Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Jumat, 03 Agustus 2012

Peran Muslimah dalam kancah Jihad

“Dan barang siapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedang dia itu mukmin, maka mereka itu akan masuk surga dan mereka tidak dizhalimi sedikit pun”[1]

Sesungguhnya peran muslimah dalam kancah jihad, sangatlah banyak dan terbuka lebar. Mereka memiliki peran yang sangat penting dan jelas, yang mana tidak mungkin terhapus oleh zaman selamanya. Sejarah telah mencatatnya, sedangkan sejarah itu akan terus berulang meski tokoh dan tempatnya berganti.
Dalam hadis shohih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dari Ruba’i binti Muawwidz radliyallahu ‘anha, beliau berkata, “Kami berperang bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, kami memberi minum para prajurit dan membantu mereka, mengembalikan yang terluka dan terbunuh ke Madinah”.[2]

Sungguh tak dapat dipungkiri, keberanian seorang mujahid di lapangan maka ada seorang wanita ‘di belakang’nya. Jika ada seorang mujahid yang gagah berani, maka lihatlah siapa ibunya, atau lihatlah siapa istrinya, sungguh kan kita temui muslimah-muslimah yang tangguh di dalamnya. Muslimah ini memberi motivasi pada ayah, suami, saudara laki-laki dan anak-anak laki-lakinya agar pergi berjihad, menunjukkan pembelaan kepada dienullah dan pengorbanan diri untuk Allah. Ia memotivasi dengan memberikan semangat untuk lereka, memotivasi dengan menyumbangkan harta untuk mereka dalam rangka jihad fie sabilillah, memotivasi dengan tidak mengeluh saat ditinggal, memotivasi dengan tetap sabar atas kepergian mereka dan ujian yang menimpa mereka. Sungguh, inilah tugas muslimah dalam kancah jihad baik dari dulu maupun sekarang.

Akan tetapi kita lihat pada masa sekarang, tak sedikit muslimah yang masih ragu untuk ikut serta dalam kancah jihad ini. Tak sedikit kita melihat, mereka masih menahan suami dan anak laki-laki mereka untuk ikut serta dalam jihad fie sabilillah. Merasa tak sanggup ditinggal. Apa yang meragukanmu duhai ukhity? Apakah kita kehilangan teladan yang mampu memberikan contoh? Demi Allah, keteladanan itu banyak ya Ukhtiy, jika kita mau mencari serta meneladani mereka.

Saya ingatkan untuk diri saya dan antunna sekalian akan kisah-kisah kepahlawanan shohabiyah yang beriman, berhijrah dan berjihad fie sabilillah dalam tulisan ini, juga kisah kepahlawanan muslimah dalam medan jihad di zaman kita sekarang. Dengannya, bi idznillah, semoga dapat memotivasi kita untuk bisa seperti mereka dan menjadikan hati kita tergerak untuk ikut andil bagian pada pembelaan terhadap dien Allah dalam peperangan sengit yang dilancarkan salibis dan zionis ini.

Adapun peran yang dapat kita lakukan dalam kancah jihad ini, di antaranya adalah;

1. Memotivasi ayah, saudara laki-laki, suami dan anak laki-laki kita untuk jihad fie sabilillah dan bersabar atas ujian yang menimpa kita.
Adalah kewajiban kita—wahai ukhtiy muslimah—untuk senantiasa memotivasi mereka untuk berpartisipasi dalam jihad ini, di mana jihad telah menjadi fardhu ‘ain dalam kondisi saat ini[3]. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “...kobarkanlah (semangat) orang-orang beriman (untuk berperang)...[4]. Dan, “Wahai Nabi! Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang...”[5]

Sebagai anak, kita harus memotivasi ayah kita dan saudara laki-laki kita untuk turut serta dalam jihad fie sabilillah ini. Dan sebagai seorang istri juga seorang ibu, sudah selayaknyalah kita memotivasi suami dan anak laki-laki kita untuk turut andil dalam perjuangan fie sabilillah, untuk turut ambil bagian dalam pengorbanan di jalan Allah. Dan sungguh, telah banyak dari orang-orang sebelum kita yang telah menjadi contoh dalam pengorbanan ini...

Lihatlah bagaimana seorang Khadijah binti Khuwailidy radliyallahu ‘anha senantiasa memotivasi suaminya—Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, sang panglima perang—dalam mendakwahkan dan menyebarkan Islam. Ketabahan beliau radhliyallahu ‘anha dalam mendampingi suaminya di jalan tauhid wal jihad, baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam keadaan sempit maupun lapang, adalah teladan yang sangat mengagumkan. Beliau dengan mantap menghibur Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan perkataan yang akan terus dikenang sejarah, “Demi Alloh, Alloh tidak akan menghinakan Anda selamanya. Sesungguhnya Anda menyambung hubungan kerabat, jujur dalam berbicara, menanggung letih dan menolong yang tertimpa musibah”.

Dan teladan itu pun telah ada pada diri Al Khansa’—ibu para syuhada’—radliyallahu ‘anha, yang sedikit pun tak ragu memotivasi keempat anak laki-lakinya agar ikut berperang dan agar tidak lari dari medan perang. Tidak ragu untuk menjadikan anak-anaknya bagian dari kafilah mujahideen sekaligus kafilah syuhada’. Beliau radliyallahu ‘anha merupakan cermin pengorbanan seorang ibu, teladan bagi para ibu sepanjang zaman. Duhai, betapa mulianya shohabiyah ini dan pengorbanannya untuk dien Islam...

Maka, ketika kabar kesyahidan anaknya sampai kepada ibu yang beriman dan bersabar ini, ia sama sekali tak meratap juga tak menunjukkan sikap sedih. Tahukah apa yang ia katakan?
“Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kesyahidan mereka. Saya mengharap pahala dari Rabb-ku. Semoga Ia mengumpulkan saya bersama mereka di tempat yang penuh kasih sayangNya (jannah)”. Perkataan yang didasari keimanan yang tangguh, yang akan terus diingat oleh sejarah sebagai sebuah pengorbanan di jalan Allah.
Subhanallah!! Beginilah seharusnya seorang ibu, dengan senang hati menyerahkan buah hatinya di jalan Allah, berharap pahala dariNya dan jannahNya. Maka, ukhtiy fillah...tidakkah hati kita tergerak untuk meneladani para shohabiyah ini?

Kita pun tak melupakan kisah shohibatus syakkal, seorag ibu yang memberikan sebuah ikalan rambut miliknya kepada Abu Qudamah Asy Syama’ rahimahullah, yang ia harapkan dapat ikut serta dalam jihad dan berdebu fie sabilillah bersamanya. Tak lupa, ia pun memotivasi anak laki-lakinya untuk turut serta dalam peperangan bersama Abu Qudama Asy Syama. Dan tahukah ukhtiy, apa yang beliau ucapkan saat Abu Qudamah hendak memberitahukan berita kesyahidan anaknya?

“Jikalau anakku pulang bersamamu dalam keadaan selamat, maka itu kabar menyedihkan bagiku. Dan jikalau anakku terbunuh fie sabilillah (syahid) berarti anda membawa kabar gembira”. Subhanallah...!! Kalimat yang mantap yang berasal dari keimanan yang dalam dan keyakinan yang kuat akan janji Allah.
Dan ketika diberitahukan bahwa anaknya terbunuh fie sabilillah, maka beliau pun menjawab, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikannya sebagai simpanan besok pada hari kiamat”. Inilah buah keimanan yang manis, dan bukti kejujuran keimananya. Sungguh, ukhtiy fillah, banyak teladan yang bisa kita jadikan contoh dalam meniti jalan jihad ini...

