Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Jumat, 23 Maret 2012

“ Maafkan Kami Yaa Rasululloh…”

Mungkin hanya kisah tentang tetesan air mata. Tapi ia begitu mulia karena dua hal. Pertama, mata orang yang menitikan air mata, dan kedua karena tempat di mana air mata itu jatuh. Air mata itu, adalah milik Abu Bakar R.A dan tempat jatuhnya air mata itu adalah wajah Rasululloh SAW. “ Seandainya aku bisa memiliki seorang kekasih, niscaya kekasihku adalah Abu Bakar “, begitu kedalaman perasaan Rasululloh SAW, kepada sahabatnya, Abu Bakar R.A Keduanya, hari itu sedang berada di sebuah gua pengap dan gelap, gua Tsur namanya. Sebuah gua yang menjadi tempat persinggahan sekaligus persembunyian mereka saat berhijrah dari Mekkah ke Madinah Al-Munawaroh.
          Abu Bakar sebenarnya sudah lebih dahulu memeriksa kondisi gua sebelum Rasululloh SAW masuk. Setelah dianggap cukup aman, Rasululloh pun masuk. Utusan Alloh itu lalu membaringkan tubuhnya di atas tanah, dengan kepalanya berbantalkan paha Abu Bakar R.A. Muncul ular pada salah satu lubang yang berdekatan pada kedua makhluk mulia itu. Abu Bakar Ashidiq jelas tak mungkin membiarkan ular itu keluar dan mematuk sang kekasih. Tanpa berpikir panjang, ia menutup lubang itu dengan kakinya. Abu Bakar Ashidiq meringis menahan sakit, karena akhirnya ular itu menggigit kakinya. Tapi ia tetap berusaha menahan sakit sekuat tenaga, hingga kakinya tetap tak bergerak. Detik demi detik selanjutnya, dalam hening, sekujur tubuhnya tersa panas karena bisa ular yang menjalar cepat. Abu Bakar merintih menahan sakit dan badannya gemetar. Ia menangis diam-diam. Rasa sakit itu pun akhirnya menitik satu demi satu. Tetesan air mata itulah yang kemudian jatuh kewajah Rasululloh SAW hingga ia terbangun dari terkejut.
          Inilah kisah tentang tetes-tetes air mata yang sangat mulia. Tetes-tetes air mata yang menjadi saksi atas gemuruh cinta yang tak mungkin lagi tertahan oleh rasa sakit yang begitu menggigit. Tetes-tetes air mata itulah sebenarnya makna lain dari luapan rasa cinta Abu Bakar R.A kepada sang utusan Alloh SWT. Barangkali, sang sahabat Khalil (kekasih) Rasululloh itu, ingin pula mengucapkan permohonan maaf, karena ia tak lagi kuat membendung air mata yang akhirnya jatuh mengenai wajah sang Rasul yang tengah beristirahat penat. Mungkin, sahabat yang bobot keimanannya disebutkan Rasululloh melebihi kadar keimanan seluruh penduduk bumi itu, ingin pula meminta maaf kepada Rasul Muhammad Ibnu Abdillah SAW, karena terjaga dan terkejut.
$0A           Peristiwa ini berlangsung di awal tahun hijriah ketika kami tengah mengalami banyak kenyataan yang makin menghentak kesadaran atas kemuliaan dan kesucian. Rasululloh SAW yang dinodai dan dinistai. Adakah titik air mata yang jatuh karena duka akibat tidak mampu memelihara kehormatan dan kemuliaan Rasululloh SAW. Sebagian kami bahkan masih sempat berada dalam tawa dan canda ditengah kehormatan dan kemuliaan sang Rasul terdera. Sebagian kami, masih belum terpaantuk sentimennya atas perilaku orang-orang yang begitu berani menodai kehormatan dan kemuliaan sang utusan Alloh SWT. Kami masih tenggelam dalam dunia yang begitu menguasai pikiran dan hati. Sementara ada banyak perilaku tak pantas melukai dan mengotori kemuliaan Rasululloh SAW yang seharusnya mampu menggetarkan hati. Maafkan kami ya Rasululloh…
          Kami mengerti, penodaan kesucian dan kemuliaanmu, bukan saja pada urusan gambar dan karikatur yang dianggap waajr karena kebebasan berpendapat oleh mereka yang memang bukan umatmu. Tapi justru sikap-sikap kami yang selama ini mempunyai andil untuk menodai dan mengotori kemuliaan dan kehormatanmu. Kondisi kami yang tidak meneladanimu dalam beribadah, dalam menilai, dalam menjalani kehidupan, dalam mengatasi permasalahan hidup, dalam seluruh sikap dan cara hidup kami, secara sadar maupun tidak sdar berarti mengurangi kemuliaan dan kesuciaanmu. Sikap kami yang tidak banyak membaca daan merenungi sirah/sejarah seperti melengkapi kekurangan dan perjuangan dakwahmu.
 Perilaku kami yang tidak banyak mengajak dan menyebarluaskan ajaranmu. Semuanya, kerendahan kami dihadapan keagungan hidupmu.
          Ya Rasululloh… Inilah kami, sekian abad dari masamu, dalam tubuh ringkih yang penuh dosa, dengan lidah kelu yang tercemari dusta, dengan mata dan telinga, kaki dan tangan yang banyak kami gunakan untuk kelalaian. Kami beranikan diri menyerumu. Maafkan kami ya Rasululloh… Ini bukan permohonan maaf yang berisi kepasrahan. Tapi permohonan maaf yang sejatinya semakin mendekatkan kejauhan kami pada kemuliaanmu. Permohonan maaf yang menjadi titik tolak kami untuk lebih mengenalmu, mencintaimu, mengikutimu, dan membelamu dengan apapun yang kami punya dan miliki. Maafkan kami ya Rasululloh… Sekian, Semoga risalah ini dapat bermanfaat bagi umat Islam, Fastabiqul Khairot, Nuun Walqolami’ Wama’a Yasthurun,  Wallohu’ Ta’ala a’lam bish Showab. Washallallaahu’ ala nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahhbihi wa sallam. Wallahamdulillahi Rabbil’ Alamien.



http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/maafkan-kami-yaa-rasululloh.html

Remaja Tahun Baru, Muhasabah Yuk!

