Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Sabtu, 21 April 2012

Perjuangan Menikah Muda, Menggapai Separuh Agama ( TRUE STORY )

Dia memang lelaki tegar…


Keharuan menyelimuti hati saya ketika semalam mendengar kisahnya saat bertemu dirumah sahabat saya:
Laki-laki itu bernama Rosyid Wahyu ( bukan nama sebenarnya ). Masuk Fakultas Hukum Universitas Negeri Sebelas Maret ( UNS) Solo tahun 2005. Perawakannya kecil, bahkan cenderung kurus, tapi ternyata punya impian besar dalam kehidupannya. Visinya jauh kedepan meninggalkan kawan-kawan seusianya. Salah satunya adalah niat bulat untuk menikah diusia muda. Ya, semenjak semester dua (2), ia sudah berazzam ingin menikah. Namun, tak selamanya niat melangsungkan pernikahan berjalan mulus. Ketika niatnya itu disampaikan ke orang tuanya di Kendari, Sulawesi Tenggara, ibunya hanya bilang: “Apa-apaan kamu, kuliah dulu yang bener”.
Dia hanya tersenyum kecut mendengarnya. Tapi, ia terima saja ucapan ibunya itu. Mungkin memang baru sebatas niat saja untuk menikah yang dianggap ibunya guyonan semata. Sejak itu, mulailah jiwa kemandirian dimilikinya. Jualan berbagai majalah dan baju muslim dilakoninya. Dia belajar untuk mencukupi kehidupannya sendiri. Dari hasil kerja sampingannya itu, dibelikannya beberapa buku tentang pernikahan dan dikirimkannya kepada ibunya sebagai bahan bacaan. Harapannya, tentu untuk membuat ibundanya memahami keinginan anaknya untuk menikah muda setelah membaca buku –buku yang dikirimkannya itu.
Di semester lima, dia sampaikan lagi niatnya untuk menikah. Kepada saudaranya, lantas menanyakan kabar dan reaksi ibunya setelah dikirimi buku-buku tentang pernikahan itu. Jawaban saudaranya membuatnya geleng-geleng kepala. “Buku-bukunya dibuang sama ibu Mas”, begitu kata saudaranya. Malah, ibunya kini sedikit mengurangi jatah uang bulanannya. Duh…kasihan sekali bukan.
Fiuuhhhh. Perjuangan masih panjang….
Mulailah dia merangkai kata demi kata. Mengirimkan berlembar-lembar surat secara rutin kepada ibunya. Tercatat delapan surat pernah dikirimkan kepada ibunya, satu surat berisi lebih dari lima lembar. Surat-surat itu sebagaian besar berisi argumentasinya tentang niatnya untuk menikah muda. Alasan yang diajukan, seputar gejolak jiwa mudanya yang tak tertahankan lagi. Untuk meredamnya, menikah menjadi solusinya. Menikah menjadi langkah solutif untuk menggenapkan separuh agamanya sekaligus membuat hidupnya serasa nyaman, begitu alasan yang ada dalam pikirannya waktu itu. Namun, surat-surat itu ternyata malah membuat ibunya semakin gerah.
“Kamu menghamili anak orang yah” begitu kata ibunya.
“Astaghfirullahhaladhim” katanya mengelus dada.
“Kamu pulang sekarang” lanjut ibunya.


Tak menyangka ibunya akan bilang begitu. Ya, saya harus pulang, pikirnya. Masalah ini harus dijelaskan secara jernih agar tidak ada fitnah dikemudian hari. Niat tulus ternyata memang tak selamanya mendapat apresiasi yang baik. Dia pun bersiap-siap pulang ke Kendari untuk bertemu ibu dan keluarganya menjelaskan perihal niatnya untuk menikah itu.
Waktu itu, lebaran kurang dua hari. Dia berangkat dari Solo untuk menuju kampung halamanya di Kendari. Namun naas, ketika di pelabuhan Surabaya, dia ditodong dengan pisau oleh orang tak dikenal yang kemudian disadarinya kalau dia seorang perampok. Tas ransel beserta semua barang-barangnya dirampas oleh perampok tadi. Tak ada uang sepeserpun yang tersisa di kantong. Dia terlantar di Surabaya. Linglung, kemana harus makan dan mendapat biaya untuk bisa pulang ke Kendari.
Akhirnya, dia terpaksa datang ke sebuah masjid, menceritakan kepada pengurus masjid tentang kejadian tragis yang dialaminya. Alhamdulillah, pengurus masjid tersebut terketuk hatinya. Diberikannya baju ganti dan beberapa rupiah. Dengan bekal seadanya dari pengurus masjid tersebut, lantas dia gunakan kembali ke Solo. Di Solo, teman-temannya heran, katanya pulang kok kembali lagi. Setelah dijelaskan, akhirnya teman-temanya ikut berduka mendengar ceritanya sewaktu dirampok.
Lantas, dia menelepon ibunya karena belum bisa pulang kampung karena kejadian tadi. Ibunya kaget bercampur khawatir. Entah, mungkin atas kejadian tersebut ibunya jadi berubah pikiran, membolehkan anaknya untuk menikah walau dengan satu syarat, keluarga besarnya tak boleh ada yang tahu. Tentu syarat itu terlalu berat, dia tak mau. Niat yang baik mengapa harus ditutup-tutupi, malah akan mendatangkan fitnah lagi dikemudian hari. Debat yang panjang, akhirnya sampai kata sepakat keluarganya menerima niatnya untuk menikah.
Kini, dia bingung, siapa gadis yang akan dinikahinya…
Tanpa pikir panjang, berkonsultasi dengan guru ngajinya. Lewat guru ngajinya itu, tertuju pada seorang gadis kakak kelasnya jauh. Seorang gadis bernama Dewi ( Bukan nama sebenarnya ), seorang sarjana hukum yang lahir tahun 1980, artinya umurnya empat tahun diatasnya. Tak jadi soal, pikirnya. Taaruf berjalan 1 bulan, dan sekali melamar, langsung sukses. Si gadis sebelumnya juga tak tahu siapa calon suaminya itu. Ah, mereka memang sudah berjodoh.
Dengan persiapan seadanya, akhirnya mereka menikah.
Sang suami, sahabat saya tadi sudah memasuki kuliah semester tujuh.
Kebahagian, tak bisa terlukiskan dengan kata-kata, begitu pengakuannya.
Malam pertama, berlalu begitu saja. Mereka hanya bercerita kesana-kemari sampai jam tiga malam.


 Kejadian lucu terjadi, berulangkali istrinya memanggilnya dengan sebutan adik, maklum, dia memang adik kelasnya jauh sewaktu kuliah dulu. jadi memang lebih tua istrinya 4 tahun. Tentu saja, membuat teman saya itu keki. Di malam pertama, hanya kejadian itu yang sempat diceritakannya, selebihnya mereka yang tahu.. ^.^
Hari kedua, pulang ke Solo untuk berbulan madu.
Di dalam bus mereka masih tampak kaku. Sang istri berkata “Mas, semalam marah ya”, dijawabnya agak gugup “Nggak kok”. Rupanya, sang istri merasa bersalah karena malam pertama berlalu begitu saja.
Setelah sampai ke Solo, mereka naik becak berdua.
Katanya, ini adalah momen yang paling mesra sepanjang pernikahannya…
Hari-hari berlalu. Kehidupan menyelami bahtera rumah tangga dilaluinya. Tentu, ada ujian, onak duri yang pernah dilaluinya. Seperti perdebatan besar seputar masalah keuangan keluarga. Maklum, suaminya memang belum mempunyai pekerjaan tetap, untuk mencukupi kebutuhan keluarga, bekerja serabutan kesana kemari. Puncaknya, mereka saling marah. Lantas, sang suami pergi dari rumah.
Di sebuah masjid merenunglah dia. Mencari jalan keluar persoalan keuangan keluarganya. Lama sekali merenung harus berbuat apa. Ah, dia ingat, ketika masih bujang, pernah iseng-iseng berjualan gorengan dan nasi kucing model “Angkringan” seperti yang banyak di jumpai didekat-dekat kampus UGM di jogya. Kenapa tak dilanjutkan lagi usaha ini, pikirnya. Kemudian pulang ke rumah, meminta maaf kepada istrinya dan menyampaikan uneg-unegnya untuk berjualan gorengan sebagai jalan alternatif mencukupi kebutuhan keluarga yang memang sedang mengalami krisis.
Menuju kedapur, hanya ada satu kompor minyak dan satu wajan yang sudang hitam. Modal ditangan hanya sebesar Rp 20.000. Mungkinkah dengan modal dan perlengkapan itu bisa. Kalau mencari modal, cari kemana. Belum lagi, godaan-godaan pikiran menyelimutinya mengenai sosok mahasiswa yang berjualan gorengan. Bismillah, mengapa harus malu, yang penting halal, pikirnya.
Digeber motor tuanya membawa alat-alat penggorengan menuju lokasi berjualan di ujung jalan perumahan. Dia sudah lupa bagaimana caranya membuat bumbu gorengan. Untungnya, banyak ibu-ibu yang sebelumnya dikenal membantunya. Malah, lewat mulut ke mulut menyebarkan tentang adanya penjual gorengan baru di komplek perumahannya yang kelak membuat warung gorengannya ramai.



