghadirkan Allah dalam hati, tidak meninggalkan sholat wajib, tidak melakukan dosa besar, tidak minta sesuatu yang dilarang Allah, sambil menangis.
Nabi Musa as berdoa setelah menolong dua perempuan penggembala kambing: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku." (QS 28:24).  Allah swt memahami keperluan dan prioritasnya, sehingga tidak saja memberi makanan, tapi juga memberi jodoh, tempat tinggal dan pekerjaan. Wallahu’alam bishawab. 


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/jodoh.html

CINTA DAN JODOH (5)

Seorang wanita membatalkan pernikahannya dengan seorang pria yang menjadi pacarnya setelah mereka berdua mendatangi seorang peramal tersohor di kotanya. Saat ditanya oleh temannya kenapa dia membatalkan rencana pernikahannya itu, dengan ringannya dia menjawab,



“Oleh peramal, saya diramal bahwa kelak saya akan mempunyai dua orang anak, dan mantan pacar saya akan mempunyai empat orang anak. Nah kalau kami menikah, lalu yang dua lagi itu anak siapa?”
Begitu kurang lebih joke yang pernah saya baca di sebuah harian nasional beberapa saat yang lalu, sebuah joke ringan yang cukup membuat saya tertawa geli ketika membacanya.
Joke diatas mungkin adalah hal yang kerap terjadi jika dua insan yang sedang asyik memadu kasih tanpa dasar iman dan ilmu yang baik tapi berencana akan menikah, lalu datanglah mereka berdua ke peramal dengan tujuan minta untuk diramal. Sebuah tipu daya setan yang cukup ampuh untuk mereka, yaitu berpacaran dan datang ke peramal berdua (berkholwat). Lalu kalau hasilnya buruk seperti joke di atas, pertengkaran hebat bisa-bisa mewarnai hubungan mereka. Wow, luar biasa cerdiknya setan dalam menyesatkan mereka. Peramalnya sudah sesat, menyesatkan pula. Benar-benar Luar biasa!
Lalu apakah yang disesatkan hanya mereka yang tidak beriman dan berilmu seperti halnya wanita dan pacarnya di atas? Jelas tidak, orang-orang yang beriman dan berilmu pun akan menjadi sasaran empuk setan dan kroni-kroninya untuk disesatkan secara perlahan-lahan, termasuk para aktivis dakwah yang notabene sudah memiliki kadar iman dan ilmu yang baik, juga akan menjadi target dan sasaran setan selanjutnya. Tentu cara setan akan berbeda antara menyesatkan orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu.
Seperti sudah pernah saya singgung di bagian sebelumnya, yaitu di CINTA DAN JODOH (4),  bahwa setan itu pintar. Ya betul, memang setan itu pintar, bahkan jauh lebih pintar dari kita, manusia, yang kadang merasa pintar dari orang lain yang sebenarnya jauh lebih pintar dari kita. Dan tak jarang juga kita, manusia, merasa pintar dan sok bisa memintarkan orang, padahal hakikatnya kita sendirilah yang seharusnya dipintarkan, agar tak mudah disusupi oleh setan yang memang pintar-pintar.
Demikian halus tipu daya setan hingga orang yang beriman dan berilmu pun dapat disesatkannya juga. Misalnya para aktivis dakwah yang begitu rajin dan bersemangat dalam kegiatan dakwahnya. Entah di sekolah, kampus, masyarakat atau di lembaga / organisasi-organisasi dakwah manapun, setan akan selalu mengintai dan berusaha menyesatkan mereka. Setan akan selalu jeli mencari celah kelemahan manusia hingga manusia benar-benar tersesat dibuatnya. Kecuali mereka yang benar-benar beriman dan berserah diri pada Allah-lah yang akan selamat dari bisikan-bisikan mautnya setan.
 “Trisno jalaran seko kulino”, demikian orang Jawa menyebutnya, atau yang artinya cinta datang karena terbiasa. Hal ini juga yang tak kalah serunya untuk diperhatikan oleh para aktivis dakwah, yaitu datangnya virus merah jambu alias cinta, karena terbiasa berdakwah bersama-sama dalam satu organisasi. Wajar rasa cinta itu datang, tapi menjadi tak wajar manakala rasa cinta itu mengubah segalanya.


Awas hati-hati bisa jadi rasa cinta itu muncul karena hembusan sesat setan yang terkutuk.
Awalnya semua kegiatan dakwah dilakukan benar-benar diniatkan untuk Allah semata oleh para aktivis dakwah, entah datang ke majelis ta’lim, menghadiri kegiatan-kegiatan dakwah, mengikuti kajian-kajian keislaman, ataupun seabrek kegiatan dakwah yang lainnya. Tapi kalau cinta sudah menyerang, apalagi dalam stadium akut alias cinta setengah mampus, maka bisa-bisa semua hal di atas yang tadinya murni diniatkan karena Allah semata, berubah niatnya menjadi karena  si doi, apalagi kalau si doi adalah lawan jenis yang disukai dan dicintainya yang selalu rutin hadir dalam aktivitas dakwah tersebut. Tak pelak, rasa tak ikhlas alias riya’ jadi merajalela dalam hati walau tanpa disadarinya. Ingin dipuji, ingin dianggap soleh, ingin diperhatikan, dan segenap rasa ingin lainnya datang menjangkiti hati serta merusak kemurnian niatnya. Luar biasa, tanpa disadarinya lagi-lagi setan hadir dan berhasil menyesatkannya.
Lalu dalam suatu kesempatan, diungkapkannyalah rasa cinta itu kepada si doi atau kepada lawan jenis yang dicintainya. Ya kalau diterima dan mau diajak menikah, kalau ditolak bagaimana? Bisa-bisa berlakulah plesetan pepatah berikut, “Maksud hati ingin memeluk gunung, tapi apa daya gunung meletus”, maksud hati ingin mengungkapkan cinta, tapi apa daya cinta ditolak. Hahaha…Hancurlah hatinya, kasiaaan deh lo!
Di sinilah akan muncul buah simalakama, setan dengan segala kepintarannya akan merayu dan membujuknya. Kalau diterima cintanya, berarti kemungkinan untuk berbuat yang dilarang agama akan lebih besar lagi karena belum menikah, entah apapun itu bentuknya, termasuk riya’ seperti yang dijelaskan di atas. Sementara kalau ditolak, jadi malaslah ia untuk datang ke berbagai kegiatan dakwah seperti yang telah diikutinya selama ini, karena tak ada lagi semangat dan gairah untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Masya Allah, pintar sekali cara setan untuk menyesatkan manusia. Benar-benar pintar.
Lalu di sisi yang lain coba kita lihat pula jebakan setan yang menyesatkan para dai, kita ambil contoh orang-orang yang membantu menyebarkan agama Allah dengan memberi ceramah dimana-mana, atau orang yang mengajarkan ngaji seperti baca tulis Al-Qur’an, dsb. Sekali lagi setan itu pintar, sangat-sangat pintar.
 Kalau memberi ceramah niatnya lurus karena Allah sih tidak apa-apa, tapi kalau ceramahnya karena ingin dipuji, ingin mencari popularitas dan ingin mendapat sanjungan, wah riya’ kan jadinya. Terus bagaimana dengan orang yang mengajarkan ngaji seperti baca tulis Al-Qur’an? Mengajarkan Al-Qur’an nya memang betul, tapi kalau mengajarkannya dengan niat untuk mencari uang, kemudian biar dianggap pandai kan riya’ lagi itu namanya. Apalagi kalau murid yang diajarkannya adalah lawan jenis yang bukan mahrom, terlebih cuma berdua (privat di rumah-rumah misalnya), berkholwat lagi kan jadinya karena tidak didampingi mahromnya, bisa-bisa bukan pahala yang didapat, tapi justru dosa yang diembat. Hebat kan setan?