Tahun baru Hijriyah, lebih sepi pastinya daripada perayaan tahun baru Masehi. Parahnya lagi, tahun baru Hijriyah ini biasanya bertepatan dengan tahun baru Jawa alias Suro. Parah kenapa? Perayaannya itu loh yang bikin nyesek dada karena seperti kebiasaan orang Jawa yang suka klenik dan khurafat, biasanya mereka melakukan ritual yang menjurus pada syirik.
Di beberapa daerah, tahun baru Hijriyah yang bertepatan dengan Suro-an ini diperingati dengan mendatangi pohon tertentu dan duduk di bawahnya sepanjang malam. Ada juga yang larung sesaji dengan menyembelih kerbau dan membuang kepalanya ke laut selatan. Bahkan di rumah-rumah, mereka pada mandi kembang tepat di pergantian tahun menuju 1 Muharram atau 1 Suro. Duh…ajaran siapa lagi nih?
Islam tak pernah mengajarkan semua amal di atas. Sebaliknya, semua perilaku itu malah menjurus pada kesyirikan yaitu menyekutukan Allah dengan yang lain. Seharusnya momen tahun baru Hijriyah digunakan sebagai sarana untuk introspeksi ke dalam diri. Sudah sejauh mana perjalanan dien mulia ini dengan tonggak Hijrah sebagai titik tolaknya. Ternyata, kondisi umat ini sungguh memprihatinkan.
....Seharusnya momen tahun baru Hijriyah digunakan sebagai sarana untuk introspeksi ke dalam diri. Sudah sejauh mana perjalanan dien mulia ini dengan tonggak Hijrah sebagai titik tolaknya....
Tak usah muluk-muluk berbicara yang lain. Kita fokuskan saja berbicara tentang remaja, dunia dan permasalahannya. Remaja muslim saat ini berada di persimpangan. Di satu pihak mereka mengaku beragama Islam, tapi di pihak lain kelakuan sama sekali tak mencerminkan sebagai seorang muslim. Laki-lakinya banyak yang menghabiskan waktu di diskotek daripada di masjid atau majelis ilmu. Muslimahnya apalagi, banyak yang umbar aurat demi gengsi dan sedikit harta dunia.
Padahal kalau kita mau bercermin terhadap kualitas remaja di masa kejayaan Islam sehingga akhirnya symbol Hijrah dipake, perbedaannya bagaikan langit dan bumi. Yang namanya Ali bin Abi Thalib, remaja bahkan bisa dibilang masih anak kecil sudah mempunyai kualitas diri oke untuk memilih Islam sebagai jalan hidup. Begitu juga dengan Aisyah yang sudah terlihat cerdas dan cemerlang sejak remajanya. Generasi selanjutnya tak kalah hebat.
Yang namanya Ibnu Sina, di usia 10 tahun sudah hafal Qur’an, menguasai ilmu sastra, tasawuf dan geometri. Belum genap 16 tahun usianya, ia sudah ahli di bidang kedokteran dan mengobati banyak pasien. Subhanallah. Bandingkan dengan kualitas remaja masa kini yang di usia segitu pastilah waktunya habis untuk hura-hura saja. Tapi itu tidak semua. Masih ada kok remaja yang salih dan rajin dalam menimba ilmu demi masa depan dunia dan akhiratnya.
....Remaja muslim yang berkualitas pastilah tak kan mudah terseret arus rusak bernama jahiliyah tapi dibungkus istilah modern. Remaja muslim oke pastilah menyandarkan semuanya menurut apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya....
Remaja muslim yang berkualitas pastilah tak kan mudah terseret arus rusak bernama jahiliyah tapi dibungkus istilah modern. Remaja muslim oke pastilah menyandarkan semuanya menurut apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Apalagi di tahun baru ini, seharusnya menjadi ajang untuk bermuhasabah/introspeksi tentang amal perbuatan diri sendiri, masyarakat dan negeri ini. Sejauh mana ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya menjadi prioritas dalam hidup, dan bukan sekadar mengejar kesenangan duniawi semata.
Ingat, sudah puluhan tahun lamanya kita hidup dalam aturan jahiliyah. Saatnya kamu, kita semua sebagai pemuda menjadi pelopor dan penggerak kebangkitan menandai tahun baru Hijriyah agar tidak sia-sia. Semoga dalam waktu dekat kebangkitan Islam yang kita rindukan itu segera terwujud sehingga tahun baru Hijriyah berikutnya kita sudah bisa merasakan nikmatnya hidup dalam naungan Islam. Insya Allah ^_^



http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/remaja-tahun-baru-muhasabah-yuk.html

“ Nabi Muhammad Shallallahu’ Alaihi wa Sallam Sang Idola Dan Panutan Ummat Islam Yang Patut Di Teladani “

  Waktu itu bertepatan dengan tanggal 12 Rabi’ul Awwal di tahun Gajah. Tiba-tiba… bergetarlah tiang-tiang istana kerajaan Kisra di Iran yang merupakan sarang kemusyrikan, begitu hebatnya goncangan itu mengakibatkan runtuhnya 14 tiang penyanggah dan tiba-tiba padamlah api yang selama bertahun-tahun disembah-sembah oleh orang-orang Majusi (penyembah api). Semua orang bertanya, ada apa gerangan?... bencana apakah ini…?
            Ternyata waktu itu lahirlah nun jauh di kota Makkah, seorang bayi yang kelak akan menjadi nabi terakhir, pelita ummat, pemimpin besar, pembela kebenaran, penumpas kemusyrikan dan penegak agama Alloh Azza wa Jalla yang suci… Siapakah gerangan…?
Dialah Muhammad yang kelak akan menjadi saksi bagi seluruh manusia di hari kiamat. Dengan runtuhnya tiang-tiang di istana kemusyrikan dan padamlah api itu, menandakan bahwa Alloh Azza wa Jalla akan menghancurkan kemusyrikan di muka bumi ini, agar manusia kembali ke jalan yang benar…
            Nabi Muhammad lahir dari seorang ibu yang bernama Aminah dan bapaknya bernama Abdillah. Sejak lahir telah banyak tanda-tanda yang diberikan Alloh kepadanya dan yang paling menakjubkan adalah ketika dibelah dadanya oleh Malaikat Jibril dan dibersihkan hatinya dari segala macam kotoran. Muhammad terus beranjak dewasa… semua orang Makkah menghormati dan menyeganinya karena beliau terkenal sebagai orang yang berakhlak mulia, tidak pernah menyakiti orang lain, bijaksana, adil dan mampu menjadi penengah apabila ada dua kabilah yang saling bermusuhan.
            Pada usianya yang ke 40 tahun terjadilah peristiwa besar, yaitu turunya wahyu pertama ketika beliau sedang menyendiri di Gua Hiro, karena tidak tahan dengan keadaan kaumnya yang telah rusak moralnya. Nah… sejak saat itulah beliau diutus menjadi Nabi dan Rasul Alloh Azza wa Jalla. Mulailah Nabi Muhammad menyebarkan ajaran suci itu secara sembunyi-sembunyi. Yang pertama kali menerima ajarannya adalah isteri beliau yang senantiasa  berada disampingnya yang membela dan setia menemani beliau, dialah Khodijah. Kemudian beliau ajarkan pula kepada orang-orang yang terdekat dan terus…terus… beliau dakwah tak kenal lelah, menyeru ummatnya kepada kebenaran dan menjauhi kebatilan sampai lahirlah dari hasil didikan beliau itu orang-orang yang tangguh dan tegar bagai batu karang dan tegak bagaikan gunung yang siapa membela agama Alloh dan menghancurkan kebatilan… rela mengorbankan harta bahkan nyawa untuk sang Pencipta. Lihatlah Abu Bakar As-Shidiq, Umar bin Khoththob, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Tholib dan masih banyak para shahabat beliau yang telah menggoreskan tinta emas dalam menegakkan agama Alloh ini (Islam-red).
            Wahai… alangkah hebatnya kepemimpinan beliau ini sehingga bisa mendidik dan melahirkan generasi-generasi mulia yang merupakan suri tauladan bagi kita semua sebagai ummatnya. Kemudian saudara-saudaraku Muslim dan Muslimah yang dicintai karena Alloh… tepat diusianya yang ke-63, terbaringlah tubuh beliau yang mulia itu karena sakit… dan beliau sadar bahwa malaikat maut akan menjemputnya untuk kembali menghadap Pencipta alam ini. Di akhir hayatnya beliau tidak meninggalkan sesuatupun kecuali Al-Qur’an dan Sunnahnya yang masih terpelihara sampai hari ini, dan beliau berpesan kepada kita agar senantiasa berpegang teguh dengan keduanya agar kita selamat di dunia dan di akhirat. Kemudian datanglah Malaikat maut… dan saat itu kembalilah ruh beliau yang mulia itu kepada Alloh yang Maha Tinggi. Dan perlu diingatkan idola dan panutan umat Islam yang hakiki adalah Rasululloh Muhammad Shallallahu’ Alaihi wa Sallam bukan selain beliau misalkan Ustadz, Kyai, Syaikh, Habib, Guru, Dosen, Artis, Pejabat, dan semisalnya karena sesungguhnya Rasulullohlah idola dan panutan umat Islam yang patut dijadikan suri tauladan umat Islam dan umat lainnya. Wallohu’ Ta’ala Alam bish Showab.
 
Hal ini sebagai bukti ketaatan kita kepada Alloh SWT dalam firman-Nya yang mulia: Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. {QS. Al-Ahzab (33): 59 juga lihat buku Menjadi Mutiara Terindah “ Fikih “ Kode Etik Muslimah Seputar Adab dan Thaarah, Penulis: Syaikh Abdullah bin Ibrahim                          Al-Jarulloh Hafidzhahulloh, Hal: 29, Terbitan: Pustaka Arafah, Solo-Jawa Tengah, November 2004)}.
Wahai ibunda atau calon ibu, hendaknya berdo’a kepada Alloh SWT merupakan senjata ibu dalam mengarungi kehidupan ini, dan bergembiralah dengan akan datangnya kebaikan, karena Dia telah menjanjikan kita dengan firman-Nya: “ Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina". {QS. Al-Mukmin (40): 60}. Hanya kepada Alloh kami memohon agar menjaga ibu dan calon ibu dengan penjagaan-Nya, membahagiakan ibu dan calon ibu di dunia dan akhirat, dan mengumpulkan kami, ibu-ibu kami, bapak-bapak kami, dan seluruh kaum muslimin dan muslimat dalam syurga-Nya. Sesungguhnya Rabb kami Maha Dekat, Maha Mengabulkan dan Mendengarkan Do’a. Sekian semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi Umat Islam khususnya kaum Muslimah dimanapun anda berada. Alloh Al-Musta’an. Wallohu Ta’ala A’lam bishowab.
 
