Metoda Perjuangan Rasul
Rasulllah saw. adalah kepala negara
Daulah Islamiyyah pertama kali. Beliau saw., selain sebagai rasulullah pembawa
dan penyampai risalah, juga sebagai penguasa (hakim) yang melaksanakan
hukum-hukum Islam yang beliau bawa sebagai bagian dari risalah Islam.
Hukum-hukum Islam sebagian besar diturunkan di Madinah setelah Rasulullah saw.
menempuh perjuangan selama sekitar 13 tahun di kota Mekkah mendakwahkan Islam
kepada masyarakat Quraisy dan seluruh kabilah Arab yang setiap tahun berkunjung
ke kota Mekkah. Di Madinah itulah Rasulullah saw. mendapatkan kekuasaan dari
para kepala suku di kota Madinah, khususnya Aus dan Khazraj yang paling dominan
dan berkuasa di Madinah.
Dan syariat Islam telah diturunkan
seluruhnya hingga akhir masa kehidupan beliau saw. di kota Madinah dimana
wilayah kekuasaan beliau saw. telah meliputi seluruh jazirah Arab (kurang lebih
2,95 juta km persegi, lebih besar dari 3 kali luas gabungan wilayah Jerman dan
Perancis ). Allah SWT berfirman:
﴿ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ
دِينًا ﴾
Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS.
Al-Maidah [5]: 3).
Rasulullah saw. wafat dalam keadaan
umat dan negara Islam yang baru sangat kuat dan siap untuk memikul beban
risalah menyebarkan Islam ke seluruh dunia sebagai wujud risalah yang rahmatan
lil ‘alamin. Para sahabat yang jumlahnya paling tidak sekitar 60 ribu orang
adalah kader-kader unggulan yang siap untuk menaklukkan dunia, membebaskan
bangsa-bangsa dari belenggu penguasa yang zalim dan cara hidup jahiliyah.
Sejarah pun membuktikan bahwa berbagai penaklukan Islam yang meliputi hampir
2/3 dunia lama adalah terjadi di masa sahabat rasulullah saw.
Oleh karena itu, di masa kerinduan
akan kejayaan Islam dan kaum muslimin ini telah kembali mengusik pikiran dan
perasaan umat , maka tidak ada metode (thariqah) perjuangan yang harus ditempuh
untuk mewujudkan hal itu, kecuali mengikuti metode (thariqah) perjuangan
Rasulullah saw. Sebab, secara syar’i, Allah SWT telah memerintahkan kaum
muslimin untuk meneladani beliau saw. Dia SWT berfirman
﴿لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ﴾
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..” (QS Al-Ahzab [33]: 21)
Secara faktual, satu-satunya gerakan
islam yang berhasil menegakkan pemerintahan yang dalam tempo singkat mencapai
capaian yang luar biasa adalah gerakan yang ditempuh oleh rasulullah saw.
beserta para sahabatnya. Ingat, Rasulullah saw. tidak berawal sebagai kepala
negara. Beliau adalah berawal dari seorang diri, bagian kecil dari masyarakat
Mekkah, lalu menjadi sebuah kelompok (kutlah), dan kemudian menjadi penguasa
dengan bai’at yang diberikan oleh para pemimpin suku Aus dan Khazraj dan hijrah
ke Madinah.
Apa benar Rasulullah saw. membentuk
kelompok politik (kutlah siyasi)? Bukankah belum ada parlemen dan pemilu
pada waktu itu? Kalau kelompok atau partai politik dimaknai sebagai peserta pemilu
yang kemudian masuk parlemen dan membuat undang-undang dan mengangkat kepala
pemerintahan, maka Rasulullah saw. tidak melakukan itu. Tapi kalau kelompok
atau partai politik dipahami sebagai kumpulan ide (afkar) dan orang-orang yang
mengimani ide-ide itu serta berjuang untuk mewujudkan ide-ide itu di
tengah-tengah masyarakat,
Rasulullah saw. dan para sahabat melakukan hal
itu. Ketika turun firman Allah SWT :
﴿فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ﴾
“Sampaikanlah secara terang-terangan
segala apa yang diperintahkan kepadamu….”
(QS Al Hijr [15]: 94)
Rasulullah saw. bersama para sahabat
bersama-sama menuju ke Ka’bah dengan formasi yang belum pernah dikenal oleh
orang Arab sebelumnya. Mereka berbaris dalam dua barisan yang dikepalai oleh
Umar bin Khaththab dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Mereka ber-thawaf
mengelilingi Ka’bah (lihat An Nabhani, Ad Daulah al Islamiyyah hlm 15)
Setelah itu Abu Bakar As Shiddiq berpidato…..Saat itu pulalah orang-orang kafir
Quraisy bereaksi keras dan melakukan tindakan kekerasan terhadap dakwah yang
dilakukan oleh Nabi dan para sahabat dengan cara damai. Abu Bakar sebagai juru
bicara yang berpidato saat itu langsung dipukuli sempai babak belur…Abu Bakar
r.a kemudian diungsikan oleh keluarganya.Setelah kembali keluarga Abu Bakar
mengatakan kalaulah Abu Bakar mendapat kecelakaan (meninggal) mereka akan
membunuh ‘Utbah bin Robi’ah yang telah menyakiti Abu Bakar r.a. (lihat Ibnu
Katsir al Bidayah wan Nihayah, juz 2 hal 369 ).
Bagaimana sebenarnya tahap dakwah
dalam perjuangan yang ditempuh Rasulullah saw. dan para sahabatnya? Ada tiga
tahap perjuangan dalam dakwah yang ditempuh Rasulullah saw. bersama para
sahabatnya. Pertama, tahap pembinaan dan pengkaderan (marhalah tatsqif);
kedua, tahap interaksi dan perjuangan (marhalah tafaul wal kifah);
ketiga, tahap penerimaan kekuasaan (marhalah istilamul hukm) untuk
menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh, sekaligus menyebarkan risalah
Islam ke seluruh penjuru dunia.