Di tulisan berikutnya insya Allah akan kita bahas tentang apa yang harus kita lakukan manakala cinta hadir meresap dalam hati dan bagaimana pula ikhtiar yang harus dilakukan untuk mendapatkan jodoh idaman hati.

Jadi ditunggu saja, insya Allah
Walloohu a’lam bishshowab….


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/cinta-dan-jodoh-5.html

Selasa, 28 Februari 2012

Hikmah Dari Cabe Merah

♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥ 
Ketika harga barang melonjak naik… Cabe Keriting dengan angkuhnya berkata pada sesama kaum cabe: “lihat sekarang aku lah yang termahal dari kalian semua, hei cabe merah, hanya badan saja yang bongsor, tetapi orang jauh lebih memilih aku yang kriting ini….”
Cabe Merah hanya tersenyum dan melirik ke cabe rawit sambil berkata: “Hai Cabe Rawit, aku sangat kagum padamu, walau badanmu kecil tetapi pedasnya luar biasa, walau badanku besar dan bongsor tetapi aku tidak sepertimu, memang harga kita tidaklah mahal, tetapi terjangkau oleh semua orang.


Dan bila kita bersama, menghasilkan cita rasanya yang luar biasa. Hal yang sama dengan kau Cabe Keriting, kamu memiliki tubuh yang indah, dan cita rasa yang berbeda pula, tetapi bila kita bergabung bersama maka, akan memiliki cita rasa yang luar biasa pula.” Cabe keriting pun hanya terdiam, dengan ucapan cabe merah tadi.
Inilah pembelajaran yang terindah dari sebuah kerendahan hati, bukan celaan yang kita butuhkan dalam hidup, tetapi harus disadari masing-masing memiliki tugas dan manfaatnya masing-masing. bila dapat bekerja sama dan saling mengisi kekurangan satu sama lainnya, maka hidup ini akan terasa indah.
Janganlah mencari kekurangan orang lain dan membanggakan kelebihan diri sendiri, karena satu orang tidak ada artinya bila dibanding kekuatan dan kerjasama dari banyak orang.
Negara kita memiliki Prinsip Gorong Royong, Tanggang Rasa dan Toleransi yang sangat indah, mengapa kita melupakan warisan leluhur kita, yang notabene memiliki budaya yang begitu indah. Sopan santun dan tata krama serta hubungan yang sangat harmonis satu dengan yang lainnya, menuntun pada keindahan hidup yang dijalani dengan kebersamaan dan kekeluargaan. Saling mengisi, saling berbagi, saling mengayomi dan saling membantu…….
Janganlah hanya melihat perbedaan, tetapi jadikan itu sebagai satu keragaman dan kekayaan. Bila memang ada persamaan, maka binalah dan eratkan hubungan satu dengan yang lainnya agar tidak terpecah.
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/hikmah-dari-cabe-merah.html

Kisah Dua Ember Kayu di Sumur

♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Bagaimana kita menghadapi hidup? semua tergantung dari mana kita bisa memandang dan melihat sesuatunya.
Ada cerita tentang dua buah Ember kayu di sebuah sumur. Yang satu selalu merasa sedih, dan tidak berhenti-hentinya komplen. Ia selalu mengeluh tentang orang2 yang datang ke sumur hanya untuk memanfaatkannya untuk mengambil air dari dalam sumurnya dan kemudian pergi meninggalkannya begitu saja. Ia selalu komplen-komplen dan komplen. ketika orang2 datang, dia sudah berpikir jelek ttg orang2 itu karena mengunakan dirinya untuk mengambil air dari dalam sumur. Menceburkannya ke dalam air yang dingin dan sumur yang gelap, menariknya keatas, Ia pun harus membawa beban yang berat dan kemudian air yang dibawanya pun harus dibawa pergi, kemudian dirinya hanya kembali di jemur di atas sumur sampai ada yang mengunakannya lagi.Kepanasan membuat tubuhnya kering kerontang dan semakin panjang pula keluh kesahnya.

♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Sedang Ember Kayu yang satunya lagi selalu merasa bahagia, dan selalu bersyukur dengan apa yang didapatkannya. Ketika ada orang-orang yang datang ke sumur tersebut, ia akan bahagia sekali karena ia dapat membantu mereka melayani kebutuhan orang banyak yang membutuhkan air dalam hidupnya. Ketika tubuhnya basah dengan air yang dingin ia pun bersyukur akhirnya tubuhnya dapat mandi setelah sekian lama kering berada di atas sumur, dan berdoa semoga air yang dibawanya keatas dapat digunakan oleh banyak orang, lalu dengan suka cita ia memberikan dengan tulus air itu untuk dibawa pergi oleh mereka yang memerlukan.


