Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Senin, 25 Juni 2012

Wahai Insan yang bernama wanita …

Kenapa Harus Wanita Shalihah?
Bismillah..

Terkadang orang heran dan bertanya, kenapa harus mereka?
Yang bajunya panjang, tertutup rapat, dan malu-malu kalau berjalan..
Aku menjawab.. Karena mereka, lebih rela bangun pagi menyiapkan sarapan buat sang suami dibanding tidur bersama mimpi yang kebanyakan dilakukan oleh perempuan lain saat ini..
Ada juga yang bertanya, mengapa harus mereka?
Yang sama laki-laki-pun tak mau menyentuh, yang kalau berbicara ditundukkan pandangannya.. Bagaimana mereka bisa berbaur…
Aku menjawab.. Tahukah kalian.. bahwa hati mereka selalu terpaut kepada yang lemah, pada pengemis di jalanan, pada perempuan-perempuan renta yang tak lagi kuat menata hidup. Hidup mereka adalah sebuah totalitas untuk berkarya di hadapan-Nya.. Bersama dengan siapapun selama mendatangkan manfaat adalah kepribadian mereka.. Untuk itu, aku menjamin mereka kepadamu, bahwa kau takkan rugi memiliki mereka, kau takkan rugi dengan segala kesederhanaan, dan kau takkan rugi dengan semua kepolosan yang mereka miliki.. Hati yang bening dan jernih dari mereka telah membuat mereka menjadi seorang manusia sosial yang lebih utuh dari wanita di manapun..
Sering juga kudengar.. Mengapa harus mereka?
Yang tidak pernah mau punya cinta sebelum akad itu berlangsung, yang menghindar ketika sms-sms pengganggu dari para lelaki mulai berdatangan, yang selalu punya sejuta alasan untuk tidak berpacaran.. bagaimana mereka bisa romantis? bagaimana mereka punya pengalaman untuk menjaga cinta, apalagi jatuh cinta?
Aku menjawab..
Tahukah kamu.. bahwa cinta itu fitrah, karena ia fitrah maka kebeningannya harus selalu kita jaga. Fitrahnya cinta akan begitu mudah mengantarkan seseorang untuk memiliki kekuatan untuk berkorban, keberanian untuk melangkah, bahkan ketulusan untuk memberikan semua perhatian.
Namun, ada satu hal yang membedakan antara mereka dan wanita-wanita lainnya.. Mereka memiliki cinta yang suci untuk-Nya.. Mereka mencintaimu karena-Nya, berkorban untukmu karena-Nya, memberikan segenap kasihnya padamu juga karena-Nya… Itulah yang membedakan mereka..
Tak pernah sedetikpun mereka berpikir, bahwa mencintaimu karena fisikmu, mencintaimu karena kekayaanmu, mencintaimu karena keturunan keluargamu.. Cinta mereka murni.. bening.. suci.. hanya karena-Nya..
Kebeningan inilah yang membuat mereka berbeda… Mereka menjadi anggun, seperti permata-permata surga yang kemilaunya akan memberikan cahaya bagi dunia. Ketulusan dan kemurnian cinta mereka akan membuatmu menjadi lelaki paling bahagia..
Sering juga banyak yang bertanya.. mengapa harus mereka?
Yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca Al-Qur’an dibanding ke salon, yang lebih sering menghabiskan harinya dari kajian ke kajian dibanding jalan-jalan ke mall, yang sebagian besar waktu tertunaikan untuk hajat orang banyak, untuk dakwah, untuk perubahan bagi lingkungannya, dibanding kumpul-kumpul bersama teman sebaya mereka sambil berdiskusi yang tak penting. Bagaimana mereka merawat diri mereka? bagaimana mereka bisa menjadi wanita modern?
Aku menjawab..
Tahukah kamu, bahwa dengan seringnya mereka membaca al Qur’an maka memudahkan hati mereka untuk jauh dari dunia.. Jiwa yang tak pernah terpaut dengan dunia akan menghabiskan harinya untuk memperdalam cintanya pada Allah.. Mereka akan menjadi orang-orang yang lapang jiwanya, meski materi tak mencukupi mereka, mereka menjadi orang yang paling rela menerima pemberian suami, apapun bentuknya, karena dunia bukanlah tujuannya. Mereka akan dengan mudah menyisihkan sebagian rezekinya untuk kepentingan orang banyak dibanding menghabiskannya untuk diri sendiri. Kesucian ini, hanya akan dimiliki oleh mereka yang terbiasa dengan al Qur’an, terbiasa dengan majelis-majelis ilmu, terbiasa dengan rumah-Nya.
Jangan khawatir soal bagaimana mereka merawat dan menjaga diri… Mereka tahu bagaimana memperlakukan suami dan bagaimana bergaul di dalam sebuah keluarga kecil mereka. Mereka sadar dan memahami bahwa kecantikan fisik penghangat kebahagiaan, kebersihan jiwa dan nurani mereka selalu bersama dengan keinginan yang kuat untuk merawat diri mereka. Lalu apakah yang kau khawatirkan jika mereka telah memiliki semua kecantikan itu?
Dan jangan takut mereka akan ketinggalan zaman. Tahukah kamu bahwa kesehariannya selalu bersama dengan ilmu pengetahuan.. Mereka tangguh menjadi seorang pembelajar, mereka tidak gampang menyerah jika harus terbentur dengan kondisi akademik. Mereka adalah orang-orang yang tahu dengan sikap profesional dan bagaimana menjadi orang-orang yang siap untuk sebuah perubahan. Perubahan bagi mereka adalah sebuah keniscayaan, untuk itu mereka telah siap dan akan selalu siap bertransformasi menjadi wanita-wanita hebat yang akan memberikan senyum bagi dunia.
Dan sering sekali, orang tak puas.. dan terus bertanya.. mengapa harus mereka?
Pada akhirnya, akupun menjawab…
Keagungan, kebeningan, kesucian, dan semua keindahan tentang mereka, takkan mampu kau pahami sebelum kamu menjadi lelaki yang shalih seperti mereka..
Yang pandangannya terjaga.. yang lisannya bijaksana.. yang siap berkeringat untuk mencari nafkah, yang ku`t berdiri menjadi seorang imam bagi sang permata mulia, yang tak kenal lelah untuk bersama-sama mengenal-Nya, yang siap membimbing mereka, mengarahkan mereka, hingga meluruskan khilaf mereka…
Kalian yang benar-benar hebat secara fisik, jiwa, dan iman-lah yang akan memiliki mereka. Mereka adalah bidadari-bidadari surga yang turun ke dunia, maka Allah takkan begitu mudah untuk memberikan kepadamu yang tak berarti di mata-Nya… Allah menjaga mereka untuk sosok-sosok hebat yang akan merubah dunia. Menyuruh mereka menunggu dan lebih bersabar agar bisa bersama dengan para syuhada sang penghuni surga… Menahan mereka untuk dipasangkan dengan mereka yang tidurnya adalah dakwah, yang waktunya adalah dakwah, yang kesehariannya tercurahkan untuk dakwah.. sebab mereka adalah wanita-wanita yang menisbahkan hidupnya untuk jalan perjuangan.
Allah mempersiapkan mereka untuk menemani sang pejuang yang sesungguhnya, yang bukan hanya indah lisannya.. namun juga menggetarkan lakunya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang malamnya tak pernah lalai untuk dekat dengan-Nya.. yang siangnya dihabiskan dengan berjuang untuk memperpanjang nafas Islam di bumi-Nya.. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang cintanya pada Allah melebihi kecintaan mereka kepada dunia.. yang akan rela berkorban, dan meninggalkan dunia selagi Allah tujuannya.. Yang cintanya takkan pernah habis meski semua isi bumi tak lagi berdamai kepadanya.. Allah telah mempersiapkan mereka untuk lelaki-lelaki shalih penghulu surga…
Seberat itukah?
Ya… Takkan mudah.. sebab surga itu tidak bisa diraih dengan hanya bermalas-malasan tanpa ada perjuangan…




