Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Selasa, 01 Mei 2012

Akibat Bermain Api

Banyak yang mengira berselingkuh itu nikmat. Di dalam alam bawah sadar perselingkuhan itu menyenangkan namun disaat kesadarannya telah pulih maka batin menjadi tersiksa, penyesalan berkepanjangan apabila perbuatannya diketahui oleh pasangan hidupnya.
 Tentu saja yang menjadi korban bukan hanya dirinya tetapi juga pasangan dan anak-anak yang tidak berdosa juga menjadi korban secara psikologis mengalami guncangan. Saran saya, jangan bermain api. Nanti terbakar.
Pernah saya bertemu dengan seorang laki-laki muda di Rumah Amalia. Ia tidak bisa melupakan kekasih gelapnya namun ia ingin melepaskan darinya. Ia merasa malu pada istrinya, malu pada orang lain, kenapa ia bisa berselingkuh dengan perempuan lain. Ia merasa berdosa atas semua perbuatan yang dilakukan. Perbuatan itu sudah setahun lalu dilakukan. Pada dasarnya dirinya bukan laki-laki yang mudah tergoda, pertemuan itu bukanlah disengaja, kebetulan ada kegiatan bersama dan kekasihnya yang mengejar-ngejar tetapi begitu sudah mendapatkan malah ia yang tergila-gila padanya.
Lantas mengapa perselingkuhan itu terjadi? Awalnya ia melakukan hanya ingin menunjukkan ego laki-laki yang menganggap dirinya mampu menggaet perempuan yang lebih cantik dari istrinya. ia lakukan karena istrinya pekerja keras dianggapnya terlalu cuek dan telah merendahkan harga dirinya sebagai suami. Namun belakangan yang terjadi malah sebaliknya. Keadaannya malah membaik, ia merasakan ada perubahan dari sikap istrinya, lebih banyak perhatian dan waktu untuknya. Kenyataannya sekarang malah dirinya yang tersiksa, sakit dan merasa berdosa dan hina. Kemudian ia berisiniatif untuk bershodaqoh dan berdoa bersama di Rumah Amalia. 'Mas Agus, tolong bantu saya agar terlepas dari perasaan salah dan bisa kembali bersama keluarga.' Ucapnya penuh isak dan tangis. Saya mengajaknya untuk memperbanyak istighfar. Memohon ampun kepada Allah dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya. Selanjutnya kami berdoa bersama.
Beberapa hari kemudian ia bersama istri datang kembali ke Rumah Amalia. Kondisinya semakin membaik, sedikit demi sedikit. Keluarga itu telah kembali rukun dan bahagia. Semuanya bersyukur kepada Allah atas ujian yang telah dilalui dan kasih sayang Allah yang telah menyelamatkan keluarganya dari kehancuran. Subhanallah.
'Tanamkanlah kesabaran dalam menghadapi segala kesulitan, bencana dan kesengsaraan. Kesabaran merupakan akhlak yang mulia. Bersandarlah kepada Allah dan mintalah senantiasa perlindunganNya dari segala bencana dan penderitaan. Jangan berharap pertolongan dan perlindungan dari siapapun kecuali hanya kepada Allah.' (Ali bin Abi Thalib).



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/akibat-bermain-api_05.html 

Mahalnya Harga diri ...

Apalah artinya punya rumah lapang kalau hati sempit!? Apalah artinya penampilan yang indah tapi berhati busuk!? Apalah gunanya harta banyak tapi hati selalu merasa miskin!? Apalah manfaatnya segalanya ada tapi hati selalu tak tenang? Apalah artinya makanan enak dan mahal kalau hati sedang dongkol, memang segala-galanya sangat tergantung kepada hati kita sendiri.
Sayang seribu sayang kita amat sibuk memperindah rumah, tubuh, penampilan, tapi tidak pernah sibuk memperindah Qalbu. Kita sibuk memperkaya harta tapi jarang memperkaya hati, maka tidak usah heran kalau hidup ini hanya perpindahan dari derita ke sengsara, dari gelisah ke nestapa, dari resah ke musibah, seperti tiada berujung walaupun sudah mendatangi tempat manapun, memiliki apapun, memakan segala apapun.
Padahal Rosululloh shollohu alaihi wasallam bersabda, "Ketahuilah bahwa dalam tubuh ini ada segumpal daging . jikalau baik hal tesebut maka akan baiklah sekujur tubuhnya, begitupun kalau buruk maka akan buruklah seluruh sikapnya, itulah yang dinamakan qalbu" (HR. Bukhari Muslim).
saudaraku sekalian, adalah mimpi di siang bolong, kalau kita ingin merasakan hidup bahagia yang asli tanpa kita mengetahui bagaimana caranya hidup dengan memelihara qalbu kita ini. Dijamin seratus persen tidak akan pernah merasakan kebahagiaan maupun kemuliaan tanpa kesungguhan menata hati ini.
Salah satu biang busuknya hati kita ini adalah kalau sudah tertipu dalam mencari harta. Seakan hidup hanya akan terhormat dan terjamin dengan banyak uang, sehingga tidak peduli lagi halal haramnya. Bagi yang tidak punya uang pun tidak kalah salahnya, ada sebagian dari kita yang sering mencari jalan pintas, ingin untung besar dengan cara enteng, sehingga selain tidak berharta juga tidak punya harga diri.
Justru sering kita saksikan orang jadi hina dan sengsara oleh limpahan harta dan kedudukannya sendiri yang tentu karena diperolehnya dengan cara yang tidak benar.
Sepatutnya kalau harta kita tidak banyak maka perkayalah batin kita sehingga tetap terhormat, tidak menjadi peminta-minta, atau benalu bagi yang lain (lihatlah para koruptor, ataupun pejabat yang menyelewengkan amanahnya,
sesungguhnya harta mereka sudah melimpah tapi disiksa dan dihinakan oleh Alloh dengan kemiskinan di hatinya sehingga terus saja meminta-minta, menghisap sana sini bahkan kepada rakyat kecil sekalipun dengan menggadaikan harga dirinya, perbuatan ini sungguh hina dan patut kita kasihani).
Orang yang rizkinya masih pas-pasan bisa jadi lebih mulia dan terhormat kalau dapat menjaga harga dirinya. Maka, marilah dengan sekuat tenaga kita jangan sampai  menghinakan diri sebagai peminta-minta, apalagi memeras keringat orang dengan cara yang tidak halal, sungguh aib. Percayalah rizki dari Alloh sangat melimpah, tidak akan tertukar, lihat kerbau saja yang tidak sekolah rizkinya tetap tercukupi, apalagi diri kita manusia yang diberi akal dan iman, niscaya kita akan bertemu dengan rizki dalam keadaan terhormat.
Marilah saudaraku kita singsingkan lengan lebih serius, kita simbahkan keringat kerja keras kita di jalan yang halal, didampingi dengan ibadah dan do'a kita dengan sungguh-sungguh, jangan risaukan cemoohan orang tentang harta atau rumah kita yang sederhana dan tidak berharga yang penting kita bisa mewariskan yang termahal bagi keluarga, anak-anak, dan lingkungan kita yaitu hidup dengan memiliki harga diri, tidak pernah mau hidup menjadi beban dan benalu bagi orang lain. Karena harga diri itu mahal nilainya***


Siapakah Yang Paling Dekat Dengan Allah

Allah adalah Nur (cahaya di atas segala cahaya)
Kalau matahari di siang hari bersinar dengan terangnya dan rumah2 yang terbuka jendala2nya dan sinar matahari masuk kedalam nya maka orang2 yang ada di dalam rumah bisa dengan mudah melakukan pekerjaan2 mereka, dan ketika matahari bersinar akan tetapi orang2 yang ada di dalam rumah menutup jendala rapat2 sehingga tidak sedikitpun cahaya yang masuk ke dalamnya, sehingga rumah tersebut gelap gulita dan mdnyebabkan orang2 yang berada di dalamnya tidak bisa bekerja, ini semua bukan kekurangan atau kesalahan matahari akan tetapi kekurangan dan kesalahan orang2 yang berada di dalam rumah tersebut, karena tidak mau membuka jendela2 rumahnya….
Allah adalah Nur (cahaya yang lebih baik/di atas segala cahaya) yang terang utk dirinya sendiri dan menerangi yang lainnya…
dan beruntunglah orang2 yang mau membuka jendela2 rumah (hati) nya, sehingga bisa menikmati rahmat dan kasih sayangNya…..
ada beberapa contoh yang bisa kita pakai untuk mengukur bagaimana kedekatan kita kepada Allah dan apakah Allah jauh dari kita itu berarti Allah tinggal jauh dari kita….
ada sebuah perbandingan antara 5 orang yang mana di antara dari mereka adalah orang yang paling dekat dengan Alquran… orang2nya adalah sebagai berikut dan mereka semua membawa Alquran:
orang:
1) tidak bisa membaca alQuran akan tetapi Al-quran di tangannya…
2) bisa membaca al-Quran akan tetapi tidak bisa mengartikannya (al-quran jg berada di tangannya)….
3) bisa membaca al-Quran dan bisa mengartikannya , akan tetapi tidak bisa menafsirkannya (al-quran jg berada di tangannya)….
4) bisa membaca al-Quran, bisa mengartikannya dan bisa menafsirkannya akan tetapi tidak bisa mengamalkannya (al-Quran juga berada di tangannya)….
 5) bisa membaca al-Quran, bisa mengartikannya, bisa menafsirkannya dan bisa jg mengamalkannya (al-Quran berada di tangannya)…
dalam penglihatan secara dhohiri al-quran sama2 berada di tangan mereka (5 orang) semua akan tetapi secara maknawi orang kelima yang paling dekat dengan al-Quran karena bisa benar2 bicara dengan al-Quran, dan bisa memahami al-Quran dng sempurna………..
Allah bersama kita dimana saja kita berada..
Allah lebih dekat kepada kita dari pada urat nadi kita kepada kita…..
Allah lebih dekat kepada kita daripada kita dengan nyawa kita……
tapi secara maknawi seberapa dekatkah kita kepada Allah?
contoh yang ada di atas bisa kita pakai untuk mencontohkan seberapa kedekatan kita dengan Allah….
apakah kita telah mengetahui Allah?
apakah kita telah mengenal Allah?
apakah kita telah mengetahui untuk apa Allah menciptakan kita?
apakah kita telah mengetahui apa yang diinginkan Allah dari kita?
apakah kita telah mengetahui apa2 yang mengeluarkan kita dari agama Allah sehingga kita bisa menjaga diri dari itu semua?
Seberapa dekat kita dengan Allah...??!
Carilah jawabannya pada hati nurani,,,resapilah dan kemudian renungkanlah ...
Usaha Atas Iman.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/siapakah-yang-paling-dekat-dengan-allah_05.html

Berilah...

