Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Jumat, 27 Januari 2012

Bila Seluruh Alam Berhijab

sementara Anda sendiri masih belum merasa sreg memperbaiki hijab, berarti tinggal Anda sendirian yang belum berhijab.
Secara umum seluruh alam ini taat dan tunduk kepada Allah SWT (QS. Ar-Rum [30] : 26) sehingga bisa berfungsi maksimal dan saling memberikan manfaat kepada bagian alam lainnya bahkan sudah tahu cara bertasbih dan shalatnya (QS. An-Nur [24] : 41).


Secara khusus, ternyata seluruh alam semesta ini juga berhijab atau memakai pelindung/penutup agar bisa berjalan sesuai fungsinya dan selamat dari hal-hal yang membahayakannya.
1. Bumi diselimuti oleh atmosfir.Benda-benda angkasa luar yang akan jatuh ke bumi terkikis dan jika tiba di bumi sudah mengecil dari besar aslinya. Panas matahari tidak langsung menyengat sepanas aslinya. Kita semua tahu manfaatnya panas pagi dan bahayanya ultra violet terhadap tubuh manusia.
2. Laut dan darat dibatasi pantai, meskipun di tengah pulau ada danau dan situ. Saat tepian pantai, danau dan situ dijaga dengan baik, akan memberikan banyak manfaat bagi manusia.
3. Kulit manusia melindungi seluruh organ tubuhnya.
4. Janin manusia diliputi air ketuban, rahim dan perut ibunya.
5. Mata manusia berkelopak, ada bulu mata dan di atasnya ada alis. Saat ada debu atau air menghampirinya, secara reflex akan berkedip.
6. Seluruh organ tubuh mempunyai bagian pelapis luar agar tidak bercampur dengan lainnya.
7. Saat manusia wafat pun dikafani dan dimakamkan tertutup bumi.
8. Rumah perlu atap dan dinding, akan lebih indah jika dilapisi cat.
9. Mobil ber-AC akan terasa sejuk dan nyaman saat kaca mobil ditutup.
 10. Air mineral dalam kemasan perlu tutup botol dan segel agar tetap jernih dan higienis.
11. Waktu turun hujan, orang memakai payung, jas hujan atau berteduh.
12. Pedang dan pisau diletakkan dalam sarungnya agar aman dan tidak cepat berkarat.
13. Pena tanpa penutup, tintanya suka menjadi kering.
14. Bantal disarungi dan kasur diberi bad cover agar lebih indah dan terjaga kebersihannya.
15. Ikan mempunyai kulit dan sisik.
16. Telur ada cangkangnya.
17. Burung mempunyai kulit dan bulu.


18. Binatang-binatang di daerah dingin (kutub) berbulu lebat.
19. Tumbuhan - dari biji, batang, dahan dan buah - seluruhnya ada kulitnya.
20. Bawang merah atau bawang putih ada kulitnya. Saat bawang merah sudah dikupas kulitnya dan dibiarkan agak lama, maka bagian luarnya akan mengering berfungsi sebagai kulit kembali.
21. Buah manggis, meskipun kulitnya pahit, ternyata bagian dalamnya sangat manis. Jika manggis digigit kulitnya tentu pahit, tapi jika dimakan buahnya yang putih itu tentu manis.
22. Pisang ada kulitnya. Siapa yang mau beli pisang tanpa kulitnya ? Jika kulit pisang sudah dikupas, siapa yang mau membelinya jika diletakkan di tempat terbuka tanpa dibungkus daun atau plastik ?
23. Roti ada kulitnya. Bahkan roti yang sejenis dan serupa akan berharga lebih mahal jika disajikan dalam kemasan yang menarik.
Semoga renungan alam ini mengilhami saudara/saudari kita yang beriman untuk menutup dan menjaga auratnya. Menutup aurat adalah perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, yang tentunya pasti ada hikmah, manfaat, kenikmatan dan nilai proteksinya.• Wanita muslimah dengan berhijab atau berjilbab di tempat umum atau ada non muhrimnya. Pakaiannya sopan, tidak tipis/transparan, ketat dan minim.• Pria muslim di tempat umum tidak telanjang dada sampai terbuka pusarnya dan tidak memakai celana pendek yang di atas lutut.
Agama Islam sudah sedemikian rupa dan sempurna dalam mengatur tata kehidupan manusia. Hidayah merupakan keputusan Allah SWT. Kami sebagai orang beriman dan sayang terhadap saudara-saudari seiman mempunyai kewajiban untuk berdakwah dan mengajak agar kita semua selamat, bahagia dan sukses di dunia sampai akherat dalam bimbingan dan ridha Allah SWT.
والله اعلم بالصواب


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/bila-seluruh-alam-berhijab.html

Andai Seorang Perempuan Itu Datang

Andai seorang perempuan datang kepadamu ketika kau berseorangan...
Andai seorang perempuan datang dan tersenyum mesra memandangmu...


Andai seorang perempuan datang duduk di sebelahmu membiarkan bahu dan punggungnya bersentuhan denganmu...
Andai seorang perempuan datang menanyakan tentang bentuk badannya kepadamu...
Andai seorang perempuan datang menanyakan tentang kecantikan wajah dan badannya kepadamu...
Andai seorang perempuan datang memintamu menghilangkan daun di rambutnya...
Andai seorang perempuan datang kepadamu sambil memperlihatkan bagian- bagian tertentu...
Andai seorang perempuan datang tanpa segan sipu denganmu...
Andai datang waktu itu, apakah tindakanmu?
MUNGKIN PADA PANDANGAN PEREMPUAN ITU,
"Kau adalah kawan karibku.""Gua tak ada perasaan dengan lu, so gua cuman pengen berdekatan dengan lu."
 "Kau dah seperti abang kandungku."
"Kau dan aku bukan alim sangat jadi tak perlu hipokritik."
"Kaulah kekasihku, diri ini sepenuhnya milikmu."
 "Aku tahu kau dan aku takkan mungkin berzina, kita pasti pandai menjaga diri."
"Oh, kau adalah bakal suamiku, aku harus berlatih dari sekarang mengurangi rasa malu".
"Ku berbuat begini tiada yang tahu, kau takkan cerita pada orang lain."
TETAPI WAHAI LELAKI, ADAKAH SELALUNYA BETUL PANDANGAN MEREKA ITU?
Andai seorang perempuan itu datang...
Dan hanya dirimu pengawal gelanggang...
BERANIKAN dirimu untuk MENEGUR
GAGAHKAN dirimu untuk BERUNDUR DIRI


