“ana akan ta’aruf dengan ukhti beberapa tahun lagi, ketika ukhti sudah lulus”
“untuk apa antum katakan itu skrg akhi?... Jika belum siap adalah jawabannya, lalu mengapa harus antum katakan rencana tersebut pada saya? Tak tahu kah antum, kalimat itu menggoyahkan kekokohan iman yang susah payah saya bangun.”
Ketika antum mengatakan: “ana ingin jaga hati ana untuk ta’aruf dengan ukhti nanti”
“Lantas, apakah dengan antum berkata seperti itu, lalu prilaku antum yang sering menelfon saya itu tidak berarti mengotori hati?. Antum memang sudah seharusnya menjaga hati, hingga tiba saatnya nanti untuk antum berikan seutuhnya kepada wanita yang berhak.”
Ketika antum mengatakan: “hati hati, di sana.. jaga diri baik baik..”
“Bukannya saya tidak suka diperhatikan dan dijaga, tapi cukuplah Allah yang akan menjagaku..Bukankah Allah adalah sebaik-baik Pelindung?”
Ketika antum mengatakan: “ana harap ukhti tidak ta’aruf dengan orang lain sebelum ana”
“Saya tidak bisa menjanjikan apapun, karena saya tidak tau apa yang akan terjadi nanti..”
Sebuah ibroh,
Wahai akhwat, jika datang kepadamu laki-laki baik-baik yang melamarmu, maka bisa jadi dialah pangeranmu.
Wahai ikhwan, jika gadis pujaanmu telah dikhitbah laki-laki lain, maka ikhlaskanlah. Bisa jadi dia bukanlah bidadarimu.
"Perempuan-perempuan yang keji adalah untuk yang keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yang keji, sedangkan wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yang baik….” (QS.24:26)"
Maka jika nantinya kita tidak berjodoh, mungkin saya tak cukup baik untukmu, pasti ada wanita lain yang lebih baik untukmu..
Dan yakinlah, jika memang aku adalah pasangan dari tulang rusukmu, maka tanpa antum minta untuk tidak ta’aruf dengan orang lainpun, saya akan tatap menjadi pendampingmu..
Karena saya yakin TULANG RUSUK TAKKAN TERTUKAR
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/jangan-khawatir-tulang-rusuk-takkan.html
Minggu, 29 Januari 2012
♥● Lelucon Cinta
Sebuah kisah cinta yang mengharukan.
Seorang gadis bernama MAWAR yang tertabrak mobil ketika pulang dari kampus.
Ia mempunyai seorang pacar bernama ZUTA. Mereka slalu mesra dan slalu keep in touch.
mereka tiap hari berhubungan lewat hanphone mereka.
Tanpa kenal waktu, dimanapun berada si MAWAR slalu membawa HPnya.
Bahkan ia mengganti kartu TELKOMSELnya ke 3(three) agar berada di network yang sama , irit pulsa dan jaringan yang kuat.
Bahkan ia pernah sambil bergurau berkata agar kelak jika ia meninggal dikuburkan bersama dengan kartu sim dan hpnya.
Pada saat pengangkatan jenasah,terjadi keanehan.
Tak ada seorangpun yang bisa mengangkat peti matinya.
Bahkan dengan berbagai cara. Akhirnya mereka memanggil "ORANG PINTAR".
Orang ini berkata bahwa gadis ini tlah kehilanhan SESUATU disini.
Akhirnya keluarga mengatakan jika Mawar ingin dikuburkan bersama HPnya.
Segera peti dibuka dan dimasukkanlah hp bersama sim cardnya.Dan jenasahpun bsa diangkat dg ringan.
Keluarga tidak memberi tau kejadian ini kepada ZUTA.
SAMPAI AKHIRNYA sang pacar menelepon bahwa ia akan datang sore ini.
Ketika dah sampai ke rumah mawar, si ibu memberitahukan peristiwa yang terjadi sambil menangis.
Zuta menganggap ini lelucon dan sangat tidak percaya.
Akhirnya, si ibu mengajak sang pacar ke KUBURAN MAWAR.
namun zuta tetap tidak percaya.
Sampai terdengar dering telepon. "NAH, INI DARI MAWAR" kata zuta
Dia segera mengangkat telepon dan berbicara. SENGAJA IA AKTIFKAN SPEAKER AGAR SEMUA BSA MENDENGAR.
DAN..... BENAR BENAR SUARA MAWAR.
Sang ibu sangat terkejut. Bagaimana mungkin..?
Tidak mungkin orang lain memakai sim kard itu karna tlah terkubur bersama jasad mawar.
Akhirnya mereka sepakat memanggil lagi ORANG PINTAR.
orang pintar ini memanggil 3 rekannya dan bekerja slama 3,5 jam.
Akhirnya mereka menemukan jawabannya....
3 (three) KEMANAPUN KAMU PERGI, JARINGANNYA SELALU ADA
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/lelucon-cinta.html
Seorang gadis bernama MAWAR yang tertabrak mobil ketika pulang dari kampus.
Ia mempunyai seorang pacar bernama ZUTA. Mereka slalu mesra dan slalu keep in touch.
mereka tiap hari berhubungan lewat hanphone mereka.
Tanpa kenal waktu, dimanapun berada si MAWAR slalu membawa HPnya.
Bahkan ia mengganti kartu TELKOMSELnya ke 3(three) agar berada di network yang sama , irit pulsa dan jaringan yang kuat.
Bahkan ia pernah sambil bergurau berkata agar kelak jika ia meninggal dikuburkan bersama dengan kartu sim dan hpnya.
Pada saat pengangkatan jenasah,terjadi keanehan.
Tak ada seorangpun yang bisa mengangkat peti matinya.
Bahkan dengan berbagai cara. Akhirnya mereka memanggil "ORANG PINTAR".
Orang ini berkata bahwa gadis ini tlah kehilanhan SESUATU disini.
Akhirnya keluarga mengatakan jika Mawar ingin dikuburkan bersama HPnya.
Segera peti dibuka dan dimasukkanlah hp bersama sim cardnya.Dan jenasahpun bsa diangkat dg ringan.
Keluarga tidak memberi tau kejadian ini kepada ZUTA.
SAMPAI AKHIRNYA sang pacar menelepon bahwa ia akan datang sore ini.
Ketika dah sampai ke rumah mawar, si ibu memberitahukan peristiwa yang terjadi sambil menangis.
Zuta menganggap ini lelucon dan sangat tidak percaya.
Akhirnya, si ibu mengajak sang pacar ke KUBURAN MAWAR.
namun zuta tetap tidak percaya.
Sampai terdengar dering telepon. "NAH, INI DARI MAWAR" kata zuta
Dia segera mengangkat telepon dan berbicara. SENGAJA IA AKTIFKAN SPEAKER AGAR SEMUA BSA MENDENGAR.
DAN..... BENAR BENAR SUARA MAWAR.
Sang ibu sangat terkejut. Bagaimana mungkin..?
Tidak mungkin orang lain memakai sim kard itu karna tlah terkubur bersama jasad mawar.
Akhirnya mereka sepakat memanggil lagi ORANG PINTAR.
orang pintar ini memanggil 3 rekannya dan bekerja slama 3,5 jam.
Akhirnya mereka menemukan jawabannya....
3 (three) KEMANAPUN KAMU PERGI, JARINGANNYA SELALU ADA
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/lelucon-cinta.html
I DIDN'T MEAN TO...♥●♥_◕_♥●♥
Assalamu'alaikum warahmah wabarakah.... ^_^
Pernahkah suatu kali kita menemui bahwa ternyata secara tak sengaja telah tersakiti hati orang-orang lain di sekitar kita. . .
Kita melangkah memulai hari tanpa mengerti bahwa kemarin, dua hari lalu, atau hari-hari sebelumnya lagi, entah berapa banyak orang yang tak berkenan dengan apa yang telah kita lakukan.
Walau tanpa sadar, walau tak bermaksud demikian, namun hati yang terlanjur tersakiti, sulit tuk dipulihkan lagi. . .
Suatu kali, saat menjalani tingkat pertama perkuliahan, seseorang pernah berkata pada saya, "Kamu galak banget ya?"
Ups! Saat itu saya benar-benar kaget.
Galak? Ya, mungkin juga sih. Rasanya saya memang tidak pernah seperti si A, teman saya, yang bisa dengan ramainya berkicau menyapa setiap orang yang ia lewati di lorong kampus. Kemudian saya pun bertanya lebih lanjut , mencoba memahami "complain" yang saya terima hari itu.
Teringat waktu kelas dua SMU dulu. Saat saya dan teman-teman lain menjadi pngurus Rohis SMU.
Berkutat dengan pelajaran, sekaligus aktivitas kepengurusan, setiap hari rasanya ada saja bahan rapat sepulang sekolah.
Capek? Sudah pasti.
Tapi entah kenapa saya menyukai semua aktifitas itu. Sepertinya bila hari belum gelap, belum waktunya untuk pulang ke rumah.
Tanpa sadar, aktifitas ini itu di sekolah serta tuntutan harus mencapai nilai-nilai yang baik, plus beberapa permasalahan yang juga saya hadapi di rumah,
membuat sedikit tekanan yang akhirnya terbawa pada perilaku.
Saya mungkin tak menyadari, tapi tidak dengan yang lain. Hari itu, saya dan teman-teman sedang duduk-duduk di depan mushola sekolah. Tiba-tiba teman saya memanggil, "Kamu dicariin tuh, sama anak kelas 1-5." Saya menoleh ke belakang, rupanya sedari tadi sudah berdiri dua orang anak kelas satu.
Dua-duanya saya kenal, mereka anak-anak kelas satu yang rajin menghadiri acara Keputrian tiap Jumat. "Kenapa, dek?" tegur saya. Mereka mendekat, salah satunya menyodorkan sebuah buku, "Ng... ini kak, mau kembaliin bukunya. Maaf kelamaan minjemnya," katanya dengan suara sangat pelan.
Saya mengangguk sambil tersenyum kecil, dan mengambil buku tersebut.
