Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Rabu, 06 Juni 2012

Muhammad Alexander Pertz: Kisah Bocah Amerika Menemukan Islam dalam Buku

ALEXANDER PERTZ dilahirkan dari kedua orang tua Kristen pada tahun 1990. Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat. Begitu dia bisa membaca dan menulis, maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca buku-buku secara mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.
Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar azan.
Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslim pun. Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Muhammad Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah SAW yang dia cintai sejak masih kecil.
Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut balik bertanya kepada wartawan itu, ”Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran?”
Wartawan itu berkata: ”Tidak.” Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.
....Setelah membaca buku-buku secara mendalam, Alexanddr memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun....
Bocah itu kembali berkata, ”Akan tetapi engkau adalah seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian?” dia menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan. ”Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji? Apakah engkau telah menunaikan ’umrah? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram? Apakah pakaian ihram tersebut mahal? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja? Kesulitan apa sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan Islami?”
Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (serban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan azan sebelum dia shalat. Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, ”Terkadang aku kehilangan sebagian shalat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu shalat.”
Kemudian wartawan itu bertanya pada sang bocah, ”Apa yang membuatmu tertarik pada Islam? Mengapa engkau memilih Islam, tidak yang lain saja?” dia diam sesaat kemudian menjawab.
Bocah itu diam sesaat, kemudian menjawab, ”Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentang Islam, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku pada Islam.”
....Segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentang Islam, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku pada Islam....
Wartawan bertanya kembali, ”Apakah engkau telah puasa Ramadhan?”
Muhammad tersenyum sambil menjawab, ”Ya, aku telah puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama”. Kemudian dia meneruskan : ”Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut”.
”Apa cita-citamu?” tanya wartawan
Dengan cepat Muhammad menjawab, ”Aku memiliki banyak cita-cita. Aku ingin haji ke Makkah dan mencium Hajar Aswad”.
”Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untuk menunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut?” tanya wartawan lagi.
Ibu Muhammad untuk pertama kalinya ikut angkat bicara, dia berkata: ”Sesungguhnya gambar Ka’bah telah memenuhi kamarnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain”.
Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ’Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.
Kemudian Muhammad meneruskan, ”Aku sudah menabung dengan mengumpulkan sisa dari uang sakuku agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah. Aku mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”
....Aku sudah menabungkan sisa dari uang sakuku agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah. Perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar....
Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, ”Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”
”Apakah cita-citamu yang lain?” tanya wartawan kepada sang bocah.
“Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka,” jawab Muhammad.
Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka dia pun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.
Muhammad berkata, ”Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”
....Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, menghafal Al-Quran, dan belajar di negeri Islam....
”Apakah engkau mempunyai cita-cita lain?” tanya wartawan lagi.
Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al-Quran.”
“Apakah engkau berkeinginan belajar di negeri Islam?” tanya wartawan
“Tentu!” tukasnya.
”Apakah engkau memiliki kesulitan dalam hal makanan? Bagaimana engkau menghindari daging babi?”
Muhammad menjawab, ”Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku bilang kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”
”Apakah engkau shalat di sekolah?”
”Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan. Aku shalat di sana setiap hari,” jawab Muhammad.
Kemudian datanglah waktu shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan, “Apakah engkau mengizinkanku untuk mengumandangkan azan?”
Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan azan. Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu menyuarakan azan. Subhanallah!!



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/muhammad-alexander-pertz-kisah-bocah.html

Kerukunan, Kunci Kebahagiaan Rumah Tangga

Betapa indah sebuah rumah tangga yang dibina dengan kasih sayang yang tulus, kesederhanaan konflik dan keramahan komunikasi antar dua pasangan. Naungan yang hangat memberikan kenyamanan tersendiri di rumah. Sebagai akibatnya, kesehatan hati dan imanpun insyaallah akan lebih terjaga dengan sebuah kerukunan. Sebaliknya, konflik yang tidak sehat hanya akan memicu kerumitan. Bila hal ini tidak segera disikapi dengan baik, maka akan berakibat buruk dalam kelanjutan kehidupan rumah tangga.

Kerukunan dan kedamaian adalah sesuatu yang sangat berharga. Betapa tidak, seseorang tidak dapat "membelinya" jika hanya mengandalkan materi atau status sosial yang tinggi. Sebagai contoh, betapa banyak orang yang mencari makan untuk keluarga, tapi seberapa sempat dia makan bersama keluarga dalam sehari-harinya.

Kerukunan adalah kata lain dari hak milik dari pribadi yang damai. Dan kedamaian itu sendiri hanyalah dimiliki oleh jiwa jiwa yang damai, hati yang luas dan pribadi yang mempunyai azzam yang kuat untuk selalu membahagiakan pasangan.

Kerukunan yang ada dalam rumah tangga bukan sebuah keajaiban yang tiba tiba muncul dan atau jika dia menghilang maka penderitanya akan menyalahkan nasib. Kerukunan terwujud sebagai hasil usaha dari masing masing pasangan untuk mau memaklumi dan saling melengkapi kekurangan yang satu dengan yang lain.Kerukunan tercipta karena adanya ikatan hati yang saling membutuhkan dan kemauan untuk mengesampingkan emosi dan ego masing masing.