Bisnis gorengannya semakin ramai raja, lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan keluarganya. Pelan-pelan bisa punya dua kompor gas dan wajan yang besar, walau awalnya sempat meledak karena bocor. Lewat, bisnis gorengannya itu, simpati berdatangan. Bahkan diberbagai forum, sosoknya kerap dijadikan contoh bagaimana mahasiswa perlu memupuk jiwa kemandirian dengan belajar berusaha sendiri, memulai bisnis sendiri semasa kuliah agar kelak ketika sudah lulus sudah terbiasa menghadapi persoalan keuangan. Dan tentu saja, kucinya tak perlu malu.
Sayang usaha itu tak berlangsung lama. Dia tergoda dengan bisnis multi level marketing (MLM). Bisnis ini benar-benar menyita waktunya. Harus bolak-balik Solo, Pemalang, Subang (Jawa Barat), dengan mengendari motor. Melelahkan. Banyak yang menyayangkan mengapa berhenti berjualan gorengan, padahal untungnya sudah jelas. Tapi begitulah kehidupan, kadang tak sesuai dengan yang diharapkan.
Kembali dia berpikir, apa yang harus dilakukannya sekarang…
Anaknya kini sudah dua, tentu harus punya tabungan yang cukup untuk menghidupinya disamping bersiap-siap untuk mencukupi biaya tntuk sekolahnya kelak. Minggu depan, dia akan menghadapi pendadaran untuk gelar sarjananya. Dalam hatinya tergores mimpi. Setelah lulus, akan tinggal di Kendari, disana, akan kembali membangun bisnis makanan yang lebih hebat dan besar lagi, begitu katanya.
Sementara, waktu sudah menunjukan hampir pukul duabelas malam.
Dia berpesan kepada saya, kalau punya impian, gempur terus aja, katanya. Hem… saya hanya mengangkuk pelan, mengiyakan. Malam itu, saya belajar tentang ketegaran menggapai salah satu impiannya. Dibalik penampilannya yang biasa saja, ternyata menyimpan sebongkah cerita yang bisa membangkitkan semangat saya.
Diam-diam, saya semakin termotivasi untuk fokus mewujudkan impian saya yang sampai saat ini baru terwujud setengahnya alias belum 100% berhasil, yaitu menjadi Penulis Novel dan Artikel Islami yang terkenal..hihihi..^.^.
Terimakasih kawan, semoga lulus ujian pendadaran dengan nilai baik dan di Kendari kelak, nasib baik juga menyertaimu.
Bagi saya pribadi, waktu itu ketika akan menikah, Modal saya untuk menikah hanyalah sederhana : Bismillah, azzam yg kuat, dan keyakinan yang tinggi bahwa Allah Maha Kaya, tidak akan DIA menzalimi hambanya dgn menelantarkan rejeki kpd hambaNya yg jelas2 ingin menegakkan syariatNya, insaAllah semua kan berjalam lancar !


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/perjuangan-menikah-muda-menggapai.html

Jalur Kereta Api

Sekelompok anak kecil sedang bermain di dekat dua jalur kereta api (KA). Jalur yang pertama adalah jalur aktif yang masih sering dilewati KA, sementara jalur yang kedua sudah tidak aktif alias sudah tidak pernah lagi dilewati KA.
Hanya seorang anak yang bermain di jalur yang tidak aktif, sementara yang lainnya bermain di jalur KA yang aktif. TIBA-TIBA, TERLIHAT KA YANG MENDEKAT DENGAN KECEPATAN TINGGI!! dan kebetulan kamu berada di depan panel persimpangan yang mengatur arah KA tersebut. Apakah kamu akan memindahkan arah KA ke jalur yang tidak aktif dan menyelamatkan sebagian besar anak kecil yang bermain?
Hal ini berarti kamu mengorbankan seorang anak yang sedang bermain di jalur KA yang tidak aktif ATAU kamu akan membiarkan kereta tsb berada di jalur yang seharusnya?
Mari berhenti sejenak untuk memikirkan keputusan APA YANG SEBAIKNYA KITA AMBIL? Pikirkan baik-baik jawabanmu, setelah kamu yakin dengan jawabanmu lanjutkan membaca ke bawah.
Sebagian besar orang akan memindahkan jalur kereta dan hanya mengorbankan jiwa seorang anak, kamu mungkin memiliki pilihan yang sama karena menyelamatkan sebagian besar anak dan hanya kehilangan seorang anak adalah sebuah keputusan rasional dan dapat disahkan baik secara moral maupun emosional.
Namun sadarkah kamu bahwa anak yang memilih untuk bermain di jalur KA yang sudah tidak aktif, berada di pihak yang benar karena telah memilih untuk bermain di tempat yang benar? Di samping itu dia harus di korbankan justru karena kecerobohan teman-temannya yang bermain di tempat berbahaya.
Dilema semacam ini terjadi di sekitar kita setiap hari. Di kantor, di sekolah, di masyarakat, di dunia politik dan terutama di kehidupan demokrasi, pihak minoritas harus dikorbankan demi kepentingan pihak mayoritas. Tidak peduli betapa bodoh dan cerobohnya pihak mayoritas tersebut. Nyawa seorang anak yang memlih untuk tidak bermain bersama-sama denfan temannya telah dikesampingkan. Dan bahkan kita tidak menyesalkan kejadian tersebut.
Di samping itu, alasan sebuah jalur KA kemungkinan karena jalur tersebut sudah tidak aman. Bila arah laju KA diubah ke jalur yang tidak aktif, maka kita telah membahayakan nyawa seluruh penumpang di dalam KA. Dan mungkin langkah yang telah ditempuh untuk menyelamatkan sekumpulan anak dengan mengorbankan seorang anak bisa mengorbankan lagi ratusan nyawa penumpang di kereta tersebut.
Kita harus sadar bahwa hidup ini penuh dengan keputusan sulit yang harus di buat. Dan mungkin kita kita tidak akan menyadari bahwa sebuah keputusan yang cepat tidak selalu menjadi keputusan yang benar.


Satu lagi yang perlu diingat... dalam mayarakat kita sekarang ini:
Sesuatu yang benar tidak selalu disukai,,
dan sesuatu yang benar tidak selalu benar...


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/jalur-kereta-api.html

Kehidupan ....