Mereka lantas lekas pergi setelah mengucapkan salam.
Kemudian seorang teman saya yang lain berkata, "Eh, kemarin mereka nanya ke aku, tentang kamu."
Saya menatapnya heran, "Tanya apa?" "mereka tanya, "Kakak yang itu, maksudnya kamu, galak nggak sih?"
Saya terhenyak. . . .
Pantas, tadi tampaknya mereka menghampiri dengan raut takut-takut dan suara nyaris tak terdengar. Saya berusaha keras mengingat-ingat, apa sih yang sudah SAYA lakukan sampai-sampai adik kelas takut kepada saya. Lalu saya hanya bisa nyengir pahit, karena saya tak berhasil mengingat apapun.
Pernahkah kita menyadari bahwa bisa jadi hari ini kita telah mengecewakan banyak orang?
Kita mengira bahwa hari ini telah dilewati dengan lancar tanpa gangguan dan kita akhiri hari dengan tidur nyenyak. Namun ternyata tadi pagi, saat kita lupa mencium tangan orang tua untuk pamit, terbersit sedikit kecewa di hati mereka.
Tadi pagi, saat membayar ongkos bis, kita memberikannya dengan sodoran yang kasar hingga pak kondektur bis bertambah lelah dan penatnya bahkan merasa terhina.
Tadi pagi, saat masuk ruangan kantor, kita lupa menyapa dan memberi salam dan senyum pada pak satpam dan beberapa teman yang sudah datang,
hingga yang kita suguhkan hanyalah wajah lelah sehabis turun naik bis dan kerut kening pertanda banyak kerjaan kantor yang harus diselesaikan hari itu.
Pernahkah terpikir oleh kita, bahwa sedikit kesan tak enak yang orang lain tangkap dari tingkah laku kita, dapat membekas begitu dalam tanpa kita menyadarinya.
Membuat mereka merasa sedih, kecewa, kesal, atau bahkan marah pada kita.
Tanpa kita menyadari, bahwa hari itu telah kita lewati dengan menyakiti hati begitu banyak orang.
Dan saat hati-hati mereka telah luka, rasanya tak lagi berarti permohonan maaf kita saat kita ucapkan,
"I didn't mean to..."
Seorang sahabat pada jaman Rasulullah SAW pernah dijamin masuk surga sebab ia memiliki kebiasaan selalu memaafkan dan melapangkan hati bagi setiap orang yang mungkin telah menyakiti hatinya hari itu.
Namun kita tak pernah bisa memastikan, apakah memang kesalahan-kesalahan kita -yang tak disadari itu- telah dimaafkan oleh orang-orang yang telah sedih, kecewa, kesal, dan marah pada kita.
Kita tak pernah bisa memastikan, sampai kita harus memohon pada mereka untuk memberi maaf. Hingga tak lagi kesalahan-kesalahan itu memberatkan diri kita di akhirat kelak.
Walau kita pikir itu kecil, walau sepertinya itu tak berarti banyak buat diri kita.
Kesalahan yang tak disengaja, terkadang membuat kita sendiri heran. Kapan ya saya melakukan hal itu?
Benar tidak ya, saya telah bersikap kasar padanya?
Ah, saya kan tidak bermaksud begitu. I didn't mean to.
Dan sekian banyak pemaafan yang kita ukir untuk diri kita sendiri, tanpa peduli apakah orang tersebut masih merasakan sakitnya hingga kini.
Tak usah alasan itu dicari.
Mari mulai memperbaiki, mulai saat ini. Sebab kita tak pernah tahu kapan diri kita pernah menyakiti.
semangat sahabat hati.... :-)
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/i-didnt-mean-to.html
Pernahkah suatu kali kita menemui bahwa ternyata secara tak sengaja telah tersakiti hati orang-orang lain di sekitar kita. . .
Kita melangkah memulai hari tanpa mengerti bahwa kemarin, dua hari lalu, atau hari-hari sebelumnya lagi, entah berapa banyak orang yang tak berkenan dengan apa yang telah kita lakukan.
Walau tanpa sadar, walau tak bermaksud demikian, namun hati yang terlanjur tersakiti, sulit tuk dipulihkan lagi. . .
Suatu kali, saat menjalani tingkat pertama perkuliahan, seseorang pernah berkata pada saya, "Kamu galak banget ya?"
Ups! Saat itu saya benar-benar kaget.
Galak? Ya, mungkin juga sih. Rasanya saya memang tidak pernah seperti si A, teman saya, yang bisa dengan ramainya berkicau menyapa setiap orang yang ia lewati di lorong kampus. Kemudian saya pun bertanya lebih lanjut , mencoba memahami "complain" yang saya terima hari itu.
Teringat waktu kelas dua SMU dulu. Saat saya dan teman-teman lain menjadi pngurus Rohis SMU.
Berkutat dengan pelajaran, sekaligus aktivitas kepengurusan, setiap hari rasanya ada saja bahan rapat sepulang sekolah.
Capek? Sudah pasti.
Tapi entah kenapa saya menyukai semua aktifitas itu. Sepertinya bila hari belum gelap, belum waktunya untuk pulang ke rumah.
Tanpa sadar, aktifitas ini itu di sekolah serta tuntutan harus mencapai nilai-nilai yang baik, plus beberapa permasalahan yang juga saya hadapi di rumah,
membuat sedikit tekanan yang akhirnya terbawa pada perilaku.
Saya mungkin tak menyadari, tapi tidak dengan yang lain. Hari itu, saya dan teman-teman sedang duduk-duduk di depan mushola sekolah. Tiba-tiba teman saya memanggil, "Kamu dicariin tuh, sama anak kelas 1-5." Saya menoleh ke belakang, rupanya sedari tadi sudah berdiri dua orang anak kelas satu.
Dua-duanya saya kenal, mereka anak-anak kelas satu yang rajin menghadiri acara Keputrian tiap Jumat. "Kenapa, dek?" tegur saya. Mereka mendekat, salah satunya menyodorkan sebuah buku, "Ng... ini kak, mau kembaliin bukunya. Maaf kelamaan minjemnya," katanya dengan suara sangat pelan.
Saya mengangguk sambil tersenyum kecil, dan mengambil buku tersebut.
Mereka lantas lekas pergi setelah mengucapkan salam.
Kemudian seorang teman saya yang lain berkata, "Eh, kemarin mereka nanya ke aku, tentang kamu."
Saya menatapnya heran, "Tanya apa?" "mereka tanya, "Kakak yang itu, maksudnya kamu, galak nggak sih?"
Saya terhenyak. . . .
Pantas, tadi tampaknya mereka menghampiri dengan raut takut-takut dan suara nyaris tak terdengar. Saya berusaha keras mengingat-ingat, apa sih yang sudah SAYA lakukan sampai-sampai adik kelas takut kepada saya. Lalu saya hanya bisa nyengir pahit, karena saya tak berhasil mengingat apapun.
Pernahkah kita menyadari bahwa bisa jadi hari ini kita telah mengecewakan banyak orang?
Kita mengira bahwa hari ini telah dilewati dengan lancar tanpa gangguan dan kita akhiri hari dengan tidur nyenyak. Namun ternyata tadi pagi, saat kita lupa mencium tangan orang tua untuk pamit, terbersit sedikit kecewa di hati mereka.
Tadi pagi, saat membayar ongkos bis, kita memberikannya dengan sodoran yang kasar hingga pak kondektur bis bertambah lelah dan penatnya bahkan merasa terhina.
Tadi pagi, saat masuk ruangan kantor, kita lupa menyapa dan memberi salam dan senyum pada pak satpam dan beberapa teman yang sudah datang,
hingga yang kita suguhkan hanyalah wajah lelah sehabis turun naik bis dan kerut kening pertanda banyak kerjaan kantor yang harus diselesaikan hari itu.
Pernahkah terpikir oleh kita, bahwa sedikit kesan tak enak yang orang lain tangkap dari tingkah laku kita, dapat membekas begitu dalam tanpa kita menyadarinya.
Membuat mereka merasa sedih, kecewa, kesal, atau bahkan marah pada kita.
Tanpa kita menyadari, bahwa hari itu telah kita lewati dengan menyakiti hati begitu banyak orang.
Dan saat hati-hati mereka telah luka, rasanya tak lagi berarti permohonan maaf kita saat kita ucapkan,
"I didn't mean to..."
Seorang sahabat pada jaman Rasulullah SAW pernah dijamin masuk surga sebab ia memiliki kebiasaan selalu memaafkan dan melapangkan hati bagi setiap orang yang mungkin telah menyakiti hatinya hari itu.
Namun kita tak pernah bisa memastikan, apakah memang kesalahan-kesalahan kita -yang tak disadari itu- telah dimaafkan oleh orang-orang yang telah sedih, kecewa, kesal, dan marah pada kita.
Kita tak pernah bisa memastikan, sampai kita harus memohon pada mereka untuk memberi maaf. Hingga tak lagi kesalahan-kesalahan itu memberatkan diri kita di akhirat kelak.
Walau kita pikir itu kecil, walau sepertinya itu tak berarti banyak buat diri kita.
Kesalahan yang tak disengaja, terkadang membuat kita sendiri heran. Kapan ya saya melakukan hal itu?
Benar tidak ya, saya telah bersikap kasar padanya?
Ah, saya kan tidak bermaksud begitu. I didn't mean to.
Dan sekian banyak pemaafan yang kita ukir untuk diri kita sendiri, tanpa peduli apakah orang tersebut masih merasakan sakitnya hingga kini.
Tak usah alasan itu dicari.
Mari mulai memperbaiki, mulai saat ini. Sebab kita tak pernah tahu kapan diri kita pernah menyakiti.
semangat sahabat hati.... :-)
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/i-didnt-mean-to.html
BILA .......................
♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Bila waktu telah memanggil.
Teman sejati hanyalah amal.
Bila waktu telah terhenti.
Teman sejati tinggallah sepi.
Masih Ingatkan sepenggal syair lagu “Bila Waktu Tlah Berakhir” , Opick a2n – 2005 ????
