Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Sabtu, 21 Januari 2012

Sifat Wara'

Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"
Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-Nya sebagaimana mestinya, mengagungkan larangan dan syi'ar-syi'ar-Nya, akan melakukan pengagungan sampai kepada sikap hati-hati dari setiap perkara yang bisa menyebabkan kemurkaan Allah I di dunia maupun di akhirat.
Maka wara' di sisi-Nya termasuk jenis takut yang membuat seseorang meninggalkan banyak hal yang dibolehkan, jika hal itu menjadi samar atasnya bersama yang halal agar tidak merugikan agamanya.
Di antara tanda yang mendasar bagi orang-orang yang wara' adalah kehati-hatian mereka yang luar biasa dari sesuatu yang haram dan tidak adanya keberanian mereka untuk maju kepada sesuatu yang bisa membawa kepada yang haram. Dan dalam hal itu, Rasulullah r bersabda:
إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَيَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ, فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ.
"Sesungguhnya yang halal dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya banyak hal-hal syubhat yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjaga diri dari hal-hal yang syubhat maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya
Dan barangsiapa yang bertindak berani di tempat-tempat yang diragukan, niscaya bertambahlah keberaniannya terhadap sesuatu yang lebih berat: "Dan sesungguhnya orang yang bercampur keraguan, hampir-hampir ia berani (kepada yang diharamkan
Maka wara' yang sebenarnya adalah seperti yang digambarkan oleh Yunus bin 'Ubaid rahimahullah: yaitu keluar dari semua yang syubhat dan muhasabah (introfeksi) terhadap diri sendiri di setiap kedipan mata
Perjalanan kejatuhan berawal dengan satu kali terpeleset, dan semangat terhadap akhiratnya menjadikan di antaranya dan terpelesetlah tameng yang menutupi dan menjaganya. Syaikh al-Qubbari rahimahullah mengisyaratkan kepada pengertian ini dengan katanya: 'Yang makruh adalah dinding penghalang di antara hamba dan sesuatu yang haram. Maka barangsiapa yang banyak melakukan yang makruh berarti ia menuju kepada yang haram. Dan yang mubah merupakan dinding pemisah di antaranya dan yang dimakruhkan. Maka barangsiapa yang memperbanyak yang mubah niscaya ia menuju kepada yang makruh. Ibnu Hajar rahimahullah memandang baik perkataannya ini dan ia menambahkan:


'Sesungguhnya yang halal, sekiranya dikhawatirkan bahwa melakukannya secara mutlak bisa menyeret kepada yang makruh atau haram, semestinya meninggalkannya, seperti memperbanyak yang halal. Sesungguhnya hal itu membutuhkan banyak kerja yang dapat menjatuhkan diri seseorang dalam mengambil yang bukan haknya atau membawa kepada penolakan jiwa. Dan sekurang-kurangnya adalah tersibukkan dari ibadah (maksudnya, tidak ada waktu untuk beribadah, pent.). Hal ini sudah diketahui berdasarkan pengalaman dan disaksikan dengan pandangan mata
Ciri mendasar pada seseorang yang bersifat wara' adalah kemampuannya meninggalkan sesuatu yang hanya semata-mata ada keraguan atau syubhat, seperti yang dikatakan oleh al-Khaththabi rahimahullah: 'Semua yang engkau merasa ragu padanya, maka sifat wara' adalah menjauhinya.'<!--[if !supportFootnotes]-->[vi]<!--[endif]--> Imam al-Bukhari rahimahullah mengutip perkataan Hasan bin Abu Sinan rahimahullah: 'Tidak ada sesuatu yang lebih mudah dari pada sifat wara': "Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu."<!--[if !supportFootnotes]-->[vii]<!--[endif]--> Sebagaimana diriwayatkan dari Rasulullah r, beliau bersabda:
البِرُّ مَا سَكَنَتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَاْلإِثْمُ مَالَمْ تَسْكُنْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَلَمْ يَطْمَئِنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ –وَإِنْ أَفْتَاكَ الْمُفْتُوْنَ
"Kebaikan adalah sesuatu yang jiwa merasa tenang dan hati merasa tenteram kepadanya, sedangkan dosa adalah sesuatu yang jiwa tidak merasa tenang dan hati tidak merasa tenteram kepadanya, sekalipun orang-orang memberikan berbagai komentar kepadamu Dan yang memperkuat hal itu adalah atsar yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir rahimahullah secara mursal:
مَا أَنْكَرَهُ قَلْبُكَ فَدَعْهُ
"Sesuatu yang diingkari hatimu, maka tinggalkanlah”
Orang-orang yang memiliki kedudukan yang tinggi selalu bersikap prefentif untuk diri mereka sendiri dengan berhati-hati dari sebagian yang halal yang bisa membawa kepada sesuatu yang makruh atau haram. Diriwayatkan dari Rasulullah r, beliau bersabda:
لاَيَبْلُغُ الْعَبْدُ أَنْ يَكُوْنَ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ حَتَّى يَدَعَ مَالاَبَأْسَ بِهِ حَذَرًا مِمَّا بِهِ بَأْسٌ
"Seorang hamba tidak bisa mencapai derajat taqwa sehingga ia meninggalkan yang tidak dilarang karena khawatir dari sesuatu yang dilarang
Hal ini diperkuat oleh hadits yang lain:
اجْعَلُوْا بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ الْحَرَامِ سِتْرًا مِنَ الْحَلاَلِ...
"Jadikanlah pendinding yang halal di antara kamu dan yang haram