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/wahai-insan-yang-bernama-wanita.html

~: Wahai insan yang bernama lelaki

~: renungilah pedoman di bawah sebagai panduan menjalani kehidupan yang semakin mencabar zaman ini.
KETIKA MENCARI CALON
Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita. Janganlah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.
KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis,tetapi meminta kepada Allah melalui orang tua/wali si gadis.
KETIKA AKAD NIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu,tetapi menikah di hadapan Allah
KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN
Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoa'kan anda, kerana anda harus berfikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berfikir untuk BERCERAI kerana
menyia-nyiakan do'a mereka.
KETIKA MALAM PERTAMA
Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.
SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA
Sedarilah bahawa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalanbertabur bunga, tapi juga semak belukar yang penuh onak danduri.
KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA GOYANG
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru semakin erat berpegang tangan
KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK.
Cintailah isteri atau suami anda 100%

KETIKA TELAH MEMILIKI ANAK.
Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda,tetapi cintailah isteri atau suami anda 100% dan cintai anak-anak anda masing-masing 100%.
KETIKA EKONOMI KELUARGA MERUDUM
Yakinlah bahawa pintu rezeki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami dan isteri.
KETIKA EKONOMI BERKEMBANG
Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi kita semasa menderita
KETIKA ANDA ADALAH SUAMI
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri memerlukan pertolongan Anda.
KETIKA ANDA ADALAH ISTERI
Tetaplah berjalan dengan gemalai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan.
KETIKA MENDIDIK ANAK
Jangan pernah berpikir bahawa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak,kerana orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak….
KETIKA ANAK BERMASALAH
Yakinilah bahawa tidak ada seorang anakpun yang tidak mahu bekerjasama dengan orang tua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya.
KETIKA ADA PIL.
Jangan diminum, cukuplah suami, isteri sebagai ubat.
KETIKA INGIN AMAN DAN HARMONIS
Gunakanlah formula 7 K
Ketaqwaan
Kasih sayang
Kesetiaan

Komunikasi dialogis
Keterbukaan
Kejujuran
Kesabaran




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/wahai-insan-yang-bernama-lelaki.html

Buatku

NASEHAT BUAT AKU

Saat ujian menelan perasaan
Saat tangisan menjadi teman,
Saat butiran air mata menganak sungai
Satu kata yang harus selalu kita ingat…. SABAR.
Ketika fitnah menerjang
Ketika prahara menantang
Ketika pijakan kaki mulai goyang
Satu kata yang harus selalu terpatri dihati,,, SABAR
Sabar itu tiada batasannya, tahap demi tahap kesabaran akan
tetap kita lewati
Sabar adalah ciri orang yang rindu akan surga, kesabaran
adalah kunci kemenangan dalan keridhoan. Kesabaran adalah kekuatan.
Setiap manusia dilahirkan dengan
beban permasalan yang berbeda-beda dan semuanya dituntut untuk selalu bersabar,
karena Allah tidak akan pernah membebani hambanya melebihi kekuatan hambaNya.
Namun dikala dihimpit rasa yang begitu mengundahkan hati maka mengadulah dengan
Zat yang maha penyabar ,, menangislah dalam keheningan panjang dan merasakan
dekapan kasih Nya , dalam sujud panjang. Biarkan tiap jengkal sajadah menjadi
saksi tangisan buah kesabaran itu.. Biarkan sang kekasih menjadi saksi ..
bukankah orang sabar itu kekasih Allah.
Indahnya kesabaran akan
mendekatkan kita kepada Nya… karena apa yang luput darimu tidak akan menimpamu
,apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Kemenangan seiring dengan
kesabaran, jalan keluar seiring dengan cobaan dan kemudahan seiring dengan
kesulitan..
Dan….. Akan kah kita telah
menjadi orang yang SABAR ????????