TABAHKAN dirimu untuk menjadi LELAKI YANG UNGGUL!
Lelaki yang hormat pada hak bakal suami perempuan itu nanti,
Lelaki yang hormat pada maruah kaum ibu dan adik beradik perempuannya sendiri,
Lelaki yang takkan mau disogok dengan benda-benda free,
Lelaki yang punya jati diri, menegur karena TAK MAU ISTERINYA NANTI BEKAS-BEKAS LELAKI,
Insaflah wahai diri yang bernama lelaki,
Andai seorang perempuan itu datang...
Beranikanlah diri untuk menolak dengan matang...
Andai seorang perempuan itu datang...
Beranikah dirimu....???!!!


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/andai-seorang-perempuan-itu-datang.html

Malam Pertama Di Alam Kubur

Malam pertama...
Malam itu ialah Malam Pertama Di Alam Kubur
Pernahkah engkau melihat kuburan?
Pernahkah engkau melihat gelapnya kuburan?
Pernahkah engkau melihat sempit dan dalamnya liang lahat?
Pernahkah engkau membayangkan kengerian dan kedahsyatan alam kubur?
Sedarkah engkau bahawa kuburan itu dipersiapkan untukmu dan untuk orang-orang selain darimu?Bukankah telah silih berganti engkau melihatteman-teman, orang-orang tercinta dan keluarga terdekatmu diusung dari dunia fana ini ke kuburan?
Apakah Malam Pertama Kita di Alam Kubur Nanti Asyik dan Nikmat atau Penuh Derita dan Sengsara?"Wahai anak Adam, apa yang telah engkau persiapkan saat malam pertamamu nanti di alam kubur?Tidakkah engkau tahu, bahawa ia adalah malam yang sangat mengerikan.Malam yang kerananya para ulama' serta orang-orang yang soleh menangis dan orang-orang bijak mengeluh.Apa tidaknya, kala itu kita sedang berada di dua persimpangan dan di dunia yang amat berbeza."Suatu hari pasti engkau akan tinggalkan tempat tidurmu (di dunia), dan ketenangan pun menghilang darimu.Bila engkau berada di kuburmu pada malam pertama, demi Allah, fikirkanlah untung nasibmu dan apa yang akan terjadi padamu di sana?"
Hari ini kita berada di dunia yang penuh keriangan dengan anak-anak, keluarga dan sahabat handai,dunia yang diterangi dengan lampu-lampu yang pelbagai warna dan sinaran,dunia yang dihidangkan dengan pelbagai makanan yang lazat-lazat serta minuman yang pelbagai,tetapi pada keesokannya kita berada di malam pertama di dalam dunia yang kelam gelap-gelita,lilin-lilin yang menerangidunia adalah amalan-amalan yang kita lakukan,dunia sempit yang dikelilingi tanah dan bantalnya juga tanah.
Pada saat kita mula membuka mata di malam pertama kita di alam kubur,segala-galanya amat menyedihkan,tempik raung memenuhi ruang yang sempit tapi apakan daya semuanya telah berakhir.Itukah yang kita mahukan?Pastinya tidak bukan?Oleh itu beramallah dan ingatlah sentiasa betapa kita semua akan menempuhi Malam Pertama Di Alam Kubur!Di dalam usahanya mempersiapkan diri menghadapi malam pertama tersebut, adalah diceritakan bahawa Rabi' bin Khutsaim menggali liang kubur di rumahnya.


Bila ia mendapati hatinya keras,maka ia masuk ke liang kubur tersebut.Ia menganggap dirinya telah mati,lalu menyesal dan ingin kembali ke dunia,seraya membaca ayat: "Ya Rabbku, kembalikanlah aku semula (ke dunia), agar aku dapat berbuat amal soleh terhadap apa yang telah kutinggalkan (dahulu)." (Surah Al-Mu'minun, ayat 99-100)
Kemudian ia menjawab sendiri; "Kini engkau telah dikembalikan ke dunia wahai Rabi'.." Dan disebabkan hal tersebut, Rabi' bin Khutsaim didapati pada hari-hari sesudahnya sentiasa dalam keadaan beribadah dan bertaqwa kepada Allah! Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kematian dan sakaratul maut yang bakal menjemputmu? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis atas kuburan dan kengerian yang ada di dalamnya? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis kerana takut akan hausnya di hari penyesalan? Wahai saudaraku, tidakkah engkau menangis kerana takut kepada api Neraka di Hari Kiamat nanti? Sesungguhnya kematian pasti menghancurkan kenikmatan para penikmatnya. Oleh itu, carilah (kenikmatan) hidup yang tidak ada kematian di dalamnya. "Ya Allah, tolonglah kami ketika sakaratul maut!"
Kematian itu pasti. Ia tidak meleset meski hanya sedetik. Ia biasa datang menyerap dengan tiba-tiba. Ia misteri. Kerananya setiap orang semestinya selalu siap. Dan tentu, husnul khatimah harus menjadi pilihan. Untuk mencapai itu, harus melalui jalan syari'at dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah Ta'ala. Tanpanya, husnul khatimah itu nihil. Bukankah, perahu tak akan berjalan di daratan?
Wahai orang tua yang telah bongkok punggungnya dan dekat ajalnya, apakah engkau telah bersiap-siap menghadapi malam pertama? Wahai pemuda gagah yang bergelimang harta dan sejuta asa, apakah engkau telah bersiap-siap menghadapi malam pertama? Ia adalah malam pertama dengan dua wajah, mungkin menjadi malam pertama bagi malam-malam syurga berikutnya, atau menjadi malam pertama bagi malam-malam neraka selanjutnya.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/malam-pertama-di-alam-kubur.html