Ibnu al-Qayyim rahimahullah menceritakan pengalamannya bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah: Syaikhul Islam berkata kepadaku pada suatu hari tentang sesuatu yang mubah (boleh): 'Ini menghalangi kedudukan yang tinggi, sekalipun meninggalkannya bukanlah syarat dalam keselamatan.
Sebagaimana wara' meliputi gambaran-gambaran usaha dan hubungan mu'amalah, maka sesungguhnya ia juga mencakup lisan. Sesungguhnya engkau menemukan kebanyakan orang bersegera memberi fatwa, sedangkan mereka tidak mengetahui. Karena itulah, ad-Darimi rahimahullah membuat satu bab yang berbunyi: Menahan diri (bersikap wara') dari menjawab sesuatu yang tidak ada dalam al-Qur`an dan sunnah.' Ishaq bin Khalaf rahimahullah memandang sikap wara` dalam ucapan lebih utama daripada sikap wara` dalam hubungan yang berkaitan dengan harta, di mana dia berkata: 'Wara' dalam tuturan kata lebih utama daripada emas dan perak.
Di antara renungan Ibnu al-Qayyim rahimahullah dalam hadits-hadits Rasulullah r, dia menyatakan bahwa sesungguhnya: 'Rasulullah r mengumpulkan semua sifat wara' dalam satu kata, maka beliau bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَالاَيَعْنِيْهِ
"Termasuk tanda baik keislaman seseorang, ia meninggalkan hal-hal yang tidak penting baginya.
Dan di antara hasil yang nampak bagi sikap wara' bahwa ia memelihara pelakunya dari terjerumus (dalam hal yang dilarang), karena itulah engkau menemukan: Barangsiapa yang melakukan yang dilarang, ia menjadi gelap hati karena tidak ada cahaya wara', maka ia terjerumus dalam hal yang haram, kendati ia tidak memilih untuk terjerumus padanya. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hajar rahimahullah.<!--[if !supportFootnotes]-->[xv]<!--[endif]--> Dan dalam hadits ifki (berita bohong), 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata tentang Zainab radhiyallahu 'anha, di mana ia menjaga pendengaran dan penglihatannya dari terjerumus dalam perkara yang ia tidak mengetahui: 'Maka Allah I menjaganya dengan sifat wara'
Sebagaimana orang yang wara' memelihara agama dan kehormatannya dari celaan:
فَمَنْ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ
"…Maka barangsiapa yang menahan diri dari yang syubhat, niscaya ia telah membersihkan agama dan kehormatannya,
Ibnu Hajar rahimahullah berkata: 'Dalam hadits ini menjadi dalil bahwa barangsiapa yang tidak menjaga diri dari yang syubhat dalam usaha dan kehidupannya, berarti ia telah menawarkan dirinya untuk mendapat celaan. Dan dalam hal ini menjadi isyarat untuk memelihara perkara-perkara agama dan menjaga sikap muru`ah.'

Maka apabila wara' merupakan kedudukan ibadah yang tertinggi:
كُنْ وَرِعًا تَكُنْ أَعْبَدَ النَّاسِ
"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia paling beribadah
Dan jika agama yang paling utama adalah sikap wara':
خَيْرُ دِيْنِكُمْ الوَرَعُ
"Sebaik-baik agamamu adalah sikap wara”
Apakah juru dakwah yang beriman tidak mau menaiki puncak tersebut dan menjaga dirinya dari terjatuh dan terjerumus. Dia harus menjaga diri dan berhati-hati agar amal ibadahnya tidak gugur sedangkan dia tidak mengetahui.
Maka sesungguhnya banyak para sahabat yang takut dari sifat nifaq terhadap diri mereka, dan Ibnu Hajar rahimahullah menyebutkan alasan tersebut dengan penjelasanannya: Rasa takut mereka dari sifat nifaq tidak berarti adanya sifat itu pada diri mereka, bahkan hal itu merupakan sikap wara' dan taqwa yang luar biasa dari mereka radhiyallahu 'anhum jami'an.
Seperti inilah sifat mereka, maka hendaklah kita melakukan intropeksi terhadap diri kita dan menimbang amal perbuatan kita sendiri.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/sifat-wara.html

KEPEMIMPINAN KHALIFAH UMAR R.A

Pada Suatu malam datang seorang utusan dari salah satu daerah dan sampai di depan pintu rumah Khalifah menjelang malam. Setelah mengetuk pintu seorang penjaga menyambutnya. Utusan itu pun mengatakan,
“Beritahu Amirul Mukminin bahwa yang datang adalah utusan gubernurnya.”
Penjaga itu memberitahu Umar yang hampir saja berangkat tidur. Umar pun duduk dan berkata,
“Ijinkan dia masuk.”
Utusan itu masuk, dan Umar memerintahkan untuk menyalakan lilin yang besar. Umar bertanya kepada utusan tersebut tentang keadaan penduduk kota, dan kaum muslimin di sana, bagaimana perilaku gubernur, bagaimana harga-harga, bagaimana dengan anak-anak, orang-orang muhajirin dan anshar, para ibnu sabil, orang-orang miskin. Apakah hak mereka sudah ditunaikan? Apakah ada yang mengadukan?
Utusan itu pun menyampaikan segala yang diketahuinya tentang kota tanpa ada yang disembunyikannya kepada Khalifah Umar.
Semua pertanyaan Umar dijawab lengkap oleh utusan itu. Ketika semua pertanyaan Umar telah selesai dijawab , utusan itu balik bertanya kepada Umar.
“Ya Amirul Mukminin, bagaimana keadaan dirimu sendiri ?, Bagaimana keluargamu, seluruh pegawai dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabmu ? "
Umar pun kemudian dengan serta merta meniup lilin tersebut dan berkata,
“Wahai pelayan, nyalakan lampunya!”
Lalu dinyalakannlah sebuah lampu kecil yang hampir tak bisa menerangi ruangan karena cahayanya yang teramat kecil.
Umar melanjutkan perkataanya,
“Sekarang bertanyalah apa yang kamu inginkan”
Utusan itu bertanya tentang keadaannya. Umar memberitahukan tentang keadaan dirinya, anak-anaknya, istri, dan keluarganya.


Rupanya utusan itu sangat tertarik dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh Khalifah Umar dengan mematikan lilin. Dia bertanya,
“Ya Amirul Mukminin, aku melihatmu melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.”
Umar menimpali,
“Apa itu?”
“Engkau mematikan lilin ketika aku menanyakan tentang keadaanmu dan keluargamu.”
Umar berkata,
“Wahai hamba Allah, lilin yang kumatikan itu adalah harta Allah, harta kaum muslimin. Ketika aku bertanya kepadamu tentang urusan mereka maka lilin itu dinyalakan demi kemaslahatan mereka. Begitu kamu membelokan pembicaraan tentang keluarga dan keadaanku, maka aku pun mematikan lilin milik kaum muslimin.”
Mantab bro klo kita punya pemimpin seperti Umar ini, pasalnya selain sangat adil beliau dalam Dua Setengah Tahun Memerintah Berhasil Mengentaskan Kemiskinan Seluruh Umat.
Umar berhasil mensejahterakan rakyat di seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah. Ibnu Abdil Hakam meriwayatkan, Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu berkata,
‘'Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikan kepada orang-orang miskin. Namun saya tidak menjumpai orang miskin seorangpun".
Subhanallah....
Mantab klo pemimpin-pemimpin kita punya hati dan kecakapan memimpin seperti Khalifah umar ini.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/kepemimpinan-khalifah-umar-ra.html