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/buatku.html

Sabar…

BAGIAN 1
Orang yang sedang ditimpa penyakit tidak perlu dicekam rasa takut selama ia mentauhidkan Allah dan menjaga shalatnya. Bahkan, meskipun di masa sehatnya ia banyak berkubang dalam dosa dan maksiat, karena Allah itu Maha Penerima taubat sebelum ruh seorang hamba sampai di kerongkongan. Dan sesungguhnya di balik sakit itu terdapat hikmah dan pelajaran bagi siapa saja yang mau memikirkan-nya, di antaranya adalah:
1. Mendidik dan menyucikan jiwa dari keburukan.
Allah Ta'ala berfirman, artinya, “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS asy Syura: 30)
Dalam ayat ini terdapat kabar gembira sekaligus ancaman jika kita mengetahui bahwa musibah yang kita alami adalah merupakan hukuman atas dosa-dosa kita. Imam al Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu bahwa Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: ”Tidak ada penyakit, kesedihan dan bahaya yang menimpa seorang mukmin hinggga duri yang menusuknya melain-kan Allah akan mengampuni kesalahan-kesalahannya dengan semua itu.”
Dalam hadits lain beliau bersabda: “Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” Sebagian ulama salaf berkata, “Kalau bukan karena musibah-musibah yang kita alami di dunia, niscaya kita akan datang di hari kiamat dalam keadaan pailit.”
2. Mendapatkan kebahagiaan (pahala) tak terhingga di akhirat.
Itu merupakan balasan dari sakit yang diderita sewaktu di dunia, sebab kegetiran hidup yang dirasakan seorang hamba ketika di dunia akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat dan sebaliknya. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” Dan dalam hadits lain disebutkan, ”Kematian adalah hiburan bagi orang beriman.” (HR .Ibnu Abi ad Dunya dengan sanad hasan). At Tirmidzi meriwayatkan dari Jabir secara marfu’, ”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dicabik-cabik ketika di dunia karena iri melihat pahala orang-orang yang tertimpa cobaan.”
3. Allah dekat dengan orang sakit.
Dalam hadits qudsi Allah berfirman: ”Wahai manusia, si fulan hamba-Ku sakit dan engkau tidak membesuknya. Ingatlah seandainya engkau membesuknya niscaya engkau mendapati-Ku di sisinya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah)
4. Sebagai parameter kesabaran seorang hamba.
Sebagaimana dituturkan, bahwa kalau seandainya tidak ada ujian maka tidak akan tampak keutamaan sabar. Apabila ada kesabaran maka akan muncul segala macam kebaikan yang menyertainya, namun jika tidak ada kesabaran maka akan lenyap pula kebaikan itu.
Anas Radhiallaahu anhu meriwayatkan sebuah hadits secara marfu’, “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya cobaan. Jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengujinya dengan cobaan. Barang siapa yang ridha atas cobaan tersebut maka dia mendapat keridhaan Allah dan barang siapa yang berkeluh kesah (marah) maka ia akan mendapat murka Allah.”
Apabila seorang hamba bersabar dan imannya tetap tegar maka akan ditulis namanya dalam daftar orang-orang yang sabar. Apabila kesabaran itu memunculkan sikap ridha maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang ridha. Dan jikalau memunculkan pujian dan syukur kepada Allah maka dia akan ditulis namanya bersama-sama orang yang bersyukur. Jika Allah mengaruniai sikap sabar dan syukur kepada seorang hamba maka setiap ketetapan Allah yang berlaku padanya akan menjadi baik semuanya. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika memperoleh kelapangan lalu ia bersyukur maka itu adalah baik baginya. Dan jika ditimpa kesempitan lalu ia bersabar maka itupun baik baginya (juga).”

Bersambung . . . .




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/sabar.html

Tiga Langkah Menjadi Manusia Baik

Ada hadits pendek namun sarat makna dikutip Imam Suyuthi dalam bukunya Al-Jami’ush Shaghir. Bunyinya, “Khairun naasi anfa’uhum linnaas.” Terjemahan bebasnya: sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain.
Derajat hadits ini ini menurut Imam Suyuthi tergolong hadits hasan. Syeikh Nasiruddin Al-Bani dalam bukunya Shahihul Jami’ush Shagir sependapat dengan penilaian Suyuthi.

Adalah aksioma bahwa manusia itu makhluk sosial. Tak ada yang bisa membantah. Tidak ada satu orangpun yang bisa hidup sendiri. Semua saling berketergantungan. Saling membutuhkan.
Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim. Adil.
Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.
Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan orang yang mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruk manusia orang yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.
Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita. Dermawan. Ikhlas. Tanpa pamrih. Tidak punya vested interes.
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan.
Alasan Pertama, karena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?
Alasan Kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.
Alasan Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani). Subhanallah.
Alasan Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.
Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt. Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita seperti yang mereka saksikan di dunia.
Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita yaitu:
Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Ta’ala.
Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun.
Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri.
Ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita. Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seoran sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan.

Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.
Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita.

Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban seorang nenek yang menjinjing tas besar. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, dengan begitu kita bisa hadir untuk orang-orang di sekitar kita.
Mudah-mudahan yang sedikit ini bisa menginspirasi.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/tiga-langkah-menjadi-manusia-baik.html

Menyerahkan kan diri

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah sedangkan dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang pada buhul tali yang kokoh.
Dan hanya kepada Allah lah kesudahan segala urusan.
Kunci agar dapat berserah diri kepada Allah adalah, harus selalu berprasangka baik kepada-Nya. Berusahalah dahulu dengan segenap kemampuan yang ada, dan kemudian serahkan ketentuan hasilnya kepada Allah. Apapun hasil yang diperoleh dari usaha itu, yakinlah bahwa itu yang terbaik untuk kita, yaitu sejalan dengan permintaan kita pada setiap shalat (…ihdinashshirotol mustaqiim).
Musibah yang menimpa bukan untuk ditangisi, tapi merupakan indikator agar kita segera melakukan introspeksi diri.
Bahwa sesunguhnya Allah menghendaki akan menimpa musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri..
dan sekali-kali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba-Nya
Dengan berserah diri kepada Allah, Insya Allah kita akan terhindar dari stress. Segala urusanpun akan dimudahkan-Nya.
kita jangan memaksa atau mendikte Allah agar mengabulkan keinginan, tetapi berdo’alah dengan lemah lembut dan penuh harapan:
“Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sekiranya hal ini memang bermanfaat bagiku, kabulkanlah permintaanku.
Tetapi sekiranya hal ini tidak akan mendatangkan menfaat bagiku, jauhkanlah ya Allah! Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui.”