Pertama, tahap pembinaan dan
pengkaderan (tatsqif).
Tahap ini dimulai sejak beliau saw
diutus menjadi rasul. Pada tahap ini Rasulullah saw. melakukan pembinaan para
kader dan membuat kerangka tubuh gerakan. Ketika turun firman Allah SWT dalam
surat Al Muddatsir (surat yang turun setelah surat Iqra’/al Qalam, lihat Manna’
Khalil Qatthan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, terj. Hal 92):.“Hai orang
yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan!” [QS
al-Muddatstsir: 1-2], beliau saw. mulai mengajak masyarakat untuk memeluk
Islam. Dimulai dari istrinya Khadijah r.a., sepupunya Ali bin Abi Thalib r.a.,
mantan budaknya Zaid, dan sahabatnya Abu Bakar As Shiddiq r.a., lalu beliau
menyeru seluruh masyarakat. Beliau keliling mendatangi rumah-rumah mereka.
Beliau saw. menyampaikan : “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk
menyembah-Nya dan janganlah kalian menserikatkan-Nya dengan sesuatu apapun”.
Beliau menyeru manusia, mengikuti ayat di atas, secara terang-terangan.
Setelah rasulullah saw. mengajak
penduduk Mekkah untuk masuk Islam, sebagian orang menerima dan beriman
kepadanya lalu masuk Islam dan sebagian yang lain menolaknya. Rasul
mengumpulkan orang-orang yang beriman di sekeliling beliau dalam suatu kelompok
atas dasar agama baru itu secara rahasia. Para sahabat beliau apabila shalat
mereka pergi ke padang-padang rumput dan menyembunyikan sholat mereka dari kaum
mereka. Kepada orang-orang yang baru masuk Islam, Rasulullah saw mengutus orang
yang sudah masuk Islam sebelumnya (para senior) dan faqih dalam dinul Islam
untuk mengajarkan Al Quran. Beliau saw. pernah mengirim Khubbab bin al-Arats untuk
mengajarkan al-Quran kepada Zaenab binti al-Khaththab dan suaminya, Sa’id
dirumahnya. Ketika Umar bin Khaththab (kakak Zainab) memergoki mereka yang
sedang belajar di rumah Said, dimana Khabab membacakan Al Quran kepada mereka,
Umar pun masuk islam.
Beliau saw. menjadikan rumah Al
Arqam bin Abil Arqam (Daar al-Arqam) sebagai markas kutlah
(kelompok dakwah) dan madrasah bagi dakwah baru ini. Di rumah Arqam itulah
Rasulullah saw. mengumpulkan para shahabat, mengajar Islam kepada mereka,
membacakan Al Quran kepada mereka, menjelaskannya, memerintahkan mereka untuk
menghafal dan memahami al-Quran. Dan setiap kali ada yang masuk Islam, langsung
digabungkan ke Darul Arqam. Beliau saw. tinggal di markas pengkaderan itu
selama 3 tahun membina (yutsaqqif) kaum muslimin generasi pertama itu,
sholat bersama mereka, tahajud di malam hari yang lalu diikuti oleh para
sahabat, beliau saw. membangkitkan keruhanian dengan sholat, membaca al Qur’an,
membina pemikiran mereka dengan memperhatikan ayat-ayat Allah dan meneliti
ciptaan-ciptaan-Nya, dan membina akal fikiran mereka dengan makna-makna dan
lafazh-lafazh Al Qur’an serta mafahim dan pemikiran islam, dan melatih mereka
untuk bersabar terhadap berbagai halangan dan hambatan dakwah, dan mewasiatkan
kepada mereka untuk senantiasa taat dan patuh sehingga mereka benar-benar ikhas
lillahi ta’ala (lihat Taqiyuddin An Nabhani, Ad Daulah Al Islamiyah, hal
11-12) . Rasul tetap merahasiakan aktivitas dakwahnya, dan terus melakukan
upaya-upaya pengkaderan dan pembinaan (tatsqiif) hingga
turun firman Allah swt:
﴿فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ
عَنِ الْمُشْرِكِينَ﴾
“Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik.” [QS
al-Hijr :94]
Tahap kedua, tahap interaksi dan
perjuangan (marhalah tafaul wal kifah).
Meskipun aktivitas pada tahap
pertama dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, akan tetapi masyarakat Mekah
mengetahui bahwa Muhammad Rosulullah Saw telah membawa agama baru. Mereka juga
mengetahui banyak orang masuk Islam. Kafir Mekah pun tahu bahwa Rasulullah dan
kutlahnya merahasiakan kutlah dan pemelukan agama mereka.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat
Makkah telah tahu adanya agama dan dakwah baru serta kutlah baru, sekalipun
mereka tidak tahu, di mana mereka berkumpul, dan siapa saja di antara
orang-orang mukmin yang berkumpul. (lihat An Nabhani, idem). Setelah
masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khaththab (3 hari setelah
masuk islamnya Hamzah), turun firman Allah SWT:
﴿فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ
عَنِ الْمُشْرِكِينَ ! إِنَّا كَفَيْنَاكَ
الْمُسْتَهْزِئِينَ ! الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا ءَاخَرَ
فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ﴾
“Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada
(kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu), yaitu orang-orang yang
menganggap adanya tuhan yang lain disamping Allah, maka mereka kelak akan
mengetahui (akibat-akibatnya)”
[QS al-Hijr :94-96].