Kehidupan Anda dipengaruhi oleh pola fikir anda

Sesungguhnya aku melihat 
melalui pengalaman masa-masa lalu 
bahwa kesabaran itu 
mempunyai kesudahan yang terpuji
 Allah SWT  telah berfirman dalam beberapa ayat berikut:
Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan ( Q.S 65:7)
Hai orang-orang beriman ,bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaran dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu  dan bertaqwalah kepada Allah supaya  kamu beruntung ( Q.S :3 : 200)
Dia lah menrunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan meyebarkan rahmatnya ( Q.s 42 :28)
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar lah yang dicukupkan  pahala mereka tanpa batas  (Q.s  : 39:10)
inilah Al qur'an yang menyeru anda untuk berbahagia ,tenang percaya pada Allah
dan menerima janji Allah yang benar dengan dada yang lapang .
Allah tidak menciptakan mahklukNya untuk mengazab mereka .
Kasih Sayang kepada manusia jauh lebih besar daripada kasih sayang  ibu bapaknya kepadanya.
Oleh karena itu ,carilah rahmat ,hiburan dan ridha dari Allah ,yaitu dengan berdzikir menyebutNya ,bersyukur kepadaNya ,membaca kitabNya ,mengikuti tuntunan  RasulNya
" berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu ) orang-orang yang apabila ditimpa  musibah mereka mengucapkan Innaa lillahi wa innaa ilaihi roojiun ( Q.S 2 155-156)


Persiapkanlah diri anda
untuk mengantisipasi hal-hal
yang paling buruj,
maka akibatnya nanti anda akan selalu merasa baik
( La Tah zaan )
*****************
Betapa banyak rasa kecewa, dan rasa sedih yang tersimpan didada, bukanlah sebuah kehidupan yang Allah berikan kepada kita  dengan-dengan sia-sia , banyak orang -orang yang sangat mengingkan kesempatan yang sama seperti kita,  berumah tangga, punya anak, punya rumah yang mewah, istri yang soleha , dapat mengunjungi berbagai negara-negara lain ,melihat kebesaran Allah  ,sedikitpun Allah tidak berikan ini semua sia-sia , kesehatan yang kita alami ,kesakitan karena penyakit yang kita derita, itu   semua tidak sia-sia , ingatlah jangan pernah menyerah , ........
 sekarang dan selamnya sampai akhir hayat , bersemangatlah menatap hidup yang indah ini, bukankah Allah citptakan semua ini dengan tidak ada sia-sia , yaa Rabb hamba mensyukuri semua yang Engkau telah berikan ,apapun dia yang telah hamba lami selam ini,apakah berupa ,kesedihan ,kegembiraan ,kehilanagn, perjumpaan , kepulangan ,kepergian, dan apa yang hamba inginkan walau hasratku  hamba terhempas , namun hamba yakin itu semua tak sia-sia Ya Rabb..
karena kaulah awal dan yang akhir bagi jiwa-jiwa ini ...




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/kehidupan.html

Dinda Mari...

