Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Senin, 09 April 2012

Selama kita masih dibodohi oleh KEINGINAN-KEINGINAN, Selama itu pula kita tidak akan mendapatkan kebahagiaan.

Kita harus mampu menaklukkan diri sendiri,
Dari perbuatan yang menghinakan menghinakan diri
Dari KEBANGGAAN SEMU dengan banyaknya harta

Musuh yang paling besar adalah diri kita sendiri
Benteng hitam yang paling kokoh adalah nafsu
Yang bersemayam di dalam dada ini

Taklukkan diri sendiri niscaya  akan dapat menaklukkan dunia
Perangi hawa nafsu niscaya akan mendapat kemenangan

Apabila syetan telah menggerogoti dada,
Memompa nafsu,


Menggerayangi kalbu,
Sehingga menjadi takut dan was-was dengan KEMISKINAN,
Maka segeralah berlindung kepada Sang Pencipta
“Dan jika kamu ditimpa suatu godaan syetan , maka berlindunglahkepada allah. Sesungguhnya allah maha mendengar dan maha mengetahui” (QS AL’Araaf (7) :200)
Tekan segala keinginan yang kurang bermanfaat;
Perteguh hati dengan perbuatan-perbuatan yang baik;
Dan benahi hati dari dendam kesumat, iri dan dengki
Hilangkan rasa bangga terhadap diri sendiri dan merendahkan orang lain.

Ketuklah pintu Rab-mu ketika marah, membenci sesuatu,
jiwa tergoncang dan jiwa labil..
Ikhlaskan dan bertawakkallah kepada-Nya
“...Dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat allah (zikrullah). ingatlah hanya dengan mengingat allah lah hati menjadi tentram (QS Ar-Ra’d (13) : 28)
Allah-lah mata air ketentraman batin.
Nafsu menjadi dingin dengan melakukan perintah-NYA
Mata menjadi sejuk dengan ber”tamu” kepada-NYA saat malam tiba;

Dengan bertakwa kepada-NYA
Keresahan berubah menjadi kesenangan.



Hanya dengan mengingat-NYA ,
Kita akan mampu menekan hawa nafsu, egoisme dan kecongkakan diri
dan berhenti dari kemaksiatan.

"Yaitu orang-orang yang apabila mereka berbuat dosa dan menganiaya diri mereka sendiri, mereka segera ingat Allah dan langsung memohon ampun atas dosa-dosanya dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa tersebut." ( QS Ali Imran : 135)

Dengan menaklukkan diri sendiri
Kita telah terbebas dari penjara kesengsaraan,
Telah terhindar dari jalan yang berlubang
Telah menyingkir dari badai yang menggulung,
Telah terbebas dari penyakit hati, dan
Telah lepas dari ikatan kita dengan syetan
Seperti camar yang menari diatas awan.
Ia jauh dari pemangsa
Dan berbahagia di lengkung indahnya pelangi.

Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri.
Dia bagaikan tali tali rantai
Yang mengikat tawanan dengan kekuatan besinya.
Hanya dengan melepaskan diri darinya,


Hidup kita akan menjadi sentosa
Sebab tidak akan ada lagi yang mengikat kita
Untuk terbang menuju kebahagiaan hakiki.

Jadilah seperti mawar
Jangan seperti benalu yang tidak berharga,
Jangan seperti debu yang tidak bernilai,
Jangan seperti batu yang terinjak-injak dijalanan.

Jadilah keras seperti intan
Yang bersemayam di persembunyiannya yang kokoh
Yang hanya keluar untuk sang Pemilik-Nya
Kemurnian intan selalu terjaga,
Kesejukan sinarnya melebihi embun pagi diujung daun
Lekukan wajahnya kian memancarkan ketenangan
Namun dia kokoh melebihi bebatuan....

Jangan sampai cahayamu padam
Karena sebuah bola api yang kecil
Karena seekor serangga yang haus,
Bola api dan serangga bukanlah halangan


Untuk tetap melebarkan sayap keindahanmu
Jangan sampai kesulitan hidup membuatmu menyerah!

Jika ingin hidup...
Maka kehidupan itu berada ditengah-tengah bahaya,
Maka kehidupan itu akan penuh dengan kesulitan
Janganlah menghindar darinya...
Atasilah kesulitan-kesulitan itu.
Kesulitan selalu merupakan berkah yang tersembunyi
Karena akan mendatangkan yang terbaik.