Ketika Aku Rindu Menikah

Bismillahirahmanirrahim ...
♥♥♥♥ ♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Aku rindu menikah….!!!!!!
Ukhti yang shalihah benarkah ini?
Di setiap kita bertemu pasti yang kita bahas adalah seputar itu. MENIKAH. Ukhti yang shalihah, aku pun merasakan hal yang sama. Ketika umur kita sudah menginjak kepala dua, hampir tiga mungkin namun roman – roman menikah masih jauh dari mata kita. Ukhti yang shalilah, mungkin kita selalu merasa cemburu dan kerap iri, ketika melihat saudara kita yang lain telah menggenapkan separuh diennya, padahal mereka baru saja hijrah disini, mereka baru saja mengenal Islam belakangan ini. Sedang kita yang sudah bertahun - tahun tak kunjung mendapatkan itu.
Aku rindu menikah….!!!!!!!!!!


Ukhti yang shalihah, mungkin kita mulai bosan dengan kesendirian ini. Di saat tugas dakwah yang kian membuntuti belum lagi msalah – masalah pelik pribadi yang terus mengerogoti pikiran dan perasaan ini, namun lagi lagi kita akan menemui kata “ Sabar ya Ukh…” dari nasehat saudara kita yang lain pada saat kita curhat tentang masalah kita. Huh! Bosan. Dan kita pun kadang sudah menemukan jawaban dari semua kesendirian ini. Coba lihat diri kita hari ini? Sudah baikkah? Atau mungkin kita sekarang sedang larut oleh kemaksiatan yang tak kita sadari, emosi yang kerap merajai hati sampai kita sudah tak merasa menjadi hamba yang futur tapi justru bangga dengan keadaan yang sekarang ini.
Ukhti yang shalihah, masih ingat janji Allah dalam surat Al Ahzab ayat 35“Sungguh Laki – laki dan perempuan muslim, laki – laki dan perempuan mukmin, laki – laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki – laki dan perempuan yang benar, laki – laki yang sabar, laki – laki dan perempuan yang sabar, laki – laki dan perempuan yang khusyuk, laki – laki dan perempuan yang bersedekah, laki – laki dan perempuan yang yang berpuasa, laki – laki dan perempuan yang memelihara kehormatan, laki – laki dan perempuan yang memelihar akehormatan, laki – laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” Ukhti yang shalihah, sudah seberapa sabarkah kita? Sudah seberapa taatkah kita? Sudah seberapa rajinkah kita berpuasa? Sudah seberapa khusyukkah kita? Sudah sejauh mana kita memelihara kehormatan diri?
Ukhty yang shalihah, coba bayangkan jika kita menikah hari ini pada saat kita masih futur, buruk dan jauh dari Allah? Sudah terbayangkah laki – laki yang akan menjadi pendamping kita? Pasti tidak kan jauh dari keadaan kita. Apa yang kita lakukan akan berbalik pada diri kita, apa yang kita beri itulah yang kan kita terima. Ada pesan yang mungkin bisa kita renungi: “ Aku minta pada Allah bunga yang cantik tapi Dia memberiku kaktus berduri, aku minta pada Allah hewan mungil yang lucu tapi Dia member ulat berbulu. Aku sedih.Aku kecewa. Kenapa begini? Namun lama – kelamaan, kaktus berduri itu berbunga menjadi sangat indah dan ulat berbulu itu berubah menjadi kupu – kupu yang cantik dan menawan. Kadang kita terluka dan sakit atas keadaan kita, padahal Allah sedang merajut kebahagiaan untuk kita. Begitulah Allah, Dia tahu apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.” .
Ukhti yang shalihah, Allah tahu yang terbaik bagi kita. Mungkin kita belum menemukan siapa pemilik tulang rusuk ini, karena Dia ingin kita memperbaiki diri. Dia ingin kita menjadi hamba yang benar – benar shalihah dalam Islam ini, tak ada kata – kata lain selain sabar, semoga Allah masih membimbing langkah kita dan terus diistiqomahkan di jalan ini.Amin….


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/ketika-aku-rindu-menikah.html

Husnudzon

Begitu indahnya bila kita memiliki hati yang bersih, pikiran yang selalu positif, dan tindakan yang lurus. Kita akan memandang diri kita penuh dengan rasa syukur. Apapun yang kita miliki dan terima, semua dikembalikan lagi kepada Allah. Karena Allah akan memberikan nikmat yang lebih banyak lagi bila hamba-Nya bersyukur pada-Nya. Itulah janji Allah, yang tak akan pernah diingkari oleh-Nya. La in syakartum La aziidannakum (Jika kalian bersyukur, niscaya Aku (ALLAH) akan menambah rizkimu)…QS.14 : 7
Dengan pikiran yang jernih, kita pun tidak terlalu banyak menuntut orang lain untuk berbuat begini dan begitu sesuai dengan yang kita inginkan. Pikiran kita tidak melulu menuntut tapi selalu memberi perhatian dan toleransi pada orang lain dan berusaha mengerti keadaannya walau bagaimanapun.
Husnudzon atau berbaik sangka pada siapapun adalah kunci kita bisa membangun hubungan baik dengan orang lain. Rasulullah pun pernah mengatakan bahwa tingkatan ukhuwah yang paling rendah adalah husnudzon. Sedangkan yang tertinggi adalah itsar (mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan sendiri)
Artinya, bahwa sebuah ukhuwah (ikatan persaudaraan) akan terjalin indah bila satu sama lain saling mengerti dan memahami. Tidak pernah terpikir dan terbersit perasaaan dendam, iri atau kesal dengan perilaku orang lain. Jangankan dengki, iri saja pun tidak diperkenankan oleh Allah. Bila kita sudah ada rasa su’udzon, berarti kita sudah melewati syarat sebuah ukhuwah dapat terwujud.
Bagaimana kita bisa itsar kalau husnudzon saja terasa begitu sulit?
Bagaimana kita bisa mengalah demi orang lain jika berbaik sangka saja rasanya begitu susah?
Husnudzon terlihat seperti perkara yang mudah, namun ternyata faktanya sangat sulit diaplikasikan.


