Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Minggu, 20 Mei 2012

Jangan Lupa Sholat, Yach…

Sahabat, sholat adalah tiang agama, jika kita meninggalkan sholat robohlah agamamu. Begitu banyak manfaat sholat yang kita terima saat kita sholat, sahabat. Dari segi kesehatan. Sudah tidak diragukan lagi jika seseorang yang menjaga sholatnya maka akan senantiasa diberi kesehatan. Karena sahabat, setiap gerakan sholat tersebut dapat bermanfaat bagi jantung, darah dan seluruh bagian tubuh kita. Sebenarnya jika kita menyadarinya bahwa manfaat dari sholat tersebut adalah kembali kepada diri kita sendiri. Meninggalkan sholat sama artinya sahabat telah melupakan Allah, Tuhanmu. Maka sahabat jika kita sekali waktu kitapun mendapatkan nisbah tersebut. Check this out :
Adapun NISBAH bagi orangorang yang meninggalkan sholat adalah. . .
SUBUH
Bagi mereka yang meninggalkan sholat subuh,, dia akan disiksa selama 60 tahun di dalam neraka.
Sahabat, jika 1 hari di neraka = 10.000 tahun di DUNIA. Jadi kalau 60 tahun di neraka?!?!  Masya Allah! Jangan sampai dech sahabat kita jadi orang yang lalai mengerjakan sholat subuh.
DZUHUR. .
Bukan main,, yang meninggalkan sholat dzuhur,, Allah akan me-nisbah orang itu dengan dosa yang seperti melakukan pembunuhan terhadap 1000 jiwa muslimin dan muslimah.
Wow, sahabat tahu kan dosa membunuh satu orang muslim saja dosanya?!?! Naudzubillahi min zalik.
.ASHAR,,
Dosanya seperti meruntuhkan ka’bah jika anda meninggalkan sholat ashar ini. .
Nach sahabat, tahu tahu kan orang yang meruntuhkan ka’bah adalah pekerjaan orang kafir. Jadi jangan lagi yach sahabat meninggalkan sholat ashar dengan sengaja.
.MAGRIB
Masya Allah. dosa jika anda meninggalkan sholat ini adalah bagaikan anda berzina dengan orang tua anda. Bagai berzina dengan ibu,, jika anda adalah laki-laki dan bagai berzina dengan bapak anda jika anda seorang perempuan.
Na’uzubillahi minzalik. Jangan lagi yach sahabat tinggalkan sholat maghrib.
ISYA’
Barang siapa meninggalkan sholat isya’,, maka Allah tidak akan ridho anda hidup di bumi Allah ini dan anda akan digesa agar mencari bumi yang lain.
Hmm… Cari tempat lain selain di bumi.?!?!? Adakah manusia yang mampu melakukannya?
Yuk mari sahabat! Jangan pernah kita sedikitpun niatkan di hati untuk meninggalkan sholat. Sholat lima waktu tersebut sangatlah penting bagi kita. Jadikan sholat sebagai kebutuhan.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/jangan-lupa-sholat-yach.html 

Melati Tak Ingin Jadi Mawar

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Qashash 28:83).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhannya, mereka itu penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. “(QS. Hud 11:23)
 -----------------------------------------------------------------------------------------
Ayuning berdecak kagum akan kemampuan sahabatnya menggugah rasa setiap wanita yang menghadiri pengajian “Melati”. Hampir saja ia tak percaya bahwa yang ada di hadapannya itu adalah “Nisa” sahabatnya. Setidaknya bukan dia saja yang berpendapat demikian, sayup-sayup suara sekeliling melontarkan hal senada.


Padahal baru beberapa minggu yang lalu mereka memikirkan bagaimana cara membina akhlak bunga negeri ini, perlahan keinginan itu terwujud. Setelah pengajian usai, para akhwatpun pulang, tinggal mereka berdua yang sibuk membenahi “Taman Belajar”, tempat khusus yang disediakan orangtua Nisa untuk mengaji. Perlahan Ayu mendekati Nisa.
“Kamu hebat, Nisa!, semua begitu terkesan akan nasihatmu, untaian kata-katamu bagai tetesan embun yang menyusup ke kedalaman jiwa, mereka semua kagum padamu, terlebih ketika mendengar syair lagu cinta pada Allah yang....”.
“Nisa mohon, tolong hentikan pujian itu, Ayu..!”.
Perkataan Nisa tak dihiraukan Ayu, ia masih saja menyanjung-nyanjung sahabatnya. Sementara Nisa komat kamit mengucap istighfar.
“Tolong hentikan pujian itu, Ayu..!”. Kali ini nada suara Nisa agak keras, Ayuning heran melihat rona wajah sahabatnya itu menunjukkan ketidaksenangan, dan tatapan mata yang redup itu berubah menjadi tajam.
“Ayu mau tahu, nggak? pujian Ayu itu sama artinya Ayu memenggal leher Nisa?!”.
Ayuning kaget mendengar perkataan itu.
( - Seorang laki-laki memuji orang lain dekat Nabi Saw, lalu Nabi saw berkata: “Celaka kamu! berarti kamu memenggal leher saudaramu. - kata-kata itu Beliau ucapkan berulangkali- Apabila seseorang kamu memuji saudaranya, seharusnya dia berkata: “Cukuplah bagi si Fulan Allah saja yang menilainya. Tidak ada yang lebih pantas menilainya selain Allah Ta’ala sekalipun temannya tahu dia begini dan begitu. (HR. Muslim) - )
“Astaghfirullaahul ‘aziim.. kenapa Nisa bilang begitu..???!!!”.
“Pujian Ayu akan membuat Nisa sombong, Ayu.. dan balasan Allah terhadap makhluk-Nya yang sombong adalah neraka Jahannam! apakah Ayu ingin Nisa masuk neraka Jahannam?..”.
Ayu tersentak!, tiba-tiba ada energi luar biasa yang menyelimuti dirinya, ia mendengar Qalam Allah mengenai kesombongan dibacakan kepadanya, indah dan menggetarkan jiwa, (yang artinya):
“Kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka tidak menyombongkan diri. “(QS. An Nahl 16:49)


“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al Israa’ 17:37)
“Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (dengan sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS. Luqman 31:18)
Dikatakan (kepada mereka): “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, dan kamu kekal di dalamnya”. Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. Az Zumar 39:72)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami), meeka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri.” (QS. As Sajadah 32:15)
Tubuh Ayuning lemas seketika, wajahnya pucat, ia menyungkur sujud kepada Allah, “Laa ilaaha illaa anta Subhanaka inni kuntu minazh zhaalimiin”. Berulangkali kalimat itu diucapkannya. Nisa tak tahan melihat sahabatnya seperti itu, secepatnya ia menghampiri,
“Sudah Ayu, bangunlah..!”.
“Maafkan Ayu ya Nisa, Ayu khilaf..”.
“Sudah Nisa maafin, sayang.. maafkan Nisa juga ya.. karena keras pada Ayu. Bukankah tujuan kita semula mengadakan pengajian ini lillaahi ta’ala?.. agar Allah sayang pada kita, agar Allah cinta (ridha) pada kita?.. betapa nelangsanya jiwa ini melihat fenomena kemaksiatan yang terjadi, melihat ketidakmengertian bunga negeri, kita harus merangkul mereka, Ayu.. semua itu tidaklah mudah, semua itu membutuhkan perjuangan!, usaha dakwah ini baru kita mulai perlahan, apakah karena pujian kita menjadi lupa akan niat kita semula? ibarat segelas air, jikalau tercampur noda sedikit, maka keruhlah semuanya. Begitu pula Allah dalam melihat Qalbu dan amalan perbuatan kita.
Sehebat-hebatnya insan, ia tetap hamba Tuhan, tak akan pernah bisa menembus bumi dan sekali-kali tak akan sampai setinggi gunung. Hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan di atass bumi dengan rendah hati, Ayu.. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan suka membangga-banggakan dirinya!.
Ayu, bagaimanakah mungkin kita bisa sombong, sedangkan hidup kita sendiri hanyalah pinjaman dari Tuhan?. Bagaimanakah mungkin kita bisa merasa lebih dari orang lain sedangkan kejadian kita dari unsur yang sama-sama hina?. Jangan pernah lupa dari apa asal kita, jangan pernah lupa bahwa kelak kita akan mati, kembali masuk tanah dan menjadi tanah, tinggal tulang-tulang berserakan dan menakutkan!.

Bukankah Allah murka terhadap Syaithan kerena merasa dirinya lebih tinggi dibandingkan dengan manusia?, Bukankah Fir’aun, Qarun dan Haman mati binasa karena kesombongannya?
Segala apa yang ada di langit dan semua makhluk melata di bumi dan juga para malaikat, mereka semua bersujud kepada Allah, dan mereka semua tidak pernah menyombongkan diri. Apalah lagi kita ini, malu sama Allah Ayu.., betapa Dia begitu dekat, betapa Dia Maha Menatap!”. Nisa menghentikan kalimatnya. Ayuning yang sedari tadi diam, kemudian ikut bicara,
“Ayu jadi teringat sabda Rasulullah Saw Nisa, bahwa angkuh dan sombong itu adalah pakaian Allah, siapa yang menyaingi pakaian-Nya. Allah Ta’ala akan menyiksanya. (HR. Muslim)
Beliau juga mengatakan: “Tidak ada yang lebih suka dipuji selain dari Allah Swt, karena itu Dia memuji diri-Nya sendiri. Dan tidak ada yang lebih pencemburu dari Allah, karena itulah Dia mengharamkan segala yang keji”. (HR. Muslim)
Dan pernah suatu ketika, Rasulullah berkata pada para sahabat yang menghormati kedatangannya, “Janganlah kalian menyanjung-nyanjung diriku sebagaimana orang-orang Nasrani menyanjung-nyanjung Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang hamba, maka katakanlah, “Hamba dan utusan Allah”. (HR. Imam Ahmad).
Keduanya saling berpandangan dan tersenyum. Ayu melanjutkan kata-katanya,
“Yach, kita ini hanyalah seorang hamba, alangkah indahnya jika hanya menghamba pada Allah saja, Laa ilaa haillallaah (Tiada Tuhan selain Allah), segala yang ada di bumi maupun di langit ini akan rusak binasa kecuali Allah! tak pantas kita memuji makhluk-Nya dengan melupakan Siapa Yang Menciptakannya”.
Bahagia sekali kedua sahabat itu kini, mereka saling mengingatkan satu sama lain. Sejenak Nisa memecahkan suasana, “Bunda Ayu, jangan lupa ditunggu anak-anaknya, lho..”.
Ayu tersenyum malu pada Nisa, “Ah Nisa..”. Mereka berdua bersiap-siap untuk ke Panti Asuhan “Rindu Bunda”.
Seperti biasa, anak-anak yatim piatu itu berlari menyambut kedatangan Ayu dan Nisa, Qitri kecil berlari ke arah Ayuning.
“Bunda Ayu..”. ia menghambur kepelukan Ayu, sementara yang lain berebutan mencium tangan Ayu dan Nisa seraya tersenyum senang karena mendapat hadiah kecil. Qitri berusaha keras mendapat perhatian lebih dari Ayuning, maklum gadis mungil itu paling muda di antara anak-anak panti lainnya.



