Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Senin, 09 Juli 2012

Penantian Dengan Iman

SEBUAH MOTIVASI DARI SAYA UNTUK ANDA !

Ketika usia kita masih belasan tahun, atau lebih tambah sedikit antara 20 tahunan, kita masih jual mahal dan memilih-milih setiap ada yang datang kepada kita. Bagi yang wanita; ada Ikhwan baik-baik dan karyawan biasa datang meminang, kita tolak dengan halus atau bahkan dgn terang2an kita bilang 'Gak level'. Ada pemuda yang serius mengajukan taaruf tapi dia masih mahasiswa dan pekerja freelance, kita bilang dia belum punya masa depan. Ada seorang yg sudah bekerja sebagai pegawai negeri tetap tapi dia miskin, kita bilang 'status sosialnya gak sama dgn keluargaku'.

Begitupun dengan sang pria; ketika ada akhwat baik-baik datang mengajukan diri utk dipinang, kita bilang 'wanita kok melamar, gak tahu malu..'. Saat ada gadis yang baru lulus SMA tapi sudah berani menikah dan mencari suami, kita bilang 'lanjutin kuliah dulu biar pinter, biar gak ketinggalan jaman...', dan segudang alasan lain yg terasa dibuat-buat.

Kini, sang pria atau si wanita sudah hampir memasuki usia kepala tiga. Peluang cinta yang dulu menyapa kini tak pernah sekalipun hadir lagi. Orang tua sudah mendesak ingin agar kita segera menikah, dan akhirnya kitapun kebingungan. Dengan nada putus asa enak saja mulut ini berucap: " Mana jodoh yg dijanjikan Allah kepadaku? kenapa tak kunjung datang...?".
Nah, kalo sudah begini siapa yang harus disalahkan...???
INGAT..ALlah tidak pernah sedikitpun menzalimi hambaNya.

Ya, sebenarnya faktor yang paling utama mengapa keinginanmu belum dikabulkan, padahal usia sudah waktunya, tujuan sudah mulia, bahkan mungkin kemampuan financial sudah ada. Hanya satu faktor penyebabnya. Yaitu perbedaan persepsi antara Kita dan Allah. Kita seringkali menganggap bahwasanya apa-apa yang sesuai dengan keinginan kita itulah yang terbaik bagi kita, padahal tidak selamanya loh, "
" Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.(baca QS. Al-Baqarah : 216).

Coba kita tengok sedikit ke belakang. Dulu kita begitu jual mahal menolak setiap cinta yg datang, mentang2 kita masih cantik, masih muda dan seorang mahasiswi pula, dengan tanpa berpikir lagi terang2an menolak tanpa tahu apakah dia memang benar2 jodoh kita atau bukan. Tidak mau sedikitpun membuka mata dan telinga tentang niat baik seseorang yg hendak menggenapkan dien mereka karena Allah daripada bermaksiat dengan melakukan pacaran. Mana yg lebih mulia ukhti, seorang pria yang mengajakmu menikah atau yg mengajakmu berpacaran..?? Hal ini sering luput dari perhatian kita..!!!

Sekarang, yang terjadi adalah kita begitu berharap ada seseorang yg datang kepada kita dengan menurunkan kriteria yg dulu kita patok sebagai harga mati. Kalau dulu kita mengharap calon yg kaya dan ganteng, sekarang tidak perlu kaya dan ganteng yang penting dia serius dan bertanggung jawab. Dan standart kriteria laen yg sengaja kita turunkan agar cepat mendapatkan jodoh. Hmmm....pantaskah kita berbuat demikian???

Yaa akhi wa ukhti sudaraku fillah..
Diluar sana, ketahuilah BUKAN hanya dirimu yg mengalami hal ini. Dibelahan bumi yg sama kita huni ini, ada banyak ribuan bahkan jutaan gadis yang mengalami masa yg sama seperti dirimu. Putus ada dan gamang dengan pertanyaan dalam hidup ini 'kapan giliranku', tanpa ada pasangan jiwa yg bener2 akan datang menemui kita. Tapi haruskah engkau sebagai seorang muslimah yg paham agama mesti putus asa dari rahmat Allah? Setelah sujud terakhir shalat malam yang panjang, tunduk. Ada tetesan tak berbunyi bergulir di atas pipi. Kesunyian itu tiba-tiba datang lagi tanpa meminta izin lebih dahulu.

Dan sahabatku.., bila kau salah satu dari perempuan bersimpuh itu, sabarlah. Benar, tidak mudah. Tapi tidak ada yang salah dengan janji Nya. Janji Nya adalah keniscayaan terindah, walau itu harus kau tebus denagn kesabaran yang berdarah-darah.
Jangan lelah muliakan dirimu. Bukan untuk dia. Juga bukan untuk dirimu sendiri. Tapi semata hanya untuk Rabb-Mu. Sungguh, itu bagian dari tarbiyah dengan cara yang berbeda. Dan Mahabenar Allah, lelaki mulia itu akan datang atas nama kemuliaan pernikahan.

Ukhti, kalian adalah tulang rusuk yang hilang. Jika kalian dalam penantian, maka jadikan penantian itu jalan menuju keberkahan, yaitu PENANTIAN DENGAN IMAN. Menanti bukan berarti berdiam diri, atau menunggu tanpa arti. Kalian adalah bidadari yang dicari. Sebelum pemilik tulang rusuk datang menjemput, isilah masa penantianmu dengan taqwa, sabar, do’a dan tawakkal. Meski kau boleh mengajukan proposal lebih dulu, tapi saya yakin, al-Haya’ yang menjadi perisai bagimu akan membuatmu urung untuk mengungkap perasaan. Cinta yang tak mampu kau ungkap. cinta yang hanya kau dekap dalam bungkam. Karena mungkin kau tak seberani Khadijah…

Tidak perlu gelisah yaa ukhti. Gunakan masa penantian ini sebagai motivasi untuk terus memperbaiki diri lahir batin, berusaha terus utk menjadi pribadi yg sholeh dan sholehah agar dirimu pun makin cantik luar dalam, sehingga engkau akan menjadi sosok muslim dan muslimah yg tangguh, kuat, tertarbiyah, dan pribadimu pun akan makin dewasa dan bermutu.
Jadikan masa penantian ini sebagai bentuk ujian kesabaran dari Allah, sampai dimana kita memaknai kesabaran kita tersebut. Karena janjiNya kepadamu sangat indah : "...Dan hanya orang2 yang bersabarlah yg dicukupkan pahala mereka tanpa batas " ( QS.Az-Zumar, 10 ).