Makna Kata Amin Sesungguhnya

Dalam Bahasa Arab, ada empat perbedaan kata “AMIN” yaitu :
1. ”AMIN” (alif dan mim sama-sama pendek), artinya AMAN, TENTRAM
2. "AAMIN” (alif panjang & mim pendek), artinya MEMINTA PERLINDUNGAN KEAMANAN
3. ”AMIIN” (alif pendek & mim panjang), artinya JUJUR TERPERCAYA
4. “AAMIIN” (alif & mim sama-sama panjang), artinya YA TUHAN, KABULKANLAH DOA KAMI
Arti kesemuanya bermakna baik, tapi benar atau belum pemakaian kata² tersebut?
Supaya apa yang kita lafalkan benar dan sesuai dengan arti yang kita inginkan.
nah..berdasarkan pendapat Jumhur ulama, maka bacaan AMIN pada sholat adalah yang yang terakhir atau yang no.4, dan senabis kita berdoa maka dialfalkanya yg nomer 4 juga dan di pesbuk kalo kita menulis amin yg di nomer 4 juga, demikian semoga bermanfaat. Wallahu A'lam. 


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/makna-kata-amin-sesungguhnya.html

Biarlah Allah Yang Memilih

Saudaraku…
mau dikatakan apalagi .......
Jika engkau tertimpa cobaan yang sangat sulit bagimu melepaskan diri darinya, maka tidak ada jalan keluar untukmu kecuali ‘DOA’ dan kembali kepada Allah setelah engkau mendahuluinya dengan taubat atas dosa-dosamu. Karena ketergelinciran (ke dalam dosa) mengakibatkan siksa, jika ketergelinciran tersebut telah hilang dengan taubat atas dosa-dosa maka hilang pula sebab turunnya siksa dan cobaan itu. Jika engkau sudah berdoa’ dan belum ada tanda-tanda doa’mu dikabulkan maka renungilah dirimu!
Mungkin taubatmu tidak benar, maka benahi dan benarkanlah taubatmu terlebih dahulu kemudian berdoa’lah lagi, dan (ingat) jangan sekali-kali bosan berdoa’. Boleh jadi, kemaslahatan terdapat dalam pengunduran pengabulan doa’mu, atau bahkan kemaslahatan terdapat di dalam ketidak pengabulan doa’mu, maka engkau tetap mendapatkan pahala dari doa’mu tersebut dan engkau diberi apa yang bermanfaat untukmu. Dan diantara manfaat tersebut adalah engkau tidak diberi apa yang engkau minta tetapi digantikan dengan yang lain.
Jika Iblis mendatangimu lalu mengatakan kepadamu; sudah berapa sering engaku berdoa’ tetapi engkau belum melihat hasil pengabulan doa’mu? Maka katakanlah “Aku bertaa’bbud (beribadah) dengan berdoa’, dan aku yakin bahwa doa’ku pasti dikabulkan”, hanya saja boleh jadi penta’khirannya mengandung beberapa maslahat, sehingga pengabulan doa’ itu akan datang pada saat yang tepat. Andaipun tidak dikabulkan, maka aku telah merealisasikan taa’bbud dan tadzallul. Maka janganlah engkau meminta sesuatu kepada-Nya melainkan engkau sertakan dengan permintaan pilihan (mohon kepada Allah dipilihkan yang terbaik). Berapa banyak permintaan berupa dunia jika dikabulkan justru mendatangkan kehancuran bagi pemintanya.
Jika engkau tahu, bahwa engkau diperintahkan untuk bermusyawarah dalam menghadapi dan menyelesaikan urusan-urusan duniamu,


agar sahabatmu menjelaskan kepadamu beberapa pendapat dan masukannya yang mengalahkan pendapatmu, dan engkau memandang bahwa apa yang terjadi padamu tidak baik bagimu, lalu mengapa engkau tidak memohon kebaikan kepada Rabbmu? Padahal Dia Maha Mengetahui maslahat? Dan istikharah merupakan musyawarah terbaik (dengan Allah). 


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/biarlah-allah-yang-memilih.html

Ketika Aku Jatuh Cinta….♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥

"Cinta dan nafsu adalah dua hal yang selalu saja ada dalam diri manusia. Keduanya bagai dua sisi mata pedang yang sangat bertolak belakang, namun selalu hadir bersama. Nafsu datang dengan penuh keindahan, romantis bak kisah Romeo dan Juliet, tapi tak dapat diingkari selalu pada akhirnya memotong iman dengan sekali tebasan, tak jarang ia tampil dengan mengatasnamakan cinta dalam perbuatannya. Sedang cinta itu sendiri adalah perasaan yang sangat sederhana, tak ada keromantisan tanpa dasar iman dan taqwa. Tampak begitu biasa, namun hanya cinta yang akan membahagiakanmu dengan sangat sederhana, bahkan kadang tanpa kita sadari dan hanya cinta yang akan membuat manusia mengerti kehidupan ini begitu indah."
Aku diam mendengarkan seorang teman yang bercerita tentang cinta. Seorang sahabat yang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri, mungkin dia memang pantas bercerita, dengan keluarga sakinah yang kini tengah dibangunnya, dia tampak begitu bahagia.
“Wi, sesungguhnya cinta itu begitu indah, namun semua keindahan itu tersimpan begitu dalam sampai sebuah saat yang indah datang,