“Bunda.., Qitri kangen ceritanya.., kalau Bunda cerita, baguuus sekali, Qitri seneng deh..”. Anak-anak lain tak kalah berkata, “Ia Bunda Ayu.., kami kangen ceritanya.. kalau Bunda Ayu cerita, kami senaaaaaaang deh”.
Ayu tersenyum melihat tingkah anak-anak manis itu, namun dalam hati ia ber-istighfar, kemudian berkata, “aduuh, aduuh.. pada muji Bunda yaa, kalau kalian memuji seperti itu, sama artinya kalian sedang melihat Bunda ada di puncak gunung yang tinggiii sekali, lalu ada angin yang kencaaang menerpa Bunda, akhirnya Bunda kenapa, anak-anak?!” seketika Ali naik ke atas pohon, seolah-olah naik ke puncak gunung yang tinggi memperagakan apa yang Ayu bilang,
“Seperti ini ya.. Bunda..”. katanya pada Ayu, semua heboh melihatnya. “Aduuh.. Ali turun dong sayang.. nanti jatuh”.
Qitri dan anak-anak panti lainnya juga ikut berteriak, “Turun dong, Ali.. nanti jatuh lho..!!!”.
Ali berusaha turun, ketika kaki kanannya sudah menyentuh tanah, tiba-tiba tubuhnya oleng ke kiri, Gedebukk!. Anak-anak bergegas mengerubunginya, “Kamu nggak kenapa-napa, Ali.. “. Tanya Nisa, sedangkan Ayu bergegas ke dalam rumah untuk mencari obat. Ibu panti tidak enak melihat tingkah anak-anak asuhannya, “Dimaklumi saja ya, nak Ayu.. kalau ketemu Bundanya pasti begitu”. Ayu tersipu malu pada Ibu panti. Setelah mengobati Ali, Ayu berkata pada mereka,
“Nach.. anak-anak, jadi jangan pernah memuji Bunda, ya.. nanti Bunda jatuh kayak Ali, sakit kan, Li..”. Ali meringis seraya menganggukkan kepalanya. Sementara si mungil Qitri berkata pada Ayu, “Tapi bunda.. cerita Bunda bener-bener bagus.., sumpah dech..”. Yang lain berkomentar sama.
“Baiklah kalau begitu, Bunda pingin tanya sekarang, yang menciptakan Bunda siapa, anak-anak?..”. mereka menjawab, “Allah Swt”.
“Nah, Jadi yang pantas dipuji adalah Allah, karena Allah yang menciptakan Bunda, jadi kalau kalian kagum pada seseorang yang mempunyai suatu kelebihan, kalian harus memuji Allah, dengan mengatakan: Subhanallaah (Maha Suci Allah), Walhamdulillaah (Segala Puji Hanya untuk Allah), Walaa illaa ha ilallah (Tidak ada Tuhan selain Allah), Wallaahu akbar (Allah Maha Besar)”.
Anak-anak menirukan satu-satu kalimat tasbih, tahmid, tahlil, takbir yang Ayu ajarkan, setelah itu barulah ia bercerita. Melihat tingkah sahabatnya, Nisa sangat terkesan. Tak terasa cerita Ayupun usai, tiba-tiba mereka berdua saling berpandangan. Dengan sinar mata kebahagiaan Ayu berkata,



“Alhamdulillah, Nisa.. Ayu telah mengajar mereka untuk memuji Allah. Semoga mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang mencintai Allah dengan mengikuti akhlak Rasul-Nya, hamba Allah yang senantiasa merendahkan diri di hadapan Rabb-Nya dan setiap makhluk ciptaan-Nya.”
Nisa tersenyum mendengar penuturan sahabat yang sangat disayanginya, “Iya Ayu, Ibarat bunga. Melati Tak Ingin Menjadi Mawar”.
Cukup Allah saja yang menilai setiap hamba-hamba-Nya. Mereka memandang anak-anak panti yang sedang asyik bermain di halaman, dalam hati keduanya berdoa, “Aku berlindung kepadamu Ya Allah, dari sifat-sifat yang tidak Engkau sukai dan dari setiap manusia yang menyombongkan diri, yang tidak beriman kepada hari akhir..”.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/melati-tak-ingin-jadi-mawar.html 

Cahaya Mata

Duhai engkau Cahaya Mataku, yang menuntun jalanku..
yang memandu hidupku..
Yang meredupkan sedih penatku..
Tersenyumlah, bahagialah..
Sungguh engkau yang melumpuhkan hatiku..
Yang melipurkan rinduku..
Yang menyejukkan cinta dihatiku
---------------------------------------------------
Apa kabar buat  suamiku..Sang Cahaya Mataku.,
Semoga Allah senantiasa merahmati dan memberkati dirimu yang sudah lama tak kutemui, namun doaku tidak pernah putus mengiringi setiap langkahmu demi meraih keridhaanNya.
Rasulullah SAW pernah bersabda: "Seindah-indah perhiasan dunia adalah wanita yang solehah,"
Alhamdulillah, itulah anjuran Islam melalui Rasulullah SAW yang kita cintai. Pilihlah wanita yang mampu menyejukkan pandanganmu dan juga rumah tangga muslim yang bakal dibina saat menikah nanti. Begitu kan katamu waktu itu..?
Wahai suamiku, Cahaya Mataku..
"Dinikahi seorang wanita karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah agamannya, maka beruntunglah kedua tanganmu".
Itulah sebuah pijakan utama buatmu memilih calon isteri. Dan komitmenmu itu menjadi sebuah pijakan utama yang menjadi hafalanku sejak aku beranjak dewasa, ketika engkau hendak melamarku. Itu kan katamu waktu itu..??
Jika harta yang engkau idamkan, maka ketahuilah diriku bukanlah orang yang berada. Tiada harta yang dapat kupersembahkan dalam ijab-kabul kita. Tiada harta sebagai jaminan bahwa engkau akan menikmati sedikit kesenangan apabila ijab-kabul telah dilafazkan.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir". (QS Ar Ruum: 21)
Jika keturunan yang engkau dambakan, ketahuilah bahwa aku hanyalah manusia biasa dari keluarga yang biasa pula. Namun apa yang pasti..? Aku adalah keturunan yang mulia, ayahanda adalah Nabi Adam as dan bunda Siti Hawa as, sama seperti mu.
"…Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (QS. Ali Imran: 159-160)
Kecantikan, itulah pandangan pertama setiap insan. Malah aku meyakini bahwa engkau juga tidak terlepas seperti manusia yang lainnya. Ketahuilah wahai suamiku, jika kecantikan itu yang engkau inginkan dari diriku, maka engkau telah salah langkah.
Tiada kecantikan yang terlihat orang lain yang dapat kupertontonkan padamu. Telah aku hijabkan  kecantikan diriku ini dengan amalan ketaatan kepada tuntutan agama yang kucintai. Engkau hanya akan sia-sia jika hanya menginginkan kecantikan lahiriah semata.
Dan aku tidak dapat menjanjikan, bahwa aku mampu membahagiakan rumahtangga kita nantinya, karena aku memerlukan engkau untuk bersamaku untuk menegakkan dakwah islam ini, dan aku merelakan diri ini menjadi penolongmu untuk membangunkan sebuah markas dakwah dan tarbiyah islamiyah ke arah jihad hambaNya kepada Penciptanya yang agung, Allahu Rabbi.
Mencari ilmu agama secara bersama, marilah kita jadikan pernikahan ini sebagai risalah demi meneruskan perjuangan Islam. Aku masih kekurangan ilmu agama, tetapi berbekal ilmu agama yang ada ini, aku ingin menjadi isteri yang sentiasa mendapat keridhaan dari Allah dan suamiku.
Hal itu tak lain untuk memudahkan aku membentuk rumah tangga muslim antara aku, engkau dan anak-anak kita nantinya untuk dibina dan diberikan pendidikan dengan ketaatan kepada Allah SWT. Aku pun hanya akan bercita-cita untuk bisa bergelar pendamping solehah bagi sang suami, seperti yang dijanjikan Rasulullah SAW.
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu". (QS An Nisa: 1)
Suamiku, Cahaya Mataku..
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka". (QS. An Nisaa: 34.)
Aku yakin bahwa engkau adalah pemimpin untuk diriku dan anak-anakku sebagai pewaris dakwah Islam. Maka, jadikanlah pernikahan ini sebagai asas pembangunan iman, bukannya untuk memuaskan bisikan syaitan yang menjadikan ikatan pernikahan sebagai hawa nafsu semata.
Semoga diriku dan dirimu sentiasa didampingi rahmat dan keridhaanNya. Lakukanlah tanggungjawabmu itu dengan nilai kesabaran, dan ketabahan. Semoga kita akan menjadi salah satu daripada jamaah menuju ke syurga, insya Allah.
Ketahuilah wahai suamiku, bahwa aku tidak pernah mendambakan mas khawin yang hanya akan menyebabkan hatiku buta dalam menilai arti kita dipertemukan Allah atas dasar agama.
Cukuplah  maharku adalah sebuah qalam mulia, Al-Quran, karena aku meyakini qalam itu mampu memimpin rumahtangga kita untuk meraih keridhaanNya bukan kekayaan dunia yang bersifat hanya sementara.
Bantulah aku dalam memperjuangkan dakwah Allah ini melalui pernikahan, karena ia adalah tempat untuk aku menyempurnakan separuh daripada agamaku, insyaAllah. Akhlakmu yang terdidik indah oleh ibu bapa dan orang sekelilingmu, itulah yang aku harapkan daripada harta duniawi yang ingin kau sediakan untukku.
Kutitipkan sebagian dari pengetahuanku melalui buku "Jalan Dakwah" karya Syaikh Mustafa Masyhur, yang tidak lagi berwujud keborosan dan kebakhilan karena semuanya berada di dalam sikap qana'ah (berpuas hati dengan apa yang ada), ridha dan yakin.
Wahai suamiku, Cahaya Mataku..
Lihatlah rumahtangga Rasulullah SAW, terkadang sebulan pernah dapurnya tidak berasap karena tidak ada bahan makanan yang dapat dimasak. Namun, walau begitu susahnya, rumahtangga Rasulullah SAW tetap menjadi rumahtangga yang paling bahagia, yang tidak ada bandingnya hingga hari ini.
Terlalu panjang rasanya aku mencoretkan tulisan ini. Cukup dahulu aku buat tulisan ini, andai diizinkan aku akan kembali menitipkankan lagi kiriman bertintakan hati ini. Akhirnya, saya mohon maaf, biarlah rindu ini ditumpahkan dalam tinta daripada jemu tatkala kita dipertemukan kembali.
Suamiku, tetaplah disana dalam pangkuan tarbiyahNya. Tetaplah menjadi Cahaya Mataku, yang meskipun kini engkau jauh tapi cahayamu tetap menyinariku hingga kita terasa dekat.
 