RENUNGAN BUAT KITA SEMUA
Ada yang terus mengintaiku, mengikuti gerak langkahku setiap saat, menungguku untuk sebuah pertemuan yang dinanti. Dia selalu mengawasiku setiap waktu. Jika aku berada di depan, maka dia pasti ada di belakangku. Jika aku berada di samping kanan, maka dia berada di samping kiriku. Jika aku di atas , dia pasti ada di bawah. Siapakah gerangan ?
Dialah “Kematian”, “kematian” banyak hal yang melintasi pikiranku saat aku menyebutnya. Semua pasti akan mati, semua pasti akan mengalami sekarat, dan semua yang hidup pasti akan bertemu dengannya tak dapat kusanggah. Saat menjelang kematian dalam kehidupan manusia terdahulu adalah saat yang pasti aku lalui juga.
Demi Alloh, dia pasti akan datang kepadaku. Demi Alloh dia pasti akan menegukku. Sama seperti raja-raja di istana megah itu, seperti pemimpin – pemimpin bangsa di masa lalu. Seperti orang-orang kaya yang setiap harinya kelihatan “bahagia” (jika mereka mati, masihkah “bahagia”?), atau mereka yang fakir yang setiap harinya bergumul dalam penderitaan, atau orang-orang miskin yang terus meratapi segala kekurangannya, atau para hamba sahaya yang tiada sekejappun orang memandangnya. Mereka semua telah merasakan kematian. Mereka semua telah bertemu dengan kematian.
Bila mati, bila manusia mati,maka sudah tak ada lagi yang bisa dibangga-banggakan. Seorang yang cerdik sekalipun, kecerdikannya tak akan bisa melarikan dirinya dari peristiwa kematian. Bila mati, maka semua strategi para ilmuan dan tokoh jenius itu pasti akan patah. Bila mati, semua kekuatan orang-orang yang berkuasa itu akan binasa. Bila mati, bangunan yang tinggi menjulang, istana-istana megah dunia, atau gedung pencakar langit yang kokoh akan runtuh seketika. Kematian juga yang telah meruntuhkan bangunan orang-orang kaya itu.
Suatu kali aku bertanya pada diriku sendiri, bila mati, bagaimana bila aku mati ? Ah … selama ini aku memang tidak tahu kapan dia akan datang bertamu, karena dia tidak pernah membuat janji sebelumnya denganku. Namun, bagaimana kalau dia tanpa diduga tiba-riba datang kepadaku ? Menegukku, membuatku sekarat ? Bagaimana ?
Bila mati, bila aku mati, itu berarti aku harus rela ditinggal sendiri. Ibu, bapak, saudara –saudaraku, mereka semua pergi. Sahabat-sahabat dekat yang selama ini menjadi tempat curahan hati, tetangga-tetangga yang suka mengantarkan makanannya kepadaku, mereka hanya berlalu dan pergi meninggalkanku. Apalagi hasil jerih payahku mengais rezeki hari demi hari sekepingpun tak dapat menolongku lagi. Apa yang terjadi ? Saat itu aku pasti akan sendirian, dalam gelap gulita diselimuti sepi, mencekam, mati.
Bila mati, yang ada dalam gambaranku adalah suatu peristiwa yang amat penting bagi yang hidup. Aku tidak tahu bagaimana rasanya bila nanti seolah olah ada sebuah gunung yang kokoh lagi menjulang tinggi berada di atas dadaku, menahanku, menghilangkan kesempatanku untuk menghirup udara dunia, mungkin jika bisa, itupun seakan-akan aku bernafas di sebuah lubang jarum. Bernafas di sebuah lubang jarum ? Pergulatan macam apa itu ? Atau seumpama aku sedang dipukuli dengan sebuah dahan pohon yang penuh duri lagi tajam, kemudian duri-duri itu menancap di semua urat-uratku. Lantas, lantas dahan tersebut ditarik, sehingga setiap urat dalam tubuhku juga ikut tertarik, menyisakan kepedihan dan sakit yang luar biasa. Demi Alloh, apakah nanti lebih perih dari yang sekedar aku bayangkan ?
Bila mati, bila aku mati, maka akan ada sesuatu yang menampakkan wajahnya padaku. Dialah Izroil, Sang Malaikat Maut yang akan turun dari penjuru langit untuk menjemputku. Namun, apakah nanti dia akan menampakkan rupanya dengan wajah penuh keramahan dan kehangatan ataukah sebaliknya ? Bisa jadi nanti dia datang dengan wajah garang tanpa belas kasihan. Bagaimana nanti ? Ketika dadaku menyempit, nafasku tersengal-sengal, sampai ke tenggorokan, tubuhku kaku sulit digerakkan. Saat itulah dia menunaikan tugasnya, memisahkan ruh dan jasadku. Menuntaskan episode akhir dari sebuah perjalanan hidupku di dunia ini. Itu pasti akan terjadi, nanti, bila aku mati.
Kemudian, bila mati, bila aku mati, orang-orang akan membaringkanku, memandikanku, menyolatiku, mengafani tubuhku yang kaku, menggotongku dan menimbunkanku di dalam sebuah ruang sempit, gelap, senyap dan sunyi. Detik-detik saat aku dibaringkan dalam liang kubur itulah yang akan menjadi awal babak baruku menuju fase berikutnya setelah kematian, yakni mengarungi alam kubur. Tak ada pagi, siang ataupun malam hari, karena semuanya sama jika sudah masuk ke dalam, terpendam berkalang tanah. Oh .. adakah tempat yang lebih jauh dari tempat itu ? Adakah ? Adakah tempat yang lebih sunyi ? Adakah ? Gelapkah, pasti tidak ada kegelapan yang lebih gelap dari tempat itu. Semua kelezatan yang pernah aku rasakan ketika aku hidup, mungkinkah akan berganti menjadi rasa pahit yang luar biasa ?
Siapa yang akan peduli jika aku tercekam ketakutan ? Siapa ? Gelap… gelap… Adakah cahaya… adakah ? Siapa yang akan memberikan aku cahaya untuk menerangi kegelapanku di sana ? Siapa? Tiadakah aku punya sesuatu yang berarti? Apakah amalku, amalku yang sedikit tersisa nanti akan mampu menolongku, menemani dalam kesendirianku di sana ?
Bila mati, bila aku mati, oh…
aku ini memang bukan seorang ‘alim yang pasti airmatanya meleleh jika membayangkan malam pertama di dalam kubur, bukan pula seorang ahli hikmah yang mengeluhkan pedihnya dijerat kematian, atau seorang penyair yang menerjemahkan tangisannya dalam bait-bait kematian penggugah keharuan. Aku hanya manusia biasa, terlalu biasa untuk mengingat kematian. Aku masih tenggelam dalam carut marut dunia yang aslinya fana ini. Terlalu sedikit waktuku untuk mengingatnya, apakah memang waktunya yang sedikit ataukah dunia ini yang membuatku sedikit untuk mengingatnya ?
Mati, bila mati, bila aku mati, saat ini aku memang belum mati. Tapi seharusnya aku tidak boleh takut mati. Karena, setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Semestinya aku harus mengingatnya setiap hari, berbenah diri, memelihara waktuku, usia kehidupanku sekarang dan melakukan persiapan yang baik untuk kedatangannya. Ah… dia memang tidak pernah membuat janji padaku sebelumnya. Namun, mungkin saja dia akan datang pada saat-saat dimana aku tidak menduga sama sekali.
Dia masih memperhatikanku…
Terus mengintaiku……
Mengawasi gerak-gerikku ……
Menungguku……
Untuk sebuah waktu yang telah ditentukan………
“Ya Alloh, Yang Maha Mematikan, perbaikilah agamaku yang merupakan penjaga urusanku, perbaikilah duniaku yang merupakan tempat hidupku, perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku. Dan jadikanlah kehidupanku sebagai penambah kebaikan bagiku serta jadikan “KEMATIANKU” sebagai istirahatku dari segala keburukan.
“Allohumma a’inni ‘ala sakarootil mauuut….. Allohumma hawwin ‘alayya sakarootil mauuut….. Laa ilaha illalloh inna lilmauti la sakarooti…..”
“Ya Alloh bantulah aku dalam menghadapi sakaratul maut Ya Alloh, mudahkanlah sakaratul maut padaku. Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Alloh Sesungguhnya kematian itu memiliki saat – saat sekarat”
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/bila.html
Bila waktu telah memanggil.
Teman sejati hanyalah amal.
Bila waktu telah terhenti.
Teman sejati tinggallah sepi.
Masih Ingatkan sepenggal syair lagu “Bila Waktu Tlah Berakhir” , Opick a2n – 2005 ????
RENUNGAN BUAT KITA SEMUA
Ada yang terus mengintaiku, mengikuti gerak langkahku setiap saat, menungguku untuk sebuah pertemuan yang dinanti. Dia selalu mengawasiku setiap waktu. Jika aku berada di depan, maka dia pasti ada di belakangku. Jika aku berada di samping kanan, maka dia berada di samping kiriku. Jika aku di atas , dia pasti ada di bawah. Siapakah gerangan ?
Dialah “Kematian”, “kematian” banyak hal yang melintasi pikiranku saat aku menyebutnya. Semua pasti akan mati, semua pasti akan mengalami sekarat, dan semua yang hidup pasti akan bertemu dengannya tak dapat kusanggah. Saat menjelang kematian dalam kehidupan manusia terdahulu adalah saat yang pasti aku lalui juga.
Demi Alloh, dia pasti akan datang kepadaku. Demi Alloh dia pasti akan menegukku. Sama seperti raja-raja di istana megah itu, seperti pemimpin – pemimpin bangsa di masa lalu. Seperti orang-orang kaya yang setiap harinya kelihatan “bahagia” (jika mereka mati, masihkah “bahagia”?), atau mereka yang fakir yang setiap harinya bergumul dalam penderitaan, atau orang-orang miskin yang terus meratapi segala kekurangannya, atau para hamba sahaya yang tiada sekejappun orang memandangnya. Mereka semua telah merasakan kematian. Mereka semua telah bertemu dengan kematian.