Memberi Mengobati Luka Dihati *)
Dalam kehidupan kita sehari-hari hampir mudah tanpa kesulitan kita bisa menemukan orang yang kecewa, marah dan sakit hati dimana-mana. Ditelevisi, koran, radio, dijalanan, supermarket, pasar bahkan di dalam rumah. Mulai demo mahasiswa yang kecewa dengan pemerintah, karyawan yang kecewa dengan manajemen perusahaan, suami yang kecewa dengan istri, istri kecewa dengan suami, anak kecewa kepada orang tua, orang tua kecewa kepada anak. Murid kecewa kepada guru atau sebaliknya semua menjadi terlihat lazim kehidupan ini dipenuhi dengan taman bunga kekecewaan, kemarahan dan sakit hati.
Maka kita menjadi begitu mudah menemukan penderitaan dariapada kegembiraan, lebih mudah menemukan orang yang sakit hati daripada orang yang senantiasa bersyukur, lebih mudah ketemu dengan wajah yang cemberut daripada wajah yang tersenyum. Bahkan saya sering mendapatkan keluhan seperti ini, Mas Agus, kenapa saya sudah sholat dan berdzikir tetap saja hati saya masih terasa perih?' Luka dihati adalah akibat kekecewaan karena kebiasaan kita untuk mencari, meminta dan menuntut agar kehidupan memenuhi keinginan kita padahal di dalam kehidupan kita telah menyediakan yang terbaik untuk kita. Sholat dan dzikir menjadi tidak berarti apabila tubuh kita masih dikuasai oleh hawa nafsu keinginan dan tuntutan yang tiada habisnya.


Berbagai keluhan muncul dari susah berkonsentrasi, dikendalikan marah, masa lalu yang menyakitkan, masa depan yang menakutkan sampai rizki yang tidak pernah cukup, semua itu muaranya adalah KEKECEWAAN.
Sholat dan berdzikir mengajarkan kita agar senantiasa mengingat Allah, menyerahkan kehidupan sebagaimana yang menjadi ketetapanNya. Kita berjalan dengan cahaya ilahiah. Bila hati kita sudah mampu berserah kepada Allah, kita tidak mencari, meminta dan menuntut melainkan 'Memberi.' Di dalam aktifitas memberi mensucikan hati kita dari segala kotoran hati sehingga bisa dipahami bagi mereka yang rajin memberi mengalami banyak keajaiban seperti jarang sakit, rizki yang berlimpah dan mudah sekali wajah untuk tersenyum. Ditengah kondisi sosial seperti sekarang yang serba meminta dan menuntut, kegiatan memberi menjadi terasa indah sebab memberi bagaikan cahaya matahari ditengah kegelapan. Cahaya itulah yang menerima kegelapan hati kita ketika dipenuhi dengan meminta dan menuntut.
Akan semakin indah apabila memberi menjadi obat luka dihati terutama setiap kali kita memberi tidak disertai dengan harapan atau menuntut dari apa yang telah kita berikan. Banyak kisah teman yang menuturkan bagaiman keajaiban memberi dengan penuh keikhlasan mengalami 'Unexpected Harvestings.' Menuai hasil yang tidak diharapkan, memetik buah dari pemberian dengan penuh keikhlasan, seperti senyuman yang dijumpainya setiap saat, sembuh dari sakit tanpa disangka dan diduga, pertolongan Allah disaat terjepit, perhatian, makin disukai banyak teman, usaha yang semakin maju, karier yang melejit, keluarga yang senantiasa rukun dan bahagia. Masih banyak lagi kisah yang menceritakan keajaiban memberi, yang membuat hidup ini menjadi indah. Mengubah air mata menjadi permata. Hidup bagai ditaman bunga yang penuh warna.
'Dan Allah senantiasa memberi pertolongan kepada hambaNya yang senantiasa ia memberi petolongan kepada saudaranya.' (HR. Muslim).



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/berilah_05.html

Tidakkah Kita Menangis ?

Abdul Wahid bin Zaid pernah berkata:
“Wahai saudara-saudaraku, tidakkah kalian menangis karena rindu kepada Allah? Ketahuilah, bahwa siapa saja yang menangis karena rindu kepada Rabb-nya, niscaya ia tidak akan dihalangi dari melihat kepada-Nya.
Wahai saudara-saudaraku, tidakkah kalian menangis karena takut akan naar (neraka)? Ketahuilah, barangsiapa yang menangis karena takut akan naar niscaya Allah akan melindunginya dari naar.



Wahai saudara-saudaraku, tidakkah kalian menangis karena takut terhadap kehausan pada hari Kiamat? Ketahuilah, barangsiapa yang menangis karena takut terhadapnya niscaya Allah akan memberinya minum di hadapan seluruh makhluk pada hari Kiamat.
Wahai saudara-saudaraku, tidakkah kalian menangis? Sungguh, tangisilah ahr yang sejuk saat di dunia, semoga Allah memberimu minum dengannya bersama sebaik-baik orang yang menyesal dan para sahabat”. Kemudian beliau menangis sehingga tak sadarkan diri. 



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/tidakkah-kita-menangis_05.html

Metoda Perjuangan Rasul (Thariqah Dakwah Rasulullah Shallallâhu 'Alaihi Wassalam )

