Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Jumat, 25 Mei 2012

Sebuah Realita Dalam Jihad

Dari Ummu Athiyah Nasiibah ra, dia berkata: Rosululloh Shalallahu alaihi wassalam membai’at kami untuk tidak meratap. (HR. Al Bukhori dan Muslim) di dalam shohihnya III/141, dan Muslim no. 639.
Saya kira umat ini telah mandul untuk melahirkan seorang sosok seperti Khonsa’ dan Haulah binti Azwar, akan tetapi saya melihat para wanita abad dua puluh ini ada orang-orang yang ingin menjadi seperti para pahlawan wanita ini. Saya lihat seperti Ummu Muhammad istri Asy Syahid Abdulloh Azzam, dalam satu hari dia kehilangan tiga orang yang termasuk manusia-manusia paling mulia, suaminya dan kedua buah hatinya (Muhammad dan Ibrohim) dan dia mengira bahwa hal itu adalah di jalan Alloh.
Demi Alloh, yang tidak ada ilah selain Alloh, sungguh aku sangat bingung apa yang harus kita lakukan untuk berbela sungkawa kepadanya ketika dia masuk untuk bertemu dengan mereka untuk melihat mereka untuk mengucapkan perpisahan yang terakhir. Saya katakan: “Bagaimana mungkin seorang perempuan seperti dia dalam kondisi seperti ini masih ingin melihat mereka? Akan tetapi dia yakin bahwa Alloh Subhanallah ta'ala menurunkan kesabaran sesuai dengan ujian yang dia hadapi. Diriku merasa kecil jika membayangkan kondisinya ketika dia melihat mereka.
Ummu Muhammad berkata: “Ketika kami sampai dirumah Syaikh maka segera saya ingin bertemu untuk melihat mereka yang terakhir kalinya, aku dapati tiga orang dalam keadaan tertutup, kemudian aku dapati anakku yang pertengahan Khudzaifah berdiri di depanku. Maka aku yakin bahwa orang itu adalah suamiku, dan anakku yang paling besar Muhammad (21 tahun) serta anakku yang ketiga (16 tahun), maka aku masuk ke dalamnya dan aku ucapkan perpisahan terakhir kemudian aku kembali ke rumahku, dan aku telah berjanji kepada Alloh untuk tidak menangisi mereka, karena suamiku sebelum kesyahidannya dia pernah bertanya kepadaku: “Apa yang akan engkau lakukan jika Alloh memberikan rezeki kesyahidan kepadaku?” Lalu aku menjawab: “Aku akan bersabar dan tabah insyaAlloh”. Dan sungguh benar-benar aku telah memenuhi janjiku kepadanya, dan aku memohon kepada Alloh untuk memberikan kepadaku kesabaran dan keteguhan hingga mati. (Disadur dari pertemuan di majalah Al Mujtama’ edisi 849, 2 January 1990 M.
Sesungguhnya itu adalah pendidikan Islam secara praktek dari beberapa kejadian-kejadian yang membuat umat ini sebagai sumber yang tidak akan habis airnya untuk mengeluarkan bagi kita orang seperti wanita mujahidah dan sholihah ini, supaya menjadi pelita dan panutan bagi seluruh wanita di dunia ini pada zaman sekarang ini.
Tidak diragukan lagi bahwa istri mujahid ini masih akan terus menjadi contoh yang paling baik bagi para wanita umat ini. Dan dia berada di barisan wanita yang terdepan di medan jihad. Dialah pendiri Al Lajnah An Nisa’iyah Al Arobiyyah (Yayasan Wanita Arab) yang memiliki andil yang sangat besar di dalam berkhidmat untuk jihad.
Dibidang pengajaran dan kesehatan serta kesejahteraan keluarga para syuhada’ dan anak yatim.
Sesungguhnya bagi para wanita di dalam Islam memiliki peran yang sangat penting dan jelas di medan jihad. Telah disebutkan di dalam hadits shohih dari Nabi SAW, yang diriwayatkan oleh Al Bukhori dari Rubai’ binti Muawwidz ra dia berkata: “Kami berperang bersama Nabi Shallallahu alaihi wassalam, kami memberi minum para prajurit dan membantu mereka, mengembalikan yang terluka dan yang terbunuh ke Madinah”.
DR. Abdulloh Azzam berkata tentang hukum keikut sertaan wanita di dalam berjihad: “Peran wanita di dalam jihad adalah perkara yang telah disebutkan di dalam syareat, akan tetapi wajib menjaga syarat-syarat yang disyareatkan: seperti adanya mahrom, tidak bercampur dengan laki-laki, aman dari fitnah, dan ketika dalam keadaan terpaksa yang tidak mampu dilakukan oleh laki-laki. Bisa juga para wanita berada di barisan belakang untuk melakukan kegiatan memasak, mengobati yang sakit dan semisalnya dari kegiatan-kegiatan wanita.