karena seperti apapun sebuah keindahan jika dia diposisikan pada waktu dan tempat yang salah, dia hanya akan menjadi suatu pengganggu. Ibaratnya seperti lukisan monalisa yang indah dan terkenal itu jika ditempatkan di tong sampah yang kotor dan penuh debu, dia hanya akan menjadi suatu yang sia-sia.” ucapnya seraya menatapku. Terus terang aku jadi kikuk di pandangi seperti itu. Aku seperti merasa menjadi terdakwa dalam sebuah pengadilan.
“Lho, di bilangin kok malah bengong sih?”
“Nggak kok mbak, Wia heran aja kok mbak ngomongnya sambil melototin Wia gitu?”
“Wi, kamu ‘kan sudah beranjak makin dewasa, dan mungkin sebentar lagi akan terserang virus merah muda, karena itu sebelum terserang harus di injeksi dulu dong!” katanya*sambil tertawa dan merangkulku.
Duh.. aku jadi tersipu nih, jangan-jangan ada kabar-kabari yang terdengar ke telinga mbak Anti. Emang beberapa hari ini aku merasa mulai nggak bisa mengendalikan hatiku, entah apa penyebabnya. Ada bayangan seseorang yang berhasil menyelinap di pelepuk mataku tiap kali aku memejamkan mata. Ya Robb… Maafkanlah hamba.
“Mbak apa kita salah jika kita mencintai seseorang yang belum menjadi muhrim kita?” tanyaku dengan hati-hati.
“Ya nggak lah Wi, agama kita adalah agama yang penuh cinta, kita diajarkan untuk hidup dengan saling mencintai, berdampingan dan rukun. Bahkan seorang muslim atau muslimah belum sempurna imannya apabila ia belum bisa mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri. Hanya saja cinta itu tidak boleh melebihi cinta kita kepada Sang Pemilik cinta itu sendiri dan ada tata tertibnya. Lagi pula Wi, kita harus mengenali yang mana cinta dan yang mana nafsu, jangan sampai kamu terbelit dalam tali nafsu, karena sulit untuk kita keluar dari sana.”
“Tapi mbak, kalau boleh jujur, rasanya sulit banget mengusir perasaan seperti itu, karena dia datang sendiri, tanpa kita undang, juga tanpa diminta.” Aku menunduk di depannya, sebenarnya aku tak ingin dia tahu apa yang aku rasakan, namun aku juga tak mau terbelit oleh perasaan yang mungkin akan membawaku hanyut dalam lingkaran setan.
“Wi, ketika kamu menyukai seseorang bukan karena alasan yang diridhai Allah, maka semua itu sudah menjurus ke nafsu. Dan keberadaan nafsu sama seperti iman, dia bisa naik dan juga turun. Ketika grafik iman kita naik, maka nafsu akan menjauh dari hati kita, begitu pula ketika grafik iman kita turun kamu akan disapanya. Karena itu, satu-satunya cara mengusir perasaan itu adalah dengan mendekatkan diri kepada Allah. Percayalah tidak ada satu kekuatan pun yang akan menjerumuskan kamu tanpa izin dari Nya.


Atau ada cara lain?” dia menghentikan pembicaraannya.
“Apa mbak? ” tanya ku heran.
“Kalau kamu sudah siap, ya kamu nikah aja!” katanya lagi.
“Ya Allah, nggak kepikiran sampai situ, mbak!” jawabku kaget setengah mati.
“Oh, jadi Wia ceritanya lagi jatuh cinta nih?? Kok nggak bilang-bilang mbak sih?” ucapnya sambil meledekku.
“E… E… Enggak eh,…” wah gawat nih gimana ngejawabnya? Bisa-bisa diledekin seumur hidup.
“Serius lagi jatuh cinta?” tanyanya penuh selidik.
“Iya.” jawabku mantap.
“Sama siapa, Wi?” tanyanya dengan suara kaget, aku yakin dia tak menyangka akan jawaban yang aku berikan.
“Sama Sang Pemilik Cinta dan Dien yang indah yang Wia miliki saat ini.” jawabku sambil menatapnya. Kulihat matanya bersinar seakan lega mendengar jawabanku. Terima kasih Mbak, karena selama ini telah membantuku menjaga hati dan jiwa yang rapuh ini. Terima kasih ya Rabb telah menjadikan dia sahabat untukku.
Aku yakin suatu hari Insya Allah aku akan jatuh cinta, dan aku ingin saat itu adalah saat yang indah yang dijadikan Allah untukku. Cinta yang suci yang datang atas rahmat dan ridhaNya untuk pemuda yang berjuang di jalanNya dan tentu saja dalam ikatan yang suci pula. Namun sebelum itu, aku harus berbenah diri, mempercantik hati di hadapan Allah, meluruskan niat hanya kepadaNya. Cintaku yang terbesar hanyalah milikNya
Hari ini benar-benar sore yang indah, kulangkahkan kaki dengan perasaan baru. Tak ada Keromantisan, dan rindu yang menggebu tanpa dasar Iman dan Taqwa Guys!!!
***
Sesuatu yang indah akan menjadi suci apabila berada dalam ridha Allah SWT, maka jadikanlah perasaan cintamu indah dan suci, karena cinta adalah fitrah dan akan kamu berikan kepada seseorang yang akan menjadi penyanggahmu didunia dan akhirat kelak. So, selamat menemukan cinta sejati!!! 


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/ketika-aku-jatuh-cinta.html

Fatwa tentang Face Book

Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآَنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS al-Mâidah : 8)
Makna ayat di atas sebagaimana di dalam Zâdul Masîr adalah :
كونوا قوامين لله بالحق ولا يحملنَّكم بغض قوم على ترك العدل { اعدلوا } في الولي والعدو { هو أقرب للتقوى } ، أي إِلى التقوى . والمعنى : أقرب إِلى أن تكونوا متقين وقيل : هو أقرب إِلى اتقاء النار .