 
 

Hidayah Itu Harus Dijemput

Antara aku dan sahabatku.Di halaman kampus, dibawah pohon akasia yang rindang. Sambil menikmati semilir angin dan memandangi para temen2 mahasiswa yg berlalu lalang datang dan pergi kuliah.
Apa kau tak percaya Allah itu ada??”
Aku percaya…”
Lalu mengapa kau tidak sholat??”
…........???”
Apa kau tak percaya akan datangnya Hari Pembalasan??”
Tentu saja percaya..”


Lantas kenapa tidak sholat??”
…….......???”
Tak tahu kah kau, sholat-lah yg membedakan mu’minuun dg kafiruun..”
Aku tahu itu…”
Mengapa masih tak kau laksanakan juga sholat-mu??”
….........”
Tempat kembali orang2 kafir adalah neraka jahannam..”
Yaa…aku tahu ”
Tak takut akan siksaNya??”
Pertanyaan retorik…”
Hmmmm….. masih tak mau sholat juga??”
….......?????”
Kapan kau akan mulai sholat??”
Dulu… aku pernah sholat…malam2ku kuhabiskan dengan bersujud pada-Nya…sepenuh hati ku menyembah-Nya…. setiap saat ku memuja-Nya…”
Hmmmm…. sungguhkah itu??”
Kau tak percaya padaku??”
Aku percaya… hanya saja aku mempertanyakan keikhlasanmu…aku tahu… dulu kau amat rajin berdoa… banyak sekali yang kau minta dalam lantunan doamu.. tapi kesemuanya hanya urusan dunia yg semu…Memang benar firmanNya: Berdoalah pada-Ku, niscaya akan Ku-kabulkan doamu’… itu yg kubaca dalam kitab-Nya. Dia tak pernah menyalahi janji”
Katanya, Dia-lah tempat kita memohon pertolongan… tapi mengapa tak jua Dia menolongku, justru menimpakan musibah yg tak mampu kutanggung??”
Sahabatku, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dg kesanggupannya.


Dia hanya sedang mengujimu… kurasa, sepertiku.. Dia mempertanyakan keikhlasanmu dalam menerima cobaanNya..”
……......????”
Tidakkah kau rindu sholat..??”
Sekarang ini aku tak-kan bisa konsentrasi pada sholatku… aku tak ingin ketika aku sholat, pikiranku justru tertuju pada yg lain…”
Jadi, menurutmu lebih baik tidak sholat..begitu ??”
Aku butuh ketenangan batin terlebih dulu…”
Justru dengan sholat akan kau dapat ketenangan batin itu…”
Aku ingin ketika aku sholat, itu atas kemauanku.. bukan karenamu..
Bagaimana jika kemauan itu tak kunjung datang..??.”
Saat badai ini berlalu, ku yakin kemauan itu akan menghampiriku…”
Jika waktumu tak sampai? Dan kau meninggal lebih dulu..?”
Maka itu sudah menjadi takdirku…”
Astaghfirullah....” T.T
Bersabarlah..semua ini adalah ujian dariNya..”
Aku sudah bersabar lebih dari yang kau tahu..”
Ayolah sahabat, aku mencintaimu… karena itulah aku peduli padamu
Begitu pula aku..”
Sungguhpun kau membenciku, ku tetap harus mencintaimu…”
Aku akan selalu mencintaimu..”
Mengapa tak kau cinta Pencipta-ku??”
Caranya...?”

Dengan sabar dan sholat. Yaa..kenalilah penciptamu dengan mulai menegakkan sholat. Dan bersabar atas ujianNya ”
Entahlah…saat ini aku belum bisa ”.
Sahabat..aku kasihan padamu, yg bisa kulakukan kini hanyalah berdoa untukmu.. semoga Allah segera melembutkan hatimu..”
Dan kutinggalkan sahabatku dibawah pohon akasia di halaman kampus. Ujian demi ujian hidup datang padanya bertubi-tubi. Mulai dari ayahnya yg pergi dari rumah dan kawin lagi dengan wanita lain. Kemudian ibunya bunuh diri karena tak kuat dengan cobaan hidup. Kakak lelaki satu2nya yg diharapkan sebagai kekuatan terakhir justru stress dan akhirnya masuk rumah sakit jiwa. Dan puncak dari semua itu dia akhirnya melepas hijabnya, meninggalkan sholat dan kewajiban2 lainnya sebagai seorang mulimah. Itu dilakukan karena merasa kecewa dengan Tuhan dan sebagai bentuk protesnya untukNya. Naudzubillah tsuma naudzubillah...T.T
Kini dia sebatang kara dengan bekerja di restoran untuk biaya hidup dan kuliahnya setiap hari. Hidayah Allah memang belum datang lagi kepadanya, tapi tahukah bahwa hidayah itu tidak datang dengan sendirinya, hidayah itu harus dijemput kembali. Dan aku bertekad untuk membuatnya kembali kejalanNya, dan aku ingin Allah memberiku kekuatan agar diriku menjadi lantaran dirinya kembali menjadi muslimah yg benar2 menjalankan perintahNya. Karena bagaimanapun keadaan kita, sholat bukan lagi sebagai KEWAJIBAN, tapi sudah menjadi KEBUTUHAN !
Semoga Alloh melancarkan urusanku… hingga kan kudapatkan ketenangan itu, saat itulah ku akan kembali bersimpuh di hadapan Pencipta-mu”
……”
Pesan yg ingin Icha sampaikan:
Bahwa pada hakekatnya ujian hidup ini adalah sebagai tanda kasih sayang Allah kepada kita. Justru karena Allah sayang ama kita maka Dia memberi ujian. Tinggal bagaimana kita mensikapinya, apakah akan membuat kita lebih mendekatiNya atau justru menyalahkan takdirNya, menganggap Allah telah menzalimi hambaNya.
Jangan mengaku beriman jika hidup kita hanya datar2 saja tanpa cobaan. Justru hidup dengan cobaan akan membuat kita kuat. Menangis dan futur boleh, tapi jangan sampai menghilangkan keyakinan kita bahwa Allah telah menetapkan qadha dan qodarNya atas diri kita, itulah yang terbaik. Tinggal kita bisa menggali hikmahnya atau tidak.
Dan Allah berfirman:Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, pdhl belum datang cobaan sebagaimana halnya orang2 sebelum kamu?

Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan dgn macam2 cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang2 beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’, Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. ( QS.Al-baqarah; 214 )
Sayangnya, seringkali kekurangsabaran menunggu tibanya pertolongan Allah itu menyebabkan kita berburuk sangka kepadaNya. Kita menganggap seakan-akan DIA tidak mendengar doa yg kita ajukan. Padahal Allah telah menyatakan:
Dan apabila hamba2KU bertanya kepadamu ( Muhammad ) tentang AKU, maka jawablah bahwa sesungguhnya AKU adalah dekat. AKU mengabulkan orang yg berdoa kepadaKU apabila memohon kepadaKU, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintahKU dan beriman kepadaKU, agar mereka selalu dalam kebenaran ( QS.Al-Baqarah; 216 ).
Oleh karena itu, sikap berbaik sangka kepada Allah harus senantiasa kita tancapkan dalam hati. Sehingga pertolongan itupun akhirnya akan datang seiring dengan memuncaknya tingkat kesulitan yg kita hadapi.






http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/hidayah-itu-harus-dijemput.html