Metoda Perjuangan Rasul
Rasulllah saw. adalah kepala negara Daulah Islamiyyah pertama kali. Beliau saw., selain sebagai rasulullah pembawa dan penyampai risalah, juga sebagai penguasa (hakim) yang melaksanakan hukum-hukum Islam yang beliau bawa sebagai bagian dari risalah Islam. Hukum-hukum Islam sebagian besar diturunkan di Madinah setelah Rasulullah saw. menempuh perjuangan selama sekitar 13 tahun di kota Mekkah mendakwahkan Islam kepada masyarakat Quraisy dan seluruh kabilah Arab yang setiap tahun berkunjung ke kota Mekkah. Di Madinah itulah Rasulullah saw. mendapatkan kekuasaan dari para kepala suku di kota Madinah, khususnya Aus dan Khazraj yang paling dominan dan berkuasa di Madinah.
Dan syariat Islam telah diturunkan seluruhnya hingga akhir masa kehidupan beliau saw. di kota Madinah dimana wilayah kekuasaan beliau saw. telah meliputi seluruh jazirah Arab (kurang lebih 2,95 juta km persegi, lebih besar dari 3 kali luas gabungan wilayah Jerman dan Perancis ). Allah SWT berfirman:
﴿ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ﴾
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maidah [5]: 3).
Rasulullah saw. wafat dalam keadaan umat dan negara Islam yang baru sangat kuat dan siap untuk memikul beban risalah menyebarkan Islam ke seluruh dunia sebagai wujud risalah yang rahmatan lil ‘alamin. Para sahabat yang jumlahnya paling tidak sekitar 60 ribu orang adalah kader-kader unggulan yang siap untuk menaklukkan dunia, membebaskan bangsa-bangsa dari belenggu penguasa yang zalim dan cara hidup jahiliyah. Sejarah pun membuktikan bahwa berbagai penaklukan Islam yang meliputi hampir 2/3 dunia lama adalah terjadi di masa sahabat rasulullah saw.
Oleh karena itu, di masa kerinduan akan kejayaan Islam dan kaum muslimin ini telah kembali mengusik pikiran dan perasaan umat , maka tidak ada metode (thariqah) perjuangan yang harus ditempuh untuk mewujudkan hal itu, kecuali mengikuti metode (thariqah) perjuangan Rasulullah saw. Sebab, secara syar’i, Allah SWT telah memerintahkan kaum muslimin untuk meneladani beliau saw. Dia SWT berfirman
﴿لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ﴾
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu..(QS Al-Ahzab [33]: 21)
Secara faktual, satu-satunya gerakan islam yang berhasil menegakkan pemerintahan yang dalam tempo singkat mencapai capaian yang luar biasa adalah gerakan yang ditempuh oleh rasulullah saw. beserta para sahabatnya. Ingat, Rasulullah saw. tidak berawal sebagai kepala negara. Beliau adalah berawal dari seorang diri, bagian kecil dari masyarakat Mekkah, lalu menjadi sebuah kelompok (kutlah), dan kemudian menjadi penguasa dengan bai’at yang diberikan oleh para pemimpin suku Aus dan Khazraj dan hijrah ke Madinah.
Apa benar Rasulullah saw. membentuk kelompok politik (kutlah siyasi)? Bukankah belum ada parlemen dan pemilu pada waktu itu? Kalau kelompok atau partai politik dimaknai sebagai peserta pemilu yang kemudian masuk parlemen dan membuat undang-undang dan mengangkat kepala pemerintahan, maka Rasulullah saw. tidak melakukan itu. Tapi kalau kelompok atau partai politik dipahami sebagai kumpulan ide (afkar) dan orang-orang yang mengimani ide-ide itu serta berjuang untuk mewujudkan ide-ide itu di tengah-tengah masyarakat,
 Rasulullah saw. dan para sahabat melakukan hal itu. Ketika turun firman Allah SWT :
﴿فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ﴾
“Sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu….” (QS Al Hijr [15]: 94)
Rasulullah saw. bersama para sahabat bersama-sama menuju ke Ka’bah dengan formasi yang belum pernah dikenal oleh orang Arab sebelumnya. Mereka berbaris dalam dua barisan yang dikepalai oleh Umar bin Khaththab dan Hamzah bin Abdul Muthalib. Mereka ber-thawaf mengelilingi Ka’bah (lihat An Nabhani, Ad Daulah al Islamiyyah hlm 15) Setelah itu Abu Bakar As Shiddiq berpidato…..Saat itu pulalah orang-orang kafir Quraisy bereaksi keras dan melakukan tindakan kekerasan terhadap dakwah yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabat dengan cara damai. Abu Bakar sebagai juru bicara yang berpidato saat itu langsung dipukuli sempai babak belur…Abu Bakar r.a kemudian diungsikan oleh keluarganya.Setelah kembali keluarga Abu Bakar mengatakan kalaulah Abu Bakar mendapat kecelakaan (meninggal) mereka akan membunuh ‘Utbah bin Robi’ah yang telah menyakiti Abu Bakar r.a. (lihat Ibnu Katsir al Bidayah wan Nihayah, juz 2 hal 369 ).
Bagaimana sebenarnya tahap dakwah dalam perjuangan yang ditempuh Rasulullah saw. dan para sahabatnya? Ada tiga tahap perjuangan dalam dakwah yang ditempuh Rasulullah saw. bersama para sahabatnya. Pertama, tahap pembinaan dan pengkaderan (marhalah tatsqif); kedua, tahap interaksi dan perjuangan (marhalah tafaul wal kifah); ketiga, tahap penerimaan kekuasaan (marhalah istilamul hukm) untuk menerapkan Islam secara praktis dan menyeluruh, sekaligus menyebarkan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Pertama, tahap pembinaan dan pengkaderan (tatsqif).
Tahap ini dimulai sejak beliau saw diutus menjadi rasul. Pada tahap ini Rasulullah saw. melakukan pembinaan para kader dan membuat kerangka tubuh gerakan. Ketika turun firman Allah SWT dalam surat Al Muddatsir (surat yang turun setelah surat Iqra’/al Qalam, lihat Manna’ Khalil Qatthan, Mabahits fi Ulumil Qur’an, terj. Hal 92):.“Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan!” [QS al-Muddatstsir: 1-2], beliau saw. mulai mengajak masyarakat untuk memeluk Islam. Dimulai dari istrinya Khadijah r.a., sepupunya Ali bin Abi Thalib r.a., mantan budaknya Zaid, dan sahabatnya Abu Bakar As Shiddiq r.a., lalu beliau menyeru seluruh masyarakat. Beliau keliling mendatangi rumah-rumah mereka. Beliau saw. menyampaikan : “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyembah-Nya dan janganlah kalian menserikatkan-Nya dengan sesuatu apapun”. Beliau menyeru manusia, mengikuti ayat di atas, secara terang-terangan.
Setelah rasulullah saw. mengajak penduduk Mekkah untuk masuk Islam, sebagian orang menerima dan beriman kepadanya lalu masuk Islam dan sebagian yang lain menolaknya. Rasul mengumpulkan orang-orang yang beriman di sekeliling beliau dalam suatu kelompok atas dasar agama baru itu secara rahasia. Para sahabat beliau apabila shalat mereka pergi ke padang-padang rumput dan menyembunyikan sholat mereka dari kaum mereka. Kepada orang-orang yang baru masuk Islam, Rasulullah saw mengutus orang yang sudah masuk Islam sebelumnya (para senior) dan faqih dalam dinul Islam untuk mengajarkan Al Quran. Beliau saw. pernah mengirim Khubbab bin al-Arats untuk mengajarkan al-Quran kepada Zaenab binti al-Khaththab dan suaminya, Sa’id dirumahnya. Ketika Umar bin Khaththab (kakak Zainab) memergoki mereka yang sedang belajar di rumah Said, dimana Khabab membacakan Al Quran kepada mereka, Umar pun masuk islam.
Beliau saw. menjadikan rumah Al Arqam bin Abil Arqam (Daar al-Arqam) sebagai markas kutlah (kelompok dakwah) dan madrasah bagi dakwah baru ini. Di rumah Arqam itulah Rasulullah saw. mengumpulkan para shahabat, mengajar Islam kepada mereka, membacakan Al Quran kepada mereka, menjelaskannya, memerintahkan mereka untuk menghafal dan memahami al-Quran. Dan setiap kali ada yang masuk Islam, langsung digabungkan ke Darul Arqam. Beliau saw. tinggal di markas pengkaderan itu selama 3 tahun membina (yutsaqqif) kaum muslimin generasi pertama itu, sholat bersama mereka, tahajud di malam hari yang lalu diikuti oleh para sahabat, beliau saw. membangkitkan keruhanian dengan sholat, membaca al Qur’an, membina pemikiran mereka dengan memperhatikan ayat-ayat Allah dan meneliti ciptaan-ciptaan-Nya, dan membina akal fikiran mereka dengan makna-makna dan lafazh-lafazh Al Qur’an serta mafahim dan pemikiran islam, dan melatih mereka untuk bersabar terhadap berbagai halangan dan hambatan dakwah, dan mewasiatkan kepada mereka untuk senantiasa taat dan patuh sehingga mereka benar-benar ikhas lillahi ta’ala (lihat Taqiyuddin An Nabhani, Ad Daulah Al Islamiyah, hal 11-12) . Rasul tetap merahasiakan aktivitas dakwahnya, dan terus melakukan upaya-upaya pengkaderan dan pembinaan (tatsqiif hingga turun firman Allah swt:
﴿فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ﴾
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.[QS al-Hijr :94]
Tahap kedua, tahap interaksi dan perjuangan (marhalah tafaul wal kifah).
Meskipun aktivitas pada tahap pertama dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, akan tetapi masyarakat Mekah mengetahui bahwa Muhammad Rosulullah Saw telah membawa agama baru. Mereka juga mengetahui banyak orang masuk Islam. Kafir Mekah pun tahu bahwa Rasulullah dan kutlahnya merahasiakan kutlah dan pemelukan agama mereka.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat Makkah telah tahu adanya agama dan dakwah baru serta kutlah baru, sekalipun mereka tidak tahu, di mana mereka berkumpul, dan siapa saja di antara orang-orang mukmin yang berkumpul. (lihat An Nabhani, idem). Setelah masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khaththab (3 hari setelah masuk islamnya Hamzah), turun firman Allah SWT:
﴿فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ ! إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ ! الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا ءَاخَرَ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ﴾
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu), yaitu orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain disamping Allah, maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya)” [QS al-Hijr :94-96].