Kerukunan dalam rumah tangga bukan sekedar teori, namun praktek yang tak berkesudahan dan menuntut kesabaran yang tiada batas. Dan ketika manusia yang penuh keterbatasan mendapatkan kesulitan untuk mencapainya, maka pertolongan dari Maha yang memberi ketenangan dan Penghilang Kesusahan yang Hakiki, akan selalu siap menolong hamba- hambanya yang memohon.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/kerukunan-kunci-kebahagiaan-rumah.html

Hukum Laki-laki Mengucapkan Salam Kepada Kaum Wanita dan Sebaliknya

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.
Dalam pergaulan antar sesama muslim ada adab dan hak-hak yang wajib untuk dijaga. Seorang muslim harus melazimi dan menunaikan adab dan hak tersebut kepada saudara muslimnya yang lain. Dalam menunaikannya harus disertai kayakinan bahwa itu bagian dari ibadah kepada Allah Ta’ala. Karena Allah telah mewajibkan hak-hak dan adab tersebut kepada seorang muslim untuk dipraktekkan terhadap saudara muslimnya, maka melaksanakannya termasuk bagian dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Di antara hak-hak dan adab tersebut adalah mengucapkan salam kepada saudara muslim. Mengucapkan salam ini disyariatkan saat bertemu dan berpisah, saat hadir dalam majelis dan saat meninggalkannya, serta beberapa kondisi lainnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَجْلِسِ فَلْيُسَلِّمْ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتْ الْأُولَى بِأَحَقَّ مِنْ الْآخِرَةِ
“Apabila salah seorang kalian sampai di suatu majlis hendaklah memberikan salam. Dan apabila hendak keluar, hendaklah memberikan salam. Dan tidaklah (salam) yang pertama lebih berhak daripada (salam) yang kedua.” (HR. Abu Daud dan al-Tirmidzi serta yang lainnya dan Syaikh Al-Albani mengatakan: Hasan shahih).” Maknanya, kedua-duanya adalah benar dan sunnah.
Dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu berkata, aku mendengar Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ : إذَا لَقِيته فَسَلِّمْ عَلَيْهِ ، وَإِذَا دَعَاك فَأَجِبْهُ
“Hak muslim atas muslim lainnya ada enam: apabila engkau bertemu dengannya maka ucapkan salam, apabila dia mengundangmu maka penuhilah undangannya, . . . .” (HR. Muslim)
Salam Laki-laki Kepada Kaum Wanita dan Sebaliknya
Anjuran untuk mengucapkan salam kepada sesama muslim tidak berlaku bagi sesama jenis saja, tapi juga kepada lawan jenis. Karena syariat Islam ditujukan kepada kaum wanita dan laki-laki, kecuali ada dalil yang menghususkannya bagi kenis kelamin tertentu. Hanya saja dalam mengucapkan salam kepada lawan jenis harus terpenuhi syaratnya, yaitu aman dari fitnah. Karenanya, jika ditakutkan akan menimbulkan fitnah maka tidak dianjurkan.
Al-Hafidz Ibnul Hajar dalam Fathul Baari dalam mengomentari bab Taslim al-Rijal ‘alaal-Nisa’ wa al-Nisa’ ‘ala al-Rijal (Bab salamnya kaum lelaki kepada kaum perempuan dan kaum perempuan kepada kaum lelaki), mengatakan bahwa Imam al-Bukhari seolah mengisyaratkan dalam bab ini membantah riwayat maqthu’ (berhenti pada tabi’in) dan mu’dhal (salah satu jenis hadits dhaif) yang dikeluarkan oleh Abdurrazaq dari Ma’mar, dari Yahya bin Abi Katsir yang berisi makruhnya kaum lelaki mengucapkan salam kepada kaum wanita dan sebaliknya. Kemudian Ibnul Hajar menjelaskan bahwa maksud dari bolehnya ini (kaum lelaki mengucapkan salam kepada kaum wanita dan sebaliknya) ketika aman dari fitnah.
Ibnul Hajar rahimahullah juga menukil ucapan Ibnu Bathal dari al-Muhallab, “Salamnya kaum lelaki kepada kaum perempuan dan kaum perempuan kepada kaum lelaki boleh, apabila aman dari fitnah.”
Bahkan kalau dalam majlis berkumpul kaum laki-laki dan wanita maka boleh mengucapkan salam dari dua sisi, (Demikian yang terdapat dalam Fathul Baari). Maka siapa yang yakin dirinya aman dari fitnah, lebih baik dia mengucapkan salam. Sebaliknya, siapa yang takut akan menimbulkan fitnah, maka diam itu yang lebih baik dan lebih selamat (dari ucapan al-Halimi dalam Fathul Baari).
Anjuran untuk mengucapkan salam kepada sesama muslim tidak berlaku bagi sesama jenis saja, tapi juga kepada lawan jenis.
Karena syariat Islam ditujukan kepada kaum wanita dan laki-laki, kecuali ada dalil yang menghususkannya bagi kenis kelamin tertentu.
Berikut ini kamu sebutkan beberapa dalil yang menunjukkan bolehnya mengucapkan salam laki-laki terhadap wanita dan sebaliknya, selama aman dari fitnah:
A. Salam laki-laki kepada kaum wanita
Dalil pertama: Dari Abu Hazim, dari Sahal berkata:
قَالَ كُنَّا نَفْرَحُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ قُلْتُ وَلِمَ قَالَ كَانَتْ لَنَا عَجُوزٌ تُرْسِلُ إِلَى بُضَاعَةَ قَالَ ابْنُ مَسْلَمَةَ نَخْلٍ بِالْمَدِينَةِ فَتَأْخُذُ مِنْ أُصُولِ السِّلْقِ فَتَطْرَحُهُ فِي قِدْرٍ وَتُكَرْكِرُ حَبَّاتٍ مِنْ شَعِيرٍ فَإِذَا صَلَّيْنَا الْجُمُعَةَ انْصَرَفْنَا وَنُسَلِّمُ عَلَيْهَا فَتُقَدِّمُهُ إِلَيْنَا فَنَفْرَحُ مِنْ أَجْلِهِ وَمَا كُنَّا نَقِيلُ وَلَا نَتَغَدَّى إِلَّا بَعْدَ الْجُمُعَةِ
“Kami sangat gembira bila tiba hari Jum’at.” Saya (Abu Hazim) bertanya kepada Sahal: “Mengapa demikian?” Jawabnya: “Ada seorang nenek tua yang pergi ke budha’ah -sebuah kebun di Madinah- untuk mengambil ubi dan memasaknya di sebuah periuk dan juga membuat adonan dari biji gandum. Apabila kami selesai shalat Jum’at, kami pergi dan mengucapkan salam padanya lalu dia akan menyuguhkan (makanan tersebut) untuk kami. Itulah sebabnya kami sangat gembira. Tidaklah kami tidur siang dan makan siang kecuali setelah jumat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalil kedua: Dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda;