“kurasakan air mata ini kembali menyuburkan bunga cinta di taman hati. Kupersembahkan indah mekarnya untukmu, dinda. Semerbaknya begitu harum, bukan?”
*****
>>Saat itu. . .
Aku sudah mengenalmu karena memang engkau adalah tetangga dekatku. Olehku, benar-benar tak terbayang bahwa engkau kan menjadi kekasih hatiku yang terajut oleh untaian tali pernikahan. Jujur terakui, wajahmu tak terlalu cantik. Namun begitu, sulit pula bagi lidahku untuk kututurkan bahwa engkau jelek rupa. Biasa saja. Bagimu, make-up tak begitu penting. Itu kuketahui karena engkau memang tak pernah memoleskannya di wajahmu.
>>Aku dan Keputusanku…
Engkau adalah wanita sederhana. Iya, wanita sederhana, pintar, tak banyak bicara. Engkaulah wanita yang bersahaja. Terlihat dewasa, pula. Kesederhanaan dan kesahajaan yang engkau peragakan lah yang justru terasa mengusik hati ini. Benar, tak bisa kupungkiri. Tak bisa kututupi. Akhirnya, nyaliku terpercik hebat lalu menghujankan sebuah keputusan. Kupilih engkau menjadi permaisuriku.
>>Sejenak Tentangmu…
Engkau, dinda, bukanlah keturunan orang berpangkat, juga bukan keturunan ningrat. Aku tak peduli. Raga yang terbalut kain-kain penutup aurat dan jiwa yang terpaut akhirat yang kuingini. Terlebihi terpolesi ilmu syar’i. Tekadku sudah bulat. Kupinang engkau dalam waktu dekat.
Engkau, dinda, saat itu baru lulus SMA. Tak kusangka kalau engkau menerima lamaranku dengan tangan terbuka. Bahkan untuk menerimaku, engkau pangkas keinginanmu mencicipi bangku kuliah. Semua gurumu begitu menyayangkan keputusanmu karena engkau termasuk siswa yang cerdas. Aku tak tahu, mengapa engkau memilihku menjadi pangeran yang akan menduduki singgasana hatimu, dinda. Sujud syukurku pada Allah ‘azzawajallah. Alhamdulillah.
>>Percikan Bahagia di Hari Pernikahan…
Dan hari itu pun kita menikah. Terbitlah kebahagiaan yang menyelimuti sanubari. Sempurnalah mekar indah pucuk asmara. Telah tiba saatnya biduk harus berlayar di samudera kehidupan. Terhempas sudah karang-karang penantian yang bertengger di taman hati.
Adakah jalinan yang indah selain jalinan dan untaian tali pernikahan?
Adakah letupan-letupan cinta yang lebih menenteramkan hati sepasang muda-mudi selain dalam ikatan ini?
Adakah hubungan yang lebih menabung kebaikan selain hubungan sah secara syar’i?
Bak sejuknya tanah gersang yang kembali subur setelah dentuman hujan, bak cerahnya dedaunan muda yang indah menghijau bersemi, bak syahdunya kicauan burung menyambut mentari di pagi nan cerah, begitulah pula datangnya kuncup bahagia di hati.
>>Aku Begitu Kagum. . .
Semua terasa mudah dan indah, dinda. Engkaupun merasakan hal yang sama, bukan? Saat itu, usiaku 25 tahun dan engkau baru 19 tahun. Memang masih terlalu muda untuk kalangan umum namun engkau berani mengambil keputusan itu. Engkau berani mengakhiri masa lajangmu di usia dini. Dan tahukah engkau, dinda, itu membuatku semakin kagum padamu.
Dinda tersayang.
Semenjak menikah hingga saat ini, kekagumanku padamu terpupuk subur. Kudapati engkau belum pernah mengeluh tentang keadaan yang kita alami bersama. Padahal engkau sendiri tahu bahwa penghasilanku tak seberapa, kadangkala tak seimbang antara pemasukan dan pengeluaran. Begitu sering kita harus mengikis beberapa keinginan karena kita tak sanggup menggapainya. Benar-benar tak pernah terlihat kristal bening menetes dari pelupuk matamu karena hal itu, dinda.
>>Tetesan Air Mata di Kasur Cinta..
Masih teringatkah olehmu, dinda, saat pertama kali kita arungi bahtera ini di sebuah kontrakan mungil? Sama sekali kita tak punya apa-apa, bahkan alas tidur pun tak ada. Tetapi engkau benar-benar membuktikan kecerdikanmu, dinda.
Seonggok pakaian kita yang masih tersimpan dalam tas usang, kau keluarkan. Engkaupun melipatnya lalu engkau tumpuk dua hingga tiga helai. Engkau kemudian mengaturnya berjejeran. Diatas barisan baju itu, engkau bentangkan jilbab lebarmu. Jadilah kasur cinta ala istriku terkasih.
Sambil menyungging senyum manismu, engkau mempersilahkan aku mengempukkan diri di kasur cinta kita. Kutatap wajah ayumu, dinda. Kufokuskan mataku memandang hitam bola matamu sambil membalasmu dengan senyumku. Beberapa detik kemudian, kurasakan getaran hebat berkecamuk di hati. Dan, dan, dan berlinanglah air mata haruku. Aku cinta. Aku cinta. Aku mencintaimu, dinda.
>>Saatnya Engkau Melahirkan..
Bersamamu, wahai permaisuri hatiku, tak terasa begitu cepat bergulirnya waktu. Dengan penuh kasih, selalu indah nan syahdu terlalui hari-hari,dinda.
Kekurangan materi yang terkadang menghantui seakan-akan bukanlah beban manakala kita senantiasa menebalkan keikhlasan di hati. Denganmu, dinda, begitu banyak pelajaran yang kupetik.
Masih ingatkah ketika usia pernikahan kita beranjak setahun, saat tujuh bulan usia kehamilanmu, dinda? Aku begitu panik ketika engkau mengalami pendarahan. Tapi engkau begitu tenang tak gugup. Dari keningmu yang berkerut dan nafasmu yang tertahan, aku tahu engkau sedang menahan sakit yang luar biasa. Segera saja kubawa engkau ke bidan. Dari pemeriksaannya, itu adalah tanda-tanda bahwa engkau akan melahirkan.
Jam 12 malam, saat manusia tengah asyik terlelap, anak pertama kita lahir dengan prematur. Ah, betapa aku bahagia, dinda. Berulang kali, kukecup keningmu dengan kecupan sayang penuh mesra.
>>Segelas Air Putih..
Aku melihat wajahmu melemas. Engkau begitu lelah. Secara perlahan, kau bisiki aku dengan berkata:
“abii…, aku lapeer.”
Tersentak aku mendengarnya, dinda. Ya, seharian tadi engkau tak makan karena kesakitan sejak kemarin. Sore tadi aku hanya membeli sebungkus roti untukmu namun sudah kulahap habis karena tadi engkau tak nafsu makan. Kini tak ada roti atau jajanan lain. Mau beli, jam segini semua toko dan warung sudah tutup.
Alhamdulillah, ada segelas air putih yang dibawakan bidan. Kusuguhkan sendiri untukmu agar kemesraan kita tetap terjalin dan barangkali letihmu akan terkikis. Perlahan, engkau pun meneguknya, dinda. Tak ada tuntutan dan keluhan sedikit pun yang terlontar dari lisanmu. Engkau sungguh mengagumkan, dinda. Aku memuji Allah atas anugerah ini.
Kesahajaanmu benar-benar menggelombangkan air mataku. Melihat semburat bahagia terbit di wajahmu, kembali kurasakan tetesan bening bak kristal itu mengalir syahdu dari pelupuk mataku. Seiring menyusuri lembah hidungku, kurasakan air mata ini kembali menyuburkan bunga cinta di taman hati. Kupersembahkan indah mekarnya untukmu, dinda. Semerbaknya begitu harum, bukan?
Yah, bayi yang menjadi permata hati kita yan selamat dan nampak sehat telah membuatmu lupakan lapar dan dahaga.
>>Engkaulah Penyejuk Hati..
Tahun berganti dan engkau tak pernah berubah. Hampir sepuluh tahun kita bersama dalam bahtera yang penuh dengan kesederhanaan tetapi kita tak pernah lontarkan keluh. Engkau tak pernah tuntut dunia dariku, dinda. Tak pernah minta ini. Tak pernah minta itu. Beli pakaian saja mungkin tiga atau empat tahun sekali. Perhiasan? Tak pernah engkau mengenalnya. Bagimu, bisa memenuhi kebutuhan saja tanpa berhutang sudah lebih dari cukup.
“kurasakan air mata ini kembali menyuburkan bunga cinta di taman hati. Kupersembahkan indah mekarnya untukmu, dinda. Semerbaknya begitu harum, bukan?”
*****
>>Saat itu. . .
Aku sudah mengenalmu karena memang engkau adalah tetangga dekatku. Olehku, benar-benar tak terbayang bahwa engkau kan menjadi kekasih hatiku yang terajut oleh untaian tali pernikahan. Jujur terakui, wajahmu tak terlalu cantik. Namun begitu, sulit pula bagi lidahku untuk kututurkan bahwa engkau jelek rupa. Biasa saja. Bagimu, make-up tak begitu penting. Itu kuketahui karena engkau memang tak pernah memoleskannya di wajahmu.
>>Aku dan Keputusanku…
Engkau adalah wanita sederhana. Iya, wanita sederhana, pintar, tak banyak bicara. Engkaulah wanita yang bersahaja. Terlihat dewasa, pula. Kesederhanaan dan kesahajaan yang engkau peragakan lah yang justru terasa mengusik hati ini. Benar, tak bisa kupungkiri. Tak bisa kututupi. Akhirnya, nyaliku terpercik hebat lalu menghujankan sebuah keputusan. Kupilih engkau menjadi permaisuriku.
>>Sejenak Tentangmu…
Engkau, dinda, bukanlah keturunan orang berpangkat, juga bukan keturunan ningrat. Aku tak peduli. Raga yang terbalut kain-kain penutup aurat dan jiwa yang terpaut akhirat yang kuingini. Terlebihi terpolesi ilmu syar’i. Tekadku sudah bulat. Kupinang engkau dalam waktu dekat.
Engkau, dinda, saat itu baru lulus SMA. Tak kusangka kalau engkau menerima lamaranku dengan tangan terbuka. Bahkan untuk menerimaku, engkau pangkas keinginanmu mencicipi bangku kuliah. Semua gurumu begitu menyayangkan keputusanmu karena engkau termasuk siswa yang cerdas. Aku tak tahu, mengapa engkau memilihku menjadi pangeran yang akan menduduki singgasana hatimu, dinda. Sujud syukurku pada Allah ‘azzawajallah. Alhamdulillah.
>>Percikan Bahagia di Hari Pernikahan…
Dan hari itu pun kita menikah. Terbitlah kebahagiaan yang menyelimuti sanubari. Sempurnalah mekar indah pucuk asmara. Telah tiba saatnya biduk harus berlayar di samudera kehidupan. Terhempas sudah karang-karang penantian yang bertengger di taman hati.
Adakah jalinan yang indah selain jalinan dan untaian tali pernikahan?
Adakah letupan-letupan cinta yang lebih menenteramkan hati sepasang muda-mudi selain dalam ikatan ini?
Adakah hubungan yang lebih menabung kebaikan selain hubungan sah secara syar’i?
Bak sejuknya tanah gersang yang kembali subur setelah dentuman hujan, bak cerahnya dedaunan muda yang indah menghijau bersemi, bak syahdunya kicauan burung menyambut mentari di pagi nan cerah, begitulah pula datangnya kuncup bahagia di hati.
>>Aku Begitu Kagum. . .
Semua terasa mudah dan indah, dinda. Engkaupun merasakan hal yang sama, bukan? Saat itu, usiaku 25 tahun dan engkau baru 19 tahun. Memang masih terlalu muda untuk kalangan umum namun engkau berani mengambil keputusan itu. Engkau berani mengakhiri masa lajangmu di usia dini. Dan tahukah engkau, dinda, itu membuatku semakin kagum padamu.
Dinda tersayang.
Semenjak menikah hingga saat ini, kekagumanku padamu terpupuk subur. Kudapati engkau belum pernah mengeluh tentang keadaan yang kita alami bersama. Padahal engkau sendiri tahu bahwa penghasilanku tak seberapa, kadangkala tak seimbang antara pemasukan dan pengeluaran. Begitu sering kita harus mengikis beberapa keinginan karena kita tak sanggup menggapainya. Benar-benar tak pernah terlihat kristal bening menetes dari pelupuk matamu karena hal itu, dinda.
>>Tetesan Air Mata di Kasur Cinta..
Masih teringatkah olehmu, dinda, saat pertama kali kita arungi bahtera ini di sebuah kontrakan mungil? Sama sekali kita tak punya apa-apa, bahkan alas tidur pun tak ada. Tetapi engkau benar-benar membuktikan kecerdikanmu, dinda.
Seonggok pakaian kita yang masih tersimpan dalam tas usang, kau keluarkan. Engkaupun melipatnya lalu engkau tumpuk dua hingga tiga helai. Engkau kemudian mengaturnya berjejeran. Diatas barisan baju itu, engkau bentangkan jilbab lebarmu. Jadilah kasur cinta ala istriku terkasih.
Sambil menyungging senyum manismu, engkau mempersilahkan aku mengempukkan diri di kasur cinta kita. Kutatap wajah ayumu, dinda. Kufokuskan mataku memandang hitam bola matamu sambil membalasmu dengan senyumku. Beberapa detik kemudian, kurasakan getaran hebat berkecamuk di hati. Dan, dan, dan berlinanglah air mata haruku. Aku cinta. Aku cinta. Aku mencintaimu, dinda.
>>Saatnya Engkau Melahirkan..
Bersamamu, wahai permaisuri hatiku, tak terasa begitu cepat bergulirnya waktu. Dengan penuh kasih, selalu indah nan syahdu terlalui hari-hari,dinda. Kekurangan materi yang terkadang menghantui seakan-akan bukanlah beban manakala kita senantiasa menebalkan keikhlasan di hati. Denganmu, dinda, begitu banyak pelajaran yang kupetik.
Masih ingatkah ketika usia pernikahan kita beranjak setahun, saat tujuh bulan usia kehamilanmu, dinda? Aku begitu panik ketika engkau mengalami pendarahan. Tapi engkau begitu tenang tak gugup. Dari keningmu yang berkerut dan nafasmu yang tertahan, aku tahu engkau sedang menahan sakit yang luar biasa. Segera saja kubawa engkau ke bidan. Dari pemeriksaannya, itu adalah tanda-tanda bahwa engkau akan melahirkan.
Jam 12 malam, saat manusia tengah asyik terlelap, anak pertama kita lahir dengan prematur. Ah, betapa aku bahagia, dinda. Berulang kali, kukecup keningmu dengan kecupan sayang penuh mesra.
>>Segelas Air Putih..
Aku melihat wajahmu melemas. Engkau begitu lelah. Secara perlahan, kau bisiki aku dengan berkata:
“abii…, aku lapeer.”
Tersentak aku mendengarnya, dinda. Ya, seharian tadi engkau tak makan karena kesakitan sejak kemarin. Sore tadi aku hanya membeli sebungkus roti untukmu namun sudah kulahap habis karena tadi engkau tak nafsu makan. Kini tak ada roti atau jajanan lain. Mau beli, jam segini semua toko dan warung sudah tutup.
Alhamdulillah, ada segelas air putih yang dibawakan bidan. Kusuguhkan sendiri untukmu agar kemesraan kita tetap terjalin dan barangkali letihmu akan terkikis. Perlahan, engkau pun meneguknya, dinda. Tak ada tuntutan dan keluhan sedikit pun yang terlontar dari lisanmu. Engkau sungguh mengagumkan, dinda. Aku memuji Allah atas anugerah ini.
Kesahajaanmu benar-benar menggelombangkan air mataku. Melihat semburat bahagia terbit di wajahmu, kembali kurasakan tetesan bening bak kristal itu mengalir syahdu dari pelupuk mataku. Seiring menyusuri lembah hidungku, kurasakan air mata ini kembali menyuburkan bunga cinta di taman hati. Kupersembahkan indah mekarnya untukmu, dinda. Semerbaknya begitu harum, bukan?
Yah, bayi yang menjadi permata hati kita yan selamat dan nampak sehat telah membuatmu lupakan lapar dan dahaga.
>>Engkaulah Penyejuk Hati..
Tahun berganti dan engkau tak pernah berubah. Hampir sepuluh tahun kita bersama dalam bahtera yang penuh dengan kesederhanaan tetapi kita tak pernah lontarkan keluh. Engkau tak pernah tuntut dunia dariku, dinda. Tak pernah minta ini. Tak pernah minta itu. Beli pakaian saja mungkin tiga atau empat tahun sekali. Perhiasan? Tak pernah engkau mengenalnya. Bagimu, bisa memenuhi kebutuhan saja tanpa berhutang sudah lebih dari cukup.
Sungguh, dinda. Aku amat bahagia mengenalmu sosokmu. Aku memuji Allah atas anugerah ini. Engkaulah permata sekaligus belahan jiwa yang menyejukkan hati. Mata akan teduh memandangmu. Engkaulah sebenarnya perhiasan itu, dinda. Semoga engkau selalu tegar menemani hari-hariku hingga kita jelang negeri penuh cinta nan abadi di akhirat nanti.
***
Kepada penulis buku tersebut yaitu saudara Muhammad Albani (hafidzahullah), kami telah meminta ijin untuk menuturkan dan mengisahkan kembali sekaligus mendaur ulang bahasanya dengan tidak merubah alur kisah.
Kepada sepasang merpati dalam tulisan, semoga jalinan cinta yang terajut dalam kehalalan tersebut tetap terjaga hingga berjumpa dengan wajah Allah di surga, kelak.
Kepada para wanita, selalu kami titipkan nasehat agar merias diri dengan akhlak yang mulia dan membalutkan diri dengan ilmu syar’i. Ketahuilah wahai saudari-saudari kami bahwa salah satu dosa anda sebagai makhluk hawa, seperti yang disebutkan para ulama, adalah keengganan anda untuk menuntut ilmu dien ini. Jadikanlah wanita dalam kisah diatas sebagai salah satu ibrah untuk menapaki jenjang pernikahan. Terakhir, jadilah kalian wanita yang penuh kesahajaan dan selalu merasa cukup dalam dunia. Semoga Allah ‘azzawajalla mudahkan kalian memasuki surga-Nya.
Kepada sauadara-saudara kami, semoga kisah diatas menjadi salah satu percikan-percikan yang akan menerangi jenjang-jenjang kehidupan kita selanjutnya. Semoga Allah tabaraka wata’ala mengistiqamahkan kita di atas sunnah dan manhaj yang ditempuh para pendahulu sehingga kita mampu menjadi pribadi yang shahih berilmu nan mulia berakhlak. Kami rasakan fitnah-fitnah di akhir zaman begitu dahsyat menghantam karang keimanan.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla illa ha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika.
Kepada sepasang merpati dalam tulisan, semoga jalinan cinta yang terajut dalam kehalalan tersebut tetap terjaga hingga berjumpa dengan wajah Allah di surga, kelak.
Kepada para wanita, selalu kami titipkan nasehat agar merias diri dengan akhlak yang mulia dan membalutkan diri dengan ilmu syar’i. Ketahuilah wahai saudari-saudari kami bahwa salah satu dosa anda sebagai makhluk hawa, seperti yang disebutkan para ulama, adalah keengganan anda untuk menuntut ilmu dien ini. Jadikanlah wanita dalam kisah diatas sebagai salah satu ibrah untuk menapaki jenjang pernikahan. Terakhir, jadilah kalian wanita yang penuh kesahajaan dan selalu merasa cukup dalam dunia. Semoga Allah ‘azzawajalla mudahkan kalian memasuki surga-Nya.
Kepada sauadara-saudara kami, semoga kisah diatas menjadi salah satu percikan-percikan yang akan menerangi jenjang-jenjang kehidupan kita selanjutnya. Semoga Allah tabaraka wata’ala mengistiqamahkan kita di atas sunnah dan manhaj yang ditempuh para pendahulu sehingga kita mampu menjadi pribadi yang shahih berilmu nan mulia berakhlak. Kami rasakan fitnah-fitnah di akhir zaman begitu dahsyat menghantam karang keimanan.
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla illa ha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika. 