Sehingga ketika Allah benar2 telah menganggapmu sudah mampu, sudah siap lahir batin untuk menggenapkan dien ini, maka Putera Langit dan Bidadari itupun akan dikirimkam kepadamu tanpa diminta. Dan engkaupun akan menyambutnya dengan tersenyum dan air mata bahagia sambil berbisik, " Subhanallah..ternyata jodohku yg dijanjikan Allah keren sekali" !

Hmmm..mulai sekarang benahi dirimu. Tata dan perbarui lagi hatimu. Ubahlah cara pandangmu kepada Allah dan tetap berprasangka baik kepadaNya. Sambut masa depanmu dengan optimis, penuh percaya diri dan semangat tinggi.
Hamasah saudaraku akhi wa ukhti..





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/penantian-dengan-iman.html

Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan

Begitu indahnya Allah ciptakan segala sesuatu di muka bumi ini dalam keadaan berpasang-pasangan. Sudah menjadi ketentuan-Nya bahwa apapun yang ada di sekitar kita memiliki pasangan kata, makna, rasa dan zat. Dunia akhirat, surga neraka, pria wanita, siang malam, susah senang, baik buruk, pahit manis, berat ringan, keras lunak dan banyak lagi contoh lainnya yang memang pada dasarnya selalu akan berpasang-pasangan.

Bacalah apa yang ada dalam tubuh kita, mata yang berpasangan, telinga yang berpasangan, tangan dan kaki yang berpasangan dan semuanya akan serba berpasangan. Bagi seseorang yang tidak memiliki pasangan anggota tubuhnya (maaf : cacat) baik karena bawaan sejak lahir, kecelakaan ataupun sebab lainnya, semoga mereka diberikan kesabaran dan tetap optimis menjalani hidup. Apapun yang menimpa diri kita, itulah yang terbaik di sisi Allah dah hanya Allah-lah yang Maha Mengetahuinya.

Ketika kita berada di dunia maka tidak lama lagi kita akan berada di akhirat, ketika kita berada di waktu siang maka kita akan segera menemui malam, ketika kita merasakan manis maka pahit pun akan kita jumpai, ketika kita membawa sesuatu yang berat maka suatu saat kita akan membawa yang ringan pula dan begitulah seterusnya tentang makna berpasang-pasangan. Begitu indah terdengar bila sepasang kata dan makna dipadukan, tapi mungkin akan membuat hati kita bergetar dan ketakutan bila hal itu menimpa diri kita terutama pada kondisi yang tidak kita inginkan.

Ada hal menarik yang perlu kita pikirkan dan renungkan lebih dalam ketika memaknai bahtera hidup ini. Sepasang kata dan ungkapan yang indah, belum tentu menjadikan diri kita siap untuk menerimanya. Dan ungkapan itu adalah “Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”.
Siapa yang tak kenal ungkapan ini? Siapa yang tak paham prinsip hidup ini? Dan siapa pula yang mengingkari bahwa hal ini adalah kenyataan yang ada dalam hidup kita? Semuanya akan menjawab : ” Saya mengenalnya, saya memahaminya dan saya tahu bahwa itu adalah prinsip hidup yang selalu saya pegang sejak lama.”

Mari kita berpikir sejenak dan merenungkan tentang makna terdalam yang ada dalam ungkapan “Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan”. Ketika Allah mentakdirkan segala sesuatunya dengan berpasang-pasangan, pastilah Allah telah memperingatkan kita dengan ayat-ayatnya. Bukti bahwa Allah telah memperingatkan kita adalah dengan wahyu-Nya “Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah : 6). Dan masih banyak lagi peringatan-peringatan yang telah Allah berikan pada kita.

Kembali pada ungkapan tersebut, bagi sebagian orang, tapi mudah-mudahan tidak termasuk Anda, terkadang sulit untuk menerima kenyataan itu. Mereka mengerti makna ungkapan tersebut, tapi tidak dibuktikan dengan perilaku pada saat menimpa dirinya. Mereka sebenarnya menyadari bahwa ia sedang berada pada kondisi salah satunya entah kesulitan atau kemudahan. Pada saat mereka berada dalam kondisi kesulitan, mereka lupa bahwa kemudahan akan datang. Dan sebaliknya, jika kondisi mereka sedang berada dalam kemudahan, ia lupa bahwa sebentar lagi kesulitan pun akan menghampirinya.

Pada saat kesulitan hidup datang, mereka lupa bahwa hidupnya sedang dalam ujian dan cobaan bahkan peringatan. Mereka mengeluh dan menangis, mereka tidak terima dan berontak, mereka lari dan berputus asa. Mereka menyalahkan diri mereka sendiri dan mengkambing hitamkan orang lain, mereka mencaci diri sendiri dan memaki siapa saja. Dan mereka pun sampai pada titik terlemahnya iman seseorang dengan mengatakan bahwa : ” Tuhan tidak adil, Tuhan tidak mengasihaniku, mengapa aku ditimpa kesulitan dan kesusahan seperti ini?”.

Sampai sejauh manakah respon kita dalam menyikapi kesulitan yang datang? Sampai dimanakah keikhlasan kita pada saat kesulitan menimpa kita? Sampai sejauh manakah kita mengambil hikmah dari kesulitan yang melanda diri kita? Sekali lagi, ungkapan itu begitu indah, begitu menggetarkan hati, tapi dalam kenyataannya tidak semudah seperti yang kita bayangkan.

Begitu beratnya diri kita untuk menerima kenyataaan itu dengan ketulusan dan begitu bodohnya diri kita bila mengakui bahwa itu adalah prinsip hidup kita tapi tidak memaknai bahwa semuanya itu adalah suatu ujian, pelajaran, motivasi dan penambah kepekaan hati kita terhadap kesulitan yang orang lain rasakan. Jika ingin kesulitan kita berkurang bahkan sirna, maka belajarlah untuk bisa mengurangi kesulitan orang lain, dan Allah pun akan menghapuskan kesulitan kita.

Bukankah setiap penyakit ada obatnya? Bukankah setiap permasalahan ada jalan keluarnya? Bergembiralah dan yakinkanlah dalam benak dan hati kita yang paling dalam bahwa sesungguhnya sesudah kesulitan menerpa akan ada kemudahan yang menghampiri. Janganlah berputus asa karena masih banyak dari mereka yang ditimpa kesulitan jauh melebihi kesulitan yang kita alami! Berbahagialah dan teruslah berharap kemudahan dan kebahagiaan menyelimuti hidup kita wahai saudaraku!