يَا عَائِشَةُ هَذَا جِبْرِيلُ يَقْرَأُ عَلَيْكِ السَّلَامَ قَالَتْ قُلْتُ وَعَلَيْهِ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ تَرَى مَا لَا نَرَى
“Wahai Aisyah, ini adalah Jibril menyampaikan salam kepadamu.” Aisyah menjawab, “Aku mengatakan: wa’alaihis salam warahmatullah. Engkau (Rasulullah) melihat apa yang tidak aku lihat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maknanya bukan berarti malaikat adalah laki-laki, tetapi Allah menyebutkannya dengan laki-laki hanya sebagai sebutan. Dan dijadikannya hadits ini sebagai dalil bolehnya seorang laki-laki mengucapkan salam kepada kaum wanita karena saat itu Jibril datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam bentuk seorang laki-laki.
Dalil ketiga:
أَسْمَاءُ بِنْتُ يَزِيدَ قَالَتْ مَرَّ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نِسْوَةٍ فَسَلَّمَ عَلَيْنَا
“Dari Asma’ binti Yazid al-Anshariyah radhiyallahu 'anha, berkata: ‘Pernah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melewati kami, kaum wanita lalu beliau mengucapkan salam kepada kami.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Darimi dan Ahmad. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Ibni Majah no. 3701)
Dalil keempat: Dari hadits Kuraib, maula Ibni Abbas menceritakan, bahwa Abdullah bin Abbas, Abdur Rahman bin Azhar dan Miswar bin Makhramah pernah mengutusnya kepada Aisyah, istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Mereka berkata,
اقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنَّا جَمِيعًا وَسَلْهَا عَنْ الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ
“Sampaikan salam dari kami semua kepadanya, dan tanyakan tentang dua rakaat sesudah shalat ‘Ashar.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi sangat jelas dari keempat dalil yang disebutkan bahwa dibolehkan kaum lelaki mengucapkan salam kepada kaum wanita.
B. Salam wanita kepada laki-laki
Dalil pertama: Dari Abu Murrah, maula Ummi Hani’ binti Abu Thalib mengabarkan bahwa ia pernah mendengar Ummi Hani’ mengatakan,
ذَهَبْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْفَتْحِ فَوَجَدْتُهُ يَغْتَسِلُ وَفَاطِمَةُ ابْنَتُهُ تَسْتُرُهُ بِثَوْبٍ فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَقَالَ مَنْ هَذِهِ فَقُلْتُ أَنَا أُمُّ هَانِئٍ بِنْتُ أَبِي طَالِبٍ فَقَالَ مَرْحَبًا بِأُمِّ هَانِئٍ
“Aku pernah datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat Fathu Makkah, aku mendapatinya sedang mandi sedangkan Fatimah putri beliau menutupinya dengan kain. Lalu aku mengucapkan salam kepada beliau. Beliau bersabda: “Siapa di situ?” Aku menjawab, “Ummu Hani anak perempuan Abu Thalib.” Beliau menyahut, “Selamat datang wahai Ummu Hani!” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ummu Hani’ merupakan saudara sepupu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan bukan bagian dari mahram beliau. Dia mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau tidak mengingkarinya, yang berarti menyetujuinya yang menunjukkan bolehnya tindakan tersebut. Wallahu a’lam.
Dalil Kedua: Dari al-Hasan al-Bashri berkata,
كُنَّ النِّسَاءُ يُسَلِّمْنَ عَلَى الرِّجَالِ
“Zaman dahulu (yakni zaman sahabat), para wanita mengucapkan salam kepada kaum laki-laki.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad dengan sanad hasan)
Dari kedua dalil di atas sangat menunjukkan bahwa kaum wanita mengucapkan salam kepada kaum laki-laki telah ada dan terjadi pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat. Karenanya, berdasarkan keumumannya dibolehkan. Namun disyaratkan aman dari fitnah dan tidak menimbulkan kerusakan. Karena syariat datang untuk mewujudkan mashalih bagi umat manusia dan menghilangkan segala kemudharatan.
Berdasarkan dari dalil-dall di atas sangat jelas bahwa mengucapkan salam kepada lawan jenis tidak apa-apa, dibolehkan. Dengan syarat aman dari fitnah.
Kesimpulan
Berdasarkan dari dalil-dall di atas sangat jelas bahwa mengucapkan salam kepada lawan jenis tidak apa-apa, dibolehkan. Dengan syarat aman dari fitnah. Karena syariat datang untuk mewujudkan mashlahat dan menghilangkan mudharat. Oleh sbeab itu ada sebagian ulama, seperti Madzab Malikiyah membedakan antara salam kepada wanita tua dan yang masih muda. Kalau kepada yang sudah tua dibolehkan karena tidak akan menimbulkan fitnah, dan kepada yang masih muda melarangnya sebagai tindakan prefentif terhadap fitnah.
Al-Mutawalli –sebagaimana yang dinukil oleh Ibnul Hajar dalam syarah hadits salam Jibril kepada Aisyah di atas- menukilkan jika wanitanya cantik sehingga dikhawatirkan timbul fitnah darinya maka tidak disyariatkan mengucapkan salam, baik untuk memulai atau menjawab. Kalau salah seorang dari laki-laki atau wanita seperti itu mengucapkan salam, maka yang lain tidak dianjurkan menjawabnya. Jika wanitanya sudah tua dan diperkirakan tidak menimbulkan fitnah maka dibolehkan. Begitu juga jika berkumpul kaum laki-laki dan wanita dalam satu majlis maka dibolehkan untuk mengucapkan salam dari salah satu kelompok selama aman dari fitnah. Yang pada intinya harus tetap memperhatikan kaidah fiqih,
دَرْءُ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ مِنْ جَلْبِ الْمَصَالِحِ
"Membendung kerusakan lebih utama daripada mendapatkan kemaslahatan." (Lihat Shahih Adab Mufrad hal.398-399 karya Al-Albani). Wallahu Ta’ala a’lam.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/hukum-laki-laki-mengucapkan-salam.html