Bila mati, bila manusia mati,maka sudah tak ada lagi yang bisa dibangga-banggakan. Seorang yang cerdik sekalipun, kecerdikannya tak akan bisa melarikan dirinya dari peristiwa kematian. Bila mati, maka semua strategi para ilmuan dan tokoh jenius itu pasti akan patah. Bila mati, semua kekuatan orang-orang yang berkuasa itu akan binasa. Bila mati, bangunan yang tinggi menjulang, istana-istana megah dunia, atau gedung pencakar langit yang kokoh akan runtuh seketika. Kematian juga yang telah meruntuhkan bangunan orang-orang kaya itu.
Suatu kali aku bertanya pada diriku sendiri, bila mati, bagaimana bila aku mati ? Ah … selama ini aku memang tidak tahu kapan dia akan datang bertamu, karena dia tidak pernah membuat janji sebelumnya denganku. Namun, bagaimana kalau dia tanpa diduga tiba-riba datang kepadaku ? Menegukku, membuatku sekarat ? Bagaimana ?
Bila mati, bila aku mati, itu berarti aku harus rela ditinggal sendiri. Ibu, bapak, saudara –saudaraku, mereka semua pergi. Sahabat-sahabat dekat yang selama ini menjadi tempat curahan hati, tetangga-tetangga yang suka mengantarkan makanannya kepadaku, mereka hanya berlalu dan pergi meninggalkanku. Apalagi hasil jerih payahku mengais rezeki hari demi hari sekepingpun tak dapat menolongku lagi. Apa yang terjadi ? Saat itu aku pasti akan sendirian, dalam gelap gulita diselimuti sepi, mencekam, mati.
Bila mati, yang ada dalam gambaranku adalah suatu peristiwa yang amat penting bagi yang hidup. Aku tidak tahu bagaimana rasanya bila nanti seolah olah ada sebuah gunung yang kokoh lagi menjulang tinggi berada di atas dadaku, menahanku, menghilangkan kesempatanku untuk menghirup udara dunia, mungkin jika bisa, itupun seakan-akan aku bernafas di sebuah lubang jarum. Bernafas di sebuah lubang jarum ? Pergulatan macam apa itu ? Atau seumpama aku sedang dipukuli dengan sebuah dahan pohon yang penuh duri lagi tajam, kemudian duri-duri itu menancap di semua urat-uratku. Lantas, lantas dahan tersebut ditarik, sehingga setiap urat dalam tubuhku juga ikut tertarik, menyisakan kepedihan dan sakit yang luar biasa. Demi Alloh, apakah nanti lebih perih dari yang sekedar aku bayangkan ?
Bila mati, bila aku mati, maka akan ada sesuatu yang menampakkan wajahnya padaku. Dialah Izroil, Sang Malaikat Maut yang akan turun dari penjuru langit untuk menjemputku. Namun, apakah nanti dia akan menampakkan rupanya dengan wajah penuh keramahan dan kehangatan ataukah sebaliknya ? Bisa jadi nanti dia datang dengan wajah garang tanpa belas kasihan. Bagaimana nanti ? Ketika dadaku menyempit, nafasku tersengal-sengal, sampai ke tenggorokan, tubuhku kaku sulit digerakkan. Saat itulah dia menunaikan tugasnya, memisahkan ruh dan jasadku. Menuntaskan episode akhir dari sebuah perjalanan hidupku di dunia ini. Itu pasti akan terjadi, nanti, bila aku mati.
Kemudian, bila mati, bila aku mati, orang-orang akan membaringkanku, memandikanku, menyolatiku, mengafani tubuhku yang kaku, menggotongku dan menimbunkanku di dalam sebuah ruang sempit, gelap, senyap dan sunyi. Detik-detik saat aku dibaringkan dalam liang kubur itulah yang akan menjadi awal babak baruku menuju fase berikutnya setelah kematian, yakni mengarungi alam kubur. Tak ada pagi, siang ataupun malam hari, karena semuanya sama jika sudah masuk ke dalam, terpendam berkalang tanah. Oh .. adakah tempat yang lebih jauh dari tempat itu ? Adakah ? Adakah tempat yang lebih sunyi ? Adakah ? Gelapkah, pasti tidak ada kegelapan yang lebih gelap dari tempat itu. Semua kelezatan yang pernah aku rasakan ketika aku hidup, mungkinkah akan berganti menjadi rasa pahit yang luar biasa ?
Siapa yang akan peduli jika aku tercekam ketakutan ? Siapa ? Gelap… gelap… Adakah cahaya… adakah ? Siapa yang akan memberikan aku cahaya untuk menerangi kegelapanku di sana ? Siapa? Tiadakah aku punya sesuatu yang berarti? Apakah amalku, amalku yang sedikit tersisa nanti akan mampu menolongku, menemani dalam kesendirianku di sana ?
Bila mati, bila aku mati, oh…
aku ini memang bukan seorang ‘alim yang pasti airmatanya meleleh jika membayangkan malam pertama di dalam kubur, bukan pula seorang ahli hikmah yang mengeluhkan pedihnya dijerat kematian, atau seorang penyair yang menerjemahkan tangisannya dalam bait-bait kematian penggugah keharuan. Aku hanya manusia biasa, terlalu biasa untuk mengingat kematian. Aku masih tenggelam dalam carut marut dunia yang aslinya fana ini. Terlalu sedikit waktuku untuk mengingatnya, apakah memang waktunya yang sedikit ataukah dunia ini yang membuatku sedikit untuk mengingatnya ?
Mati, bila mati, bila aku mati, saat ini aku memang belum mati. Tapi seharusnya aku tidak boleh takut mati. Karena, setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Semestinya aku harus mengingatnya setiap hari, berbenah diri, memelihara waktuku, usia kehidupanku sekarang dan melakukan persiapan yang baik untuk kedatangannya. Ah… dia memang tidak pernah membuat janji padaku sebelumnya. Namun, mungkin saja dia akan datang pada saat-saat dimana aku tidak menduga sama sekali.
Dia masih memperhatikanku…
Terus mengintaiku……
Mengawasi gerak-gerikku ……
Menungguku……
Untuk sebuah waktu yang telah ditentukan………
“Ya Alloh, Yang Maha Mematikan, perbaikilah agamaku yang merupakan penjaga urusanku, perbaikilah duniaku yang merupakan tempat hidupku, perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku. Dan jadikanlah kehidupanku sebagai penambah kebaikan bagiku serta jadikan “KEMATIANKU” sebagai istirahatku dari segala keburukan.
“Allohumma a’inni ‘ala sakarootil mauuut….. Allohumma hawwin ‘alayya sakarootil mauuut….. Laa ilaha illalloh inna lilmauti la sakarooti…..”
“Ya Alloh bantulah aku dalam menghadapi sakaratul maut Ya Alloh, mudahkanlah sakaratul maut padaku. Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Alloh Sesungguhnya kematian itu memiliki saat – saat sekarat”
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/bila.html
Renungan Pernikahan (Muslimah)
♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Tidak ada yang salah manakala seorang muslimah merindukan cinta dan kasih sayang dari seseorang yang diharapkan akan menjadi pendamping hidupnya. Setiap insan termasuk seorang muslimah pun berhak dan lumrah untuk merasakan kerinduan semacam itu. Meskipun tak terungkap secara lisan, penantian dan impian untuk menggapai sebuah mahligai pernikahan adalah puncak gelisah dan kerinduan yang merupakan salah satu bentuk ujian seorang gadis muslim.
Ibarat sekuntum bunga yang sedang mekar atau bahkan telah mekar dan matang dalam waktu yang sudah cukup lama, adanya kecenderungan untuk disentuh oleh si kumbang jantan yang menawan dan memberikan sari madunya adalah adalah salah satu fitrah yang lumrah dirasakan oleh dirasakan oleh seorang gadis. Sayangnya, saat ini banyak sekali dan semakin banyak kumbang-kumbang jantan yang hanya mengobral rayuan gombal, kata-kata picisan, hanya menggoda, bahkan hanya ingin menghisap sari madu dari sang gadis saja, setelah dapat ia terbang dan menghilang entah kemana. Sedikit sekali kumbang-kumbang jantan yang bersedia berjuang untuk membawa sang gadis dengan jalan yang diridhoi oleh Allah swt, yaitu sebuah jalan pernikahan.
Pernikahan merupakan sebuah ikatan suci, maka sudah sepatutnyalah setiap langkah untuk mencapainya pun harus dilakukan dengan cara yang suci. Manakala seorang gadis telah merasakan kerinduan akan seorang pendamping hidup, artinya secara sadar maupun tidak ia telah melangkahkan kakinya pada salah satu jalan yang akan menghantarkan pikiran dan hatinya pada sebuah mahligai pernikahan. Untuk itu, hendaknya ia senantiasa berjaga dengan kuat dan berhati-hati dalam setiap langkah. Jangan sampai ada noda yang tercecer dan mengotori jalan yang suci ini hingga tiba saat yang dinanti-nanti, yaitu ketika Allah meridhoi dan mewujudkan sebuah pernikahan indah dan suci yang selama ini didambakan.
Memang, penantian tidaklah membutuhkan tenaga yang ekstra besar. Namun, sebagian besar manusia pun mengakui bahwa penantian adalah salah satu pekerjaan yang sangat melelahkan. Terlebih lagi penantian untuk sebuah pernikahan, ini merupakan sebuah penantian besar yang sangat melelahkan. Karena, dalam penantian inilah syaithon-syaithon dalam bentuk nafsu dan syahwat senantiasa menghampiri. Manakala seorang gadis tengah berada dalam lelahnya sebuah penantian, maka pada saat itulah syaithon-syaithon sedang menatapnya sebagai sebuah sarapan pagi yang lezat dan siap untuk disantap. Oleh karena itu, seorang muslimah hendaknya benar-benar mengerti hal-hal yang sebaiknya ia lakukan dalam masa penantiannya. Dengan demikian, penantiannya untuk sebuah pernikahan yang indah dan suci tidak akan sia-sia, dan Allah akan memberikannya seorang pendamping Robbani dalam pernikahan yang telah menjadi impian.