Mustahilkah Untuk Melakukan Perubahan?

Mustahilkah? Susahkah? Pasti jawapannya tidak mustahil.
Tetapi bukankah perubahan itu ada dua jenis iaitu perubahan positif atau perubahan negatif (nauzubillah).
Tiba-tiba terfikir satu persoalan.


Mengapakah untuk melakukan perubahan yang positif itu lebih susah berbanding perubahan ke arah yang lebih negatif?
Adakah kerana diri ini lemah? Lemah untuk melawan godaan syaitan?
"Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk" - Surah Az-Zukhruf 43 : 37
"Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh syaitan sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu" - Surah Az-Zukhruf 43 : 62
Tarik nafas dalam-dalam. Ambil masa, fikir sejenak.
Yang mana lebih kita kejarkan? Perbuahan yang lebih bagus atau yang sebaliknya?
Pastinya yang lebih baik.
Tetapi tidak dapat untuk kita nafikan untuk melakukan perubahan kearah kebaikan ini, jalannya dihiasi dengan ranjau yang peuh berduri, halangan, ejekan, ujian, dan semua ini adalah dugaan.
Kadang-kadang untuk berubah ini penuh dengan bisikan dan desas-desus manusia:
"Eh, kenapa A pakai tudung sekarang ini, bukankah dahulu dia seorang minah rempit, ini mesti tak lama nie!"
"Alhamdulillah, A dah mula berubah insya Allah sentiasa dirahmatinya"
Hendaklah kita sematkan dalam pemikiran kita, janganlah sesekali kita terpengaruh dengan kata-kata negatif terhadap diri kita, kerana andai kata kita terpengaruh dengan kata-kata tersebut, pasti berat kaki ini untuk melangkah ke alam baru, berat lagi hati ini untuk melakukannya.
Percayalah, kita lebih mengenali diri kita dari orang-orang lain, dan Allah lebih mengenali kita dari diri sendiri.
Tidaklah semua perkara itu manis untuk menuju ke syurga, kerana pasti Allah selitkan sedikit ujian untuk kita, bagi menguji diri ini.
"Apakah manusia mengira bahawa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji?" - Surah Al-Ankabut 29:2
Apakah definisi perubahan sebenar dalam diri kita? Adakah hanya dari segi fizikal atau hati nurani? Yang mana akan datang dulu?