Anugrah Cinta Untuk Mentari

“ Benarkah engkau jodoh yang diberikan Allah kepadaku ? “


Bertanya Mentari pada selembar kertas yang masih terlipat rapi di hadapannya. Pagi tadi Ummi Farah memberikan kertas itu padanya. Hampir empat tahun setelah Mentari ditanya Ummi Farah tentang kesiapannya menggenapkan separuh dien. Kini selembar biodata yang dinanti-nanti, benar-benar berada di hadapannya. Matanya menerawang dalam diam. Menemani lintasan kenangan yang berkecamuk dalam pikirannya …..ia belum berani membuka kertas itu …
Alun-alun kota Solo, menjelang Dhuhur..empat tahun yang lampau.
Beberapa saat yang lalu, serombongan besar wanita muda berjilbab berdemo mengusung tema besar anti pornografi.  Mentari bersama dua sahabatnya, Wida dan Nana, berjalan menuju halte di jalan Slamet Riyadi.
" Tari, Wida.. ana duluan ya… tuh kak Fauzi udah nunggu di depan telpon umum ". Nana pamit sambil menunjuk ke arah seorang pemuda tegap  berbaju rapi ala kantoran.
" Aduh… pengantin baru, nggak sabar nih cepet sampai rumah…", goda Wida sambil melempar senyum simpulya.
"Iya, udah lupa ya sama asrama "Pondok Putri" tempat kita tumbuh dan berkembang  " Tari menimpali.
" Maaf deh saudari-saudariku, makanya pada cepet punya suami..biar nggak ditagih ibu kos lagi tiap bulan…". " Wuuuu…lagaknya !! "
Nana tersenyum penuh kemenangan. Sebentar kemudian ia telah meninggalkan Mentari dan Wida. Panas kota solo di pertengahan tahun memang cukup merepotkan, meski tidak sepanas kota jakarta. Orang-orang malas untuk terus-terusan berdiri mematung dipinggiran jalan. Setiap bus kota yang datang disambut dengan kejar-kejaran dan desak-desakan antar penumpang. Tentu saja Mentari dan Wida selalu ketinggalan. Mereka tak bisa sembarangan melompat dan bergantungan. Bisa-bisa jilbab dan gamis panjang mereka akan jadi korban.
Satu jam berlalu, tak ada kemajuan. Mereka masih setia menunggu Bus antar kota yang akan membawanya ke kawasan Plasa Ambarukmo Jogyakarta. Namun langit berganti warna, panas berlalu tanpa sisa.  Hujan pun mulai turun.  Mentari dan Wida masih terjebak di halte.  Dalam lelah yang berkepanjangan. Mendadak….datang dua orang pemuda. Satu berambut gondrong. Satu lainnya beranting. Keduanya memakai baju khas orang kuliahan. Ada hasrat buruk tergambar dari kilatan mata mereka.
" Halo ceweek .. godain kita doong, dari kampus mana nih ? ", seorang dari mereka mulai menyapa dengan kedipan mata yang genit.
" Eh.. elo yang tadi orasi ya ? yang katanya nolak pornogafi ya ", tambah seorang lagi sambil menunjuk ke arah Mentari. Mentari dan Wida merasa terancam, mereka bergerak menjauh. Tapi dua pemuda itu masih berhasrat mendekat.

" Hei cewek, jangan munafik loo.. gue tahu loe punya pacar dan rutin kencan kan tiap malam minggu di kos-kosan.."
Muka Wida memerah dahsyat mendengar ocehan sang berandal. Jiwa petarungnya sebagai mantan atlit karate tak bisa membiarkan ini terjadi.
" Jangan sembarangan kalau bicara, kalian belum tahu berhadapan dengan siapa." Namun gertakan Wida berlalu begitu saja. Mereka malahan tambah nekat.
" Iya, apa gunanya pake jilbab kalau sudah tidak perawan lagi. Mending jilbabnya di copot saja …., sini biar gue yang copot kalau tidak mau " .
Sreeet !!! Jilbab Mentari menjadi sasaran ! Mereka menariknya dengan paksa. Mentari berusaha mempertahankannya.. " Tolooooong ! Rampook ! " Mentari berteriak meminta pertolongan. Tapi derasnya hujan meredam suaranya. Beberapa orang yang melihat dari jauh diam tak bergerak. Ketakutan.
Buuk ! Tendangan samping Wida tepat mengenai punggung seorang pemuda berandal. Ia sempat terhuyung beberapa saat. Seorang lagi masih menarik kuat jilbab yang dipakai Tari. Buuk ! Sreeet !.Terdengar dua  teriakan yang berbeda sumbernya. Satu teriakan dari pemuda berandal yang menarik jilbab tari. Ia terkena tendangan Wida tepat di titik kelemahannya. Satu teriakan lagi keluar dari mulut dan nurani Tari. Jilbab yang dikenakannya terlepas. Tetesan hujan membasahi rambutnya yang panjang.
" Tolooong …… !!! ", Mentari panik. Ia mendapati dirinya sangat asing dengan rambut yang terurai tanpa penutup. Ia merasa bagai terjebak di sarang penyamun yang haus tubuh wanita.  Wida segera menarik Tari menjauh dari halte itu. Kedua berandal masih sempat mengancam dalam kesakitannya. Beruntung, sebuah Taksi tepat berhenti di depan Tari dan Wida, memberikan tumpangan.
Malam pun menjelang dengan membawa seribu kesan menyakitkan dalam diri Tari. Hari itu begitu berat bagi seorang Tari. Demonstrasi yang melelahkan ditambah kejadian mengerikan di halte siang tadi. Mendadak Tari ingat Nana, sahabatnya yang juga ikut demonstrasi siang tadi. Mentari merenung dalam kesendirian di kamar kosnya …Ah, betapa beruntungnya kau Nana, ada yang menjaga dan memperhatikanmu karena engkau sudah bersuami.… Ucapnya dalam hati " Ya Allah, datangkanlah kepadaku seorang yang Kau janjikan untuk menemani dan meneguhkan hidupku.." Mentari pun tenggelam dalam doa-doa yang tak pernah bosan ia panjatkan.
--------------------------------------------------------------------------------
Asrama Pondok Putri. Pagi hari, tiga tahun yang lalu.


Pintu kamar Mentari di ketuk tiga kali. Sahabatnya, Wida, masuk memberi salam, keduanya berpelukan seolah lama tak bertemu.
 "  Subhanallah, my lovely Wida… bumi bagian mana yang tega menelanmu selepas wisuda Februari, tiga bulan yang lalu.. tak ada kabar, telpon atau surat ? ".
" Afwan Tari, aku pulang ke Bandung. Di sana ternyata banyak proyek yang harus kugarap. Tahu sendiri kan ? Papa memang dari dulu sudah nunggu lama kelulusanku. Beliau ingin aku menjadi manajer akuntan di perusahaannya. "
" its OK ukhti, tapi janji ya kamu nginep lama di sini… ada banyak cerita baru lho di kampus kita ".
" Justru itu Tari.. aku ke sini memang khusus untuk menemuimu. Aku ingin kau mengetahuinya langsung dariku, meski sebenarnya bisa saja kalau aku poskan  undangan ini dari Bandung.. ".
" Undangan ? Walimah maksudnya ? Subhanallah… akhirnya kau menikah juga Wida.Tadinya aku kira aku yang duluan.. selamat ya… mana undangannya  ? " Wida mengulurkan sebuah undangan berwarna merah muda. Indah dan berkesan bagi penerimanya.
Keduanya kembali berpelukan. Isak tangis mulai terdengar pelan. Bahagia dalam haru. " Maaf Tari… aku harus menikah terlebih dahulu. Aku takut jika terlalu larut dalam perusahaan nanti…aku bisa sibuk dan lupa nikah. Lucu ya kedengarannya ? tapi memang begitu kemarin nasehat orangtuaku di rumah. Nah, kamu sendiri gimana kuliahnya ? " Wajah mentari mendadak berubah muram.
" Yaah.. kamu tahu sendiri kan dengan Mr. Kosmo ( julukan untuk dosen paling killer dikampus ) ? Beliau tuh sangat teliti kalo pas ngoreksi. Tapi apapun, aku usahakan September ini aku udah angkat kaki dari kampus ini. Eh… tapi jangan lupa doain ya Wid..! ".
" Jelas dong… mau didoakan cepet wisuda atau cepet nikah ? " .
" Cepet Nikah dong !!! eh…  maksudku kalo bisa dua-duanya dapet gituu.. " .
" Iya non.. aku juga tak tega membiarkanmu menjadi bidadari ketinggalan kereta ! "
Buuk ! Serasa ucapan Wida yang terakhir bagai tendangan karatenya yang tepat mengenai ulu hati Mentari. Sakit memang, tapi Tari sadar sahabatnya itu hanya ingin memberikan motivasi padanya untuk tetap tegar ! Selepas kepergian Wida, Tari kembali merenung dalam kamar. Tangannya asyik membolak-balik undangan Wida. Ah..ini bukan yang pertama bagi Mentari. Bukan yang pertama kali Mentari ketinggalan kereta, seperti kata Wida. Seminggu yang lalu Dina, teman seangkatannya nikah dapat anak Medan.


 Bahkan sebulan yang lalu malahan si centil Tasya, adik kelasnya dua tingkat, sukses di lamar teman satu jurusannya ! Tari menghidupkan PC-nya yang setia menemani hari-hari kuliahnya selama lima tahun terakhir ini. Dibukanya sebuah file di program Corel Draw. Nampak di layar sebuah desain undangan pernikahan  yang anggun dan manis. Tertulis di dalamnya…
Menikah : MENTARI CANDRASARI bin H. RAHMAT  dengan .. MR. MOST WANTED !!! ! Mentari termenung berkaca-kaca. File itu sudah setahun lebih dibuka dan diedit, tanpa tahu kapan  akan diprint dan digunakan.
*******************
Rumah Mentari yang anggun , di sisi utara pulau jawa, dua tahun yang lampau.
Matahari pagi yang cerah menemani keluarga Mentari. Kemarin sore Tari, putri satu-satunya keluarga Haji Rahmat, baru saja datang dari Jakarta. Mereka berkumpul hangat di ruang keluarga.
Hari itu terasa istimewa bagi pak Rahmat, ayah Mentari, dan juga bagi ibunya. Tapi tidak bagi Mentari. ..ada seorang dari masa lalu yang tiba-tiba dibicarakan oleh bapak ibunya. Andri, teman sekolahnyanya saat SMU dulu, sepekan yang lalu menelpon Haji Rahmat. Tari penasaran meski ia tak merasa punya alasan untuk penasaran.
“ Bapak kenal Andri juga ya Pak ? “.
“ Oo.. bukan kenal lagi Tari, Bapaknya itu kan pak Joko toh ? Beliau dulu kawan Bapak semasa masih muda merantau di Jakarta. Kami sama-sama ngontrak rumah di Tanah Abang, sebelum akhirnya Bapak dipanggil kakekmu untuk nikah sama ibumu ini.. “ .
“ Lalu ? apa maksudnya seminggu yang lalu ia menelpon Bapak ?“.
“ Jadi begini… Nak Andri sudah mengutarakan niat baiknya untuk melamarmu. Dan pak Joko juga secara khusus sempat menyinggung masalah ini kemarin saat telepon.. Besok pagi Andri mau ke sini khusus untuk bertemu kamu… “
Wajah Tari berubah. Seolah tak percaya dengan pendengarannya.
“ Tapi Pak ? Tari kan belum tentu menerima…… “ .
“ Huss ! jangan membantah dulu… yang penting besok kau temui dia. Siapa tahu cocok…Bapak dan Ibu sebenarnya terserah kamu, tapi inget Tari.. usiamu sudah tidak muda lagi..Ibumu kemarin nangis karena ada tetangga yang ngomongin kamu calon perawan tua ! “.


