Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Rabu, 25 Juli 2012

Untuk-Mu

biarlah titik-titik gerimis satu-satu masih turun
daun-daun basah
dan
gelisahku masih,
berenang di antara detak air jatuh
di atas genting
malam terus mengalir
gelap terus mengalir
dingin terus mengalir
.....
bulan separuh baya, semburat malu-malu
mengerling mata di balik daun buni
sinarnya tak mampu tembusi hati ini
yang tergigil menahan pedih dinginnya sepi
lupa waktu
tangan-tanganku tlah banyak bergetar
ketika kupegangi pulpen itu
mencoba menorehkan kalimat-kalimat
agar
anganku tercatat oleh sejarah
bahwa aku mesih punya harapan
yang belum sempat terselesaikan
helaan napasku
paraunya suaraku
dan bau keringatku mengingatkan
bahwa aku masih berpacu dengan waktu
yang sejak dulu aku sudah mulai di ujung kalimat-Mu
kabut tipis turun lembut
dinginnya menjalar di seluruh luasan pori
aku tetap duduk di sini
memegangi kalimat
asmaul husna
di ujung lidahku
Tuhan
air mata ini
berpadu dengan doaku
untuk-Mu
.
~~@~~




http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/untuk-mu.html

TAFAKUR CINTA

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Tuhan...saat aku menyukai seorang teman, ingatkanlah aku bahwa ada sebuah akhir sehingga aku tetap bersama yang tidak pernah berakhir.
Tuhan...jika aku hendak mencintai seseorang temukanlah aku dengan orang yang mencintaiMU agar bertambah kuat cintaku padaMU.
Tuhan...ketika aku sedang jatuh cinta jagalah cinta itu agar tidak melebihi cintaku padaMU.
Tuhan...ketika aku berucap aku cinta padamu biarkanlah kukatakan kepada yang hatinya tertaut padaMU agar aku tak jatuh dalam cinta yang bukan karenaMU.
Sebagaimana orang bijak berucap "Mencintai seseorang bukanlah apa-apa. Dicintai seseorang adalah sesuatu. Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti. Tapi, dicintai oleh Sang Pencipta adalah segalanya."

Untaian kalimat di atas saya terima lewat sms dari seseorang yang sudah saya anggap adik saya. Untuaian kalimat yang seakan menusuk ulu hati saya, teringat bahwa selama beberapa bulan yang lalu begitu saya dibutakan oleh cinta yang semu. Yah, cinta telah melumpuhkan logika saya dan memainkan emosi saya dengan begitu mudah hem....terima kasih de' telah mengingatkan saya kepada Sang Pemilik Cinta
Cinta...
Saya pernah dibuat mabuk kepayan oleh yang namanya cinta, entah kapan saya mulai berkenalan dengannya, dengan yang namanya cinta yang membuat saya seperti bukan diri saya kata orang-orang terdekat saya. Cinta yang membuat saya rela melanggar prinsip yang bertahun-tahun saya bertahankan, yang telah membuat saya buta dan tuli dan mampu melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah saya lakukan, membenarkan sesuatu atas nama cinta. Intinya cinta tidak membuat saya berubah menjadi lebih baik tetapi sebaliknya.

Cinta yang dulu saya kenal membuat saya mudah sekali menangis sampai mata saya sembab, entahlah kalau dikumpulkan mungkin air mata saya sudah seember lebih hehehe lebay.com :) cinta itu membuat saya mampu terbangun tengah malam dan membtat kesadaran saya terkumpul penuh saat HP saya berdering karena telfon dari seseorang bahkan membuat saya rela begadang sampai pagi menjelang hanya untuk berbincang-bincang dengannya. Padahal jika alerm pukul 03.00 wib berbunyi yang membangunkan saya untuk bertemu Sang Pemilik Jiwa sering saya matikan dan terlelap kembali, kalaupun terbangun dan tahajut curhat saya ke DIA tidak selama saya berbincang-bincang dengan seseorang itu. Duh...separah itu cinta membutakan saya saat itu.