Tinggal dinegeri mereka dan tidak mau berpindah ke negeri kaum Muslimin
Oleh karena itu, Alloh Azza wa Jalla menyuruh kaum Muslimin hijrah ke negeri saudaranya ketika mampu, dan melarang tetap terus tinggal disana kecuali jika tidak mampu. Alloh  Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Alloh itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali “. (Terjemah QS. An-Nisaa’: 97). Diperbolehkan juga tinggal di negeri orang-orang Kafir jika bertujuan untuk dakwah (mensyi’arkan Agama Islam).
Bersafar (berpergian) ke negeri kaum Kafir hanya semata-mata untuk bersenang-senang atau tamasya
Fadhilatush Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahulloh berkata: “ Safar ke negeri orang Kafir tidak boleh kecuali jika terpenuhi tiga syarat: Pertama,  Dia memiliki ilmu yang bisa menangkal syubhat (tipu daya pemikiran orang-orang kafir) yang datang, Kedua, Dia memiliki agama yang kuat yang bisa menjaganya dari berbagai syahwat. Ketiga, Dibutuhkan. “ Yakni dibutuhkan untuk pergi ke sana seperti untuk berobat, mempelajari tekhnologi untuk kemajuan kaum Muslimin, berdagang, dsb) “, Demikian juga boleh bersafar ke negeri mereka dengan tujuan Dakwah.
Membantu mereka memerangi kaum Muslimin
Perbuatan ini termasuk pembatal-pembatal keIslaman -Wal ‘iyadz billah-.
Meminta bantuan kepada mereka, mempercayakan urusan kepada mereka dan memberikan mereka (orang-orang Kafir) jabatan yang di sana terdapat rahasia kaum Muslimin serta menjadikan mereka teman akrab dan sebagai anggota musyawarah yang dimintai pendapatnya
Menggunakan Kalender mereka dengan meninggalkan Kalender kaum Muslim
Berpartisipasi dengan orang-orang Kafir dalam upacara mereka atau membantu mereka mengadakannya atau bahkan mengucapkan selamat kepada mereka atau menghadiri acara tersebut
Termasuk contoh dalam hal ini adalah mengucapkan “ Selamat Natal “. Ini adalah Haram. Karena mengucapkan selamat natal sama saja ia tidak mengingkari, bahkan menyetujui upacara tersebut yang mana didalamnya terdapat syirik. Bukankah kita dilarang mengatakan kepada orang yang meminum minuman keras, “ Selamat meminum minuman keras “. Apalagi dalam hal ini yang mana dosanya (yakni syirik) melebihi meminum minuman keras.
Membantu mereka atau menjunjung tinggi peradaban mereka serta kagum dengan akhlak dan kepintaran mereka tanpa melihat kepada keyakian mereka yang rusak dan agama mereka yang batil lagi sesat
Menamai anak dengan nama-nama mereka
Misalnya menamai dengan nama George, Yuli, Petrus, Diana, Suzan, Nadia, dsb. Meninggalkan nama-nama Islami (seperti Abdullah atau Abdurrahman, Mujahidin, Jundi, dsb untuk yang laki-laki sedangkan perempuan seperti Aisyah, Khadijah, Fatimah, dsb) dan nama-nama kaum Muslimin.
Memintakan ampun dan rahmat untuk mereka
Alloh Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman: “ Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam “. (Terjemah QS. At-Taubah: 113). Diharamkannya memberikan wala’ kepada orang-orang Kafir bukanlah berarti diharamkan juga bermua’amalah dengan mereka, mengimpor barang-barang yang didatangkn dari mereka, menggunakan alat-alat buatan mereka, dsb. Bukankan Nabi Shallallahu’ Alaihi wa Sallam pernah menyewa orang Kafir yang bernama Ibnu Quraith untuk menujukkan jalan menuju Madinah dan pernah membeli kambing milik salah satu yang musyrik? “. Ibnu Baththal mengatakan: “ Bermua’amalah dengan orang Kafir adalah boleh kecuali jual beli yang (jelas-jelas –pent) membantu orang-orang Kafir memerangi kaum Muslimin “. Contohnya menjual perlengkapan perang dan persenjataan kepada orang-orang Kafir.
Penggolongan dalam masalah Wala’ dan Bara’
            Dalam masalah wala’ dan bara’, terbagi menjadi tiga golongan: Golongan pertama, Orang-orang yang diberikan kecintaan (wala’) murni tanpa dimusuhi sama sekali. Mereka adalah kaum Mukmin yang bersih dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Golongan kedua, Orang-orang yang dibenci dan dimusuhi murni tanpa ada rasa cinta dan wala’. Mereka adalah kaum Kafir, orang-orang Musyrik, orang-orang Munafik, orang-orang Murtad dan orang-orang atheis dengan berbagai ragamnya, serta orang-orang Liberal/Pluralisme. Lihat QS. An-Nisaa’: 150-151, Golongan ketiga, Orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lain. Mereka adalah kaum Mukmin yang berbuat Maksiat. Mencintai karena iman yang mereka miliki, dan membenci karena maksiatnya yang tingkatannya di bawah Kufur dan Syirik.    Sekian, Semoga risalah ini dapat bermanfaat bagi umat Islam, Fastabiqul Khairot, Nuun Walqolami’ Wama’a Yasthurun,  Wallohu’ Ta’ala a’lam bish Showab. Washallallaahu’ ala nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahhbihi wa sallam. Wallhamdulillahi Rabbil’ Alamien.
 
 