Ketika dirinya di jemur kembali di atas sumur, ia pun bersyukur karena masih ada mentari yang menghangatkan dirinya setalah basah dan masuk ke dalam sumur yang lumayan dingin. Ia pun masih bisa mendengarkan suara burung2 yang bernyanyi riang gembirA, awan putih bersih yang selalu tersenyum padanya, rumput2 yang hijau yang selalu berdansa untuknya, dan semua hewan yang lalu lalang di depannya. Ia bersyukur karena hidup ini begitu indah. walau hanya sebagai sebuah ember kayu di sumur tetapi ia telah dapat menberikan banyak arti dan sumbangsih bagi siapapun yang membutuhkan.
Sumur adalah tempat kita saat ini, air adalah bentuk sesuatu yang kita miliki, dari kelebihan kita, ilmu, tenaga, materi, nasihat dan lainnya yang bisa kita berikan kepada orang lain. kita sendiri mau menjadi siapa hanya diri sendiri yang menentukan mau komplen dan marah-marah terus setiap hari, tidak pernah puas dan negatif thinking setiap hari? atau mau berubah menjadi sosok yang ceria, yang riang dan selalu bersyukur karena dapat memberikan sesuatu kebahagiaan walau pun kecil kepada orang lain? semua ada di tangan kita sendiri……
Menyadari kehidupan itu begitu berarti, dan begitu penting. bahwa kita tidak hidup sendiri, maka berbagilah kebahagiaan pada orang lain, maka kamu adalah orang yang paling bahagia di dunia ini.
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/kisah-dua-ember-kayu-di-sumur.html

Jeratan Gelora Api Cinta yang Membara

♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


Bermula dari percikan api cinta yang kecil
Menjelma menjadi kobaran api cinta yang menyala
Siapapun yang merasakannya
Tak akan dapat menguasainya
Tidak juga kita
Insan yang lemah
Ketika terjerat dalam kubangan nafsu
Terlilit belitan gairah yang membara
Raga tak berdaya mengelak
Jiwa tak kuasa menolak
Iman pun runtuh seketika
Hanya bisikan halus penuh janji manis
Bujuk rayu si durjana
Penyesat umat manusia
Yang senantiasa terngiang di benak kita
Kita pun terseret
Dalam kenikmatan semu yang dia janjikan
Kita pun terbuai
Dalam angan yang mengawang
Kita pun terlena
Dalam tipuan yang mematikan


Sampai akhirnya kita sadar…
Menyesal…
Meratapi…
Kekhilafan yang telah kita perbuat
Hanya untaian doa
Yang mampu kita panjatkan
Sebagai bentuk taubat kita kepada-Nya
Sebuah permohonan ampun kepada Yang Maha Pengampun
Selaksa permintaan maaf kepada Yang Maha Pemaaf
Semoga Dia mau membukakan pintu taubat-Nya
Semoga Dia mau mengampuni
Semoga Dia mau memaafkan
Kekhilafan dan kesalahan kita
Hanya itu yang kita pinta dari-Nya
Tiada yang lebih berharga
Selain ampunan-Nya
Tiada yang lebih mulia
Selain maghfirah-Nya
Semoga doa yang kita panjatkan
Mendapat perkenan-Nya
Menemui Ijabah-Nya


Menjumpai Qabul-Nya
Amiiin….♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/jeratan-gelora-api-cinta-yang-membara.html

Kelebihan dan Kekurangan

♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥



Tidak ada seorang pun yang dilahirkan ke dunia ini dalam kondisi sempurna 100%. Pasti dalam dirinya terdapat kekurangan atau kelemahan. Setiap manusia yang lahir ke muka bumi selalu membawa dua hal yang alih-alih dipertentangkan, tetapi justru saling melengkapi, yakni kelebihan dan kekurangan.
Mengapa harus ada kelebihan dan kekurangan? Apa hikmah yang terkandung di dalamnya?
Dalam tinjauan agama, sesuai dengan sunnatullah, Allah SWT selalu menciptakan sesuatu berpasangan untuk saling melengkapi. Ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada bumi ada langit, ada kemarau ada hujan, ada kaya ada miskin, dan tentunya ada kelebihan ada kekurangan.
Kalau kita telusuri teks-teks keagamaan, akan kita jumpai hikmah diciptakannya manusia lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya. Anugerah berupa kelebihan yang Allah SWT berikan kepada setiap manusia bertujuan agar mereka bersyukur. Ya. Syukur atas nikmat Allah, salah satunya berupa kelebihan yang diberikan oleh-Nya, akan menjadikan manusia tawadhu, rendah hati di hadapan-Nya. Kelebihan bukan untuk disombongkan, atau menjadi sarana membanggakan diri dan merasa di atas orang lain.
Adapun kekurangan yang diberikan Allah SWT kepada setiap manusia adalah sarana agar mereka bersabar atas kehendak-Nya. Kekurangan bukan untuk diratapi, kemudian menjadikan seseorang rendah diri atau minder, tetapi justru untuk melatih seseorang untuk memperbaiki diri. Seseorang yang menyadari kekurangannya, maka dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membenahinya, yaitu dengan cara menggali potensi dirinya, serta memaksimalkan kelebihannya, sehingga kekurangannya tertutupi.
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/kelebihan-dan-kekurangan.html

13 Tipe Wanita yang Akan Dinikahi Pria

Cinta adalah fitrah manusia. Cinta juga salah satu bentuk kesempurnaan penciptaan yang Allah berikan kepada manusia. Allah menghiasi hati manusia dengan perasaan cinta pada banyak hal. Salah satunya cinta seorang lelaki kepada seorang wanita, demikian juga sebaliknya.
Rasa cinta bisa menjadi anugerah jika luapkan sesuai dengan bingkai nilai-nilai ilahiyah. Namun, perasaan cinta dapat membawa manusia ke jurang kenistaan bila diumbar demi kesenangan semata dan dikendalikan nafsu liar.
Islam sebagai syariat yang sempurna, memberi koridor bagi penyaluran fitrah ini. Apalagi cinta yang kuat adalah salah satu energi yang bisa melanggengkan hubungan seorang pria dan wanita dalam mengarungi kehidupan rumah tangga. Karena itu, seorang pria shalih tidak asal dapat dalam memilih wanita untuk dijadikan pendamping hidupnya.
Ada banyak faktor yang bisa menjadi sebab munculnya rasa cinta seorang pria kepada wanita untuk diperistri.
Pada umumnya, faktor2 kuat yg menyebabkabkan seorang pria ingin memperistri seorang wanita adalah seperti di bawah ini:

1. Karena Akidah Sang Wanita yang Shalihah
Keluarga adalah salah satu benteng akidah. Sebagai benteng akidah, keluarga harus benar-benar kokoh dan tidak bisa ditembus.