Sedangkan membuka pintu di dalam masalah ini adalah kerusakan yang besar. “Dan jika aku pernah lupa maka aku tidak lupa peran wanita muslimah Afghon di dalam pelaksanaan jihad Afghonistan. Berapa banyak sikap wanita Afghoni di utara Afghonistan dapat membangkitkan semangatku, di desa Khoniz, berkata Syahid Umat Islam ini Abdulloh Azzam: “Kami ketika berada di jalan antara Bazarik dan Rokho kami melewati desa yang namanya Khoniz kemudian Ahmad Mas’ud menunjuk desa tersebut dan berkata: “Di desa ini ada seorang wanita dan anak-anaknya membantu kami pada tahun 1982 M, dan di desa itu tidak ada yang lain selain dia, anaknya seorang mujahid yang berjihad bersama kami, dan kami sangat takjub dengan keberanian wanita tersebut. Jika kami melihat bom itu semakin deras maka kami bersembunyi, namun dia tidak bersembunyi, padahal pada tahun itu peperangan sangat sengit sekali, dan kekuatan itu sangat dekat dengan kami.
Wanita tersebut yang membuat roti buat kami, dia memasak makanan kemudian memberikannya kepada kami dan anaknya. Pada suatu hari langit menghujani kami dengan awannya yang sangat panas, dan tank-tank menyalakkan kobaran apinya, dan kami pada waktu itu berada di sebuah kamar, lalu kami berusaha untuk berpencar, ternyata perempuan tersebut berdiri di depan pintu dan berkata: “Janganlah kalian keluar! Karena api ada dimana-mana nanti akan mengenai kalian”. Dan anak perempuannya ikut membantunya membuat roti dan memasak, tiba-tiba dia terkena serpihan bom dan membunuhnya, maka kemudian dia menutupi anaknya dengan kain penutup lalu perempuan tersebut melanjutkan memasaknya. Kemudian suaminya juga menemui kesyahidan dan tidak ada yang tersisa lagi selain anaknya yang mujahid, lalu anaknya tersebut juga mendapatkan karunia kesyahidan.
Maka seluruh kaum mujahidin bersedih hati dengan hilangnya anak tersebut, lalu kami datang untuk bertakziyah kepadanya. Lalu wanita itu mengatakan: “Sungguh kesediahnku karena tidak dapat memberikan bantuan makanan kalian itu lebih aku rasakan daripada kesedihanku karena kehilangan anak kesayangan hatiku, oleh karena itu sesungguhnya mulai hari ini aku akan terus memasak makanan untuk kalian, dan aku akan membuat roti untuk kalian, aku tinggalkan dan kalian datang untuk membawanya sendiri”.
Mas’ud berkata: “Aku kehilangan wanita itu, mungkin dia berhijroh ke Kabul. Dan demi jiwaku jika aku mengetahui tempatnya pasti aku akan membalas atas bantuannya kepada kami”.
Aku berdiri dihadapan keadaan ini dengan pengagungan dan kekaguman! Maka kukatakan Subhanalloh! wanita ini telah mengembalikan perjalanan para shohabiyat yang seperti wanita itu dari seorang wanita kalangan bani Abdud Daar ketika sampai kepadanya kabar kesyahidan suaminya dan saudaranya serta bapaknya, lalu dia berkata: “Apa yang terjadi dengan Rosululloh Shallallahu alaihi wassalam ?” Mereka berkata: “Dia baik-baik saja”. Wanita tersebut berkata: “Setiap musibah selain pada
dirimu wahai Rosululloh SAW adalah kecil” artinya “remeh dan sepele”.
Mana sikap sebagian wanita kaum muslimin di negara-negara Arab? Kalian melihat salah seorang diantara mereka yang takut dari kalajengking dan tikus jika masuk ke dalam rumahnya?
Pernah terjadi suatu kejadian di salah satu kota di Arab bahwa ada seorang perempuan yang suaminya bekerja sebagai guru di sebuah sekolahan Tsanawiyah dan tiba-tiba dia ditelpon oleh istrinya dan bilang cepat-cepatlah pulang karena ada sesuatu yang sangat penting!! Maka suaminya pulang dengan cepat sambil terengah-engah, ternyata istrinya bilang bahwa ada tikus di kamar ini!!.
Sesunggunya wanita seperti ini tidak dapat diandalkan untuk memberikan kemampuannya untuk kaum muslimin di medan-medan perang, apalagi untuk mendidik singa-singa dikandangnya untuk menjadi tentara Alloh, Robbul Alamin.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/sebuah-realita-dalam-jihad.html 