“ Seuntai Nasehat Bagi Ibunda Tercinta Dan Calon Ibu “

“ Seuntai Nasehat bagi Ibunda tercinta dan calon ibu “
            Untaian nasihat berharga ini dipersembahkan kepada setiap ibu atau calon ibu yang rela menjadikan Alloh SWT sebagai RabbNya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad SAW sebagai nabinya, yaitu sebuah nasihat yang diungkapkan dari dalam lubuk hati kami selaku anak-anakmu, wahai ibunda atau calon ibu, ketika kami sedang merenungi firman Alloh SWT: “ Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". {QS. Al-Isra’ (17): 23-24}.
            Kami, anakmu mengungkapkan baris-baris nasehat ini kepada orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik kamu, yaitu ibunda kami, Abu Hurairah R.A berkata bahwa ada seseorang datang menemui Rasululloh SAW dan bertanya kepadanya: “ Wahai Rasululloh, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku? “ Kemudian beliau Rasul menjawab: “ Ibu-mu “. Ia bertanya lagi: “ Kemudian siapa?”, beliau menjawab: “ Ibu-mu “, ia bertanya kembali:  “ Kemudian siapa?”, beliau menjawab: “ Ibu-mu “. Kemudian tanyanya lagi: “ Kemudian siapa?”, maka beliau menjawab: “ Bapakmu “. (HR. Bukhari dan Muslim). Wahai ibuku dan calon ibu, bagaimanakah kami harus mengungkapkan perasaan yang terpendam dalam hati ini? sesungguhnya tidak ada ungkapan lebih benar yang dapat kami temukan kecuali firman Alloh SWT:
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Rabbnku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". {QS. Al-Isra’ (17): 24}.
            Wahai ibunda atau calon ibu -Semoga Alloh SWT memberimu petunjuk- jadilah engkau seorang mukminah yang beriman kepada Alloh SWT semata dan para Rasul-Nya. Jadilah seorang yang rela menjadikan Alloh SWT sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad SAW sebagai nabi dan Rasul-Nya. Rasululloh Muhammad ibnu Abdillah SAW bersabda: “ Akan dapat merasakan nikmatnya iman seseorang yang rela menjadikan Alloh SWT sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad SAW sebagai Rasulnya “. (HR. Muslim). Ingatlah kepada Alloh SWT setiap saat, baik ibu atau calon ibu dalam keadaan sembunyi (sendirian) maupun terang-terangan.  “ Sesungguhnya bagi Alloh tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit . {QS. Ali-Imran’ (3): 5}. Wahai ibunda atau calon ibu, terangilah seluruh kehidupan ibu atau calon ibu dengan cahaya Al-Qur’aan dan Sunnah (Hadist) Rasululloh SAW, karena di dalam keduanya terdapat resep kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Dan hindarilah, wahai ibunda atau calon ibu, perbutan yang memperturutkan hawa nafsyu, karena Alloh SWT berfirman: Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?. {QS. Muhammad (47): 14}.
            Wahai ibunda atau calon ibu, jadilah suri teladan yang baik untuk anak-anak ibu, dan berhati-hatilah jangan sampai mereka melihat ibu atau calon ibu melakukan perbuatan yang menyimpang dari perintah Alloh SWT dan Rasul-Nya, karena jiwa anak-anak baiasanya banyak terpengaruh atau diwarnai oleh tingkah laku ibunya. Wahai ibunda atau calon ibu - semoga Alloh SWT senantiasa menjaga ibu dari segala kejahatan dan kejelekan - kami wasiatkan agar ibu memperhatikan anak-anak ibu dengan pendidikan Islam, karena mereka adalah kuncup-kuncup mekar sebai amanat dan tanggung jawab besar yang ibu emban, maka perihalah mereka dan berilah hak pembinaan mereka dengan pendidikan Islami. “ Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya “. {QS. Al-Mukminun (23): 8).
Rasululloh SAW bersabda: “ Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab terhadap yang dipimpinya “. (HR. Bukhari dan Muslim). Wahai ibunda atau calon ibu, jadilah anda suri teladan yang baik bagi putera-puteri ibu dalam keteguhan memakai hijab (jilbab) syar’i yang sempurna. Hal ini sebagai bukti ketaatan kita kepada Alloh SWT dalam firman-Nya yang mulia: Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang. {QS. Al-Ahzab (33): 59 juga lihat buku Menjadi Mutiara Terindah “ Fikih “ Kode Etik Muslimah Seputar Adab dan Thaarah, Penulis: Syaikh Abdullah bin Ibrahim                          Al-Jarulloh Hafidzhahulloh, Hal: 29, Terbitan: Pustaka Arafah, Solo-Jawa Tengah, November 2004)}.
Wahai ibunda atau calon ibu, hendaknya berdo’a kepada Alloh SWT merupakan senjata ibu dalam mengarungi kehidupan ini, dan bergembiralah dengan akan datangnya kebaikan, karena Dia telah menjanjikan kita dengan firman-Nya: “ Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina". {QS. Al-Mukmin (40): 60}. Hanya kepada Alloh kami memohon agar menjaga ibu dan calon ibu dengan penjagaan-Nya, membahagiakan ibu dan calon ibu di dunia dan akhirat, dan mengumpulkan kami, ibu-ibu kami, bapak-bapak kami, dan seluruh kaum muslimin dan muslimat dalam syurga-Nya. Sesungguhnya Rabb kami Maha Dekat, Maha Mengabulkan dan Mendengarkan Do’a. Sekian semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi Umat Islam khususnya kaum Muslimah dimanapun anda berada. Alloh Al-Musta’an. Wallohu Ta’ala A’lam bishowab.

Tinggal dinegeri mereka dan tidak mau berpindah ke negeri kaum Muslimin
Oleh karena itu, Alloh Azza wa Jalla menyuruh kaum Muslimin hijrah ke negeri saudaranya ketika mampu, dan melarang tetap terus tinggal disana kecuali jika tidak mampu. Alloh  Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Alloh itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali “. (Terjemah QS. An-Nisaa’: 97). Diperbolehkan juga tinggal di negeri orang-orang Kafir jika bertujuan untuk dakwah (mensyi’arkan Agama Islam).
Bersafar (berpergian) ke negeri kaum Kafir hanya semata-mata untuk bersenang-senang atau tamasya
Fadhilatush Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahulloh berkata: “ Safar ke negeri orang Kafir tidak boleh kecuali jika terpenuhi tiga syarat: Pertama,  Dia memiliki ilmu yang bisa menangkal syubhat (tipu daya pemikiran orang-orang kafir) yang datang, Kedua, Dia memiliki agama yang kuat yang bisa menjaganya dari berbagai syahwat. Ketiga, Dibutuhkan. “ Yakni dibutuhkan untuk pergi ke sana seperti untuk berobat, mempelajari tekhnologi untuk kemajuan kaum Muslimin, berdagang, dsb) “, Demikian juga boleh bersafar ke negeri mereka dengan tujuan Dakwah.
Membantu mereka memerangi kaum Muslimin
Perbuatan ini termasuk pembatal-pembatal keIslaman -Wal ‘iyadz billah-.
Meminta bantuan kepada mereka, mempercayakan urusan kepada mereka dan memberikan mereka (orang-orang Kafir) jabatan yang di sana terdapat rahasia kaum Muslimin serta menjadikan mereka teman akrab dan sebagai anggota musyawarah yang dimintai pendapatnya
Menggunakan Kalender mereka dengan meninggalkan Kalender kaum Muslim
Berpartisipasi dengan orang-orang Kafir dalam upacara mereka atau membantu mereka mengadakannya atau bahkan mengucapkan selamat kepada mereka atau menghadiri acara tersebut
Termasuk contoh dalam hal ini adalah mengucapkan “ Selamat Natal “. Ini adalah Haram. Karena mengucapkan selamat natal sama saja ia tidak mengingkari, bahkan menyetujui upacara tersebut yang mana didalamnya terdapat syirik. Bukankah kita dilarang mengatakan kepada orang yang meminum minuman keras, “ Selamat meminum minuman keras “. Apalagi dalam hal ini yang mana dosanya (yakni syirik) melebihi meminum minuman keras.
Membantu mereka atau menjunjung tinggi peradaban mereka serta kagum dengan akhlak dan kepintaran mereka tanpa melihat kepada keyakian mereka yang rusak dan agama mereka yang batil lagi sesat
Menamai anak dengan nama-nama mereka
Misalnya menamai dengan nama George, Yuli, Petrus, Diana, Suzan, Nadia, dsb. Meninggalkan nama-nama Islami (seperti Abdullah atau Abdurrahman, Mujahidin, Jundi, dsb untuk yang laki-laki sedangkan perempuan seperti Aisyah, Khadijah, Fatimah, dsb) dan nama-nama kaum Muslimin.
Memintakan ampun dan rahmat untuk mereka
Alloh Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman: “ Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam “. (Terjemah QS. At-Taubah: 113). Diharamkannya memberikan wala’ kepada orang-orang Kafir bukanlah berarti diharamkan juga bermua’amalah dengan mereka, mengimpor barang-barang yang didatangkn dari mereka, menggunakan alat-alat buatan mereka, dsb. Bukankan Nabi Shallallahu’ Alaihi wa Sallam pernah menyewa orang Kafir yang bernama Ibnu Quraith untuk menujukkan jalan menuju Madinah dan pernah membeli kambing milik salah satu yang musyrik? “. Ibnu Baththal mengatakan: “ Bermua’amalah dengan orang Kafir adalah boleh kecuali jual beli yang (jelas-jelas –pent) membantu orang-orang Kafir memerangi kaum Muslimin “. Contohnya menjual perlengkapan perang dan persenjataan kepada orang-orang Kafir.
Penggolongan dalam masalah Wala’ dan Bara’
            Dalam masalah wala’ dan bara’, terbagi menjadi tiga golongan: Golongan pertama, Orang-orang yang diberikan kecintaan (wala’) murni tanpa dimusuhi sama sekali. Mereka adalah kaum Mukmin yang bersih dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Golongan kedua, Orang-orang yang dibenci dan dimusuhi murni tanpa ada rasa cinta dan wala’. Mereka adalah kaum Kafir, orang-orang Musyrik, orang-orang Munafik, orang-orang Murtad dan orang-orang atheis dengan berbagai ragamnya, serta orang-orang Liberal/Pluralisme. Lihat QS. An-Nisaa’: 150-151, Golongan ketiga, Orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lain. Mereka adalah kaum Mukmin yang berbuat Maksiat. Mencintai karena iman yang mereka miliki, dan membenci karena maksiatnya yang tingkatannya di bawah Kufur dan Syirik.    Sekian, Semoga risalah ini dapat bermanfaat bagi umat Islam, Fastabiqul Khairot, Nuun Walqolami’ Wama’a Yasthurun,  Wallohu’ Ta’ala a’lam bish Showab. Washallallaahu’ ala nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahhbihi wa sallam. Wallhamdulillahi Rabbil’ Alamien.