Dan di zaman kita ini, teladan itu terlampau banyak...kalau kita mau mencari dan meneladani mereka. Ummat ini tidaklah mandul untuk melahirkan sosok-sosok khansa’ dan yang semisalnya. Di sana, ada ummu islambuly rahimahallah yang tak sedih ketika buah hatinya dieksekusi pemerintah thaghut Mesir karena aksi jihadnya dalam ‘mengeksekusi’ thaghut Anwar Sadat. Ia justru bergembira dan menyajikan hidangan, sesaat setelah eksekusi anaknya dilangsungkan, dan ia berkata, “Hari ini saya merayakan pernikahan anak saya dengan hurun ‘iin”. Subhanallah...begitu tegarnya beliau.

Di sana masih ada sosok ummu Muhammad (istri asy syahid—kama nahsabuhu wa huwa hasibuhu —‘Abdullah ‘azzam rahimahullah), di mana beliau begitu sabar ditinggal suaminya berjihad bertahun-tahun. Bersabar akan kesempitan hidup yang dialaminya di jalan tauhid dan jihad. Beliau adalah seorang yang zuhud lagi sabar, sebagaimana yang dikatakan oleh suaminya, syaikh Abdullah Azzam rahimahullah. Beliau memberikan keteladan yang besar bagi kita—para muslimah—dalam kesabaran dan ketegaran, ketika suami dan kedua anaknya syahid di Peshawar, Pakistan. Alangkah sabarnya engkau wahai ummu Muhammad...

Masih ada pula di zaman kita ini, sosok seorang istri dan ibu yang menjadi teladan bagi kita. Sebagaimana yang diceritakan oleh syaikh abu mujahid dalam tulisannya (Realita Jihad)[6], ketika suami dan anaknya syahid—insyaAllah—dalam peperangan di Afghanistan, ia tidaklah bersedih karena itu, akan tetapi ia berkata, “Sungguh kesedihankau karena tidak dapat memberikan bantuan makanan kalian itu lebih aku rasakana, dari pada kesedihanku karena kehilangan anak kesayangan hatiku...”. Allahu akbar!!

Andai bukan karena ada sesuatu yang saya khawatirkan, tentulah saya akan ceritakan bagaimana kesabaran dan ketegaran para istri mujahid dan syuhada’ di negeri kita ini, yang saya ketahui. Karena—menurut saya—mereka layak untuk dijaidkan contoh bagi kita, agar kita senantiasa termotivasi.

Maka, wahai cucu-cucu Khansa’, inilah teladan yang mulia untuk kita, adakah teladan yang lebih baik selain mereka?
Tidakkah hati kita tergerak untuk memotivasi ayah, saudara laki-laki, suami dan anak laki-laki kita untuk berjihad?
Tidak tergerakkah kita untuk menjadi generasi Khansa’ abad ini?

Sungguh demi Allah, adalah kebahagiaan sejati bagi kita apabila kita dapat ikut andil dalam kancah jihad ini. Adalah kebahagiaan yang sempurna bagi kita di dunia ini, apabila Allah takdirkan kita sebagai anak dari seorang mujahid lagi syuhada’, atau saudara dari seorang mujahid lagi syuhada’, atau istri dari seorang mujahid lagi syuhada’ atau ibu dari seorang mujahid lagi syuhada’. Demi Allah, itulah kemuliaan di dunia ini...

Sesungguhnya, mereka (ayah, saudara laki-laki, suami dan anak laki-laki kita) suatu saat akan meninggal juga, cepat atau lambat, baik kita menginginkannya atau pun tidak. Dan kehidupan di dunia ini hanyalah kehidupan yang semu, sedangkan kehidupan akhirat itu adalah kehidupan yang sebenarnya. Lalu mengapa tidak kita semangati mereka untuk turut serta dalam jihad fie sabilillah? Agar di jannahlah—insyaAllah—kelak kita bisa bertemu dengan mereka, sedangkan kebahagiaan di jannah itulah kebahagiaan yang hakiki.
“...padahal kenikmatan di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit”[7]

2. Membela mujahideen dengan lisan kita, menyingkap syubhat yang memojokkan mereka dan memberikan hujjah untuk mereka di hadapan manusia
Sungguh, ukhtiy muslimah, kita telah diperintahkan oleh Allah untuk menolong dienNya, dengan apapun yang dapat kita lakukan. Dan bagian dari menolong dienNya, adalah menolong para wali-waliNya yang menolong dien Allah, yaitu mujahideen.

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong agama Allah...”[8].

Tugas kita untuk menyebarkan kemenangan-kemenangan yang diraih mujahideen. Tugas kitalah untuk membela mereka dengan lisan kita, memberikan hujjah-hujjah yang syar’i untuk membela mereka, membantah syubhat-syubhat yang menyerang mereka, agar terbayankan bagi orang yang masih ragu dan tersadarkan bagi orang yang lalai.
Telah ada sosok shohabiyah, ummul mu’minin, ‘Aisyah binti Abu Bakar radliyallahu ‘anha, yang dengan sigap membela dien Islam dengan hujah-hujah yang kuat, membantah syubhat dengan dalil-dalil yang kuat.

Darinyalah ratusan hadits diriwayatkan. Beliau radliyallahu ‘anha merupakan teladan yang cemerlang akan kefaqihan terhadap dien ini. Dan dari zaman ke zaman, bahkan di zaman kita ini, kita kan dapati muslimah-muslimah yang mengambil peran ini dalam rangka membela dienNya, membela syari’atNya, membela jihad dan mujahideen.
Sudah selayaknyalah bagi kita untuk mempelajari fiqh jihad dan masalah-masalah fiqh yang berkaitan dengan jihad. Hal ini akan memberikan manfaat bagi mujahideen, ketika kita membela mereka dari celaan-celaan para penggembos, orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Dan tentu saja, orang yang membantah dengan ilmu tidak akan sama dengan orang yang membantah tanpa ilmu.

Maka bantulah mujahideen dengan memberikan mereka hujjah, dengan menyingkap syubhat yang menyerang mereka dari kalangan anti jihad dan para penggembos, serta konspirasi dari kalangan munafik. Serta memuji mereka (mujahideen) di hadapan manusia serta menyebutkan keunggulan dan karomah-karomah yang mereka miliki. Dan termasuk di dalamnya adalah, kita menjelaskan kepada kaum muslimin semuanya akan hakikat perang salib yang dilancarkan salibis-zionis-komunis-paganis internasional ini.

Bukankah lewat lisan dan tulisan kitalah, kita mencoba mengharridh kaum muslimin untuk berjihad. Dan bukankah, jihad dengan lisan ini mendahului sebelum jihad dengan harta dan jiwa? Seseorang tidak dapat dimotivasi untuk jihad dengan hartanya kecuali dengan lisan (tulisan), dan tidak dapat dimotivasi untuk jihad dengan jiwanya kecuali dengan lisan (tulisan). Maka, mengapa kita tidak ikut serta berperan di dalamnya?

Termasuk dalam peran ini, adalah menyebarkan semua materi-materi yang berkaitan dengan jihad dan dukungan terhadapnya, baik berupa buku-buku, buletin-buletin, dan kaset-kaset, yang mana hal ini dapat dilakukan baik bagi yang pandai menulis atau pun yang tidak pandai menulis. Menyebarkannya baik melalui email, forum-forum, blog dan semacamnya.