Beliau saw. pun menerangkan perintah Allah SWT secara terang-terangan. Beliau saw. pun menampilkan kutlahnya secara terang-terang kepada seluruh masyarakat, sekalipun masih ada sebagian kaum muslimin yang menyembunyikan ke-Islamannya bahkan sampai penaklukan kota Makkah. Setelah aksi menampilkan kutlah secara terang-terangan di Ka’bah, terjadilah pergesekan dakwah dan kelompok dakwah dengan masyarakat Makkah dengan para pemimpinnya yang sangat cinta kepada kepemimpinan dengan sistem jahiliyyah. Perjuangan kelompok dakwah Nabi dan para sahabat pun berubah dari fase rahasia (daur al istikhfa) ke fase terang-terangan (daur al I’lan). Berpindah dari fase mengkontak orang-orang yang memiliki kesediaan menerima Islam ke fase berbicara kepada masyarakat secara menyeluruh (lihat An Nabhani, idem., hal 16).
Mulailah terjadi benturan (ishthidam/clash) antara iman dengan kekufuran di masyarakat, dan mulailah terjadi pergesekan (ihtikak) antara ide-ide yang benar dengan ide-ide yang rusak, dan mulailah tahap kedua, yaitu tahap interaksi dan perjuangan (marhalah tafaul wal kifah). Pada tahap ini mulailah orang-orang Kafir Quraisy melawan dakwah dan menyakiti Rasulullah saw. dan kaum muslimin dengan berbagai macam cara.
Periode inilah yang paling berat yang dihadapi Rasul dan para sahabat sepanjang perjuangan mereka. Rumah Rasulullah saw. dilempari. Ummu Jamil, istri paman beliau saw. Abu Lahab, senantiasa melempar kotoran di depan rumah beliau saw. Rasulullah saw. merespon perbuatan itu cukup dengan menyingkirkannya. Gembong kekufuran Abu Jahal pernah melempar beliau saw. dengan bagian dalam isi perut kambing sembelihan untuk berhala mereka. Beliau pun minta putrinya Fatimah untuk membersihkan tubuhnya kembali.
Semua itu justru hanya menambah kesabaran dan kesungguhan beliau saw. dalam dakwah. Kaum muslimin pun menghadapi berbagai ancaman dan gangguan. Setiap kabilah menyiksa dan memfitnah anggota sukunya yang masuk Islam.
Sampai-sampai salah seorang budak Habsyi, Bilal bin Rabbah.r.a., mereka lempar di atas padang pasir, di bawah terik matahari, mereka tindih dadanya dengan batu, dan mereka biarkan di situ agar mati, tidak lain karena dia tetap mempertahankan kalimat tauhid: ahad-ahad! Summayyah istri Yasir r.a., mereka siksa hingga math karena tidak mau kembali (murtad) dari agama Islam kepada agama nenek moyang mereka. Kaum muslimin secara umum dihinakan dan disiksa. Namun mereka bersabar menerima cobaan itu dalam rangka menggapai ridlo Allah SWT.
Rasulullah saw. dan para sahabat menghadapi berbagai perlawanan dakwah yang dilancarkan oleh orang-orang Kafir Quraisy, baik itu penyiksaan fisik (at ta’dziib) , propaganda busuk (ad da’aawah/ad di’ayah) untuk menyudutkan Islam dan kaum muslimin di dalam negeri dan luar negeri, maupun blokade total (al muqatha’ah), dengan sikap sabar dan terus berdakwah menegakkan agama Allah SWT tanpa kekerasan. Tatkala Rasul melihat Yasir dan istrinya dibantai disiksa oleh orang-orang Quraisy, beliau saw. tidak menggerakkan kaum muslimin untuk melakukan perlawanan fisik terhadap mereka. Beliau saw.bersabda:
«صَبْرًا آلَ يَاسِرٍ فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةِ إِنِّيْ لاَ أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا»
Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya janji Allah untuk kalian adalah surga. Sesungguhnya akau tidak memiliki sesuatu apapun dari Allah”.
Ketika mendengar janji surga itu, Sumayyah, istri Yasir yang sedang disiksa oleh kafir Quraisy, mengatakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku melihatnya secara nyata!” (lihat An Nabhani, idem, hal 18).
Pertanyaan kita, kenapa Rasulullah saw. yang terkenal sempurna akhlaqnya, bahkan sudah mendapatkan gelar Al Amin (Yang Terpecaya), kok dimusuhi begitu rupa oleh orang-orang Quraisy? An Nabhani (idem, hal 24) menganalisis bahwa benturan yang dilakukan oleh Kafir Quraisy terhadap dakwah Islam adalah hal yang wajar. Sebab, rasulullah saw. mengemban dakwah dan menampilkan kelompok yang mengemban dakwah bersama beliau saw. dalam bentuk yang menantang. Lebih dari itu, substansi dakwah itu sendiri adalah perjuangan dan perlawanan terhadap Quraisy dan masyarakat Makkah.
Sebab substansi dakwah adalah menyeru kepada mentauhidkan Allah dan seruan ibadah hanya kepadanya serta seruan untuk meninggalkan penyembahan kepada berhala dan seruan untuk melepaskan diri dari sistem kehidupan jahiliyah mereka yang rusak. Maka terjadilah benturan dengan Quraisy secara total. Bagaimana mungkin tidak terjadi benturan, padahal Rasulullah saw. membodohkan impian mereka, merendahkan tuhan-tuhan mereka, dan mencela kehidupan murahan mereka, dan mengkritik sarana-sarana kehidupan mereka yang zalim. Dan Al Quran pun turun menyerang mereka dengan jelas. Allah SWT berfirman:
﴿إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ﴾
“Sesungguhnya kalian dan apa (berhala) yang kalian sembah adalah umpan neraka jahannam” (QS. Al Anbiyaa [21]: 98).
﴿وَمَا ءَاتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو عِنْدَ اللَّهِ﴾
“Apa yang kalian berikan berupa riba untuk tujuan menambah harta-kekayaan manusia tidaklah menambah apa pun di sisi Allah”. (QS ar-Rûm [30]: 39).
﴿وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ ! الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ ! وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ ﴾
“Celakalah orang-orang yang gemar mengurangi timbangan. Mereka itu, apabila menerima takaran dari orang lain, ingin dilebihkan. Sebaliknya, apabila menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya”. (QS al-Muthafifîn [83]: 1-3).
Oleh karena itu, orang-orang Quraisy pun menghadang dakwah. Mereka menyakiti Rasulullah saw. dan para sahabat. Mereka menyiksa, mengembargo, dan membuat propaganda untuk melawan beliau saw. dan agama yang dibawanya. Namun itu semua tidak menyurutkan langkah dakwah rasulullah saw. Beliau saw. tetap menyerang mereka, terus melawan pandangan-pandangan yang salah, dan menghancurkan aqidah-aqidah yang rusak, dan bersungguh-sungguh menempuh jalan penyebaran dakwah. Beliau saw. mendakwahkan Islam dengan jelas, tanpa tedeng aling-aling, tanpa merendahkan diri, tanpa cenderung kepada kekufuran, dan tanpa menjilat gembong-gembong kekufuran.
Hal itu beliau lakukan sekalipun menghadapi berbagai gangguan dari Quraisy, meskipun menghadapi berbagai kesulitan. Dan dakwah yang beliau lakukan di tengah berbagai kesulitan itu justru membuat Islam dari ke hari menyebar ke seluruh masyarakat Arab, sehingga banyak para penyembah berhala dan orang-orang Nasrani masuk Islam, bahkan para pembesar Quraisy pun mendengarkan Al Quran dan hati mereka berdebar-debar. Sejarah mencatat bahwa tiga orang gembong kafir Quraisy, yaitu Abu Sufyan bin Harb, Abu Jahal Amru bin Hisyam, dan Al Akhnas bin Syariq secara terpisah selama tiga malam berturut-turut mendengar Rasulullah saw. membaca Al Qur’an di rumahnya. Rasulullah saw. biasanya menghabiskan sebagian besar malamnya dengan qiyamul lail dan membaca Al Quran secara tartil.
Perjuangan dakwah Rasulullah saw. dan para sahabat pada tahap kedua ini dilakukan dengan cara tanpa kekerasan. Beliau saw. melakukan pergulatan pemikiran (shiraul fikri) dan perlawanan politik (kifah siyasi) tanpa menggunakan kekuatan fisik, tanpa mengangkat senjata, meskipun setiap lelaki Arab pada waktu itu sudah terbiasa menunggang kuda dan memainkan senjata.
Pergulatan pemikiran yang beliau lakukan melawan kekufuran itu tergambar pada ayat-ayat yang turun di tahap kedua ini yang banyak menengahkan celaan-celaan terhadap ‘aqidah, sistem, serta adat-istiadat kafir Mekah yang bejat.
 Selain ayat-ayat sudah dipaparkan di atas, juga ada ayat-ayat yang menyerang kemusyrikan mereka, seperti firman Allah swt :
﴿وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ﴾
“Mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sebagai sekutu bagi Allah, padahal Allah Yang menciptakan jin-jin itu. Mereka berbohong—dengan mengatakan bahwa Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan—tanpa mendasarkannya pada ilmu pengetahuan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka nisbatkan.” (QS al-An‘âm [6]: 100).
﴿قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ قُلِ اللَّهُ قُلْ أَفَاتَّخَذْتُمْ مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ لَا يَمْلِكُونَ لِأَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَلَا ضَرًّا قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَمْ هَلْ تَسْتَوِي الظُّلُمَاتُ وَالنُّورُ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ﴾
“Katakanlah, “Siapakah Tuhan langit dan bumi.”Katakanlah, “Allah.”Katakanlah, “Patutkah kalian menjadikan pelindung-pelindung kalian dari selain Allah, padahal mereka tidak menguasai kemanfaatan dan tidak (pula) kemudaharatan bagi diri mereka sendiri?”Katakanlah, “Adakah sama orang yang buta dan yang dapat melihat atau samakah antara keadaan gelap-gulita dan terang-benderang? Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan sesuatu seperti ciptaannya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?” Katakanlah, “Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Dialah Allah, Zat Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.” (QS ar-Ra‘d [13]: 16).
Dalam bidang sosial, Allah Swt. antara lain berfirman:
﴿وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ ! يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ﴾
“Apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, merah-padamlah mukanya dan dia sangat marah. Dia menyembunyikan diri dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburnya dalam tanah. Ketahuilah, alangkah buruknya yang mereka tetapkan itu. (QS an-Nahl [16]: 58-59).
﴿وَلَا تُكْرِهُوا فَتَيَاتِكُمْ عَلَى الْبِغَاءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا﴾