Sebenarnya, yang mana datang dahulu itu tidak penting, kerana yang lagi penting adalah hasilnya.
Andai kita rasa, perubahan fizikal seperti melabuhkan tudung dan pakaian itu lebih mudah, maka lakukan itu dahulu, kemudian kita melatih hati ini satu persatu, andai kita merasakan hati ini lagi senang untuk dilatih, maka latihlah ia dahulu.
Kerana perubahan itu datangnya dari hati yang ikhlas, yang tulus. Insya Allah.
Mari mulakan langkah kita bersama, kerana pintu taubat itu sentiasa terbuka.
Manusia sentiasa perlukan perubahan kerana iman kita naik dan turun. Jangan biar jalan kita dihiasi dengan futur.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/mustahilkah-untuk-melakukan-perubahan.html 

Poligami : Syariah Law VS. Common Law Siri 1


Mungkin ramai masih teringat kisah sebuah 'page' di facebook "Allah is  terrorist" yang mana telah pun ditutup kerana mendapat tentangan dari  dunia Islam satu ketika dahulu. Namun di sini saya bukan cuba untuk  menyingkap tentang 'page' tersebut tetapi tentang satu dialog yang  sempat dilakukan sebelum saya di'ban' oleh pemilik 'page' tersebut.


Ketika memasuki laman tersebut, jelas ia dipenuhi dengan caci-maki serta  percakapan emosi antara bukan islam dan muslim di dalamnya. Pada waktu  itu, ramai daripada pengguna muslim beremosi dan memaki-hamun penganjur  laman tersebut dan mengeluarkan pelbagai surah dan ayat Al-Quran untuk  menjelaskan Islam adalah agama yang mulia.
Namun mungkin anda tidak  menyangka bahawa saya telah menegur muslim-muslim ini seawal kemasukan  saya di laman itu dan tidak langsung menegur bukan Islam yang  menyumpah-seranah Allah dan Islam. Saya akan cuba menyampaikan situasi  tersebut dalam ilustrasi dialog di dalam bahasa Melayu untuk kefahaman.
Hanif: Wahai orang Islam yang berada disini.  Sedar atau tidak bahawa mereka yang mengatakan Allah itu pengganas dan  Islam agama pengganas ini dari mereka yang tidak tahu? Mengapa kau semua  memarahi mereka? Kalau mereka tahu, mereka pun tidak akan mencaci-maki  atau mengatakan Allah dan Islam dengan tafsiran sebegini.
Tapi apa yang  kamu lakukan disini sama sekali tidak akan membantu memperlihatkan apa  yang cuba kamu jelaskan pada mereka. Kamu kata Islam itu agama yang  mulia tetapi kamu sendiri mencaci-maki mereka dan agama mereka. Jadi,  kalau mereka (bukan islam) ini golongan pelampau kerana mencaci dan  menghina Islam, apa bezanya kamu yang juga mencaci-maki dan menghina  agama mereka. Rasulullah sendiri dihina, dibaling dengan najis dan cuba  dibunuh, tetapi dia tidak melakukan seperti apa yang kamu semua lakukan.
Apakah yang berlaku selepas itu? Jawapannya ialah ia tetap berlaku  seperti biasa. Baik yang bukan Islam dan yang Islam terus menerus  berdebat dan memaki-hamun. Namun di sebuah 'thread' saya telah ditegur  oleh seorang bukan Islam dari United Kingdom kerana telah membaca  'posting' di atas tadi.
Lalu di sinilah bermulanya satu dialog yang  terbuka antara saya dengannya yang sememangnya berdialog secara  profesional untuk memperoleh kebenaran. Saya meringkaskan dialog itu  didalam bahasa melayu dan satu susunan kerana ketika kami berdialog,  tidak kurang juga ramai yang menyelit dan turut sama memaki hamun. Andai  mahu disalin kesemuanya, maka sudah tentu tidak elok untuk tatapan  semua. Begini secara amnya dialog tersebut.
John: Hanif – saya melihat anda seorang saja  muslim yang tidak mencarut dan emosi di laman ini. Saya pun tidak marah  muslim lain itu beremosi. Siapa pun akan marah bila agama dan tuhan  mereka dihina seperti ini. Cuma di sini saya ingin tahu adakah benar apa  yang muslim katakan Islam itu lengkap dan mulia sedangkan apa yang saya  lihat ia berlainan sekali dari apa yang dilakukan oleh orang muslim.
Hanif: John – saya tidak suka berdebat kerana  saya yakin kamu pun tahu debat tanpa hati terbuka dan mencari kebenaran  hanyalah satu pekerjaan yang membuang masa.


 Jikalau kamu hanya mengajak  saya berdebat untuk memburukkan Islam, saya samasekali tidak berminat  tetapi sekiranya kamu mengajak saya berdialog untuk tujuan ilmiah, saya  amat berbesar hati.
John: Hanif – jangan salah sangka. Saya bukan  mahu mencari musuh kerana saya tiada masalah dengan Islam dan muslim.  Saya menghormati kamu kerana kamu menegur kesilapan orang kamu sendiri.  Jadi bagi saya kamu bukanlah seperti mereka yang asyik mengatakan diri  mereka betul dan orang lain salah. Sungguhpun tuan laman ini telah  melampaui agama Islam dan menghina tuhan Islam, saya rasa perlu juga  orang Islam jelaskan dengan betul kenapa mereka bukan pengganas dan  Allah itu buka pengganas. Ramai antara kami sebenarnya yang memerhati  dan kasihan pada muslim tetapi kadangkala muslim mengutuk orang yang  beragama islam ni seolah-olah kami ini semua jahat, akan masuk neraka  dan berdosa. Sepatutnya siapa yang buat salah sajalah yang salah tetapi  mengapa semua bukan Islam turut dikatakan muslim akan masuk neraka dan  pendosa? Adakah muslim yang memaki hamun ini tidak berbuat dosa? Adakah  muslim boleh mencarut serta menghina dan tak dikira berdosa tetapi bukan  Islam pula sebaliknya?
Hanif: John -  baiklah John. Terima kasih kerana  keterbukaan. Saya rasa kita usah berbincang tentang mereka kerana itu  lebih akan membuang masa kita. Baik yang muslim dan bukan Islam yang  berbuat perkara salah, ia tetap satu yang salah. Kamu pun sendiri  melihat saya menegur kesalahan mereka. Jadi saya rasa lebih baik kamu  terus kepada apa yang ingin kamu katakan. Saya cuba menjawab sebaik  mungkin.
John: Hanif – baiklah. Muslim berkata Islam  agama yang adil tetapi saya rasa tidak. Contohnya islam benarkan  poligami. Lelaki muslim boleh berkahwin 4 isteri tetapi perempuan muslim  tidak boleh berkahwin 4 suami. Dimanakah adilnya disitu?
Hanif: John – Antara lelaki dan perempuan, siapakah yang paling berpotensi menjadi pemimpin?
John: Hanif – Sudah tentu lelaki. Itu sangat  jelas. Tapi adakah sebab lelaki itu memang kaum yang hebat memimpin,  maka hak siperempuan dinafikan tidak boleh berkahwin empat?
Hanif: John – nanti dulu John. Jangan  terburu-buru dengan soalan seterusnya. Jadi anda bersetuju lelaki adalah  kaum yang memang lebih hebat memimpin. Jadi disini tidak salah Islam  memberikan hak memimpin kepada kaum lelaki dimana seorang lelaki boleh  memimpin empat orang isteri. Seterusnya, kalau lelaki mempunyai 4  isteri, maka kita boleh tahu siapa ayah kepada anak-anak itu. Tapi anda  boleh tentukan siapa ayah kepada anak seorang isteri yang mempunyai 4  orang suami?
John: Hanif – kita boleh menggunakan DNA untuk mengenalpasti anak tersebut dari baka siapa.