Artinya:
“Hendaklah kalian menjadi orang yang menegakkan kebenaran karena Alloh, dan janganlah kebencian terhadap suatu kaum benar-benar menjadikanmu meninggalkan keadilan. Berbuat adillah baik terhadap orang yang dikasihi maupun terhadap musuh. Karena perbuatan ini lebih dekat kepada ketakwaan. Yaitu menjadikanmu dekat sebagai sebutan muttaqîn (orang-orang yang bertakwa). Pendapat lain menyatakan bahwa perbuatan ini lebih dekat kepada perlindungan dari api neraka.”
Berbuat adil, tidak hanya terhadap muslim saja. Kepada orang kafir pun kita tetap harus berbuat adil. Oleh karena itu, kita wajib bersikap adil dan obyektif dengan peristiwa penistaan di Fan Book yang akhirnya berakhir dengan ditutupnya akun tersebut.
Kita patut mengapresiasi sikap Facebook yang akhirnya menutup Fan Page tersebut, walaupun bisa dikatakan sudah terlambat karena protes jutaan ummat Islam yang disertai dengan berbagai “ancaman” telah menghujam bertubi-tubi. Sehingga –diyakini maupun tidak diyakini-, protes ummat Islam ini turut memberikan efek dan pengaruh bagi kebijakan Facebook, dan semoga bisa menjadi pelajaran bagi mereka untuk ke depannya.
Flash Back, Mencermati kembali hukum asal FB
FB sendiri, sebagaimana situs jejaring sosial dan media internet lainnya, adalah seperti pedang bermata dua. Sebagaimana dikatakan oleh mantan Ketua Lajnah Fatwa al-Azhar asy-Syarîf, Syaikh ‘Abdul Hamîd al-Athrasy :
لم أحرم الفيس بوك، وإنما كل الذي قلت به إن الإنترنت والتلفاز هما سلاح ذو حدين، شأنه شأن سكين المطبخ الذي يمكن استخدامه في منفعة أو استخدامه في إيذاء النفس والغير
Artinya:
“Saya tidak mengharamkan Facebook. Namun semua yang pernah kuucapkan adalah, sesungguhnya internet dan televisi, keduanya itu bagai pedang bermata dua. Sama seperti pisau dapur yang bisa dipergunakan sesuai dengan kegunaannya atau malah digunakan untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.”
Facebook adalah situs jejaring sosial, yang di dalamnya berhimpun antara muslim dan kafir, antara orang yang shalih dan thalih, orang yang baik dan jahat. Maka apabila digunakan oleh orang-orang baik maka dapat bermaslahat fungsinya, dan apabila digunakan oleh orang jahat, akan bermadharat jadinya.



Situs al-Islâm Su`âl wa Jawâb (islam-qa.com), ketika ditanya bagaimana hukum berpartisipasi dan menjadi anggota Facebook, memberikan detail jawaban yang bagus. Berikut ini inti jawabannya :
Pertama, situs Facebook ini didirikan oleh Mark Zuckenburg, salah seorang mahasiswa Universitas Harvard di Amerika Serikat, pada awal tahun 2004. Pada saat itu penggunaannya hanya terbatas hanya bagi mahasiswa Universitas Harvard saja. Kemudian jaringannya diperluas mencakup universitas-universitas lainnya di kota Boston. Pada akhirnya meluas sampai dunia internasional pada akhir tahun 2006.
Tujuan didirikannya situs ini adalah bertujuan untuk saling mengenal dan membangun hubungan sosial, dan situs ini bisa dianggap sebagai situs jejaring sosial paling penting di internet. Penggunanya pun mencapai puluhan juta dan terus meningkat secara drastis. Situs ini juga diterima secara luas di dunia Arab dan Islam dan menyediakan lebih dari 40 bahasa, pengelolanya pun senantiasa terus berupaya menambah bahasa lain.
Kedua, dunia Facebook ini adalah dunia tempat tulis menulis dan tempat berbincang-bincang (chatting), yang di dalamnya terdapat perbuatan dosa yang besar namun juga terkandung manfaat bagi orang lain, hanya saja situs ini memiliki ciri khas yang berbeda dengan situs lainnya dalam beberapa hal, diantaranya :
Menyediakan informasi pribadi seseorang secara terperinci. Hal ini dapat berdampak negatif, seperti :
Dapat menyebabkan bangkitnya kembali hubungan masa lalu diantara pasangan, yang menyebabkan hubungan tersebut terjalin kembali sehingga berdampak terhadap perselingkuhan dan perceraian. Sebuah tim dari “Pusat Penelitian Sosial dan Kriminolog Nasional” di Mesir telah melakukan sebuah studi seputar situs Facebook selama beberapa pekan, dan menyimpulkan dari hasil studi ini berupa dampak negatif, diantaranya adanya pengguna situs ini yang hubungan cinta lama mereka bersemi kembali, sehingga menyebabkan keretakan pada rumah tangga dan merusak tatanan rumah tangga Islami.
Perekrutan sebagian pengguna situs sebagai anggota intelijen asing dengan memperhatikan biodata mereka, keadaan ekonomi dan pekerjaan mereka, yang direkrut untuk menjadi mata-mata. Beberapa media asing telah mengungkapkan eksistensi jaringan mata-mata Yahudi yang merekrut para pemuda Arab dan Muslim untuk menjadi mata-mata kepentingan mereka. Dalam situs al-Muhîth (25 Jumâdil Ûlâ 1431) mengutip sebuah surat kabar Perancis tentang berita eksplotasi Yahudi terhadap situs Facebook untuk merekrut agen-agen mata-mata mereka.
Gerald Noire, seorang proffesor di Fakultas Psikologi Universitas “Provence” Perancis, dan penulis buku “Bahaya Internet” mengatakan :



“Sesungguhnya jaringan ini telah terdeteksi secara spesifik pada bulan-bulan Mei 2001, yang merupakan kelompok jaringan yang dipimpin oleh ahli-ahli spesialis psikolog Israil yang merekrut dan menarik para pemuda negara ketiga, terutama penduduk negara konflik Arab-Israil, disamping Amerika Selatan.”
Memang upaya rekrutmen ini terjadi sebelum dibentuknya facebook, namun aktivitas rekrutmen ini semakin meningkat semenjak munculnya situs ini dan situs yang serupa terhadap para pemuda untuk dijadikan agen dengan memperhatikan biodata mereka dan melalui kontak chatting dengan mereka.
4. Pencurian akun/rekening bank dan penipuan dengan menggunakan pemalsuan identitas.
Penyebaran situs yang meluas, menjadikannya sebagai situs chatting global, yang menghimpun semua jenis orang dari berbagai belahan dunia.
Perbincangan (chatting) langsung seperti ini menyimpan beberapa kerusakan, diantaranya :
1. Membuang-buang waktu yang berharga dengan hal-hal yang tidak berguna, seperti hanya berbincang-bincang dan berkenalan belaka. Hendaknya seorang muslim yang berakal mau memperhatikan usianya yang terbatas, dan dirinya tidak kekal di dunia ini. Ia akan menjumpai Rabb-nya Ta’ala dan akan ditanyai tentang usia mudanya dihabiskan untuk apa? Dan umurnya digunakan untuk apa? Hendaknya muslim yang berakal mau memperhatikan bagaimana pendahulu (salaf) umat ini memperhatikan waktu dan umurnya.
Inilah Ibnu Aqil al-Hanbalî yang menceritakan tentang diri beliau :
إنِّي لا يحل لي أن أضيع ساعة من عمري ، حتى إذا تعطل لساني عن مذاكرة ومناظرة ، وبصري عن مطالعة : أعملت فكري في حال راحتي وأنا مستطرح ، فلا أنهض إلا وقد خطر لي ما أسطره ، وإني لأجد من حرصي على العلم وأنا في عشر الثمانين أشد مما كنت أجده وأنا ابن عشرين
Artinya:
“Sesungguhnya aku tidak menghalalkan diriku menyia-nyiakan sedetikpun dari umurku, bahkan sekalipun lisanku terganggu dari berdisuksi dan berdialog (dalam hal ilmu), serta mataku terganggu dari membaca, aku akan tetap menggunakan fikiranku dikala istirahatku dengan tubuh terbaring. Aku tidak mampu bangun kecuali terpikir padaku. Sungguh, aku benar-benar mendapatiku dalam usia 80-an ini lebih bersemangat menuntut ilmu daripada diriku ketika masih pemuda berusia 20-an”
(Dinukil oleh Ibnul Jauzî dalam kitabnya al-Muntazham IX/214)