Beliau saw. pun menerangkan perintah
Allah SWT secara terang-terangan. Beliau saw. pun menampilkan kutlahnya secara
terang-terang kepada seluruh masyarakat, sekalipun masih ada sebagian kaum
muslimin yang menyembunyikan ke-Islamannya bahkan sampai penaklukan kota
Makkah. Setelah aksi menampilkan kutlah secara terang-terangan di Ka’bah,
terjadilah pergesekan dakwah dan kelompok dakwah dengan masyarakat Makkah
dengan para pemimpinnya yang sangat cinta kepada kepemimpinan dengan sistem
jahiliyyah. Perjuangan kelompok dakwah Nabi dan para sahabat pun berubah dari
fase rahasia (daur al istikhfa) ke fase terang-terangan (daur al
I’lan). Berpindah dari fase mengkontak orang-orang yang memiliki kesediaan
menerima Islam ke fase berbicara kepada masyarakat secara menyeluruh (lihat An
Nabhani, idem., hal 16).
Mulailah terjadi benturan (ishthidam/clash)
antara iman dengan kekufuran di masyarakat, dan mulailah terjadi pergesekan (ihtikak)
antara ide-ide yang benar dengan ide-ide yang rusak, dan mulailah tahap kedua,
yaitu tahap interaksi dan perjuangan (marhalah tafaul wal kifah). Pada
tahap ini mulailah orang-orang Kafir Quraisy melawan dakwah dan menyakiti
Rasulullah saw. dan kaum muslimin dengan berbagai macam cara.
Periode inilah yang paling berat
yang dihadapi Rasul dan para sahabat sepanjang perjuangan mereka. Rumah
Rasulullah saw. dilempari. Ummu Jamil, istri paman beliau saw. Abu Lahab,
senantiasa melempar kotoran di depan rumah beliau saw. Rasulullah saw. merespon
perbuatan itu cukup dengan menyingkirkannya. Gembong kekufuran Abu Jahal pernah
melempar beliau saw. dengan bagian dalam isi perut kambing sembelihan untuk
berhala mereka. Beliau pun minta putrinya Fatimah untuk membersihkan tubuhnya
kembali.
Semua itu justru hanya menambah
kesabaran dan kesungguhan beliau saw. dalam dakwah. Kaum muslimin pun
menghadapi berbagai ancaman dan gangguan. Setiap kabilah menyiksa dan memfitnah
anggota sukunya yang masuk Islam.
Sampai-sampai salah seorang budak
Habsyi, Bilal bin Rabbah.r.a., mereka lempar di atas padang pasir, di bawah
terik matahari, mereka tindih dadanya dengan batu, dan mereka biarkan di situ
agar mati, tidak lain karena dia tetap mempertahankan kalimat tauhid: ahad-ahad!
Summayyah istri Yasir r.a., mereka siksa hingga math karena tidak mau kembali
(murtad) dari agama Islam kepada agama nenek moyang mereka. Kaum muslimin
secara umum dihinakan dan disiksa. Namun mereka bersabar menerima cobaan itu
dalam rangka menggapai ridlo Allah SWT.
Rasulullah saw. dan para sahabat
menghadapi berbagai perlawanan dakwah yang dilancarkan oleh orang-orang Kafir
Quraisy, baik itu penyiksaan fisik (at ta’dziib) , propaganda busuk (ad
da’aawah/ad di’ayah) untuk menyudutkan Islam dan kaum muslimin di dalam
negeri dan luar negeri, maupun blokade total (al muqatha’ah), dengan
sikap sabar dan terus berdakwah menegakkan agama Allah SWT tanpa kekerasan.
Tatkala Rasul melihat Yasir dan istrinya dibantai disiksa oleh orang-orang
Quraisy, beliau saw. tidak menggerakkan kaum muslimin untuk melakukan perlawanan
fisik terhadap mereka. Beliau saw.bersabda:
«صَبْرًا آلَ يَاسِرٍ فَإِنَّ
مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةِ إِنِّيْ لاَ أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا»
“Bersabarlah wahai keluarga
Yasir, sesungguhnya janji Allah untuk kalian adalah surga. Sesungguhnya akau
tidak memiliki sesuatu apapun dari Allah”.
Ketika mendengar janji surga itu,
Sumayyah, istri Yasir yang sedang disiksa oleh kafir Quraisy, mengatakan: “Wahai
Rasulullah, sesungguhnya aku melihatnya secara nyata!” (lihat An Nabhani, idem,
hal 18).
Pertanyaan kita, kenapa Rasulullah
saw. yang terkenal sempurna akhlaqnya, bahkan sudah mendapatkan gelar Al
Amin (Yang Terpecaya), kok dimusuhi begitu rupa oleh orang-orang Quraisy?
An Nabhani (idem, hal 24) menganalisis bahwa benturan yang dilakukan
oleh Kafir Quraisy terhadap dakwah Islam adalah hal yang wajar. Sebab,
rasulullah saw. mengemban dakwah dan menampilkan kelompok yang mengemban dakwah
bersama beliau saw. dalam bentuk yang menantang. Lebih dari itu, substansi
dakwah itu sendiri adalah perjuangan dan perlawanan terhadap Quraisy dan
masyarakat Makkah.
Sebab substansi dakwah adalah
menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepadanya serta
seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk
melepaskan diri dari sistem kehidupan jahiliyah mereka yang rusak. Maka
terjadilah benturan dengan Quraisy secara total. Bagaimana mungkin tidak
terjadi benturan, padahal Rasulullah saw. membodohkan impian mereka,
merendahkan tuhan-tuhan mereka, dan mencela kehidupan murahan mereka, dan mengkritik
sarana-sarana kehidupan mereka yang zalim. Dan Al Quran pun turun menyerang
mereka dengan jelas. Allah SWT berfirman:
﴿إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ
دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ﴾
“Sesungguhnya kalian dan apa
(berhala) yang kalian sembah adalah umpan neraka jahannam” (QS. Al Anbiyaa [21]: 98).