Janganlah kalian memaksa budak-budak wanita kalian untuk melakukan pelacuran—sedangkan mereka sendiri menginginkan kesucian—dengan tujuan untuk meraih keuntungan duniawi. (QS an-Nûr [24]:33).
﴿وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ﴾
“Janganlah kalian membunuh anak-anak kalian hanya karena takut miskin. Kami-lah yang akan memberikan rezeki kepada kalian dan kepada mereka. Janganlah kalian mendekati perbuatan yang keji, baik secara nyata maupun secara sembunyi-sembunyi. Jangan pula kalian membunuh jiwa yang telah diharamkan oleh Allah, melainkan karena suatu sebab yang dibenarkan. Yang demikian itu diperintahkan oleh Tuhan kalia kepada kalian agar kalian berfikir”. (QS al-An‘âm [6]: 151).
Sementara itu, dalam kaitannya dengan masalah ekonomi, Allah Swt. antara lain berfirman:
﴿وَمَا ءَاتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو عِنْدَ اللَّهِ وَمَا ءَاتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ﴾
Apa yang kalian berikan berupa riba untuk tujuan menambah harta-kekayaan manusia tidaklah menambah apa pun di sisi Allah. Sedangkan apa yang kalian berikan berupa zakat yang kalian kehendaki semata-mata karena Allah, maka yang seperti itulah yang dilipatgandakan (pahalanya). (QS ar-Rûm [30]: 39).
﴿وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ ! الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ ! وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ ﴾
“Celakalah orang-orang yang gemar mengurangi timbangan. Mereka itu, apabila menerima takaran dari orang lain, ingin dilebihkan. Sebaliknya, apabila menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya”. (QS al-Muthafifîn [83]: 1-3).
Al-Quran juga telah menyerang habis adat-istiadat yang rusak. Dalam hal ini, Allah Swt. antara lain berfirman:
﴿وَقَالُوا هَذِهِ أَنْعَامٌ وَحَرْثٌ حِجْرٌ لَا يَطْعَمُهَا إِلَّا مَنْ نَشَاءُ بِزَعْمِهِمْ وَأَنْعَامٌ حُرِّمَتْ ظُهُورُهَا وَأَنْعَامٌ لَا يَذْكُرُونَ اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا افْتِرَاءً عَلَيْهِ سَيَجْزِيهِمْ بِمَا كَانُوا يَفْتَرُونَ ! وَقَالُوا مَا فِي بُطُونِ هَذِهِ الْأَنْعَامِ خَالِصَةٌ لِذُكُورِنَا وَمُحَرَّمٌ عَلَى أَزْوَاجِنَا وَإِنْ يَكُنْ مَيْتَةً فَهُمْ فِيهِ شُرَكَاءُ سَيَجْزِيهِمْ وَصْفَهُمْ إِنَّهُ حَكِيمٌ عَلِيمٌ﴾
“Mereka mengatakan, “Binatang dan tanaman yang terlarang ini tidak boleh dimakan, kecuali bagi oang yang kami kehendaki—menurut anggapan mereka.”“Ada binatang ternak yang terlarang untuk ditunggangi dan binatang yang tidak mereka sebut nama Allah sewaktu menyembelihnya, semata-mata untuk membuat kedustaan. Kelak, Allah akan membalas mereka karena apa yang mereka dustakan itu. Mereka juga mengatakan, “Apa yang ada dalam perut binatang ternak ini adalah khusus untuk pria kami dan diharamkan atas wanita kami.” Akan tetapi, jika yang ada di dalam perut itu dilahirkan dalam keadaan mati, pria dan wanita itu sama-sama tidak memakannya. Kelak, Allah akan membalas mereka. Sesungguhnya Allah Mahabijak dan Mahatahu. (QS al-An‘âm [6]: 138-139).
Dalam perlawanan politik (kifah siyasi) dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat karena para pemimpin Quraisy yang tersinggung dengan dakwah islam dan yang sangat khawatir kedudukan mereka tergeser dengan berkembangnya dakwah Islam dan terus bertambah banyaknya orang-orang Quraisy yang masuk Islam telah melakukan berbagai makar untuk menyudutkan rasulullah saw., menghentikan langkah beliau saw., dan menjegal dakwah islam.
Abû Jahal, Abû Sufyân, ‘Umayyah ibn Khalaf, Wâlid ibn Mughîrah, dan yang lainnya berkumpul di Dâr an-Nadwah untuk merundingkan perilaku Muhammad saw dan dakwahnya yang baru itu, sebelum orang-orang Arab datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
Pada saat itu, dakwah Muhammad saw telah menyusahkan mereka, membuat mereka susah tidur, serta mengguncang kepemimpinan mereka atas kaum Quraisy. Oleh karena itu, mereka ingin mengambil satu pendapat yang bisa mendustakan dakwah baru itu dan mendistorsikan pemikiran-pemikirannya.
Setelah melakukan dialog dan diskusi, mereka pun sepakat untuk mendatangi orang-orang Arab yang datang dan memperingatkan mereka agar tidak mendengarkan “ocehan” Muhammad saw. Sebab, Muhammad saw. dianggap memiliki kata-kata yang menyihir; sering mengatakan kata-kata yang dapat memisahkan seseorang dari istrinya, dari keluarganya, dan bahkan darh kaumnya.
Allah SWT menyingkapkan persekongkolan ini kepada Rasulullah saw. dalam firman-Nya:
﴿إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ ! فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ ! ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ ! ثُمَّ نَظَرَ ! ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ ! ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ ! فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ ! إِنْ هَذَا إِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ ! سَأُصْلِيهِ سَقَرَ﴾
“Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan. Celakalah dia, bagaimana dia menetapkan? Celakalah dia, bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan, lalu dia bermuka masam dan merengut. Dia lantas berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. Selanjutnya dia berkata, “(Al-Quran) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.”Aku akan memasukkannya ke dalam neraka Saqar. (QS al-Mudatstsir [74]: 18-26).
Para pemimpin Quraisy itu pun satu persatu dilucuti jati diri mereka oleh Al Quran (lihat Ahmad Mahmud, Dakwah Islam, hal 119-120). Tentang Abu Lahab, Allah SWT berfirman:
﴿تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ﴾
“Binasalah kedua tangan Abi Lahab…” (QS. Al Lahab [111]: 1).
Tentang penguasa Bani Makhzum, Walid bin Al Mughirah, Allah SWT berfirman:
﴿ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا ! وَجَعَلْتُ لَهُ مَالًا مَمْدُودًا﴾
“Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak”. (QS Al Muddattsir [74]: 11-12).
Terhadap Abu Jahal, Allah SWT berfirman:
﴿كَلَّا لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ لَنَسْفَعَنْ بِالنَّاصِيَةِ ! نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ﴾
“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, yaitu ubun-ubun yang mendustakan lagi durhaka” (QS Al Alaq [96]: 15-16).
Menghadapi tindakan keras orang-orang Quraisy, sempat muncul keinginan para sahabat untuk menggunakan kekerasan/senjata. Mereka memohon kepada rasulullah saw. agar mengizinkan hal itu. Tapi Rasulullah saw. mencegah keinginan mereka seraya bersabda (lihat Ahmad Mahmud, Dakwah Islam, terj. 121):
﴿إِنِّيْ أُمِرْتُ بِالْعَفْوِ، فَلاَ تُقَاتِلُوا الْقَوْمَ﴾
“Aku diperintahkan untuk menjadi seorang pemaaf. Oleh karena itu, jangan memerangi kaum itu” (HR. Ibnu Abi Hatim, An Nasai, dan Al Hakim).
Bahkan ketika Rasulullah saw. telah mendapatkan baiat dari orang-orang Anshar di Aqobah dan mereka meminta izin kepada rasul untuk memerangi orang-orang Quraisy di Mina, beliau saw. menjawab: “‘Kami belum diperintahkan untuk (aktivitas) itu, maka kembalilah kalian ke hewan-hewan tunggangan kalian. Dikatakan, ‘Maka, kamipun kembali ke peraduan kami, lalu tidur hingga tiba waktu subuh.” (Sirah Ibnu Hisyam bi Syarhi al-Wazir al-Maghribi, jilid I/305)
Bahkan dalam pergulatan politik antara kelompok kafirin dengan kelompok mukminin, mereka menggunakan peristiwa politik internasional untuk melemahkan lawan. Ini terjadi ketika terjadi perang antara Persia dan rumawi di Palestina dimana tentara Rumawi dikalahkan oleh tentara Persia. Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Syihab, berkata, “Kami mendapatkan kaum musyrikin tengah berdebat dengan kamu muslimin. Saat itu mereka masih berada di Mekah dan sebelum Rasulullah melakukan hijrah. Orang-orang musyrik berkata, “Rumawi telah menyatakan dirinya sebagai ahlu kitab, dan sungguh mereka telah dikalahkan oleh Majuzi (Persia). Sedangkan kalian yakin bahwa kalian akan mengalahkan keduanya dengan kitab yang diturunkan kepada Nabi kalian. Bagaimana kalian dapat mengalahkan Rowawi dan Majuzi. Kami pasti mengalahkan kalian. Maka turunlah firman Allah SWT :
﴿الم ! غُلِبَتِ الرُّومُ ! فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ ! فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ ! بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ﴾
Alif Laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa t.ahun lagi. Bagi Allahlah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” [QS Al Ruum [30]: 1-5].
Namun demikian orang-orang Quraisy yang berhati beku itu tak bisa menerima kebenaran Islam yang dibawakan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat. Lebih-lebih setelah wafatnya paman beliau saw., Abu Thalib, pemuka Quraisy yang selama ini mendukung dakwah nabi, melindungi beliau saw., dan menjadi mediator antara para pemimpin Quraisy dengan keponanakannya, wafat. Mereka melakukan tindakan yang lebih keras, tanpa sungkan-sungkan lagi.
Rasulullah saw. pun mengontak para pemimpin Qabilah di sekitar Makkah untuk mengajak mereka masuk Islam dan melindungi beliau saw. dan melindaungi dakwah Islam serta siap menanggung resiko melawan kebengisan orang-orang Quraisy. Rasul juga menyeru para pemuka kabilah-kabilah Arab. Beliau berkata kepada mereka, “Ya Bani fulan! Saya adalah utusan Allah bagi kalian, dan menyeru kepada kalian untuk beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukanNya, dan agar kalian meninggalkan apa yang kalian sembah, beriman kepadaku dan percaya kepadaku, dan janganlah kalian mencegah aku, sampai aku menjelaskan apa yang telah disampaikan Allah kepadaku.” Akan tetapi paman beliau saw, Abu Lahab, berdiri di belakang beliau, membantah dan mendustakan perkataan beliau saw. Tak satupun kabilah menerima beliau.