Jika rapuh, maka rusaklah segala-galanya dan seluruh anggota keluarga tidak mungkin selamat dunia-akhirat. Dan faktor penting yang bisa membantu seorang lelaki menjaga kekokohan benteng rumah tangganya adalah istri shalihah yang berakidah shahih serta paham betul akan peran dan fungsinya sebagai madrasah bagi calon pemimpin umat generasi mendatang.
Allah menekankah hal ini dalam firmanNya, “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Al-Baqarah: 221)

2. Karena Paham Agama dan Mengamalkannya
Ada banyak hal yang membuat seorang lelaki mencintai wanita. Ada yang karena kemolekannya semata. Ada juga karena status sosialnya. Tidak sedikit lelaki menikahi wanita karena wanita itu kaya. Tapi, kata Rasulullah yang beruntung adalah lelaki yang mendapatkan wanita yang faqih dalam urusan agamanya. Itulah wanita dambaan yang lelaki shalih.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, ambillah wanita yang memiliki agama (wanita shalihah), kamu akan beruntung.” (Bukhari dan Muslim).
Rasulullah saw. juga menegaskan, “Dunia adalah perhiasan, dan perhiasan dunia yang paling baik adalah wanita yang shalihah.” (Muslim, Ibnu Majah, dan Nasa’i).
Jadi, hanya lelaki yang tidak berakal yang tidak mencintai wanita shalihah.

3. Dari Keturunan yang Baik
Rasulullah saw. mewanti-wanti kaum lelaki yang shalih untuk tidak asal menikahi wanita. “Jauhilah rumput hijau sampah!” Mereka bertanya, “Apakah rumput hijau sampah itu, ya Rasulullah?”.  Nabi menjawab, “Wanita yang baik tetapi tinggal di tempat yang buruk.” (Daruquthni, Askari, dan Ibnu ‘Adi).



Karena itu Rasulullah saw. memberi tuntunan kepada kaum lelaki yang beriman untuk selektif dalam mencari istri. Bukan saja harus mencari wanita yang tinggal di tempat yang baik, tapi juga yang punya paman dan saudara-saudara yang baik kualitasnya.
“Pilihlah yang terbaik untuk nutfah-nutfah kalian, dan nikahilah orang-orang yang sepadan (wanita-wanita) dan nikahilah (wanita-wanitamu) kepada mereka (laki-laki yang sepadan),” sabda Rasulullah. (Ibnu Majah, Daruquthni, Hakim, dan Baihaqi).
“Carilah tempat-tempat yang cukup baik untuk benih kamu, karena seorang lelaki itu mungkin menyerupai paman-pamannya,” begitu perintah Rasulullah saw. lagi. “Nikahilah di dalam “kamar” yang shalih, karena perangai orang tua (keturunan) itu menurun kepada anak.” (Ibnu ‘Adi)
Karena itu, Utsman bin Abi Al-’Ash Ats-Tsaqafi menasihati anak-anaknya agar memilih benih yang baik dan menghindari keturunan yang jelek. “Wahai anakku, orang menikah itu laksana orang menanam. Karena itu hendaklah seseorang melihat dulu tempat penanamannya. Keturunan yang jelek itu jarang sekali melahirkan (anak), maka pilihlah yang baik meskipun agak lama.”

4. Masih Gadis
Siapapun tahu, gadis yang belum pernah dinikahi masih punya sifat-sifat alami seorang wanita. Penuh rasa malu, manis dalam berbahasa dan bertutur, manja, takut berbuat khianat, dan tidak pernah ada ikatan perasaan dalam hatinya. Cinta dari seorang gadis lebih murni karena tidak pernah dibagi dengan orang lain, kecuali suaminya.
Karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan menikah dengan gadis. “Hendaklah kalian menikah dengan gadis, karena mereka lebih manis tutur katanya, lebih mudah mempunyai keturunan, lebih sedikit kamarnya dan lebih mudah menerima yang sedikit,” begitu sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi.
Tentang hal ini A’isyah pernah menanyakan langsung ke Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika engkau turun di sebuah lembah lalu pada lembah itu ada pohon yang belum pernah digembalai, dan ada pula pohon yang sudah pernah digembalai; di manakah engkau akan menggembalakan untamu?” Nabi menjawab, “Pada yang belum pernah digembalai.” Lalu A’isyah berkata, “Itulah aku.”
Menikahi gadis perawan akan melahirkan cinta yang kuat dan mengukuhkan pertahanan dan kesucian. Namun, dalam kondisi tertentu menikahi janda kadang lebih baik daripada menikahi seorang gadis. Ini terjadi pada kasus seorang sahabat bernama Jabir.


Rasulullah saw. sepulang dari Perang Dzat al-Riqa bertanya Jabir, “Ya Jabir, apakah engkau sudah menikah?” Jabir menjawab, “Sudah, ya Rasulullah.” Beliau bertanya, “Janda atau perawan?” Jabir menjawab, “Janda.” Beliau bersabda, “Kenapa tidak gadis yang engkau dapat saling mesra bersamanya?” Jabir menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku telah gugur di medan Uhud dan meninggalkan tujuh anak perempuan. Karena itu aku menikahi wanita yang dapat mengurus mereka.” Nabi bersabda, “Engkau benar, insya Allah.”

5. Sehat Jasmani dan Penyayang
Sahabat Ma’qal bin Yasar berkata, “Seorang lelaki datang menghadap Nabi saw. seraya berkata, “Sesungguhnya aku mendapati seorang wanita yang baik dan cantik, namun ia tidak bisa melahirkan. Apa sebaiknya aku menikahinya?” Beliau menjawab, “Jangan.” Selanjutnya ia pun menghadap Nabi saw. untuk kedua kalinya, dan ternyata Nabi saw. tetap mencegahnya. Kemudian ia pun datang untuk ketiga kalinya, lalu Nabi saw. bersabda, “Nikahilah wanita yang banyak anak, karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain.” (Abu Dawud dan Nasa’i).
Karena itu, Rasulullah menegaskan, “Nikahilah wanita-wanita yang subur dan penyayang. Karena sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya kalian dari umat lain.” (Abu Daud dan An-Nasa’i)

6. Berakhlak Mulia
Abu Hasan Al-Mawardi dalam Kitab Nasihat Al-Muluk mengutip perkataan Umar bin Khattab tentang memilih istri baik merupakan hak anak atas ayahnya, “Hak seorang anak yang pertama-tama adalah mendapatkan seorang ibu yang sesuai dengan pilihannya, memilih wanita yang akan melahirkannya. Yaitu seorang wanita yang mempunyai kecantikan, mulia, beragama, menjaga kesuciannya, pandai mengatur urusan rumah tangga, berakhlak mulia, mempunyai mentalitas yang baik dan sempurna serta mematuhi suaminya dalam segala keadaan.”