﴿وَمَا ءَاتَيْتُمْ مِنْ رِبًا
لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو عِنْدَ اللَّهِ﴾
“Apa yang kalian berikan berupa riba
untuk tujuan menambah harta-kekayaan manusia tidaklah menambah apa pun di sisi
Allah”. (QS ar-Rûm [30]: 39).
﴿وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ ! الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ
! وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ ﴾
“Celakalah orang-orang yang gemar
mengurangi timbangan. Mereka itu, apabila menerima takaran dari orang lain,
ingin dilebihkan. Sebaliknya, apabila menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka menguranginya”. (QS
al-Muthafifîn [83]: 1-3).
Oleh karena itu, orang-orang Quraisy
pun menghadang dakwah. Mereka menyakiti Rasulullah saw. dan para sahabat.
Mereka menyiksa, mengembargo, dan membuat propaganda untuk melawan beliau saw.
dan agama yang dibawanya. Namun itu semua tidak menyurutkan langkah dakwah
rasulullah saw. Beliau saw. tetap menyerang mereka, terus melawan
pandangan-pandangan yang salah, dan menghancurkan aqidah-aqidah yang rusak, dan
bersungguh-sungguh menempuh jalan penyebaran dakwah. Beliau saw. mendakwahkan
Islam dengan jelas, tanpa tedeng aling-aling, tanpa merendahkan diri, tanpa
cenderung kepada kekufuran, dan tanpa menjilat gembong-gembong kekufuran.
Hal itu beliau lakukan sekalipun
menghadapi berbagai gangguan dari Quraisy, meskipun menghadapi berbagai
kesulitan. Dan dakwah yang beliau lakukan di tengah berbagai kesulitan itu
justru membuat Islam dari ke hari menyebar ke seluruh masyarakat Arab, sehingga
banyak para penyembah berhala dan orang-orang Nasrani masuk Islam, bahkan para
pembesar Quraisy pun mendengarkan Al Quran dan hati mereka berdebar-debar.
Sejarah mencatat bahwa tiga orang gembong kafir Quraisy, yaitu Abu Sufyan bin
Harb, Abu Jahal Amru bin Hisyam, dan Al Akhnas bin Syariq secara terpisah
selama tiga malam berturut-turut mendengar Rasulullah saw. membaca Al Qur’an di
rumahnya. Rasulullah saw. biasanya menghabiskan sebagian besar malamnya dengan
qiyamul lail dan membaca Al Quran secara tartil.
Perjuangan dakwah Rasulullah saw.
dan para sahabat pada tahap kedua ini dilakukan dengan cara tanpa kekerasan.
Beliau saw. melakukan pergulatan pemikiran (shiraul fikri) dan
perlawanan politik (kifah siyasi) tanpa menggunakan kekuatan fisik,
tanpa mengangkat senjata, meskipun setiap lelaki Arab pada waktu itu sudah
terbiasa menunggang kuda dan memainkan senjata.
Pergulatan pemikiran yang beliau
lakukan melawan kekufuran itu tergambar pada ayat-ayat yang turun di tahap kedua
ini yang banyak menengahkan celaan-celaan terhadap ‘aqidah, sistem, serta
adat-istiadat kafir Mekah yang bejat.
Selain ayat-ayat sudah dipaparkan di atas,
juga ada ayat-ayat yang menyerang kemusyrikan mereka, seperti firman Allah swt
:
﴿وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ
الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ﴾
“Mereka (orang-orang musyrik)
menjadikan jin itu sebagai sekutu bagi Allah, padahal Allah Yang menciptakan
jin-jin itu. Mereka berbohong—dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai anak
laki-laki dan perempuan—tanpa mendasarkannya pada ilmu pengetahuan. Mahasuci
Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka nisbatkan.” (QS al-An‘âm [6]: 100).
﴿قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ
قُلِ اللَّهُ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ
لِأَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ
أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ
خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ
شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ﴾
“Katakanlah, “Siapakah Tuhan langit
dan bumi.”Katakanlah, “Allah.”Katakanlah, “Patutkah kalian menjadikan
pelindung-pelindung kalian dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai
kemanfaatan dan tidak (pula) kemudaharatan bagi diri mereka
sendiri?”Katakanlah, “Adakah sama orang yang buta dan yang dapat melihat atau
samakah antara keadaan gelap-gulita dan terang-benderang? Apakah mereka
menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan sesuatu seperti
ciptaannya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?”
Katakanlah, “Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Dialah Allah, Zat Yang Maha
Esa lagi Mahaperkasa.” (QS
ar-Ra‘d [13]: 16).
Dalam bidang sosial, Allah Swt.
antara lain berfirman:
﴿وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ
بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ ! يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ
أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا
يَحْكُمُونَ﴾
“Apabila seseorang dari mereka
diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, merah-padamlah mukanya dan dia
sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak karena buruknya berita
yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung
kehinaan ataukah akan menguburnya dalam tanah. Ketahuilah, alangkah buruknya
yang mereka tetapkan itu. (QS
an-Nahl [16]: 58-59).
﴿وَلَا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ
عَلَى الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا﴾
“
Janganlah kalian memaksa budak-budak
wanita kalian untuk melakukan pelacuran—sedangkan mereka sendiri menginginkan
kesucian—dengan tujuan untuk meraih keuntungan duniawi. (QS an-Nûr [24]:33).
﴿وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ
إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ
إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ﴾
“Janganlah kalian membunuh anak-anak
kalian hanya karena takut miskin. Kami-lah yang akan memberikan rezeki kepada
kalian dan kepada mereka. Janganlah kalian mendekati perbuatan yang keji, baik
secara nyata maupun secara sembunyi-sembunyi. Jangan pula kalian membunuh jiwa
yang telah diharamkan oleh Allah, melainkan karena suatu sebab yang dibenarkan.