Dalam Sirah Ibnu Hisyam diriwayatkan, “Zuhri menceritakan, bahwa Rasulullah saw mendatangi secara pribadi Bani Kindah, akan tetapi mereka menolak beliau. Beliau juga mendatangi Bani Kalban akan tetapi mereka menolak. Beliau juga mendatangi Bani Hanifah, dan meminta kepada mereka nushrah dan kekuatan, namun tidak ada orang Arab yang lebih keji penolakannya terhadap beliau kecuali Bani Hanifah. Beliau juga mendatangi Bani ‘Aamir bin Sha’sha’ah, mendo’akan mereka kepada Allah, dan meminta kepada mereka secara pribadi. Kemudian berkatalah seorang laki-laki dari mereka yang bernama Baiharah bin Firas, “Demi Allah, seandainya aku mengabulkan pemuda Quraisy ini, sungguh orang Arab akan murka.” Kemudian ia berkata, “Apa pendapatmu, jika kami membai’atmu atas urusan kamu, kemudian Allah memenangkanmu atas orang yang menyelisihimu, apakah kami akan diberi kekuasaan setelah engkau? Rasulullah saw berkata kepadanya, “Urusan itu hanyalah milik Allah, yang Ia berikan kepada siapa yang dikehendaki.” Bahirah berkata, “Apakah kami hendak menyerahkan leher-leher kami kepada orang Arab, sedang engkau tidak. Sedangkan jika Allah memenangkan kamu, urusan bukan untuk kami.” Kami tidak butuh urusanmu.”
Adapun nama-nama kabilah yang pernah didatangi Rasulullah saw dan menolak adalah, (1) Banu ‘Aamir bin Sha’sha’ah, (2) Bani Muharib bin Khashfah, (3) Bani Fazaarah, (4) Ghassan, (5) Bani Marah, (6) Bani Hanifah, (7) Bani Sulaim, (8) Bani ‘Abas, (9) Bani Nadlar, (10) Bani Baka’,
 (11) Bani Kindah, (12) Kalab, (13) Bani Harits bin Ka’ab, (14) Bani ‘Adzrah, (15) Bani Hadlaaramah.
Beliau saw selain aktif mendakwahi kabilah-kabilah di Mekah, beliau juga mendakwahi kabilah-kabilah di luar Mekah yang datang tiap tahun ke Mekah, baik untuk berdagang maupun untuk mengunjungi Ka’bah, di jalan-jalan, pasar ‘Ukadz, dan Mina. Diantara orang-orang yang diseru Rasul tersebut ada sekelompok orang-orang Anshor. Kemudian mereka menyatakan beriman kepada Allah dan Rasul Nya.
Setelah mereka kembali ke Medinah mereka mdnyebarkan Islam di Medinah. Momentum penting lain sebagai petanda dimulainya babak baru dakwah Rasul adalah Bai’at ‘Aqabah I dan II. Dua peristiwa ini, terutama Bai’at ‘Aqabah II telah mengakhiri tahap kedua dari dakwah Rasul, yakni tahap interkasi dan perjuangan (marhalah Tafa’ul wal Kifah) menuju Tahap ketiga, yaitu tahap Penerimaan Kekuasaan (Istilaam al-Hukmi). Dalam tahap ketiga ini Rasul hijrah ke Madinah, negeri yang para pemimpin dan mayoritas masyarakatnya telah siap menerima Islam sebagai metode kehidupan mereka, yaitu kehidupan yang (1) asas peradabannya adalah kalimat tauhid Lailahaillallah Muhammadurrasulullah; (2) standar perbuatan (miqyasul a’mal) dalam interaksi kehidupan mereka adalah halal-haram; dan (3) makna kebahagiaan (ma’nas sa’aadah) mereka adalah mendapatkan ridlo Allah. Masyarakat yang kokoh inilah yang siap membawa risalah Islam ke seluruh dunia.
Oleh karena itu, dengan bukti kesuksesan yang jelas dicapai oleh Rasulullah saw. dalam perjuangan beliau saw., disamping tuntunan dan tuntutan agar kita meneladani perjuangan beliau saw., maka tidak ada jalan lain untuk mengembalikan kedaulatan Islam di muka bumi ini selain jalan yang telah ditempuh Rasulullah saw. Untuk menyegarkan kembali gambaran kita tentang perjalanan dakwah rasulullah saw. tersebut perlu kita perhatikan bagan di bawah ini:
Bagan Perjalananan Dakwah Rosulullah SAW
Tantangan
- Tahapan metode 1. Pembinaan dan Pengkaderan
- Aksi
 - melakukan rekrutmen secara individual dan mengumpulkan mereka dalam kelompok terorganisir
- melakukan pembinaan intensif terhadap sahabat-sahabat - sahabat sebagai keder awal
- Target
1. Membentuk kelompok yang terorganisir (hizb-as- siyasi) yang siap mengemban dakwah yang politis dan ideologis
2. Membentuk kader yang memiliki pola pikir dan pola tindak Islam
- Tantangan
1. proses kaderisasi yang masih awal dan bergerak agak lambat
-Tahapan metode 2. Interaksi dan Perjuangan Politik
Aksi
1. Menyampaikan dakwah secara terbuka dalam rangka pembinaan umat
2. menyerang ide-ide (keyakinan, teradisi, hukum-hukum) yang rusak di tengah masyarakat Makkah
3. Membongkar kepalsuan para penguasa Makkah
4. Mendatangi elit-elit politik yang berpangaruh di masyarakat
- Target
1. Membentuk kesadaran umum dan opini umum di tengah masyarakat tentang Islam dan kerusakan sistem jahiliyah
2. Penerimaan masyarakat terhadap ide-ide Islam dan penolakan mereka terhadap ide-ide jahiliyah.
3. Gerakan massal berupa dukungan dan tuntutan penerapan Islam.
4. Mengambil alih kekuasaan dari penguasa status quo (jahiliyah)
- Tantangan
1. Perlawanan dan penindasan dari dari penguasa-penguasa Makkah: penganiyaan, propaganda di dalam dan di luar Mekkah, pemboikotan total
2. Masyarakat Mekkah yang masih belum bisa menerima ide-ide perubahan Rosulullah dan masih mendukung rezim penguasa jahiliyah
- Tahapan metode 3. Penerimaan Kekuasaan dan Penerapan hukum oleh Negara
 Aksi
1. Rosulullah mendirikan negara Islam dan membangun masyarakat Islam
2. Menerapkan hukum-hukum Islam secara kaffah
3. Menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru alam
4. Konsolidasi dan pengembangan daulah hingga menjadi adi-daya
-Target
Berdirinya Daulah Islam yang didasarkan pada aqidah Islam dan menerapkan hukum-hukum Islam yang kuat
- Tantangan
1. Daulah yang masih awal sehingga mendapat ganggunan stabilitas baik dari dalam ataupun dari luar
2. Koalisi musuh-musuh daulah baik dalam opini maupun perang fisik
Refleksi Metode Perjuangan Rasul Dewasa Ini
Dalam upaya meneladani rasulullah saw. pada perjuangan menegakkan khilafah di masa modern ini, maka langkah pertama yang harus ditempuh adalah membentuk kelompok atau partai politik Ideologis yang memiliki pemahaman yang jelas terhadap ide-ide Islam secara menyeluruh dan memahami metode perjuangan Rasulullah saw. secara detail. Mau tidak mau parpol tersebut harus melakukan kajian mendalam terhadap tsaqofah islam, baik itu Al Quran, Tafsir, Sunnah, Fiqh, maupun Sirah Nabi SAW. Kelompok itu juga harus memiliki pengurus dan kader-kader yang memiliki keahlian dalam menggerakkan partai tersebut serta memiliki kesadaran yang cukup terhadap metode yang benar bagaimana mengikat para anggotanya dengan ide dan metode dakwahnya. Parpol tersebut juga harus memiliki kesadaran politik terhadap dunia internasional.
Parpol ideologis yang komit dengan Islam itu harus melakukan proses penyadaran kepada umat secara keseluruhan, khsusnya kepada para ulama, intelektual, tokoh-tokoh gerakan islam, pimpinan parpol dan ormas Islam, para hartawan muslim, para pemuda dan mahasiswa islam, dan kelompok-kelompok potensial lainnya dalam diri umat ini. Parpol itu harus membina umat dengan Islam sebagai agama dan ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan, memberi kesadaran politik sebagai pengaturan urusan umat yang harus dilakukan oleh negara dan dikontrol oleh umat melalui proses amar makmur nahi mungkar, dan memberikan persepsi tentang perjuangan partai politik ideologis yang berjuang menegakkan Islam secara damai melalui pergulatan pemikiran dan perjuangan politik.
Apabila terdapat kesadaran politik umat, partai tersebut bisa menguatkan tubuhnya dengan berbagai aktivitas pemikiran dan politik dan berusaha melebur umat dengan ide-ide, hokum-hukum, dan pendapat-pendapat islami yang diadopsinya. Lalu berusaha menggapai kepemimpinan umat dan setiap anggotanya menjadi rujukan umat dalam masalah Islam dan perkembangan politik dunia.
Ringkasnya, hal yang harus dilakukan untuk menegakkan khilafah adalah : Melalui jalan dakwah yang ditempuh dengan mengikuti thariqah dakwah Rasulullah, yaitu:
  • Dimulai dengan pembentukan kader yang bersyakhshiyyah Islamiyyah, melalui pembinaan intensif (halqah murakkazah) dengan materi dan metode tertentu
  • Pembinaan umat (tatsqif jamaiy) untuk terbentuknya pendapat masyarakat (al-wa’yu al-amy) tentang Islam
  • Pembentukan kekuatan politik melalui pembesaran tubuh jamaah (tanmiyatu jizmi al-hizb) agar kegiatan pengkaderan dan pembinaan umum dapat dilakukan dengan lebih intensif, hingga terbentuk kekuatan politik (al-quwwatu al-siyasiya)
  • Penegakan syariah dan khilafah memerlukan kekuatan politik. Kekuatan politik adalah kekuatan umat yang memilliki kesadaran politik Islam (al-wa’yu al-siyasiy al-islamy)), yakni kesadaran bahwa kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus diatur dengan syariah Islam. Maka harus ada upaya penyadaran politik islamy masyarakat terus menerus, yang dilakukan oleh kader. Makin banyak kader, makin cepat kesadaran terbentuk sehingga kekuatan politik juga makin cepat terwujud
  • Massa umat yang memiliki kesadaran politik menuntut perubahan ke arah Islam
  • Di dukung oleh ahl-quwwah (polisi, militer, politisi, orang kaya, tokoh masyarakat dan sebagainya) yang melalui pendekatan intensif, setuju mendukung perjuangan syariat dan khilafah. Kekuatan politik yang didukung oleh berbagai pihak semacam ini tidak akan terbendung.
  • Rakyat menuntut tegaknya sistem (syariah) dan kekuasaan khilafah atau penyatuan ke dalam khilafah Islam.
Khatimah
Namun demikian, siapapun yang menghendaki dan merindukan hidup dengan islam secara kaffah, maka keberadaan negara Khilafah Islamiyyah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab Khilafah-lah, institusi yang sanggup menerapkan syariah secara total (kaffah). Tinggal maukah kita berjuang. Karena metodenya telah jelas yaitu metode perjuangan pemikiran dan politik yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., bukan dengan cara-cara demokrasi maupun revolusi sosialis yang tidak ada asal-usulnya dari Islam. Wallahu muwaffiq ila aqwamit thariiq. Wahuwa khairun haafizho wahuwa arhamur raahimin! 