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/menyerahkan-kan-diri.html

** KARENA DIA MANUSIA BIASA **

Setiap kali ada teman yang mau menikah, saya selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suamimu/istrimu? Jawabannya sangat beragam. Dari mulai jawaban karena Allah hingga jawaban duniawi (cakep atau tajir, manusiawi lah). Tapi ada satu jawaban yang sangat berkesan di hati saya.
Hingga detik ini saya masih ingat setiap detail percakapannya. Jawaban salah seorang teman yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya tentulah melalui ta’aruf, tanpa pacaran. Mereka hanya berkenalan 2 bulan. Lalu memutuskan menikah. Persiapan pernikahan hanya dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat (aktivis pengajian), saya tidak akan heran. Proses pernikahan seperti ini sudah lazim.
Dia bukanlah akhwat. Satu hal yang pasti, dia tipe wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih suami. Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sulit untuk membuka diri. Ketika dia memberitahu akan menikah, saya tidak menanggapi dengan serius. Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya menangis lagi.
Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tanggal pernikahannya. Serta memohon saya untuk cuti, agar bisa menemaninya selama proses pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya. Asli. Saya pengin tau, kenapa dia begitu mudahnya menerima lelaki itu.
Ada apakah gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia bisa memutuskan menikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang sibuk sekali waktu itu. Saya tidak bisa membantunya mempersiapkan pernikahan. Beberapa kali dia telfon saya untuk meminta pendapat tentang beberapa hal. Beberapa kali saya telfon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya. That’s all. Kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing.
Saya menggambil cuti sejak H-2 pernikahannya. Selama cuti itu saya memutuskan untuk menginap dirumahnya. Jam 11 malam, H-1 kita baru bisa ngobrol –hanya berdua- di taman rumahnya. Hiruk pikuk persiapan akad nikah besok pagi, sungguh membelenggu kita. Padahal rencananya kita ingin ngobrol tentang banyak hal. Akhirnya, bisa juga kita ngobrol berdua. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak pada saya.
“Aku gak bisa tidur”, Dia memandang saya dengan wajah memelas. Saya paham kondisinya saat ini. Kita melanjutkan ngobrol sambil berbisik-bisik. Kita berbicara banyak hal, tentang masa lalu dan impian-impian kita. Wajah sumringahnya terlihat jelas dalam keremangan lampu taman.
“Kenapa kamu memilih dia” Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari duduknya sambil meraih HP disaku bajunya. Ia masuk dalam kamar berlahan dia membuka laci meja riasnya dan kembali ke taman lalu menyerahkan selembar amplop pada saya. Saya menerima HP dari tangannya. Amplop putih panjang dengan kop surat perusahaan tempat calon suaminya bekerja. Apaan sih. Saya memandangnya tak mengerti. Eeh, dianya malah ngikik geli.
“Buka aja” Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas polos ukuran A4, saya menebak warnanya pasti putih.. hehehe. Saya membaca satu kalimat di atas dideretan paling atas.
“Busyet dah nih orang” Saya menggeleng-gelengkan kepala sambil menahan senyum. Sementara dia cuma ngikik melihat ekspresi saya. Saya memulai membacanya. Dan sampai saat inipun saya masih hapal dengan kata-katanya. Begini isi surat itu.

Kepada Yth
Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya
Di tempat

Assalamu’alaikum Wr Wb
Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai.
Saya, yang bernama …. menginginkan anda, untuk menjadi istri saya.
Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Saat ini saya punya pekerjaan. Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak-anak saya kelak.
Saya memang masih kontrak rumah. Dan saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamanya. Yang pasti, saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan.
Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya.
Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh karena itu, Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh saya.
Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik.
Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda.
Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari saat ini.
Saya mohon sholat istikhoroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali ini saya membaca surat lamaran yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistis. Tanpa janji-janji gombal dan kata yang berbunga-bunga. Surat cinta minimalis, saya menyebutnya.
Saya menatap sahabat disamping saya. Dia menatap saya dengan senyum tertahan.
“Kenapa kamu memilih dia”
“Karena dia manusia biasa” Dia menjawab mantap.
“Dia sadar bahwa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya. Yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa. Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kita dikemudian hari. Entah kenapa, Itu justru memberikan kenyamanan tersendiri buatku”
“Maksudnya?”
“Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih ada. Iya kan? Paling gak. Aku tau bahwa dia gak bakal frustasi kalau suatu saat nanti kita jadi gembel. Hahaha…” Sahutnya dengan tawa renyahnya
* * *
Satu lagi pelajaran pernikahan saya peroleh hari itu. Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah tergores sejak ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahannya kelak. Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tapi sebuah proses usaha.
Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta, tahta dan nama. Embel-embel predikat diri yang selama ini melekat ditanggalkan. Ketika segala yang melekat pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan yang utama. Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan untuk ibadah. Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat skenarionya. Maka semua menjadi indah.
Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap umat-NYA.
Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan.
Hanya Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan.
Kita hanya bisa memohon keridhoan Allah. Meminta-NYA mengucurkan barokah dalam sebuah pernikahan.
Hanya Allah jua yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah.
Lalu, bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah bilang, Cinta itu proses. Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar cinta itu bisa bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan yang suci. Cinta tumbuh karena suami/istri ( belahan jiwa).
Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/karena-dia-manusia-biasa.html

Untuk Akhifillah, Dimanapun kau berada

Kutulis surat ini samata-mata atas dasar cinta karena Allah…
Mohon maaf atas kelancanganku telah berani menuliskan ini untukmu.
Namun aku ingin kau mengetahui, bahwa ada beberapa dari sifatmu yang tidak kami (para akhwat) sukai. Berbesar hatilah untuk mengetahuinya. Kami ingin kau terlihat baik dimata kami dan tentunya di mata Allah juga.
Akhi fillah…
Setiap kaum wanita merindukan sorang ikhwan yang mempunyai visi hidup yang jelas. Bahwa hidup ini diciptakan bukan semata untuk hidup. Melainkan ada tujuan mulia. Jangan kau sia−siakan waktu hidupmu dengan tujuan yang tidak jelas, tidak ada pegangan dan berlalu begitu saja dengan percuma. Ingatlah, bahwa laki−laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan. Berprinsiplah! Komitmenmu pada islam teguhkanlah. Bukankah kau telah mngkajinya tentang ini dalam majlis−majlis kajian Al−Qur’an yang biasa kau ikuti setiap bulannya. Di mana pengamalannya selama ini.
Akhi fillah…
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Oleh karenanya berlaku lembutlah terhadap perempuan. Ingatlkah engkau, dalam sebuah hadits, rasulullah memberitahukan bahwa sebaik−baik manusia adalah yang berlaku lembut terhadap wanita. Ini menunjukkan bahwa tabiat wanita tidak sama dengan tabiat laki-laki, wanita mempunyai sifat ingin selalui dilindungi. Bukan diperlakukan secara kasar. Sudahkah selama ini kau berlaku lembut terhadap perempuan. Adakah kau pernah menyakiti hati seorang perempuan..
Akhi fillah…
Hal selanjutnya yang tidak para akhwat sukai adalah kesombonganmu. Sombong adalah sifat setan laknat. Tidak ada seorang mahlukpun yang berhak sombong, karena kesombongan hanyalah hak priogatif Allah. Perempuan adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat bertentangan dengan kelembutan yang dimiliki perempuan. Jangan kira kekuasaanmu sebagai seorang laki−laki membuat dirimu menjadi sombong. Dengan sifat mengaturmu yang berlebihan, dan sifat tidak ingin di kalahkan oleh perempuan dalam hal apapun. Kami tau, bahwa ada batasan hak−hak antara perempuan dan laki−laki yang telah Allah tetapkan. Kami tidak menuntut emansipasi, tapi sadarlah wahai akhi, bahwa kau sering kali berlaku sombong di mata kami.
Akhi fillah…
Setiap akhwat sangat mendambakan seorang ikhwan yang mempunyai pendirian. Bukan ikhwan yang plinplan. Tetapi bukan diktator. Tegas dalam arti punya sikap dan alasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Tetapi di saat yang sama dapat bermusyawarah, lalu menentukan tindakan yang harus dilakukan dengan penuh keyakinan. Inilah salah satu makna qawwam dalam firman Allah: arrijaalu qawwamuun alan nisaa’ (An Nisa’:34).
Akhifillah…
Kau adalah penopang kami. Dikala kami membutuhkan penguat dalam situasi kekufuran yang sedang menerjang ini tak pantas bila kau malah ikut gentar atau juga lemah. Akhwat ingin ikhwan yang tegar, bukan ikhwan yang cengeng. Dalam hal ini bukan cengeng menangis ketika mendengar ayat−ayat Allah dilantunkan. Itu adalah kelembutan hati. Tetapi cengeng yang gentar menghadapi tantangan yang ada di depan. Bagaimana kau akan memimpin kami bila kau sendiri bersifat lemah. Ikhwan yang cengeng cendrung nampak serba tidak meyakinkan.
Akhi…
Kututup surat ini sampai disini. Semoga kau bisa mengambil maksud dari kami menuliskan ini untukmu. Salam sejahtera untukmu selalu. Semoga Allah selalu memberi cahaya ilmu−Nya kepada kita semua. Dan semoga Allah selalu menangi kita dalam rahman dan rahim−Nya. Amin.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/untuk-akhifillah-dimanapun-kau-berada.html