 Lebih mudah bersu’udzon (berburuk sangka) dibanding berbaik sangka. Karena memang syetan terus menghembuskan nafsu dan egoisme kita untuk melihat kesalahan orang lain seperti melihat gajah di pelupuk mata, dan mencari kebaikan orang lain seperti mencari semut hitam di atas batu hitam (pas malem-malem, mati lampu pula)
Contoh kecil saja seringkali kita alami. Misalnya ketika kita melihat ada orang lain yang perilakunya tidak kita sukai, maka kita seakan-akan langsung berpikiran negatif bahwa orang itu memang mengada-ada, suka cari perhatian, atau piktor piktor lainnya (piktor = pokiran kotor). Padahal, bisa jadi dia melakukan itu karena terpaksa atau tidak sengaja. Kita sebaiknya memikirkan 40 alasan yang mendasari ia bisa berbuat seperti itu dan mencoba memahaminya.
Yang terjadi seringnya kita malah ghibah alias gosssip(membicarakan keburukannya pada orang lain) dan tidak mau berusaha memberi kesadaran pada orang itu. Kalo kita hanya sekadar bisanya cuma bergosip gosip show (yang semakin digosok semakin siiip), maka orang itu tidak akan pernah tau dan menyadari bahwa dirinya mungkin pernah berbuat salah. Dalam Al Qur’an surat Al Hujurat ayat 12 dijelaskan :
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Masya Allah, begitu buruknya analogi orang yang suka menggunjingkan orang lain, seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Bahkan ada juga yang mengatakan bahwa kalau kita ngomongin orang, maka dosa orang itu akan diambil sama kita. Jadi dosanya bisa-bisa double, malah triple.
Terlepas dari seberapa besar dosa yang akan kita dapatkan dengan kita selalu berburuk sangka dan mencari-cari kesalahan orang lain, kemudian mempergunjingkannya kepada orang lain. Tetap saja perbuatan tersebut merupakan perbuatan sia-sia yang akan membunuh diri kita sendiri. Otomatis orang yang selalu berpikiran negatif, tidak akan pernah puas dan tidak suka melihat orang lain bahagia. Walhasil, hatinya selalu dipenuhi noda kebusukan untuk menghasut bahkan memfitnah. Hidupnya tidak akan tenang dan tidak akan pernah merasa aman dan nyaman. Hidupnya selalu sengsara dan menderita tekanan batin tingkat tinggi.
Oleh karena itu, marilah kita mulai menata hati kita. Untuk selalu berpikir positif, untuk selalu berbaik sangka pada saudara-saudara kita. Dengan membiasakan berhusnudzon, maka aktivitas kita akan terasa lebih mudah untuk dijalani.



Karena Allah akan selalu memberi jalan kemudahan bagi hamba-hamba-Nya yang berusaha terus memperbaiki dirinya dan memperbaiki sesama saudaranya dalam bangunan ukhuwah yang kuat dan kokoh.
Untuk membentuk sebuah bangunan ukhuwah yang kokoh memang perlu tadhiyah (pengorbanan) yang tinggi. Untuk menjalin persaudaraan memang butuh tahap yang sedikit demi sedikit. Dari tahap ta’aruf (pengenalan), tafahum (saling memahami), takliful qulub (ikatan hati) dan takaful, tadhiyah, serta ta’awun (toleransi, saling berkorban dan tolong menolong).
Semuanya butuh proses dan kesabaran yang tinggi. Semuanya butuh tahap dan komitmen yang teguh. Hanya pada Allah kita berusaha dan bertawakkal. Hasbiyallaahu laa ilaahailallaahu Allahu Akbar ….

 Ukhuwah fillah


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/husnudzon.html

*** SEMENIT Saja ***

Bismillaahirrahmanirrakhiimi...

Betapa besarnya nilai uang kertas bernilai Rp 100 ribu apabila dibawa ke masjid untuk disedekahkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!
Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat filem.
betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengatai atau mengumpat tanpa harus berfikir panjang-panjang.
Betapa asyiknya apabila pertandingan bola dipanjangkan waktunya namun kita mengeluh ketika khutbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa.


Betapa sulitnya untuk membaca satu helai Al-qur'an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel atau majalah yang laris.
Betapa berebut-ria orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konsert namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid
Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.
Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk solat 5 waktu; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.
Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al qur'an; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.
Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh surat khabar namun betapa kita meragui apa yang dikatakan oleh Kitab Suci Al-Quran. Betapa Takutnya kita apabila dipanggil Boss dan cepat-cepat menghadapnya namun betapa kita berani dan lamanya untuk menghadapNya saat kumandang adzan bergema.
Betapa setiap orang ingin masuk syurga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berfikir,atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa. Betapa kita dapat menyebarkan seribu kelucuan melalui e-mail, dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api; namun kalau ada e-mail yang isinya tentang Allah betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan menyebarkannya, serta terus klik pada icon DELETE .
Betapa senangnya ketika baca novel atau artikel cinta yg mengharu biru,tetapi tatkala ketemu ttg bacaan ilmu pengetahuan,ilmu agama tentang Allah dan Rosulnya,kita ogah ogahan aja membacanya atau bahkan sama sekali tdk memperdulikannya....Astaghfirullah
Padahal kita ini masih minim ilmu,minim sangu/ bekal...dan kita jg tdk tahu kapan ajal kan menjemput kita.
ANDA TERTAWA ...? atau ANDA BERfIKIR-fIKIR. ..? Sebar luaskanlah & bersyukurlah kepada ALLAH, YANG MAHA ESA,PENGASIH DAN PENYAYANG. Apakah tidak lucu apabila anda tidak memFORWARD pesan ini. Betapa banyak orang tidak akan menerima pesan ini, karena anda tidak yakin bahwa mereka masih percaya akan sesuatu?
Bertindaklah sebelum terlambat...Dan marilah kita berbenah diri dari sekarang,,dari hal yg kecil dan seringkali kita anggap remeh,padahal itulah sebenarnya yg terpenting dlm hidup kita.Bukan harta dunia ,jabatan,yg kau banggakan yg akan menemanimu di alam baka kelak,,tapi hanyalah iman,amal dan ibadah kita adlh yg menjadi teman sejati kita.