3. Membantu mujahideen dengan harta kita
Ukhtiy fillah, janganlah meremehkan peran harta kita untuk jihad fie sabilillah. Sesungguhnya ia (harta) memiliki peran penting dalam perjalanan jihad. Harta memiliki sumbangsih yang besar dalam roda jihad. Tanpanya—bi idznillah—roda jihad tidak bisa berjalan, perjalanan jihad akan terhenti, dan mujahideen tidak bisa melancarkan aksi-aksi jihad. Sedangkan Allah telah berfirman, “Belanjakanlah harta kalian di jalan Allah...”[9]

Dalam banyak ayat Al Qur’an[10], ketika Allah memerintahkan orang-orang mu’min untuk berjihad fie sabilillah, maka Allah mendahulukan jihad dengan harta dibandingkan dengan jiwa. Mengapa? Karena jihad dengan jiwa tidak akan terlaksana tanpa adanya harta yang mengiringinya. Seorang mujahid tidak bisa pergi berjihad, jika ia tidak memiliki harta untuk perjalanan jihadnya. Seorang mujahid tidak bisa melaksanakan aksi jihad, tanpa harta untuk merakit bom—misalnya—atau membeli senapan atau semacamnya yang merupakan sarana untuk jihad fie sabilillah.

Akan tetapi ini tidak berarti bahwa jihad dengan harta lebih utama dibandingkan dengan jihad dengan jiwa. Didahulukannya jihad dengan harta, karena cangkupan yang dibicarakannya sangat luas; baik dari kalngan laki-laki, wanita, pemuda, lanjut usia, anak kecil dan orang dewasa, sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh al ‘uyairi rahimahullah[11].

Hanya dalam 1 ayat[12] saja, Allah mendahulukan jihad dengan jiwa dibandingkan dengan jihad dengan harta. Karena dalam ayat ini terdapat transaksi jual beli antara pembeli (Allah) dengan penjual (orang-orang mukmin), yang mana Allah tawarkan bagi orang mukmin jannahnya yang sangat mahal, maka wajib bagi orang-orang mukmin untuk menyerahkan miliknya yang paling berharga, yaitu jiwa.

Lihatlah bagaimana pengorbanan seorang Khodijah—ummul mu’minin—radliyallahu ‘anha dalam bidang harta untuk penyebaran dien Islam. Beliau tak ragu sedikit pun menyerahkan hartanya demi tegaknya dien Islam. Maka, bukankah beliau adalah teladan yang mulia bagi kita? Lihat pula, bagaimana pengorbanan seorang ummu Muhammad untuk jihad fie sabilillah dan untuk keluarga mujahideen. Dan masih banyak lagi, teladan-teladan di zaman kita ini (bahkan di negeri kita ini) yang patut kita jadikan contoh baik yang tersembunyi mapun yang dzahir (tampak), jika saja kita mau mencari dan meneladani mereka.

Ukhtiy fillah, sesungguhnya apabila kita belum mampu membantu mujahideen dengan jiwa kita, maka bantulah mereka dengan harta kita. Bukankah kewajiban kita untuk mengurusi keluarga yang ditinggalkan mujahideen? Bukankah kewajiban kita untuk memberangkatkan mujahideen dengan harta kita? Sungguh di dalamnya ada kemuliaan dan pahala yang besar.

Dalam hadis shahih disebutkan,
“Barang siapa membekali orang yang berjihad di jalan Allah, maka dia mendapatkan pahala seperti pahalanya tanpa mengurangi pahala orang yang berjihad tersebut sedikit pun”[13]
“Siapa pun di antara kalian yang menggantikan tugas orang yang keluar berjihad di keluarganya dan hartanya dengan baik, maka dia berhak mendapatkan setengah pahala orang yang keluar berjihad”[14]

Termasuk di dalamnya adalah, kita mengumpulkan sedekah dari kaum muslimin untuk mujahideen dan keluarga mereka. Dan juga membayar zakat untuk mujahideen, karena salah satu ashnaf yang berhak memperoleh zakat adalah mujahideen sebagaimana yang Allah sebutkan dalam al qur’an[15] yaitu “ashnaf fie sabilillah”.
Demikian juga, kita harus mengeluarkan harta untuk membebaskan mujahideen yang tertawan. Karena sesungguhnya tugas kaum musliminlah (yang mampu) untuk membebaskan tiap kaum muslimin yang ditawan orang-orang kafir, karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda;

“Bebaskanlah tawanan, berilah makan orang yang kelaparan, dan jenguklah orang yang sakit”.[16]
Maka, ambilah peran ini sesuai kemampuan kita. Jangan sampai kita tertinggal dari “Pasar Jihad” ini.

4. Membantu mujahideen dengan jiwa kita
Inilah puncak pengorbanan yang tertinggi dalam pengorbanan untuk dien Islam dan kaum muslimin, pengorbanan untuk jihad dan mujahideen. Pengorbanan yang mahal, karena jiwa menjadi tebusannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dan di antara manusia ada yang menjual dirinya untuk mencari ridha Allah. Dan Allah Maha Penyantun terhadap hamba-hambaNya”[17]

Memang benar, tidaklah menjadi fardlu ‘ain seorang muslimah turut serta dalam jihad dengan jiwa memerangi orang-orang kafir, akan tetapi status hukumnya adalah keutamaan (dengan tetap memperhatikan batasan-batasannya, seperti ada mahrom, berhijab, aman dari fitnah dll), dan hanya dalam kondisi tertentu saja muslimah diwajibkan[18]. Akan tetapi, tidakkah hati kita tergerak untuk ikut serta di dalamnya? Sedangkan jihad adalah amalan yang tertinggi, pahala syahid yang Allah janjikan sangatlah menggiurkan, sedangkan telah banyak teladan sebelum kita yang telah memberikan contoh untuk kita?

Inilah dia Shofiyah binti Abdul Muthalib radliyallahu ‘anha, bibi Rasulullaah shalallahu ‘alaihi wa sallam, saudara kandung dari Hamzah bin Abdul Muthalib radliyallahu ‘anhu. Ia adalah seorang wanita mukminah yang telah berba’iat, juga mujahidah yang sabar. Betapa pemberaninya ia dalam keikutsertaan jihadnya bersama Rasulullah dalam perang Khandak, tatkala Yahudi berupaya melakukan penyerangan yang busuk terhadap pasukan wanita. Ia tak ragu untuk membunuh si Yahudi ini dengan tongkat dari kayu. Dialah, sebagaimana yang ia katakan, “wanita pertama yang membunuh seorang laki-laki”. Dia bahkan lebih berani dibandingkan kebanyakan para lelaki zaman ini.

Inilah ummu ‘umarah (Nasibah binti Ka’ab) radliyallahu ‘anha, prajurit yang beriman, di mana ia tak sedikit pun ragu untuk membela Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam perang Uhud, di mana saat itu banyak dari para lelaki meninggalkan medan jihad karena rasa takut akan musuh. Ia tak segan membela Rasulullah dengan jiwanya, menebaskan padang pada musuh-musuh Allah meski dalam kondisi terluka. Kepadanyalah Rasullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Siapakah yang sanggup melakukan sebagaimana yang kau lakukan ini, wahai ummu ‘umarah?”.