Hanif: John – bagaimana sekiranya ayah yang  dikesan melalui DNA itu tidak mengaku dan mengatakan mungkin ada  kesilapan? Ini boleh berlaku apabila suami-suami yang lain tidak mahu  mengambil tanggungjawab terhadap anak itu. Penentu DNA boleh dibayar.  Maka ia akan jadi kes mahkamah dan nasib si isteri itu terumbang ambing  sehingga penyiasatan selesai. Jikalau ia mengambil masa, apakah nasib si  anak dan isteri tersebut? Selain daripada itu, sekiranya isteri itu  perlu melayan empat orang suami ketika mengandung, dan hubungan seks  kerap itu menyebabkan bayi didalam kandungan gugur, anda boleh bayangkan  apa akan terjadi sekiranya suami-suami tadi menyaman antara satu sama  lain?
John: Hanif – baiklah saya simpulkan perempuan  berkahwin empat bukanlah satu idea yang bijak dan saya rasa ia mengarut  sama sekali. Secara teknikal memang seorang lelaki yang ada banyak  isteri sekalipun tidak akan menghadapi masalah dalam penentuan baka dan  warisan serta tidak akan menimbulkan masalah dalam urusan perwarisan  harta dan hak.
Tetapi anda perlu faham juga, sungguhpun secara teknikal  ianya tidak mendatangkan masalah, ia tetap merupakan satu undang-undang  yang tidak melindungi hak seorang wanita. Bukankah elok seorang suami  itu hanya ada seorang isteri. Jadi kedua-duanya tidak perlu cemburu dan  berkasih-sayang secara normal. Undang-undang Islam membuat perkara ini  menjadi tidak normal. Bila lelaki muslim boleh berkahwin 4 isteri,  adakah Islam tidak mengambil kisah perasaan isteri-isteri tadi? Bagi  saya undang-undang Islam masih tidak menjaga hak asasi seorang wanita  seperti yang diperkatakan oleh semua muslim disini. Saya lebih hairan  muslim mengatakan 'common law' itu tidak lengkap sedangkan undang-undang  ini lebih terperinci berbanding undang-undang Islam dari buku Quran  itu.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/poligami-syariah-law-vs-common-law-siri.html

Islam Itu Bukan Hanya di Sekolah Agama

Izzati. Indah nama itu. Secantik dan semulia akhlak insan yang menjadi  pemegangnya. Hidup di IPIS (Institut Pendidikan Guru Kampus Pendidikan  Islam) memang merupakan impiannya sejak sekian lama. Sudah hampir 3 tahun  dia berdoa agar dirinya nanti dihantar ke suatu tempat yang dia kira  cukup Islamik ,agar mudah untuk dia mengubah diri serta jalan  hidupnya.
Bukan selama ini dia tersesat, cuma dia ingin menjadi seseorang  yang baru, berbeza dengan dirinya yang dahulu. Sungguh Allah itu Maha  Mendengar. Mengalir air mata suci daripada sepasang mata yang sering  melemparkan pandangan bening itu. Begitu dia bersyukur apabila doanya  dijawab. Subhanallah. Allah itu Maha Berkuasa.
6 bulan pertama berada di IPIS sudah cukup untuk merubah  segala-galanya tentang dirinya. Usahkan penampilan, cara pergaulan dan  percakapannya berubah sama sekali. Dia kini seorang yang serba  baru. Meskipun begitu, dia tidak pernah lupa asal usulnya. Siapa dia,dari  mana dirinya.
Setelah 6 bulan berada di IPIS, sudah tibalah masanya untuk pulang ke  pangkuan keluarga tercinta. Sedih juga rasanya untuk meninggalkan IPIS  yang kini sudah menjadi sebahagian daripada jiwanya.
"Assalamualaikum!! Izzati dah sampai!! Mak, Ayah!!" Terdengar  suaranya yang lantang memecah keheningan subuh...
"Wajah insan tersayang  kini sudah berada di depan mata. Apalagi, pergilah peluk!", gertak jiwa  kecilnya.Tidak tergambar rasa gembiranya hati apabila dapat mengucup  pipi ibu serta ayah tercinta.



Perubahan Izzati sedikit sebanyak telah mempengaruhi orang di  sekelilingnya. Ada yang boleh menerimanya dengan baik. Tidak kurang juga  yang memandang serong terhadapnya. Tetapi, bukan itu yang Izzati  risaukan. Kini, dia sudah ada tanggungjawab besar yang akan disoal di  akhirat kelak. Tanggungjawab untuk menyampaikan ilmu yang ada  padanya. Ilmu yang masih sangat sedikit itu ingin dia kongsikan bersama  dengan harapan mereka akan turut merasakan betapa manisnya hidup  mengikut acuan Islam sejati.
Perjuangan Izzati tidak mudah. Untuk mengubah keluarga sendiri pun dia  masih tertatih-tatih. Walaupun begitu dia tidak pernah berputus  asa. Hampir setiap hari, ada sahaja terdengar suaranya memenuhi rumah  dengan nasihat serta pengajaran yang penuh bermakna. Ada kalanya kaum  keluarga mendengar dengan penuh perhatian. Ada pula waktunya Izzati  seperti berbicara sendirian kerana orang-orang di sekelilingnya sudah  bosan dengan ucapan yang agak sama setiap hari. Tetapi, tidak pernah pula  sikap seperti itu merubah semangat Izzati.
Hari itu Izzati pergi menziarahi neneknya yang kurang sihat di  kampung. Alangkah gembiranya Izzati apabila dia menemui seorang sahabat  lama yang dahulunya turut bersamanya bermain teng-teng dan meneruskan  perjuangan bersama sehingga ke sekolah menengah. Tetapi,dalam kegembiraan  tersebut timbul sedikit kesedihan di hati Izzati. Lia yang dia kenali  dahulu sudah berubah sama sekali.T udung tidak lagi menutup  rambutnya. Rambutnya kini pula sudah dihiasi dengan segala jenis macam  warna yang menyakitkan mata yang memandang. Belum lagi ditambah dengan  tindikan-tindikan di telinga yang melemaskan jiwa. Baju yang nipis dan  ketat.Pergaulan dengan lelaki?? Tidak mampu Izzati membicarakan perihal  Lia yang selanjutnya.
"Lia, kenapa Lia berubah? Kenapa Lia tak pakai tudung? Rambut Lia  ni... dulu kan cantik.. Lia dah lain sangat. Janganlah macam ni Lia. Zati  rindu Lia yang dulu. Lia yang lembut, sopan, pemalu, yang jaga aurat dan  yang paling penting, jaga pergaulan..." keluh Izzati pada suatu petang  yang sunyi.
Lia hanya mendiamkan diri. Mungkin sedikit terkesan di hatinya apabila  kata-kata seperti itu diucapkan oleh sahabat karibnya sendiri. Memang  dia akui kata-kata Zati itu betul semuanya. Tetapi, suasana di kampung  memang telah banyak mempengaruhi gaya hidup Lia. Bergaul dengan remaja  sebayanya yang bermasalah telah betul-betul menjadikan Lia insan yang  berbeza. Dengan nada yang agak keras, Lia menjawab segala persoalan yang  Izzati ajukan padanya.
"Zati... Zati kne ingat. Ini kampung. Bukan macam tempat Zati IPIS tu  Islamik. Memanglah senang Zati nak kekalkan diri Zati yang baik  ni. Kampung ni. Macam-macam ada. Orang-orang yang tinggal dalam kampung ni  bukan sembahyang sangat pun. Kalau dah yang tua-tua itu pun tak dapat  nak jadi contoh, macam mana kita orang yang muda ni nak jadi baik? Zati  patut ajar yang tua-tua tu dulu, baru ajar Lia. Zati cakap  senanglah. Nanti, kalau Zati dah lama-lama kat sini, mesti Zati pun  berubah.