Ku Pertahankan Kesucian Hatiku Kepadanya untuk Mempertahankan Cintaku KepadaMu (Cerpen)

Simple Title: Beginilah Caraku Menjaga Hati
Ini adalah sebuah cerita nyata(meskipun ada pengeditan) dari seseorang yang dicerpenkan tentang caranya menjaga hati . Mungkin dengan ini kita mampu mengambil ibrah dari apa yang didapat dari cerita ini. Insya Allah.
***
Telah 5 tahun sudah, ku mencoba untuk mempertahankan hati ini untuknya, walaupun aku belum pernah melihat, mendengar, berinteraksi dan bertemu dengannya secara langsung untuk menjaga kesucian hatiku kepadaNya. Cerita ini berawal ketika hidayah itu telah datang dan dengan datangnya itu mampu mengubah segalanya jadi lebih indah dan terarah untuk ku tempuh.
Dahulu aku adalah seorang anak manusia yang biasa-biasa saja, seperti anak muda normal lainnya. Aku pun terkadang sering jatuh cinta kepada siapa yang aku kagumi. Hampir setiap hari mungkin hidupku terbiasa akan hal itu, hingga hal itu menjadi sesuatu yang lumrah dalam pribadiku.
Namun, pada suatu ketika datanglah Hidayah kepadaku. Hidayah yang didasari dari materi Cinta Kepada Allah yang banyak aku pelajari dari sekelilingku ditambah dengan materi dari guru ngajiku ketika mentoring di sekolah. Hidayah itu menumbuhkan aku untuk mencintai Rabb(Tuhan) sehingga membuatku rela untuk menyingkirkan yang lainnya di hatiku terkecuali aku mencintai yang lainnya karenaNya.
Kedatangan Cahaya itu mampu membuatku membuka mata hatiku dalam mengaplikasikan cinta, tanpa harus membawaku kepada jurang kehancuran. Sehingga akupun mulai berhati-hati terhadap hatiku dalam mencintai agar Cintaku kepada Allah yang telah DikaruniakanNya kepadaku mampu ku jaga karena aku menyadari bahwa hatiku miliknya. Dan Karena akupun juga menyadari bahwa cinta yang salah mampu melumpuhkan kualitas Cintaku denganNya, sedangkan yang aku harapkan adalah CintaNya karena tidak ada yang mampu mencukupiku kecuali Dia.
Sejak kedatangannya, hidayah itu mampu merubah segalanya yang ada pada diriku seperti masalah cara berfikir dan kepribadianku hingga orintasiku dalam mencintai sesuatu. Termasuk masalah ketertarikanku dalam menyukai sesuatu. Jika sebelumnya mungkin aku tertarik kepada wanita yang biasa-biasa saja, maka setelah Hidayah itu datang justru hatiku tertarik untuk menyukai muslimah dengan busana khas dan sikapnya yang cenderung pemalu. Dan oleh karena itu akupun berharap agar Allah menakdirkanku untuk menikah dengan salah satu diantara mereka, muslimah yang shalehah. Insya Allah, Allahuma Amiin. Karena aku mengetahui bahwa menikah adalah Sunnah Rasulullah.
Walaupun demikian, namun Hidayah itupun mampu mengajarkan aku dalam mengendalikan perasanku agar hatiku tidak salah dalam menyikapi apa yang menarik hatiku. Karena bagiku rasa ketertarikanku cukuplah akan aku tumpahkan kepada istriku kelak walaupun aku belum pernah bertemu dengannya.
Karena sejak awal, hidayah itu mampu membuatku memahami diriku akan hakikat mencintai pasanganku walaupun sebelum aku menikah dengannya tanpa membuat aku cenderung melupakan Allah, lantaran aku memahami bahwa kalau saja Allah menjadikan aku menikah dengan seseorang perempuan yg ditakdirkan Allah kepadaku maka untuk apa aku berharap dan menghabiskan waktuku kepada yang lainnya yang belum tentu akan menjadi istriku kelak, sedangkan hati ini mudah terdominasi dengan sesuatu hal yang lain jika kita tidak mampu mempertahankan hakikatnya dalam mencintai Rabb?.
Dan karena akupun tidak memungkiri bahwa setiap manusia yang normal pasti akan merasakan fitrahnya, termasuk permasalahan ketertarikannya terhadap lawan jenis, maka jika harus demikian, menurutku untuk apa jika hati ini aku tambatkan kepada siapa yang bukan orangnya nanti, jika memang hati ini sangat peka terhadap pengaruh diri yang memilikinya ketika hati itu salah dalam pengelolaannya. Oleh karenanya, aku memahami bahwa: Jika memang aku harus mencintai lantaran mencintai lawan jenis adalah fitrahku sebagai manusia maka aku akan mencoba untuk mencintai siapa yang akan aku nikahi nanti walaupun aku belum pernah bertemu dengannya, lantaran pasti Allah akan mempertemukanku dengannya, sehingga usahaku yang sia-sia akan cenderung berkurang di dalam lingkup fitrahku. Insya Allah
Sejak saat itu hatiku mulai tersadarkan untuk meninggalkan hal-hal yang sia-sia dalam cinta yang tidak memberikan manfaat kepadaku dalam MencintaiNya dan cinta yang mampu membuat hatiku cenderung meninggalkan Rabb.
***
Waktupun berjalan seiring kegembiraanku atas datangnya hidayah itu. Hingga tanpa aku sadari godaaan-godaan kecilpun datang dari sekelilingku untuk menyukai muslimah yang aku rasa belum saatnya aku harus bersikap demikian kepadanya. Tanpa ku sadari hal itu mampu membuatku sedikit gundah, mungkin karena aku belum mampu mengendalikan fikiranku terhadap apa yang mempesonakanku terhadap mereka.
Kegundahanku itu membuatku khawatir jika dengan demikian maka nikmat karunia yang berupa Hidayah itu akan menyingkir dari diriku lantaran sikapku yang salah. Sehingga, akupun berdoa dan meminta petunjuk kepada Allah agar Allah mengkaruniakanku kefahaman agar aku terus istiqomah untuk menyikapi hatiku ketika ia harus menghadapi fitrahnya.
Singkat cerita, lantaran aku mengetahui bahwa istikharah adalah salah satu cara yang dapat meyakinkan diri kita terhadap suatu pilihan, oleh karenanya setiap godaan itu datang, dan di setiap ketidakmampuanku dalam menjaga diriku dalam mengelola hati, maka akupun berusaha untuk mengistikharahkan siapapun yang mempesonakanku agar aku dapat mengetahui diantara mereka siapakah orang yang aku “cari” sehingga hal itu dapat cenderung membuatku terhindar dari kesia-siaanku dalam pengelolaan hati yang salah yang aku takutkan dapat cenderung mampu melumpuhkan rasa Cintaku kepada Rabbku.