Mentari diam. Mencoba untuk teguh meski hatinya tergugu. Dia tahu persis siapa Andri yang dulu. Meski lima tahun ia tidak ketemu, Mentari tidak yakin Andri berubah seperti yang diinginkannya.
Pagi menjelang dengan cahaya yang riang. Mencoba menyinari hati Tari yang masih bimbang. Di ruang depan, bapaknya masih sibuk dengan seorang tamu muda. Andri namanya. Pakaiannya perlente, khas eksekutif. Tumpangannya jauh dari yang Tari perkirakan. Kalau dulu saat sekolah, Andri hobby ganti-ganti motor sport yg bunyinya knalpotnya saja bisa membangunkan orang satu RT. Tapi kini sebuah sedan metalik dengan anggun parkir di depan rumah Tari. Mobil Andri kah ? atau mobil orangtuanya ? Ah.. bagi Tari itu sama sekali tidak penting.
Hati Tari bergetar hebat, apalagi saat ayahnya memanggil, menyuruhnya bergabung di ruang tamu. Tari melangkah pelan. Dengan malu-malu ia tundukkan pandangan dan menuju keruang tamu. Ia merasa sorot mata Andri terarah lurus ke arahnya. Mencoba menelanjangai jilbab lebar dan jubah rapi yang dikenakannya.  Mendadak Tari merasa risih..…
“ Ini Tari ? waah.. sekarang pakai busana muslim ya ? Kapan pergi hajinya Tari ? bareng pak Rahmat ya ? “.
Pergi haji ? Apa hubungannya dengan kewajiban memakai jilbab ? Tapi Tari tidak merasa bingung. Andri masih seperti dulu. Tidak mengenal dan memahami Islam sama sekali.. Tari tambah risih saat Bapak minta ijin keluar sebentar, meninggalkan Tari dalam kungkungan rasa yang menakutkan. Ini khalwat ! bisiknya dalam hati. Yang ketiga adalah setan !
“ Ada perlu apa Andri ? Ada yang bisa di bantu ? “, sapa Tari dengan gaya yang tidak dibuat-buat. Pandangannya masih tertunduk. Tegas, tapi tidak ketus.
“  Hah ! Bapak dan Ibu tidak bilang sama kamu sebelumnya ? Aku datang untuk menyampaikan niat baik melamarmu Tari… kalau kamu berkenan, seminggu lagi keluargaku akan datang melamarmu.. bagaimana Tari, kau setuju kan ? kita akan menyambung kembali cerita dan kenangan cinta kita saat SMU dulu.. “.
Tari merasa terusik dengan kalimat terakhir Andri. Kali ini ia benar-benar muak. Kenangan masa lalu yang sedemikian lama telah terhapus, mencoba menghujam masuk kembali dalam diri Tari. Sejak tamat SMA Tari sudah bertekad mendalami islam secara kaffah. Tidak ada istilah pacaran dalam kamus hidup Tari semenjak itu.
“ Maaf Andri, aku bukan Tari yang dulu…kau salah datang kepadaku ..” Mata Andri melebar. Ia seperti tidak percaya Tari mengatakan hal seperti itu. Tari yang dulu selalu setia menemani hari-hari indahnya saat SMU. Kini dihadapannya bagai sosok asing yang tak pernah dikenalnya.
“ Tari !! aku datang kembali untukmu… lima tahun aku memendam cinta ini Tari…, ingatkah kau saat-saat indah kita dulu Tari…, Tari… bukankah dulu kita pernah berjanji sehidup semati, Tari, lupakah kau dengan semua itu… Tari…. “

“ Tidaaaaaaaaaak ! Kau tidak berubah Andri !Maaf, mungkin  kita tidak jodoh. Titik !! “ Tari bergegas masuk kembali ke ruang dalam. Meninggalkan Andri dalam keheranan yang panjang. Sementara Bapak ibu Tari saling berpandangan heran. Mereka berdua masih menyimpan beban. Kapan putri satu-satunya akan ke pelaminan ?
Tari menangis dalam kamar. Ia menangis bukan karena Andri. Ia sama sekali sudah melupakan masa lalunya yang kelam bersama Andri. Ia menangis, karena baru kali ini ada seorang yang datang untuk melamarnya. Baru kali ini. Tapi mengapa yang datang Andri ? Pacarnya di masa lalu. Seorang lelaki yang sama sekali tidak diharapkan dan tidak disangka-sangkanya.
 Mengapa bukan ustad Agus, Akhi Budi, Mas Hanafi, Pak Irvan, Fajar, Wisnu atau teman-teman lain yang aktif di kegiatan masjid ?.Mengapa bukan mereka-mereka yang hanif dan sholih yang datang? Sehingga Tari bisa semakin teguh mengarungi hidup ini ? Kemana mereka semua ? Kemanaaa ?  Tari berteriak dalam hati, menanti sebuah jawaban.
“ Yaa Allah, kemana hamba2MU yang lainnya yg sholeh ? Andri kah yang Engkau takdirkan menjadi jodoh hamba ? Hamba belum bisa menggali hikmah dibalik takdirMu ini yaa Raab, beri hamba kekuatan..” Rintih Tari dalam munajatnya.
***************************
“ Benarkah engkau jodoh yang telah di janjikan Allah kepadaku ? “ Kembali Mentari bertanya pada kertas bisu dihadapannya.  Dengan hati-hati dibukanya kertas itu pelan-pelan. Seolah didalamnya ada sesuatu yang sangat berharga. Mentari mendapati sebuah nama yang tidak asing baginya…. Agus Budiman. “ Ustad Agus ??? Benarkah ?? Subhanallah … “,
Tari memang harus terkejut. Tentu ia tidak mempunyai alasan untuk tidak menerima Ustad Agus. Ia seorang yang mempunyai pemahaman Islam yang sangat baik. Ia seorang ustad yang sangat terkenal di kalangan teman-temannya di kampus. Buah keikhlasannya dalam membina telah melahirkan banyak kader dakwah dari masjid kampusnya.  Sungguh ! Tari tak mempunyai alasan untuk menolaknya. Apalagi jika mengingat usianya yang sudah dua tahun melewati seperempat abad ! Juga tangisan ibunya terkasih yang selalu memintanya untuk segera bersanding di pelaminan..
Tapi…. Mendadak Tari tertegun. Ingatannya kembali menerawanag. Beberapa bayang wajah anggun mengitari benaknya. Ia mengingat beberapa seniornya di kampus yang belum menikah ; Mbak Rahma, Mbak Santi…dan juga Mbak Zaenab.  Mbak Rahma, pembimbing mentoringnya saat Tari belum berjilbab di tingkat satu. Usianya kini menjelang kepala tiga. Sudah dua tahun ini ia tidak banyak kelihatan. Sakit organ dalam membuatnya harus banyak beristirahat di rumah.
Lain lagi dengan Mbak Santi, dua tingkat di atasnya dulu di kampus. Sekarang sibuk bekerja di perusahaan konveksi, dari pagi sampai sore.


Sesekali saat libur, masih sempat untuk diminta mengisi kajian muslimah di kampus. Mbak Santi memang harus kerja keras mencari nafkah. Ia anak sulung dari delapan bersaudara. Ayahnya sudah tiada sementara ibunya sudah cukup renta untuk bekerja. Mbak Santi adalah tulang punggung di keluarganya.
Cerita tentang Mbak Zaenab lebih memilukan. Suaminya, almarhum ustad Ahmad, meninggal tertembak saat dikirim untuk berdakwah di daerah konflik Ambon.  Ia meninggalkan dua putri yang masih sangat lucu-lucu, Hana dan Aisyah.  Aktifitasnya sekarang menjadi pengajar SD Inpres, untuk mencukupi kebutuhan hidup dua putri kecilnya.
Perlahan-lahan mata Tari berkaca-kaca. Air matanya mengambang tenang. Bayang-bayang wajah ketiga seniornya menari-nari dihadapannya. Mengapa bukan mereka yang dilamar ustad Agus ? Mengapaa ? Mereka jauh lebih berhak dan membutuhkan daripada aku … Tililliiiiiit…..Tililiiiiit .. deringan HP memecah kesunyian lamunan Tari. Suara bijak dan salam akrab Ummi Farah terdengar dari seberang. “ Bagaimana ukhti Tari ? bersedia bukan ? Beliau siap kapan saja  bertemu untuk ta’aruf ..” “ Engg…..begini Mi,  mungkin saya perlu istikharoh dulu.Mungkin seminggu lagi saya baru bisa ambil keputusan… “ “ Baiklah… saya tunggu ya, dan semoga Allah memberi kemudahan..” Suara salam penutup terdengar dari arah seberang. Pembicaraan telah selesai. Namun bayang-bayang Mbak Rahma, Santi, dan Mbak Zaenab masih setia mengiringi langkah Tari.
*****************************
Dua bulan berlalu. Hari yang bahagia. Suasana walimah yang meriah namun  terjaga nuansa kesyahduannya. Tamu laki-laki duduk terpisah dari tamu perempuan. Terdengar aluanan nasyid pernikahan menggetarkan hati pendengar lajangnya.
Tari duduk anggun berseri-seri. Jilbab dan bajunya yang rapi menambah suasana hatinya yang lega dan tenang. Dengan perlahan Tari melangkah, menemui seorang wanita yang jadi pusat perhatian para tamu sedari tadi. Di sisi wanita itu ada dua putri cantik yang masih kecil-kecil. Tari menyalami haru wanita tersebut. Keduanya berpelukan.
“ Mbak Zaenab, Barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jama’a bainakuma fi khoiriin… selamat ya Mbak  semoga bahagia dan berkah menyertai keluarga baru Mbak..”.
“ Jazakillah khoiron ya dik, semoga dik Tari juga cepat menyusul ya..Nanti saya minta mas Agus mencarikan khusus buat dik Tari ya.. beliau kan punya kenalan banyak.. “.
“ Amiin… doanya ya Mbak..Tari tunggu lho janjinya.hehe...” .
“Insya Allahdek Tari…. “