Maaf kan yaaa…

DAHSYATNYA ENERGI MAAF
”Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada, tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?” (QS. An-Nuur [24]: 22).
Sahabat Rumah Yatim Indonesia yang diberkahi Allah SWT, kita semua diberikan kesempatan hidup dengan waktu yang amat terbatas, dalam perjalanan hidup kita memiliki menuju 2 Visi, Sukses Dunia dan Sukses Akhirat, perjalanan meraih 2 sukses tersebut akan terasa ringan dan menyenangkan jika kita tidak sibuk mengumpulkan beban-beban berat yang harus kita pikul,
Minggu siang, 8 April 2001 di Augusta National Golf Club Georgia, Amerika Serikat, Tiger Woods, Pegolf yang saat itu berusia 25 tahun, menyelesaikan hole ke-18 dengan mengayunkan putter-nya dari jarak 5 meter dan masuk sempurna! Dan para penonton berteriak histeris, “Tiger! Tiger!” melalui kemenangannya ini Tiger Woods mencapai prestasi yang luar biasa. Dalam jangka waktu setahun ia telah meraih juara dari empat pertandingan yang amat bergengsi didunia golf internasional.
Ayahnya berkata,”Ketekunan berlatih, tekad kuat untuk meraih kemenangan, tabah mengatasi kekalahan merupakan ciri-ciri Tiger Woods.” Walaupun mengalami diskriminasi dibeberapa klub golf, namun Ayahnya berpesan secara arif “Jangan sampai kau sakit hati dan memupuk dendam. Kau harus mengasihani orang-orang yang masih rasialis.”
Disepanjang perjalanan karier dan bisnis, tidak dapat dipungkiri bahwa kita harus berhadapan dengan berbagai jenis kepribadian manusia. Roberta Cava, dalam bukunya Dealing with Difficult People, menunjukkan ciri-ciri kepribadian yang berpotensi menyulitkan kita, yaitu:
1. Mereka yang sering membuat kita emosional.
2. Mereka yang membuat kita terpaksa melakukan sesuatu yang sesungguhnya tidak kita ingin lakukan.
3. Mereka yang mencegah atau menghalangi kita untuk melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan.
4. Mereka yang suka menimbulkan perasaan bersalah jika kita tidak melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya
5. Mereka yang suka menimbulkan perasaan-perasaan negative terhadap kita seperti frustasi, marah, minder, iri, depresi, dan sebagainya.
6. Mereka yang selalu menggunakan kekerasan dan memanipulasi untuk mencapai tujuannnya.
Kita tidak mungkin dapat mengendalikan sikap orang-orang tersebut. Tidak ada yang dapat kita lakukan untuk mencegah mereka agar tidak berbuat negative. Namun, kita bisa mengelola hati kita. Daripada sibuk menyimpan kekesalan, dendam, dan amarah yang jelas-jelas tidak berguna, bukankah lebih baik jika kita berpikir tentang cara agar kita dapat menaklukan musuh tanpa harus bertempur? Ingatlah bahwa tak ada yang lebih hebat yang dapat menghambat kebahagiaan kita daripada rasa benci, marah, dan kesal.
Tidaklah penting apa yang dilakukan seseorang terhadap kita atau besarnya kesalahan mereka. Jika kita tidak memaafkannya, kitalah yang akan menanggung akibatnya. Memaafkan dan mengampuni orang lain membebaskan kita dari kelumpuhan hidup.
Menyimpan rasa dendam dan amarah memboroskan tenaga dan energi yang dapat kita arahkan menuju kebahagiaan. Jika kita rela memaafkan, kita dapat menyumbang lebih banyak pada kehidupan dan merasa bahagia terhadap diri sendiri dan orang lain.
Pengampunan itu menyembuhkan. Pengampunan itu membuka hati kita, membebaskan emosi-emosi kita, melepaskan energi yang tersumbat didalam tubuh, dan membiarkan dya hidup mengalir bebas.
Mengampuni dan melupakan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tindakan ini diperlukan kerendahan dan kebesaran hati. Namun, itulah satu-satunya cara untuk menempuh jalan menuju kebahagiaan dan kesuksesan sejati.
Sahabat, Hidup ini akan semakin terasa sangat singkat kalau hanya untuk Membenci, tidak satupun diantara kita yang paling sempurna dan paling suci, mari kita maafkan ayah ibu kita, anak-anak kita, suami kita, istri kita, saudara-saudara kita, bos kita, karyawan kita, pembantu kita, teman dan sahabat kita. ada banyak cara memberi dan meminta maaf, jika kita masih malu dan ragu bertemu, via SMS dan FB bisa menjadi pendahuluannya.
”Maafkanlah mereka dan lapangkan dada, sesungguhnya Allah senang kepada orang-orang yang berbuat kebajikan (terhadap yang melakukan kesalahan kepadanya)” (QS. Al-Ma‘idah [5]: 13). Baca juga QS Al-Baqarah (2): 109, dan Al-Nûr (24): 22.
Rasullulah Saw memberikan bimbingan, “Carilah alasan untuk memaafkan saudaramu walau hingga 70 alasan.” Seorang murid bertanya kepada gurunya, Imam Hasan Al-Basri, “Mengapa Rasullah menyuruh kita mencari 70 alasan untuk memaafkan?”. Jawab Hasan Basri, “Itu menunjukkan pentingnya memaafkan. Sebelum kita sampai pada 70 alasan kita belum bisa memaafkan, kita harus bersedih karena memiliki hati sekeras batu.”



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/maaf-kan-yaaa_05.html

Kisah Pemuda, Janda Dan Dot Dot Dot

Di sebuah kampung, ada seorang pemuda yang sangat miskin dan miskin...dan miskin. Kenapa saya ulang sampai tiga kali? Teruskan membaca baru dapat rasa betapa miskinnya pemuda ini. Kasihan!
Pemuda ini tidak mampu membeli makanan sehingga beberapa hari tidak makan. Dia tiada rumah dan menjadi 'tetamu tetap' di sebuah masjid di kampungnya kerana tempat tinggalnya memang di masjid. Oleh kerana kebanyakan masa hariannya di masjid, dia seringkali mengikuti majlis-majlis ilmu di masjid itu; kuliah, tazkirah, ceramah dan apa-apa sahaja majlis ilmu di sana. Itulah keistimewaan pemuda ini. Walaupun miskin dan kelaparan, menghadiri majlis ilmu adalah rutin hidupnya.
Suatu hari pemuda ini berasa sangat lapar. Sungguh kasihan kerana dia tidak mampu membeli apa-apa makanan. Hampir mati akal dia memikirkan bagaimana ingin mengisi perutnya kerana dia benar-benar kelaparan. Sehinggalah terdetik di dalam hati...
"Urm, bagaimana jika aku menyelinap masuk ke rumah orang-orang kampung dan mencuri makanan mereka? Aduh! Aku merasakan benar-benar dalam keadaan darurat. Mungkin dalam keadaan darurat begini menjadi keringanan buatku untuk mencuri," pujuk hatinya ketika risau jika ia dalam keadaan berdosa.
Pemuda miskin ini nekad. Ditunggunya sampai hari semakin gelap dan dia mula bergerak perlahan-lahan ke sekitar kampung. Dipanjatnya dari bumbung ke bumbung yang lain demi mencari sesuap dua makanan. Akhirnya, setelah berusaha memanjat, sampailah dia ke sebuah rumah. Gelap. Sunyi.
"Ah, sudah tentu penghuninya tiada sekarang. Baik aku masuk!"
Dia pun dengan segera menyelinap masuk dengan harapan tekaannya benar. Ya, dia memang benar kerana sungguh rumah tersebut tidak berpenghuni buat sementara waktu.