Pernikahan adalah awal dari sebuah kehidupan dan perjalanan hidup yang baru. Idealnya, perjalanan panjang hendaknya disertai dengan bekal yang benar dan cukup. Demikian pula dengan pernikahan, membutuhkan bekal yang tidak sedikit dan sembarangan. Berikut ini adalah langkah-langkah yang sepatutnya dilakukan dan diistiqomahkan oleh seorang muslimah dalam penantiannya untuk menuju sebuah pernikahan yang diridhoi oleh Allah swt. Langkah-langkah inilah yang insya Allah akan menjadi bekal untuk berlayar di atas lautan dan gelombang kehidupan dengan ombak dan badai yang selalu mengintai.
Langkah-langkah inilah yang akan menjadi kompas dan bahan bakar untuk perahu pernikahan.
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah
Menantikan seorang lelaki sholih yang akan meminang dan menyandingnya dalam sakralnya pernikahan memang akan memancing datangnya berbagai bentuk godaan. Untuk itulah, seorang muslimah hendaknya terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya (baik ibadah fardhu maupun sunnah) untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Insya Allah, dengan peningkatan ibadah ini Allah akan memberikan kekuatan dan pertolongannya untuk menghadapi godaan-godaan yang mencoba untuk menggoyahkan dan memikatnya.
2. Istiqomah dalam doa dan tawakal
Sesungguhnya, segala sesuatu yang terjadi maupun yang tidak terjadi adalah hanya atas kehendak Allah swt semata. Rizki, maut, dan juga jodoh, itu semua berada dalam genggaman Allah swt, tidak akan ada yang mampu merubahnya kecuali Dia. Dan sebagai manusia, yang diwajibkan hanyalah berusaha dan berdoa dengan sebaik-baiknya. Kemudian bertakwakallah kepada-Nya, serahkan dan percayakan segala keputusan final hanya kepada-Nya. Janganlah pesimis dan berburuk sangka kepada Allah, karena Allah akan mengikuti persangkaan hamba-Nya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqoroh: 153)
Istiqomahlah dalam berdoa agar diberikan pendamping hidup yang sholeh, dan dikaruniakan sebuah pernikahan yang barokah sehingga membawa kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Yakinlah bahwa Allah lebih mengerti apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Dan yakinlah, bahwa Allah hanya akan memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya.
3. Mempersiapkan diri
Meskipun dinanti-nanti, namun pernikahan bukanlah hal sepele yang dapat dicapai dan dijalani dengan sembarangan atau asal mau saja. Ketika seorang wanita telah memasuki pintu pernikahan, maka secara otomatis kewajibannya pun telah bertambah (demikian pula halnya dengan laki-laki). Maka dari itu, hendaknya seorang muslimah senantiasa mempersiapkan dirinya sebelum seorang pangerang yang diutus oleh Allah swt datang untuk menjemput dan membawanya menuju istana pernikahan yang sakral.
Teruslah membekali diri dengan ilmu, khususnya ilmu agama, dan terutama ilmu agama yang berkaitan dengan masalah kerumah tanggaan. Selain itu, seorang muslimah juga harus membekali dirinya dengan keterampilan berumah tangga. Dan bekal yang terakhir adalah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang isteri sholihah yang taat dan senantiasa menyenangkan hati suami.
Saudariku, pernikahan adalah dambaan bagi setiap insan, tidak terkecuali seorang muslimah.
Dan menunggu pangeran sholih yang akan menjemputnya menuju mahligai pernikahan yang sakral, bukanlah perjuangan yang ringan. Gelisah, gundah, tanda tanya, harap, cemas, semua membaur menjadi satu. Namun, sekali lagi pernikahan bukanlah ikatan yang dapat dijalin dengan “mau” saja. Untuk menuju pernikahan yang barokah, dibutuhkan bekal-bekal yang benar dan cukup. Jangan sampai kita kehabisan bahan bakar ataupun perbekalan ketikan sedang menyelami lautan pernikahan. Terlebih lagi menyelami lautan pernikahan tanpa membawa bekal, anda akan kelaparan dan kehausan. Jangan sampai anda melupakan peta dan kompas manakala hendak menjelajahi belantara pernikahan.
Saudariku, rindukanlah sebuah pernikahan sakinah, mawaddah, warrohmah. Rindukanlah seorang pendamping hidup yang akan membawa ikatan pernikahan mulia di dunia dan akhirat. Dan tidaklah sebuah pernikahan akan sakinah, mawaddah, warrohmah, melainkan dengan kita memperjuangkannya di jalan yang diridhoi oleh Allah, melainkan kita masuki pintu pernikahan tersebut dengan menyebut asma Allah. Dan tidaklah senuah pernikahan akan sakinah, mawaddah, warrohmah, kecuali kita menjalankannya dengan bekal yang cukup, dengan bekal yang benar. Allah, adalah pangkal tolak dan arah melangkah kita dalam menanti dan mengemudikan sebuah pernikahan.
Pernikahan yang barokah adalah pernikahan yang dilandasi dengan nilai-nilai iman dan takwa. Hanya pernikahan yang barokahlah yang akan memberikan kebagiaan dunia dan akhirat. Pernikahan dibawah naungan islam, pernikahan dibawah naungan Allah adalah pernikahan yang menjadi dambaan orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Tiga langkah di atas merupakan secuil ikhtiar yang jika direalisasikan dengan penuh keikhlasan, kesabaran, dan keistiqomahan, insya Allah akan menjaga diri kita dari godaan-godaan yang menerpa manakala berada disebuah jalan menuju pernikahan. Dan insya Allah akan menjadi bekal yang sangat bermanfaat dalam mengaruhi bahtera pernikahan kelak.
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/renungan-pernikahan-muslimah.html
Tidak ada yang salah manakala seorang muslimah merindukan cinta dan kasih sayang dari seseorang yang diharapkan akan menjadi pendamping hidupnya. Setiap insan termasuk seorang muslimah pun berhak dan lumrah untuk merasakan kerinduan semacam itu. Meskipun tak terungkap secara lisan, penantian dan impian untuk menggapai sebuah mahligai pernikahan adalah puncak gelisah dan kerinduan yang merupakan salah satu bentuk ujian seorang gadis muslim.
Ibarat sekuntum bunga yang sedang mekar atau bahkan telah mekar dan matang dalam waktu yang sudah cukup lama, adanya kecenderungan untuk disentuh oleh si kumbang jantan yang menawan dan memberikan sari madunya adalah adalah salah satu fitrah yang lumrah dirasakan oleh dirasakan oleh seorang gadis. Sayangnya, saat ini banyak sekali dan semakin banyak kumbang-kumbang jantan yang hanya mengobral rayuan gombal, kata-kata picisan, hanya menggoda, bahkan hanya ingin menghisap sari madu dari sang gadis saja, setelah dapat ia terbang dan menghilang entah kemana. Sedikit sekali kumbang-kumbang jantan yang bersedia berjuang untuk membawa sang gadis dengan jalan yang diridhoi oleh Allah swt, yaitu sebuah jalan pernikahan.
Pernikahan merupakan sebuah ikatan suci, maka sudah sepatutnyalah setiap langkah untuk mencapainya pun harus dilakukan dengan cara yang suci. Manakala seorang gadis telah merasakan kerinduan akan seorang pendamping hidup, artinya secara sadar maupun tidak ia telah melangkahkan kakinya pada salah satu jalan yang akan menghantarkan pikiran dan hatinya pada sebuah mahligai pernikahan. Untuk itu, hendaknya ia senantiasa berjaga dengan kuat dan berhati-hati dalam setiap langkah. Jangan sampai ada noda yang tercecer dan mengotori jalan yang suci ini hingga tiba saat yang dinanti-nanti, yaitu ketika Allah meridhoi dan mewujudkan sebuah pernikahan indah dan suci yang selama ini didambakan.
Memang, penantian tidaklah membutuhkan tenaga yang ekstra besar. Namun, sebagian besar manusia pun mengakui bahwa penantian adalah salah satu pekerjaan yang sangat melelahkan. Terlebih lagi penantian untuk sebuah pernikahan, ini merupakan sebuah penantian besar yang sangat melelahkan. Karena, dalam penantian inilah syaithon-syaithon dalam bentuk nafsu dan syahwat senantiasa menghampiri. Manakala seorang gadis tengah berada dalam lelahnya sebuah penantian, maka pada saat itulah syaithon-syaithon sedang menatapnya sebagai sebuah sarapan pagi yang lezat dan siap untuk disantap. Oleh karena itu, seorang muslimah hendaknya benar-benar mengerti hal-hal yang sebaiknya ia lakukan dalam masa penantiannya. Dengan demikian, penantiannya untuk sebuah pernikahan yang indah dan suci tidak akan sia-sia, dan Allah akan memberikannya seorang pendamping Robbani dalam pernikahan yang telah menjadi impian.
Pernikahan adalah awal dari sebuah kehidupan dan perjalanan hidup yang baru. Idealnya, perjalanan panjang hendaknya disertai dengan bekal yang benar dan cukup. Demikian pula dengan pernikahan, membutuhkan bekal yang tidak sedikit dan sembarangan. Berikut ini adalah langkah-langkah yang sepatutnya dilakukan dan diistiqomahkan oleh seorang muslimah dalam penantiannya untuk menuju sebuah pernikahan yang diridhoi oleh Allah swt. Langkah-langkah inilah yang insya Allah akan menjadi bekal untuk berlayar di atas lautan dan gelombang kehidupan dengan ombak dan badai yang selalu mengintai.
Langkah-langkah inilah yang akan menjadi kompas dan bahan bakar untuk perahu pernikahan.