Lega dalam rasa bahagia dan syukur yang terpanjatkan. Tari berpamitan dan melangkah pulang. Mencoba merenda hari-hari penantian yang baru. Jiwanya tenang. Tidak ada penyesalan. Ia ingat persis, saat selesai sholat istikharoh dulu, yang muncul  selalu saja bayang-bayang Mbak Rahma, Mbak Santi, dan Mbak Zaenab. Wajah ustad Agus tak pernah terlintas dalam malam-malam istikharohnya.
Kini dalam hari-hari penantiannya, Tari yakin, ia tidak sendiri. Sebagaimana juga ia yakin, akan ada sesosok laki-laki hanif yang akan menyapanya dengan cinta. Entah satu bulan lagi, dua bulan, satu tahun, atau entah saat senja nanti. Ia yakin Allah telah menjanjikan  sebuah cinta yang akan datang menyapanya.
“ Ya Allah, datangkanlah kepadaku seseorang yang akan meneguhkanku dalam hidup ini, dan berikan kesempatan kepadaku untuk berbakti kepadanya, melahirkan dan merawat anak-anaknya untuk menjadi anak sholih dan sholihah. Agar saat kami telah renta atau telah tiada,  akan ada mereka yang senantiasa mendoakan kami berdua“.
Kembali Tari teringat janji Allah dalam firmanNya:” Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (QS An Nur:26).
Janji Allah itulah yang selalu meneguhkan hati Tari. Sedikitpun ia tidak pernah ragu akan kebenaran janji Allah. FirmanNya adalah benar dan janjiNya juga pasti benar.. !
“ Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka aku tidak akan meminta disegerakan datangnya. Biarlah masa depanku datang dgn sendirinya. Allah lebih tahu yang terbaik untukku menurutNya, bukan yang terbaik menurutku. Saat ini aku memang masih sendiri, itu karena Allah masih mengujiku sampai dimana kesabaranku. Lebih jauh lagi diriku masih dibutuhkan oleh teman2 kampus untuk melanjutkan dakwah ini...” Hibur hati Tari menenangkan diri. Sebuah keyakinan yg menancap kuat dalam sanubarinya. Suatu keyakinan kepada janji Allah yg tidak akan runtuh sampai kapanpun. Suatu keyakinan yg dia pegang seyakin-yakinnya.
----------------------------------------------------
2 tahun kemudian..
Umur Tari sudah hampir mendekati kepala tiga. Ayah ibunya tiap hari dirundung kesedihan atas nasib dirinya yg tidak juga menikah. Tapi keajaiban Allah selalu menyertai hamba2Nya yang sabar dan tawadhu’ dijalanNya. Sekali lagi Allah menunjukkan kuasaNya.
Dengan perjuangan yg berdarah-darah dan tanpa lelah,akhirnya Tari diwisuda untuk gelar Master di jurusan Syariah di kampusnya. Seminggu setelah wisuda S2 nya, Tari dilamar kembali oleh Andri untuk kedua kalinya.

Kali ini ia datang tanpa sedan mewah miliknya dulu. Ia datang dengan sepeda motor saja, dan tanpa orang tuanya. Busananya juga berbeda. Ia memakai baju koko dengan bordiran yang sangat indah, dipadu dengan sebuah peci putih di kepala dan celana panjang sedikit diatas mata kaki dari bahan kain halus. Sedikit jenggot tipis tumbuh dibawah dagunya. Wajahnya bersih dan kelihatan bersinar.
“ Tari, kali ini aku datang kepadamu bukan dengan membawa cinta kita yg dulu. Kali ini aku datang dengan cinta yg berbeda dari yg kita miliki waktu SMA. Kali ini aku datang atas nama cinta dari Allah yg telah memberi hidayah kepada diri ini yg dulu sempat jauh dari pangkuan tarbiyahNya. Aku datang kesini bermaksud melamarmu. Dulu engkau pernah berkata padaku bhwa cita2mu adalah engkau hanya mau dikitbah oleh seorang laki2 yg hafal alquran. Jika engkau berkenan, sekarang ini aku ingin mengkitbahmu dengan hafalan alquranku. Engkau bisa membuktikan itu sekarang juga..”
Tari hampir tidak percaya dengan apa yg barusan ia dengar. 2 tahun baginya adalah waktu yg singkat sejak lamaran andri ditolaknya. 2 tahun juga bukan waktu yg singkat bagi seseorg utk menghafal alquran. Tapi kini andri datang melamarnya dengan hafalan alqurannya...??
“Yaa Allah, mukjizat apa yg KAU tunjukkan dihadapanku ini..?” batin Tari dalam hati.
Tapi ketika sekilas ia beranikan menatap paras andri dan kesriusannya, entah kekuatan dari mana yg masuk kedalam hatinya bahwa ia justru yakin seyakin-yakinnya andri-lah kini yg memang ditakdirkan Allah untuknya. Tapi dia bukan andri yang dulu, melainkan andri yg telah berubah menjadi sosok pemuda yg taat kepada Rabbnya.
Sore itu, sehabis sholat asar berjamaah di rumah Tari.. dia, ayahnya dan ibunya, menyimak setiap bait-bait lantunan ayat2 suci dari kitab cintaNya yg dilantunkan dari mulut andri dengan begitu indahnya. Subhanallah..andri benar-benar hafidz Qur’an. Allahu Akbar..tak henti2nya Tari dan keluarga mengucap kebesaran nama Ilahi.
Sore itu juga, lamaran andri diterima kedua orang tua Tari, dan Tari menerima kitbah andri dengan segala keiklasan dan kemantapan hati. Dan satu bulan berikutnya acara walimahan pernikahan antara Tari dan Andri mengejutkan sahabat2nya seperti Wida, Nana, mbak Zaenab, mbak santi dan mbak rahma pun tak ketinggalan dibikin surprise dengan berita pernikahan Tari.
Barakallahu laka wa baraka alaikuma wa jama’a bainakuma fi khoiriin…
-- Yaa Allah, aku meminta berikan aku hati yg sungguh2 mencintaiMU, berikan aku tangan yg dengannya aku mampu berdoa untuknya, dan bila akhirnya kita bersatu.. kuharap kami berdua dapat mengatakan betapa “Maha Besarnya ENGKAU” ,karena telah memberikan padaku mutiara berharga yg akan menyempurnakan separuh agamaku dan memenuhi sunah RasulMU --


Pesan yg ingin saya sampaikan cukup 1 kalimat : SABAR ITU BUAHNYA MANIS !



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/anugrah-cinta-untuk-mentari.html 

Gita Cinta Dari SMA

Pernah dengar istilah CINTA MONYET..?? Bukan cintanya sepasang monyet lho. Kalo itu yang kamu artikan berarti tak ada bedanya dong antara kita-kita ini dengan MO****..?? :D *kidding*
Maksud saya Cinta Monyet itu adalah cinta yang terjadi ketika kita masih dibalut busana seragam sekolah.
Sebetulnya saya pribadi kurang setuju dengan istilah “Cinta Monyet”  tersebut, yg sudah biasa dikatakan oleh mereka yg mengenal cinta ketika masih dibangku sekolah SMP atau SMU.


Tidak adakah istilah lain yg lebih bagus sebagai gantinya ? Dan terlepas dari istilah tersebut, ada seorang laki-laki, tepatnya adalah adik dari sahabat saya, pernah cerita kepada saya atau boleh dibilang curhat.
Dia masih duduk di bangku SMA kelas tiga. Ada seorang gadis yg pernah ditaksirnya ternyata mengecewakan hatinya. Ingatannya kepada si gadis mengakibatkan studinya terganggu. Sampai segala aktivitasnya sehari-hari ikut terganggu. Bahkan dia hampir down ketika nilai salah satu mata pelajaran favorit yg diikutinya ternyata jatuh, lantaran sering memikirkan si gadis. Maka pantaslah jika saya mengutip petuah Ibnu Qayyim al-Jauziyyah yg mengatakan: “Seorang pecinta adalah korban pembunuhan oleh orang yg dicintainya. Ia menjadi hamba yg tunduk dan hina di hadapan orang yg dicintainya”. Masyaallah, alangkah meruginya dirimu jika hal ini terjadi padamu sahabat.
Ya Allah, Engkau memang tidak pernah salah. Tujuan-MU melarang mendekati zina memang lebih banyak mengandung maslahat daripada mudharat. Engkau tidak akan pernah dzalim sedikitpun kepada hambaMU ya Rabb.
Ya, karena yakin, perasaan suka -- atau lebih dalam disebut cinta – antara seseorang kepada lawan jenisnya yg masih dibungkus seragam sekolah, biasanya hanya sekadar cinta monyet yg tiada keinginan kuat, apalagi keseriusan, untuk membingkainya kedalam sebuah ikatan pernikahan. Walaupun ada juga yg ketika masih SMP atau SMU sudah memiliki keinginan utk menikah, namun kasus seperti ini hanyalah satu diantara seribu.
Dan jika sudah begitu keadaannya, saya sarankan lebih baik lupakan saja dirinya. Lebih baik memfokuskan diri menggapai cita-cita yg belum terealisasi. Bukankah hal itu lebih realistis, lebih baik dan lebih menyenangkan daripada memikirkan dirinya yg belum tentu adalah jodoh yang Allah pilihkan untukmu..?
Kembali ke sahabat pelajar yang curhat tersebut. Alhasil, dia belum bisa menerima dan tidak puas dengan jawaban yg saya berikan. Seringnya mereka bertemu ( karena mereka satu sekolah ), menjadikannya sulit sekali untuk melupakan si gadis. "Ya begitulah cinta, memang sungguh menyiksa jika engkau menyikapi datangnya cinta yg memang belum saatnya ".
Karena itu bagi saya pribadi, cinta adalah sebuah pernikahan. Jujur saya katakan bahwa saya sendiri tidak tahu bagaimana rasanya berpacaran dan bagaimana indahnya sekaligus deritanya akibat dari cinta monyet tersebut. Karena sejak saya dibangku SMP, SMA, bahkan di perguruan tinggi belum pernah merasakan namanya pacaran dengan segala atribut indahnya yaitu cinta monyet tersebut.
Oleh karena itu, saya berpesan kepada adek-adekku..saudara dan saudariku yg masih berada di bangku sekolah, juga yg masih kuliah *karena masih ada satu dua anak kuliah yg sikapnya kayak anak SMA..:) * : Berhati-hatilah dengan cinta monyet !