http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/seuntai-nasehat-bagi-ibunda-tercinta.html

Untuk Mu Ukhty…

Apa kabar ukhty ? Hope u well and do take care… Allah selalu bersama kita
Ukhtiku… Masihkah menungguku…? Hm… menunggu, menanti atau whatever-lah yang sejenis dengan itu kata orang membosankan. Benarkah?! Menunggu… Hanya sedikit orang yang menganggapnya sebagai hal yang ‘istimewa’ Dan bagiku, menunggu adalah hal istimewa Karena banyak manfaat yang bisa dikerjakan dan yang diperoleh dari menunggu Membaca, menulis, diskusi ringan, atau hal lain yang bermanfaat
Menunggu bisa juga dimanfaatkan untuk mengagungkan-Nya, melihat fenomena kehidupan di sekitar tempat menunggu, atau sekadar merenungi kembali hal yang telah terlewati Eits, Banyak hal lain yang bisa kau lakukan saat menunggu Percayalah bahwa tak selamanya sendiri itu perih Ngejomblo itu nikmat, jenderal! Ups, itu judul tulisanku beberapa waktu lalu
Bahwa di masa penantian, kita sebenarnya bisa lebih produktif Mumpung waktu kita masih banyak luang Belum tersita dengan kehidupan rumah tangga Jadi waktu kita untuk mencerahkan ummat lebih banyak Karena permasalahan ummat saat ini pun makin banyak
Karenanya wahai bidadari dunia… Maklumilah bila sampai saat ini aku belum datang Bukan ku tak ingin, bukan ku tak mau, bukan ku menunda Tapi persoalan yang mendera bangsa ini kian banyak dan kian rumit Begitu banyak anak tak berdosa yang harus menderita karena busung lapar, kurang gizi, lumpuh layuh hingga muntaber Belum lagi satu per satu perpisahan dimana – mana.Ditambah lagi bencana demi bencana yang melanda negeri ini Meski saat ini hidup untuk diri sendiri pun rasanya masih sulit
Namun seperti seorang ustadz pernah mengatakan bahwa hidup untuk orang lain adalah sebuah kemuliaan Memberi di saat kita sedang sangat kesusahan adalah pemberian terbaik Bahwa kita belumlah hidup jika kita hanya hidup untuk diri sendiri
Ukhtiku… Di mana pun engkau sekarang, janganlah gundah, janganlah gelisah Telah kulihat wajahmu dan aku mengerti, betapa merindunya dirimu akan hadirnya diriku di dalam hari-harimu Percayalah padaku aku pun rindu akan hadirmu Aku akan datang, tapi mungkin tidak sekarang Karena jalan ini masih panjang Banyak hal yang menghadang Hatiku pun melagu dalam nada angan Seolah sedetik tiada tersisakan Resah hati tak mampu kuhindarkan Tentang sekelebat bayang, tentang sepenggal masa depan Karang asaku tiada ‘kan terkikis dari panjang jalan perjuangan, hanya karena sebuah kegelisahan Lebih baik mempersiapkan diri sebelum mengambil keputusan Keputusan besar untuk datang kepadamu
Ukhtiku… Jangan menangis, jangan bersedih, hapus keraguan di dalam hatimu Percayalah pada-Nya, Yang Maha Pemberi Cinta, bahwa ini hanya likuan hidup yang pasti berakhir Yakinlah…saat itu pasti ‘kan tiba Tak usah kau risau karena makin memudarnya kecantikanmu Karena kecantikan hati dan iman yang dicari Tak usah kau resah karena makin hilangnya aura keindahan luarmu Karena aura keimananlah yang utama Itulah auramu yang memancarkan cahaya syurga, merasuk dan menembus relung jiwa
Wahai perhiasan terindah… Hidupmu jangan kau pertaruhkan, hanya karena kau lelah menunggu. Apalagi hanya demi sebuah pernikahan. Karena pernikahan tak dibangun dalam sesaat, tapi ia bisa hancur dalam sedetik. Seperti Kota Iraq yang dibangun berpuluh tahun, tapi bisa hancur dalam waktu sekian hari. Jangan pernah merasa, hidup ini tak adil Kita tak akan pernah bisa mendapatkan semua yang kita inginkan dalam hidup
Pasrahkan inginmu sedalam qalbu, pada tahajjud malammu Bariskan harapmu sepenuh rindumu, pada istikharah di shalat malammu Pulanglah pada-Nya, ke dalam pelukan-Nya Jika memang kau tak sempat bertemu diriku, sungguh…itu karena dirimu begitu mulia, begitu suci Dan kau terpilih menjadi Ainul Mardhiyah di jannah-Nya
Ukhtiku… Skenario Allah adalah skenario terbaik Dan itu pula yang telah Ia skenariokan untuk kita Karena Ia sedang mempersiapkan kita untuk lebih matang, merenda hari esok seperti yang kita harapkan nantinya Untuk membangun kembali peradaban ideal seperti cita kita
Ukhtiku… Ku tahu kau merinduiku, bersabarlah saat indah ‘kan menjelang jua Saat kita akan disatukan dalam ikatan indah pernikahan
Apa kabarkah kau disana? Lelahkah kau menungguku berkelana? Lelahkah menungguku kau disana? Bisa bertahankah kau disana? Tetap bertahanlah kau disana… Aku akan segera datang, sambutlah dengan senyum manismu Bila waktu itu telah tiba, kenakanlah mahkota itu, kenakanlah gaun indah itu… Masih banyak yang harus kucari, ‘tuk bahagiakan hidup kita nanti…
Ukhtiku… Malam ini terasa panjang dengan air mata yang mengalir Hatiku terasa kelu dengan derita yang mendera, kutahan derita malam ini sambil menghitung bintang Cinta membuat hati terasa terpotong-potong Jika di sana ada bintang yang menghilang, mataku berpendar mencari bintang yang datang Kalau memang kau pilihkan aku, tunggu sampai aku datang… Ku awali hariku dengan tasbih, tahmid dan shalawat Dan mendo’akanmu agar kau selalu sehat, bahagia, dan mendapat yang terbaik dari-Nya Aku tak pernah berharap, kau ‘kan merindukan keberadaanku yang menyedihkan ini Hanya dengan rasa rinduku padamu, kupertahankan hidup Maka hanya dengan mengikuti jejak-jejak hatimu, ada arti kutelusuri hidup ini Mungkin kau tak pernah sadar betapa mudahnya kau ‘tuk dikagumi Akulah orang yang ‘kan selalu mengagumi, mengawasi, menjaga dan mencintaimu
Ukhtiku…Jangan pernah berhenti berharap, Karena harapan-harapanlah yang membuat kita tetap hidup
Hanya engkau yang aku harap Telah lama kuharap hadirmu di sini Meski sulit, harus kudapatkan Jika tidak kudapat di dunia… ‘kan kukejar sang Ainul Mardhiyah yang menanti di surga Waktu pun terus berlalu dan aku kian mengerti… Apa yang akan ku hadapi Dan apa yang harus kucari dalam hidup Kurangkai sebuah tulisan sederhana ini, untuk dirimu yang selalu bijaksana Aku goreskan syair sederhana ini, untuk dirimu yang selalu mempesona Memahamiku dan mencintaiku apa adanya Semoga Allah kekalkan nikmat ini bagiku dan bagimu Semoga…
Ya Allah… ringankanlah kerinduan yang mendera kupanjatkan sepotong doa setiap waktu, karena keinginan yang menyeruak di dalam diriku Ya Allah… ampuni segala kekhilafan hamba yang hina ini ringankan langkah kami beri kami kekuatan dan kemampuan tuk melengkapkan setengah dien ini, mengikuti sunnah RasulMu jangan biarkan hati-hati kami terus berkelana tak perpenghujung yang hanya sia-sia dengan waktu dan kesempatan yang telah Engkau berikan Aamiin.
 
 

Kepada Buah Hatiku….