2. Membangun hubungan yang buruk diantara pria dan wanita, yang dapat menyebabkan rusaknya tatanan keluarga/rumah tangga. Sebagaimana di dalam studi “Pusat Nasional” tadi bahwa penyebab setiap lima kejadian perceraian di Mesir yang disebabkan oleh adanya hubungan perselingkungan dengan fihak ketiga melalui jalur internet, yaitu melalui Facebook.
Tidaklah dipungkiri bahwa ada manfaat dari situs ini oleh sebagian orang-orang intelek yang antusias di dalam menyebarkan kebaikan. Alangkah lebih baik lagi apabila mereka menggunakan media informasi dan komunikasi modern seperti internet, ponsel dan channel satelit, masuk ke dalamnya untuk berkhidmah bagi agamanya, berdakwah menyeru kepada Rabb-nya, terutama aktivitas kolektif, inilah setidak-tidaknya upaya untuk dapat mencegah dari jatuh kepada fitnah dunia internet. Diantara manfaat situs ini adalah :
a. Adanya page khusus bagi para ulama dan du’at, yang memberikan nasehat bagi manusia dan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka, terutama bagi anggota grup tersebut. Anggota grup tersebut dapat mengambil manfaat ketika mayoritas anggotanya berkumpul di dalam grup ini untuk berkirim pesan grup, membuka topik untuk didiskusikan dan menambahkan klip-klip video yang bermanfaat.
b. Mengkonter dan memperingatkan pengguna situs atas manipulasi informasi dan berita peristiwa dunia Islam, memberikan bantuan terhadap negeri yang tertindas, atau menutup situs atau halaman pribadi.
c. Menyebarkan buku-buku dan artikel serta fatwa-fatwa yang bermanfaat di antara anggota situs tersebut.
d. Saling berkomunikasi antar sahabat dan karib kerabat terutama yang terpisah jauh negaranya. Saling berhubungan memberikan dampak yang baik untuk menjaga tatanan syar’iyah dan akhlak yang mulia.
2. Adapun bagaimana hukum syar’i mendaftar di situs Facebook, maka tergantung maksud dan tujuan orang tersebut. Apabila yang masuk adalah dari kalangan ahli ilmu dan penuntut ilmu, atau komunitas dakwah maka hukumnya boleh dan bahkan baik, terlebih apabila ada kesempatan bagi mereka untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Adapun jika yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang yang rusak, atau yang tidak aman dari fitnah atau yang mudah terpengaruh, terutama dari para remaja pria dan gadis remaja, maka tidak boleh masuk ke dalamnya.
Kesimpulannya :
barangsiapa yang tidak mampu mengendalikan dirinya di dunia Facebook atau semisalnya, maka hendaknya ia menahan diri darinya.


Dan boleh bagi orang yang berjalan menurut kaidah syariah di dalam menjaga dirinya, tidak mudah terpengaruh oleh terpaan hawa nafsu dan syahwat, dan ia masuk kedalamnya dalam rangka untuk memberikan faidah dan mengambil manfaat.
Demikianlah inti sari jawaban situs al-Islâm Su`âl wa Jawâb. Jawaban ini juga selaras dengan jawaban lugas DR. Muhammad Syak’ah, anggota Perhimpunan Riset Islam (Majma’ al-Buhûts al-Islâmî) yang menyatakan -->bahwa Facebook hukumnya kembali kepada sisi kebenaran dan faidahnya, serta sisi kerusakan dan bahayanya. Beliau mengatakan :
“الموقع إذا كان به نفع فلا بأس به، وإذا كان به ضرر فيبنغي القضاء عليه”
Artinya:
“Sebuah situs itu, jika (lebih banyak) bermanfaat maka boleh hukumnya, namun jika (lebih banyak) bahayanya, maka selayaknya situs itu dihapuskan” 


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/fatwa-tentang-face-book.html

THE POWER OF IMAN

“Bahkan sesiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah (mematuhi perintahNya) sedangkan ia terus berusaha supaya baik amalannya, ia akan beroleh pahalanya di sisi Tuhannya, dan tidaklah ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita” (QS al-Baqarah: 112).
Kuat di saat stabilnya pikiran(ga..ngalami gangguan) dan berkecukupannya harta benda merupakan hal yang biasa(kecuali orang gara kaya, pya gangguan jiwa). Yang Rruaarr biasa ehluar biasa ialah bila masih tetap (berusaha) kuat di saat pikiran dan harta benda sedang tidak stabil. Apalagi tidak tertutup kemungkinan, suatu waktu seseorang mendapat musibah yang memusnahkan harta benda dan kekayaan lainnya(wong edan iki). Naah.dalam keadaan demikian, seorang nampak ciri khasnya (OOo kamu ketauan...), apakah seorang muslim sejati atau tidak.
Seorang muslim sejati akan senantiasa tegar(buakn tegar al rossa lho..wkwkwk). Sebab, telah terbentuk suatu kesadaran sekaligus kesiapan dalam dirinya bahwa ada saatnya seseorang hamba mendapat Ujian. eit.. bukan hanya ujian dengan kekurangan atau tiada harta..(kek ane sekarang ini hehehe..masih bisa ketawa), tetapi juga ujian dengan banyaknya harta.(nah ini yang belum pernah di uji untuk ane...hihihi)
Lazimnya, di saat habisnya harta, seseorang bisa berubah menjadi bimbang dan putus asa. Sesuatu perbuatan yang terlarang(mental kropos maksdnya,dah biasa kaya seh), pun berpeluang dilakukan. Demikian juga di saat memiliki harta banyak, seseorang bisa berubah menjadi lupa diri, angkuh dan sejenisnya. Semua ini bisa menjerumuskan manusia ke jurang kehinaan (masya Allah.....aku pengen kaya beriamn dan miskin beriman..dan mati beriman..).