Tidak ada jalan lain yang harus kita lewati
Selain jalan menuju Rahmat-NYA.

Tidak ada pintu yang kita ketuk
Saat seluruh pintu manusia tertutup untuk kita,
Kecuali Pintu-Nya.

Tiada tali yang kuat tuk tempat bergantung
Selain tali-NYA



Dan tidak ada karunia yang kita harapkan,
Kecuali karuniaNYA

YA Allah ..
Ya Rahman ...
Ya Rahim...
Ya Tuhan kami..
Hati kami telah lelah,
Tenaga kami telah terkuras
Airmata telah melelehkan semangat kami,
Langkah kamipun telah gontai
Dan bumi tempat kami berpijakpun telah bergoyang.

Ya Allah yang sinar-Mu memenuhi Timur dan Barat,
Terangilah pula kiranya hati kami
Dan bersihkan airmata kami dengan kesabaran dan ketenangan
Angkatlah Hijab kesulitan yang membuat airmata kami menetes
Lupakanlah ingatan kami akan awan hitam yang melekat
Dan ringankanlah langkah kami yang gontai ...
Menuju ampunan dan keridloan-Mu



Ya Allah sempurnakanlah sinar-Mu
Tunjukilah dan bimbinglah kami,
Besarlah rasa maaf-Mu,
Maafkanlah dosa-dosa kami
Hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami
Bagi-Mulah segala puja dan puji....


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/selama-kita-masih-dibodohi-oleh.html

"Aku Mencintaimu Suamiku"

Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.
Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.
***
Cinta itu butuh kesabaran…
Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???
Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..


Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…..
Pernikahan kami sederhana namun meriah…..
Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.
Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.
Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu..
Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci….
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya pada ku.
Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.
***
Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.
Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.
Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku…
Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.
Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku…
Didepan suami ku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suami ku, aku dihina-hina oleh



mereka…
Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda itu.
Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosial ku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.
Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.
Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.
Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, “Assalammu’alaikum” dan mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup.
Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.
Lalu.. Ibu nya berbicara denganku …
“Fis, kenalkan ini Mitha teman Fikri”.
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Mitha dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku.
 Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.
Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya,


tiba-tiba adik ipar ku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.
Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata, ”lebih baik kau pulang saja, ada
kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”
Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya Salah ataupun Tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.
Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.
***
Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain.
Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru saja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.
Aku bertanya, ”Ada apa kamu memanggilku?”
Ia berkata, ”Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang”
Aku menjawab, ”Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memegang tiket bukan?”
“Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mama ku”, jawabnya tegas.
“Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?“, tanya ku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu,


 padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.
”Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti”, jawabnya tegas.
”Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”, lanjut nya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.
Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.
Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama Suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena Suamiku sangat sayang padaku.
Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.
Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.
Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.
Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.
Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku.
Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.
Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.
***



Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.

Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti di lilit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.
Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..
Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.
Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “kapankah ia segera pulang?” aku tak tahu..
Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..
Lebih baik aku tutupi dulu tentang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.
Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung…
Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.
Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.
Ia menulis, “aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”.
Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.



Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.
Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.
Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..
Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..
Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.
Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.
***
Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.
Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?
Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuaku dan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, “Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon pun langsung terputus.
Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.
Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami.


 Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah..
Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.
Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya.
Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.
Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Jebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.
Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.
Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.
“Ya, ada apa Yah!” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”.
“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.” Jawabnya tegas.
“Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuh dengan keheranan.
Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.
Dia mengatakan ”Kau ikut saja jangan banyak tanya!!”
Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.



Lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.
Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..
***
Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..
Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.
Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir, tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.
Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.
Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.
“Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”. Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.
”Ada apa ya Nek?” sahutku dengan penuh tanya..
Nenek pun menjawab, “Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!“.
Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?


“Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.
Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.
“Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.
Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.
Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, “kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?“
MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..
Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.
“Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.
Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.
Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah.
‘’Untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami..”
Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.
Aku lalu bertanya kepada suamiku, “Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?”
Suamiku menjawab, ”Dia Mitha!”


Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.”
Ayah mertuaku menjawab, “Pernikahannya 2 minggu lagi.”
”Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.
Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku..
Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?
Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?“
Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.
Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.
Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, “terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.”
Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.
Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, “sudah malam, kita istirahat yuk!“
“Aku sholat isya dulu baru aku tidur”, jawabku tenang.
Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.
Aku tak tahu kalau Mitha orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu..Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.


Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku
save di mydocument yang bertitle “Aku Mencintaimu Suamiku.”
Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.
“Apakah kamu sudah siap?”
Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :
“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.
Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apa Bunda?”
Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar…
“Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.
Dia mengangguk dan berkata, ”Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”, sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.
Dia tersenyum sambil berkata, ”Kita lihat saja nanti ya!”. Dia memelukku dan berkata, “bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”..
Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja?
 Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah!


 Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”.
Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.
Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, ”bunda baik-baik saja kan?” tanyanya dengan penuh khawatir.
Aku pun menjawab, “bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang“. Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.
Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku.
Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku.. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.
Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.
Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?
Sementara itu Mitha disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.
Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.
Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu,
 ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.


“Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, “maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Mitha pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku”
Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..
Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?”
Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.
Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidak tidur dengan Mitha?”
”Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.
Lalu suamiku berkata, ”Bun, Ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu, seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda..”
Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.
Aku hanya menjawab, “Aku sudah ceritakan itu kan Yah.. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah.. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu..“
Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.
Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.


Keesokan harinya…
Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.
Aku pun dilarikan ke rumah sakit..
Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..
Aku merasakan tanganku basah..
Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.
Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta maaf…”
Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?
Aku berkata dengan suara yang lirih, ”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..”
“Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.”
Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.
Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.
Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku.
Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..
Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.
Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.
Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu. Ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami.
Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma?


Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma?
Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku.. Dengan Mitha kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya..”
Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.
==========================
==========================
=
Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?
Aku dihina oleh mereka ayah..
Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..
Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah ?
Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..
Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku.
Aku cemburu pada Mitha yang sangat akrab dengan mertuaku.
Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.
Aku sangat marah..
Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Mitha dan ibunya..
Aku tak mau sakit hati lagi..


Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..
Engkau Maha Adil..
Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..
Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..
Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..
Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..
Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..
Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu. Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui, tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku. Aku harus sadar diri.
Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.
Mengapa harus Mitha yang menjadi sahabatku?
Ayah.. aku masih tak rela..
Tapi aku harus ikhlas menerimanya.
Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya. Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku. Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir. Sebelum ajal ini menjemputku.
''Ayah.. aku kangen Ayah..''
================================================== ===
’’Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..
Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Mitha di Pulau Kayu ini.
Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.’’


Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur..
Bunda akan selalu hidup dihati ayah..
Bunda.. Mithai tak sepertimu, yang tidak pernah marah..
Mitha sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.
Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..
Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin Ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus..
Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..
Bunda.. kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui..
Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..
Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang..
’’Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka.
Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja..
Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?
Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?
Tunggulah Ayah disana Bunda..
Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/aku-mencintaimu-suamiku.html

~..~ EMAK~..~

Emakku tercinta, aku sangat menyayangimu Kala fajar shodiq telah tiba, kau bangunkan aku dengan senyuman "Bangun le, ndang sholat" katanya Secangkir kopi buatan Emak tersanding disisiku, aromanya nikmat Emakku memang manusia yang baik lagi mulia Emakku yang baik, sungguh beruntung aku memilikimu Dikala aku merasa susah, sambal buatanmu menjadi obatnya Semuanya kau lakukan penuh ketulusan Tak sekalipun aku dengar kata bosan, apalagi jenuh Katakan padaku Mak, apa yang kau inginkan dariku "Aku ora pengin opo - opo le, sing penting awakmu seneng",


 ujarnya Emak kau selalu menjagaku, merawatku, mendoakanku Emak,maafkan anakmu ini Karena belum pernah membuatmu senang Karena belum mampu membuatmu bahagia Ku memanjatkan doa kepada ALLAH untuk memohon ampunan atas segala dosaku
Ku meminta kemudahan segala jalan dan rezekiku Ku memohon kepadaNya jodoh yang sempurna sebagai pendampingku Ku mengharap pertolonganNya atas semua masalahku Ku mendambakan janji - janjiNya atas semua amalku Tapi yang semua yang kulakukan itu salah Harusnya aku doakan Emak dulu Harusnya aku minta maaf dulu sama Emak karena aku kurang berbakti Harusnya aku sujud dan kucium kaki Emak Karena surga berada di telapak kaki Emak Jika saja ALLAH meridhoi ada Tuhan yang lain Pastilah Emak yang akan aku sembah dengan segala ketaatan Kalau ada keramat yang sakti mandraguna Maka doa Emaklah yang dapat mewujudkannya Emak, maafkanlah anakmu ini Emak, aku banyak melakukan dosa kepadamu Ampuni segala kesalahanku, Mak Aku mohon, doakanlah aku agar dapat membahagiakanmu Karena cinta dan kasih sayangmu takkan dapat aku balas Meski sebesar apapun pengorbanan yang aku berikan Ya ALLAH, ampunilah segala dosa Emakku Tambahkanlah umurnya dengan penuh keberkatan dariMu Ya ALLAH, limpahkanlah nikmat yang tiada tara untuk Emakku Karena aku tak bisa membalas semua jasa dan pengorbanannya untukku Walaupun dengan gunung emas, aku takkan mampu Emak, aku mencintaimu.....


