Cinta adalah sebuah kata yang indah
dan mempesona yang hingga sekarang belum ada yang bisa mendefinisikan kata
cinta itu sendiri. Meskipun demikian setiap insan yang memiliki hati dan
pikiran yang normal tahu apa itu cinta dan bagaimana rasanya. Maha suci Dzat
Yang telah menciptakan cinta.
Jika kita berbicara tentang cinta,
maka secara hakikat kita akan berbicara tentang kasih sayang; jika kita
berbicara tentang kasih sayang, maka akan terbetik dalam benak kita akan suatu
hari yang setiap tahunnya dirayakan, hari yang selalu dinanti-nantikan oleh
orang-orang yang dimabuk cinta, dan hari yang merupakan momen terpenting bagi
para pemuja nafsu.
Sejenak membuka lembaran sejarah
kehidupan manusia, maka disana ada suatu kisah yang konon kabarnya adalah
tonggak sejarah asal mula diadakannya hari yang dinanti-nantikan itu. Tentunya
para pembaca sudah bisa menebak hari yang kami maksud. Hari itu tak lain dan
tak bukan adalah “Valentine Days” (Hari Kasih Sayang?).
Para Pembaca yang budiman, mari kita
sejenak menelusuri defenisi Valentine Days dari referensi mereka sendiri! Kalau
kita membuka beberapa ensiklopedia, maka kita akan menemukan defenesi Valentine
di tiga tempat :
- Ensiklopedia Amerika (volume XIII/hal. 464) menyatakan, “Tanggal 14
Februari adalah hari perayaan modern yang berasal dari dihukum matinya
seorang pahlawan kristen yaitu Santo Valentine pada tanggal 14 Februari
270 M”.
- Ensiklopedia Amerika (volume XXVII/hal. 860) menyebutkan, “Yaitu sebuah
hari dimana orang-orang yang sedang dilanda cinta secara tradisional
saling mengirimkan pesan cinta dan hadiah-hadiah. Yaitu hari dimana Santo
Valentine mengalami martir (seorang yang mati sebagai pahlawan karena
mempertahankan kepercayaan/keyakinan)”.
- Ensiklopedia Britania (volume XIII/hal. 949), “Valentine yang disebutkan
itu adalah seorang utusan dari Rhaetia dan dimuliakan di Passau sebagai
uskup pertama”.
- Sejarah Singkat Valentine Days
Konon kabarnya, sejak abad ke-4 SM,
telah ada perayaan hari kasih sayang. Namun perayaan tersebut tidak dinamakan
hari Valentine. Perayaan itu tidak memiliki hubungan sama sekali dangan hari
Valentine, akan tetapi untuk menghormati dewa yang bernama Lupercus.
Acara ini berbentuk upacara dan di dalamnya diselingi penarikan undian untuk
mencari pasangan. Dengan menarik gulungan kertas yang berisikan nama, para
gadis mendapatkan pasangan. Kemudian mereka menikah untuk periode satu tahun,
sesudah itu mereka bisa ditinggalkan begitu saja. Dan kalau sudah sendiri,
mereka menulis namanya untuk dimasukkan ke kotak undian lagi pada upacara tahun
berikutnya.