Begitulah para shohabiyah radliyallahu ‘anhunna. Keimanan mereka, mereka buktikan dengan keikutsertaan dalam pembelaan terhadap dien ini dengan lisan, harta dan jiwa mereka. Karena sesungguhnya keimanan itu membutuhkan pembuktian. Dan kepada merekalah (shohabiyah), kita mengambil teladan, dan kepada merekalah kita bercermin.
Kita tidak melupakan keberanian Royyim ar Royaasyiy rahimahallah, muslimah Palestina, seorang istisyhadiah yang telah menjual dengan murah jiwanya di jalan Allah. Ia memberikan teladan yang sangat mengagumkan akan pengorbanan jiwa di jalan Allah. Ia telah meneruskan “garis keturunan” shofiyah dan ummu ‘umaroh dalam keberaniannya membela dien Islam.

Kita pun tak melupakan sosok Sana’ Al Muhaidily rahimahallah, pelaku istisyhadiyah di Libanon yang telah menewaskan kurang lebih 300 tentara kafir Amerika. Ia tak gentar, meskipun jiwanya melayang di jalan Allah. Alangkah mulianya engkau wahai Al Muhaidily. Sungguh, alangkah mulianya...
Tak ketinggalan pula, pengorbanan Nausyah Asy Syammary dan Waddad Ad Dulaimiy rahimahumullah di jalan Allah di bumi Iraq, yang sangat menawan hati dan penglihatan kita. Maka, adakah di antara kita yang mau mengambil pelajaran dari mereka ya ukhtiy?

Ukhtiy fillah, inilah peran-peran yang bisa kita sumbangkan dalam kancah jihad.
Dan satu peran lagi dalam rangka membantu mujahideen yang setiap orang dapat melakukannya, baik muda atau pun tua, baik kaya atau pun miskin, baik yang sudah memiliki anak maupun belum, baik yang sudah menikah atau pun belum...ia adalah do’a.

Kita harus mendoakan mujahideen agar mereka tetap teguh di atas jalan jihad, agar mereka dapat mengalahkan musuh-musuh mereka dengan pertolongan Allah, dan agar Allah menimpakan kecelakaan bagi musuh-musuhNya. Juga kita harus berdoa untuk mujahideen yang tertawan agar segera dibebaskan, untuk mujahideen yang terluka agar segera sembuh, untuk mujahideen yang gugur di medan jihad agar diterima sebagai syuhada’ dan berdoa untuk para pemimpin mereka. Demikian juga, kita harus mendoakan anak-anak dan keluarga mereka agar sabar, selamat dan terpelihara.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanjatkan doa qunut selama sebulan penuh untuk tiga orang shahabat yang tertawan di Mekkah. Kaum musyrikin Mekkah menyiksa mereka dan memaksa mereka untuk murtad. Di antara doa yang beliau panjatkan adalah, “Ya Allah, selamatkan Walid bin Walid, Salamah bin Hisyam dan ‘Ayyasy bi Abu Rabi’ah”[19].

Dan sesungguhnya “doa adalah senjata kaum muslimin”. Maka hendaklah berdoa di waktu-waktu mustajab, bersabar dan berhusnuzhan pada Allah bahwa Dia pasti akan mengabulkannya.
Sungguh demi Allah, sedikit apapun usaha kita dalam rangka membela dien Allah, dalam rangka membela syari’atNya, maka selama kita ikhlas tentu ada nilainya di sisi Allah. Maka usahakan apa saja yang kita bisa untuk membela dien Allah, untuk membela jihad dan mujahideen, untuk berpartisipasi dalam perjuangan ini. Karena sesungguhnya setiap pasar itu akan ada waktunya ditutup. Dan jika pasar jihad telah ditutup, maka pulanglah orang yang telah berpastisipasi dengan membawa keberuntungan, dan merugilah orang-orang yang hanya duduk-duduk saja tanpa ikut serta membantu.

Ukhtiy Muslimah, sungguh, ummat ini membutuhkan sosok-sosok teladan seperti mereka (para shahabiyyah radliyallahu ‘anhunna), yang tak ragu menawarkan dengan murah ruhnya di jalan Allah. Ummat ini membutuhkan sosok-sosok seperti mereka yang menyerahkan buah hatinya untuk dijadikan ‘tumbal’ fie sabilillah. Ummat ini membutuhkan sosok-sosok seperti mereka yang bersabar di atas jalan tauhid dan jihad, lagi berinfak fie sabilillah. Maka masih adakah alasan bagi kita—wahai ukhtiy—untuk tidak ikut serta dalam jihad ini?

Dan sungguh, dalam medan jihad saat ini, ummat ini belum mandul untuk melahirkan kstaria-ksatria wanita yang keberaniannya seperti mereka. Ummat ini belum mandul untuk menampilkan keberanian muslimah-muslimah dalam medan peperangan, juga belum kering rahim ummat ini untuk tetap melahirkan sosok-sosok teladan atas pengorbanan diri untuk dienullah.

Dan ummat ini tidaklah mandul untuk melahirkan kembali sosok-sosok shofiyah dan ummu ‘umarah, untuk melahirkan sosok seperti Al Khansa’ radliyallahu ‘anhuma, demi Allah tidak! Selamanya, generasi penerus shofiyah dan ummu ‘ummarah akan senantiasa ada, generasi penerus Khonsa’ akan senantiasa bermunculan, dengan atau tanpa keikutsertaan kita di dalamnya.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/peran-muslimah-dalam-kancah-jihad.html

Pokok Cinta Allah

Ibn Qayyim al-Jawziyyah (691/1292 - 751/1350) bukanlah tokoh yang asing dalam kalangan orang Islam, tetapi ramai yang tidak tahu pemikiran dan sumbangannya dalam falsafah ekonomi Islam. Ibn Qayyim banyak membincangkan konsep kekayaan dan kemiskinan, ekonomi dan zakat, konsep faedah, riba al-fadi dan riba al-nasiiah, dan mekanisme pasaran.
Segera & Sentiasa Mengingati Allah Swt
Dalam bidang Hadith, Ibn Qayyim menulis kitab-kitab seperti Tahdhib al-Siman oleh Abu Dawud, al-Wabilal Sayyab min al-Kalam al-Tayyib, dan sebagainya. Dalam bidang Fiqh dan Usul Fiqh beliau menyumbangkan kitab-kitab seperti, Ilam al-Muwaqqi'in 'an Rabb al-'Alarum, al-Turuq al-Hukmiyyah fi al-Siyysah al-Shar'iyyah, al-Solah wa Ahkam Tariqiha, Tuhfah al-Mawdud biAhkam al-Mawlud, Bayan al-Dalil "An Istighna" al-Musabaqah 'an al-Tahlil, al-Tahlil Fila Yaaill wa Yaarum min Libas al-Harir, dan sebagainya.
Dalam bidang tasawuf Ibn Qayyim menulis yang antaranya, kitab-kitab Madarij al-Salikin, Rawdah. al-Muhibbin wa Nuzhah ai-Mushtaqin, al-Fawa'id li Ibn Qayyim, 'Uddah al-Sabirin wa Dhakhirah al-Shakirin, Taraq al-Hijratayn wa Bab al-Sa'adatayn, dan sebagainya. Dalam bidang kalam dan falsafah Ibn Qayyim menulis beberapa kitab seperti, Shifa' a-'Alil fi Masa'il al-Qada' wa Al-Qadar wa al-hikmah wa al-Ta'lil, Kitab al-Ruh, Hadi al-Arwah ila Bilad al-Afrah, dan Miftah dar al-Sa'adah wa Manshur Wilayah al-'Ilm wa al-Iradah.
Pokok Cinta kepada Allah
AKAR- Ketundukan Kepada Allah
BATANG - Pengenalan Mendalam Terhadap Allah
RANTING - Rasa Takut Kepada Allah
DAUN - Rasa Malu Kepada Allah
BUAH - Ketaatan Kepada Allah
AIR DAN TANAH - Ingatan Kepada Allah