7. Lemah-lembut
Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari A’isyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Wahai A’isyah, bersikap lemah lembutlah, karena sesungguhnya Allah itu jika menghendaki kebaikan kepada sebuah keluarga, maka Allah menunjukkan mereka kepada sifat lembah lembut ini.”


Dalam riwayat lain disebutkan, “Jika Allah menghendaki suatu kebaikan pada sebuah keluarga, maka Allah memasukkan sifat lemah lembut ke dalam diri mereka.”

8. Menyejukkan Pandangan
Rasulullah saw. bersabda, “Tidakkah mau aku kabarkan kepada kalian tentang sesuatu yang paling baik dari seorang wanita? (Yaitu) wanita shalihah adalah wanita yang jika dilihat oleh suaminya menyenangkan, jika diperintah ia mentaatinya, dan jika suaminya meninggalkannya ia menjaga diri dan harta suaminya.” (Abu daud dan An-Nasa’i)
“Sesungguhnya sebaik-baik wanitamu adalah yang beranak, besar cintanya, pemegang rahasia, berjiwa tegar terhadap keluarganya, patuh terhadap suaminya, pesolek bagi suaminya, menjaga diri terhadap lelaki lain, taat kepada ucapan dan perintah suaminya dan bila berdua dengan suami dia pasrahkan dirinya kepada kehendak suaminya serta tidak berlaku seolah seperti lelaki terhadap suaminya,” begitu kata Rasulullah saw. lagi.
Maka tak heran jika Asma’ binti Kharijah mewasiatkan beberapa hal kepada putrinya yang hendak menikah. “Engkau akan keluar dari kehidupan yang di dalamnya tidak terdapat keturunan. Engkau akan pergi ke tempat tidur, di mana kami tidak mengenalinya dan teman yang belum tentu menyayangimu. Jadilah kamu seperti bumi bagi suamimu, maka ia laksana langit. Jadilah kamu seperti tanah yang datar baginya, maka ia akan menjadi penyangga bagimu. Jadilah kamu di hadapannya seperti budah perempuan, maka ia akan menjadi seorang hamba bagimu. Janganlah kamu menutupi diri darinya, akibatnya ia bisa melemparmu. Jangan pula kamu menjauhinya yang bisa mengakibatkan ia melupakanmu. Jika ia mendekat kepadamu, maka kamu harus lebih mengakrabinya. Jika ia menjauh, maka hendaklah kamu menjauh darinya. Janganlah kami menilainya kecuali dalam hal-hal yang baik saja. Dan janganlah kamu mendengarkannya kecuali kamu menyimak dengan baik dan jangan kamu melihatnya kecuali dengan pandangan yang menyejukan.”

9. Realistis dalam Menuntut Hak dan Melaksanakan Kewajiban
Salah satu sifat terpuji seorang wanita yang patut dicintai seorang lelaki shalih adalah qana’ah. Bukan saja qana’ah atas segala ketentuan yang Allah tetapkan dalam Al-Qur’an, tetapi juga qana’ah dalam menerima pemberian suami.
“Sebaik-baik istri adalah apabila diberi, dia bersyukur; dan bila tak diberi, dia bersabar. Engkau senang bisa memandangnya dan dia taat bila engkau menyuruhnya.”


Karena itu tak heran jika acapkali melepas suaminya di depan pintu untuk pergi mencari rezeki, istri yg shalihah berkata, “Jangan engkau mencari nafkah dari barang yang haram, karena kami masih sanggup menahan lapar, tapi kami tidak sanggup menahan panasnya api jahanam.”
Kata Rasulullah, “Istri yang paling berkah adalah yang paling sedikit biayanya.” (Ahmad, Al-Hakim, dan Baihaqi dari A’isyah r.a.)
Tapi, “Para wanita mempunyai hak sebagaimana mereka mempunyai kewajiban menurut kepantasan dan kewajaran,” begitu firman Allah swt. di surah Al-Baqarah ayat 228. Pelayanan yang diberikan seorang istri sebanding dengan jaminan dan nafkah yang diberikan suaminya. Ini perintah Allah kepada para suami, “Berilah tempat tinggal bagi perempuan-perempuan seperti yang kau tempati. Jangan kamu sakiti mereka dengan maksud menekan.” (At-Thalaq: 6)

10. Menolong Suami dan Mendorong Keluarga untuk Bertakwa
Istri yang shalihah adalah harta simpanan yang sesungguhnya yang bisa kita jadikan tabungan di dunia dan akhirat. Iman Tirmidzi meriwayatkan bahwa sahabat Tsauban mengatakan, “Ketika turun ayat ‘walladzina yaknizuna… (orang yang menyimpan emas dan perak serta tidak menafkahkannya di jalan Allah), kami sedang bersama Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan. Lalu, sebagian dari sahabat berkata, “Ayat ini turun mengenai emas dan perak. Andaikan kami tahu ada harta yang lebih baik, tentu akan kami ambil”. Rasulullah saw. kemudian bersabda, “Yang lebih utama lagi adalah lidah yang berdzikir, hati yang bersyukur, dan istri shalihah yang akan membantu seorang mukmin untuk memelihara keimanannya.”

11. Mengerti Kelebihan dan Kekurangan Suaminya
Nailah binti Al-Fafishah Al-Kalbiyah adalah seorang gadis muda yang dinikahkan keluarganya dengan Utsman bin Affan yang berusia sekitar 80 tahun. Ketika itu Utsman bertanya, “Apakah kamu senang dengan ketuaanku ini?” “Saya adalah wanita yang menyukai lelaki dengan ketuaannya,” jawab Nailah. “Tapi ketuaanku ini terlalu renta.” Nailah menjawab, “Engkau telah habiskan masa mudamu bersama Rasulullah saw. dan itu lebih aku sukai dari segala-galanya.”

12. Pandai Bersyukur Kepada Suami
Rasulullah saw. bersabda, “Allah tidak akan melihat kepada seorang istri yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada suaminya, sedang ia sangat membutuhkannya.” (An-Nasa’i).