Sementara itu, pada 14 Februari 269
M meninggalkan seorang pendeta kristen yang bernama Valentine. Semasa
hidupnya, selain sebagai pendeta ia juga dikenal sebagai tabib (dokter) yang
dermawan, baik hati dan memiliki jiwa patriotisme yang mampu membangkitkan
semangat berjuang. Dengan sifat-sifatnya tersebut, nampaknya mampu
membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap penderitaan yang mereka rasakan,
karena kezhaliman sang Kaisar. Kaisar ini sangat membenci orang-orang Nashrani
dan mengejar pengikut ajaran nabi Isa. Pendeta Valentine ini dibunuh karena
melanggar peraturan yang dibuat oleh sang Kaisar, yaitu melarang para pemuda
untuk menikah, karena pemuda lajang dapat dijadikan tentara yang lebih baik
daripada tentara yang telah menikah. Valentine sebagai pendeta, sedih melihat
pemuda yang mabuk asmara. Akhirnya dengan penuh keberanian, ia melanggar perintah
sang Kaisar. Dengan diam-diam ia menikahkan sepasang anak muda. Pendeta
Valentine berusaha menolong pasangan yang sedang jatuh cinta dan ingin
membentuk keluarga. Pasangan yang ingin menikah lalu diberkati di tempat yang
tersembunyi. Namun rupanya, sang Kaisar mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh
pendeta tersebut, dan kaisar sangat tersinggung hingga sang Pendeta diberi
hukuman penggal oleh Kaisar Romawi yang bergelar Cladius II. Sejak
kematian Valentine, kisahnya menyebar dan meluas, hingga tidak satu pelosok pun
di daerah Roma yang tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan nenek
mendongengkan cerita Santo Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat
pengkultusan !!
Ketika agama Katolik mulai
berkembang, para pemimipin gereja ingin turut andil dalam peran tersebut. Untuk
mensiasatinya, mereka mencari tokoh baru sebagai pengganti Dewa Kasih Sayang, Lupercus.
Akhirnya mereka menemukan pengganti Lupercus, yaitu Santo Valentine.
Di tahun 494 M, Paus Gelasius I
mengubah upacara Lupercaria yang dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi
perayaan resmi pihak gereja. Dua tahun kemudian, sang Paus mengganti tanggal
perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal
matinya Santo Valentine sebagai bentuk penghormatan dan pengkultusan kepada
Santo Valentine. Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada
lagi dan diganti dengan “Valentine Days”
Sesuai perkembangannya, Hari
Kasih Sayang tersebut menjadi semacam rutinitas ritual bagi kaum
gereja untuk dirayakan. Biar tidak kelihatan formal, mereka membungkusnya
dengan hiburan atau pesta-pesta.
- Hukum Islam tentang Perayaan Valentine Days
Dalam Islam memang disyari’atkan
berkasih sayang kepada sesama muslim, namun semuanya berada dalam batas-batas
dan ketentuan Allah -Ta’ala- . Betapa banyak kita dapatkan para pemuda
dan pemudi dari kalangan kaum muslimin yang masih jahil (bodoh) tentang
permasalahan ini. Lebih parah lagi, ada sebagian orang yang tidak mau peduli
dan hanya menuruti hawa nafsunya. Padahal perayaan Hari Kasih Sayang
(Valentine Days) haram dari beberapa segi berikut :
- Tasyabbuh dengan Orang-orang Kafir
Hari raya –seperti, Valentine Days-
merupakan ciri khas, dan manhaj (metode) orang-orang kafir yang harus
dijauhi. Seorang murlim tak boleh menyerupai mereka dalam merayakan hari itu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata, “Tak ada bedanya antara mengikuti mereka dalam
hari raya, dan mengikuti mereka dalam seluruh manhaj (metode beragama), karena
mencocoki mereka dalam seluruh hari raya berarti mencocoki mereka dalam
kekufuran. Mencocoki mereka dalam sebagaian hari raya berarti mencocoki mereka
dalam sebagian cabang-cabang kekufuran. Bahkan hari raya adalah ciri khas yang
paling khusus di antara syari’at-syari’at (agama-agama), dan syi’ar yang paling
nampak baginya. Maka mencocoki mereka dalam hari raya berarti mencocoki mereka
dalam syari’at kekufuran yang paling khusus, dan syi’ar yang paling nampak. Tak
ragu lagi bahwa mencocoki mereka dalam hal ini terkadang berakhir kepada
kekufuran secara global”.[Lihat Al-Iqtidho’ (hal.186)].
Ikut merayakan Valentine Days
termasuk bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang kafir.