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah
Menantikan seorang lelaki sholih yang akan meminang dan menyandingnya dalam sakralnya pernikahan memang akan memancing datangnya berbagai bentuk godaan. Untuk itulah, seorang muslimah hendaknya terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya (baik ibadah fardhu maupun sunnah) untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Insya Allah, dengan peningkatan ibadah ini Allah akan memberikan kekuatan dan pertolongannya untuk menghadapi godaan-godaan yang mencoba untuk menggoyahkan dan memikatnya.
2. Istiqomah dalam doa dan tawakal
Sesungguhnya, segala sesuatu yang terjadi maupun yang tidak terjadi adalah hanya atas kehendak Allah swt semata. Rizki, maut, dan juga jodoh, itu semua berada dalam genggaman Allah swt, tidak akan ada yang mampu merubahnya kecuali Dia. Dan sebagai manusia, yang diwajibkan hanyalah berusaha dan berdoa dengan sebaik-baiknya. Kemudian bertakwakallah kepada-Nya, serahkan dan percayakan segala keputusan final hanya kepada-Nya. Janganlah pesimis dan berburuk sangka kepada Allah, karena Allah akan mengikuti persangkaan hamba-Nya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Baqoroh: 153)
Istiqomahlah dalam berdoa agar diberikan pendamping hidup yang sholeh, dan dikaruniakan sebuah pernikahan yang barokah sehingga membawa kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Yakinlah bahwa Allah lebih mengerti apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Dan yakinlah, bahwa Allah hanya akan memberikan yang terbaik kepada hamba-Nya.
3. Mempersiapkan diri
Meskipun dinanti-nanti, namun pernikahan bukanlah hal sepele yang dapat dicapai dan dijalani dengan sembarangan atau asal mau saja. Ketika seorang wanita telah memasuki pintu pernikahan, maka secara otomatis kewajibannya pun telah bertambah (demikian pula halnya dengan laki-laki). Maka dari itu, hendaknya seorang muslimah senantiasa mempersiapkan dirinya sebelum seorang pangerang yang diutus oleh Allah swt datang untuk menjemput dan membawanya menuju istana pernikahan yang sakral.
Teruslah membekali diri dengan ilmu, khususnya ilmu agama, dan terutama ilmu agama yang berkaitan dengan masalah kerumah tanggaan. Selain itu, seorang muslimah juga harus membekali dirinya dengan keterampilan berumah tangga. Dan bekal yang terakhir adalah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang isteri sholihah yang taat dan senantiasa menyenangkan hati suami.
Saudariku, pernikahan adalah dambaan bagi setiap insan, tidak terkecuali seorang muslimah.
Dan menunggu pangeran sholih yang akan menjemputnya menuju mahligai pernikahan yang sakral, bukanlah perjuangan yang ringan. Gelisah, gundah, tanda tanya, harap, cemas, semua membaur menjadi satu. Namun, sekali lagi pernikahan bukanlah ikatan yang dapat dijalin dengan “mau” saja. Untuk menuju pernikahan yang barokah, dibutuhkan bekal-bekal yang benar dan cukup. Jangan sampai kita kehabisan bahan bakar ataupun perbekalan ketikan sedang menyelami lautan pernikahan. Terlebih lagi menyelami lautan pernikahan tanpa membawa bekal, anda akan kelaparan dan kehausan. Jangan sampai anda melupakan peta dan kompas manakala hendak menjelajahi belantara pernikahan.
Saudariku, rindukanlah sebuah pernikahan sakinah, mawaddah, warrohmah. Rindukanlah seorang pendamping hidup yang akan membawa ikatan pernikahan mulia di dunia dan akhirat. Dan tidaklah sebuah pernikahan akan sakinah, mawaddah, warrohmah, melainkan dengan kita memperjuangkannya di jalan yang diridhoi oleh Allah, melainkan kita masuki pintu pernikahan tersebut dengan menyebut asma Allah. Dan tidaklah senuah pernikahan akan sakinah, mawaddah, warrohmah, kecuali kita menjalankannya dengan bekal yang cukup, dengan bekal yang benar. Allah, adalah pangkal tolak dan arah melangkah kita dalam menanti dan mengemudikan sebuah pernikahan.
Pernikahan yang barokah adalah pernikahan yang dilandasi dengan nilai-nilai iman dan takwa. Hanya pernikahan yang barokahlah yang akan memberikan kebagiaan dunia dan akhirat. Pernikahan dibawah naungan islam, pernikahan dibawah naungan Allah adalah pernikahan yang menjadi dambaan orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Tiga langkah di atas merupakan secuil ikhtiar yang jika direalisasikan dengan penuh keikhlasan, kesabaran, dan keistiqomahan, insya Allah akan menjaga diri kita dari godaan-godaan yang menerpa manakala berada disebuah jalan menuju pernikahan. Dan insya Allah akan menjadi bekal yang sangat bermanfaat dalam mengaruhi bahtera pernikahan kelak.
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/renungan-pernikahan-muslimah.html
<< Diam.... >>
Teman..tak mengapa dirimu terdiam,
karena percuma bicara bila hati membisu
hanya kata-kata tak bermakna yang tersusun tak beraturan
Teman..tak mengapa dirimu terdiam,
asalkan kamu mau mendengar dengan sepenuh hati
karena empati jauh lebih bermakna dari sekedar simpati
Teman..tak mengapa dirimu terdiam,
semoga diammu penuh dengan makna
semoga diammu bukan karena kamu tak ingin bicara
semoga diammu bukan karena benci…
Lalu, tak mengapa juga dirimu terdiam teman…
karena akan ada sesorang yang mengerti diammu
menunggumu dengan sabar dan bercerita keindahan untuk kamu dengar
hingga kamu berkata, penuh dengan makna, cinta dan kasih sayang
Teman..tak mengapa dirimu terdiam,
semoga ku mengerti diammu, karena untuk menjaga maruahmu
semoga diammu menjadi kebaikan diriku dan dirimu…
sampai akhirnya kau kembali berkata…
~~@~~
Ku biar kalam berbicara
Menghurai maksudnya di jiwa
Agar mudah ku mengerti
Segala yang terjadi
Sudah suratan Ilahi
Ku biarkan pena menulis
Meluahkan hasrat di hati
Moga terubat segala
Keresahan di jiwa
Tak pernah ku ingini
Aku telah pun sedaya
Tak melukai hatimu
Mungkin sudah suratan hidupku
Kasih yang lama terjalin
Berderai bagaikan kaca
Oh teman, maafkanlah diriku
Oh Tuhan
Tunjukkan ku jalan
Untuk menempuhi dugaan ini
Teman, maafkan jika ku melukaimu
Moga ikatan ukhwah yang dibina
Ke akhirnya
Aku tidak kan berdaya
Menahan hibanya rasa
Kau pergi meninggalkan diriku
Redhalah apa terjadi
Usahlah kau kesali
Mungkin ada rahmat yang tersembunyi
PERCAYA DIRI .Yess,,, SOMBONG Noooo!!!!! ۩۞۩♥۩۞۩♥۩۞۩♥
Percaya Diri (PD) ataupun percaya pada kemampuan diri , perlu ada pada diri setiap insan dalam menjalankan kehidupan sehari hari,karena percaya diri, adalah faktor penting untuk seseorang itu mencapai kesuksesan.Orang yang percaya diri ,akan berani mengajukan dirinya secara apa adanya,tanpa menonjol-nonjolkan kelebihan,serta tidak menutup-nutupi kekurangan diri,ini disebabkan orang-orang yang percaya diri telah benar benar mempercayai kondisi dirinya,sehingga bisa menerima diri apa adanya .
Sementara seorang yang tidak percaya diri berlebihan enggan melangkah,tidak suka dikatakan salah,takut mengambil keputusan,takut dikatakan payah,gak bermutu,dan akhirnya “lemes”,tak berdaya,dan akhirnya kita menjadi beban kepada orang lain karena jadi orang yang tidak produktif. Dalam kehidupan beragama,setiap muslim beriman itu juga dituntut untuk memiliki rasa percaya diri,tidak mengandalkan orang lain,dan tidak bergantung kepada selain Allah SWT.Islam meletakkan konsep percaya diri itu kepada TAWAKKAL,inilah percaya diri yang benar menurut Islam.Memiliki percaya diri itu bukanlah berarti kita bergantung pada diri sendiri,dan memutuskan hubungan dgn Allah,
melainkan dengan rahmatNYA yang diharap,dan hanya kepada Allah SWT tempat kita bergantung dan berhajat.Firman Allah ,tentang TAWAKKAl: “Dan hanya kepada Allah hendaklah kalian bertawakkal, jika kalian benar-benar orang yang beriman” (Al Maidah: 23) “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.” (Ali Imron: 159) Dengan hadirnya rasa percaya diri yang berlandaskan tawakkal dalam jiwa,seorang muslim itu tentu telah mengetahui kondisi diri ,yakin dengan pengalaman yang dimiliki,dan percaya bahwa setiap pekerjaan yang dilandasi niat baik itu tidak akan disia-siakan Allah.Jika seorang muslim itu ingin memenuhi kebutuhannya dengan percaya diri,ia tidak meminta tolong pada siapapun kecuali pada Allah SWT,dan tidak pula menggantungkan hati kepada selain Allah .
Hal pertama yang wajar dilakukan untuk menjadi pribadi yang percaya diri itu adalah dengan adanya NIAT keinginan untuk berubah,dengan melepaskan sumbat-sumbat emosi yang menghalang proses terbentuknya kepercayaan diri,Untuk melakukan ini tentulah diperlukan proses bertahap dan tidak mudah ,melainkan dgan Istiqomah,dan senantiasa memanjatkan doa kpada Allah agar diringankan .Namun jika keinginan kita ikhlas dan kuat ,dan percaya bahwa IKHLAS itulah sumber kekuatan diri seorang mukmin,kita akan yakin bahwa segala hal yang menghalangi akan segera menyingkir,ini semua berakibat dari FIKIRAN,HATI,dan JASMANI kita telah bersatupadu,berkolaborasi untuk melakukan satu ikhtiar perubahan karena ada janji dalam diri sendiri,dan kemudiannya bertawakkal pada Allah,bahwa Allah ada bersama kita.