Untuk menjadi pelajar ideal, bukanlah mereka yg dikerubuti banyak pacar, apalagi yg sampai banyak ‘Mewisuda’ para korbannya menjadi ‘Mantan Pacar’. Justru seorang pelajar ideal adalah mereka yang 'BERANI BERBEDA' dengan yg lain-lainnya. Saat yg lainnya mampu pacaran, dia mampu menahan dan lebih mementingkan menyelesaikan amanah yg ada dihadapan yaitu belajar. Berkreasi, berprestasi, dan perpotensi untuk berupaya mengoptimalkan potensi yg dia miliki.
HATI-HATI DENGAN SMS
Masih seringnya bertemu kembali dengan dirinya di sekolah, atau di suatu organisasi osis dengan dia yg pernah mengobrak-abrik pertahanan dinding hati, biasanya akan menjadi siksa batin yg teramat berat bila tidak disikapi dgn hati dan pikiran yg sehat. Walaupun sudah berkomitmen untuk melupakannya, namun tidak semudah kita mengucapkannya.
Jika engkau pernah merasakan cinta monyet ini, dan sudah merasakan pahitnya derita cinta model ini, dan jika tidak ingin terjerumus kedua kalinya, maka saya sarankan hati-hatilah dengan komunikasi dua arah yg menggunakan media digital atau SMS ini.
Perhatikanlah kasus berikut:
SMS 1.
Akhwat : “Akhi, bagaimana kabar antum? Kapan antum balik kesini?”
Ikhwan : “ Alhamdulillah saya sehat2 saja. Insya Allah senin depan saya kembali. Ukhti sendiri  sehat? Memang ada apa ya ukh ?”
Akhwat : “Alhamdulillah saya jg sehat2 saja, akh. Ya, tidak ada apa-apa. Cuma mau tanya saja, bgmn kelanjutan rapat kemarin. Kapan kita akan rapat lagi ya Akh?”
SMS 2.
Akhwat : “Assalamualaikum akh, kapan kita akan rapat lagi?”
Ikhwan : “Waalaikum salam, insa Allah senin depan bisa”.
Sekilas, kalau dilihat antara sms 1 dan sms 2 hanya berbeda jumlah kata dan tarif pulsa untuk sms. Namun, dari situlah sebenarnya kita patut waspada. Terkadang sms-sms itulah yg akan menjadi celah bagi setan untuk menebarkan kembali ranjau – ranjaunya.
“Akhi, bagaimana kabar antum? Kapan antum balik kesini?”, adalah sebuah ungkapan yg terkesan sederhana tapi menyimpan sejuta makna.


Terkesan seperti seseorang yg mengkhawatirkan keadaan kekasihnya. Padahal engkau sudah berniat melupakan dirinya, tp kenapa smsmu seperti sms seorang kekasih..?
Sungguh, kekuatan kata memiliki dampak yg luarbiasa. Engkau tidak perlu bertele-tele menanyakan hal tentang dirinya jika maksud sebenarnya hanya ingin bertanya kapan rapat berlangsung. Karena itu bila dengan 5 kata saja informasi sudah cukup jelas, kenapa harus dengan 8 atau 10 kata? Bukankah sisanya merupakan kemubaziran?
INGAT, setan sangat pandai mengubah yang jelas menjadi samar. Para setan durjana itu berjejer di ujung sinyal handphonemu. Sms yang engkau ketik memang berwarna hitam, tapi begitu sampai ke penerima, setan mengubah huruf smsnya menjadi 'MERAH JAMBU'. Itulah liciknya setan. Maka hati-hatilah dengan sms !
Tidak usah basa-basi, langsung saja dengan pertanyaa ke sasaran: “akh, kapan kita akan rapat lagi?”, bukankah itu sudah sangat jelas? Jadi tidak perlu dgn menanyakan dirinya jika memang engkau tidak mau terulang lagi dengan derita cinta monyet itu.
Bagaimana, engkau setuju…????
SILATURAHMI TANPA HENTI
Orang bilang anak kecil itu kalau sudah ngambek, lama sembuhnya. Padahal tidak selalu begitu. Sebetulnya yg mengambek lama itu justru orang dewasa dan orang tua. Kalau tidak percaya, coba saja lihat di sekelilingmu.
Misalkan dua anak kecil, namanya Ali dan Rudi, berkelahi memperebutkan sebuah mainan. Salah satu anak itu kemudian menangis. Biasanya, yg kemudian terjadi adalah permusuhan diantara kedua orang tuanya, kadang sampai berlarut-larut, apalagi kalau ada anak yg terluka. Maka ekspresi dan luapan kemarahan bisa lama bahkan berhari hari. Padahal beberapa jam kmudian setelah berkelahi, Ali dan Rudi sudah kembali tertawa ceria dan bermain bersama. Sejam lalu berkelahi, sejam kemudian sudah berkejar-kejaran.
Lalu, apa hubungan cerita Ali dan Rudi dengan derita cinta monyet yg pernah engkau dapatkan ? Sahabat, biasanya seseorang yg baru pertama kali jatuh cinta berkisar umur 14 tahun sampai 18 thn. Yaitu masa-masa pertama kali masuk jenjang SMP dan SMA. Jika salah seorang diantara mereka jatuh cinta dan kemudian patah hati, maka akan berlanjut sikap diam-diaman selama beberapa bulan, bahkan bertahun tahun. Tidak saling menegur, tidak saling menyapa, ketemu dijalan juga seolah-olah tidak melihat. Dan hal itu trjadi hanya karena mereka tidak bisa membingkai cinta monyet mereka selamanya.



Namun, apakah hanya karena ini silaturahmi harus terputus? Engkau malu bertemu dengan dia? Tiada tegur sapa berbulan-bulan hingga tiga turunan? Duh sahabatku, alangkah sempitnya engkau melihat dunia kalau begitu?
Karena itu jadikanlah cinta monyet itu sebuah pelajaran berharga, yang dapat engkau aplikasikan saat ini yaitu saat engkau sudah dewasa, sudah matang, dan sudah siap untuk menjemput pujaan baru.
Dan saya berharap semoga silaturahmi juga tidak akan terputus, dan engkaupun akan mampu berkata padanya: “Engkau tetap saudaraku. Engkau tetap sahabatku. Karena persahabatan dan persaudaraan yg kita bina bukan lantaran materi. Kita bersahabat, berteman dan bersaudara karena Allah. Dan tiada pernah terputus kecuali atas izin Allah”.
Jadi ketika engkau teringat masa-masa 'Gita Cinta Dari SMA' itu kembali hadir, jadikan itu sebagai pelajaran berharga disaat ini, saat engkau sudah dewasa dan matang, yang siap untuk menjemput pujaan baru dengan cara yang syari dan diridhoi Allah. Sehingga si dia yang pernah mengisi hari2mu dengan cinta monyet-nya itu akan terlupakan dengan sendirinya. Maka hilanglah sudah cinta haram yg datang sebelum waktunya tersebut. Dan tiada dendam, tiada sakit hati apalagi benci..!!!



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/gita-cinta-dari-sma.html 

Saudaraku, jangan Lebay yach?