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/emak.html 

Orang Yang Kesasar

Apakah kita KESASAR ?
Merasa sudah sampai pada tujuan, padahal tidak sampai-sampai !
MERASA PUAS KARENA SUDAH KHATAM AL QURAN BERKALI-KALI
> Padahal tujuan Al Quran untuk PEDOMAN HIDUP bukan syair atau mantra
MERASA PUAS KARENA SUDAH BANYAK MELAKUKAN IBADAH-IBADAH RITUAL (SHALAT, PUASA, dll)
> Padahal itu adalah ibadah untuk dirinya sendiri dan manusia terbaik adalah manusia yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain


MERASA HEBAT KARENA MERASA SUDAH DEKAT DENGAN ALLAH
> Padahal ukuran kehebatan itu bukan dekatnya tapi ke-PATUH-annya
MERASA HEBAT KARENA MEMILIKI KESAKTIAN/KEMAMPUAN GAIB (BISA TAHU SEBELUM TERJADI,KEBAL , dll)
> Padahal ukuran kehebatan itu bukan kesaktiannya melainkan KE-TAAT-anya
MERASA BANGGA KARENA BERKALI-KALI NAIK HAJI ATAU UMROH
> Padahal bukan berapa kalinya,tapi sudahkah menjadi INSAN KAMIL /MABRUR?
MERASA PASTI MASUK SURGA KARENA SELALU BERBUAT BAIK PADA MANUSIA
> Padahal orang masuk surga bukan lantaran perbuatan baiknya melainkan perbuatan AMAL SHALEH-nya
MERASA BANGGA KARENA SUDAH LAMA IKUT PENGAJIAN DIMANA-MANA
> Padahal yang penting bukan lamanya melainkan adakah PERUBAHAN dalam SIKAP dan ke-TAQWA-annya
MERASA HEBAT KARENA SUDAH BERGURU AGAMA KEMANA-MANA


> Padahal orang yang hebat itu bukan lantaran gurunya banyak, tapi apakah sudah menjadikan dirinya lebih baik dari yang lain
MERASA BANGGA KARENA SUDAH MENCAPAI DOKTOR DALAM ILMU AGAMA
> Padahal seharusnya Doktor dalam PRAKTEK agama
MERASA PASTI MASUK SURGA KARENA TIDAK PERNAH MENINGGALKAN SHALAT
> Padahal shalat hanyalah salah satu perintah-NYA



MERASA SHALATNYA SUDAH BENAR, KARENA SELESAI SHALAT BADAN TERASA SEGAR
> Padahal shalat yang benar cirinya bukan badan segar melainkan TERBEBAS dari perbuatan KEJI dan MUNGKAR
Banyak orang yang KESASAR tapi tidak tahu kalau dirinya sebenarnya NYASAR,
Orang yang paling rugi adalah orang yang merasa BENAR padahal KELIRU !!
Astaghfirullah...
Pentingnya Titik kesadaran untuk MEMULAI KEGIATAN dari TUJUAN yang ingin kita raih...
Pentingnya tafakur agar arah shahadat, sholat, puasa, zakat, haji dan kegiatan lainnya mempunyai ARAH YANG BENAR sebagai langkah awal agar TUJUAN bisa tercapai... 