http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/pokok-cinta-allah.html

Keberkatan Yang Ku Cari

Pada kebiasaan petang, Azlan dan keluarganya berkumpul bersama-sama kerana Abi (ayah) dan Umi (ibu) Azlan mengajar pada waktu pagi manakala Azlan sekolah, jadi petanglah waktu yang sesuai untuk mereka berkumpul. Azlan merupakan anak tunggal pasanagn suami isteri ini.
Pada suatu petang, Azlan bertanyakan kepada abinya, "abi, bagaimana kita nak cari keberkatan hidup", kata Azlan kepada ayahnya.
Ayahnya seorang ustaz di salah sebuah sekolah menengah di ibu negara. Ayahnya dikenali sebagai Ustaz Amar. Selepas mendengar kata-kata daripada Azlan, ayahnya terdiam seketika dan mencari jalan untuk menjawab soalan itu yang semasa itu beliau sedang menanda kertas ujian bulanan pelajar sekolahnya.
Ibu Azlan (Ustazah Najihah) lalu dihadapan anaknya itu sambil membawakan air untuk suaminya itu. "Bang, ini air, hilangkan sedikit dahaga abang tu", Ustaz Amar berterima kasih kepada isterinya itu sambil masih terfikir-fikir akan soalan anaknya itu. Ustazah Najihah merupakan guru besar di salah sebuah sekolah agama di ibu negara.
Tiba-tiba talefon rumahnya berbunyi, "kring,kring,kring". Tiga kali deringan lalu disambut oleh Azlan, "Assalamualaikum, siapa yang bercakap??, hendak bercakap dengan siapa??..". Kata Azlan pada individu yang menelefon itu.
"Azlan, siapa ditalefon itu", kata Ustazah Najihah kepada anaknya itu, "Cikgu Zahir, umi" sahut Azlan. Cikgu Zahir merupakan teman kepada bapanya.
Ustaz Amar lantas bangun menerima panggilan talefon itu digangang talefon rumahnya dan meneruskan perbualan bersam Cikgu Zahir manakala Ustazah Najihah masuk ke dapur dan Azlan mengulangkaji pelajaran di biliknya.
Azlan mahu mencari jawapan kepada persoalannya siang tadi, "bapaku seorang ustaz yang berkelulusan dari Mesir, kenapa dia tidak menjawab soalan yang aku tanyakan tadi?? Bukankah dia seorang ustaz yang banyak menjawab soalan anak-anak muridnya??", Azlan memikirkan tentang soalannya yang belum lagi terjawab sehingga dia terlena.
"Azlan bangun! Azlan bangun! Azlan bangun! Ustaz Amar mengejutkan anaknya itu dari luar. Pada kebiasaan pagi Ustaz Amar dan Ustazah Najihah mengejutkan anaknya itu untuk bersama-sama menunaikan solat subuh berjemaah sebelum ke sekolah.
"Asalamualaikum Warahmatullah", "Asalamualaikum Warakmatullah". Selesai mereka solat pada pagi itu dan Ustaz Amar membaca doa dan terus bersiap-siap untuk menuju ke sekolah.
Ustaz Amar adalah guru tingkatan Azlan. Semasa sarapan, Azlan bertanyakan kepada ayahnya, "Abi, Azlan dapat A atau tidak dalam subjek Bahasa Arab? Ustaz Amar menjawab, "kamu mesti banyak lagi beri tumpuan sewaktu belajar, jangan leka sahaja". Azlan sedih akan jawapan daripada ayahnya itu dan dia tahu bahawa dia tidak mendapat A dalam subjek tersebut.
"Abi, abi jawablah soalan Azlan semalam..", tanya Azlan kepada ayahnya tentang soalan yang semalan. Ayahnya terdiam lagi. "Kenapa ayahku susah untuk menjawab soalan aku ini? Apa salahku?" Macam-macam yang difikirkan oleh Azlan.
"Azlan, nanti kamu akan tahu juga jawapannya, maafkan abi kerana melengahkan jawapan kepada soalan itu", bisik Ustaz Amar dalam hatinya sendirian.
Pada pagi itu ada perhimpunan di sekolah Azlan.
"Kring, Kring, Kring", bunyi talefon bimbit Ustaz Amar kedengaran. Ustazah Najihah yang menelefonnya. "Maaf saya ada di perhimpunan, saya mesej awak ye?.." kata Ustaz Amar kepada isterinya lantas mematikan talefon bimbit tersebut.
"Najiha, abang belum jawab lagi soalan anak kita itu, abang akan jawab semasa mengajar di kelas dia nanti?"
Itulah petikan SMS daripada Ustaz Amar kepada isterinya.
4 minit kemudian Ustazah Najiha membalas, "abang, jangan lewat membalas jawapannya, nanti dia fikir yang bukan-bukan, saya sentiasa menyokong tindakan abang, lakukan yang terbaik ye abang, saya nak masuk ke kelas, nanti apa-apa saya mesej abang ye, salam".
Azlan di sekolah adalah murid yang paling pintar dalam tingkatannya. Setelah perhimpunan selesai Azlan bertemu dengan Cikgu Rasyidah yang mengajarnya subjek Sejarah.
"Cikgu, cikgu, tunggu sekejap", Azlan mengejar Cikgu Rashidah yang mahu ke kelas 3 A untuk mula mengajar.
"Ada apa Azlan?.." kata ckgu tersebut dengan nada terkejut.
"Saya nak tanya cikgu, saya dapat A atau tidak dalam matepelajaran Sejarah?", kata Azlan menerangkan sebab dia mengejar cikgu tersebut.
"Awak dapat A, Azlan, tahniah, cikgu ada kelas ni, maaf ye Azlan". Cikgu Rashidah terus masuk ke kelas 3 A untuk mula mengajar.
Azlan terus ke kelasnya 5A sambil memikirkan "kenapa aku tak dapat A dalam subjek bahasa Arab?".
Tiba-tiba dia terlanggar Ustaz Amar. 'Asalamualaikum Ustaz", kata Azlan kepada ayahnya itu.
"Waalaikumusalam Azlan, masuk ke kelas, cikgu dah mula nak mengajar ni."
"Baiklah cikgu, maafkan saya cikgu", kata bualan antara Azlan dan ayahnya, Ustaz Amar.
Dikelas 5A, Ustaz Amar membahagikan kertas ujian bulanan kepada pelajar kelas tersebut termasuk Azlan.
"Mohd Farhan bin Abdul Ghani, 87, Nurul Nadia binti Musa 88, Mohd Fairuz bin Mohd, 89,Umi Iryani binti Sipon, 90, Mohd Azlan bin Amar Faiz, 98".
Azlan terkedu seketika. Manakan tidak dia ingatkan keputusannya kurang baik.
"Kadang-kadang manusia mudah putus asa akan rahmat Allah sebelum melakukan sesuatu, kadang-kadang manusia terlalu mahukan yang terbaik tanpa berusaha yang terbaik, kadang-kadang manusia jahil dalam ilmunya tanpa berusaha memperbaikinya, ingatlah kebekatan dalan hidup ini perlukan hijrah ke arah yang makruf.
Segala hijrah yang kita lakukan ke arah yang baik pasti Allah berkati. Rasulullah S.A.W pernah bersabda, 'Sebaik-baik manusia itu adalah yang bermanfaat'. Dan untuk menjadi orang yang bermanfaat, tidak semestinya kita perlu jadi orang yang berjaya, bekerjaya dan berpengaruh".
Itulah jawapan Ustaz Amar akan persoalannya semalam.
Azlan faham, bukan kepandaian dalam pelajaran semata-mata kita akan mendapat keberkatan Allah. Ayahnya tidak mahu Azlan hanya pentingkan pelajaran sahaja tapi jadilah orang yang bermanfaat untuk segala kebaikan atas dunia ini. Moga kita terus menjalani hidup di muka bumi ini dengan perkara yang disukai Allah.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/keberkatan-yang-ku-cari.html