Setelah aku membiasakan diri untuk istikharah di setiap waktu ada yang mempesonakanku, seolah dengan itu hatiku mampu diyakinkan kepada siapa yang akan aku nikahi nanti walaupun aku belum pernah mengenalnya. Sepertinya dirinya telah terkesan di hatiku sehingga hal itu mampu membedakan dirinya dengan yang lainnya, kemudian dengan itu dapat membuatku melepaskan harapan dan keinginan hatiku kepada arah yang salah dalam pengelolaannya terhadap siapa yang bukan orangnya. Mungkin inilah cara Allah dalam meyakinkanku untuk mempertahankan hatiku kepada siapa yang pantas aku cintai nantinya yang salah satunya diperoleh melalui jawaban dari istikharah-istikharah itu.
Walaupun demikian, aku masih tetap seperti dengan manusia normal lainnya, hal ini kubuktikan dengan masih adanya rasa kagum dengan muslimah yang mempesonakanku, namun keberadaan mereka tidak sempat singgah dihatiku lantaran hatiku seolah gelisah ketika aku mendapati orang yang salah jika ku taruh di “sembarang” tempat dihatiku. Namun ketika aku mengingat tentang sosok yang aku yakini akan aku nikahi nantinya, dan ku hadirkan dia di hatiku, meskipun aku belum mengenalnya dan aku belum mengetahui jasadnya, maka entah mengapa perasaanku seolah (cenderung) tenteram karenanya. Mungkin hal itu terjadi karena hatiku telah berfatwa terhadapnya....
Mengenai hati yang berfatwa, aku menjadi teringat dengan sebuah hadist Rasulullah bahwa:
Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan itu adalah ketika jiwa dan hati menjadi tenang kepadanya. Sedangkan al-itsm (dosa) adalah yg membingungkan jiwa dan meragukan hati. Meskipun manusia memberi fatwa kepadamu." (HR Muslim)
Mungkin karena ketenteraman dan kegelisahan yang aku dapati itulah dapat membuat diriku mengurungkan diri untuk tidak melepaskan tambatan hati ini kepada orang yang bukan dirinya yang akan aku nikahi nanti.
***
Waktu berjalan dengan caraku menjaga hati itu, membuat hidupku lebih tersenyum lantaran kegundahanku itu mengurang seiring usahaku dalam meyakinkan hatiku untuk tidak salah dalam pengelolaannya melalui istikharah-istikharahku kepada Rabb. Semua itu aku lakukan untuk mempertahankan hatiku kepada Pemiliknya karena aku berharap agar Pemiliknya tidak tersingkir dari singgasananya lantaran pengelolaan yang salah.
Namun, cobaan belum begitu saja berakhir hingga pada suatu ketika Allah sibakkan aku bertemu dengan seorang muslimah yang begitu mengagumkan. Dia berbeda, tidak seperti muslimah yang pernah aku temui pada biasanya, lantaran keberadaannya entah mengapa hampir menyerupai perasaanku terhadap sosok yang akan aku nikahi itu.Kemungkinan ini jauh dari apa yang aku bayangkan, karena hal ini sepertinya akan lebih mengancam pertahananku dalam mempertahankan hatiku untuk Rabb. Apalagi aku meyadari bahwa wanita merupakan godaan terbesar seorang laki-laki.
Terkadang fikirankupun terbuai dengan dirinya di saat-saat aku kurang siaga dalam memelihara hati ini untukNya. Hingga akupun kehilangan definisi dalam mempertahankan hatiku untukNya. Mungkin karena terpesonanya aku dengan keserupaannya dengan keyakinanku terhadap sosok yang akan ku nikahi itu, membuatku terlupa untuk mengetahui jawabannya dengan istikharah-istikharahku dalam usahaku meyakinkan diriku atasnya.
Dan tanpa ku sadari...
Hal-hal Rabbani(Ketuhanan(maksudnya: Keislaman)) yang aku kenali seolah menjadi nuansa yang datar di hati, awalnya ku anggap hal itu sebagai futur(menurunnya iman) yang biasa, namun aku mendapati bahwa nuansa khas itu belum kunjung tiba dalam waktu yang cukup lama dan ketika aku telah lelah menunggu kedatangannya kembali.
Hal-hal yang dahulunya begitu peka di relung-relung hati ini seolah berkurang penginderaannya, hingga akupun menyadari bahwa hal ini terjadi karena sikapku yang salah dalam pengelolaan hati terhadap seorang muslimah yang menyerupai sosok yang akan aku nikahi itu.
Ketika aku tersadar , hal itu dapat membuatku takut ketika aku berfikir jikalau Allah mem-futurkanku dengan keadaan yang demikian. Jika demikian aku harus melakukan tindakan pencegahan agar perbuatanku tidak menjadikan keburukan bagiku.
Sesekali ku coba bertanya dalam hati, bahwa jika memang dirinya adalah orangnya maka hal itu seharusnya tidak membuatku jauh dari Allah, lantaran dasarku menambatkan hati kepadanya adalah karena Cintaku Kepada Rabb. Hingga akhirnya aku meyadari dari gerak hatiku bahwa bukan muslimah itulah orangnya.
Hingga keadaanpun mampu menegurku, sehingga dapat membantu menyadarkanku dari kesalahan yang telah aku perbuat, meskipun pesonaku terhadapnya belum pulih.
Pada suatu malam, akhirnya ku coba diri ini memohon ampun kepada Allah atas apa yang telah aku perbuat, dan memohon pulihnya karunia yang sekiranya enggan terasa indah dihatiku ketika itu. Dan akupun berharap kepadaNya agar hal yang seperti itu tidak terjadi kembali, lantaran aku tidak mau lagi bermain-main dengan hati ini lantaran aku sadari bahwa hati ini milikNya dan hanya kepada dan karenaNyalah seharusnya ku tambatkan. Dan aku berharap agar Allah menguatkan firasatku kepada sosok yang telah aku yakini yang terlahir dari istikharah-istikharahku terhadap siapa saja yang pernah mempesonakanku.
Hingga akupun memberanikah diri untuk berdoa:
"Yaa Allah, Sucikanlah hatiku hanya untuk siapa yang pantas menempatinya dengan keridhaanMu. Cukup dia sajalah yang aku cintai karena aku tidak menginginkan keburukan katika aku berbuat salah terhadap hatiku. “Ya Allah, aku tahu bahwa Engkau Maha Berkehendak dan akupun tidak meragukan KekuasaanMu Karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, maka aku memohon kepadaMu agar Engkau memampukan diriku untuk dapat mengetahui wajah dari siapa yang akan aku nikahi nanti walaupun hanya sekejap saja agar dengan itu aku mampu membedakan dirinya dengan yang bukan dirinya, agar aku dapat cenderung menjauhkan hati ini dari kesia-siaan. Aku yakin bahwa Engkau mampu menjadikannya, dan aku yakin atas hal yang terbaik bagiku dari segala keinginanku, ku lakukan ini karena aku telah merindukannya dan mensyukurinya lantaran Engkau takdirkan aku kepadaNya. Dan maafkan aku jika aku tersalah. Ku mohon atas KuasaMu, ya Rabb.
Dan pertemukanlah aku dengannya ketika aku hendak menikahinya agar aku tidak berlama-lama menjadikan hati ini terlena dengannya walaupun aku tahu bahwa nantinya dia akan aku nikahi.
Jagalah hatiku untukMu Rabb, karena aku ingin selalu MencintaiMu lantaran Engkaulah Dzat yang pantas aku Cintai sepenuh hatiku.