Jangan tunggu penyesalan kawan....
Wallahu a"lam...subhanaka wabihamdika,asyhadu ala illaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika...


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/semenit-saja.html

Bidadari yang Cantik Jelita

Mereka sangat cangat cantik, memiliki suara-suara yang indah dan berakhlaq yang mulia. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus dan siapapun yang membicarakan diri mereka pasti akan digelitik kerinduan kepada mereka, seakan-akan dia sudah melihat secara langsung bidadari-bidadari itu. Siapapun ingin bertemu dengan mereka, ingin bersama mereka dan ingin hidup bersama mereka.
Semuanya itu adalah anugrah dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan sifat-sifat terindah kepada mereka, yaitu bidadari-bidadari surga. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati wanita-wanita penghuni surga sebagai kawa’ib, jama’ dari ka’ib yang artinya gadis-gadis remaja. Yang memiliki bentuk tubuh yang merupakan bentuk wanita  yang paling indah dan pas untuk gadis-gadis remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari, karena kulit mereka yang indah dan putih bersih. Aisyah RadhiAllohu anha pernah berkata: “warna putih adalah separoh keindahan”
Bangsa Arab biasa menyanjung wanita dengan warna puith. Seorang penyair berkata:Kulitnya putih bersih gairahnya tiada diragukanlaksana kijang Makkah yang tidak boleh dijadikan buruandia menjadi perhatian karena perkataannya lembutIslam menghalanginya untuk mengucapkan perkataan jahatAl-’In jama’ dari aina’,


 artinya wanita yang matanya lebar, yang berwarna hitam sangat hitam, dan yang berwarna puith sangat putih, bulu matanya panjang dan hitam. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari yang  baik-baik lagi cantik, yaitu wanita yang menghimpun semua pesona lahir dan batin. Ciptaan dan akhlaknya sempurna, akhlaknya baik dan wajahnya cantk menawan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang suci. Firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya:  “Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci.” (QS: Al-Baqarah: 25)
Makna dari Firman diatas adalah mereka suci, tidak pernah haid, tidak buang air kecil dan besar serta tidak kentut. Mereka tidak diusik dengan urusan-urusan wanita yang menggangu seperti yang terjadi di dunia. Batin mereka juga suci, tidak cemburu, tidak menyakiti dan tidak jahat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang dipingit di dalam rumah. Artinya mereka hanya berhias dan bersolek untuk suaminya. Bahkan mereka tidak pernah keluar dari  rumah suaminya, tidak melayani kecuali suaminya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang tidak liar pandangannya. Sifat ini lebih sempurna lagi. Oleh karena itu bidadari yang seperti ini diperuntukkan bagi para penghuni dua surga yang tertinggi. Diantara wanita memang ada yang tidak mau memandang suaminya dengan pandangan yang liar, karena cinta dan keridhaanyya, dan dia juga tidak mau memamndang kepada laki-laki selain suaminya, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair: Ku tak mau pandanganmu liar ke sekitar jika kau ingin cinta kita selalu mekar.
 Di samping keadaan mereka yang dipingit di dalam rumah dan tidak liar pandangannnya, mereka juga merupakan wanita-wanita gadis, bergairah penuh cinta dan sebaya umurnya. Aisyah RadhiAllohu anha, pernah bertanya kepad Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, yang artinya: “Wahai Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, andaikata engkau melewati rerumputan yang pernah dijadikan tempat menggembala dan rerumputan yang belum pernah dijadikan tempat menggambala, maka dimanakah engkau menempatkan onta gembalamu?”  Beliau menjawab,”Di tempat yang belum dijadikan tempat gembalaan.” (Ditakhrij Muslim) Dengan kata lain, beliau tidak pernah menikahi perawan selain dari Aisyah.
 Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bertanya kepada Jabir yang menikahi seorang janda, yang artinya: “Mengapa tidak engkau nikahi wanita gadis agar engkau bisa mencandainya dan ia pun mencandaimu?” (Diriwayatkan Asy-Syaikhany)
Sifat bidadari penghuni surga yang lain adalah Al-’Urub, jama’ dari al-arub, artinya mencerminkan rupa yang lemah lembut, sikap yang luwes, perlakuan yang baik terhadap suami dan penuh cinta. Ucapan, tingkah laku dan gerak-geriknya serba halus.
Al-Bukhary berkata di dalam Shahihnya, “Al-’Urub, jama’ dari tirbin. Jika dikatakan, Fulan tirbiyyun”, artinya Fulan berumur sebaya dengan orang yang dimaksudkan. Jadi mereka itu sebaya umurnya, sama-sama masih muda, tidak terlalu muda dan tidak pula tua. Usia mereka adalah usia remaja.


Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyerupakan mereka dengan mutiara yang terpendam, dengan telur yang terjaga, seperti Yaqut dan Marjan. Mutiara diambil kebeningan, kecemerlangan dan kehalusan sentuhannya. Putih telor yang tersembunyi adalah sesuatu yang tidak pernah dipegang oleh tangan manusia, berwarna puith kekuning-kuningan. Berbeda dengan putih murni yang tidak ada warna kuning atau merehnya. Yaqut dan Marjan diambil keindahan warnanya dan kebeningannya.
Semoga para wanita-wanita di dunia ini mampu memperoleh kedudukan untuk menjadi Bidadari-Bidadari yang lebih mulia dari Bidadari-Bidadari yang tidak pernah hidup di dunia ini. Wallahu A’lam


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/bidadari-yang-cantik-jelita.html

Menyingkap Rahasia Di Balik Fadhilah " AL-HAWQOLAH "

Di antara kalimat-kalimat dzikir yang memiliki keutamaan dan hakikat makna yang agung dalam syari’at Islam adalah “al-Hawqolah” yaitu kalimat;
لاَ حَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ باِللهِ
 Laa Haula walaa Quwwata illaa Billaah, yang secara bahasa berarti; “Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan daya dan kekuatan (pertolongan) dari Allah”.
Keutamaan kalimat tersebut termaktub dalam nash-nash yang shahih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para Sahabatnya. Di antaranya adalah riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda kepada sahabatnya:
ألاَ أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ هِيَ كَنْزٌ مِنْ كُنُوْزِ الْجَنَّةِ؟ لاَ حَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ باِللهِ
“Tidakkah engkau ingin aku tunjukkan satu kalimat, yang ia merupakan harta dari harta karun surgawi? (dialah kalimat) ‘Laa haula walaa quwwata illaa billaah’”. [Shahih Bukhari: 4205, 6384, Shahih Muslim: 2704]
Di antaranya juga adalah hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash, bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda:
مَا عَلَى الأَرْضِ رَجُلٌ يَقُــوْلُ لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ وَاللهُ أكْبَرُ وَسُبْحَانَ اللهِ وَالْحَـمْدُ لِلّـهِ وَلاَ حَوْلاَ وَلاَ قُوَّةَ إلاَّ باِللهِ، إلاَّ كُفِّرَتْ عَنْهُ ذُنُوْبُهُ وَلَوْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبْدِ الْبَحْرِ
 Tidaklah ada seseorang di atas bumi yang mengucapkan; (yang artinya: Tiada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan Allah Mahabesar, Mahasuci Allah, segala pujian bagi Allah, dan tiada daya kekuatan melainkan dengan daya kekuatan Allah), kecuali pasti Allah akan menghapus dosa-dosanya sekalipun dosa tersebut lebih banyak dari buih di lautan”. [HR. Tirmidzi dan al-Hakim, Shahiihul Jaami’: 5636]
Diriwayatkan bahwasanya ‘Utsman bin ‘Affan pernah ditanya tentang tafsiran “al-Baaqiyaatus Shoolihaat” (amal-amal shalih yang kekal) dalam firman Allah (QS. al-Kahfi: 46):
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا



(yang artinya) “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, akan tetapi amalan-amalan shalih yang kekal, adalah lebih baik ganjarannya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
Maka ‘Utsman bin ‘Affan menjawab: “Dia (al-Baqiyaatus Shoolihat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kalimat); Laa ilaaha illallaah wa subhaanallaahi walhamdulillaahi wallaahuakbaru laa haula walaa quwwata illaa billaahi.” [al-Musnad: 1/71, dinukil dari Fiqhul Ad’iyati wal Adzkaar: 1/276]
Dalam riwayat yang dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi, disebutkan bahwa kalimat “Laa haula walaa quwwata illaa billaahi” merupakan harta karun yang terletak di bawah ‘Arsy. Dalam riwayat yang lain (al-Musnad: 5/418, Shahih Ibn Hibban no. 821) disebutkan bahwa kalimat tersebut merupakan tanaman-tanaman di surga. [dinukil dari Fiqhul Ad’iyati wal Adzkaar: 1/278]
Dalam salah satu hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah r memerintahkan untuk memperbanyak ucapan “Laa haula walaa quwwata illaa billaahi” (Silsilah ash-Shahihah: 2528], dan ini menunjukkan betapa agungnya kedudukan kalimat tersebut. Sehingga wajib bagi kita untuk mempelajari kandungan maknanya sekaligus mengamalkannya dengan benar.
Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdulmuhsin al-Badr hafizhahullaah mengatakan: “Merupakan kelaziman bagi setiap muslim (dalam berdzikir kepada Allah) untuk memahami maksud dan makna kalimat ini, agar dzikirnya kepada Allah berdiri di atas dasar ilmu dan pemahaman tentang maksud kalimat dzikir yang diucapkannya. Adapun jika seorang muslim sekedar mengulang-ngulang bacaan yang tidak dipahami maknanya, atau lafaz yang tidak diketahui maksudnya, maka ini tidak akan berbekas di hati dan faidah yang diperoleh pun lemah.
Oleh karena itu, setiap muslim harus mengilmui (makna) kalimat ini (demikian juga dengan kalimat dzikir lain yang diucapkannya), karena dengan itu, dzikir akan memberikan buahnya, faidahnya akan terwujud, yang berdzikir pun akan meraih faidahnya.” [Fiqhul Ad’iyah wal Adzkaar:1/ 280]
HAKIKAT MAKNA AL-HAWQOLAH
Kalimat al-Hawqolah, sebagaimana dikatakan oleh para ulama, mengandung konsekuensi makna; “isti’aanah (memohon pertolongan) hanya kepada Allah.” Karena kalimat ini berisi ikrar hamba, bahwasanya ia sedikitpun tidak memiliki daya dan kemampuan untuk meraih apa yang diinginkan dan menghindar dari apa yang dibencinya, kecuali dengan daya dan kekuatan (pertolongan) dari al-Maula, yaitu Allah semata.
Sungguh para Salaf begitu mendalam pemahamannya tentang rahasia makna kalimat ini.