13. Cerdas dan Bijak dalam Menyampaikan Pendapat
Siapa yang tidak suka dengan wanita bijak seperti Ummu Salamah? Setelah Perjanjian Hudhaibiyah ditandatangani, Rasulullah saw. memerintahkan para sahabat untuk bertahallul, menyembelih kambing, dan bercukur, lalu menyiapkan onta untuk kembali pulang ke Madinah. Tetapi, para sabahat tidak merespon perintah itu karena kecewa dengan isi perjanjian yang sepertinya merugikan pihak kaum muslimin.$0D
Rasulullah saw. menemui Ummu Salamah dan berkata, “Orang Islam telah rusak, wahai Ummu Salamah. Aku memerintahkan mereka, tetapi mereka tidak mau mengikuti.”
Dengan kecerdasan dalam menganalisis kejadian, Ummu Salamah mengungkapkan pendapatnya dengan fasih dan bijak, “Ya Rasulullah, di hadapan mereka Rasul merupakan contoh dan teladan yang baik. Keluarlah Rasul, temui mereka, sembelihlah kambing, dan bercukurlah. Aku tidak ragu bahwa mereka akan mengikuti Rasul dan meniru apa yang Rasul kerjakan.”
 Subhanallah, Ummu Salamah benar. Rasulullah keluar, bercukur, menyembelih kambing, dan melepas baju ihram. Para sahabat meniru apa yang Rasulullah kerjakan. Inilah berkah dari wanita cerdas lagi bijak dalam menyampaikan pendapat. Wanita seperti inilah yang patut mendapat cinta dari seorang lelaki yang shalih.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/13-tipe-wanita-yang-akan-dinikahi-pria.html

Yang Pernah Kusakiti

Teruntuk seseorang yang pernah ku sakiti..
Teruntuk seseorang yang kecewa dengan tingkahku selama ini, untuk dia yang terus berdiam diri,
untuk seseorang yang pernah mengisi namanya dihatiku ini.

Assalamu’alaikum wahai engkau yang pernah tersakiti,

Lama kita tidak saling mengirim kabar, teramat lama juga kita membangun luka antara sesama kita.
Maafkanlah aku yang terus kecewa, maafkan aku yang begitu posesif ingin melindungimu namun aku tak pernah mengerti cara yang dewasa yang kau anggap baik untuk melindungimu.
Maafkanlah aku yang tak pernah dewasa dalam mengambil sikap.

Teramat lama aku ingin segera mengakhiri perang dingin ini.


Teramat lama aku ingin kita kembali berteman seperti dulu lagi, tanpa harus ada makian antara aku dan kamu.
Teramat lama dan telah teramat sesak aku menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkan kata maaf ini.
Maka maafkanlah aku..

Apakah engkau harus terus memegang kata: “tidaklah mudah untuk memaafkan.”
Bukankah Tuhan saja Maha Pemaaf, namun mengapa aku atau engkau tidak mampu memaafkan? Sudah menjadi tuhan-tuhan kecilkah kita?

Atau memang engkau telah memaafkan segala kesalahanku?
Namun mengapa telah terputus tali silaturahmi diantara kita?

Janganlah begitu mudah memutuskan sesuatu yang berat, janganlah begitu mudah membenci sesuatu.
Hal yang engkau anggap ringan itu sebenarnya adalah sesuatu yang berat di mata Allah.
“Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum membuatmu berlaku tidak adil.”

Masih ingatkah engkau suatu kisah, dimana engkau bercerita:
“ Aku pernah memiliki seekor domba, dulu domba itu begitu kusayang. Kemana aku pergi domba itu mengikutiku, dan kemana domba itu beranjak akupun mengikutinya. Namun suatu hari aku amat begitu buruk dan membencinya, domba itu mulai sering mengomel. Dia mengoceh betapa aku harus lebih sering mandi, dia terus berkelakar bahwa tidak baik jika aku tidak mandi. Dia mulai sering mengkritikku. Aku marah. Aku tinggalkan domba itu sendiri. Tidak peduli dia mau mati atau terisak nangis sendiri. Bahkan domba itu mulai membentak bahwa selama ini aku tidak ikhlas menemaninya, padahal aku ikhlas."


Dan aku pun tersenyum mendengar kisahmu.
Aku pun berkata, “Mengapa tidak kau temani lagi dombamu yang sedang merajuk itu?”

Kau pun ketus menjawab, “TIDAK! Dia bukan dombaku!”

Tahukah engkau wahai seseorang yang pernah ku sakiti, aku pun kini merasakan apa yang dialami oleh domba itu.
Terlalu sakitkah dirimu sehingga engkau begitu membenciku dan menjadikan aku laksana domba dalam ceritamu?

Janganlah engkau seperti Yunus ketika meninggalkan kaumnya karena kemarahannya akibat kezaliman kaumnya dan Allah SWT pun memperingatkan Yunus, “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.”

Dulu kita pernah berteman baik sekali, hingga aku pun mengerti kapan kau akan sakit dalam tiap-tiap bulanmu.
Dulu engkau begitu pengasih, hingga tahu betapa aku menginginkan sesuatu dan engkaupun memberikannya.
Dulu, kita berdua begitu baik ada ikatan yang tak terelakan.

Namun mengapa setelah datang kebaikan, timbul keburukan?

Sedari awal, aku telah memaafkanmu.
Bahkan aku merasa, kesalahanmu di mataku adalah akibat salahku.


Aku yang memulai menanam angin, dan aku melihat badai di antara kita.
Badai dingin yang amat begitu menyesakkan. Paling tidak untukku.

Jangan takut jika engkau khawatir perasaan cinta yang dulu melekat akan kembali timbul.
Aku bukanlah seorang baiquni seperti yang dulu lagi.
Aku telah mengubah sudut pandangku tentang seseorang yang layak aku cintai.

Mengapa setelah habis cinta timbul beribu kebencian.
Mengapa tidak mencoba membuka hati untuk seteguk rasa maaf.
Jujur, bukan dirimu saja yang tersakiti, namun aku juga.
Namun aku mencoba membuang semua sakit yang begitu menyobek hati.
Andai engkau tahu wahai engkau yang pernah kusakiti.

Pernahkah engkau menangis karenaku seperti aku menangis karenamu? Seperti aku terisak dihadapanmu. Pernahkah?

Mungkin dirimu telah menemukan seseorang yang begitu engkau sayangi.
Seseorang yang mampu membangkitkan hidupmu lagi, tetapi aku? Pernahkah engkau berpikir betapa hal yang engkau lakukan terhadapku begitu berdampak laksana katrina.
Bahkan setelah itu aku masih memaafkanmu, bahkan aku menunduk memintamu memaafkan aku.

Sudah menjadi tuhan kecilkah dirimu? Bahkan Tuhan saja memaafkan.


Tahukah wahai engkau yang pernah tersakiti, betapa aku meneteskan air mata saat menulis ini.
Betapa aku seolah pendosa laksana iblis yang terkutuk.
Apakah engkau mengerti apa yang kurasakan? Mengertikah dirimu?