Yang demikian itu diperintahkan oleh Tuhan kalia kepada kalian agar kalian
berfikir”. (QS al-An‘âm [6]: 151).
Sementara itu, dalam kaitannya
dengan masalah ekonomi, Allah Swt. antara lain berfirman:
﴿وَمَا ءَاتَيْتُمْ مِنْ رِبًا
لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو عِنْدَ اللَّهِ وَمَا
ءَاتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُضْعِفُونَ﴾
Apa yang kalian berikan berupa riba
untuk tujuan menambah harta-kekayaan manusia tidaklah menambah apa pun di sisi
Allah. Sedangkan apa yang kalian berikan berupa zakat yang kalian kehendaki
semata-mata karena Allah, maka yang seperti itulah yang dilipatgandakan
(pahalanya). (QS ar-Rûm [30]: 39).
﴿وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ ! الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ
! وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ ﴾
“Celakalah orang-orang yang gemar
mengurangi timbangan. Mereka itu, apabila menerima takaran dari orang lain,
ingin dilebihkan. Sebaliknya, apabila menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka menguranginya”. (QS
al-Muthafifîn [83]: 1-3).
Al-Quran juga telah menyerang habis
adat-istiadat yang rusak. Dalam hal ini, Allah Swt. antara lain berfirman:
﴿وَقَالُوا هَذِهِ أَنْعَامٌ وَحَرْثٌ
حِجْرٌ لَا يَطْعَمُهَا إِلَّا مَنْ نَشَاءُ بِزَعْمِهِمْ وَأَنْعَامٌ حُرِّمَتْ
ظُهُورُهَا وَأَنْعَامٌ لَا يَذْكُرُونَ اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا افْتِرَاءً
عَلَيْهِ سَيَجْزِيهِمْ بِمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ ! وَقَالُوا مَا فِي بُطُونِ هَذِهِ الْأَنْعَامِ خَالِصَةٌ
لِذُكُورِنَا وَمُحَرَّمٌ عَلَى أَزْوَاجِنَا وَإِنْ يَكُنْ مَيْتَةً فَهُمْ فِيهِ
شُرَكَاءُ سَيَجْزِيهِمْ وَصْفَهُمْ إِنَّهُ حَكِيمٌ عَلِيمٌ﴾
“Mereka mengatakan, “Binatang dan
tanaman yang terlarang ini tidak boleh dimakan, kecuali bagi oang yang kami
kehendaki—menurut anggapan mereka.”“Ada binatang ternak yang terlarang untuk
ditunggangi dan binatang yang tidak mereka sebut nama Allah sewaktu
menyembelihnya, semata-mata untuk membuat kedustaan. Kelak, Allah akan membalas
mereka karena apa yang mereka dustakan itu. Mereka juga mengatakan, “Apa yang
ada dalam perut binatang ternak ini adalah khusus untuk pria kami dan
diharamkan atas wanita kami.” Akan tetapi, jika yang ada di dalam perut itu
dilahirkan dalam keadaan mati, pria dan wanita itu sama-sama tidak memakannya.
Kelak, Allah akan membalas mereka. Sesungguhnya Allah Mahabijak dan Mahatahu. (QS al-An‘âm [6]: 138-139).
Dalam perlawanan politik (kifah
siyasi) dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat karena para
pemimpin Quraisy yang tersinggung dengan dakwah islam dan yang sangat khawatir
kedudukan mereka tergeser dengan berkembangnya dakwah Islam dan terus bertambah
banyaknya orang-orang Quraisy yang masuk Islam telah melakukan berbagai makar
untuk menyudutkan rasulullah saw., menghentikan langkah beliau saw., dan
menjegal dakwah islam.
Abû Jahal, Abû Sufyân, ‘Umayyah ibn
Khalaf, Wâlid ibn Mughîrah, dan yang lainnya berkumpul di Dâr an-Nadwah
untuk merundingkan perilaku Muhammad saw dan dakwahnya yang baru itu, sebelum
orang-orang Arab datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
Pada saat itu, dakwah Muhammad saw
telah menyusahkan mereka, membuat mereka susah tidur, serta mengguncang
kepemimpinan mereka atas kaum Quraisy. Oleh karena itu, mereka ingin mengambil
satu pendapat yang bisa mendustakan dakwah baru itu dan mendistorsikan
pemikiran-pemikirannya.
Setelah melakukan dialog dan
diskusi, mereka pun sepakat untuk mendatangi orang-orang Arab yang datang dan
memperingatkan mereka agar tidak mendengarkan “ocehan” Muhammad saw.
Sebab, Muhammad saw. dianggap memiliki kata-kata yang menyihir; sering
mengatakan kata-kata yang dapat memisahkan seseorang dari istrinya, dari
keluarganya, dan bahkan darh kaumnya.
Allah SWT menyingkapkan
persekongkolan ini kepada Rasulullah saw. dalam firman-Nya:
﴿إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ ! فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ ! ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ
قَدَّرَ ! ثُمَّ نَظَرَ ! ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ ! ثُمَّ
أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ ! فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ !
إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ ! سَأُصْلِيهِ سَقَرَ﴾
“Sesungguhnya dia telah memikirkan
dan menetapkan. Celakalah dia, bagaimana dia menetapkan? Celakalah dia,
bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan, lalu dia bermuka masam
dan merengut. Dia lantas berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri.
Selanjutnya dia berkata, “(Al-Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang
dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini tidak lain hanyalah perkataan
manusia.”Aku akan memasukkannya ke dalam neraka Saqar. (QS al-Mudatstsir [74]: 18-26).