Berubahlah ! Berkembanglah !

Merancang peta karier berarti mempersiapkan diri Anda mengarungi perjalanan menuju posisi karier berbeda.

Supaya Anda siap menghadapi perubahan yang mungkin terjadi, terapkan konsep OCEAN yang diperkenalkan pakar manajemen Rhenald Kasali dalam bukunya, Change!

Opennes to experience (keterbukaan terhadap hal-hal baru).
Orang yang punya cara berpikir terbuka cenderung imajinatif dan kreatif. Mereka bersifat fleksibel, menyukai keragaman, serta mengutamakan hal-hal yang sifatnya orisinil.

Conscientiousness (keterbukaan hati dan telinga).
Mereka yang punya keterbukaan hati yang tinggi cenderung bergerak secara terpola, menghargai waktu, dapat diandalkan, disiplin, termotivasi, serta gigih mencapai tujuan.

Extroversion (membuka diri pada orang lain).
Orang yang extrovert cenderung senang berkawan dan bekerja dalam kelompok, lugas, berenergi, percaya pada orang lain, percaya diri, dan penuh keberanian.

Agreeableness (keterbukaan terhadap kesepakatan).
Dalam setiap proses perubahan, akan ada sejumlah kesepakatan yang perlu dilakukan. Poin penting dalam mencapai kesepakatan adalah sifat kooperatif, kesediaan untuk melakukan pengorbanan bagi kepentingan yang lebih utama, serta kemampuan untuk mempercayai orang lain.

Neuroticsm (keterbukaan terhadap tekanan).
Orang yang sudah terlatih menghadapi tekanan biasanya tidak terlalu sensitif dan memiliki kontrol emosi yang baik.

Marilah kita coba dan latih untuk berubah (BERKEMBANG)



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/berubahlah-berkembanglah.html 

Ubah Cara Bicara pada Pasangan

Pria dan wanita memang berbeda cara berpikirnya. Beda pendapat memang biasa, namun terlalu sering atau malah berubah jadi pertengkaran juga tak baik. Untuk mengupayakan hubungan yang lebih harmonis tentunya harus ada komitmen dan usaha. Nah, boleh dong dimulai dengan Anda, para wanita/pria yang bijaksana. Upayakan mengganti kalimat yang cenderung bias ketika keluar dalam keadaan emosi, dengan kalimat yang lebih manis nan konstruktif. Ini contohnya:

Hindari: "Kamu tak pernah membantu di rumah!"
Ganti dengan: "Alangkah indahnya kalau kamu bisa membuang sampah-sampah ke tempat sampah di depan rumah sebelum jam 8 nanti. Mau yaa"
Alasannya: Jangan beranggapan bahwa pasangan Anda bisa membaca pikiran Anda. Lebih baik berikan permintaan yang spesifik daripada "menyerang" bombardir secara personal.