Sholat jamaah bersama, engkau imamku dan aku makmummu..
Ngaji bersama, engkau simak bacaanku dan kau benarkan tajwidnya..
Mencari ilmu bersama, ke negeri ujung jakarta dan ujung surabaya..
Kau bangunkan aku ditiap 1/3 malam utk begadang bersama Rabb kita..
Semua itu.., tidakkah menjadi sedikit obat utk memberi kata maaf..???

Tak pernah ada manusia yang luput dari suatu kekhilafan.
Tidak aku, tidak juga kamu wahai engkau yang pernah tersakiti.
Maka, bukalah pintu maafmu itu..
Tidak ada derita yg abadi..
Sama halnya tidak ada bahagia yg abadi..
Tidak akan ada derita, dan kebahagiaan yg abadi hnya kita dapat di surga.

Untuk surat ini, untuk kekhilafanku yang lampau, untuk kenangan yang membuatmu sakit, untuk segala sesuatu tentang kita, aku memohon maaf.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/yang-pernah-kusakiti.html 

Jangan Bilang Cinta, Jika...

Ya, jangan bilang cinta kalo kita masih setengah hati mencintai. Jangan pernah ucapkan kata cinta jika kita masih tak bisa memberikan pengorbanan terbesar dalam hidup kita demi yang kita cintai. Jangan sampe keluar kata cinta jika kita tak berani membela yang kita cintai. Sebab, cinta bukan hanya ucapan yang manis di bibir, bukan kata yang kedengarannya indah di telinga, dan bukan pula tulisan yang membuat kita merasa bahagia. Bukan hanya itu. Karena cinta harus diwujudkan dalam perilaku. ? Kalimah sakti? itu harus tercermin dalam perbuatan dan pikiran. Sekali berani bilang cinta, maka seharusnya kita akan berani berkorban, berani membela, berani bertanggung jawab terhadap apa yang kita cintai.



Saudariku.., tolong jangan menggombal atas nama cinta. Jangan pula pura-pura jadi orang yang penuh cinta dengan menipu diri karena sejatinya kita belum sepenuhnya mencintai apa yang kita cintai. Cinta itu bukan main-main, cinta adalah wujud dari keseriusan kita bahwa kita akan berusaha melakukan apa saja demi yang kita cintai. Kalo kita mengecewakan yang kita cintai, tentunya cinta kita palsu. Kalo kita mengkhianati apa yang kita cintai, tentunya bukan cinta sejati. Sebab, jika benar-benar cinta kepada apa yang kita cintai, kita nggak bakalan mengecewakan apalagi mengkhianatinya. Tul nggak sih?

Jangan bilang cinta kepada Allah, jika...
Jika kita masih melanggar aturanNya. Sungguh sangat aneh jika kita berani mengatakan cinta kepada Allah, sementara kita doyan alias hobi banget menolak perintahNya, sementara laranganNya malah kita lakukan. Pastinya ada yang error alias tulalit kalo kita bilang: ?Aku cinta kepada Allah Swt.?, tapi dalam kelakuan kita nggak mencerminkan kecintaan kita kepadaNya.
Misalnya nih, meski sholat rajin dan puasa rajin, tapi perintah Allah Swt. yang lainnya seperti menutup aurat kalo keluar rumah nggak kita lakukan. Anak cewek yang tertutup rapat dengan kain mukena ketika sholat, seharusnya menutup rapat auratnya pula ketika keluar rumah. Seringnya kan nggak ya. Rapi pada saat sholat, begitu keluar rumah malah tampil mengumbar aurat. Ke sekolah nggak pake kerudung dan pakaian jilbab (pakaian terusan?buat anak SMA sebenarnya bisa disambung pakaian atas putih dan bawah abu-abu).
Sebaliknya, malah pake rok. Meski rok itu menutupi lutut, tapi kan nggak disebut pakaian muslimah. Padahal, Allah memerintahkan lho untuk mengenakan busana muslimah buat wanita, sebagaimana dalam firmanNya: 'Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: ?Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka?.. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.?(QS al-Ahzab: 59)
Nah, kapan mengenakan jilbab? Yang pasti kalo seorang muslimah pergi keluar rumah. Atau kalo pun di dalam rumah, saat ada tamu asing (bukan mahrom?tentu laki-laki). Sebab memang tujuannya juga adalah untuk menutup auratnya. Oya, untuk bisa disebut mengenakan busana muslimah, maka seorang muslimah harus mengenakan jilbab lengkap dengan kerudungnya. Begitu deh, secara singkatnya.
Bagi anak laki juga sama. Kalo keluar rumah atau kalo di dalam rumah tapi ada wanita bukan mahrom nggak boleh tuh dipamerin dengkulmu dan udelmu. Karena aurat laki-laki tuh dari pusar sampe lutut. Wah, kayaknya udah pada paham deh. Soalnya nih pernah kita pelajari waktu SD dulu. Tul nggak? Ini sekadar ngingetin aja, gitu lho..^.^


Oya, itu baru kita bahas kewajiban menutup aurat, sementara kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada kita banyak banget. Sebut saja tentang sholat, puasa, zakat, pengaturan kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, politik, hukum, sampe pemerintahan. Itu baru pokok-pokoknya, belum cabangnya dari situ. Wah, kalo ditulis bisa ngabisin jatah 100 halaman di note ini. But, intinya nih, jangan bilang cinta kepada Allah kalo kita doyan menolak kewajiban yang diperintahkanNya, malah berani mengamalkan apa yang diharamkanNya.

Jangan bilang cinta kepada Rasulullah saw,Jika...;/strong>
kita masih melanggar aturan yang ditetapkan Rasulullah saw. Sebab, apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw. sejatinya adalah wahyu dari Allah Swt. Ditegaskan oleh Allah Swt. dalam firmanNya:
"kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).? (QS an-Najm: 2-4)
Kalo kita masih mengumbar hawa nafsu dengan melakukan aktivitas pacaran, berarti selain melanggar aturan Allah Swt., juga melanggar aturan Rasulullah saw. Dan, tentu aja itu nggak mencintai Allah Swt. dan RasulNya. Allah menjelaskan larangan mendekati zina (lihat QS al-Isra ayat 32). Nah, hadis Nabi juga ada. Beliau saw. bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahromnya. Karena sesungguhnya yang ketiga adalah syaitan.? (HR Ahmad)
Sobat, jangan bilang cinta kepada Rasulullah saw., kalo kita nggak tersinggung ketika ada pihak-pihak yang dengan sengaja melecehkan Rasulullah saw. Aneh banget kan kalo kita ngakunya cinta mati sama Rasulullah saw., tapi kita nggak marah ketika ada orang yang menjelekkan Rasulullah saw.
Seperti kasus pelecehan terhadap Rasulullah saw. yang dilakukan media-media Eropa dalam bentuk kartun yang salah satunya menggambarkan bahwa Muhammad saw. sumber inspirasi kekerasan. Gambarnya adalah sosok lelaki dengan tampang garang dan sorbannya berbentuk bom. Ditulisin di situ dengan jelas dalam bahasa Arab kalimat Muhammad saw. Waduh, kaum Muslimin marah dengan protes baik secara lisan maupun tulisan justru wajar. Karena cintanya kepada Rasulullah saw. Yang parah tuh kalo kita diem aja, terus pura-pura bijak dengan mengatakan bahwa kartun itu sebagai bentuk evaluasi buat umat Islam.
Nggak marah apalagi protes. Aneh banget kan? Macam mana pula tuh orang? Ngakunya sih Muslim.