Rasululllah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ
مِنْهُمْ
“Barang siapa yang menyerupai suatu
kaum maka ia termasuk kaum tersebut”.
[HR. Abu Daud dalam Sunan-nya (4031) dan Ahmad dalam Al-Musnad
(5114, 5115, & 5667), Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (19401
& 33016), Al-Baihaqiy dalam Syu’ab Al-Iman (1199),
Ath-Thobroniy dalam Musnad Asy-Syamiyyin (216), Al-Qudho’iy dalam
Musnad Asy-Syihab (390), dan Abd bin Humaid dalam Al-Muntakhob
(848). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij
Musykilah Al-Faqr (24)].
Seorang Ulama Mesir,Syaikh Ali
Mahfuzh-rahimahullah- berkata dalam mengunkapkan kesedihan dan pengingkarannya
terhadap keadaan kaum muslimin di zamannya, “Diantara perkara yang menimpa
kaum muslimin (baik orang awam, maupun orang khusus) adalah menyertai
(menyamai) Ahlul Kitab dari kalangan orang-orang Yahudi, dan Nashrani dalam
kebanyakan perayaan-perayaan mereka, seperti halnya menganggap baik kebanyakan
dari kebiasaan-kebiasaan mereka. Sungguh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-
dahulu membenci untuk menyanai Ahlul Kitab dalam segala urusan
mereka…Perhatikan sikap Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- seperti ini
dibandingkan sesuatu yang terjadi pada manusia di hari ini berupa adanya
perhatian mereka terhadap perayaan-perayaan, dan adat kebiasaan orang kafir.
Kalian akan melihat ,ereka rela meninggalkan pekerjaan mereka berupa industri,
niaga, dan sibuk dengan ilmu di musim-musim perayaan itu, dan menjadikannya
hari bahagia, dan hari libur; mereka bermurah hati kepada keluarganya, memakai
pakaian yang terindah, dan menyemir rambut anaka-anak mereka di hari itu dengan
warna putih sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dari kalangan Yahudi,
dan Nashrani. Perbuatan ini dan yang semisalnya merupakan bukti kebenaran sabda
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam sebuah hadits shohih, “Kalian akan
benar-benar mengikuti jalan hidup orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi
sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga andai mereka memasuki lubang biawak,
maka kalian pun mengikuti mereka”. Kami (para sahabat) bertanya, “Wahai
Rasulullah, apakah mereka adalah orang-orang Yahudi, dan Nashrani”. Beliau
menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka”. [HR. Al-Bukhoriy (3456) dari Abu
Sa’id Al-Khudriy -radhiyallahu ‘anhu-]“.[Lihat Al-Ibda’ fi Madhorril
Ibtida’ (hal. 254-255)]
Namun disayangkan, Sebagian kaum
muslimin berlomba-lomba dan berbangga dengan perayaan Valentine Days. Di
hari itu, mereka saling berbagi hadiah mulai dari coklat, bunga hingga lebih
dari itu kepada pasangannya masing-masing. Padahal perayaan seperti ini tak
boleh dirayakan.Kita Cuma punya dua hari raya dalam Islam. Selain itu,
terlarang !!.
- Pengantar Menuju Maksiat dan Zina
Acara Valentine Days mengantarkan
seseorang kepada bentuk maksiat dan yang paling besarnya adalah bentuk
perzinaan. Bukankah momen seperti ini (ValentineDays) digunakan untuk meluapkan
perasaan cinta kepada sang kekasih, baik dengan cara memberikan hadiah,
menghabiskan waktu hanya berdua saja? Bahkan terkadang sampai kepada jenjang
perzinaan.
Allah -Subhanahu wa Ta’la-
berfirman dalam melarang zina dan pengantarnya (seperti, pacaran, berduaan,
berpegangan, berpandangan, dan lainnya),
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ
كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isra’ : 32)
Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi
wasallam- bersabda,
لَايَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ
بِاِمْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ
“Jangan sekali-sekali salah seorang
kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama mahram”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4935), dan
Muslim dalam Shohih-nya (1241)] .