Renungkanlah bagaimana Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhu menafsirkan makna al-Hawqolah (Laa hawla walaa quwwata illaa billaah) dengan ucapannya:
لاَ حَوْلَ بِنَا عَلَى الْعَمَلِ بِالطَّـاعَةِ إلاَّ بِاللهِ، وَلاَ قُوَّةَ لَنَا عَلَى تَرْكِ الْمَعْصِيَةِ إلاَّ بِاللهِ
“Tidak ada kemampuan bagi kami dalam melakukan amalan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah, dan tidak ada kekuatan bagi kami untuk meninggalkan maksiat kecuali dengan pertolongan dari Allah (pula).”
Demikian pula Zuhair bin Muhammad pernah ditanya tentang makna “Laa hawla walaa quwwata illaa billaah”, lalu beliau menjawab:
لاَ تَأْخُذُ مَا تُحِبُّ إِلاِّ بِاللهِ، وَلاَ تَمْتَنِعُ مِمَّا تَكْرَهُ إِلاَّ بِعَوْنِ اللهِ
“Engkau tidak akan mampu meraih apa-apa yang engkau sukai kecuali dengan pertolongan Allah, dan engkau tidak akan mampu menghindar dari apa-apa yang engkau benci kecuali dengan pertolongan Allah pula.”
Kedua tafsiran tersebut diriwayatkan oleh as-Suyuthi dalam ad-Durul Mantsuur: 5/393-394 [dinukil dari Fiqhul Ad’iyah wal Adzkaar: 1/282]
Oleh sebab itu, Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullaah mengatakan dalam kitabnya Madaarijus Saalikiin (1/78): “Tidak diragukan lagi bahwasanya do’a yang paling bermanfaat dan paling utama bagi hamba adalah do’a agar ia mendapatkan pertolongan dari Allah demi meraih keridhaan-Nya dan taufik dalam mentaati-Nya. Inilah yang diajarkan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam kepada Mu’adz bin Jabal karena kecintaannya kepada Mu’adz:
يَا مُعَاذُ، وَاللهِ إِنِي لأُحِبُّكَ، فَلاَ تَنْسَ أَنْ تَقُـوْلَ دُبُرَ كُلِّ صَـلاَةٍ: اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Wahai Mu’adz, Demi Allah aku mencintaimu, maka dari itu jangan engkau lupa untuk membaca dipenghujung sholat (setelah tahiyyat, sebelum salam -red) do’a (yang artinya): ‘Ya Allah, tolonglah aku dalam berdzikir kepada-Mu, dalam mensyukuri-Mu, dan dalam memperbaiki ibadahku kepada-Mu.” [Hadits Shahih, lihat pula Shahiih Targhiib wat Tarhiib no. 1596, asy-Syaamilah -red]
ANTARA “AL-HAWQOLAH” DAN “AL-FATIHAH”
Para ulama mengatakan: Sebagaimana kalimat Tauhid “Laa ilaaha illallaah” tidak akan ada faidahnya kecuali dengan mengikhlaskan segenap ibadah hanya bagi Allah semata, maka demikian pula kalimat al-Hawqolah “Laa hawla walaa quwwata illaa billaah” tidak akan berarti apa-apa kecuali dengan mengikhlaskan isti’anah (permohonan pertolongan) hanya kepada Allah semata.


 Sungguh Allah telah menghimpun “rahasia” kedua makna tersebut pada satu ayat dalam Surat al-Qur-aan yang paling agung, al-Fatihah:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”
Kalimat pertama (إيَّاكَ نَعْبُدُ) menyiratkan ikrar perlepasan diri hamba dari kesyirikan, dan kalimat kedua (وإياك نستعين) mengandung ikrar ketidakmampuan dan ketidakberdayaan hamba dalam mewujudkan segala hal yang diinginkannya kecuali dengan pertolongan Allah semata.
Tidak heran jika Ibnul Qayyim menukil ucapan gurunya (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah): “Aku meneliti dan merenungkan (kandungan) do’a yang paling bermanfaat (bagi hamba), maka aku menemukannya pada do’a yang mengandung permintaan tolong hamba kepada Allah untuk meraih keridhaan-Nya, dan aku melihat (kandungan do’a tersebut) ada di al-Fatihah (إياك نعبد وإياك نستعين)...” [Madaarijus Saalikiin: 1/78, dinukil dari Fiqhul Ad’iyah wal Adzkaar: 1/284]
ANTARA “AL-HAWQOLAH” DAN “TAWAKKAL”
Kalimat “Laa haula walaa quwwata illaa billaahi” juga mengandung konsekuensi tawakkal hanya kepada Allah. Yang demikian ini, sebagaimana diterangkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dikarenakan segala perkara bergantung pada masyii-atillaah (kehendak Allah) dan kekuasaan-Nya. Betapapun seorang hamba berjuang dalam ikhtiarnya meraih hasrat dan impian, keputusan akhir tetap ada di tangan Allah, karena hanya Dia yang memiliki kemampuan dan kekuatan. Seorang hamba hanya wajib ber-ikhtiar, sedang kepastian setiap perkara ada dalam genggaman-Nya, maka harapan hanya pantas ditujukan kepada Allah saja, dan itu mutlak membutuhkan tawakkal.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menukil sebuah atsar yang indah dan sarat makna, ketika menjelaskan hakikat ini:
مَنْ سَرَّهُ أنْ يَكُوْنَ أَقْوَى النَّاسِ فَلْيَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ، وَمَنْ سَرَّهُ أَنْ يَكُوْنَ أَغْنَى النَّاسِ فَلْيَكُنْ بِمَا فِيْ يَدِ اللهِ أَوْثَقُ مِنْهُ بِمَا فِيْ يَدِهِ
“Barangsiapa senang menjadi manusia yang paling kuat, maka hendaklah ia bertawakkal kepada Allah. Dan barangsiapa yang senang menjadi manusia yang paling kaya, maka hendaklah apa-apa yang ada di tangan Allah lebih pasti baginya dibandingkan dengan apa-apa yang telah ada dalam genggaman tangannya (sekalipun).”  [Majmu’ Fatawa: 13/321-322, dinukil dari Fiqhul Ad’iyah wal Adzkaar: 1/283]
Demikianlah rahasia di balik keagungan al-Hawqolah. Tentunya setelah memahami makna kalimat ini, kita bisa mengamalkannya dalam do’a dengan hati yang lebih khusyu’, penuh harapan dan rasa ketundukan pada Allah ‘azza wa jalla,


terutama pada 2 kondisi yang telah dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:
Petama; saat memohon pertolongan Allah. dan kedua; ketika bertawakkal, menanti keputusan Allah setelah melakukan ikhtiar.
***