 Nah..karena itu bro and sister(yang maw kan kaya atw alias OKByang ga kaya kaya hehhe), perlu memperkuat diri dengan kekuatan dari Allah. Dengan kekuatan itu, manusia mampu memikirkan jalan keluar terbaik bagi hidup dan matinya. Kekuatan itu akan diperoleh dengan setulusnya berserah diri kepada Allah. Hal ini akan menumbuhkan kemampuan mengontrol dir.Bahkan Allah berjanji akan memberikan jalan keluar bagi hamba-hambaNya yang demikian. Allah memastikan bahwa siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, dan siapa saja yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (QS. Thalaq: 2)...setujuuu?.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/power-of-iman.html

Bingung di Padang Kehidupan

Bismillaahirrahmanirrakhim....
Pada suatu waktu ada seseorang bertanya kepada seorang A'lim,"Berilah aku cahaya yang dapat aku jadikan pelita dalam menelusuri dalam kehidupan yang ghaib dan majhul ini, karena aku dalam kebingungan."
Lalu orang itu menjawab, "Berjalanlah kamu dengan cahaya Allah niscaya Dia akan menuntunmu ke jalan yang lurus."


Dan di sebuah persimpangan jalan berhentilah seorang musafir kelana........yang telah berjalan mengarungi padang kehidupan........ia menoleh ke belakang melihat jerih payahnya di sepanjang jalan kehidupan yang telah dilaluinya.....Lalu ia tujukan pandangannya ke depan untuk melihat jauhnya perjalanan yang harus ditempuhnya lagi....
Wahai orang-orang yang sedang kebingungan di padang kehidupan.....sampai kapankah engkau hidup dalam petualangan dan kesesatan......padahal di tanganmu ada pelita yang bersinar cemerlang ?
Nyatakanlah penyesalan dan kesedihan atas segala dosa-dosa yang telah kau lakukan. Ucapkanlah kalimat istighfar dan kata taubat. Semoga Allah menghapuskan semua noda dan dosamu dan mengangkat tinggi derajatmu. Dan semoga pula engkau menjadi orang yang didekatkankepada-Nya.
"Semua anak Adam pernah berbuat salah, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah ialah yang bertaubat." (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Hakim dan Darimi)
Alangkah dekatnya Tuhanmu kepada dirimu, sedangkan engkau tak mau mendekati-Nya.........Alangkah cinta Dia kepadamu, sedangkan engkau tak mau mencintai-Nya............Alangkah besar kasih sayang-Nya kepadamu, sedangkan engkau melupakan hal itu...........
Dalam hadist Qudsi disebutkan:
"Wahai anak Adam! Berdirilah engkau untuk mendekati-Ku niscaya Aku akan berjalan mendekatimu, dan berjalanlah untuk mendekati-Ku, niscaya Aku akan berlari mendekatimu." (HR. Ahmad)
RasuluLLah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla membuka tangan-Nya pada waktu malam supaya bertaubat orang yang melakukan kesalahan pada siang harinya, dan Ia membuka tangan-Nya pada waktu siang supaya bertaubat orang yang melakukan kesalahan pada malam harinya. Begitulah hingga matahari terbit dari barat. (HR. Muslim)
Yang demikian itu menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, melebihi kasih sayang ibu kepada anak tunggal yang disayanginya.
"Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (Al-Hajj:63) 
Subhanallah...


Ya Allah...Smoga Engkau tunjukkan kpd kami jalan yang lurus....amien
Smoga bermanfaat...


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/bingung-di-padang-kehidupan.html

Pemuda Yang Bertransaksi Dengan Allah

Bismillaahirrahmanirrakhiim...

Wahai orang yang memeluk dunia... dari panasnya api neraka. Dunia ini tidak kekal, siang dan malam penuh dengan kepalsuan dan kesia-siaan. Hendaklah kamu meninggalkan dunia yang membelenggumu. Sehingga kamu bisa segera memeluk surga firdaus. Jika kamu mencari surga yang abadi untuk kamu jadikan tempat tinggal, maka hendaknya kamu jangan merasa aman dari panasnya api neraka.