Tidak bisa dipungkiri bahwa siapapun pasti mendambakan hidupnya selalu dalam kemudahan. Bagi mereka yang pada saat ditimpa kesulitan tetap tabah, ikhlas dan tulus sepenuh hati serta selalu menganggapnya sebagai pelajaran, peringatan juga motivasi hidupnya, maka sesungguhnya mereka akan mendapatkan kebahagiaan yang berlipat ganda bila kemudahan telah datang menghampirinya. Seakan-akan dalam hidupnya mereka tidak pernah terjadi kesulitan, melainkan hanya ujian yang dinikmati dan dilanjutkan dengan kemudahan yang sesungguhnya.

Bisa jadi mereka berkata: “Aku tidak pernah mengalami kesulitan, karena aku ikhlas menerimanya. Aku tidak pernah merasakan kesusahan, karena aku tulus menjalaninya. Aku tidak pernah mengeluh karena aku tetap tegar menguasai jiwaku. Aku tidak pernah merasakan penderitaan, karena aku sedang berusaha untuk menjadi dewasa. Aku tidak pernah menangis, karena aku tidak berputus asa.”
Maka berbahagialah mereka yang selalu menganggap segala kesulitan dan kesusahan adalah awal dari kemudahan. Mereka beruntung karena memiliki jiwa yang kuat dan tetap menjadi dirinya sendiri.

Dan ujian pun akan muncul kembali pada saat kemudahan kita nikmati. Dikala kemudahan menghampiri kita, kita sadar bahwa kemudahan telah tiba. Hidup kita terasa lapang dan semuanya serba terang seakan tak ada penghalang. Kebutuhan ekonomi terpenuhi setiap hari, pekerjaan tetap lancar setiap saat, karir terus menanjak seiring waktu, penghargaan pun bermunculan dimana-mana, usahapun kian melambung dan melonjak tajam. Hidupnya benar-benar diselimuti dengan kemudahan dan kesenangan. Seolah-olah kemudahan itu tak mau beranjak dari diri kita walau sedetik pun. Akhirnya mereka berada dalam kesenangan dunia yang seakan-akan tak pernah putus dan tidak akan pernah mengalami kesulitan dan kesusahan.

Sungguh ironis bila kenyataan hidup seperti itu tidak dibarengi dengan pondasi jiwa yang kuat, ilmu yang memadai dan iman yang menjadi tameng. Ketika mereka berada dalam puncak kesenangan hidupnya, mereka sedikit lalai bahkan mulai pudar prinsip yang ia pegang. Dia merasa hidupnya sudah mapan dan tak ada sesuatu pun yang bisa membuatnya menderita. Keangkuhannya, kesombongannya, kecongkakannya ternyata membuka pintu hidupnya kembali pada tahta terendah dalam hidupnya. Mereka lupa dan tidak pernah memikirkan bahwa setelah ada turunan curam, maka mereka akan berhadapan dengan tanjakan terjal. Ketika diumpamakan dengan sebuah mobil, pada saat menemui turunan maka mobil harus direm dan pada saat mendapatkan tanjakan mobil pun harus digas. Rem adalah pengendali agar tidak terperosok dan gas adalah motivator agar cepat berada dalam harapan dan keinginan.

Kehidupan yang serba mudah akan dengan cepat berbalik arah menuju kesusahan dan keterpurukan. Mereka yang tidak siap menghadapi ke fase berikutnya terutama berhadapan dengan kesulitan hidup, maka mereka akan mengalami stress yang berkepanjangan bahkan gangguan jiwa. Semuanya karena mereka tidak mempersiapkan jiwa dan pikirannya dengan keikhlasan dan tidak pernah belajar dan mengambil hikmah pada saat kesulitan datang menghampirinya. Wahai saudaraku, manfaatkanlah pada masa kesulitan dan kesusahan itu sebagai ujian, pelajaran, motivasi dan hikmah yang berharga dalam rangka pendewasaan diri. Bergembiralah karena sesudah kesulitan pasti ada kemudahan !

Pada akhir tulisan ini, saya hanya ingin mengingatkan khususnya pada diri saya sendiri dan umumnya bagi mereka yang membaca tulisan ini. Kita harus sabar, ikhlas, besar hati dan mengambil hikmah dari setiap kejadian yang menimpa kita. Bukankah kesulitan itu merupakan awal menuju kemudahan? Bukankah kehidupan kita ini selalu berpasang-pasangan? Hari ini kita susah, tapi yakinlah cepat atau lambat kemudahan akan menghampiri kita. Dan jika sekarang kita sedang merasa ada dalam kemudahan, bersiap-siaplah dengan kesulitan yang segera mendekat. Perkuat jiwa kita agar kita mampu menikmati segala liku-liku perjalanan hidup! Semoga engkau menjadi orang yang beruntung wahai saudaraku!

Ketika kita bisa membaca dan belajar dari setiap peristiwa hidup yang menimpa diri sendiri, maka itu adalah suatu anugerah terindah. Dan ketika kita bisa menyikapi serta memaknai peristiwa yang menimpa kehidupan orang lain, maka itu adalah suatu keuntungan besar. Semoga kita menjadi orang yang beruntung dan berguna bagi sesama.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/sesungguhnya-sesudah-kesulitan-itu-ada.html

BIRRUL WALIDAIN

Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban seorang anak terhadap ibu bapaknya. Ibu yang begitu tulus mencintai kita semenjak kita berada dalam kandungan, ikhlas menjaga dan mendidik kita semasa kita bayi hingga dewasa , bersabar dengan segala kenakalan bahkan tak jarang kekurangajaran kita, baik kita sengaja atau tidak. Sementara bapak rela bercapek-capek banting tulang mengais rejeki untuk kebutuhan rumah tangga dan sekolah kita. Sudah sepantasnya bukan jika kita sebagai anak menghormati, menghargai bahkan berbakti pada kedua orang tua kita.