Takkan bertahannya diri Zati yang sekarang ni. Percayalah cakap  Lia .Zati janganlah nak jadi hipokrit. Buat-buat baik kat sini untuk  tunjuk kat kita orang semua. Lia tahu Zati ni siapa. Pasal tudung dan  rambut tu, tempat ni lain Zati. Kalau kat IPIS Zati wajib pakai tudung  labuh ,kat sini tidak ada peraturan macam itu. Jangan pula Zati nak  wujudkan peraturan sendiri. INI BUKAN IPIS!"
"Astarghfirullahalazim! Lia! Kenapa Lia cakap macam itu?! Islam itu  ada di mana-mana Lia. Bukan dekat IPIS sahaja. Sebagai umat Islam sejati,  sudah menjadi kewajipan kita untuk mematuhi segala suruhan dan  meninggalkan segala larangan Allah walau di mana pun Lia berada. Jangan  jadikan suasana kampung ini sebagai alasan untuk Lia berubah. Lia, kalau  orang di sekeliling Lia tidak mampu untuk mendidik Lia, Lia patut didik  dan kuatkan diri sendiri. Memang tidak mudah Lia. Zati pun tak rasa mudah  untuk kekal begini. Tetapi, itulah hakikatnya. Kita takkan mampu untuk  berubah sekiranya kita sendiri tidak berusaha. Ingat Lia. Allah tidak akan  mengubah nasib sesuatu umat itu sehingga mereka sendiri berusaha untuk  berubah.." berlinang air mata suci Izzati tatkala mengucapkan kata-kata  tersebut.Sungguh tidak disangka,sampai begitu sekali Lia berubah.Baru 6  bulan mereka berjauhan ,Lia sudah jauh pergi meninggalkan agamanya.
"Ala...Janganlah Zati nak buat-buat suci kat sini. Tempat ni lain  Zati. LAIN! Zati pakai macam ni,tudung-tudung yang macam 'khemah  bergerak' ni, Zati ingat orang sanjung Zati ke? Budak-budak kampung  ni... hari-hari mengumpat Zati.. Zati datang je dia orang gelarkan Zati 'khemah bergerak'. Kelakarlah Zati. Janganlah pakai macam ini lagi  Zati. Tak sesuai kat sini. Kita dekat kampung, buatlah macam cara dekat  kampung. Nanti, kalau Zati dah balik IPIS, sesuailah Zati pakai macam  ni. Memang wajib dekat sana kan? Dekat sini tak pun.." Dengan nada  selamba Lia mengucapkan kata-kata tersebut.
Zati hampir pengsan apabila mendengar kata-kata seperti itu diucapkan  oleh sahabatnya sendiri. Bertambah pilu dan sedih hatinya. Bukan kerana  gelaran 'khemah bergerak' itu atau umpatan orang kampung, tetapi  kerana cara hidup sahabatnya yang kini semakin jauh dari Allah. Dalam  diam Zati berdoa di dalam hati agar dosa-dosa sahabatnya itu diampunkan  oleh Allah dan dibukakan semula pintu hatinya untuk kembali pada  Islam. Sungguh kasih dia pada sahabatnya ini sehingga tidak sanggup dia  untuk melihat Lia tersiksa di akhirat kelak. Azan maghrib yang  berkumandang menyedarkan Zati. Cepat-cepat dia menyeka air matanya. Dia  segera membetulkan tudungnya.
"Lia, jom balik.Dah masuk waktu maghrib. Kita solat. Hari ini kita baca surah an-nisa' serta tafsirannya sekali."
Teringat Izzati saat-saat indah dahulu di mana dia dan Lia seringkali  membaca al-quran bersama-sama dan bertadabbur di surau berhampiran rumah  neneknya. Sungguh indah waktu itu.


"Jom Lia.." Izzati menarik lembut tangan sahabatnya itu.
"Takpe. Zati pergilah! Hati Lia sudah tertutup untuk itu. Lia nak  keluar dengan kawan-kawan Lia kejap lagi ni. Bila Lia dah dapat SERU  nanti Lia solat. Kita masih muda Zati .Masih banyak masa untuk kita. Zati  ni macam org tua la. Sibuk beribadah macam dunia ni dah nak kiamat. Dia  orang patutlah buat macam itu. Umur pun dah tak panjang.Kita ni muda  lagi".
Astarghfirullahalazim. Pedih sekali hati Izzati mendengarkan kata-kata  sahabatnya itu. Izzati sudah tidak mampu lagi berdiri di situ. Dia segera  berlalu. Kudratnya sudah lama habis. Lemah dirinya apabila mendengarkan  kata-kata Lia. Di dalam hati Izzati banyak-banyak berdoa dan meminta  keampunan kepada Allah di atas kelemahannya yang tidak mampu untuk  membantu sahabatnya itu.Dia pergi meninggalkan Lia dengan linangan air  mata.
Setelah hampir dua bulan bercuti, kini Izzati akan kembali semula ke  IPIS untuk semester kedua. Perjuangannya kali ini pasti lebih  sukar. Azamnya kali ini lebih tinggi. Bila dia kembali lagi nanti, dia  akan buat lebih banyak lagi.
"Zati!!" Terdengar sayup-sayup suara Lia memanggilnya dari jauh. Zati menoleh ke belakang.
"Lia...dah lama tak jumpa Lia. Zati nak balik dah ni. Nanti Zati  datang sini lagi. Ingat Lia .Islam itu ada di mana-mana. Bukan di IPIS  saja. Di sini juga.. di HATI..." ucap Zati smbil meletakkan kedua-dua  tangan sahabatnya di dadanya.
Kemudian Izzati berlalu pergi.Dengan linangan air mata, dia berharap  agar pintu taubat masih terbuka untuk sahabatnya itu. Lia hanya terdiam  dan tergamam. Masih cuba untuk memahami kata-kata Izzati tadi.




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/islam-itu-bukan-hanya-di-sekolah-agama.html

Cangkir Yang Cantik,,,,?

Sepasang opa dan oma pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik "Lihat cangkir itu," kata si oma kepada suaminya. "Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si opa. Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara "Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang penjunan dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop! Stop! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata "belum!" lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku.
Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas! Panas! Teriakku dengan keras. Stop! Cukup! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata "belum!" Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum.


Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop! Stop! Aku berteriak. Wanita itu berkata "belum!" Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong! Hentikan penyiksaan ini! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku. Ia terus membakarku. Setelah puas "menyiksaku" kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena dihadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku. Saudara, seperti inilah Allah membentuk kita. Pada saat Ia membentuk kita, tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan banyak air mata. Tetapi inilah satu-satunya cara bagi Allah untuk mengubah kita supaya menjadi cantik dan memancarkan kemuliaan Allah.
"Saudara-saudaraKu, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab kamu tahu bahwa UJIAN terhadap IMANMU menghasilkan KETEKUNAN. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang supaya kamu MENJADI SEMPURNA dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun." Apabila anda sedang menghadapi ujian hidup, jangan kecil hati, karena Allah sedang membentuk anda. Bentukan - bentukan ini memang menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai. Anda akan melihat betapa cantiknya Allah membentuk anda.




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/cangkir-yang-cantik.html

Cerita " CINTA"

Alkisah, di suatu pulau kecil tinggallah berbagai benda abstrak ada CINTA, kesedihan, kegembiraan, kekayaan, kebantikan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik. Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu.
Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. CINTA sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tidak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air semakin naik membasahi kakinya.
Tak lama CINTA melihat kekayaan sedang mengayuh perahu, “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!,” teriak CINTA “Aduh! Maaf, CINTA!,” kata kekayaan “Aku tak dapat membawamu serta nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini.” Lalu kekayaan cepat-cepat pergi mengayuh perahunya. CINTA sedih sekali, namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dengan perahunya. “Kegembiraan! Tolong aku!,” teriak CINTA. Namun kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak dapat mendengar teriakan CINTA. Air semakin tinggi membasahi CINTA sampai ke pinggang dan CINTA semakin panik.


Tak lama lewatlah kecantikan “Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!,” teriak CINTA “Wah, CINTA kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu pergi. Nanti kau mengotori perahuku yang indah ini,” sahut kecantikan. CINTA sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itulah lewat kesedihan “Oh kesedihan, bawalah aku bersamamu!,” kata CINTA. “Maaf CINTA. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja..,” kata kesedihan sambil terus mengayuh perahunya. CINTA putus asa.
Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara “CINTA! Mari cepat naik ke perahuku!” CINTA menoleh ke arah suara itu dan cepat-cepat naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya. Di pulau terdekat, CINTA turun dan perahu itu langsung pergi lagi. Pada saat itu barulah CINTA sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa yang menolongnya. CINTA segera bertanya pada penduduk pulau itu. “Yang tadi adalah WAKTU,” kata penduduk itu “Tapi, mengapa ia menyelamatkan aku? Aku tidak mengenalinya. Bahkan teman-temanku yang mengenalku pun enggan menolong” tanya CINTA heran “Sebab HANYA WAKTULAH YANG TAHU BERAPA NILAI SESUNGGUHNYA DARI CINTA ITU”




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/cerita-cinta.html