Hindari: "Aku nggak tahan kalau kamu ngomong teriak-teriak!"
Ganti dengan: "Saya pengen banget mendengar apa yang mau kamu sampaikan.
Tapi tolong donk intonasi suaranya diturunkan supaya saya bisa mengerti."
Alasannya: Memahami perspektif pasangan membuat ia merasa didengarkan, dan bisa membuat keadaan lebih damai. Dengan mengeluarkan apa yang Anda inginkan, akan ada jalan untuk memperbaiki tingkah laku.

Hindari: "Kamu telat lagi! Sama seperti saat perayaan ulang tahun pernikahan kita!"
Ganti dengan: "Saat menunggu kamu datang tadi aku agak merasa frustrasi dan kesal. Boleh tahu nggak, apa yang membuatmu terlambat tadi?"
Alasannya: Dengan memberinya kesempatan untuk menceritakan alasan keterlambatannya, Anda bersikap adil. Ketika Anda mengungkit-ungkit kejadian yang sudah lampau itu bukan lagi membicarakan masalahnya, tapi merupakan tanda bahwa Anda masih belum melupakan masa lalu.

Hindari: "Saya nggak pernah bilang begitu!"
Ganti dengan: "Saya nggak ingat pernah bicara seperti itu. Saya tahu ketika sedang emosi atau marah, kata-kata nggak enak didengar sering keluar tanpa sadar. Jika memang benar saya pernah bicara seperti itu, saya minta maaf yaa."
Alasannya: Daripada mengelak dari tuduhan pasangan Anda, coba menempatkan diri dalam posisi yang sama dengan Si Dia untuk mencari kebenaran dalam pernyataannya (meskipun hal ini tidak mudah, dibutuhkan kebijaksanaan untuk melakukannya).

Hindari: "Kamu nggak pernah mendengarkan aku!"
Ganti dengan: "Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu. Apakah ini waktu yang baik untuk kita bicara?"
Alasannya: Ketika Anda mengatakan "Kamu nggak pernah" atau "Kamu selalu", hal ini justru memberi cap kepada Si Dia. Sebaiknya fokus kepada peristiwa yang sedang dihadapi.

Bila anda belum menerapkannya, cobalah, benar2 indah rasanya
 
 
 

Seni Memaafkan

Anda mungkin masih belum dapat memaafkan seseorang yang pernah sangat dekat dengan Anda. Padahal, kejadiannya sudah berlalu bertahun-tahun lalu. Namun, Anda juga masih belum bisa melupakan orang tersebut beserta kenangan-kenangannya.

Pertanyaannya:
Apakah kita sebaiknya perlu melupakan (forget) terlebih dahulu untuk bisa akhirnya memaafkan (forgive)? Ataukah justru sebaliknya?


Sebenarnya, berbicara soal memaafkan tidak bisa lepas dari konsep "forgiveness" itu sendiri. Forgiveness dapat berarti dua hal: meminta maaf dan memaafkan. Untuk melakukan dua tindakan tersebut, ada beberapa elemen yang dilibatkan, seperti korban, pelaku, dan berbagai jenis serta tingkat trauma, luka, atau ketidakadilan.

Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Leonard Horwitz, seorang ahli psikoanalisa dari Greater Kansas City Psychoanalitic Institute. Sedangkan Enright and Human Development Study Group (1996) menyebutkan bahwa tindakan forgiveness selalu berkaitan dengan tiga aspek.