Sobat ada kisah yang buat aku sangat menarik untuk aku tulis di sini. Kisah ini aku ambil dari kisah harmoni milik "bunda Neno Warisman". Kisah bakti seorang dokter "gelandangan" kepada ibunya.

~~~~

Dr. Darmanto dan Embak

Seluruh ijasahnya dicuri, entah oleh siapa. Dan dia menerima seraya berkata kepada ibunya yang biasa dipanggil Embak. "Sekarang ini mbak, aku sudah tidak membutuhkan ijasah-ijasah itu lagi, percayalah kita bisa tetap hidup bahkan selama ini juga, tidak dari ijasah-ijasah itu".

Suaranya terasa perih namun bijak. Itu yang mahal dari seorang ayah bernama Darmanto. Ijasah dokter, dan ijasah serta berbagai sertifikat di bidang biologi dan bahan-bahan khasiat selama beliau menuntut ilmu di luar negeri... raib.

Cerita duka tersebut mengalir disela-sela kekeh tawanya. Kadang kekeh tawa itu terdengar seperti tawa bayi. Polos murni, begitu paham pada kehendak Allah Rabb. Kami yang mendengarkannyapun menjadi tertular aroma kepasrahan.

Esok siangnya saya dan seorang saudara menyempatkan diri berkunjung ke rumah beliau. Saya pernah singgah sekali beberapa waktu lalu, mungkin sekitar setahun lewat. Tak ada yang berubah. Sekotak ruang tamu dengan kursi yang amat sederhana. Lemari coklat panjang sebagai satu-satunya benda lain. Gordin batik itu saja.

Di rumah di desa Cebongan inilah sehari-harinya, Dr. Darmanto tinggal bersama 2 orang anaknya kelas 6 dan kelas 2 SD, seorang kakak laki-laki yang memiliki kebutuhan khusus dan Embak yang berusia hampir 90 thn, yang ketika terakhir saya berkunjung masih sehat dan sangat mandiri. Masih mampu membaca Al Qur'an dan doa-doa zikir, masih mencuci bajunya sendiri, menyapu pekarangan dan mengemong 2 cucu ketika dr. Darmanto pergi menyuluh para petani di desa-desa atau peternak, yang selalu diajarkannya untuk memiliki teknologi tepat guna yang berbasis sumber-sumber alam daerah sendiri.

Ya, dr. Darmanto sebagaimana ayahnya yang bergelar "dokter gelandangan" (dokter yang selalu menolong para gelandangan dan orang miskin) ia setali tiga uang dengan ayahandanya. Bedanya ayahnya masih cukup kaya saat masih hidup dan dr. Darmanto miskin itu saja.

Di tepi pembaringan yang dihampar di lantai, Dr. Darmanto mengisi pipet suntikan di tangannya. Bubur halus memasuki hidung Embak. Embak mengeluarkan suara, lalu terdengar seperti orang berkumur di tekak. " Ayo mbak, ojo digae dolanan hayoo,,, mengko tak walik meneh nek digae dolanan,,, hayoo,,," guraunya pura-pura marah. Benarlah Al Qur'an, kata Dr. Darmanto, orang tua kita akan kembali menjadi seperti bayi dan kita yang jadi orang tua untuk mereka.

Saya melihat adegan itu dengan menahan sebongkah batu besar didada. Saya tahu dr. Darmanto memiliki beberapa saudara yang hidup sangat layak di beberapa kota termasuk Jakarta. Sangat strategis dan tidak dapat saya mengerti dengan alasan apapun juga, bagaimana mungkin hanya Dr. Darmanto yang miskin menanggung semua ini sendiri.

"Embak kehilangan gula dari tubuhnya. Hilang sama sekali. Itu yang terjadi. Uang Rp. 30 juta untuk pindah rumah habis
untuk seminggu perawatan, lalu saya putuskan untuk membeli albumin yang sangat mahal tapi dapat menyelamatkan Embak."

Cinta Sejati
" Lebih dari Rp. 28 juta kemudian saya berhutang. Dan alhamdulillah berkat albumin, kemajuan embak banyak." Albumin adalah protein yang ada dalam darah yang di perlukan oleh tubuh untuk memelihara dan memperbaiki jaringan.

" Untuk orang lain, Embak mestinya di harapkan untuk segera mati. Saya tahu itu. Tidak untuk saya. Saya cek semua, jantung, otak, ginjal, paru,,, semua bagus! Embak juga masih berkomunikasi. Coba lihat, senyum itu di beri jus jeruk kesukaannya,,! Sambil menekan pipet selang, Dr. Darmanto menggosok mesra pipi keriput ibunya dengan sangat mesra.

Saya sendiri yang mengganti sehari dua kali kasur ini setelah saya mandikan, saya lap, saya selimuti dengan kain yang embak suka," Dr. Darmanto menyisi ke sisi lain pembaringan lalu melakukan terapi totok sambil terus mengajak ibunya berbicara. Sepanjang semua bakti itu ia lakukan, saya yang melihat hanya merasa pasti, keduanya ini bukan makhluk bumi.

Dr. Darmanto adalah sosok manusia langka. Itu sebabnya utusan-utusan Prancis, Morokko, Inggris masih terus mengincarnya, menawarkan boyong sekeluarga untuk keluar dari Indonesia dan bekerja untuk negara pengundang. Di sana ia akan mendapatkan fasilitas teramat layak.

Di daftar orang-orang cerdas terbaik di Indonesia, tak ada nama Dr. Darmanto. Namun saya yakin ia ada di daftar hamba-hamba terbaik dari pendidik surga. Dan ia tetap bertahan untuk hanya mencintai negeri ini. sekalipun negeri ini tak perduli padanya.

~~~

Sobat dari kisah diatas sekiranya aku mulai berfikir, bisakah aku seperti beliau yang begitu berbakti merawat ibu beliau yang tengah sakit dengan kasih sayang yang tulus dan ikhlas? Aku merasa seperti membaca kisah malaikat.. Subhanallah kisah yang benar-benar membuat aku melihat pada ibuku yang saat ini tengah tertidur dalam lelapnya. Semoga aku bisa, paling tidak menyenangkan hati beliau,, semoga,, dan semoga sobat semua bisa mengambil hikmah dari kisah diatas.

>>>*<<<





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/birrul-walidain.html

@}~~ menjadi suami yang mempesona istri ~~{@

Menjadi istri yang mempesona suami? Itu hal biasa yang telah banyak dibahas dalam berbagai literatur, kajian, diskusi dan kesempatan. Tetapi tahukah Anda wahai para suami, para istri juga menginginkan laki-laki yang mempesona sebagai suaminya. Meski gambaran suami yang mempesona boleh jadi relatif, berbeda antara satu perempuan dengan perempuan lainnya, tetapi dapat dikatakan secara umum kaum perempuan membutuhkan pesona yang dapat lebih membuat mereka senantiasa mencintai suaminya.

Boleh jadi selama ini Anda para suami menyangka bahwa istri Anda mencintai Anda karena ia telah mendampingi, melayani, melahirkan dan mengasuh anak-anak Anda. Mungkin hal itu benar, tetapi untuk membuat perasaan istri Anda tidak berubah ia tetap selalu mencintai Anda dari waktu ke waktu dibutuhkan lebih banyak proses, perbuatan, tingkah laku yang semuanya bermuara pada satu titik bahwa Anda tetap mempesonanya, sehingga ia menganggap Anda layak untuk mendapatkan cintanya untuk selamanya.