Allah berfirman: “Dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung’.” (Ali Imron: 173) .
Jadi percaya diri pada muslim htu ialah perbuatan yang telah ditimbang rasa, Mengetahui keadaan situasi dan kondisi diri untuk berani bertanggung jawab dan mengambil risiko agar tidak ragu ragu,dan disertai hati yang tenang,jiwa yang tenteram,dan keyakinan kuat bahwa apa yang dikehendaki Allah SWT PASTI TERJADI,dan apa yang tidak dikehendaki Allah TIDAK AKAN TERJADI,dan Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.
Rosulullah SAW bersabda: “Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sebenar-benarnya, maka kalian pasti diberi rizki sebagaimana burung diberi rizki, ia pergi pada pagi hari dalam perut kosong, kemudian pulang pada sore harinya dalam keadaan kenyang.”(Riwayat Tarmizi)Sabda Rosul SAW jika keluar rumahnya,artinya;” Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, dan tidak ada daya dan upaya kecuali Allah”
Adapula bila kita menyikapi percaya diri itu sesukanya, tanpa dilandasi tawakkal,dan tidak pula melihat tempat situasi dan kondisi,dan tanpa pertimbangan,maka itu adalah SOMBONG (ujub),karena beda Percaya Diri dengan Sombong itu sangat tipis perbedaannya,boleh dikatakan perbedaannya itu terletak pada dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain.Kesombongan ini dapat hadir ketika seorang itu merasakan dirinya paling hebat,tak tertandingi,dan sakit hati kalau orang lain berhasil,maka sukalah ia meremehkan ,merendahkan kemampuan orang lain .
Sombong juga membuat kita melakukan segala cara(baik,buruk),untuk mengalahkan orang lain demi kepentingan sendiri,dan akhirnya menjadikan orang lupa diri.Dan sombong itu adalah sifat tercela disisi Allah SWT,
Firman Allah “ : “(Ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak (sombong) karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun…” (QS: AtTaubah: 25)
Dalam ayat lain Alloh Subhanahu wa Ta’ala pun berfirman, yang artinya: “Maka Janganlah kamu mengatakan dirimu suci…” (QS: AnNazm: 32).
Dengan demikian semoga kita dapat menghindari sifat sombong itu,dan menanamkan rasa Percaya Diri yang sebenarnya,yaitu berlandaskan TAWAKKAL yang benar,karena sifat sombong selain dibenci Allah juga dapat menghalangi seorang manusia itu untuk mencapai kebenaran hakiki. Dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa sombong itu pantas kita jauhi,karena akan menjadikan kita lupa diri dan akan mendatangkan malapetaka pada diri sendiri,dan menanamkan Percaya Diri dengan menyadari bahwa segala nikmat dan kelebihan pada diri itu diberikan Allah adalah untuk menolong diri kita sendiri sekaligus menjadi amanah untuk saling membantu orang lain agar bersama mencapai sukses .Kita maksimalkan bakat dan keahlian khta untuk mencari rezeki,menularkan kepandaian/ilmu yang bisa meringankan beban orang lain,dan membuat orang lain merasakan “energi” positif dari rasa percaya diri kita yang membara itu.
Oleh itu Percaya pada Diri dengan TAWAKKAL kepada ALLAH SWT . Subhannallah.....
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/percaya-diri-yess-sombong-noooo.html
Sementara seorang yang tidak percaya diri berlebihan enggan melangkah,tidak suka dikatakan salah,takut mengambil keputusan,takut dikatakan payah,gak bermutu,dan akhirnya “lemes”,tak berdaya,dan akhirnya kita menjadi beban kepada orang lain karena jadi orang yang tidak produktif. Dalam kehidupan beragama,setiap muslim beriman itu juga dituntut untuk memiliki rasa percaya diri,tidak mengandalkan orang lain,dan tidak bergantung kepada selain Allah SWT.Islam meletakkan konsep percaya diri itu kepada TAWAKKAL,inilah percaya diri yang benar menurut Islam.Memiliki percaya diri itu bukanlah berarti kita bergantung pada diri sendiri,dan memutuskan hubungan dgn Allah,
melainkan dengan rahmatNYA yang diharap,dan hanya kepada Allah SWT tempat kita bergantung dan berhajat.Firman Allah ,tentang TAWAKKAl: “Dan hanya kepada Allah hendaklah kalian bertawakkal, jika kalian benar-benar orang yang beriman” (Al Maidah: 23) “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.” (Ali Imron: 159) Dengan hadirnya rasa percaya diri yang berlandaskan tawakkal dalam jiwa,seorang muslim itu tentu telah mengetahui kondisi diri ,yakin dengan pengalaman yang dimiliki,dan percaya bahwa setiap pekerjaan yang dilandasi niat baik itu tidak akan disia-siakan Allah.Jika seorang muslim itu ingin memenuhi kebutuhannya dengan percaya diri,ia tidak meminta tolong pada siapapun kecuali pada Allah SWT,dan tidak pula menggantungkan hati kepada selain Allah .
Hal pertama yang wajar dilakukan untuk menjadi pribadi yang percaya diri itu adalah dengan adanya NIAT keinginan untuk berubah,dengan melepaskan sumbat-sumbat emosi yang menghalang proses terbentuknya kepercayaan diri,Untuk melakukan ini tentulah diperlukan proses bertahap dan tidak mudah ,melainkan dgan Istiqomah,dan senantiasa memanjatkan doa kpada Allah agar diringankan .Namun jika keinginan kita ikhlas dan kuat ,dan percaya bahwa IKHLAS itulah sumber kekuatan diri seorang mukmin,kita akan yakin bahwa segala hal yang menghalangi akan segera menyingkir,ini semua berakibat dari FIKIRAN,HATI,dan JASMANI kita telah bersatupadu,berkolaborasi untuk melakukan satu ikhtiar perubahan karena ada janji dalam diri sendiri,dan kemudiannya bertawakkal pada Allah,bahwa Allah ada bersama kita.
Allah berfirman: “Dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung’.” (Ali Imron: 173) .
Jadi percaya diri pada muslim htu ialah perbuatan yang telah ditimbang rasa, Mengetahui keadaan situasi dan kondisi diri untuk berani bertanggung jawab dan mengambil risiko agar tidak ragu ragu,dan disertai hati yang tenang,jiwa yang tenteram,dan keyakinan kuat bahwa apa yang dikehendaki Allah SWT PASTI TERJADI,dan apa yang tidak dikehendaki Allah TIDAK AKAN TERJADI,dan Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik.
Rosulullah SAW bersabda: “Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan tawakkal yang sebenar-benarnya, maka kalian pasti diberi rizki sebagaimana burung diberi rizki, ia pergi pada pagi hari dalam perut kosong, kemudian pulang pada sore harinya dalam keadaan kenyang.”(Riwayat Tarmizi)Sabda Rosul SAW jika keluar rumahnya,artinya;” Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, dan tidak ada daya dan upaya kecuali Allah”
Adapula bila kita menyikapi percaya diri itu sesukanya, tanpa dilandasi tawakkal,dan tidak pula melihat tempat situasi dan kondisi,dan tanpa pertimbangan,maka itu adalah SOMBONG (ujub),karena beda Percaya Diri dengan Sombong itu sangat tipis perbedaannya,boleh dikatakan perbedaannya itu terletak pada dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain.Kesombongan ini dapat hadir ketika seorang itu merasakan dirinya paling hebat,tak tertandingi,dan sakit hati kalau orang lain berhasil,maka sukalah ia meremehkan ,merendahkan kemampuan orang lain .
Sombong juga membuat kita melakukan segala cara(baik,buruk),untuk mengalahkan orang lain demi kepentingan sendiri,dan akhirnya menjadikan orang lupa diri.Dan sombong itu adalah sifat tercela disisi Allah SWT,
Firman Allah “ : “(Ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak (sombong) karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun…” (QS: AtTaubah: 25)
Dalam ayat lain Alloh Subhanahu wa Ta’ala pun berfirman, yang artinya: “Maka Janganlah kamu mengatakan dirimu suci…” (QS: AnNazm: 32).
Dengan demikian semoga kita dapat menghindari sifat sombong itu,dan menanamkan rasa Percaya Diri yang sebenarnya,yaitu berlandaskan TAWAKKAL yang benar,karena sifat sombong selain dibenci Allah juga dapat menghalangi seorang manusia itu untuk mencapai kebenaran hakiki. Dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa sombong itu pantas kita jauhi,karena akan menjadikan kita lupa diri dan akan mendatangkan malapetaka pada diri sendiri,dan menanamkan Percaya Diri dengan menyadari bahwa segala nikmat dan kelebihan pada diri itu diberikan Allah adalah untuk menolong diri kita sendiri sekaligus menjadi amanah untuk saling membantu orang lain agar bersama mencapai sukses .Kita maksimalkan bakat dan keahlian khta untuk mencari rezeki,menularkan kepandaian/ilmu yang bisa meringankan beban orang lain,dan membuat orang lain merasakan “energi” positif dari rasa percaya diri kita yang membara itu.
Oleh itu Percaya pada Diri dengan TAWAKKAL kepada ALLAH SWT . Subhannallah.....