Yang pertama memaafkan orang lain, lalu menerima permintaan maaf dari orang lain, dan terakhir memaafkan diri sendiri.

Untuk mencapai tataran forgiveness seutuhnya, ketiga aspek tersebut harus tercapai semua.
Sayangnya, kita tidak dapat selalu mendapatkan ketiga aspek tersebut di dalam kehidupan sehari-hari.

Forgiveness memiliki berbagai manfaat, baik secara psikologis maupun kesehatan. Di antaranya adalah memperbaiki hubungan yang renggang antarindividu, menyembuhkan luka batin yang dalam, pemulihan bagi korban maupun pelaku, serta sebagai sarana untuk pengembangan diri ke arah yang lebih baik. Orang yang sulit untuk memaafkan atau meminta maaf ternyata lebih rentan terhadap berbagai gangguan psikologis. Selain itu, mereka juga sulit untuk bisa mempertahankan tingkat kesehatan mental di hari tuanya.

Jangan pelit memaafkan

Mengampuni seseorang tidak langsung terjadi saat kita telah mengucapkan, "Ya, saya maafkan." Setidaknya, forgiveness bekerja melalui dua cara:

1. Kurangi stres yang muncul akibat dari keputusan untuk tidak memaafkan yang selalu diliputi oleh berbagai emosi, seperti sakit hati, kemarahan, agresivitas, kebencian, penolakan, dan ketakutan akan disakiti atau dipermalukan kembali. Jika emosi-emosi tersebut tidak diredakan, akan muncul gangguan-gangguan yang bersifat fisiologis. Misalnya meningkatnya tekanan darah dan perubahan struktur hormonal yang berhubungan erat dengan gangguan fungsi jantung, gangguan kekebalan tubuh, dan gangguan fungsi saraf dan ingatan.

2. Mencoba memaafkan. Di sinilah kita mungkin akan mengalami masalah, jika kita tipe orang yang sulit memaafkan orang lain. Seseorang yang pendendam dan pelit memaafkan biasanya sulit untuk membina hubungan jangka panjang dengan orang lain. Sebab hubungan yang telah terbina dapat rusak akibat kesalahan kecil. Setelahnya, orang lain pun akan sulit untuk mendekati dirinya karena telah melihat betapa buruknya caranya berelasi dengan orang lain. Lebih lanjut, orang yang sulit memaafkan atau meminta maaf, dan memiliki kebiasaan gemar mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, berpeluang lebih besar mengalami masalah kesehatan fisik dan juga mental.

Memaafkan butuh proses

Proses forgiveness membutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menerima dan menyadari dampak menyeluruh dari peristiwa yang menyakitkan.

2. Memutuskan untuk memaafkan.


3. Menyadari bahwa memaafkan itu sulit untuk dilakukan dan selalu melibatkan suatu proses yang tidak menyenangkan bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya.

4. Memaafkan diri sendiri. Kebanyakan orang mampu memaafkan orang lain tetapi sulit untuk memaafkan diri sendiri untuk perbuatan yang sama.

5. Mempertimbangkan akibat-akibat yang mungkin muncul jika kita belum dapat atau tidak mau memaafkan.

Hal terpenting yang perlu diingat:

Forgiveness bukanlah kejadian sesaat, melainkan sebuah proses.
Forgiveness adalah suatu proses yang harus ditumbuhkan dan dipelihara karena berlawanan dengan kecenderungan alamiah manusia untuk membalas dendam dan menentang ketidakadilan.
Memaafkan secara tulus memang sulit, namun kita semua pasti bisa melakukannya.
 
 
 

Semangat Laba-Laba : Kegigihan, Ketabahan, dan Usaha yang Konsisten

Dikisahkan, di sudut atap sebuah rumah yang sudah tua, tampak seekor laba-laba yang setiap hari bekerja membuat sarangnya dengan giat dan rajin.