KEPADA BUAH HATIKU….
            Wahai buah hatiku yang tercinta….
Sesungguhnya Rabbmu mengetahui apa yang terbetik dalam hatimu, dan dan dia mengetahui apa yang engkau ucapkan dengan lisanmu, dan Dia melihat segala amal perbuatanmu, maka bertakwalah engkau kepada-Nya!
            Wahai buah hatiku….
            Berhati- hatilah engkau terhadap pengawasan-Nya ketika engkau mengaerh\jakan hal-hal yang tidak diridhaiNya. Hati-hatilah engkau dari kemurkaan Rabbnu, karena Dia-lah yang telah menciptakanmu dan memberikan rizki kepadamu serta yang telah mengaruniakanmu  akal yajng dapat engkau gunakan dalam kehidupanmu. Bagaimana paersaan mu ketika bapak atau ibumu melihat dirimu dalam kedaan melanggar perintahNya? Apakah engkau tidak khawatir mereka akan menghukummu? Maka jadikanlah persaanmu seperti itu, bahkan kepada Alloh Azza wa Jalla harus lebih, karena dia melihat dirimu disetiap kesempatan yang engkau tidak dapat melihat-Nya! Maka janganlah engkau anggap eneng perkara apapun yang engkau telah dilarang oleh-Nya!
Wahai buah hatiku….
            Sesungguhnya kemurkaan Rabbmu sangat dahsyat, siksa-Nya teramat pedih maka berhati-hatilah engkau, dan takutlah terhadap kemurkaan-Nya, dan janganlah engkau terlene oleh kasih sayang Rabbmu, Karena sesungguhnya  Alloh Azza wa Jalla menangguhkan (siksa-Nya) bagi orang-orang yang berbuat dzalim, sampai-sampai jika ia menyiksa orang tersebut, niscaya Dia tidak akan pernah melepasnya.
Wahai buah hatiku….
Sesungguhnya engkau akan mendapati rasa berat hati dalam menjalankan ketaatan lepada Alloh Azza wa Jalla pada kali pertama, maka pikullah beban berat ini, dan bersabarlah, hingga ketaatan tersebut dapat engkau rasakan menjadi rutinitas yang dapat dijinakkan.
Wahai buah hatiku….
Lihatlah dirimu ketika dulu engkau berda di bangku (sekolah); enkau belajar membaca dan menulis, dan engkau diperintahkan supaya menghafal al-Qur’an, bukankah dulu engkau membenci bangku (sekolah) serta gurunya, dan engkau berangan-angan supaya cepat berakhir? Nah, pada hari ini engkau telah mencapai kedudukan yang mana kamu dapat mengetahui faedah jesabaran dalam belajar di bangku (sekolah), dan engkau pun mengetahui bahwa pengajarmu dulu berusaha untuk memberikan kebaikanmu! Maka, bersabarlah engkau di atas ketaatan kepada-Nya.
 
lah bedanya orang mukmin dengan orang munafik. Alloh Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman tentang orang-orang munafik: “ (Yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Alloh mereka berkata:               " Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Alloh akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Alloh sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan                                      orang-orang yang beriman “. (Terjemah QS. An-Nisaa’: 141).
Mengunjungi mereka, senang bertemu mereka dan berkumpul bersama mereka.
Rasululloh Shallallahu’ Alaihi wa Sallam bersabda: “ Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya dikampung lain, maka Alloh mengirimkan seorang malaikat untuk memperhatikannya. Ketika bertemu, malaikat itu bertanya, “ Kemana anda ingin pergi? “ Ia menjawab, “ Kesaudaraku dikampung ini “. Lalu malaikat itu bertanya, “ Apakah ia berhutang budi kepadamu? “ Orang itu menjawab, “ Tidak, hanyasaja saya cinta kepadanya karena Alloh Azza wa Jalla “. Maka malaikat itu berkata, “ Sesungguhnya saya adalah utusan Alloh kepadamu untuk memberitahukan bahwa Alloh cinta kepadamu, sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya “. (HR. Muslim).
Memuliakan hak mereka, oleh karena itu tidak meminang wanita yang sudah dipinang mereka, membeli barang padahal sudah dibeli oleh mereka, dsb.
Menyayangi orang-orang yang lemah diantara mereka dan memuliakan orang yang sudah tua dikalangan mereka.
Mendo’akan dan memintaakan ampunan untuk mereka.
Alloh Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman: “ Dan mohonkanlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan “. (QS. Muhammad: 19).
Larangan Memberikan Walaa’ (rasa cinta dan pembelaan) kepada orang-orang Kafir.
            Alloh Azza wa Jalla berfirman menjelaskan bahwa tidak mungkin kaum mukminin memberikan wala’ kepada orang-orang Kafir-, “ Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka “.                          (Terjemah QS. Al-Mujaadilah: 22). Mungkin timbul pertanyaan: “ Bukankan dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8 diterangkan bahwa kita diperbolehkan berbuat baik dan bersikap adil kepada orang Kafir yang tidk memerangi kita?.
            Jawab; Fadhilatush Syaikh Al-Allamah Prof. DR. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan Hafidzhahulloh mengatakan, “ Maksud ayat tersebut adalah bahwa kaum Kafir mana saja yang menahan diri; tidak memerangi kaum muslimin dan tidak mengusir kaum muslimin dari kampung halaman, maka kaum muslimin boleh membalas sikap mereka dengan berbuat baik dan bersikap adil dalam mu’amalah duniawi, namun tidak disertai rasa cinta kepada mereka dengan hatinya, karena Alloh mengatakan, “ (Alloh tidak melarang kamu) untuk berbuat baik dan Berlaku adil kepada mereka “. (Terjemah QS. Al-Mujaadilah: 8). Tidak mengatakan “ (Alloh tidak melarang kamu) untuk memberikan wala’ dan rasa cinta kepada mereka “.
Contoh memberikan walaa’ kepada orang-orang Kafir
            Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kita dilarang memberikan wala’ kepada orang-orang kafir, berikut ini contoh-contoh berwala’ kepada mereka:
Tasyabuh (menyerupai) orang-orang Kafir
Yakni dalam hal ciri khas mereka. Kita tidak boleh menirunya, baik berupa kebiasaan, ibadah, akhlak maupun jalan hidup mereka. Termasuk contoh meniru mereka adalah memperingati hari kelahiran, merayakan hari Valenitine dan mengenakan pakaian khusus berwarna hitam ketika ta’ziyah dan berziarah.
Tinggal dinegeri mereka dan tidak mau berpindah ke negeri kaum Muslimin
Oleh karena itu, Alloh Azza wa Jalla menyuruh kaum Muslimin hijrah ke negeri saudaranya ketika mampu, dan melarang tetap terus tinggal disana kecuali jika tidak mampu. Alloh  Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Alloh itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali “. (Terjemah QS. An-Nisaa’: 97). Diperbolehkan juga tinggal di negeri orang-orang Kafir jika bertujuan untuk dakwah (mensyi’arkan Agama Islam).
Bersafar (berpergian) ke negeri kaum Kafir hanya semata-mata untuk bersenang-senang atau tamasya
Fadhilatush Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahulloh berkata: “ Safar ke negeri orang Kafir tidak boleh kecuali jika terpenuhi tiga syarat: Pertama,  Dia memiliki ilmu yang bisa menangkal syubhat (tipu daya pemikiran orang-orang kafir) yang datang, Kedua, Dia memiliki agama yang kuat yang bisa menjaganya dari berbagai syahwat. Ketiga, Dibutuhkan. “ Yakni dibutuhkan untuk pergi ke sana seperti untuk berobat, mempelajari tekhnologi untuk kemajuan kaum Muslimin, berdagang, dsb) “, Demikian juga boleh bersafar ke negeri mereka dengan tujuan Dakwah.
Membantu mereka memerangi kaum Muslimin
Perbuatan ini termasuk pembatal-pembatal keIslaman -Wal ‘iyadz billah-.
Meminta bantuan kepada mereka, mempercayakan urusan kepada mereka dan memberikan mereka (orang-orang Kafir) jabatan yang di sana terdapat rahasia kaum Muslimin serta menjadikan mereka teman akrab dan sebagai anggota musyawarah yang dimintai pendapatnya
Menggunakan Kalender mereka dengan meninggalkan Kalender kaum Muslim
Berpartisipasi dengan orang-orang Kafir dalam upacara mereka atau membantu mereka mengadakannya atau bahkan mengucapkan selamat kepada mereka atau menghadiri acara tersebut
Termasuk contoh dalam hal ini adalah mengucapkan “ Selamat Natal “. Ini adalah Haram. Karena mengucapkan selamat natal sama saja ia tidak mengingkari, bahkan menyetujui upacara tersebut yang mana didalamnya terdapat syirik. Bukankah kita dilarang mengatakan kepada orang yang meminum minuman keras, “ Selamat meminum minuman keras “. Apalagi dalam hal ini yang mana dosanya (yakni syirik) melebihi meminum minuman keras.
Membantu mereka atau menjunjung tinggi peradaban mereka serta kagum dengan akhlak dan kepintaran mereka tanpa melihat kepada keyakian mereka yang rusak dan agama mereka yang batil lagi sesat
Menamai anak dengan nama-nama mereka
Misalnya menamai dengan nama George, Yuli, Petrus, Diana, Suzan, Nadia, dsb. Meninggalkan nama-nama Islami (seperti Abdullah atau Abdurrahman, Mujahidin, Jundi, dsb untuk yang laki-laki sedangkan perempuan seperti Aisyah, Khadijah, Fatimah, dsb) dan nama-nama kaum Muslimin.
Memintakan ampun dan rahmat untuk mereka
Alloh Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman: “ Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam “. (Terjemah QS. At-Taubah: 113). Diharamkannya memberikan wala’ kepada orang-orang Kafir bukanlah berarti diharamkan juga bermua’amalah dengan mereka, mengimpor barang-barang yang didatangkn dari mereka, menggunakan alat-alat buatan mereka, dsb. Bukankan Nabi Shallallahu’ Alaihi wa Sallam pernah menyewa orang Kafir yang bernama Ibnu Quraith untuk menujukkan jalan menuju Madinah dan pernah membeli kambing milik salah satu yang musyrik? “. Ibnu Baththal mengatakan: “ Bermua’amalah dengan orang Kafir adalah boleh kecuali jual beli yang (jelas-jelas –pent) membantu orang-orang Kafir memerangi kaum Muslimin “. Contohnya menjual perlengkapan perang dan persenjataan kepada orang-orang Kafir.
Penggolongan dalam masalah Wala’ dan Bara’
            Dalam masalah wala’ dan bara’, terbagi menjadi tiga golongan: Golongan pertama, Orang-orang yang diberikan kecintaan (wala’) murni tanpa dimusuhi sama sekali. Mereka adalah kaum Mukmin yang bersih dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Golongan kedua, Orang-orang yang dibenci dan dimusuhi murni tanpa ada rasa cinta dan wala’. Mereka adalah kaum Kafir, orang-orang Musyrik, orang-orang Munafik, orang-orang Murtad dan orang-orang atheis dengan berbagai ragamnya, serta orang-orang Liberal/Pluralisme. Lihat QS. An-Nisaa’: 150-151, Golongan ketiga, Orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lain. Mereka adalah kaum Mukmin yang berbuat Maksiat. Mencintai karena iman yang mereka miliki, dan membenci karena maksiatnya yang tingkatannya di bawah Kufur dan Syirik.    Sekian, Semoga risalah ini dapat bermanfaat bagi umat Islam, Fastabiqul Khairot, Nuun Walqolami’ Wama’a Yasthurun,  Wallohu’ Ta’ala a’lam bish Showab. Washallallaahu’ ala nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahhbihi wa sallam. Wallhamdulillahi Rabbil’ Alamien.
 