Ada satu pelajaran yang menarik terutama untuk para suami dari kisah seorang perempuan yang mendatangi Rasulullah SAW untuk menceritakan, bahwa sekian lama berumah tangga ternyata perasaannya mengalami perubahan, ia tidak lagi bisa mencintai suaminya dan karena itu ia khawatir berbuat kekufuran.

Adalah istri Tsabit bin Qais bin Syamas (sahabat Rasulullah SAW) yang bernama Jamilah, ia mendatangi Rasulullah SAW untuk menceritakan perasaannya terhadap suaminya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak mencela agama dan akhlak Tsabit, tetapi aku khawatir jika hidup bersamanya aku berbuat kekufuran.” Maka Rasulullah SAW bersabda, “Apakah engkau hendak mengembalikan kebunnya?” (waktu itu mahar Tsabit adalah kebunnya). Jamilah menjawab, “Benar ya Rasulullah.” Lalu Rasulullah mengutus seseorang kepada Tsabit untuk menyampaikan pesannya,”Terimalah kebun itu dan ceraikanlah dia.” (HR Bukhari dari Ibnu Abbas ra)

Kisah lainnya yang juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibnu Abbas ra berikut ini menunjukkan bahwa seorang istri diperbolehkan melepaskan diri dari suami yang tidak dapat dicintainya.

Barirah adalah seorang budak wanita dari Habasyah yang berada dibawah kekuasaan Utbah bin Lahab. Majikannya ini memaksa Barirah untuk menikah dengan seorang yang tidak disukainya yaitu budak laki-laki bernama Mughits. Merekapun menikah, Barirah tidak mencintai suaminya tapi sebaliknya Mughits sangat mencintai istrinya.

Ummul Mukminin Aisyah ra merasa kasihan kepada Barirah, beliau lalu membeli dan memerdekakannya. Setelah itu Barirah merasa benar-benar memiliki kebebasannya dan merasa dapat menentukan hidupnya, maka ia meminta cerai dari suaminya.

Ibnu Abbas ra berkata, “Suami Barirah adalah seorang budak bernama Mughits, seakan-akan aku melihatnya berjalan dibelakangnya sambil menangis, air matanya menetes sampai ke jenggotnya. Nabi SAW berkata kepadaku , “Wahai Ibnu Abbas, tidakkah engkau takjub pada cinta Mughits pada Barirah dan kebencian Barirah pada Mughits?’ Selanjutnya Nabi berkata kepada Barirah, "Seandainya engkau mau kembali, sesungguhnya dia adalah suamimu dan ayah anakmu." Maka Barirah bertanya, "Apakah engkau memerintahkan aku ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Aku hanya menawarkan kepadamu." Barirah berucap, "Aku tidak membutuhkannya”.

Nah, para suami, beberapa saran berikut ini dapat membantu Anda untuk menjadi pribadi yang mempesona dimata istri Anda:

Memperhatikan penampilan luar
Tidak disangsikan lagi bahwa penampilan luar dapat membangkitkan pesona pada jiwa perempuan. Suami yang dapat menjaga kebersihan dirinya, rapi dan perlente umumnya lebih mempesona ketimbang suami yang jorok, lusuh dan kumal. Bukankah Rasulullah SAW bersabda bahwa kebersihan itu cabang iman? Umar bin Khattab ra pun pernah berkata, “Perempuan menyukai kalau suaminya berhias untuk dirinya, sebagaimana laki-laki suka istrinya berhias untuk dirinya.”

Tidak Kaku dan Monoton
Suami seperti ini selalu mau belajar memahami perasaan istrinya, punya banyak cara dan gaya dalam mengungkapkan perasaan cinta dan kasih sayang kepada istrinya, juga tidak enggan untuk menyatakan cintanya dengan kata-kata.

Terbuka
Suami seperti ini tidak enggan mengungkapkan harapan, keinginan dan perasaannya agar istri mengerti dan dapat melakukan hal yang sesuai dengan yang dikehendakinya. Ia bukan suami yang diam dan membiarkan istrinya dalam kesulitan menebak-nebak apa yang diinginkannya.

Matang
Kebanyakan perempuan ketika menikah menginginkan suaminya adalah orang yang siap melindungi, membimbing dan dapat menjadi tempat bersandar. Laki-laki yang matang seperti ini lebih mempesona perempuan dibanding yang kekanak-kanakan dan emosional.

Peduli dengan Keluarga
Adalah benar suami memiliki tanggung jawab dalam masalah nafkah, tetapi kesibukannya dalam pekerjaan atau hal lainnya tidak membuatnya menjadi orang yang acuh terhadap istri dan anak-anaknya. Ia mau menemani anak belajar dan tidak keberatan mengantar istrinya pergi menghadiri acara-acaranya.

Dapat Berbagi Rasa
Suami mempesona mau belajar bagaimana dapat ikut merasakan apa yang sedang dirasakan istrinya. Ia mau mendengar dengan penuh perhatian ketika istri sedang mengungkapkan permasalahannya, ikut merasakan kegelisahannya dan dapat membantu menentramkannya atau mengatasi permasalahannya. Ia adalah tempat curhat istrinya yang setia dan dapat dipercaya.

Mencintai Orang Tua, Saudara dan Kerabat Istri
Anda akan semakin mempesona istri Anda manakala Anda mencintai orang tuanya, menyayangi saudara-saudaranya dan bersikap baik kepada kerabatnya. Dan jika Anda senantiasa bersikap demikian maka percayalah iapun akan berusaha keras untuk mencintai orang tua Anda dan bersikap baik pada saudara dan kerabat Anda.

Jangan ragu dan gengsi untuk melakukan saran-saran diatas, mulailah sekarang juga maka Anda akan takjub mendapati limpahan cinta istri Anda yang seolah tanpa batas, karena begitulah sifat dan karakter perempuan, ia akan memberi lebih dari apa yang Anda berikan kepadanya!***





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/menjadi-suami-yang-mempesona-istri.html

"Kalau Kau Utusan Tuhan, Kok Masih Ke Pasar?"

Salah satu ciri orang tak mau beriman adalah tidak percaya masalah yang gaib. Mereka hanya menyakini yang bisa di jangkau panca indra saja. Konsepsi tentang TUHAN, Malaikat, Hari Kiamat, dan surga-neraka berada di luar jangkauan fisik manusia.

Di zaman modern ini sepertinya banyak yang memproklamasikan dirinya sebagai anti TUHAN (ateis) Yang paling populer adalah Friedrich Nietszche (1844-1900), filosof asal Jerman yang membuat metafora. "Coba terka kemana TUHAN pergi ? Tak ada jawaban, " tulisnya. " Aku mau mengatakan kepada kalian, kita telah membunuhnya. Yah, kita semua telah membunuhnya!" Nietszche adalah proklamator kematian tuhan di barat. Tuhan baginya hanya ada di dalam pikiran. Tuhan tidak wujud di luar sana.