Dikisahkan oleh Syaikh Abdul Wahid bin Zabad Rahimahullah, Suatu hari ketika kami berada di sebuah majelis, kami memutuskan agar mempersiapkan diri untuk berperang. Saat itu aku memerintahkan kepada teman-temanku untuk membaca ayat-ayat Al Quran. Kemudian dalam majelis itu ada seorang laki-laki yang membaca ayat yang berbunyi.
'Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh.' (QS. At Taubah: 111)
Setelah itu, ada seorang bocah remaja yang usianya sekitar 15 tahun berdiri dan menemuiku. Dia telah ditinggal mati ayahnya dan meninggalkan warisan untuknya dalam jumlah yang sangat banyak. Lalu dia berkata, 'Wahai Syeikh Abdul Wahid, sesungguhnya aku bersaksi di hadapanmu, aku berani menjual jiwa dan hartaku dengan surga.'
Dia berani mengeluarkan semua hartanya. Semua disedekahkannya kecuali kuda, pedang, dan bekalnya. Ketika keluar menuju medan perang, dia berada di garda paling depan. Jual beli kami untung karena kami telah bertransaksi dengan Allah, kemudian kami memulai perjalanan.
Dia berjalan bersama kami. Dan saya lihat, jika siang hari dia berpuasa dan malam harinya ia gunakan untuk bermunajat kepada Allah. Dia melayani kami dan memberi makan hewan-hewan kendaraan kami. Dia menjaga kami saat kami tidur, sampai akhirnya kami sampai di kawasan musuh. Pada saat itu, tiba-tiba dia bangun dan berteriak-teriak, “Betapa aku ingin berjumpa dengan air mata keridhaan (al-'aina' al-mardhiyyah).'
Mendengar teriakan itu kami menghampirinya. Aku pun bertanya padanya,
'Wahai sayang, apa itu al-'aina' al-mardhiyyah?' Kemudian bocah remaja itu menjawab, "Saat kami sedang berebahan, tiba-tiba aku melihat seakan-akan ada orang yang datang dan menyuruhku agar aku pergi menemui al-'aina' almar-dhiyyah. Kemudian dia membimbingku ke sebuah danau. Tiba-tiba, aku benar-benar berada di sebuah danau yang tepinya dihiasi dengan aneka permata dan perhiasan. Keindahannya tidak bisa aku gam-barkan. Di sana terdapat banyak bidadari yang can-tik-cantik. Dan ketika melihatku, mereka tersenyum sambil berkata, 'Ini adalah suami al-'aina' al-mardhiyyah' mereka menjawab 'kami semua adalah para pelayan dan pembantunya. Silakan Tuan terus berjalan ke depan sana.'
Kemudian aku berjalan ke depan. Tanpa terasa, aku sampai di suatu danau di mana airnya berupa susu dan rasanya tidak pernah berubah. Danau tersebut berada di sebuah taman yang penuh dengan keindahan. Subhanallah, ada banyak bidadari yang kecantikannya membuat aku terpesona. Saat aku melihat mereka, mereka tersenyum kepadaku dan berkata, 'Sungguh, ini adalah calon suami al al-'aina' al-mardhiyyah.'



Kemudian aku berkata, 'Assalamualaikunna, adakah di antara kalian termasuk Al-'aina' al-mardhiyyah?' Mereka menjawab, 'Waalaika As-salam, wahai kekasih Allah. Kami bukan al-'aina' al-mardhiyyah. Kami adalah pelayan dan pembantunya. Berjalanlah Tuan ke depan.'
Kemudian aku berkata, 'Assalamualaikunna, adakah di antara kalian termasuk al-'aina' almardhi-yyah?' Kemudian aku melangkahkan kakiku lagi hingga sampailah aku di suatu danau di mana airnya adalah khamer, bukan seperti di dunia yang memabukkan, tapi ia memiliki rasa yang sangat lezat. Subhanallah.
Di tepi danau itu juga ada sederet bidadari yang menyambutku dan menyapa dengan tersenyum. Aku ucapkan salam kepadanya dan menanya-kan apakah di antara mereka ada al-'aina' al-mar-dhiyyah. Mereka menjawab dengan jawaban yang sama seperti di danau sebelumnya. 'Berjalanlah Tuan terus ke depan.'
Kemudian aku terus melanjutkan perjalanan dan sampailah aku di suatu tempat yang amat indah, dimana aku dapati sebuah danau yang airnya berupa madu murni. Bidadari-bidadari yang ada di tempat itu memiliki wajah yang sangat cantik dan bercahaya. Wajahnya tidak akan bisa saya lupakan. Aku pun menyapanya dengan salam dan bertanya tentang al-'aina' al-mardhiyyah seperti sebelumnya.
Mereka menjawab, 'Wahai kekasih Allah, kami bukanlah al-'aina al-mardhiyyah. Kami hanyalah pelayan dan pembantunya. Berjalanlah wahai tu-anku ke depan.' Akhirnya, untuk kesekian kalinya aku berjalan menuju suatu tempat yang mereka tunjukkan. Sampai akhirnya, aku tiba di suatu tempat di mana ada sebuah rumah mungil yang bangunannya terbuat dari mutiara putih nan indah. Di depan pintunya ada seorang bidadari yang amat cantik memakai perhiasan, kecantikan dan keindahannya tidak bisa aku bayangkan.
Dia tersenyum menatapku, lalu memanggil penghuni rumah mungil tersebut, 'Wahai al-'aina al-mardhiyyah, ini suamimu sudah datang,' ujarnya, 'masuklah wahai Tuan, Engkau telah dinanti oleh al-'aina al-mardhiyyah.' Setelah masuk ke dalam rumah mungil yang indah itu, aku melihat seorang bidadari yang amat sangat cantik dan begitu anggun sedang duduk di atas ranjang yang berhiaskan dan berukiran emas. Dia mengenakan mahkota yang berhiaskan intan dan yaqut. Aku sangat terpesona saat menatapnya.
Dia berkata, 'Selamat datang, wahai kekasih Allah, Dzat Yang Maha Pengasih. Sungguh sebentar lagi kamu akan mendatangi kami.' Lalu aku menghampiri dia dan bermaksud memeluknya. Tapi kemudian dia berkata, 'Tunggu sebentar. Kamu tidak akan bisa memelukku, karena kamu masih memiliki ruh kehidupan. 'Saat itu aku tersentak kaget. Aku tidak sabar ingin bertemu dengannya sampai aku engkau bangunkan wahai Abdul Wahid."
Syeikh Abdul Wahid melanjutkan ceritanya, 'Percakapan kami belum sempat tuntas, tiba-tiba datang segerombolan prajurit musuh yang menyerang kami.


Anak muda tersebut segera menyambut kedatangan mereka dengan gagah berani. la begitu lincah menyabetkan pedangnya ke sana ke mari sampai akhirnya sembilan orang musuh terbunuh di tangannya. Kami berhasil mengalahkan dan mengusir mereka. Tiba-tiba kami mendengar teriakan lirih tapi sangat jelas di telinga kami 'Al-'aina' al-mardhi-yyah.'
Aku mendekati dan menuju arah suara itu. Ternyata, saya dapati anak muda tersebut bersimbah darah.
Dia tersenyum lebar sambil berkata. 'Wahai Abdul Wahid, al-'aina' al-mardhiyyah telah benar-benar menjemputku. Subhanallah.'
Akhirnya dia pun meninggal dunia sebagai syuhada Allah. Dia benar-benar telah bertransaksi dengan Allah. Semoga Allah meridhainya."
Semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah ini serta menjadi orang yang benar-benar bertransaksi denga Allah, dengan perniagaan yang tidak pernah rugi dan benar-benar meraih keuntungan dengan surga-Nya. Amiin


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/pemuda-yang-bertransaksi-dengan-allah.html