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/percaya-diri-yess-sombong-noooo.html
SUAMI IDAMAN KAMI♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥
suami idaman kami....
lautan cintanya pada Rabb Izzati.
icinta teragungnya debar rindunya hanya pada Jannatul Firdaus,
tempat kembali yang sangat indah.
maka kami adalah yang paling setia mengiringi hidupnya di dunia ini.
suami idaman kami....,
hidupnya untuk Islam setiap detik hidupnya hanya untuk menegakkan daulah islamiah di bumi Allah,
setiap peluh yang menetes hanya karena memperjuangkan kelestarian Islam agar terpelihara.
maka kami adalah yang paling berbangga menjadi srikandi kepada seorang yang bergelar mujahid
suami idaman kami...
jihadnya untuk Islam.
setiap darah yg mengalir pasti karena tekad untuk memelihara kesucian Islam.
syahidnya karena Islam.
maka kami adalah yang amat beruntung memiliki kekasih yang gagah sepertinya.
suami idaman kami...
wajahnya sentiasa dibasahi wudhu yg sempurna .
bibirnya senantiasa dihiasi dengan zikir padaNya.
setiap tutur kata bermanfaat buat kami dan semua.
maka kami adalah yang paling bahagia dinaungi seorang yang bijaksana.
suami idaman kami....
penglihatannya senantiasa dipelihara.
menjauhkan kebatilan dari dirinya.
hanya memandang kepada yang hak daripadanya.
dia melindungi dan menyayangi atas rasa tanggungjawab pada amanah yang dianugerahkan.
dia menegur dan menasihati dengan tulus dan ihsan agar mendapat mardhatillah.
maka kami adalah yang paling bertuahdapat mengasihi seorang mukmin soleh sepertinya
suami idaman kami....
berusaha memperelokkan diri.
dengan ilmu dan pengetahuan agar semakin lantang berbicara.
agar menjadi da'i yang berhikmah.
senantiasa berusaha menghiasi diri dengan untaian taqwaqiamullail memang tradisinya.
solat sunat menjadi kegemarannya.
tilawah Quran ibadah kesukaannya.
maka kami adalah yang paling beruntung mendapat bahagia dalam doanya
suami idaman kami....
dirimu permata gemilang yang bakal menyerikan dan mewarnai hidup kami.
kami adalah yang paling bersyukur karena menjadi permaisuri mahligaimu.
insya Allah,kami akan menjadi penyokong setiamu.
dalam memperjuangkan kalimah Allah di muka bumi ini.
karena dirimu adalah KEKASIHKU, MUJAHIDKU.
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/suami-idaman-kami.html
lautan cintanya pada Rabb Izzati.
icinta teragungnya debar rindunya hanya pada Jannatul Firdaus,
tempat kembali yang sangat indah.
maka kami adalah yang paling setia mengiringi hidupnya di dunia ini.
suami idaman kami....,
hidupnya untuk Islam setiap detik hidupnya hanya untuk menegakkan daulah islamiah di bumi Allah,
setiap peluh yang menetes hanya karena memperjuangkan kelestarian Islam agar terpelihara.
maka kami adalah yang paling berbangga menjadi srikandi kepada seorang yang bergelar mujahid
suami idaman kami...
jihadnya untuk Islam.
setiap darah yg mengalir pasti karena tekad untuk memelihara kesucian Islam.
syahidnya karena Islam.
maka kami adalah yang amat beruntung memiliki kekasih yang gagah sepertinya.
suami idaman kami...
wajahnya sentiasa dibasahi wudhu yg sempurna .
bibirnya senantiasa dihiasi dengan zikir padaNya.
setiap tutur kata bermanfaat buat kami dan semua.
maka kami adalah yang paling bahagia dinaungi seorang yang bijaksana.
suami idaman kami....
penglihatannya senantiasa dipelihara.
menjauhkan kebatilan dari dirinya.
hanya memandang kepada yang hak daripadanya.
dia melindungi dan menyayangi atas rasa tanggungjawab pada amanah yang dianugerahkan.
dia menegur dan menasihati dengan tulus dan ihsan agar mendapat mardhatillah.
maka kami adalah yang paling bertuahdapat mengasihi seorang mukmin soleh sepertinya
suami idaman kami....
berusaha memperelokkan diri.
dengan ilmu dan pengetahuan agar semakin lantang berbicara.
agar menjadi da'i yang berhikmah.
senantiasa berusaha menghiasi diri dengan untaian taqwaqiamullail memang tradisinya.
solat sunat menjadi kegemarannya.
tilawah Quran ibadah kesukaannya.
maka kami adalah yang paling beruntung mendapat bahagia dalam doanya
suami idaman kami....
dirimu permata gemilang yang bakal menyerikan dan mewarnai hidup kami.
kami adalah yang paling bersyukur karena menjadi permaisuri mahligaimu.
insya Allah,kami akan menjadi penyokong setiamu.
dalam memperjuangkan kalimah Allah di muka bumi ini.
karena dirimu adalah KEKASIHKU, MUJAHIDKU.
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/suami-idaman-kami.html
Kesaksian Sehelai Bulu Mata ♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥
Alkisah, pada hari pembalasan kelak, ada seorang hamba Allah sedang diadili.Ia di tuduh bersalah, menyia-nyiakan umurnya di dunia untuk berbuat maksiat.
Tetapi ia bersikeras membantah, ”Tidak. Demi langit dan bumi, sungguh itu tidak benar.Saya tidak melakukan semua itu, “.
Namun, malaikat berkata,”Tetapi, saksi-saksi mengatakan engkau betul-betul telah menjerumuskan dirimu sendiri kedalam dosa.”Orang itu menoleh kekiri dan kekanan, lalu ke segenap penjuru.Tetapi anehnya, ia tidak menjumpai seorang saksi pun yang sedang berdiri.Di situ hanya ada dia sendirian. Makanya ia pun menyanggah,” Manakah saksi-saksi yang kau maksud?.Disini tidak ada siap-siap kecuali aku dan suaramu,”
.”Inilah saksi-saksi itu,” ujar malaikat.Tiba-tiba mata angkat bicara,”Saya yang memandangi.”Disusul oleh telinga,”saya yang mendengar.”Hidung pun tidak ketinggalan,”Saya yang mencium.”Bibir ikut mengaku,”Saya yang merayu.”Tangan meneruskan,”Saya yang memegang,”Kaki menyusul.”Saya yang dipakai lari ketika ketahuan.”Dalam keadaan putus asa, sekonyong-konyong terdengar suara yang amat lembut dari selembar bulu matanya,”Saya pun ingin juga mengangkat sumpah sebagai saksi.”Malaikat kemudian menjawab,”Silakan.”
Bulu mata itupun berkata,”Terus terang saja, saat menjelang ajalnya, pada saat tengah malam yang lengang, aku pernah dibasahinya dengan air mata.Saat itu, ia menangis menyesali perbuatan buruknya.Bukankah nabinya pernah berjanji, bahwa apabila ada seorang hamba yang bertobat, walaupun selembar bulu matanya yang terbasahi air mata, dia sudah diharamkan dari ancaman api neraka?Maka saya selembar bulu matanya, berani tampil sebagai saksi bahwa ia telah melakukan tobat sampai membasahi saya dengan air mata penyesalan.”
Dengan kesaksian selembar bulu mata itu, orang tersebut dibebaskan dari neraka dan diantarkan kesurga.Sampai terdengar suara bergema kepada para penghuni surga,”Lihatlah, Hamba Allah ini masuk surga karena pertolongan selembar bulu mata.”
Mata menganggap HATI menimpakan derita. HATIlah yg tlah memaksakan kehendaknya. Namun TUBUH menjadi saksi atas keDustaan MaTA. Bencana HATI memang berasal dr MATA. Andai tdk karena MATA takkan ada derita. Hati takkan terkapar jd korbannya. Karena Mata n Hati tidak tunduk kepada Sang Pencipta
semoga kita bisa mengambil hikmahnya
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/kesaksian-sehelai-bulu-mata.html
Tetapi ia bersikeras membantah, ”Tidak. Demi langit dan bumi, sungguh itu tidak benar.Saya tidak melakukan semua itu, “.
Namun, malaikat berkata,”Tetapi, saksi-saksi mengatakan engkau betul-betul telah menjerumuskan dirimu sendiri kedalam dosa.”Orang itu menoleh kekiri dan kekanan, lalu ke segenap penjuru.Tetapi anehnya, ia tidak menjumpai seorang saksi pun yang sedang berdiri.Di situ hanya ada dia sendirian. Makanya ia pun menyanggah,” Manakah saksi-saksi yang kau maksud?.Disini tidak ada siap-siap kecuali aku dan suaramu,”
.”Inilah saksi-saksi itu,” ujar malaikat.Tiba-tiba mata angkat bicara,”Saya yang memandangi.”Disusul oleh telinga,”saya yang mendengar.”Hidung pun tidak ketinggalan,”Saya yang mencium.”Bibir ikut mengaku,”Saya yang merayu.”Tangan meneruskan,”Saya yang memegang,”Kaki menyusul.”Saya yang dipakai lari ketika ketahuan.”Dalam keadaan putus asa, sekonyong-konyong terdengar suara yang amat lembut dari selembar bulu matanya,”Saya pun ingin juga mengangkat sumpah sebagai saksi.”Malaikat kemudian menjawab,”Silakan.”
Bulu mata itupun berkata,”Terus terang saja, saat menjelang ajalnya, pada saat tengah malam yang lengang, aku pernah dibasahinya dengan air mata.Saat itu, ia menangis menyesali perbuatan buruknya.Bukankah nabinya pernah berjanji, bahwa apabila ada seorang hamba yang bertobat, walaupun selembar bulu matanya yang terbasahi air mata, dia sudah diharamkan dari ancaman api neraka?Maka saya selembar bulu matanya, berani tampil sebagai saksi bahwa ia telah melakukan tobat sampai membasahi saya dengan air mata penyesalan.”
Dengan kesaksian selembar bulu mata itu, orang tersebut dibebaskan dari neraka dan diantarkan kesurga.Sampai terdengar suara bergema kepada para penghuni surga,”Lihatlah, Hamba Allah ini masuk surga karena pertolongan selembar bulu mata.”
Mata menganggap HATI menimpakan derita. HATIlah yg tlah memaksakan kehendaknya. Namun TUBUH menjadi saksi atas keDustaan MaTA. Bencana HATI memang berasal dr MATA. Andai tdk karena MATA takkan ada derita. Hati takkan terkapar jd korbannya. Karena Mata n Hati tidak tunduk kepada Sang Pencipta
semoga kita bisa mengambil hikmahnya
http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/kesaksian-sehelai-bulu-mata.html
Langganan:
Postingan (Atom)