Jika menilik sejarah, kekufuran seperti ini selalu ada di setiap jaman. Di masa Rasulullah Muhammad saw, para penentang juga bersikap sama. Suatu ketika, beberapa orang kafir mendatangi nabi saw seraya berkata " Hai Muhammad, jika engkau benar-benar rasul Allah, cobalah engkau meminta pada Tuhanmu untuk melenyapkan gunung-gunung yang menghimpit kita supaya Mekkah menjadi luas. Lalu di dalamnya terdapat mata air yang mengalirkan air di kanan-kiri seperti kota Syam, Irak, Mesir dll.

"Hendaklah engkau meminta lagi kepada Tuhanmu untuk menghidupkan lagi orang tua kita dan para leluhur kita yang sudah mati. Terutama yang mulia Qushay bin kilab karena dia adalah orang yang sangat berjasa semasa hidupnya dan di percaya oleh bangsa kita. Jika engkau dapat memenuhi permintaan kami saat ini juga, kami akan percaya sesungguhnya engkau adalah utusan Tuhan"

Nabi saw, menjawab, " Bukan untuk ini aku di utus kepada kalian semua. Aku di utus dengan apa yang telah aku datangkan kepadamu dari sisi Allah ( Al Qur'an ) dan aku menyampaikan apa saja yang aku bawa kepada kamu semua. Jika kamu menerimanya, itulah pahalamu di dunia dan akherat. Jika kamu menolaknya, aku akan bersabar dan menyerahakan ini kepada keputusan Allah sehingga Allah memberi keputusan di antara aku dan kamu semua"

Tak lama kemudian turunlah wahyu, " Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu, gunung-gunung dapat di guncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara (tentulah Al Qur'an itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah.
Maka tidaklah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman) tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semua. Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana terjadi dekat tempat tinggal mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. Dan sesungguhnya telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka aku beri tangguh kepada orang-orang kafir itu kemudian aku binasakan mereka. Alangkah hebatnya siksaan Ku itu" (QS. Ar Ra'du : 31-32)

Di lain kesempatan kaum kafir menghampiri nabi saw, "Jika engkau benar-benar utusan Tuhan, mengapa engkau masih suka pergi ke pasar, masih makan, masih menikah, masih suka punya anak. Mengapa engkau tidak dikawal malaikat untuk menolong engkau supaya menakut-nakuti kami? Kalau begitu, sama saja antara kami dan engkau tidak berbeda sedikitpun"

Allah SWT merekam pernyataan mereka, " Dan mereka berkata, mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan-jalan di pasar? Mengapa tidak di turunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia? Atau (mengapa tidak) di turunkan kepadanya perbendaharaan atau (mengapa tidak) ada kebun baginya yang dia dapat makan dari hasilnya? Dan orang-orang zolim itu berkata, " kamu sekalian tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir" (QS. Al Furqan : 7-8)

Allah SWT memerintahkan nab sawi menjawab, "Katakanlah, sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kalian, yang di wahyukan kepada ku, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Esa. Barang siapa berharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan dengan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Tuhannya" (QS. Al Kahfi 110)

Demikianlah sikap orang yang tak beriman dari dulu hingga kiamat. Permintaan mereka itu tidak lain hanyalah olok-olok. Kalaupun di kabulkan, mereka tetap tak akan percaya dan bahkan menuduh itu hanyalah sihir belaka.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/kalau-kau-utusan-tuhan-kok-masih-ke.html

Kala aku juara

Masing-masing dari kita, pasti pernah mengalami sebuah peristiwa yang begitu heroik, dan kita merasa jadi pahlawan sekaligus pemenang dalam peristiwa itu.

Mungkin, kejadian yang aku alami pada saat aku masih kelas 1 SMP (atau kelas VII sekarang), tepatnya pada pertengahan tahun 1996, saat hendak naik kelas 2 (VIII), adalah yang memberiku bekal pertama kali dalam hidup soal ketenangan menghadapi situasi sulit sebagai seorang pemimpin.

Kejadian itu, yang mendidikku secara alamiah bagaimana saat kita dibiarkan sendiri menghadapi kesulitan, dan kerumitan di hadapan kita, apa yang harus kita lakukan.

Seperti biasa, tiap akhir tahun, SMP kami mengadakan perkemahan persahabatan bersama dengan beberapa sekolah tetangga, sedianya untuk menjalin keakraban, meski yang selalu muncul adalah rivalitas dan persaingan sengit.

Perkemahan bersama 4 sekolah, itu agenda tetap SMP tempatku sekolah. SMP Wachid Hasjim bersama 3 SMP Negeri. Dan lawan sengit kami tiap tahun adalah SMPN Maduran. Dua SMPN yang lain, SMPN Sekaran dan SMPN Laren hanya sekedar sebagai penggembira saja. Kami satu-satunya swasta.

Dan "Perkemahan Bersama" yang aku ikuti pada tahun 1996 itu, ternyata "Perkemahan Bersama" terakhir. Setelah itu tak pernah diadakan lagi.

Namun sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, suasana panas dan tegang telah terasa jauh sebelum perkemahan dilangsungkan. Tentu saja antar SMP-ku (yang satu-satunya swasta) dengan rival abadinya, SMPN Maduran. Aku pun merasakan atmosfer yang memanas itu.

Dua minggu menjelang hari H, sekolahku membentuk beberapa regu dan aku dipercaya memimpin salah satunya, regu Garuda. Itu kali pertama aku dipercaya memimpin sebuah tim. Pelajaran hidup pertama tentang leadership yang aku terima.

Tentu saja aku mempersiapkan timku dengan meniru persiapan senior-seniorku. Yang aku rasakan sekali saat itu adalah kekompakan, seniorku banyak mengajariku apa yang harus aku lakukan. Bagaimana juga membagi tugas, menyusun strategi, dan memimpin tim dengan baik.

Semua persiapan sempurna kami lakukan, hanya saja ada satu kejanggalan. Aku awalnya tak sadar, baru tahu setelah salah satu Pinru (pimpinan regu) senior memberitahukan padaku kejanggalan aneh yang bisa mengancam kedigdayaan sekolahku selama ini di dunia Pramuka.

Setiba di bumi perkemahan, yang diadakan jauh dari wilayah sekolah kami, tepatnya di perbatasan Lamongan-Jombang, aku merasakan hal yang benar-benar menggiriskan. Sempat minder dan down, melihat lautan regu dari sekolah-sekolah lain.