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/orang-yang-kesasar.html

~..~ Hapuslah Air Mata Di Pipimu Ukhty Fillah Hilangkanlah Lara Di Hati ~..~

Kegelisahan, kedukaan dan air mata adalah bagian dari sketsa hidup di dunia. Tetesan air mata yang bermuara dari hati dan berselaputkan kegelisahan jiwa terkadang memilukan, hingga membuat keresahan dan kebimbangan. Kedukaan karena kerinduan yang teramat sangat dalam menyebabkan kepedihan yang menyesakkan rongga dada. Jiwa yang rapuh pun berkisah pada alam serta isinya, bertanya, dimanakah pasangan jiwa berada. Lalu, hati menciptakan serpihan kegelisahan, bagaikan anak kecil yang hilang dari ibunya di tengah keramaian.
Keinginan bertemu pasangan jiwa, bukankah itu sebuah fitrah? Semua itu hadir tanpa disadari sebelumnya, hingga tanpa sadar telah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan.


 Sebuah fitrah pula bahwa setiap wanita ingin menjadi seorang istri dan ibu yang baik ketimbang menjalani hidup dalam kesendirian. Dengan sentuhan kasih sayang dan belaiannya, akan terbentuk jiwa-jiwa yang sholeh dan sholehah.
Duhai...
Betapa mulianya kedudukan seorang wanita, apalagi bila ia seorang wanita beriman yang mampu membina dan menjaga keindahan cahaya Islam hingga memenuhi setiap sudut rumahtangganya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala pun telah menciptakan wanita dengan segala keistimewaannya, hamil, melahirkan, menyusui hingga keta'atan dan memenuhi hak-hak suaminya laksana arena jihad fii sabilillah. Karenanya, yakinkah batin itu tiada goresan saat melihat pernikahan wanita lain di bawah umurnya? Pernahkah kita menyaksikan kepedihan wanita yang berazam menjaga kehormatan diri hingga ia menemukan kekasih hati? Dapatkah kita menggambarkan perasaannya yang merintih saat melihat kebahagiaan wanita lain melahirkan? Atau, tidakkah kita melihat kilas tatapan sedih matanya ketika melihat aqiqah anak kita?
Letih...
Sungguh amat letih jiwa dan raga. Sendiri mengayuh biduk kecil dengan rasa hampa, tanpa tahu adakah belahan jiwa yang menunggu di sana.
Duhai ukhti sholehah...
Dalam Islam, kehidupan manusia bukan hanya untuk dunia fana ini saja, karena masih ada akhirat. Memang, setiap manusia telah diciptakan berpasangan, namun tak hanya dibatasi dunia fana ini saja. Seseorang yang belum menemukan pasangan jiwanya, insya Allah akan dipertemukan di akhirat sana, selama ia beriman dan bertaqwa serta sabar atas ujian-Nya yang telah menetapkan dirinya sebagai lajang di dunia fana. Mungkin sang pangeran pun tak sabar untuk bersua dan telah menunggu di tepi surga, berkereta kencana untuk membawamu ke istananya.
Keresahan dan kegelisahan janganlah sampai merubah pandangan kepada Sang Pemilik Cinta. Kalaulah rasa itu selalu menghantui, usah kau lara sendiri, duhai ukhti. Taqarrub-lah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kembalikan segala urusan hanya kepada-Nya, bukankah hanya Ia yang Maha Memberi dan Maha Pengasih. Ikhtiar, munajat serta untaian doa tiada habis-habisnya curahkanlah kepada Sang Pemilik Hati. Tak usah membandingkan diri ini dengan wanita lain, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meski ia tidak menyadarinya.



Usahlah dirimu bersedih lalu menangis di penghujung malam karena tak kunjung usai memikirkan siapa kiranya pasangan jiwa. Menangislah karena air mata permohonan kepada-Nya di setiap sujud dan keheningan pekat malam. Jadikan hidup ini selalu penuh dengan harapan baik kepada Sang Pemilik Jiwa. Bersiap menghadapi putaran waktu, hingga setiap gerak langkah serta helaan nafas bernilai ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tausyiah-lah selalu hati dengan tarbiyah Ilahi hingga diri ini tidak sepi dalam kesendirian.
Bukankah kalau sudah saatnya tiba, jodoh tak akan lari kemana. Karena sejak ruh telah menyatu dengan jasad, siapa belahan jiwamu pun telah dituliskan-Nya.
Sabarlah ukhti sholehah...
Bukankah mentari akan selalu menghiasi pagi dengan kemewahan sinar keemasannya. Malam masih indah dengan sinar lembut rembulan yang dipagar bintang gemintang. Kicauan bening burung malam pun selalu riang bercanda di kegelapan. Senyumlah, laksana senyum mempesona butir embun pagi yang selalu setia menyapa.
Hapuslah air mata di pipi dan hilangkan lara di hati. Terimalah semua sebagai bagian dari perjalanan hidup ini. Dengan kebesaran hati dan jiwa, dirimu akan menemukan apa rahasia di balik titian kehidupan yang telah dijalani. Hingga, kelak akan engkau rasakan tak ada lagi riak kegelisahan dan keresahan saat sendiri.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/hapuslah-air-mata-di-pipimu-ukhty.html

Suami Istri Idaman AlQur"an

Dengan segala kerendahan hati,mari kita simak pesan pesan AlQur"an tentang
tujuan hidup kita yg sebenarnya...