DAN SEMUT PUN BERDZIKIR

Barangkali di antara kita menganggap remeh mahluk Allah yang mungil ini, yaitu semut. Tidak jarang kita jengkel ketika semut mulai menggerogoti makanan atau mencicipi minuman segar yang kita simpan atau siap untuk dihidangkan dengan rapi. Dengan aktivitas semut ini, sebagian kita menganggap mereka mahluk yang selalu menyusahkan dan berbagai ekspresi lainnya.
Namun pernahkah kita menyadari bahwa semut terkadang lebih baik dari segolongan manusia? Mungkin kita bertanya-tanya dan sebagian ada yang menentang perkataan ini, bahkan ada yang menyatakan, "Manusia adalah mahluk Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang paling baik di dunia ini di antara berbagai mahluk Allah lainnya, apalagi jika dibandingkan dengan sekelompok semut."
Marilah kita perhatikan 2 kisah berikut:
Dari Abu Hurairah ra, Rosulullah bersabda, "Ada salah seorang Nabi yang singgah di bawah pohon lalu digigit oleh seekor semut. Kemudian ia membinasakannya dan mencari tempat persembunyian semut tersebut. Setelah itu, ia menyuruh untuk membakar tempat tinggal semut tersebut. Kemudian Allah menanyakan kepadanya, "Apakah hanya karena gigitan seekor semut engkau membakar satu umat yang senantiasa bertasbih, mengapa tidak satu semut saja yang engkau bunuh?" (Shahih, HR. Bukhari dan yang lainnya)
Dalam kisah yang lain, Ahmad menceritakan bahwa Waki' memberitahukan kami, Mus'ir memberitahukan kami, dari Zaid Al-Ami, dari Abu Shadiq Al-Naji. Dia bercerita, Sulaiman bin Dawud pernah hendak pergi mencari air (maksudnya sholat Istisqo', meminta hujan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala), lalu ia melihat seekor semut dengan bersandar ke punggungnya dan mengangkat ke dua kaki depannya ke langit mengucapkan, "Sesungguhnya kami adalah satu mahluk dari mahluk-mahlukMu, kami sangat butuh siraman dan rejekiMu. Baik Engkau akan mengucurkan air dan rejeki kepada kami atau membinasakan kami." Kemudian Sulaiman bertutur (kepada kaumnya), "Kembalilah pulang, kalian akan diberi air (hujan) melalui doa dari mahluk selain kalian" (HR. Imam Ahmad)
Dari 2 kisah tadi, Maha Suci Allah, Allah telah memberi petunjuk kepada semut untuk senantiasa bertasbih kepadaNya. Ketika semut membutuhkan bantuan dan pertolongan, ia meminta kepada Allah semata. Lalu bagaimana dengan kita yang merupakan mahluk yang paling baik yang telah diciptakan Allah? Kita senantiasa melupakan Allah karena terlena dengan kenikmatan dunia, jarang bersyukur atas karuniaNya, serta jarang berdoa kepadaNya. Sebagian besar di antara kita masih saja menyekutukan Allah dengan meminta bantuan kepada jin, tukang sihir, paranormal, orang yang telah meninggal, tempat atau benda yang dianggap keramat. Bahkan ketika tertimpa musibah bencana alam sebagian kita tetap saja melakukan ritual yang tidak ada dalam ajaran Islam serta menyekutukan Allah.
Hendaknya kita sebagai manusia merasa malu kepada semut yang selama ini kita anggap sepele, apalagi kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Wallahu a'lam ....