Suatu hari, hujan turun dengan derasnya dan angin bertiup sangat kencang. Rumah tua itu bocor di sana-sini dan sarang laba-laba pun rusak terkena bocoran air serta hempasan angin. Tembok menjadi basah dan licin. Tampak si laba-laba dengan susah payah berusaha merayap naik. Tetapi karena tembok licin, laba-laba pun terjatuh.
 Ia terus bersusah payah untuk merayap naik, tetapi jatuh dan jatuh lagi. Begitu terus berulang-ulang. Tetapi, laba-laba itu ternyata tetap berusaha merayap naik dengan kegigihan yang luar biasa.

Rumah tua itu dihuni oleh tiga orang kakak beradik yang masih muda usianya. Saat kejadian itu berlangsung, kebetulan mereka bertiga sedang menyaksikan tingkah laku si laba-laba tadi. Dan berikut adalah komentar-komentar mereka:

Si sulung dengan menghela napas berkata: "Nasibku sama dengan laba-laba itu. Meskipun aku telah berusaha dengan susah payah dan terus menerus, tetapi tetap saja hasilnya nol. Sia-sia belaka! Memang beginilah nasibku. Meskipun telah berusaha sekuat apa pun percuma saja. Tidak bisa berubah !”

Pemuda kedua dengan santai berkomentar: "Laba-laba itu bodoh sekali ! Kenapa tidak mencari jalan yang kering dengan memutar kemudian merayap naik ? Aku tidak akan sebodoh dia. Kelak bila ada kesulitan, aku akan mencari jalan pintas. Aku pasti memakai otak mencari akal untuk menghindari kesulitan. Tidak perlu bersusah payah menghadapinya.”

Lain lagi pendapat si bungsu. Melihat kegigihan laba-laba tadi, hatinya sangat tergugah. Beginilah komentarnya: "Laba-laba itu begitu kecil, tetapi memiliki semangat pantang menyerah yang luar biasa ! Dalam hal ketabahan dan keuletan, aku harus belajar dari semangat laba-laba itu. Dengan mencontoh semangat juang seperti itu, suatu hari aku pasti bisa meraih kesuksesan !”

Cerita laba-laba di atas sungguh inspiratif sekali. Sudut pandang yang berbeda dalam melihat sebuah persoalan yang terjadi akan melahirkan penanganan yang berbeda. Dan cara penanganan yang berbeda tentunya akan mendatangkan hasil yang berbeda pula.

Cara pandang sulung memperlihatkan sosok yang tanpa motivasi, tanpa target hidup yang pasti, pasrah, mudah putus asa, dan bergantung pada apa yang disebutnya "nasib”. Inilah perspektif yang paling menghambat langkah seseorang untuk meraih keberhasilan. Jika kita menganut sudut pandang seperti ini, dijamin keberhasilan akan jauh dari jangkauan kita.

Sebaliknya, perspektif pemuda kedua menunjukkan tanda-tanda sebuah pribadi yang oportunis dan sangat pragmatis. Dalam menghadapi setiap persoalan, pilihan yang ditempuhnya adalah menghindari atau lari dari persoalan tersebut. Jika toh harus dihadapinya, maka ditempuhlah jalan-jalan pintas dengan menghalalkan segala cara, asalkan tujuannya tercapai. Bukannya mencari pemecahan dengan kreativitas dan kecerdasan, tetapi lebih menggunakan cara-cara yang tidak benar, mengelabui, curang, melanggar etika, dan mengabaikan hak-hak orang lain. Jika setiap kali menemui rintangan dan kita bersikap demikian. Maka bisa dipastikan mental kita akan menjadi lemah, rapuh, dan besar kemungkinan menjadi manusia "raja tega” yang negatif.

Dan tentu saja, saya setuju dengan pendapat si bungsu.

Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus kita miliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap persoalan merupakan batu penguji yang harus dipecahkan dan dihadapi dengan penuh keberanian. Kita harus membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul sebagai suatu hal yang wajar dan harus dihadapi, bukan menghindar atau melarikan diri dari masalah.