Para pemimpin Quraisy itu pun satu
persatu dilucuti jati diri mereka oleh Al Quran (lihat Ahmad Mahmud, Dakwah
Islam, hal 119-120). Tentang Abu Lahab, Allah SWT berfirman:
﴿تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ﴾
“Binasalah kedua tangan Abi Lahab…” (QS. Al Lahab [111]: 1).
Tentang penguasa Bani Makhzum, Walid
bin Al Mughirah, Allah SWT berfirman:
﴿ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا ! وَجَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَمْدُودًا﴾
“Biarkanlah Aku bertindak terhadap
orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda
yang banyak”. (QS Al Muddattsir [74]: 11-12).
Terhadap Abu Jahal, Allah SWT
berfirman:
﴿كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ
لَنَسْفَعَنْ بِالنَّاصِيَةِ !
نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ﴾
“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak
berhenti niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, yaitu ubun-ubun yang mendustakan lagi
durhaka” (QS Al Alaq [96]: 15-16).
Menghadapi tindakan keras
orang-orang Quraisy, sempat muncul keinginan para sahabat untuk menggunakan
kekerasan/senjata. Mereka memohon kepada rasulullah saw. agar mengizinkan hal itu.
Tapi Rasulullah saw. mencegah keinginan mereka seraya bersabda (lihat Ahmad
Mahmud, Dakwah Islam, terj. 121):
﴿إِنِّيْ أُمِرْتُ بِالْعَفْوِ، فَلاَ
تُقَاتِلُوا الْقَوْمَ﴾
“Aku diperintahkan untuk menjadi
seorang pemaaf. Oleh karena itu, jangan memerangi kaum itu” (HR. Ibnu Abi Hatim, An Nasai, dan Al Hakim).
Bahkan ketika Rasulullah saw. telah
mendapatkan baiat dari orang-orang Anshar di Aqobah dan mereka meminta izin
kepada rasul untuk memerangi orang-orang Quraisy di Mina, beliau saw. menjawab:
“‘Kami belum diperintahkan untuk (aktivitas) itu, maka kembalilah kalian ke
hewan-hewan tunggangan kalian. Dikatakan, ‘Maka, kamipun kembali ke peraduan
kami, lalu tidur hingga tiba waktu subuh.” (Sirah Ibnu Hisyam bi Syarhi
al-Wazir al-Maghribi, jilid I/305)
Bahkan dalam pergulatan politik
antara kelompok kafirin dengan kelompok mukminin, mereka menggunakan peristiwa
politik internasional untuk melemahkan lawan. Ini terjadi ketika terjadi perang
antara Persia dan rumawi di Palestina dimana tentara Rumawi dikalahkan oleh
tentara Persia. Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Syihab, berkata, “Kami
mendapatkan kaum musyrikin tengah berdebat dengan kamu muslimin. Saat itu
mereka masih berada di Mekah dan sebelum Rasulullah melakukan hijrah.
Orang-orang musyrik berkata, “Rumawi telah menyatakan dirinya sebagai ahlu
kitab, dan sungguh mereka telah dikalahkan oleh Majuzi (Persia). Sedangkan
kalian yakin bahwa kalian akan mengalahkan keduanya dengan kitab yang
diturunkan kepada Nabi kalian. Bagaimana kalian dapat mengalahkan Rowawi dan
Majuzi. Kami pasti mengalahkan kalian. Maka turunlah firman Allah SWT :
﴿الم ! غُلِبَتِ الرُّومُ ! فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ
مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ ! فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ
الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ !
بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ﴾
“
Alif Laam Miim. Telah dikalahkan
bangsa Romawi di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan
menang dalam beberapa t.ahun lagi. Bagi Allahlah urusan sebelum dan sesudah
(mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah
orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” [QS Al Ruum [30]: 1-5].
Namun demikian orang-orang Quraisy
yang berhati beku itu tak bisa menerima kebenaran Islam yang dibawakan oleh
Rasulullah saw. dan para sahabat. Lebih-lebih setelah wafatnya paman beliau
saw., Abu Thalib, pemuka Quraisy yang selama ini mendukung dakwah nabi,
melindungi beliau saw., dan menjadi mediator antara para pemimpin Quraisy
dengan keponanakannya, wafat. Mereka melakukan tindakan yang lebih keras, tanpa
sungkan-sungkan lagi.
Rasulullah saw. pun mengontak para
pemimpin Qabilah di sekitar Makkah untuk mengajak mereka masuk Islam dan
melindungi beliau saw. dan melindaungi dakwah Islam serta siap menanggung
resiko melawan kebengisan orang-orang Quraisy. Rasul juga menyeru para pemuka
kabilah-kabilah Arab. Beliau berkata kepada mereka, “Ya Bani fulan! Saya
adalah utusan Allah bagi kalian, dan menyeru kepada kalian untuk beribadah
kepada Allah dan tidak menyekutukanNya, dan agar kalian meninggalkan apa yang
kalian sembah, beriman kepadaku dan percaya kepadaku, dan janganlah kalian
mencegah aku, sampai aku menjelaskan apa yang telah disampaikan Allah
kepadaku.” Akan tetapi paman beliau saw, Abu Lahab, berdiri di belakang
beliau, membantah dan mendustakan perkataan beliau saw. Tak satupun kabilah
menerima beliau.