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/dan-semut-pun-berdzikir.html

PANDAI MEMAAFKAN

Tak hendak memperdebatkan kebenaran kisah yang melatarbelakangi lagu “Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree" . Lagunya memang benar ada dan silakan kalau sahabat hendak mencoba dengarkan. Pada kesempatan ini kita hanya hendak mengambil hikmah dari kisah (yang konon menjadi latar belakang) lagu ini, sebagai ilustrasi yang memudahkan kita belajar untuk memiliki pribadi yang agung. Salah satu cirinya adalah pribadi yang pandai memaafkan….
Berikut kisah yang sudah sangat populer beredar di internet …..
Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak, Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam-malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.
Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang baru. Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Seks, judi, mabuk-mabukan, dia menikmati semuanya.
Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal. Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara.
Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia. Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya.
Dia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis,
"Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku, namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan?”
“Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota. Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tidak akan turun dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur hidupku."
Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau jika istrinya membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya?
Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup. Dia meminta kepada sopir bus itu, "Tolong, kalau lewat White Oak, jalannya pelan-pelan saja......"
Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak. Dia tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras.
Akhirnya dia melihat pohon itu. Air mata menetas di matanya......
Dia tidak melihat sehelai pita kuning...
Tidak ada sehelai pita kuning....
Tiada sehelai......
Melainkan ada seratus (100) helai pita-pita kuning....
bergantungan di pohon beringin itu...
Ooh...pohon itu seakan dipenuhi pita kuning...!!!!!!!!!!!!
Sang sopir langsung menelpon surat kabar dan menceritakan kisah ini. Kemudian lahir lagu "Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree". Lagu ini ditulis oleh Irwin Levine dan L. Russell Brown. Mencapai nomor satu di Amerika Serikat dan lagu Inggris selama empat minggu pada bulan April 1973 dan nomor satu di tangga lagu Australia selama tujuh minggu dari Mei-Juli 1973.
I'm coming home I've done my time
And I have to know what is or isn't mine
If you received my letter Telling you I'd soon be free
Then you'd know just what to do If you still want me , If you still want me
Oh tie a yellow ribbon 'Round the old oak tree
It's been three long years Do you still want me
If I don't see a yellow ribbon 'Round the old oak tree
I'll stay on the bus, forget about us Put the blame on me
If I don't see a yellow ribbon 'Round the old oak tree
Bus driver please look for me 'Cause I couldn't bare to see what I might see
I'm really still in prison And my love she holds the key A simple yellow ribbon's
all I need to set me free I wrote and told her please Oh
tie a yellow ribbon 'Round the old oak tree It's been three long years Do you still want me
If I don't see a yellow ribbon 'Round the old oak tree I'll stay on the bus,
forget about us Put the blame on me If I don't see a yellow ribbon 'Round the old oak tree
Now the whole damn bus is cheering And I can't believe I see
A hundred yellow ribbons 'Round the old, the old oak tree
Tie a ribbon 'round the old oak tree Tie a ribbon 'round the old oak
Sahabat terkasih……
Alangkah indahnya jiwa sang istri….
sulit kita melukiskan keagungan hati wanita di balik kisah di atas.
Tidak hanya sekedar memaafkan…
namun dia memberikan lebih dari sekedar permaafan.
Dia memberikannya dengan segenap jiwa dan kasih sayang yang mengharukan hati.
Wanita tersebut adalah seorang yang sangat pandai dalam memaafkan.
Menjadi pribadi yang pemaaf adalah baik,
menjadi pribadi yang pandai memaafkan tentu akan lebih baik.
Pandai memaafkan, berarti mudah dan cepat
dalam hal sesuatu yang memang harus segera dimaafkan.
Tidak akan menyimpan rasa marah apalagi dendam dalam hati.
Pandai memaafkan , tentu saja tidak akan menyimpan “penyakit” dalam hati dan pikiran kita.
Seorang ahli hikmah mengatakan, lupakanlah dua hal.
"Lupakanlah kebaikanmu kepada orang lain
dan lupakanlah kesalahan orang lain kepadamu."
Insan yang pandai memaafkan bahkan membalas orang yang menyakitinya dengan kebaikan yang mengesankan.
Dari Uqbah bin Amir, dia berkata: "Rasulullah SAW bersabda, "wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu." (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy).
Sahabatku tercinta……
Jadilah orang yang pandai memaafkan,
berikanlah maaf pada sesama dan semua…..
Memaafkan dengan segera, santun, tulus ,
dengan segenap kemampuan sering menyisakan jejak...
Jejak keagungan, jejak yang bisa dibaca dan menjadi pelajaran bagi sesama..
Mungkin ada di antara kita,
memilih menumpahkan kemarahan ketika harga diri dijatuhkan.
Mendahulukan emosi ketika orang menyakiti
dengan kalimat-kalimat sindiran yang disengaja.
Orang yang pandai memaafkan memilih untuk berterima kasih
dan meyakini adanya transfer pahala ketika mampu memaafkan.
Dan memilih tidak lagi harus khawatir,
karena harga diri manusia hanyalah akan jatuh di mata-Nya,
ketika dia menggadaikan diri pada perbuatan dosa dan maksiat….
Pandailah dalam memaafkan, sahabat…
Termasuk pandailah memaafkan diri kita sendiri…
Agar kita bisa menikmati kilaunya pagi…
bisa meresapi indahnya jingga senja hari…….
"...dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu?
Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An Nuur :22).