8 Tips Mudah Membersihkan Hati

"Sesungguhnya dalam diri manusia itu ada seketul daging. Jika daging itu baik, maka baiklah seluruh anggota badannya tetapi seandainya daging itu rosak dan kotor, maka kotor dan rosaklah seluruh anggota badannya. Daging yang dimaksudkan ini adalah hati." - Hadis riwayat Bukhari dan Muslim daripada Nu'man bin Basyir
Bagaimana kita nak membersihkan hati dan membuang sikap-sikap negatif di dalam diri kita secara perlahan-lahan?
Berikut adalah 8 tips mudah yang ingin kami kongsikan bersama.
1.Bersyukur dengan kurniaan Tuhan
2.Beribadat dengan benar dan seikhlas hati
3.Berakhlak baik
4.Menimba ilmu tanpa henti
5.Bekerja keras cara bijak
6.Bersederhana dalam hidup
7.Ringan tangan membantu sesiapa sahaja
8.Memaafkan orang lain






http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/8-tips-mudah-membersihkan-hati.html




Ibu Yang Tidak Pernah Kecewa

Mungkin ramai yang sukar untuk percaya; walaupun beliau merupakan seorang ibu yang berkerjaya, beliau telah berulang-alik dari Kuala Lumpur ke United Kingdom sekurang-kurangnya 4 kali dalam masa kurang dari setahun.
Kesemua perbelanjaan ditanggung sendiri dan bukanlah dibiayai oleh kerajaan.
Tatkala semua orang membuat persediaan sambutan Hari Raya Aidilfitri, beliau membuat keputusan untuk menyambut hari mulia itu bersama anaknya di bumi asing United Kingdom.
Melalui keputusan itu, beliau boleh memasak lemang, rendag dan kuah kacang yang sangat dirindui oleh anaknya.
Saya masih ingat beberapa tahun lepas, saya telah berkata kepada diri sendiri bahawa apabila saya besar nanti, saya akan memiliki pekerjaan sendiri, kehidupan yang terjamin dan menjaga ibu saya.
Saya mahu berikan beliau kasih sayang sepertimana kasih sayang yang telah beliau curahkan kepada saya ketika saya kecil.
Walaubagaimanapun, Allah pastinya mempunyai perancangan tersendiri.
26 tahun telah berlalu, saya masih bergantung kepada ibu sepertimana saya masih kecil dulu.
Mengidap penyakit kanser membuatkan saya merasakan bahawa saya kembali menjadi seorang bayi, jika dilihat dari segi perhatian yang diberikan oleh ibu.
Ketika gatal di badan saya menyerang dan saya tak mampu untuk menahannya, ibu akan sentiasa membantu saya meletakkan ubat krim.
Selain itu beliau akan tolong garukan belakang saya supaya kegatalan itu reda.
Ketika saya rasa tak sedap badan dan sangat penat, ibu akan duduk di sebelah saya dan meletakkan tangannya di atas lengan saya. Bahasa badannya menyatakan bahawa semuanya akan baik-baik sahaja.
Ketika saya batuk dengan teruk dan rasa tertekan dengannya, ibu akan mendekati saya dan beliau akan memeluk saya; pelukan yang saya sangat perlukan untuk terus kuat dan tabah.
Dan senarai itu berterusan.
Ketika ibu bertugas di luar daerah, selalunya saya akan turut bersamanya; samada saya akan menjadi pemandunya atau saya menemaninya di dalam pesawat.
Ibu sanggup membeli tiket kapal terbang tambahan jika perjalanan perlu menggunakan kapal udara itu.
Sepanjang beberapa bulan lepas, kami telah mengembara bersama-sama ke Langkawi, Kuantan, Seremban, Genting Highlands dan lain-lain lagi.
Saya akan bersama ibu setiap kali ibu 'outstation' kerana ibulah insan yang terbaik dalam menjaga anak lelaki yang berumur 26 tahun ini.
Beliau tahu apa makanan yang terbaik untuk saya, apa yang saya boleh buat dan tidak boleh buat, dan apa yang saya perlu lakukan apabila saya berhadapan dengan detik-detik yang sukar.
Kadangkala saya hairan dari mana ibu dapat tenaga, kesabaran dan kekuatan untuk terus cekal menjaga saya.
Cuba anda tanya siapa-siapa yang menjaga pesakit kanser dan anda akan faham maksud saya.
Ibu juga akan sentiasa pastikan bahawa beliau tidak akan menunjukkan muka marah di hadapan saya.
Beliau faham bahawa bagi pesakit kanser, tekanan dan nafsu amarah perlu diminimakan.
Kadangkala ibu akan buat jenaka. Ketika beliau berbual dengan rakan-rakan atau sanak-saudara, beliau akan mengatakan bahawa saya adalah 'bayi besar.'
Pastinya saya tidak ambil hati dengan panggilan itu malah saya bersetuju dengan ibu kerana saya rasa dimanjakan olehnya.
Saya selalu terkenang, bagaimana saya mampu untuk terus hidup tanpa bantuan ibu.
Saya akan sentiasa memberitahu diri saya bahawa saya ada Allah dan Allah sendiri sudah cukup bagi saya.
Tetapi saya akan terus berdoa agar Allah berikan kesihatan kepada kedua ibu-bapa saya dan seterusnya Allah memberikan kemampuan untuk mereka terus kuat menjaga 'bayi besar' mereka.
Saya tidak berapa pasti mengapa saya tulis akan perkara ini, tetapi saya merasa satu kekuatan untuk menulisnya sebagai tanda penghargaan yang amat mendalam terhadap ibu.
Dalam hidup saya, ibulah insan yang tidak pernah kecewa. Beliaulah insan yang memberikan saya kasih sayang tanpa syarat.
Kepada sahabat-sahabat di luar sana, sayangilah ibu masing-masing dan janganlah sekali-kali melukakan hati mereka.
Beritahu ibu kita (mengikut cara masing-masing) bahawa kita sangat sayang kepada mereka dan tidak akan memperdagangkan ibu kita dengan apa pun di dunia ini.






http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/ibu-yang-tidak-pernah-kecewa.html