Dalam Sirah Ibnu Hisyam
diriwayatkan, “Zuhri menceritakan, bahwa Rasulullah saw mendatangi secara
pribadi Bani Kindah, akan tetapi mereka menolak beliau. Beliau juga mendatangi
Bani Kalban akan tetapi mereka menolak. Beliau juga mendatangi Bani Hanifah,
dan meminta kepada mereka nushrah dan kekuatan, namun tidak ada orang Arab yang
lebih keji penolakannya terhadap beliau kecuali Bani Hanifah. Beliau juga
mendatangi Bani ‘Aamir bin Sha’sha’ah, mendo’akan mereka kepada Allah, dan
meminta kepada mereka secara pribadi. Kemudian berkatalah seorang laki-laki
dari mereka yang bernama Baiharah bin Firas, “Demi Allah, seandainya aku
mengabulkan pemuda Quraisy ini, sungguh orang Arab akan murka.” Kemudian ia
berkata, “Apa pendapatmu, jika kami membai’atmu atas urusan kamu, kemudian
Allah memenangkanmu atas orang yang menyelisihimu, apakah kami akan diberi
kekuasaan setelah engkau? Rasulullah saw berkata kepadanya, “Urusan itu
hanyalah milik Allah, yang Ia berikan kepada siapa yang dikehendaki.” Bahirah
berkata, “Apakah kami hendak menyerahkan leher-leher kami kepada orang Arab,
sedang engkau tidak. Sedangkan jika Allah memenangkan kamu, urusan bukan untuk
kami.” Kami tidak butuh urusanmu.”
Adapun nama-nama kabilah yang pernah
didatangi Rasulullah saw dan menolak adalah, (1) Banu ‘Aamir bin Sha’sha’ah,
(2) Bani Muharib bin Khashfah, (3) Bani Fazaarah, (4) Ghassan, (5) Bani Marah,
(6) Bani Hanifah, (7) Bani Sulaim, (8) Bani ‘Abas, (9) Bani Nadlar, (10) Bani
Baka’,
(11) Bani Kindah, (12) Kalab, (13) Bani Harits
bin Ka’ab, (14) Bani ‘Adzrah, (15) Bani Hadlaaramah.
Beliau saw selain aktif mendakwahi
kabilah-kabilah di Mekah, beliau juga mendakwahi kabilah-kabilah di luar Mekah
yang datang tiap tahun ke Mekah, baik untuk berdagang maupun untuk mengunjungi
Ka’bah, di jalan-jalan, pasar ‘Ukadz, dan Mina. Diantara orang-orang yang
diseru Rasul tersebut ada sekelompok orang-orang Anshor. Kemudian mereka
menyatakan beriman kepada Allah dan Rasul Nya.
Setelah mereka kembali ke Medinah
mereka mdnyebarkan Islam di Medinah. Momentum penting lain sebagai petanda
dimulainya babak baru dakwah Rasul adalah Bai’at ‘Aqabah I dan II. Dua
peristiwa ini, terutama Bai’at ‘Aqabah II telah mengakhiri tahap kedua dari
dakwah Rasul, yakni tahap interkasi dan perjuangan (marhalah Tafa’ul wal
Kifah) menuju Tahap ketiga, yaitu tahap Penerimaan Kekuasaan (Istilaam
al-Hukmi). Dalam tahap ketiga ini Rasul hijrah ke Madinah, negeri yang para
pemimpin dan mayoritas masyarakatnya telah siap menerima Islam sebagai metode
kehidupan mereka, yaitu kehidupan yang (1) asas peradabannya adalah kalimat
tauhid Lailahaillallah Muhammadurrasulullah; (2) standar perbuatan (miqyasul
a’mal) dalam interaksi kehidupan mereka adalah halal-haram; dan (3) makna
kebahagiaan (ma’nas sa’aadah) mereka adalah mendapatkan ridlo Allah.
Masyarakat yang kokoh inilah yang siap membawa risalah Islam ke seluruh dunia.
Oleh karena itu, dengan bukti
kesuksesan yang jelas dicapai oleh Rasulullah saw. dalam perjuangan beliau
saw., disamping tuntunan dan tuntutan agar kita meneladani perjuangan beliau
saw., maka tidak ada jalan lain untuk mengembalikan kedaulatan Islam di muka
bumi ini selain jalan yang telah ditempuh Rasulullah saw. Untuk menyegarkan
kembali gambaran kita tentang perjalanan dakwah rasulullah saw. tersebut perlu
kita perhatikan bagan di bawah ini:
Bagan Perjalananan Dakwah Rosulullah
SAW
Tantangan
- Tahapan metode 1. Pembinaan dan
Pengkaderan
- Aksi
- melakukan rekrutmen secara individual dan mengumpulkan
mereka dalam kelompok terorganisir
- melakukan pembinaan intensif
terhadap sahabat-sahabat - sahabat sebagai keder awal
- Target
1. Membentuk kelompok yang
terorganisir (hizb-as- siyasi) yang siap mengemban dakwah yang politis dan
ideologis
2. Membentuk kader yang memiliki
pola pikir dan pola tindak Islam
- Tantangan
1. proses kaderisasi yang masih awal
dan bergerak agak lambat
-Tahapan metode 2. Interaksi dan
Perjuangan Politik
Aksi
1. Menyampaikan dakwah secara
terbuka dalam rangka pembinaan umat
2. menyerang ide-ide (keyakinan,
teradisi, hukum-hukum) yang rusak di tengah masyarakat Makkah
3. Membongkar kepalsuan para
penguasa Makkah
4. Mendatangi elit-elit politik yang
berpangaruh di masyarakat
- Target
1. Membentuk kesadaran umum dan
opini umum di tengah masyarakat tentang Islam dan kerusakan sistem jahiliyah
2. Penerimaan masyarakat terhadap
ide-ide Islam dan penolakan mereka terhadap ide-ide jahiliyah.
3. Gerakan massal berupa dukungan
dan tuntutan penerapan Islam.