Sesungguhnya, kualitas kematangan mental seseorang dibangun dari fondasi banyaknya hambatan, masalah, kelemahan, dan problem kesulitan yang mampu diatasi.

Dan jelas sekali, dengan bekal kegigihan, ketabahan, dan usaha yang konsisten, kesuksesan yang kita peroleh pasti berkualitas dan membanggakan, membahagiakan !.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/semangat-laba-laba-kegigihan-ketabahan.html 

Perlunya Memiliki Peta Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi itu bukan semata kemampuan seseorang mengendalikan emosi pada tempat dan waktu tertentu.

Dalam Kecerdasan Emosi seseorang dibekali semacam peta baku yang menjadi "rujukan" untuk respons terhadap spekuli, atau respons terhadap hubungan.


Seorang anak yang sudah memiliki Peta Kecerdasan Emosi tidak akan berespons negatif ketika dihina.

Sebab dalam dirinya sudah ada peta bahwa hanya orang yang rendah saja yang marah ketika direndahkan orang lain.

Seseorang yang sudah memiliki Peta Kecerdasan Emosi tidak akan berespons negatif ketika dikatakan bodoh oleh pihak lainnya.

Sebab dalam Peta Emosi yang dimilikinya ada petunjuk bahwa hanya orang bodoh saja yang mengatakan orang lain bodoh.

Kalau secara kolektif bangsa ini di isi oleh individu-individu yang bereaksi positif terhadap apapun yang terjadi dilingkungan kita, yakinlah kehidupan bernegara dan berbangsa ini akan lebih damai dan syahdu.

(Mario Teguh)



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/perlunya-memiliki-peta-kecerdasan-emosi.html 

Cara Terbaik Untuk MEMULAI Sesuatu

Sering kita menunggu waktu yang tepat untuk memulai sesuatu, dan ternyata waktu yang tepat itu tidak pernah datang.

Bila kita tidak tahu waktu yang tepat untuk memulai sesuatu, maka sesuatu itulah yang harus tepat.

Ketepatan pilihan tindakan dan KESUNGGUHAN BERTIDAK-lah yang menjadikan waktu apa pun disebut WAKTU YANG TEPAT.

Sudah berapa banyak orang di antara kita yang sekarang sedang terbakar oleh ide-ide besar, namun tertahan oleh BAKAT kita yang HEBAT, yaitu MENUNDA.
Mengapa tidak sekarang ?

Betapa sering kita tidak memulai sesuatu karena kita belum memiliki ini atau itu. Padahal untuk memulainya tidak dibutuhkan ini atau itu.

Bila semua halangan/rintangan yang mungkin terjadi harus disingkirkan terlebih dulu, maka kapankah kita bisa mulai?

"Lebih baik kita gagal mengupayakan sesuatu yang baik, daripada
BERHASIL TIDAK MELAKUKAN APA PUN"


Dan kita semua tahu bahwa kita harus memulai.

Sesungguhnya, "CARA TERBAIK untuk MULAI adalah MULAI".

Jadi : "Kita dapat Sampai hanya karena Kita Berangkat".
Maksudnya : "Kita dapat mewujudkannya hanya karena Kita Memulainya".
Maka bila tidak sekarang memulai, lalu kapan?"

"JANGAN MENUNDA sesuatu yang baik"



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/cara-terbaik-untuk-memulai-sesuatu.html 

Inspirasi dari 2 Abah Komar

Ada dua orang dengan panggilan yang sama, yaitu Abah Komar. Yang satu tinggal di sekitar Cikampek berusaha 81 tahun, saya panggil Abah Komar A. Dan yang satu lagi adalah tetangga saya di Cimahi dengan usia yang sepertinya tidak jauh dari 80-an, saya panggil Abah Komar B. Keduanya sudah tua, namun keduanya memberikan inspirasi bagi saya.
Abah Komar A yang di Cikampek, dengan usia setua itu masih berkeliling setiap hari dengan jalan kaki untuk menjajakan jasanya. Rata-rata setiap hari menempuh jarak sampai 20 km. Bukan jarak yang dekat bagi saya, apalagi bagi seorang kakek seusia 81 tahun ini. Jarak yang luar biasa jauh, yang menguras tenaga.