Coretan ini untuk kita semua...
Untuk mereka yang sudah memiliki arah...
Untuk mereka yang belum memiliki arah...
Atau pun untuk mereka yang tidak memiliki arah..
Untuk semua yang menginginkan kebaikan..

Ketahuilah , Nikah itu ibadah
Ketahuilah , Nikah itu suci
Ingatlah itu...

Memang nikah bisa karena harta
bisa karena kecantikan
bisa karena keturunan
dan juga bisa karena agama



Janganlah engkau jadikan harta ,keturunan dan kecantikan sebagai alasan
Karena itu bisa menyebabkan celaka
Jadikan agama sebagai alasan
Engkau akan mendapatkan kebahagiaan
Tidak di pungkiri bahwa keluarga terbentuk karena cinta...

Namun...
Jika cinta engkau jadikan landasan
Keluargamu akan rapuh
Akan mudah hancur...

Jadikanlah "ALLAH" sebagai landasan
Niscaya engkau akan selamat
Dunia dan Akherat..

Jadikanlah Ridlo Allah sebagai tujuan
Niscaya sakinah,mawaddah dan warohmah akan tercapai

Wahai Fulan...
Janganlah engkau menginginkan menjadi raja dalam " istanamu"
Disambut istri jika datang dan dilayani aegala kebutuhan


Jika ini kau lakukan,sekejab saja "istanamu" akan terguncang

Lihatlah manusia teragung Muhammad SAW...
Tidak marah ketika harus tidur di depen pintu,beralaskan sorban
Hanya karena sang istri tidak mendengar kedatangannya...
Tetap tersenyum meski tidak mendapatkan makanan tersaji di hadapannya ketika lapar
Menjahid sendiri bajunya yang robek..

Wahai Fulanah...
Janganlah engkau menginginkan menjadi ratu di dalam "istanamu"
Disyang,di manja dan di layani suamimu..
Terpenuhi apa yang menjadi keinginanmu..
Jika itu yaang engkau lakukan,"istanamu" akan menjadi neraka bagimu

Janganlah engkau terlalu cinta kepada istrimu
Janganlah engkau terlalu menuruti istrimu
Jika itu kau lakukan akan celaka

Engkau tidak akan melihat perbedaan antara yang hitam dan yang putih
Tidak akan dapat melihat yang benar dan yang salah
Lihatlah bagaimana ALLAH menegur "Nabimu" tatkala mengharamkan yang ALLAH halalkan


Hanya karena menuruti kemauan sang istri...

Tegaslah terhadap istrimu
Dengan cintamu,ajaklah ia taat kepada Allah..
Jangan biarkan dia dengan kehendaknya..
Lihatlah bagaimana istri Luth dan Nuh...

Dibawah bimbingan manusia pilihan ,justru mereka menjadi penentang
Istrimu bisa menjadi musuhmu...

Wahai Fulan...
didiklah istrimu...
Jadikan lah dia sebagai Hajar,wanita utama yang loyal terhadap suami,Ibrahim
Jadikan lah dia sebagai Maryam,wanita utama yang bisa menjaga kehormatannya
Jadikanlah dia sebagai Khadijah,wanita utama yang bisa mendampingi sang suami,
Muhammad SAW menerima tugas risalah...

Wahai Fulan...
Istrimu adlah tanggung jawabmu...
Jangan engkau larang mereka taat kepada Allah
Biarkan mereka menjadi wanita sholekhah


Biarkan mereka menjadi Hajar dan Maryam...
Jangan kau belenggu mereka dengan egomu

Wahai Fulanah...
Jika engkau menjadi istri...
Jngan engkau paksa suamimu menurutimu
Jangan engkau paksa suamimu melanggar Allah

Siapkanlah dirimu untuk menjadi Hajar,yang setia terhadap tugas suami
Siapkanlah dirimu menjadi Maryam, yang bisa menjaga kehormatannya..
Siapkanlah dirimu menjadi Khadijah,yang bisa mendampingi suami menjalankan misi

Wahai Fulanah...
Jangan kau usik suamimu dengan rengekanmu
Jangan kau usik suamimu dengan tangismu
Jika itu kau lakukan...Kecintaannya terhadapmu akan memaksanya menjadi pendurhaka
Jangan...