 
 

Al – walaa’ wal baraa’

Al Walaa’ dan Al Baraa’ termasuk bagian ‘Aqidah Islam. Al Walaa’ maksudnya memberikan rasa cinta dan pembelaan kepada Alloh, Rasul-Nya dan kaum Mukminin/Muslimin. Sedangkan Al Baraa’ maksudnya berlepas diri, memusuhi dan membenci musuh-musuh Alloh.
Keutamaan Al Walaa’ wal Baraa’
            Rasululloh Shallallahu’ Alaihi wa Sallam bersabda: “ Ikatan keimanan yang paling kuat adalah berwala’ karena Alloh, berbara’ karena Alloh. Cinta karena Alloh dan benci karena Alloh “. (HR. Thabrani). Beliau Rasul juga bersabda kembali: “ Ada tiga yang jika ada semuanya (dalam diri seseorang) niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman; Alloh dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Alloh dan benci kembali kepada kekufuran/kekafiran sebagaimana ia tidak suka dilempar ke dalam api “.                  (HR. Bukhari dan Muslim).
Contoh memberikan wala’ kepada kaum Muslimin
            Kita diperintahkan berwala’ kepada kaum muslimin, berikut ini contoh-contohnya:
Berhijrah (pindah) ke negeri kaum muslimin dan meninggalkan negeri kaum musyrikin.
Membantu kaum Muslimin dan menolong mereka baik dengan jiwa, harta maupun lisan dalam hal yang mereka butuhkan baik yang berkaitan dengan dunia maupun agama.
Merasa sakit bila mereka sakit dan merasa gembira bila mereka gembira.
Rasululloh Shallallahu’ Alaihi wa Sallam bersabda: “ Perumpamaan kaum mukminin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan mengasihi adalah seperti sebuah jasad; jika salah satunya sakit, maka yang lain pun ikut merasakannya dengan demam dan tidak bisa tidur “. (HR. Muslim dan Ahmad).
Bersikap tulus (nashiihah) kepada mereka, senang apabila mereka mendapatkan kebaikan, tidak menipu mereka, menghina mereka dan tidak membiarkan mereka dalam kesulitan serta menjagaa darah, harta dan kehormatan mereka.
Rasululloh Shallallahu’ Alaihi wa Sallam bersabda: “ Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak boleh menghinanya, membiarkannya dan menyerahkannya kepada musuh. Cukuplah, seseorang berbuat jahat jika menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim dengan muslim lainnya adalah terpelihara; baik darah, harta maupun kehormatannya “. (HR. Bukhari dan Muslim).
Menghormati mereka, memuliakan mereka dan tidak menjelekkan atau mencela martabat mereka.
Bersama mereka dlm keadaan mudah dan susah, lapang dan sempit.
Inilah bedanya orang mukmin dengan orang munafik. Alloh Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman tentang orang-orang munafik: “ (Yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Alloh mereka berkata:               " Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Alloh akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Alloh sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan                                      orang-orang yang beriman “. (Terjemah QS. An-Nisaa’: 141).
Mengunjungi mereka, senang bertemu mereka dan berkumpul bersama mereka.
Rasululloh Shallallahu’ Alaihi wa Sallam bersabda: “ Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya dikampung lain, maka Alloh mengirimkan seorang malaikat untuk memperhatikannya. Ketika bertemu, malaikat itu bertanya, “ Kemana anda ingin pergi? “ Ia menjawab, “ Kesaudaraku dikampung ini “. Lalu malaikat itu bertanya, “ Apakah ia berhutang budi kepadamu? “ Orang itu menjawab, “ Tidak, hanyasaja saya cinta kepadanya karena Alloh Azza wa Jalla “. Maka malaikat itu berkata, “ Sesungguhnya saya adalah utusan Alloh kepadamu untuk memberitahukan bahwa Alloh cinta kepadamu, sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya “. (HR. Muslim).
Memuliakan hak mereka, oleh karena itu tidak meminang wanita yang sudah dipinang mereka, membeli barang padahal sudah dibeli oleh mereka, dsb.
Menyayangi orang-orang yang lemah diantara mereka dan memuliakan orang yang sudah tua dikalangan mereka.
Mendo’akan dan memintaakan ampunan untuk mereka.
Alloh Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman: “ Dan mohonkanlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan “. (QS. Muhammad: 19).
Larangan Memberikan Walaa’ (rasa cinta dan pembelaan) kepada orang-orang Kafir.
            Alloh Azza wa Jalla berfirman menjelaskan bahwa tidak mungkin kaum mukminin memberikan wala’ kepada orang-orang Kafir-, “ Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka “.                          (Terjemah QS. Al-Mujaadilah: 22). Mungkin timbul pertanyaan: “ Bukankan dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8 diterangkan bahwa kita diperbolehkan berbuat baik dan bersikap adil kepada orang Kafir yang tidk memerangi kita?.
            Jawab; Fadhilatush Syaikh Al-Allamah Prof. DR. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan Hafidzhahulloh mengatakan, “ Maksud ayat tersebut adalah bahwa kaum Kafir mana saja yang menahan diri; tidak memerangi kaum muslimin dan tidak mengusir kaum muslimin dari kampung halaman, maka kaum muslimin boleh membalas sikap mereka dengan berbuat baik dan bersikap adil dalam mu’amalah duniawi, namun tidak disertai rasa cinta kepada mereka dengan hatinya, karena Alloh mengatakan, “ (Alloh tidak melarang kamu) untuk berbuat baik dan Berlaku adil kepada mereka “. (Terjemah QS. Al-Mujaadilah: 8). Tidak mengatakan “ (Alloh tidak melarang kamu) untuk memberikan wala’ dan rasa cinta kepada mereka “.
Contoh memberikan walaa’ kepada orang-orang Kafir
            Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kita dilarang memberikan wala’ kepada orang-orang kafir, berikut ini contoh-contoh berwala’ kepada mereka:
Tasyabuh (menyerupai) orang-orang Kafir
Yakni dalam hal ciri khas mereka. Kita tidak boleh menirunya, baik berupa kebiasaan, ibadah, akhlak maupun jalan hidup mereka. Termasuk contoh meniru mereka adalah memperingati hari kelahiran, merayakan hari Valenitine dan mengenakan pakaian khusus berwarna hitam ketika ta’ziyah dan berziarah.
Tinggal dinegeri mereka dan tidak mau berpindah ke negeri kaum Muslimin
Oleh karena itu, Alloh Azza wa Jalla menyuruh kaum Muslimin hijrah ke negeri saudaranya ketika mampu, dan melarang tetap terus tinggal disana kecuali jika tidak mampu. Alloh  Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Alloh itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali “. (Terjemah QS. An-Nisaa’: 97). Diperbolehkan juga tinggal di negeri orang-orang Kafir jika bertujuan untuk dakwah (mensyi’arkan Agama Islam).