Berbekalkan kesamaran cahaya dari celahan tingkap, pemuda ini menuju ke dapur dan terlihat sebuah periuk. Ketika membuka tudung periuk itu, dia terkejut.

Sebiji TERUNG!
Itu sahaja yang dijumpainya. Pemuda itu lantas mengambil terung tadi dan mula menggigitnya kerana benar-benar kelaparan walaupun ia hanya sebiji terung. Setelah sekali menggigit, tiba-tiba dia tersentak.
"Ya Allah! Apakah yang aku sedang lakukan. Malu aku pada-Mu Tuhan! Mana mungkin aku mencuri harta orang lain sedangkan aku adalah orang yang yang menjadi tetamu di masjid, menjadi tetamu dalam majlis-majlis agama. Tidak sepatutnya aku bertindak sebegini. Aku takut akan-Mu wahai Tuhan yang melihat segala tindak tandukku. Ampuni aku, aku amat takut akan balasan-Mu"
Sepantas kilat dia meletakkan semula terung yang telah selamat digigitnya sekali dan menyelinap keluar, hilang dalam kegelapan.
Esoknya...

Penduduk kampung mulai keluar masjid setelah tamatnya kuliah pada petang itu. Hanya beberapa orang yang masih di dalam masjid membaca Al-Quran. Seorang wanita masih berdiri di perkarangan dalam masjid dalam keadaan yang resah. Wanita tersebut pantas mendekati tok imam yang telah memberikan pengisian petang itu.
"Tok Imam, tolong bantu saya. Saya benar-benar buntu..." rayu wanita itu.
"Ya Allah, kenapa dengan kau wahai anakku. Ceritakanlah... jika aku boleh membantu, InsyaAllah aku akan membantumu."
"Aku ini seorang janda. Suamiku telah meninggal dunia," esakan mulai kedengaran.
"Beberapa hari lepas, aku telah diganggu oleh pemuda-pemuda kampung ini dan sungguh aku merasakan tidak selamat dan terasa terancam."
Tok Imam itu terdiam. Kerutan jelas di dahinya.



"Aku... aku ingin tok imam membantuku mencarikan seorang suami untukku kerana aku tidak ingin lagi terus diganggu oleh pemuda-pemuda di sini," ujarnya.
"Apa benar kau ingin aku membantu mu?" tanya imam tua tersebut. Wanita tersebut mengangguk.
Imam tua itu merenung ke sekeliling masjid. Lantas matanya terpaku pada pemuda miskin yang sedang bersandar di tepi tiang.
"Wahai pemuda, mahukah kamu ke mari?" Perlahan-lahan pemuda itu melangkah mendekati Tok Imam dan wanita tersebut.
"Sudikah kau mengahwini wanita ini?" pantas imam tua itu menyoal.
"Ya Allah, adakah ini hanya khayalanku? Aku ingin berkahwin, tapi percayalah, untuk membeli sebuku roti pun aku tidak mampu, apatah lagi untuk menanggung orang lain!" jujur pemuda itu menjawab.
"Usah khuatir wahai pemuda. Aku tidak perlukan hartamu. Aku sudah ada rumah yang arwah suamiku tinggalkan untukku. Aku tidak memerlukan hartamu. Aku hanya perlukan seorang lelaki yang boleh menjaga dan melindungiku dari ancaman luar," balas wanita tersebut.
Diam. Lama pemuda itu berfikir. Dia kemudian mengangguk perlahan.
Setelah bernikah disaksikan beberapa tetamu masjid, tok imam itu berkata;
"Sekarang pulanglah kamu bersama suamimu ini. Semoga pernikahan ini mendapat keberkatan-Nya dan dapat menyelamatkan kamu daripada gangguan orang."
Setibanya di rumah, wanita itu terus bertanya kepada pemuda miskin yang telah selamat menjadi suaminya.
"Adakah kau ingin makan? Aku akan menyiapkannya untukmu, wahai suamiku."
Pemuda itu hanya mengangguk. Dalam fikirannya sekarang bukan tertumpu pada makanan (walaupun pada hakikatnya ia memang kelaparan) tetapi rumah wanita tersebut. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Seolah-olah dia pernah berada di situ sebelumnya.
"Kenapa aku seperti mengenali rumah ini?" soalnya dalam hati sambil berkerut. Oh tidak! Jangan-jangan...
"Silalah makan dahulu," kata si wanita sambil menghidangkan sesuatu.


"Ya Allah... adakah aku bermimpi? Ini adalah terung yang telah ku gigit semalam. Ya Allah..apakah tandanya ini?"
"Maaf wahai suamiku. Aku hanya ada terung ini yang sempat ku rebus semalam. Aku terkejut kerana ia telah digigit. Pelik, siapa yang telah mengigitnya sedangkan tiada sesiapa di rumah ini sewaktu ku keluar," jelas wanita itu dalam kesayuan kerana tidak mampu menghidangkan yang terbaik untuk suaminya.
"Wahai isteriku. Mahukah kau mendengar suatu kisah? Se.. sebenarnya aku lah yang telah menyelinap masuk ke rumahmu semalam dan menggigit terung ini," akui pemuda itu ikhlas. Berubah wajah wanita itu.
"Maafkan aku. Semalam, aku sangat kelaparan. Sudah beberapa hari aku tidak makan dan aku tidak mampu untuk membeli apapun. Aku bertekad untuk mencuri makanan di luar. Ku fikir aku benar-benar dalam keadaan darurat. Namun, setelah selamat mengigitnya sekali, aku merasa benar-benar tersedar dan merasakan sangat takut kepada Allah yang menjadi saksi perbuatanku. Aku malu... aku takut akan azabnya atas kelalaianku. Maafkan aku," ujar pemuda itu sambil tertunduk menangis.
"Tidak mengapa suamiku. Aku sudah memaafkanmu. Akan tetapi ketahuilah bahawa aku benar-benar cemburu akanmu. Tahukah kau mengapa?" soalnya.
Pemuda itu berhenti menangis lalu merenung isterinya.
"... kerana sifat TAQWA mu! Kerana takutkan Allah, kau berhenti daripada terus melakukan dosa dan berterus-terang padaku. Sekarang, tidakkah kau sedar? Kerana sifat TAQWA yang ada pada dirimu itu, Allah membalasnya semula bukan hanya dengan terung yang telah kau gigit semalam, tapi seluruh isi dalam rumah ini termasuk diriku kepadamu, telah menjadi milikmu secara halal. Tidak perlu lagi kau mencuri. Semuanya telah Allah hadiahkan semula kepadamu kerana KETAQWAANmu itu," ujar wanita itu sambil tersenyum. Pemuda miskin itu cepat-cepat bersujud tanda mensyukuri hadiah Allah kepadanya.
Jika pembaca dapat menilai kembali kisah ini daripada asal, apakah 'main point' yang saya ingin sampaikan?
Ia adalah tentang TAQWA.
Kerana takutkan Allah, pemuda itu telah meninggalkan semula terung yang digigitnya ke tempat asal. Dia malu kepada Allah, dan dia benar-benar takut Allah akan menghukumnya. Kerana [B]TAQWA[/B] yang ada padanya, Allah membalasnya semula bukan sahaja terung yang selamat digigitnya tanpa izin, tetapi termasuk tuan empunya rumah dan isi rumah tersebut kepadanya. Semuanya secara HALAL tanpa perlu rasa ragu-ragu.


Akan tetapi bukan harta dunia yang dikejar, tetapi rasa takut yang berterusan kepada Tuhan yang Maha Melihat, yang Maha Mengetahui dan yang Mah` Pengasih, dalam melakukan sesuatu walaupun ia hanya sekecil-kecil hal (dalam kisah ini: mencuri sebahagian kecil terung!). Sesungguhnya beruntung bagi orang-orang yang bertakwa kerana kasih sayang Allah yang berlipat ganda bukan sahaja di dunia, malah di akhirat kelak.
Firman Allah dan hadis Nabi s.a.w. yang bermaksud:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (Akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan" (Surah Al-Hasyr: 18)
Kemudian Allah sambung lagi dalam surah yang sama, ayat seterusnya;
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehinggalah Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik." (Surah Al-Hasyr: 19)
Wasiat Nabi صلى الله عليه وسلم kepada Muadz bin Jabal رضي الله عنه , "Bertaqwalah kamu kepada Allah di mana pun kamu berada, tampallah keburukan dengan kebaikan niscaya akan dapat menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." (Hadis riwayat Ahmad dan At-Tirmidzi)
Dan banyak lagi firman Allah dalan Al-Quran tentang taqwa. Marilah berusaha menjadi orang-orang yang bertakwa demi menggapai redha-Nya dalam setiap inci pun yang kita lakukan. Kita masih lagi ada masa.
Oh ya! Sebenarnya yang sengaja saya tulis 'dot-dot-dot' pada tajuk di atas adalah sebenarnya:
"Kisah Pemuda, Janda dan TAQWA".
Moga kisah ini bermanfaat untuk semua termasuk diri saya.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/kisah-pemuda-janda-dan-dot-dot-dot_04.html