Rasulullah -Shollallahu alaihi
wasallam- bersabda:
لَأَنْ يُطْعَنَ فِيْ رَأْسِ
أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يِمَسَّ امْرَأَةً
لَاتَحِلُّ لَهُ
“Demi Allah, sungfuh jika kepala
salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik
daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya”. [HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (486). Di-shahih-kan
oleh syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahihah (226)]
- Menciptakan Hari Rari Raya
Merayakan Velentine Days
berarti menjadikan hari itu sebagai hari raya. Padahal seseorang dalam
menetapkan suatu hari sebagai hari raya, ia membutuhkan dalil dari Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Karena menetapkan hari raya yang tidak ada dalilnya
merupakan perkara baru yang tercela. Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi
wasallam- bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا
مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Siapa saja yang mengada-adakan
dalam urusan (agama) kami sesuatu yang tidak ada di dalamnya, maka itu
tertolak” [HR. Al-Bukhariy dalam Shahih
-ya (2697)dan Muslim dalam Shahih -nya (1718)]
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu
amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. [HR. Muslim dalam Shahih -nya (1718)]
Allah -Ta’ala- telah
menyempurnakan agama Islam. Segala perkara telah diaturr, dan disyari’atkan oleh
Allah. Jadi, tak sesuatu yang yang baik, kecuali telah dijelaskan oleh Islam
dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Demikian pula, tak ada sesuatu yang buruk, kecuali
telah diterangkan dalam Islam. Inilah kesempurnaan Islam yang dinyatakan dalam
firman-Nya,
“Pada hari Ini Telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
(QS.Al-Maidah :3 ).
Di dalam agama kita yang sempurna
ini, hanya tercatat dua hari raya, yaitu: Idul Fitri dan Idul Adha. Karenanya,
Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengingkari dua hari raya yang
pernah dilakukan oleh orang-orang Madinah. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- bersabda kepada para sahabat Anshor,
قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ
يَوْمَانِ تَلْعَبُوْنَ فِيْهِمَا فِيْ الجَاهِلِيَةِ وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ
بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ النَّحَرِ وَيَوْمَ الْفِطْرِ
“Saya datang kepada kalian, sedang
kalian memiliki dua hari, kalian bermain di dalamnya pada masa jahiliyyah.
Allah sungguh telah menggantikannya dengan hari yang lebih baik darinya,
yaitu: hari Nahr (baca: iedul Adh-ha), dan hari fithr (baca: iedul fatri)”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (1134),
An-Nasa`iy dalam Sunan-nya (3/179), Ahmad dalam Al-Musnad
(3/103. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (1134)] .
Syaikh Amer bin Abdul Mun’im Salim-hafizhahullah- berkata
saat mengomentari hadits ini, “Jadi, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-
melarang mereka -dalam bentuk pengharaman- dari perayaan-perayaan jahiliyyah
yang dikenal di sisi mereka sebelum datangnya Islam, dan beliau menetapkan bagi
mereka dua hari raya yang sya’i, yaitu hari raya Idul Fithri, dan hari raya
Idul Adh-ha. Beliau juga menjelaskan kepada mereka keutamaan dua hari raya ini
dibandingkan peryaan-perayaan lain yang terdahulu “.[Lihat As-Sunan
wa Al-Mubtada’at fi Al-Ibadat (hal.136), cet. Maktabah Ibad Ar-Rahman,
1425 H]
Sungguh perkara yang sangat
menyedihkan, justru perayaan ini sudah menjadi hari yang dinanti-nanti oleh
sebagian kaum muslimin terutama kawula muda. Parahnya lagi, perayaan Valentine
Days ini adalah untuk memperingati kematian orang kafir (yaitu Santo
Valentine). Perkara seperti ini tidak boleh, karena menjadi sebab seorang
muslim mencintai orang kafir.