Wahai Fulan...
Jikau engkau menjadi bapak
Jadilah bapak yang bijak seperti Lukmanul Hakim


Jadilah bapak yang tegas seperti Ibrahim
Jadilah bapak yang kasih seperti Muhammad SAW

Ajaklah anak anakmu mengenal Allah..
Ajaklah mereka taat kepada Allah
Jadikan dia sdbagai Yusuf yang berbakti
Jadikan dia sebagai Ismail yang taat
Tapi jangan engkau jadikan mereka sebagai  Kan"an yang durhaka


Mohonlah kepada Allah...
Mintalah kepada Allah agar mereka menjadi anak yang sholeh
Anak yang bisa membawa kebahagiaan dunia dan akherat

Wahai Fulanah....
Jika engkau menjadi ibu...
Jadilah engkau ibu yang bijak,ibu yang teduh
Bimbinglah anak anakmu dengan air susumu
Jadikanlah mereka mujahid mujahidah...
Jadikanlah mereka tentara tentara Allah...
Jangan biarkan mereka bermanja manja ,hingga terikat jerat dunia...


Terbuai dengan kenikmatan semu dan melupakan hakekat hidup yang di tuju
Yaitu HIDUP sesudah  "MATIMU"




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/suami-istri-idaman-alquran.html

“ TAHAJJUD “

Lewat tengah malam
Saat manusia dibuai mimpi
Saat Engkau turun ke langit bumi
Aku berdiri tegak
Menghadapkan wajahku
Lurus hanya kepada-Mu
Dalam kesunyian alam
Dalam ketenangan sukma
Air mata kesedihan
Bergemuruh di dada


Wahai Engkau yang beristiwa’ di atas Arsy
Bilakah ampunan-Mu datang malam ini?
Bilakah anugerah-Mu dating pada hamba yang papa?


Di lelap tidur panjangku
Terbuai mimpi dunia
Selamatkan sepenggal jiwa
Jika esok kujelang
Ajal menjemputku
Bawakan aku segenggam iman
Untuk kupersembahkan kepada-Mu
Agar kelak dapat menatap Agungnya Wajah-Mu di
Syurga*

Amin…!


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/tahajjud.html

“ Berendam Di Sungai-Sungai Syurga… ”

Ma’iz seorang pemuda dari kalangan sahabat… ia telah menikah dan tinggal di Madinah… suatu ketika syetan menggodanya dengan seorang budak wanita milik seorang Anshor. Maka ketika mereka berdua menjauh dari pandangan manusia… jadilah syetan fihak yang ketiga dari mereka… dan akhirnya terjadilah perbuatan haram. Ketika telah selesai mengerjakan perbuatan haram itu… syetan menyingkir dari keduanya… dan Ma’iz pun tersadar serta menangis… karena takut akan adzab Alloh… Hidupnya terasa sempit… dan dosa senantiasa membayanginya… sehingga hatinya merasa sesak dan panas…
           Kemudian ia mendatangi “ dokter hati “… ia berdiri di hadapan Rasululloh SAW mengadukan perihal dirinya dan berkata, “ Ya Rasululloh, aku telah berzina, maka sucikanlah aku “. Rasululloh SAW berpaling darinya… Ma’iz mendekat dari sisi yang lain dan berkata,  “ Ya Rasululloh, aku telah berzina, maka sucikanlah aku…”. Rasululloh SAW berkata, “ Celakalah engkau… pulanglah dan mintalah ampun kepada Alloh SWT serta bertaubatlah… “. Akhirnya Ma’iz pulang akan tetapi tidak jauh dari situ ia kembali lagi ke Rasululloh SAW dan berkata,                    “ Wahai Rasululloh, sucikanlah aku…”. Rasululloh SAW berkata, “ Celakalah engkau… … pulanglah dan minta ampun kepada Alloh serta bertaubatlah…”.