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/menyingkap-rahasia-di-balik-fadhilah-al.html

Tanda - tanda CINTA kepada Allah

Banyak orang berkata ia Cinta kepada Allah Subhanahuwa Taala. Perkataan itu hendaklah diuji apakah tulen atau hanya palsu.
Ujian pertama ialah; Dia hendaklah tidak benci kepada mati karena tidak ada orang yang enggan bertemu dengan sahabatnya. Nabi Muhammad saw bersabda;
"Siapa yang ingin melihat Allah, Allah ingin melihat dia."
Memang benar ada juga orang yang ikhlas cintanya kepada Allah berasa gentar apabila mengingat kedatangan mati sebelum ia siap membuat persediaan untuk pulang ke akhirat, tetapi jika betul-betul ikhlas dia akan bertambah rajin berusaha lagi untuk membuat persediaan itu.
Ujian kedua ialah ia mestilah bersedia mengorbankan kehendaknya untuk menurut kehendak Allah dan berupaya menghampirkan diri kepada Allah dan benci kepada apa saja yang menjauhkan dirinya dengan Allah. Dosa yang dilakukan oleh seseorang itu bukanlah bukti ia tidak cinta kepada Allah langsung tetapi itu membuktikan yang ia tidak menyintai Allah sepenuh jiwa raganya. Fudhoil bin Iyadh seorang wali Allah berkata kepada seorang lelaki;
"Jika orang bertanya kepada mu apakah kamu cinta kepada Allah, hendaklah kamu diam karena jika kamu kata: "Saya tidak cinta kepadaNya", maka kamu kafir dan jika kamu berkata, "Saya cinta", maka perbuatan kamu berlawanan dengan katamu."
Ujian yang ketiga ialah ingat kepada Allah itu mestilah senantiasa ada dalam hati manusia itu tanpa ditekan atau diusahakan benar, karena apa yang kita cinta itu mestilah senantiasa kita ingat. Sekiranya cinta itu sempurna, ia tidak akan lupa yang dicintainya itu. Ada juga kemungkinan bahwa sementara cinta kepada Allah itu tidak mengambil tempat yang utama dalam hati seseorang itu. Sehingga cinta kepada menyintai Allah itu mungkin mengambil tempat jua, karena cinta itu satu perkara dan cinta kepada cinta itu adalah perkara lain pula.
Ujian keempat kemudian menunjukkan adanya cinta kepada Allah ialah bahwa seseorang itu cinta kepada Al-Quran, yaitu Kalam Allah, dan cinta kepada Muhammad yaitu Rasul Allah. Jika cintanya benar-benar kuat, ia akan cinta kepada semua orang, karena semua manusia itu adalah hamba Allah. Bahkan cintanya meliputi semua makhluk, karena orang yang kasih atau cinta kepada seseorang itu tentulah kasih pula kepada yang dibuat oleh kekasihnya itu dan cintanya juga kepada tulisan atau karangannya.
Ujian kelima ialah ia suka duduk bersendirian untuk maksud beribadat dan ia suka malam itu lekas datang agar dapat berbicara dengan rakan atau sahabatnya tanpa ada yang menggangu.


Jika ia suka berbual-bual di siang hari dan tidur di malam hari maka itu menunjukkan cintanya tidak sempurna. Allah berfirman kepada Nabi Daud,
"Janganlah terlampau karib dengan manusia, karena ada dua jenis manusia tersingkir dari MajlisKu: yaitu mereka yang bersemangat mencari ganjaran dan menjadi pemalas apabila mereka mendapat ganjaran itu; dan mereka yang mementingkan diri mereka sendiri lalu melampaui aku. Tanda tidak redhanya aku ialah aku biarkan mereka begitu saja."
Pada hakikatnya, jika cinta kepada Allah itu benar-benar mengambil tempat seluruhnya didalam hati seseorang itu, maka cintanya kepada yang lain itu tidak akan dapat mengambil tempat langsung ke dalam hati itu. Seorang dari Bani Israel telah menjadi kebiasaan sembahyang di malam hari.Tetapi apabila melihat burung bernyanyian di sepohon pokok dengan merdu sekali, dia pun sembahyang di bawah pokok itu supaya dapat menikmati nyanyian burung itu. Allah menyuruh Nabi Daud pergi berjumpa dia dan berkata,
"Engkau telah mencampurkan cinta kepada nyanyian burung dengan cinta kepadaKu, Martabat engkau di kalangan Auliya' Allah telah diturunkan,"
Sebaliknya ada pula orang yang terlalu cinta kepada Allah, suatu hari sedang ia melakukan ibadatnya kepada Allah rumahnya telah terbakar, tetapi ia tidak nampak dan sadar rumahnya terbakar.
Yang keenam ialah ibadatnya menjadi senang sekali. Seorang Wali Allah ada berkata,
"Dalam tiga puluh tahun yang pertama saya melakukan sembahyang malam dengan susah payah sekali, tetapi tiga puluh yang kedua sembahyang itu menjadi indah dan lazat pula kepada saya." Apabila cinta kepada Allah itu sempuna, maka tidak ada keindahan yang sebanding dngan keindahan ibadat.
Yang ketujuh ialah orang yang cinta kepada Allah itu akan cinta kepada mereka yang taat kepada Allah dan mereka benci kepada orang-orang kafir dan orang-orang yang durhaka kepada Allah. Al-Quran mnyatakan "mereka itu bersikap kasar kepada orang-orang kafir dan berkasih sayang sesama mereka sendiri." Suatu masa, Nabi bertanya kepada Allah, "Wahai Tuhan, siapakah kekasihmu?" Terdengarlah jawaban,
"Siapa yang berpegang teguh kepadaKu seperti bayi dengan ibunya, mengambil perlindungan dengan MengingatiKu seperti burung mencari perlindungan disarangnya, dan yang marah melihat dosa seperti singa yang marah yang tidak takut kepada apa dan siapa pun."


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/tanda-tanda-cinta-kepada-allah.html