Panduan Memilih Isteri

"Yang paling kukuh keimanan ialah berkawan kerana Allah, bermusuhan kerana Allah, cinta kerana Allah dan membenci kerana Allah." - Hadis Riwayat Tabarani dari Ibnu Abbas r.a
Mengapakah teruna memilih gadis jelita? Kata orang, gadis seperti ini menyejukkan serta menggembirakan hati. Betulkah begitu?
Gadis itu pada asasnya bererti wanita yang belum bernikah.
Walaupun begitu, perkataan 'gadis' juga digunakan bagi menggambarkan kesucian seseorang wanita.
Wanita yang sudah ternoda sebelum berkahwin digelar 'sudah tiada gadis' atau 'sudah tiada dara'.
Umumnya, pengertian pertama iaitu wanita yang belum bernikah digunakan secara formal sedangkan yang kedua itu adalah gelaran yang diberikan secara berbisik-bisik.
Alam gadis merupakan alam yang paling manis bagi seseorang wanita.
Semasa inilah seseorang wanita itu akan mencapai tahap mekarnya dan keayuannya. Pada masa inilah wanita itu mula dipanggil 'bergetah' jika kita hendak meminjam bidalan Soekarno.
Bila dipandang, banyak hati lelaki akan tergoda.
Ada gadis yang 'boleh tahan' dan ada gadis yang 'tak boleh tahan'. Gadis yang 'boleh tahan' biasanya dianggap manis tapi tidaklah jelita.
Yang 'tak boleh tahan' pula adalah gadis yang sungguh cantik menawan. Ramai lelaki yang tergoda kepada gadis 'tak boleh tahan' ini apatah lagi jika gadis itu sendiri pandai pula menggoda dan mempermainkan perasaan lelaki.
Tidak dapat dinafikan bahawa lelaki teruna sememangnya tertarik pada rupa dan bentuk fizikal gadis.
Itulah yang menjadi asas mengapa mereka lebih memberi perhatian.
Ada orang berpendapat bahawa gadis yang cantik lebih beruntung kerana lelaki melayaninya dengan lebih baik, mesra dan lemah-lembut.
"Janganlah sekali-kali seorang lelaki berduaan saja dengan seorang wanita, melainkan dengan didampingi seorang muhrim." (Hadis riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas r.a.)
Biasanya teruna akan terpikat dan terpesona dengan kecantikan si gadis dahulu, kemudian barulah si teruna menyelidiki perangai si gadis.
Ini menyebabkan ramai lelaki terperangkap, menyesal atau menderita, terutamanya bila sudah terlanjur dan tidak boleh berundur lagi sedangkan baru tahu bahawa si gadis itu teruk perangainya atau sudah ternoda.
Walaupun 'mata yang belum berisi pengalaman' itu tertarik pada rupa yang cantik, sebenarnya jodoh bagi hati adalah hati juga, bukannya rupa.
Maksudnya pada akhirnya gadis yang hatinya paling suci sesuci hatinyalah yang dipilih oleh teruna untuk dikahwini.
Berikut adalah petua-petua sekiranya anda ingin memilih gadis jelita menjadi isteri anda:
Elakkan Dari Berkawan Dengannya
Dengan merapati dan berkawan dengan si gadis, kecantikan hati ini sebenarnya sukar untuk dinilai oleh lelaki. Selalunya yang dilihat semuanya 'baik, sopan dan elok' apatah lagi pada masa itu sang teruna sedang mahu, dia hanya nampak yang elok. Si gadis pula mungkin hanya berpura-pura jadi baik dan sopan untuk memikat teruna. Itulah sebabnya ada yang membidalkan bahawa:
'Yang bercahaya tidak semestinya emas' dan 'yang cantik tidaklah semestinya permata'. Maka elakkan dari berkawan dengannya untuk mengelakkan anda dari terpesona dan terpedaya.
Lakukan Risikan Secara Rahsia
Kecantikan hati biasanya boleh dinilai oleh pengamatan rahsia si teruna bersama keluarga teruna terhadap si gadis.
Risikan rahsia ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah tingkahlaku si gadis itu bila dia berada bersama keluarganya sendiri.
Adakah si gadis dari jenis yang suka berjalan, bergaul bebas, atau suka menolong ibunya memasak, rajin berkemas dan taat dalam beribadat akan dapat ditentukan dengan lebih jelas.
Pihak teruna juga boleh mengetahui perihal moral si gadis dengan menyelidiki ke manakah si gadis itu suka pergi di hujung minggu atau di masa lapangnya.
Jika dia gemar pergi ke tempat yang kurang baik, besar kemungkinan dia mempunyai sifat-sifat yang kurang baik pula.
Walaupun pada asasnya cara menyelidik begitu, atau dipanggil 'merisik' ini tidak begitu disukai oleh si gadis sendiri, ia adalah jalan yang dianggap lebih baik dari cara berkawan dengan si gadis, membawanya ke mana suka, dan 'menyelidik' dengan bertanya pada gadis itu atau hasil memperhatikan tingkah lakunya di depan mata.
Cari Yang Pandai Mengurus Rumahtangga
Pada zaman sekarang, masa remaja si gadis bererti masa sebagai pelajar sekolah menengah, pra-universiti dan pusat pengajian tinggi.
Bagi gadis-gadis ini, masa untuk mereka belajar menjadi 'wanita' dari ibu adalah amat terhad, jika ada, praktikannya hanya dalam jangkamasa pendek. Kesempatan untuk berada di dapur amatlah terhad pada hujung minggu serta semasa cuti.
Akibatnya, semakin ramai gadis yang berorientasikan kerja makan gaji dan tidak berorientasikan mengurus rumahtangga.
Cari Yang Hormat Kepada Orang Tua
Selidiklah apakah dia gadis yang tahu menghormati orang tua.
Ini penting kerana dia nanti akan bersua, bertandang ataupun duduk bersama ibu bapa anda.
Walau betapa cantik pun dia, jika dia tidak menghormati ibu dan bapa mertuanya, dia akan menyebabkan anda menjadi serba-salah dalam menangani kehidupan anda.
Cari Yang Pandai Menjaga Kehormatan
Hal ini juga dapat diperhatikan di kalangan gadis-gadis yang tidak begitu berjaya dalam pelajaran. Lebih ramai yang suka bekerja makan gaji dari membantu ibu di rumah atas alasan meringankan beban keluarga.
Bagi gadis yang mudah 'lupa' masa inilah mereka akan jadi rosak.
Mereka akan keluar dengan lelaki tanpa segan silu, mula memakai pakaian yang ketat dan menjolok mata serta belajar berbagai cara dari rakan sebaya untuk memikat lelaki.
lbubapa yang tidak mengawasi gerak-geri anak gadisnya mungkin akan menyebabkan gadis itu menjadi gadis murahan.
Cari Yang Tidak Bebas Dengan Lelaki
Pada zaman dahulu, ada ibu bapa yang sengaja tidak menghantar anak perempuannya ke sekolah.
Takut nanti jadi perempuan jahat akibat dapat bergaul dengan lelaki secara bebas.
Bila zaman semakin moden, pemikiran cara ini dianggap sudah usang.
Ramai pula menganggap adalah lebih baik bagi wanita bersekolah asalkan saja di sekolah dia dilengkapi dengan input tatasusila dan adat apatah lagi agama.
Cari Yang Didikan Agamanya Cukup
Beredarnya zaman perlu mengambil kira faktor sekeliling si gadis. Jelas pada kita bahawa cara hidup gadis sekarang sudah jauh berbeza berbanding gadis satu atau dua dekad silam.
Namun, dari sudut nalurinya adalah sama saja. Zaman gadis adalah zaman mencari identiti dan cuba mengekalkan identiti itu.
Jika terdedah dia kepada yang buruk maka buruklah jadinya.
Walaupun begitu, gadis yang mendapat didikan yang baik besar kemungkinan akan menjadi wanita yang berguna kepada negara dan agama malah boleh menjadi contoh teladan sama ada kepada wanita mahupun lelaki.
Cari Yang Berpegang Teguh Pada Suruhan Agama
Ada empat sebab utama mengapa teruna memilih seseorang gadis, kerana kecantikannya, kerana hartanya, kerana keserasian taraf dan kerana agama.
Yang akan membahagiakan ialah memilih gadis yang beragama.
Dimanakah letaknya nilai gadis yang cantik? Letaknya ialah pada keimanan gadis itu.
Jika dia cantik dan dia pula beriman, berharta dan setaraf pula, maka dialah yang masuk ke dalam kategori gadis yang 'tak boleh tahan'.
Tapi sedarlah, dia akan memilih lelaki yang baik-baik pula!