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/pandai-memaafkan.html

Cinta oh Cinta

Cinta seperti angin … dirasakan ato tidak dia memberikan kehidupan kepada semua mahluk di bumi ini. Seperti angin Cinta tidak pernah senang untuk dirasakan dan tidak kecewa bila diabaikan. Dia ikhlas dan hanya memberi kita kehidupan.
Cinta Seperti Air … setia mengalir melewati semua rintangan dan celah kehidupan. Dia tak pernah mengeluh apa yang datang padanya… Dia selalu setia memberikan kehidupan tak pernak menyesalkan seburuk apapun perjalanannya ikhlas..mengalir hingga sampai samudera.. luas
Cinta itu ada walau kadang kita menampikannya dan tetap ikhlas dalam keangkuhan dan Ego…




http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/cinta-oh-cinta.html

Kiat-kiat Menghadapi Permasalahan Hidup

Satu kesulitan, ada dua kemudahan. Kemudahan pertama adalah ketika kita "menghadapi" dan bukan "menjalani". Kemudahan kedua adalah ketika kita menggeser fokus kepada yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Berikut ini ada 11 langkah yang mungkin berguna buat kita dalam menghadapi masalah hidup, yaitu:
1. SADARI
Maka, upaya terbaik kita yang pertama adalah menciptakan sebuah kesadaran tentang keberadaan persoalan itu dan tentang pemahaman bagaimana memisahkan "diri" dari "masalah".
2. TERIMA
Jangan tolak keberadaan masalah. Jika ia memang ada dan nyata, terima dulu. Pisahkan dua hal ini; "ada masalah" dan "saya ada masalah". Ketika kita merasa frustrasi, maka kita sebenarnya sedang dalam kesulitan untuk memisahkan dua cara pandang ini.
3. SOLUSI ADA DI DALAMNYA
Setiap persoalan, dipastikan selalu membawa bibit penyelesaian. Dan yang namanya bibit, sifat alamiahnya adalah pantas untuk tumbuh. Maka persoalan atau masalah, adalah tentang bagaimana Tuhan sebenarnya sedang menumbuhkan dan mendewasakan kita.
4. SELESAIKAN
Masalah hanya akan berlalu jika diselesaikan.
Belajarlah tentang cara dan pola yang sistematis dalam menyelesaikan masalah. Belajarlah auditing untuk berbagai persoalan.
5. NAIKKAN LEVEL BERPIKIR
Masalah kita muncul pada sebuah tingkat atau cara berpikir. Masalah itu akan bisa diselesaikan hanya jika kita menaikkan tingkat berpikir kita. Ini bisa dilakukan dengan mempelajari seluk beluk persoalan dan dengan melatih pola berpikir problem solving.
Cara yang paling mudah: Turunkan tingkat kepentingan dari masalah. Ini bisa dilakukan dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang menguji tingkat kepentingan masalah.
Latihan ini akan membiasakan himmah (kecenderungan, hasrat, niat, tekad, kehendak, semangat, sikap menyukai atau menyenangi, kecintaan) hati dan pola pikir kita, ke hal-hal lain yang jauh lebih baik untuk diri kita.
"Apakah masalah ini memang benar-benar masalah?"
"Apakah 'ini masalah' adalah hanya cara pandang saya saja?"
"Adakah sesuatu yang lebih baik dari apa yang menjadi masalah itu?"
Banyak sekali hal yang kita anggap masalah, sebenarnya hanya persoalan remeh. "Masalah" semacam ini bisa selesai justru dengan tidak menganggapnya sebagai masalah.
Hadapilah hanya yang memang benar-benar masalah (Perkecil masalah yang besar dan hilangkan masalah yang kecil)
6. JIKA PERLU: TULIS
Jika kita anggap perlu, tuliskanlah masalah yang kita hadapi. Berikan semua rincian yang bisa kita pikirkan. Dengan melakukan ini, kita akan bisa mulai mengorganisir, memilih, dan memilah pokok-pokok permasalahan yang kita hadapi.
7. CARI SOLUSI
Kita tak akan menemukan, jika kita tidak mencari.
Selalulah berupaya untuk mencari solusi. Ketahuilah, jika kita mencari kita pasti akan menemukan. Kita mungkin tidak tahu kapan, tapi pasti, pasti kita temukan. Teruslah mencari.
Sabar, tidak putus asa, dan pantang menyerah.
8. GUNAKAN WAKTU DENGAN BIJAK
Isilah waktu kita dengan mencari, menemukan, dan mengembangkan solusi. Jadilah manusia yang berorientasi pada solusi. Berhentilah mempertanyakan, dan mulailah bertanya. Mempertanyakan adalah tanda belum menerima, dan bertanya adalah sebaliknya.
Gunakan hanya sedikit waktu untuk masalah, dan segeralah bergerak mencari solusi.
9. PROPORSIONAL
Jangan biarkan masalah kita menjadi lebih besar dari pada diri kita sendiri. Ingatlah bahwa "sering", belum tentu sama dengan "besar".
Setiap masalah akan menjadi aturable (bisa di-manage), manakala masalah itu bisa diterjemahkan menjadi pecahan-pecahan kecil dari langkah-langkah yang perlu kita ambil.
10. BERSIKAPLAH BENAR
Kembangkan dan latih sikap yang tepat untuk setiap masalah. Berlatihlah untuk terampil menerapkan Prinsip 10/90 dari Stephen Covey. 10% adalah fakta, 90% adalah sikap.
Jika sudah terbiasa, maka yang biasa kita sebut dengan "masalah" akan menjadi "pengalaman belajar" dan "kesempatan".
11. JANGAN LIHAT MASALAH YANG TAK ADA
Gunakan kekuatan imajinasi kita untuk mencari solusi. Jangan gunakan untuk membayang-bayangkan masalah yang tidak ada.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/kiat-kiat-menghadapi-permasalahan-hidup.html