Tokoh intelektual pula di di negeri ini. Sadar Pak! Jangan bilang cinta kepada Rasulullah saw. jika hanya mengambil sebagian ajarannya dan meninggalkan sebagian besar `jarannya yang lain. Kalo kita cinta kepada Rasulullah saw. berarti harus mengambil seluruh ajaran yang dibawanya. Bukan dipilih-pilih sesuai kehendak hawa nafsu kita. Karena Allah Swt. memerintahkan kita untuk mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah saw. sebagaimana firmanNya:"Apa yang datang (diajarkan) Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.? (QS al-Haysr : 7)
Oke, boleh bilang cinta kepada Rasulullah saw., asalkan kita berani pula untuk menaati segala perintahnya dan meninggalkan segala larangannya. Bohong besar banget kalo kita ngaku-ngaku cinta sama Rasulullah saw. tapi nggak pernah melaksanakan tuntunan ajarannya. Betul ndak?

Jangan bilang cinta sama ortu,Jika...
Jika kita masih suka melawannya, mencelanya, merendahkannya, dan bahkan menghinanya. Bohong banget kalo kita ngaku-ngaku cinta sama ortu kita, tapi setiap ortu minta tolong untuk kebaikan kita malah menolaknya. Percuma bilang cinta sama ortu, tapi kalo diingetin untuk kebaikan dan kebenaran kita malah menghardiknya. Anak macam apa itu?
Buktikan kecintaan kita kepada ortu kita adalah dengan berbakti kepadanya. Menghormati mereka, menghargai mereka, menolong mereka, dan membuat mereka bahagia dengan adanya kita. Keberadaan kita yang udah dilahirkan ini bukan menjadi beban mereka. Kasihan ibu kita, sejak mengandung kita, melahirkan kita, merawat dan membesarkan kita, ia tak pernah mengeluh. Ayah kita juga sama. Mencari nafkah dengan semangat untuk keluarganya.
Cinta mereka sepenuh hati buat kita. Sudah terbukti kok. Karena sampe sekarang aja, meski kita bandel, ibu dan ayah kita tetap mendoakan agar kita mendapat petunjuk sambil terus membimbing kita (meski kadang menurut kita terlihat seperti orang yang cerewet). Tuh, gimana nggak penuh cinta. Jadi, kitanya sendiri nih yang kudu membuktikan bahwa kita cinta kepada ibu dan ayah kita dengan cara berbakti kepadanya. Itu sebabnya, jangan bilang cinta kalo kita tak menghargainya, tak berbakti kepada mereka. Oke?

Jangan bilang cinta kepada kaum Muslimin, jika...
Jika kita nggak mau bekerjasama saling mengingatkan dalam kebenaran dan saling membantu jika di antara kita mengalami kesusahan. Bohong banget ngaku-ngaku cinta kepada sesama kaum Muslimin, tapi ketika ada saudara seakidah kita minta tolong malah dicuekkin.


Apalagi sesama aktivis dakwah, mentang-mentang beda kelompok dakwah, lalu nggak mau menolong jika beda kelompok dakwah. Lebih parah lagi jika para aktivis dakwah itu masih sodara kandung. Karena kakaknya beda kelompok dakwah dengan adiknya, lalu ketika mereka membutuhkan pertolongan malah disuruh minta ke temen-temen dari kelompok dakwah masing-masing. Yee.. mana ukhuwahmu? Bohong banget ngaku-ngaku cinta sesama Muslim tapi dengan sesama kaum Muslimin sendiri nggak mau menolong hanya karena yang akan ditolong beda kelompok dakwah. Kalo gitu caranya, jangan bilang cinta kepada kaum Muslimin. Sadar ye akhi wa ukhti...

Jangan bilang cinta kepada diri sendiri,jika...
Jika kita senang menjerumuskan diri dalam bahaya dan kerusakan. Bohong banget bilang cinta ama diri sendiri, tapi setiap hari kita nenggak minuman keras, sering juga mengkonsumsi narkoba, tubuh kita dipenuhi tattoo. Bahkan banyak di antara kita yang mengumbar auratnya dan dipajang di sampul majalah porno atau joget-joget kayak cacing kepanasan mempertontonkan keindahan tubuhnya di layar televisi (termasuk mereka yang menjerumuskan tubuh-tubuh mereka dalam perzinahan).
Menurut saya, mereka adalah orang-orang yang nggak cinta pada dirinya sendiri. Kalo dipikir-pikir, memang sih tubuh kita ya tanggung jawab kita sepenuhnya. Mau diapakan saja terserah kita. Wong, itu tubuh kita. But, kita kudu ingat sobat. Bahwa tubuh kita bukan milik kita. Tubuh kita sejatinya milik Allah Swt. Jadi, tuh tubuh kudu kita pelihara dan dijaga sesuai aturan dari yang menciptakan kita, yakni Allah Swt.
Itu sebabnya, ada larangan bunuh diri, larangan mengkonsumsi narkoba, larangan mentato badan, larangan mempertontonkan aurat di muka umum dll. Iya kan? Oke deh, moga renungan sederhana ini bisa ngingetin kita untuk mengevaluasi kehidupan kita: Apa benar kita udah cinta banget sama Allah, RasulNya, ortu kita, kaum Muslimin, dan cinta kepada diri kita sendiri jika kita masih berperilaku yang justru menggambarkan bentuk pengkhianatan terhadap cinta yang kita ikrarkan?
Semoga kita menjadi orang-orang yang benar-benar mencintai Allah Swt., RasulNya, ortu kita, kaum Muslimin, dan diri kita sendiri. Nah, itu harus dibuktikan dalam pikiran dan perbuatan sesuai tuntunan ajaran Islam. Oke? Semangat!


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/jangan-bilang-cinta-jika.html