http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/panduan-memilih-isteri_15.html

Teladan Cinta Kita

Dia pahlawan yang dimuliakan wajahnya
Dia puteri dari zuriat yang mulia
Ali pewaris keberanian dan kebenaran
Fatimah titipan kesabaran dan kesucian
Persandingan itu...
di pelamin kemiskinan
Fatimah...
Puteri terpuji, isteri teruji,
Suami di medan jihad,
Kau bermandi keringat,
Jauh-jauh mencari air...di padang pasir
Disengat sinar mentari,
Sedikit pun tidak kau kesali,
Untuk suami, kerana Ilahi.
Ali...
Pahlawan unggul, ilmuan tersohor,
Syair setajam senjata,
Gagah sekukuh kota,
Kau kunci gedung nubuwwah,
Kau fakir yang pemurah,
Kau wira di sebalik selimut hijrah,
Berkorban nyawa untuk Rasulullah.
Ali dan Fatimah...
Subuh itu mereka berdua bertemu Nabi,
Lalu diluahkan ketandusan upaya,
Betapa tenaga seakan tak mampu lagi,
Untuk menanggung beban keluarga,
Sudilah kiranya dihadiahkan seorang sahaya.
Tersenyum Rasulullah mendengar rintihan,
Lalu diberikan zikir sebagai gantian,
Tiga kalimat sarat keberkatan,
Subhannallah, Alhamdulillah, Alllah hu Akbar,
Lalu esoknya mereka datang lagi...
Bersama satu kelapangan dan kekayaan hati,
Cukuplah kami tak perlu apa-apa lagi!
Mereka miskin harta tapi kaya jiwa,
Sering berpisah tapi tak gundah,
Mereka bercinta kerana Allah.
Indahnya mempelai di pelamin kemiskinan,
Bila bersanding dua kemuliaan..
Seorang lelaki bergelar karamallahuwajhah,
seorang wanita yang az zahrah!





http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/teladan-cinta-kita_15.html

Caskanlah Tenaga Rohanimu

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dunia tanpa sempadan. Besi-besi berterbangan di udara, juga bertebaran di samudera. Manusia bergerak sambil duduk-duduk sahaja. Era perhubungan atau komunikasi telah maju. Gelombang menggerakkan aksara melalui patah-patah sms, mms, e-mel, dan juga faksimili.
Dunia di hujung jari.
Megah dunia ini dengan kecanggihan teknologi. Semakin hari semakin berkembang pesat dan tidak dapat dihalang lagi. Pun demikian, di celah-celah kerajaan teknologi, masih hidup hati-hati yang mencintai Allah.
Kerajaan teknologi terus mara. Menakluk dan menguasai segala. Berkembang dan meluaskan jajahannya. Inilah pembangunan, inilah kemajuan. Namun ia rupanya membawa bersama anasir api yang sedikit demi sedikit membakar dan menghanguskan kemanusiaan, jua ketaqwaan.
Mampukah hati-hati yang mencintai Allah terus hidup di dalam kepanasan api yang kian marak membakar? Perlukah mereka lari menghindari atau harus berani menghadapinya?
Jangan lari, namun beranikan diri dalam menghadapinya. Bantulah kebangkitan kerajaan teknologi tetapi padamkanlah anasir apinya dengan siraman ketaqwaanmu. Namun kuatkah engkau untuk melawan api yang kian menyala itu?
Wahai hati-hati yang mengakui cinta kepada Allah, caskanlah tenaga rohanimu agar ia teguh bertahan menerima asakan duniawi. Caskanlah ia lima waktu sehari semalam, tambahkan casnya di celah-celah yang lima itu, yakni di malam hari sebelum engkau pejamkan matamu dan di dingin dinihari setelah engkau mencelikkan matamu.
Sujudlah Kepada Yang Engkau Sering Mengakui Cinta Pada-Nya.
Di saat engkau sujud, bukan lagi ibu ayah, suami, isteri, saudara-mara, rakan taulan atau anak-anak yang paling hampir denganmu akan tetapi Allahlah yang paling hampir. Dia dekat denganmu melebihi urat lehermu sendiri. Dialah Allah; wajah yang engkau idam-idamkan dalam tidur dan jaga. Dialah Allah; wajah yang engkau rindu-rindukan ketika hayat dan jua ketika jasadmu tidak lagi bernyawa.
Senyumlah kerana engkau telah mencapai nikmat perhubungan termaju di antara Khaliq dan makhluk-Nya, dan caskanlah tenanga rohanimu, iaitu melalui sujud-sujud qudusmu!
Wallahua'lam.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/caskanlah-tenaga-rohanimu.html

Petua Awet Muda

Muka anda biasanya akan berminyak selepas bangun tidur.
Inilah masanya untuk mengamalkan urutan wajah.
Urutkan wajah anda dengan air dari bawah dagu hingga ke atas dahi diiringi selawat ke atas Nabi 3 kali.
Gunakan jari telunjuk kedua-dua belah tangan dan letakkan di bawah dagu. Pusingkan jari anda ke pipi,pipi ke hidung dan seterusnya ke bahagian dahi.
Lakukan setiap pagi disusuli dengan meminum air suam sebelum mengambil sarapan pagi. Perlu diingat, jangan sekali mengurut wajah anda dari atas ke bawah kerana ia akan mempercepatkan proses kedutan.
Sejurus bangun pagi baca doa, amalkan petua ini sebelum mandi dan gosok gigi. Masukkan air dalam mulut selama 10 saat dan selawat 3 kali dalam hati. Kemudian, baru diteguk.
Air liur pada awal pagi mengandungi enzim yang boleh menjadi penawar, kemudian barulah menggosok gigi.
Baca ayat 35 hingga 38 surah Al-Waqiah setiap kali mandi untuk curahan pertama, mulakan dari kepala.
Setelah solat subuh, bacalah surah Yusuf kemudian minum tiga teguk air suam. Mudah-mudahan wajah kelihatan berseri dan awet muda.
Setelah itu lakukan senaman ringan. Hirup udara segar dari luar dan jalan tanpa memakai kasut di halaman yang berumput. Geselkan kaki di atas rumput yang masih berembun.
Amalkan memotong kuku atau rambut pada hari-hari baik iaitu Isnin, Khamis dan Jumaat.
Mulakan dari telunjuk kanan sehingga kelingking jari kanan, seterusnya kelingking jari kiri ke ibu jari kiri dan diakhiri dengan ibu jari kanan.
Amalkan menanam kuku dan rambut yang dipotong atau gugur mudah-mudahan mendapat berkat di dunia dan akhirat
Semasa berdandan pada waktu pagi baca selawat di kedua-dua telapak tangan dan rautkan ke muka beserta niat dalam hati supa diindahkan wajah seperti wajah Nabi Yusuf AS. Amalkan setiap pagi.
Ketika makan, janganlah disulam dengan minum air.
Minumlah setelah setengah jam selepas makan.
Rajin-rajinlah membaca Al-Quran dengan niat ikhlas kerana Allah.
Amalkan solat tahajud.
Sentiasa tenang dan bersikap positif.
Mulakan sesuatu urusan dengan nawaitu yang baik dan niat kerana Allah.
Maafkan semua orang sebelum tidur.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/petua-awet-muda.html