Allahuma Amiin”
Pintaku penuh harap dan lirih...
Dengan harap-harap cemas ku sadari doa itu lantaran aku takut jika aku telah berbuat kesalahan. Entah hal apa yang mampu membuatku memberanikan diri untuk berdoa seperti itu, mungkin saja karena rasa penasaranku yang telah tertanam terhadap sosok yang kuyakini itu. Namun perasaan yakin bahwa aku tidak melakukan kesalahan membuatku sedikit lega.
Setelah itupun aku tertidur, mungkin karena aku terlelah...
***
Beberapa waktu kemudian, kehidupanku mulai berubah, seeolah aku telah memulai lembaran hidupku yang baru, hal-hal yang telah terjadi seolah telah tersapu oleh air mata pembersihan diri ketika malam itu, membuatku bersemangat untuk mensucikan hati ini kepada siapa yang patut menempatinya.
Perasaanku lebih tenang setelah aku memohon maaf kepadaNya sehingga menjadikan kegundahanku terkikis beserta kecemasan-kecemasan lainnya. Namun, ada beberapa hal yang menurutku ajaib dari peristiwa yang aku alami sejak malam itu, entah mengapa dalam tidurku terkadang aku sering bermimpi didatangi oleh seseorang muslimah yang Insya Allah, shalehah dan baik kepribadiannya yang aku tidak pernah bertemu dengannya namun sepertinya aku mengenalinya, senyum, putih, pemalu, sosoknya menenangkan jiwa, membuat hatiku bergetar tentang kedatangannya.
Hingga akupun berkesimpulan bahwa inikah jawaban Allah atas permintaanku waktu itu?. Aku tak mampu menjawabnya secara mutlak, namun keyakinanku dan gerak hatiku mampu meyakinkanku bahwa kedatangannya itu ada sangkut pautnya dengan keyakinanku kepada Allah akan terkabulnya doa yang pernah ku panjatkan kepada Allah ketika malam itu. Dan hal ini sedikit terbukti ketika aku melakukan istikharah untuknya, perasaan tenag yang tidak aku temukan jika aku meng-istikharahkan yang lainnya. Masya Allah...
Walaupun sosoknya telah tersibakkan, namun Jika aku disuruh menggambarkan wajahnya maka aku tidak mampu, karena aku tidak bisa melihat jelas bagaimana wajahnya, namun sepertinya hanya hatiku-lah yang mampu mendeskripsikannya, hingga gambaran wajah itu mampu membawaku kepada ketenteraman dan ketenangan yang memuaskan hati. Mungkin dengan ini, hatiku telah berfatwa lagi atas dirinya...
Namun, bukan hanya wajahnya saja yang Allah tunjukkan kepadaku, melainkan karakter-karakter khasnya yang dhperkenalkan kepadaku agar dengan itu mampu membedakan membantuku dirinya dengan yang lainnya secara lebih tepat. Masya Allah...
Sebelumnya aku mengira-ngira bahwa apa yang aku alami itu merupakan kebisaan fikiranku dalam berimajinasi, namun ketika ku telaah lagi, peristiwa itu dapat mengingatkanku kepada apa yang pernah Rasulullah sabdakan dalam sebuah hadist, meskipun hadist ini telah ditemukan olehku 5 tahun setelah kejadian itu.
"Rasulullah saw bersabda kepada Aisyah, “sebelum aku menikahimu, aku pernah melihatmu dua kali di dalam mimpi. aku melihat Malaikat membawa secarik kain yang terbuat dari sutra. kukatakan kepadanya, ‘Singkapkanlah.’ Malaikat itupun menyingkapnya. dan ternyata kain itu memuat gambarmu. lalu kukatakan, “jika ini merupakan ketentuan Allah, maka dia pasti akan membuatnya terjadi. ‘Pada kesempatan lain aku kembali melihatnya datang membawa secarik kain yang terbuat dari sutra. Maka kukatakan kepadanya, ‘Singkaplah.’ Malaikat itupun menyingkapnya. dan ternyata kain itu memuat gambarmu. lalu aku berkata, “jika ini merupakan ketentuan Allah, maka dia pasti akan membuatnya terjadi. (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Subhanallah, aku tidak percaya ini, namun aku tetap bertawakal kepada Allah jikalau aku mendapatkan kesalahan atas apa yang terjadi pada peristiwa tersebut.
Karena aku menyadari bahwa muslimah tersebut ku lihat di mimpiku, maka akupun berdoa kepada Allah agar Allah menghentikan keberadaannya dimimpiku lantaran aku tidak menginginkan apa yang aku mimpikan itu adalah penyerupaan jin, terkecuali di waktu ketika aku membutuhkan kedatangannya. Alhamdulillah, beberapa waktu kemudian aku tidak memimpikannya lagi, hingga akupun merasa agak lebih legaan lantaran aku takut jika syaitan ikut campur dalam hal ini. Bagiku cukup dengan Ketawakalan dan keyakinan dari hatiku yang terdalamlah yang sekiranya mampu membuatku membedakan dirinya dengan sesuatu yang menyerupai dirinya. Semoga Allah menunjuki kita semua kepada jalan yang benar. Allahuma Amiin
Memang dirinya sudah tidak sering datang di dalam mimpi-mimpiku. Namun, dirinya kadang-kadang datang diwaktu aku perlu ada yang menegurku. Entah mengapa setiap kali aku berbuat zalim seperti halnya aku tidak mampu menundukkan pandanganku, dirinya terkadang hadir dimimpiku beberapa hari kemudian ataupun bisa malam harinya ketika aku tertidur, untuk mengurku dengan bahasa khasnya yang cukup mampu menjadi nasehat dan introspeksiku atas perbuatan yang telah aku perbuat. Bukan hanya itu iapun juga akan terlihat memberikan nuansa kepuasannya yang khas ketika aku mampu mengendalikan diriku. Dia seolah benar-benar telah hidup di dalam diriku meskipun aku tidak mengenali siapa dirinya. Namun aku yakin dia ada.Dan ada pula beberapa hal spesial yang aku alami setelah peristiwa itu terjadi di mana perasaanku merasa tidak nyaman ketika aku menempatkan seseorang wanita untuk aku jatuh cintai jika bukan sosok tersebut, hatiku seolah terasa kering, tidak menenangkan dan mampu meresapi indahnya rasa cinta itu seperti hal yang pernah aku rasakan dahulu terhadap siapa yang mempesonakanku. Seolah hati itu telah menjadi tidak peka terhadap cinta ketika aku sembarangan menempatkan seseorang yang salah di sana.
Namun ketika aku ingat dengan sosok yang pernah hadir dimimpiku itu, entah mengapa seolah hati ini begitu luas dan begitu 'basah' untuk menempatkan dirinya di hati ini. Subhanallah, hal ini benar-benar mampu mengajarkanku untuk mempertahankan perasaanku dengannya demi membantuku untuk mempertahankan Kecintaanku Kepada Allah, lantaran aku menyadari bahwa hatiku hanya satu sehingga aku tidak mampu jika harus mencintai lebih dari satu cinta terkecuali aku mencintai yang lainnya karenaNya. Insya Allah