Prasangka Buruk Mengotori Hati

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Malam ini, aku ingin berbicara mengenai rasa kekecewaan seseorang terhadap saudara/inya.
Sebut saja namanya Fulanah. Begitu banyak prasangka yang hadir pada dirinya. Bukan sebagai pelaku yang berprasangka. Ternyata, ia adalah korban dari prasangka orang lain terhadapnya.
Menangis, deras dan tak henti... Mengingat kesalahan yang tak sepenuhnya harus ia tanggung. Berat beban yang berada di pundaknya. Menjalani hari-hari yang sebenarnya orang lain tak pernah tahu apa yang tengah diperjuangkannya.
Hal ini, membuatku jadi teringat... Bahwa berbagai prasangka buruk terhadap orang lain sering kali bersemayam di hati kita. Sebagian besarnya, tuduhan itu tidak dibangun diatas tanda atau bukti yang cukup. Sehingga yang terjadi adalah asal tuduh kepada saudara/inya yang lain. Kasihan sekali, korban yang menjadi tuduhannya... Iya kalau memang benar tuduhannya tersebut dan merasa bersalah, lah kalau ternyata yang dituduhkan padanya tak sepenuhnya benar, bagaimana???
Ternyata buruk sangka kepada orang lain atau su`uzhan mungkin biasa atau bahkan sering hinggap di hati kita. Berbagai prasangka terlintas di pikiran kita, si A begini, si B begitu, si C demikian, si D demikian dan demikian. Begitulah, ada saja orang yang kita prasangkakan. Namun, yang parahnya adalah terkadang perasangka kita itu tiadalah berdasar dan tidak beralasan. Memang semata-mata sifat kita suka curiga dan penuh sangka kepada orang lain, lalu kita membiarkan zhan tersebut bersemayam di dalam hati. Bahkan kita membicarakan serta menyampaikannya kepada orang lain bukan menyampaikan langsung pada orang yang kita tuduh melakukan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Padahal su`uzhan kepada sesama kaum muslimin tanpa ada alasan/bukti merupakan perkara yang terlarang dalam agama.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan (zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.” (Al-Hujurat: 12)
Jadi, Alloh Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk menjauhi kebanyakan dari prasangka dan tidak mengatakan agar kita menjauhi semua prasangka. Karena memang prasangka yang dibangun di atas suatu tanda-tanda yang menunjukkan ke arah tersebut tidaklah terlarang. Hal itu memang merupakan tabiat manusia.
Subhanalloh, perlu begitu hati-hati terhadap sikap yang kita lakukan. Abu Hurairah pernah menyampaikan sebuah hadits yang berbunyi:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ، وَلاَ تَحَسَّسُوْا، وَلاَ تَجَسَّسُوْا، وَلاَ تَنَافَسُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهَ إِخْوَانًا كَمَا أَمَرَكُمْ، الْمُسْلِمُ أَخُوْ الْمُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ، وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَهُنَا، التَّقْوَى ههُنَا -يُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ- بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَعِرْضُهُ وَمَالُهُ، إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُمْ، وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ

“Hati-hati kalian dari persangkaan yang buruk (zhan) karena zhan itu adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kalian mendengarkan ucapan orang lain dalam keadaan mereka tidak suka. Janganlah kalian mencari-cari aurat/cacat/cela orang lain. Jangan kalian berlomba-lomba untuk menguasai sesuatu. Janganlah kalian saling hasad, saling benci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Alloh yang bersaudara sebagaimana yang Dia perintahkan. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, maka janganlah ia menzalimi saudaranya, jangan pula tidak memberikan pertolongan/bantuan kepada saudaranya dan jangan merendahkannya. Takwa itu di sini, takwa itu di sini.” Beliau mengisyaratkan (menunjuk) ke arah dadanya. “Cukuplah seseorang dari kejelekan bila ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap muslim yang lain, haram darahnya, kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya Alloh tidak melihat ke tubuh-tubuh kalian, tidak pula ke rupa kalian akan tetapi ia melihat ke hati-hati dan amalan kalian.” (HR. ِBukhari Muslim)
Luar biasa... Ternyata Alloh sudah melarang jelas-jelas untuk tidak berprasangka pada orang lain. Apalagi terhadap saudara/inya sendiri yang telah diikat oleh tali ukhuwah. Bila ada yang kurang disenangi dengan apa yang dilakukan oleh saudara/i kita, alangkan lebih baiknya bila disampaikan secara langsung, tanpa membicarakannya di belakang dan diceritakan ke orang lain. Tak malu kah, aib saudara/inya diumbar? Tak jijikkah, memakan bangkai saudara/inya sendiri?
Malu ohh malu... Ya Robb, lindungi diri dari berprasangka terhadap orang lain. Masih banyak waktu untuk bisa menghabiskan waktu dengan hal berguna. Mengapa kita terlalu memikirkan urusan orang lain? Mengapa juga kita selalu meributkan masalah sepele, padahal semuanya akan mudah jika disampaikan atau dibicarakan dari hati ke hati, bukan malah bermain belakang. Semoga, kita tak menganggap diri kita jauh lebih baik dari orang lain, semoga prasangka yang pernah kita jatuhkan pada saudara/i kita diampuni dan segera Alloh beri kesempatan kita untuk memperbaiki diri.
إِنَّ اللهَ تَجَاوَزَ لِإُمَّتِي مَا حَدَثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا مَا لَـمْ يَتَكَلَّمُوْا أَوْ يَعْمَلُوْا بِهِ
“Sesungguhnya Alloh memaafkan bagi umatku apa yang terlintas di jiwa mereka selama mereka tidak membicarakan atau melakukannya.” (HR. Bukhari Muslim)
Masih ada waktu untuk bermuhasabah diri... Membingkainya dalam munajat pada Ilahi. Dekatilah Tuhan sebelum Ia menjauhi... Dan akhirnya harus berpikir berkali-kali, sebelum dosa-dosa menelan bumi dan penyesalan yang mesti dihadapi.
*Belajar berintrospeksi diri, sebelum orang lain dihakimi. Belajar mencintai, sebelum cinta itu pergi.
Persembahan untuk saudara/iku yang sempat terkotori hatinya oleh prasangka, yuk berbenah diri dan tabayun sebelum prasangka mengotori hati.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/prasangka-buruk-mengotori-hati.html

Takdir MilikNya, Doa dan Usaha Milik Kita

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Sebuah sms sampai di hapeku, "Takdir itu milikNya. Usaha dan doa milik kita". Seperti disiram air yang dingin, sejuk sekali membaca potongan kata yang sederhana tersebut. Sejauh ini, terkadang masih terbersit keraguan terhadap apa yang telah ditakdirkan olehNya, padahal.....
Bukankah Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hambaNya?
Takdir itu memang milik DIA, sebab DIA lah penentu bagi jalan hidup kita. Bukan orang lain yang menentukan apakah kita akan gagal dalam meraih impian atau apakah kita tidak akan bisa mengerjakan suatu hal. Bukan! Sejatinya, hanya Allah lah yang menentukan segala baik dan buruknya takdir bagi kita. Jikalau ujian datang, yakinlah bukan karena Alloh tak cinta, tapi justru karena Allah cinta lah maka ia memberikan ujian untuk kita agar semakin mendekat padaNya.
Sedangkan usaha dan doa itu milik kita. Ya! Sepakat sekali. Sebab Allah memerintahkan kita untuk berusaha secara maksimal demi mendapatkan apa yang diinginkan, bukan mudah putus asa dan menyerah begitu saja. Lakukanlah apa yang bisa dilakukan sesuai kemampuan kita lalu imbangi dengan doa yang dipanjatkan sehingga semakin lengkap munajat kita padaNya. Allah Maha Melihat, segala bentuk ikhtiar kita dan sedalam apa lantunan doa yang dipanjatkan demi impian-impian yang ingin dicapai.
Lagi-lagi, sederhana saja.... "Takdir itu milikNya. Usaha dan doa milik kita"
Bahwa doa dan ikhtiar kita yang miliki, sedangkan takdir Allah yang menguasai..... Apapun yang terjadi, optimislah dalam menjalani. Semoga semua dalam berkahnya Ilahi.
*Terima kasih untuk seseorang yang selalu menginspirasi :)
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/takdir-miliknya-doa-dan-usaha-milik.html