4. Mengambil alih kekuasaan dari
penguasa status quo (jahiliyah)
- Tantangan
1. Perlawanan dan penindasan dari
dari penguasa-penguasa Makkah: penganiyaan, propaganda di dalam dan di luar
Mekkah, pemboikotan total
2. Masyarakat Mekkah yang masih
belum bisa menerima ide-ide perubahan Rosulullah dan masih mendukung rezim
penguasa jahiliyah
- Tahapan metode 3. Penerimaan
Kekuasaan dan Penerapan hukum oleh Negara
Aksi
1. Rosulullah mendirikan negara
Islam dan membangun masyarakat Islam
2. Menerapkan hukum-hukum Islam
secara kaffah
3. Menyebarkan dakwah Islam ke
seluruh penjuru alam
4. Konsolidasi dan pengembangan
daulah hingga menjadi adi-daya
-Target
Berdirinya Daulah Islam yang
didasarkan pada aqidah Islam dan menerapkan hukum-hukum Islam yang kuat
- Tantangan
1. Daulah yang masih awal sehingga
mendapat ganggunan stabilitas baik dari dalam ataupun dari luar
2. Koalisi musuh-musuh daulah baik
dalam opini maupun perang fisik
Refleksi Metode Perjuangan Rasul
Dewasa Ini
Dalam upaya meneladani rasulullah
saw. pada perjuangan menegakkan khilafah di masa modern ini, maka langkah
pertama yang harus ditempuh adalah membentuk kelompok atau partai politik
Ideologis yang memiliki pemahaman yang jelas terhadap ide-ide Islam secara
menyeluruh dan memahami metode perjuangan Rasulullah saw. secara detail. Mau
tidak mau parpol tersebut harus melakukan kajian mendalam terhadap tsaqofah
islam, baik itu Al Quran, Tafsir, Sunnah, Fiqh, maupun Sirah Nabi SAW. Kelompok
itu juga harus memiliki pengurus dan kader-kader yang memiliki keahlian dalam
menggerakkan partai tersebut serta memiliki kesadaran yang cukup terhadap
metode yang benar bagaimana mengikat para anggotanya dengan ide dan metode
dakwahnya. Parpol tersebut juga harus memiliki kesadaran politik terhadap dunia
internasional.
Parpol ideologis yang komit dengan
Islam itu harus melakukan proses penyadaran kepada umat secara keseluruhan,
khsusnya kepada para ulama, intelektual, tokoh-tokoh gerakan islam, pimpinan
parpol dan ormas Islam, para hartawan muslim, para pemuda dan mahasiswa islam,
dan kelompok-kelompok potensial lainnya dalam diri umat ini. Parpol itu harus
membina umat dengan Islam sebagai agama dan ideologi yang mengatur seluruh
aspek kehidupan, memberi kesadaran politik sebagai pengaturan urusan umat yang
harus dilakukan oleh negara dan dikontrol oleh umat melalui proses amar makmur
nahi mungkar, dan memberikan persepsi tentang perjuangan partai politik
ideologis yang berjuang menegakkan Islam secara damai melalui pergulatan
pemikiran dan perjuangan politik.
Apabila terdapat kesadaran politik
umat, partai tersebut bisa menguatkan tubuhnya dengan berbagai aktivitas
pemikiran dan politik dan berusaha melebur umat dengan ide-ide, hokum-hukum,
dan pendapat-pendapat islami yang diadopsinya. Lalu berusaha menggapai
kepemimpinan umat dan setiap anggotanya menjadi rujukan umat dalam masalah
Islam dan perkembangan politik dunia.
Ringkasnya, hal yang harus dilakukan
untuk menegakkan khilafah adalah : Melalui jalan dakwah yang ditempuh dengan
mengikuti thariqah dakwah Rasulullah, yaitu:
- Dimulai dengan pembentukan kader yang bersyakhshiyyah
Islamiyyah, melalui pembinaan intensif (halqah murakkazah) dengan
materi dan metode tertentu
- Pembinaan umat (tatsqif jamaiy) untuk terbentuknya
pendapat masyarakat (al-wa’yu al-amy) tentang Islam
- Pembentukan kekuatan politik melalui pembesaran tubuh
jamaah (tanmiyatu jizmi al-hizb) agar kegiatan pengkaderan dan pembinaan
umum dapat dilakukan dengan lebih intensif, hingga terbentuk kekuatan
politik (al-quwwatu al-siyasiya)
- Penegakan syariah dan khilafah memerlukan kekuatan
politik. Kekuatan politik adalah kekuatan umat yang memilliki kesadaran
politik Islam (al-wa’yu al-siyasiy al-islamy)), yakni kesadaran
bahwa kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus diatur dengan syariah
Islam. Maka harus ada upaya penyadaran politik islamy masyarakat terus
menerus, yang dilakukan oleh kader. Makin banyak kader, makin cepat
kesadaran terbentuk sehingga kekuatan politik juga makin cepat terwujud
- Massa umat yang memiliki kesadaran politik menuntut
perubahan ke arah Islam
- Di dukung oleh ahl-quwwah (polisi, militer,
politisi, orang kaya, tokoh masyarakat dan sebagainya) yang melalui
pendekatan intensif, setuju mendukung perjuangan syariat dan khilafah.
Kekuatan politik yang didukung oleh berbagai pihak semacam ini tidak akan
terbendung.
- Rakyat menuntut tegaknya sistem (syariah) dan kekuasaan
khilafah atau penyatuan ke dalam khilafah Islam.
Khatimah
Namun demikian, siapapun yang
menghendaki dan merindukan hidup dengan islam secara kaffah, maka keberadaan
negara Khilafah Islamiyyah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab Khilafah-lah,
institusi yang sanggup menerapkan syariah secara total (kaffah). Tinggal
maukah kita berjuang. Karena metodenya telah jelas yaitu metode perjuangan
pemikiran dan politik yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., bukan dengan
cara-cara demokrasi maupun revolusi sosialis yang tidak ada asal-usulnya dari
Islam. Wallahu muwaffiq ila aqwamit thariiq. Wahuwa khairun haafizho wahuwa
arhamur raahimin!