Bersafar (berpergian) ke negeri kaum Kafir hanya semata-mata untuk bersenang-senang atau tamasya
Fadhilatush Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahulloh berkata: “ Safar ke negeri orang Kafir tidak boleh kecuali jika terpenuhi tiga syarat: Pertama,  Dia memiliki ilmu yang bisa menangkal syubhat (tipu daya pemikiran orang-orang kafir) yang datang, Kedua, Dia memiliki agama yang kuat yang bisa menjaganya dari berbagai syahwat. Ketiga, Dibutuhkan. “ Yakni dibutuhkan untuk pergi ke sana seperti untuk berobat, mempelajari tekhnologi untuk kemajuan kaum Muslimin, berdagang, dsb) “, Demikian juga boleh bersafar ke negeri mereka dengan tujuan Dakwah.
Membantu mereka memerangi kaum Muslimin
Perbuatan ini termasuk pembatal-pembatal keIslaman -Wal ‘iyadz billah-.
Meminta bantuan kepada mereka, mempercayakan urusan kepada mereka dan memberikan mereka (orang-orang Kafir) jabatan yang di sana terdapat rahasia kaum Muslimin serta menjadikan mereka teman akrab dan sebagai anggota musyawarah yang dimintai pendapatnya
Menggunakan Kalender mereka dengan meninggalkan Kalender kaum Muslim
Berpartisipasi dengan orang-orang Kafir dalam upacara mereka atau membantu mereka mengadakannya atau bahkan mengucapkan selamat kepada mereka atau menghadiri acara tersebut
Termasuk contoh dalam hal ini adalah mengucapkan “ Selamat Natal “. Ini adalah Haram. Karena mengucapkan selamat natal sama saja ia tidak mengingkari, bahkan menyetujui upacara tersebut yang mana didalamnya terdapat syirik. Bukankah kita dilarang mengatakan kepada orang yang meminum minuman keras, “ Selamat meminum minuman keras “. Apalagi dalam hal ini yang mana dosanya (yakni syirik) melebihi meminum minuman keras.
Membantu mereka atau menjunjung tinggi peradaban mereka serta kagum dengan akhlak dan kepintaran mereka tanpa melihat kepada keyakian mereka yang rusak dan agama mereka yang batil lagi sesat
Menamai anak dengan nama-nama mereka
Misalnya menamai dengan nama George, Yuli, Petrus, Diana, Suzan, Nadia, dsb. Meninggalkan nama-nama Islami (seperti Abdullah atau Abdurrahman, Mujahidin, Jundi, dsb untuk yang laki-laki sedangkan perempuan seperti Aisyah, Khadijah, Fatimah, dsb) dan nama-nama kaum Muslimin.
Memintakan ampun dan rahmat untuk mereka
Alloh Subhaanahu’ wa Ta’ala berfirman: “ Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Alloh) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam “. (Terjemah QS. At-Taubah: 113). Diharamkannya memberikan wala’ kepada orang-orang Kafir bukanlah berarti diharamkan juga bermua’amalah dengan mereka, mengimpor barang-barang yang didatangkn dari mereka, menggunakan alat-alat buatan mereka, dsb. Bukankan Nabi Shallallahu’ Alaihi wa Sallam pernah menyewa orang Kafir yang bernama Ibnu Quraith untuk menujukkan jalan menuju Madinah dan pernah membeli kambing milik salah satu yang musyrik? “. Ibnu Baththal mengatakan: “ Bermua’amalah dengan orang Kafir adalah boleh kecuali jual beli yang (jelas-jelas –pent) membantu orang-orang Kafir memerangi kaum Muslimin “. Contohnya menjual perlengkapan perang dan persenjataan kepada orang-orang Kafir.
Penggolongan dalam masalah Wala’ dan Bara’
            Dalam masalah wala’ dan bara’, terbagi menjadi tiga golongan: Golongan pertama, Orang-orang yang diberikan kecintaan (wala’) murni tanpa dimusuhi sama sekali. Mereka adalah kaum Mukmin yang bersih dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Golongan kedua, Orang-orang yang dibenci dan dimusuhi murni tanpa ada rasa cinta dan wala’. Mereka adalah kaum Kafir, orang-orang Musyrik, orang-orang Munafik, orang-orang Murtad dan orang-orang atheis dengan berbagai ragamnya, serta orang-orang Liberal/Pluralisme. Lihat QS. An-Nisaa’: 150-151, Golongan ketiga, Orang-orang yang dicintai dari satu sisi dan dibenci dari sisi lain. Mereka adalah kaum Mukmin yang berbuat Maksiat. Mencintai karena iman yang mereka miliki, dan membenci karena maksiatnya yang tingkatannya di bawah Kufur dan Syirik.    Sekian, Semoga risalah ini dapat bermanfaat bagi umat Islam, Fastabiqul Khairot, Nuun Walqolami’ Wama’a Yasthurun,  Wallohu’ Ta’ala a’lam bish Showab. Washallallaahu’ ala nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahhbihi wa sallam. Wallhamdulillahi Rabbil’ Alamien.
 
 

you 've plenty of time

Akhwat..
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
suka membuat komentar pedas,memaki,dan lainya
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
suka membunuh karakter temanmu
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
suka berduaan dengan lawan jenis
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
suka punya hubungan tanpa status/pacaran
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
suka pegangan tangan dengan lawan jenis
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
nonton bareng lawan jenis
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
sholat akhir waktu
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
bertelepon dengan tawa ,manja
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
suka jelalatan lihat lawan jenis(apalagi suami orang)
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
sering sms ,di malam-malam buta dengan lawan jenis
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
Suka chating2  mesra dengan lawan jenis
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
malas baca al Qur'an
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
suka ghibah dan  menggosip siapapun aja.
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
tidak mau ikut kajian islam,
Jangan ngaku  - ngaku jadi akhwat kalau masih
suka dusta.
dan masih banyak lagi .......
tidak ada akhwat yang sempurna ...but i think you 'v plenty  of time
(akhwat masih punya waktu ,untuk memperbaiki semua )
 
Maka apabila ada manusia yang hanya mencapai kebaikan dan kesempurnaan secara materi dan tidak berusaha mencapai kebaikan dan kesempurnaan secara sepiritual sekaligus, dapat di katakana tidak ada pembeda antara ketiga wujud tersebut, yaitu wujud  manusia, hewan dan golongan tidak memeliki rasa.
Wallahu a’lam