Wahai anak adam (manusia) ambilah pakaianmu ketika hendak memasuki masjid (sholat), makan dan minumlah dan jangan engkau berlebih-lebihan, karena Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (QS al-A’raf : 31).
Sahabatku, hati-hati nich dengan kebiasaanmu yang lebay. Israf yang akrabnya kita sebut “Lebay” ini sesungguhnya penyakit hati yang merajalela dan berbahaya. Israf secara harfiyahnya adalah boros atau melebihi batas kebiasaan, atau bisa juga diartikan dengan melakukan segala sesuatu yang diluar kemampuan. Beberapa perbuatan israf yang dekat dengan kita tanpa kita sadari. Check this out :
  1. Makan dan Minum. Pola makan yang tidak baik memberi dampak yang tidak baik buat tubuh kita. Terlalu cepat atau kebiasaan menunda makan sama artinya  mengundang penyakit. Efeknya tentu ke diri kita sendiri. “Makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang”.
 Begitulah Rasul mengajarkan kita. Namun kita sebagai manusia biasa terkadang khilaf. Ketika melihat makanan enak tersaji di dapur khilaf juga jadinya tanpa baca doa, tanpa cuci tangan, dalam sekejap bersih semua makanannya. So, buat sahabatku, jangan lebay yach kalau lagi makan dan minum.
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesunggahnnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al A’raf: 31)
2. Lebay dalam berpakaian. “Haduch, zaman sekarang pakaian aneh-aneh saja, Basahan untuk mandi kok di pakai untuk nyanyi” Jangan heran sahabatku, begitulah emak ku tercinta berkomentar saat melihat artis yang pakaian rok nggak sampai lutut, terkadang baju punya adeknya di pakai. Pakaiannya memang nggak berlebihan, dasar pakaiannya kurang lagi ada. Tetapi maksud si pemakai yang Lebay, karena si pemakaiannya berniat mencari sensasi. Lebay juga kan jadinya?
3. Tempat tinggal, kendaraan dan gaya hidup yang lebay. Sekeluarga hanya ada 3 orang tapi pembantu 7, Rumah 2, Motor 5, mobil 2. Allahu Akbar. Tajir amat yach itu orang?!?!? Itu hanya misalkan, mudah-mudahan kita termasuk orang yang pandai mensyukuri nikmat Allah dan mengerti cara menggunakan harta di jalan Allah, selalu. Amiiiiin!  
“Hingga apabila Kami timpakan adzab kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong. Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami.” (Al Mu’minun: 64-65)
4. Lebay dalam berbicara. Nach, yang satu ini paling dekat dan amat dekat dengan kita terutama bagi kaum hawa. Hati-hati yach buat yang suka berbicara. Mulutmu harimaumu, dan diam adalah emas. Sahabat, engkau dan diriku adalah sama. Kita masih sama-sama belajar dan memperbaiki lisan kita. Selalu berusaha untuk melafaskan setiap ucapan yang baik dari mulut kita.
"Dan berikan kepada keluarga-keluarga terdekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang berada dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan harta-hartamu secara boros. Sesunggunya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan." (QS : Al Isro': 26-27).
Nach, sahabatku. Orang yang lebay atau israf adalah temannya syaitan. Maka berhati-hatilah. Jangan lebay lagi yach sahabatku. Upz, tapi ada juga Lebay yang sangat dicintai oleh Allah. Masih ingat kan dengan notes Nai yang kemarin. Tepat, Anda benar! Lebay dalam bersedekah. Allah mencintai bagi mereka yang lebay dalam bersedekah. So, galakkan terus berbagi rezeki buat orang disekitarmu. Ingat! Didalam hartamu terdapat juga hak mereka.
"Barang siapa yang membelanjakan seratus ribu dirham dalam ketaatan bukanlah israf, sebaliknya barang siapa yang membelanjakan satu dirham dalam kemaksiatan adalah israf. Dan siapa yang mencegah dirinya dari membelanjakan hartanya maka ia kikir (al-qatr)".
Dengan demikian, sedikit atau banyaknya harta yang dikeluarkan bukan menjadi ukuran penghamburan, melainkan dilihat dalam hal apa harta itu dibelanjakan.
 
 
 

Setiap Akhwat Itu Unik

Huhuhu…entah kenapa tiba2 terpikir oleh saya untuk menceritakan al Ukh yg begitu mempesona… Sejak pertama kali melihat, wuiii… dah kebayang, kaya’ gini ya calon bidadari surga tu… Seketika itu juga langsung berasa,  she’s “the one”…
Weiiitttsss.. jangan salah.. ! Bukan brarti saya dah beralih “orientasi”, nyadar bgt koq itu dilaknat Alloh.. Lagian, saya masih 100% NORMAL!!!
Cuma, ya itu dia… she’s sooo.. can’t find the right words to describe…
Bukan, bukan cantik secara fisik (gak bisa dipungkiri iya juga siy..) tapi lebih ke inner beauty dan attitudenya itu loh… yg akhwati banget!!!
Masalah “the one” tadi? Hihihi.. maksudnya the one that I wanted to be like…
Apalagi pas awal2 hijrah dulu, jadi terstigma… klo mau jadi akhwat sejati tu ya harusnya kaya’ gitu… dan jadilah al Ukh tersebut my role model..
But the big problem is, saya sama sekali gak seperti dia.. yg kalem, lembut, manis, cantik, tapi tetep punya semangat dan mobilitas tinggi dalam dakwah… bisa super ramah en full senyum kalo ma akhwat lain, yg gak dikenal sekalipun, tapi masang muka ketus plus agak judes klo berhadapan ma ikhwan…*emang gak segitunya kali yack..:) *
Huuuhhh… jadi, klo mencoba meng-compare gitu, wuiiihh gubrraaaaaakkzzz abissss deh pokoknya!!! Dan terasa semua yg saya lakuin tu salah karena gak sedikitpun sesuai dg apa yang dia lakuin… Sempat jadi mengalami semacam krisis identitas.. Karena saya sangat ingin jadi “manusia baru” yg lebih baik dari saya yang dulu, tapi… rasanya nyiksa banget dan menipu diri sendiri ketika berusaha jadi “seseorang yg lain” itu…
Dah sering banget siy, dibilangin, just be your self!! Apa enaknya jadi orang lain? Toh bersikap Islami bukan berarti membuang semua yg ada pada diri, kaan??!!
Tapi, tetep dalam hati bersikeras, klo mau jd akhwat beneran ya harus jadi kaya’ ukhti cantik itu!! Walo gak tau gimana caranya dan kapan bisa terealisasinya…

Sampai suatu ketika, gak tau kenapa, mungkin karena Alloh yg mengilhamkan.. saya melihat ukhti lain yg sangat berbeda dari ukhti yg saya maksud tadi (yg memenuhi kriteria akhwat ideal menurut saya) tapi dia tetap bisa terlihat begitu menarik dan memikat, dan gak bisa dibilang dia bukan akhwat sejati… padahal perbedaannya bisa dibilang 180 derajat!!
Hmmm.. setelah itu kemudian saya mencoba melihat ke sekeliling.. ternyata banyak sekali sisi cantik yg bisa dilihat dari seorang akhwat…entah kenapa tiba2 semua akhwat jadi terlihat cantik dimata saya.. baik itu yang lembut, yg keras, yg pendiam, yg cerewet, yg kalem, yg biyayakan, yg tenang, yg ekspresif, yg dewasa, yg manja, yg tomboy, bahkan yg centil sekalipun, jadi gak terlalu bermasalah di mata saya.. *hohoho.. yg terakhir ngomongin diri sendiri niy kaya’nya..:p*
Yah, sekarang sudah timbul kesadaran bagi saya, bahwa setiap manusia itu memang diciptakan berbeda, menurut karakter dan pembawaannya masing2… mengubah diri secara total hanya pada outer look, bukan itu essensi dari “hijrah”.. apa yg ada di dalam hati, itu yg jauh lebih penting…
Lagipula, perbedaan itu indah kan? Pelangi tak kan sempurna jika tak berwarna-warni..
Sekarang, tinggal bagaimana membingkai karakteristik masing2 pribadi agar sesuai dg ajaran yang Islami dan kemudian bersinergi untuk bekerjasama dalam membangun peradaban bangsa ini, agar lebih berkembang, maju, dan mendapat ridho Illahi…
Tentang ukhti cantik itu, ia masih terlihat amat cantik dimata saya.. masih sering terpesona ketika melihatnya.. tapi, sekarang ia punya banyak saingan… karena sekali lagi, setiap akhwat mempunyai sisi unik dan menarik yg membuat ia terlihat cantik… apalagi ketika kelebihannya itu digunakan untuk berjuang di jalan-Nya… wuuiiiiihhhhh…
Subhanalloh abis de pokoknya… Luar biasa cantik jadinya!!
Jadi siapapun anda ya ukhti, anda tetap cantik dan menarik bagi saya..selama anti berjalan dalam koridor Islam dan dalam rangka ketaatan perintahNya.. -senyum-
Once more, buat setiap ukhti di seluruh dunia….
I may not know you, but I know that I love you…
coz one thing that make us one, our Dinul Islam...
together we can always be strong and make our dreams come true..
so that one day we can see Islam rule the world again!!!


Message : remember, you can find your own inner beauty without being anyone else..
      —khususnya buat diri sendiri! ^_^ —



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/setiap-akhwat-itu-unik.html 

Bunda Dan Facebook…

Hari ini saya angkat tema tentang orang tua dan anak,,dan pengaruh lingkungan terhadap kewajiban kita sebagai orang tua dan calon orang tua..
“Iya, bunda sih, facebook-kan terus, bentar-bentar buka komputer, bentar-bentar facebook-kan, bunda tuh kurang perhatian sama anak-anak”, demikian celoteh Dion (6 tahun) pada ibunya.
Dengan sabar bunda menjawab : “Sabar nak, nanti bunda susul ke sekolah, dipakainya jam berapa Din?"
“Jam 8, bunda. Pagi-pagi begini toko mana ada yang buka?”, Dina menjawab setengah menangis.
“Sudah, sudah, bunda sibuk, jangan marah-marah dengan bunda seperti itu, bunda akan usahakan semua keperluan kamu sebelum jam 8 pagi, ayo semuanya berangkat sekolah, nanti terlambat.”, gusar bunda pada dina dan dion.
Hari itu menjadi hari yang memusingkan buat Bunda Dina karena dengan tergopoh-gopoh, beliau mencari semua yang diperlukan putrinya, memang sdmua salahnya, karena sibuk bekerja dan memikirkan agenda rapat yang hasrus dilaksanakan pada hari ini, maka dari kemarin sore hingga malam hari, bunda Dina membawa pekerjaan kantornya ke rumah dan alhasil semua pembicaraan anak-anaknya tidak mendapat tempat dalam memorinya. Bunda Dina hanya mengangguk saja ketika anaknya bertanya dan meminta apa-apa, sementara pikiran dan matanya sibuk dengan tuts-tuts handphone di tangannya, membahas semua pekerjaan kantor yang tak ada habisnya.
Dan semua bisa terlambat, bila bunda Dina tidak segera tanggap dan cepat, serta berkeras untuk tinggalkan semua pekerjaan kantor bila sampai di rumah, bila mau mendapatkan anak-anaknya tetap berkomunikasi dengannya, karena bisa saja sang anak akhirnya mencari kawan bicara yang mau mendengarkan semua keluhannya, semua ceritanya dan yang mampu memenuhi semua kebutuhannya untuk bicara, namun karena bunda sibuk dengan pekerjaan kantor yang dibawa pulang kerumah, akhirnya anak-anak berkesimpulan, “bunda sibuk! , dan tak mau bicara denganku. dan aku akan mencari kawan bicara diluar sana” (kalau boleh aku bisikan pada anak-anak itu, satu alinea saja: 'hati - hati nak, di luar banyak serigala berkulit domba yang akan menerkammu, bila kau salah mencari kawan bicara').



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/bunda-dan-facebook.html