Mengapa Abah Komar melakukan ini? Satu alasan terucap dari mulutnya, yaitu tidak mau merepotkan anak dan cucu. Luar biasa, sebuah keinginan untuk tetap mandiri meski usia sudah senja. Padahal, sudah cukup alasan untuk menggantungkan hidup kepada anak dan cucu.

Sungguh malu, jika ada orang yang masih muda dan kuat tetapi tidak berusaha untuk bekerja keras, mudah menyerah, mengeluh, dan begitu mudah mengatakan sulit. Abah Komar, menempuh jarak 20 km per hari dengan penghasilan Rp 30.000 per hari, demi sebuah kemandirian.

Sementara Abah Komar B tetangga saya juga luar biasa. Yang pertama si Abah (begitu saya memanggilnya) hampir tidak pernah absen untuk shalat shubuh di Masjid, bahkan beliaulah yang mengumandangkan adzan subuh dan menjadi iman untuk segelintir makmum yang jarang sekali anak mudanya.

Untuk hal mencari nafkah pun tidak kalah hebatnya. Dengan tubuh yang mungil dan sudah termakan usia, namun tidak kalah gesit dengan anak mudah saat bekerja sebagai buruh bangunan. Mendorong beban yang berat, memasang batu bata, dan berbagai pekerjaan yang menguras tanaga lainnya.

Terima kasih Abah Komar (keduanya) yang telah memberikan inspirasi kepada saya agar tidak mudah menyerah. Yang telah memberi semangat menjadi pribadi yang mandiri dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Memberi contoh untuk memberikan kontribusi kepada orang lain. Semoga saya bisa meneladaninya.

Mudah-mudahan kedua Abah Komar ini menjadi hamba yang dicintai Allah dan diampuni dosa-dosanya.

Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tangannya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah. (HR. Ahmad)

Sesungguhnya Allah senang melihat hambaNya bersusah payah (lelah) dalam mencari rezeki yang halal. (HR. Ad-Dailami)
 
 
 

Benarkah Tugas Kita hanyalah untuk Mencoba ?

Tugas kita bukanlah untuk berhasil atau gagal. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.
Mario Teguh.

Kita tidak pernah tahu, apakah kita akan gagal atau berhasil. Hanya satu untuk mengetahui jawabannya, yaitu dengan mencoba.
Rahmat Motivasi Islami.

Aku bukanlah seorang pengecut, karena setiap usaha yang terbuang merupakan langkah maju yang lain.
Thomas A. Edison.

Anda mungkin ditipu jika terlalu mempercayai tetapi hidup anda akan tersiksa jika tidak cukup mempercayai.
Frank Crane.

Abdullah bin Mas'ud berkata, Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya.
HR. Bukhari.


Orang yang berani tidak akan membabi-buta melompat masuk ke dalam jurang, melainkan masuk dengan perlahan-lahan dan dengan mata yang terbuka setelah mengukur dalamnya.
Stahl P.J.

Bangsa penakut tidak boleh merdeka dan tidak berhak merdeka. Ketakutan adalah penasihat yang sangat curang untuk kemerdekaan.
Andre Colin.

Orang yang paling tidak bahagia ialah mereka yang paling takut pada perubahan.
Mognon Me Lauhlin.

Seseorang yang melakukan kesalahan dan tidak membetulkannya telah melakukan satu kesalahan lagi.
Confucius.

Perjalanan seribu batu bermula dari satu langkah.
Lao Tze.

Dan ... sekali lagi :
Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.
Mario Teguh.