Ternyata SMP-ku "hanya" berkekuatan 9 regu saja, yang sebelumnya aku kira sudah merupakan kekuatan besar. Sementara rival terberat kami, SMPN Maduran, menurunkan lebih dari 35 regu, SMPN Sekaran sekitar 15, dan SMPN Laren mengirim 11. Kekuatan yang tak imbang, pikirku kala itu.

Namun senior-seniorku yang jauh lebih pengalaman, mengumpulkan seluruh pimpinan regu, termasuk aku, dan mensupport kami untuk selalu semangat serta menjaga kekompakan. Mereka sukses memompa daya juang dalam hatiku.

Hanya saja, aku tak melihat pembinaku ada bersama kami. Itu kejanggalan yang kurasakan.

Kok beliau nggak menjenguk kami ya, apalagi memberi pengarahan. Dan aku mendapat slentingan kabar jika beliau kayaknya tidak ingin kali ini SMP-ku juara, tapi SMPN Maduran yang beliau juga membina di sekolah itu.

Sempat terpukul mendengar kabar itu, tetapi dalam hatiku berbisik, tak lucu jika bergantung, saatnya membuktikan diri.

Singkat cerita, selama 6 hari perkemahan yang melelahkan, dengan persaingan ketat itu, SMP-ku begitu perkasa. Kekompakan kami mampu mengalahkan jumlah besar regu-regu dari SMP lain. Yang aku ingat, reguku sendiri menyumbang 3 medali emas dari seluruh perlombaan yang kami ikuti.

Aku tak lupa saat melonjak-lonjak dan berjoget sambil menyanyikan lagu "Marina Menari" di depan Posko panitia ketika tahu reguku, Garuda, menang dalam lomba kerapian pakaian, kerapian tenda, dan Baris-berbaris.

Dan pada akhir perkemahan, saat pengumuman pemenang, dan SMP-ku dinyatakan sebagai juara umum, entah siapa yang punya inisiatif, oleh guru-guru pendamping, aku dipercaya mengambil Trophy juara umum atas nama SMP-ku.

Serasa melayang kala aku mengangkat trophy juara itu, padahal tanganku yang kanan dalam keadaan terkilir sebab terjatuh kala aku berlari untuk mewakili reguku, membela sekolahku.

Aku juga masih ingat, bagaimana pembinaku yang sama sekali tak menjenguk kami, terduduk lesu dan malu ketika sekolah yang digadangnya, bahkan dengan rekayasa, gagal mengalahkan kami.

@ @ @

Pelajaran penting yang kudapat adalah :

@ kebenaran al-Qur'an, (kam min fi-atin qolilatin gholabat fi-atan katsirotan bi idznillah) . Banyak kelompok kecil mampu mengalahkan kelompok besar, atas izin Allah.. Tentu saja hal itu diperoleh dengan kekompakan, kerjasama dan persiapan tim yang bagus. Tidak asal menang begitu saja. Ada hukum kausalitas.

Sebab kulihat, SMPN-SMPN yang lain justru terjadi persaingan antar regu mereka sendiri. Sebesar apapun jumlah, jika tak ada kerjasama, tidak ada insijam (keserasian), tidak ada tauhidul fikroh (kesamaan pemikiran), maka hanya bak bumbung kosong belaka. Sangat rapuh.

@ ketenangan; meski suasana genting, ketenangan adalah segalanya, tanpa ketenangan, semua tambah kacau.

@ tidak tergantung pada sosok seseorang, sebab itu justru melemahkan, tapi harus percaya pada kemampuan diri sendiri.

@ menjadi pemimpin itu, harus kuat dalam karakter, tak mudah diombang-ambingkan, dan mampu mengambil keputusan yang tepat dan tegas di saat kurang menguntungkan. Serta mampu memilih anak buah untuk tugas yang tepat. The right man in the right place.

@ sistem dan manajemen yang bagus. Faktor utama daripada sebuah kesuksesan, sebagaimana telah kita ketahui.

@ kualitas jauh lebih penting daripada kuantitas (al-kaif ahammu min al-kamm)

@ terpenting dari pada itu, sebuah kesuksesan dan kemenangan, tak bisa datang begitu saja, harus ada awamil, anashir, dan asbabun nuhudh (faktor, unsur, dan sebab kebangkitan). Perang badar adalah pelajaran besar soal itu bagi kita semua.

@ @ @

Kejadian yang sama, terulang lagi saat aku kelas 3 (IX). Aku sendirian memimpin kelasku dalam classmeeting di SMP-ku sendiri. Kala itu kami sendirian, sebab wali kelasku "meninggalkan" kami (tidak care). Dan pengalaman yang aku peroleh saat kelas 1, kuterapkan kembali, dan lagi-lagi kami muncul sebagai juara umum :)

Experience, is the best teacher.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/kala-aku-juara.html

Indahnya Menikah

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


Menikah, adalah suatu hal yang dinanti-nanti. Keindahannya tak bisa dibayangkan kecuali bagi yang sudah mengalaminya. Dengan menikah, pikiran, dan hati menjadi tenang, tentram tak terkira. Pandangan jadi lebih bisa terjaga. Lebih dari itu, menikah adalah fitrah setiap anak Adam. Dengan menikah, seseorang bisa semakin lebih dewasa dalam berfikir, berprilaku bahkan dalam mengambil dan memutuskan sebuah pilihan. Ada beberapa hal yang bisa dihayati mengapa seseorang itu harus menikah. Di antaranya; pertama, menikah berarti melengkapi agamanya. “Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi.” (HR. Thabrani dan Hakim).

Kedua, menikah bisa menjaga kehormatan diri. “Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih mudah menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasaiy, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).

Ketiga, bersenda guraunya suami-istri bukanlah perbuatan sia-sia melainkan suatu amal mulia yang dianjurkan. “Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang.” (Buku Adab Az Zifaf Al Albani hal 245; Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 309)..

Keempat, bersetubuh dengan istri termasuk sedekah. Suatu ketika para shahabat Nabi SAW berkata, “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka bisa shalat sebagaimana kami shalat; mereka bisa berpuasa sebagaimana kami berpuasa; bahkan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.”

Beliau bersabda, “Bukankah Allah telah memberikan kepada kalian sesuatu yang bisa kalian sedekahkan? Pada tiap-tiap ucapan tasbih, takbir, tahlil dan tahmid terdapat sedekah; memerintahkan perbuatan baik adalah sedekah; mencegah perbuatan munkar adalah sedekah; dan kalian bersetubuh dengan istri pun sedekah.”

Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa salah seorang dari kami melampiaskan syahwatnya akan mendapatkan pahala?”