Ma’iz pulanhg, akan tetapi tidak jauh dari situ ia kembali lagi ke Rasululloh SAW dan berkata, “ Wahai Rasululloh, sucikanlah aku…”.
           Rasululloh SAW berseru kepadanya, “ Apakah kamu mengetahui apa itu zina? “ kemudian beliau SAW menyuruh supaya Ma’iz dijauhkan darinya… lalu ia dikeluarkan… Namun ia dating lagi untuk keempat kalinya… dan setelah ia mengulang-ulangi permintaanya … Rasululloh SAW menanyakan kepada kaumnya, “ Apakah dia punya penyakit gila? “ Kaumnya menjawab, “ Tidak, wahai Rasululloh…” Beliau berkata, “ Boleh jadi ia telah minum Khamer?! “ Kemudian berdirilah salah salah seorang untuk mencium aroma mulutnya. Akan tetapi tidak didapatinya aroma khomer.
           Lalu Rasululloh SAW bertanya kepadanya, “ Apakah kamu tahu apakah itu zina itu? “. Ma’iz menjawab, “ Ya. Aku telah mendatangi perempuan yang tidak halal bagiku, sebagaimana seorang suami menggauli istrinya…”. Beliau SAW bertanya, “ Lalu apa yang kamu inginkan dari perkataan ini?” Ia menjawab, “ aku ingin agar engkau membersihkan diriku…”.  Beliau SAW bersabda, “Baiklah”. Lalu beliau SAW memerintahkan agar ia dirajam… maka ia pun dirajam hingga mati/wafat…
           Setelah orang-orang mensholati dan menguburkannya, Rasululloh SAW bersama sebagian Shahabatnya melewati tempatnya… beliau SAW mendengar seorang shahabat berkata kepada temannya, “ Lihat orang ini… Alloh telah menutupi ‘aibnya tetapi ia tetap bersikukuh untuk dirajam hingga ia dirajam seperti anjing…‍. Maka terdiamlah Rasululloh SAW, lalu beliau SAW berjalan sejenak… hingga lewat disamping bangkai seekor keledai yang terbakar oleh panasnya matahari hingga mengembang dan kedua kakinya terangkat… Ketika Rasululloh SAW melihatnya beliau SAW berkata, “ Mana si Fulan dan si Fulan? “ Kedua orang itu menjawab, “ Wahai Rasululloh SAW, ini kami…” “ Makanlah dari bangkai keledai ini, “ sabda beliau.
           Mereka berdua menjawab, Wahai Rasululloh SAW!! Semoga Alloh mengampunimu… siapakah yang jauh lebih keji daripada memakan bangkai ini… dia telah bertaubat dengan sebenar-benarnya, yang seandainya taubat tersebut dibagikan kepada seluruh umat ini niscaya akan mencukupi mereka… Demi Zat yang jiwaku berada ditangan-Nya, sesungguhnya dia sekarang berada pada sungai-sungai syurga… dan berendam didalamnya…”.
           Berbahagialah Ma’iz bin Malik… memang, dia telah terjerumus dalam zina… dan telah merobek tabir antara dia dengan Rabb-Nya… akan tetapi ia telah bertaubat dengan sebenar-benarnya, yang seandainya taubat tersebut dibagikan kepada seluruh umat niscaya akan mencukupi mereka… wallohu’ alam


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/berendam-di-sungai-sungai-syurga.html 

“ Untaian Hati… “

Nasehat ini kupersembahkan kepada sahabat-sahabat sekalian yang rela untuk mengorbankan waktu, harta bahkan jiwanya, demi mendakwahkan Islam…
Kampung Akhirat…
Nun jauh di sana… cita-cita kita
Ya akhirat namanya
Dunia ini bukan tempat tinggal
Di sini hanya sebentar tidak kekal

Betulkan niat dari sekarang
Ubah sikap kita yang merugikan
Al-Qur’an dan As-Sunnah jadikan panduan
Agar esok kita tak bersesalan

Biar susah sedikit dan menghimpit
Untuk menghalau kesusahan yang lebih besar
Yang tidak sanggup dikandung badan
Ambillah i’tibar (pelajaran) kalau mau taubat


Ayolah bersegera menuju Alloh SWT
Ta’atilah Dia, mintalah ampun pada-Nya


Selagi nyawa belum melayang
Buatlah kesiapan untuk ke sana.




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/untaian-hati.html