Mengenai keberadaannya pernah menjadi pertanyaan bagiku, namun hatiku lebih tenteram ketika meyakini bahwa keberadaannya itu memang benar-benar ada, meskipun aku tidak tahu dimanakah ia saat ini. Jika saja muslimah sehebat Aisyah, Fatimah, Khadijah, Asiah dan Maryam pernah hidup di bumi ini, maka hal itu membuatku makin percaya akan keberadaannya .
Persitiwa ini mampu menjadikanku tersadar akan keterbatasan kemampuanku dalam memelihara hati demi menjaga Kecintaanku kepada Allah, membuatku yakin dengan kedatangan seseorang yang akan aku nikahi dan membuatku mengurungkan diri untuk mengira-ngira seseorang disekelilingku sehingga hal ini dapat cenderung membuatku mengurangi kesia-siaan.
Namun seperti dari awal, aku berharap kepada Allah agar Allah mempertemukanku ketika aku hendak menikahinya lantaran aku tidak mau menjadikan hati ini berlama-lama bermain dengan perasaanku terhadapnya walaupun nantinya dirinya akan dinikahkan olehku.
Namun, aku tidak berharap banyak, cukuplah Allah sebagai harapanku, Allah mengajarkanku keikhlasan, dan karenanya aku mencoba ikhlas untuk menerima selain dari yang dicirikan itu, jikalau memang benar dia tidak ada di bumi ini dan diwaktu yang bersamaan denganku ketika aku hidup. Meskipun aku berharap kehadirannya lantaran aku merasakan bahwa dialah belahan jiwaku.
Bisa jadi aku menemukan sosok itu setelah aku menikah dengan seorang muslimah, ataupun bisa jadi muslimah itu adalah anak-anakku nanti yang dimana hal itu akan sangat membanggakan orang tuanya karena mengetahui memiliki anak yang shaleh dan shalehah. Ataupun aku tidak menemukannya di manapun, karena bisa jadi dia adalah diriku sendiri yang memang telah Allah tentukan di dalam diriku agar aku bisa menjadi seperti dirinya dan mengajarkan itu kepada istriku kelak agar apa yang aku dapati dalam yakinku dapat terwujud. Masya Allah
Aku tidak 'jatuh cinta' bukan karena aku tidak seperti laki-laki pada biasanya. Hatiku kupersembahkan kepada Pemiliknya, dan diisi hanya kepada yang halal olehku, siapapun yang mengisinya nanti, dialah bidadariku... Subahanllah...
Insya Allah
Terima kasih kepada siapa yang pernah mengalami peristiwa ini, Semoga Allah senantiasa Merahmati dan mengampunkan segala dosa-dosamu beserta dosa-dosa kita semua dan menjadikan kita semua orang-orang yang dijauhi dari kesia-siaan. Allahuma Amiin
***
Ku coba menuliskannya dengan kerendahan hati dari saudaramu yang memiliki kemampuan yang terbatas,
Akhina Ifa Uhibbukum Fillah




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/ku-pertahankan-kesucian-hatiku.html