Beliau menjawab, “Bagaimana menurut kalian bila nafsu syahwatnya itu di salurkan pada tempat yang haram, apakah dia akan mendapatkan dosa dengan sebab perbuatannya itu?”

Mereka menjawab, “Ya, tentu.”,

Beliau bersabda, “Demikian pula bila dia menyalurkan syahwatnya itu pada tempat yang halal, dia pun akan mendapatkan pahala. (Beliau kemudian menyebutkan beberapa hal lagi yang beliau padankan masing-masingnya dengan sebuah sedekah.

Lalu beliau bersabda, “Semua itu bisa digantikan cukup dengan shalat Dhuha dua rakaat.” (Buku Adab Az Zifaf Al Albani hal 125). Wallahua’lam

Semoga bermanfaat ya bagi ikhwan dan akhwat yang sedang dalam masa mencari belahan jiwa.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/indahnya-menikah.html

Kehebatan Seorang Ibu

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Ia rela memberikan cinta kasihnya kepada orang yang dicintai,
memberikan tubuh dan hatinya untuk suami tercinta,
memberikan rahimnya untuk menampung sebuah kehidupan baru,
Ia rela mengorbankan nyawanya untuk melahirkan,
Mengorbankan semua waktu dan tenaganya untuk merawat anaknya,
tidak mengeluh saat membersihkan popok anaknya tanpa rasa jijik sekalipun,
tidak pernah mengatakan untung rugi untuk anaknya tercinta…
walau derita harus ditanggungnya karena perlakuan suaminya,
Ia tetap tersenyum dan tegar melewati hidupnya….
walau pun akhirnya suaminya meninggalkannya…

Ia tidak pernah menyesali semuanya…
Ia dengan sekuat tenaga membesarkan anaknya…
Memberi nafkah bagi anak-anaknya…
tak sekalipun terpikir untuk kembali menikah…
Tetap menjadi ibu dan ayah bagi anak-anaknya…
Tiada sedikitpun berkata tentang kesepiannya…
tiada sedikit pun mengeluhkan beratnya kehidupan…
Bekerja tanpa lelah, hanya demi anak-anakanya tercinta…
memberikan yang terbaik untuk anaknya makan dahulu…
dan menyisakan yang jelek bagi dirinya sendiri…
Dengan tangan-tangannya yang telah letih…
tetapi bersemangat memberikan kehangatan bagi anaknya…
suaranya yang merdu melantunkan kidung nyanyian yang indah,
menemani tidur anak-anaknya.



Kini aku telah dewasa,
ibuku masih tetap tegar seperti biasanya,
seorang diri tanpa suami disisinya,
menjalani hidup dengan bersyukur dan terus bersyukur,
dimatanya tetap anak-anaknya lah tumpuan hatinya,
dan di mata anak-anak, Ibulah pahlawan bagi kami…
cinta ibu yang tulus pada anaknya tak pernah padam…..
walau kerut diwajah telah tidak lagi sedikit,
tangan-tangannya yang lembut, kini telah penuh keriput,
tetapi masih memberikan kehangatan yang sama,
tetap bersahaja sampai akhir hayatnya.


Ditengah sakitnya yang parah sebelum pergi untuk selama-lamanya, Ia memberikan pesan bagi kami:

“Jangan kalian benci ayah kalian sendiri, wahai anak-anakku tercinta!”
“karena tanpanya maka kalian tidak akan pernah lahir di dunia”
“Ia lebih memilih hidupnya sendiri… tetapi bagaimanapun Ia adalah orang yang paling ku sayangi di dunia ini, dan Ia adalah ayahmu sendiri”
“Bila suatu saat Ia kembali, mohon katakan aku tidak pernah sedikitpun membencinya, rawatlah bila Ia sakit”
“Maka Ibu akan benar-benar bahagia dan selalu memberikan restu untuk kalian semua….”


Kisah renungan ini fiktif adanya,
tetapi mungkin di dunia ini ada kejadian yang persis sama dengan cerita ini.
Anda dapat melihat dan merenung, dari posisi mana anda berada.
tidak perlu di bahas panjang lebar, tetapi dapat diselami untuk di jadikan suatu pelajaran…..





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/kehebatan-seorang-ibu.html

Relativitas Waktu

Tahun 1950 seorang sarjana fisika, Albert Einstein, telah mengejutkan sarjana-sarjana fisika lainnya di seluruh dunia dengan sebuah teori relativitas. Ternyata teori ini merupakan pemecahan terhadap berbagai persoalan penting yang dihadapi para ahli fisika abad 20 ini. Dengan teori ini orang mengetahui tentang kesetaraan massa dan tenaga, yang merupakan dasar dalam perhitungan tenaga nuklir; dan juga orang mengetahui bahwa besarnya massa, ukuran panjang, dan waktu adalah relative, tergantung pada kecepatan sistemnya.

Walau kita bukan ahli fisika atau malah mungkin nilai raport fisika kita merah terus, kita dapat memahami secara sederhana. Ternyata pengaruh kecepatan akan sangat terasa sekali bila ditempat sangat tinggi hingga mendekati kecepatan cahaya. Menurut teori relativitas, kecepatan cahaya dalam hampa (300.000 km / detik) adalah kecepatan maksimum yang tak dapat dilampaui oleh materi.

Masa suatu benda akan bertambah besar bila kecepatan makin tinggi, sedangkan ukuran panjangnya akan menyusut, dan waktu akan bertambah lambat. Jadi satu jam bagi sistem yang bergerak sangat cepat terhadap kita, mungkin sama dengan satu hari, atau satu bulan, ataupun satu tahun menurut ukuran kita.

Relativitas seperti itu sesuai dan dapat dipahamkan dengan firman Allah sebagai berikut: "Tuhan menyelenggarakan urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepada-Nya dalam sehari yang ukurannya seribu tahun menurut perhitungannmu." [As sajdah : 5]
atau "Para malaikat dan ruh naik kepadaNya dalam satu hari yang ukurannya 50 ribu tahun." [Al Ma’arij : 4]

Kalau kita kaji lebih dalam ternyata ayat-ayat dalam Al quran merupakan konsep hidup yang sangat dahsyat dan lengkap, mencakup berbagai sisi kehidupan kita sebagai makhluk Allah dimuka bumi. Dari yang sederhana hingga yang sangat rumit. Sebagian kecil ayat di atas merupakan mujizat ilmiah yang datang dari Allah yang Maha Mengetahui segala rahasia yang di langit dan di bumi.

Mudah-mudahan dapat menambah keimanan kita terhadap Allah, Rosul-Nya dan kitab-Nya. Semoga pula kita termasuk orang-orang yang berfikir.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/relativitas-waktu.html