Dan kini, bagaimana kabarnya cinta itu? dimana seseorang yang dulu selalu ada untuk saya? semua sudah tidak ada lagi bersama saya. Sedangkan DIA yang selalu saya nomor sekiankan, yang selalu saya datangi hanya ketika saya membutuhkanNYA, DIA tidak pernah beranjak menjauh dari saya bahkan ketika saya sendirian DIA yang selalu menemani saya, menghapus air mata saya, mengobati luka hati saya. DIAlah yang menggantikan apa yang hilang dari saya dengan yang lebih baik, jauh lebih baik dari yang saya harapkan. Tidak ingin lagi diri ini terjerumus pada cinta yang seperti itu lagi, saya ingin mengenal cinta yang datangnya hanya dari DIA dan kepada DIA saya persembahkan.

meski ku rapuh dalam langkah
kadang tak setia kepadaMu
namun cinta dalam jiwa
hanyalah padaMu

maafkanlah bila hati
tak sempurna mencintaiMu
dalam dadaku harap hanya
diriMu yang bertahta
[Rapuh by Opick]




http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/tafakur-cinta.html

Kiat Mengatasi Grogi di depan umum

Bagi sebagian orang, berbicara di depan umum bukanlah sebuah hal yang mudah. Apalagi jika Anda diminta secara mendadak atau tiba-tiba untuk berbicara di depan forum. Reaksi selanjutnya bisa dipastikan, perut mulas, kaki dan tangan gemetaran, jantung berdetak kencang, dan waktu serasa berjalan sangat lambat. Nah, inilah gejala dari adanya nervous, gugup atau grogi.

Gugup umumnya diawali dengan munculnya keringat dingin maupun hangat, perut terasa melilit, kaki dan tangan gemetaran, otak serasa blank, dan mulut pun serasa berat sekali untuk terbuka sehingga bicara pun menjadi tidak lancar.

Trus bagaimanakah cara mengatasi grogi di depan umum? Berikut beberapa kiat untuk mengatasi grogi saat berbicara di depan umum ;

1. Mempersiapkan mental dengan cara membangun rasa percaya diri dan mengendalikan rasa takut serta emosi.

Inilah modal awal agar sukses bicara didepan umum. Caranya dengan istirahat dan tidur yang cukup menjelang waktu berbicara di depan umum, melakukan relaksasi atau senam ringan untuk menurunkan ketegangan mental dan mengantisipasi kelelahan, misalnya dengan cara memegan ujung kaki sambil berdiri membungkuk selama beberapa detik, menarik napas yang panjang dan dalam serta menahannya beberapa detik, kemudian mengeluarkan napas pelan-pelan, juga minum segelas air putih untuk mempersiapkan vokal.

Khusus untuk mengatasi kaki yang gemetaran, usahakan pada saat tampil anda bergerak, anda dapat menyiasatinya dengan berjalan menuju white board untuk menulis atau menuju hadirin untuk berdialog.

2. Siapkan bahan jika tidak tampil mendadak. ini dapat menumbukan rasa percaya diri karena anda merasa yakin dengan apa yang anda sampaikan.

3. Berusahalah konsentrasi dan tenang pada saat akan maju dan fokuskan pada pokok pikiran apa yang anda sampaikan, juga pada kata kuncinya. Jangan memaksakan diri untuk mengeluarkan apa yang anda hafalkan, ini hanya akan menambah ketegangan dan rasa grogi jika pada saat akan maju ada sedikit saja ada yang terlupa.

4. Jangan mengharuskan diri tampil sempurna pada tiap kesempatan karena hanya akan mempercepat timbulnya rasa grogi ketika sedikit saja kekurangan Anda tampak. Yakinlah semua orang mempunyai kekurangan dan tidak semua orang mampu berbicara dengan baik di depan umum.

5. Yakinlah bahwa Anda tidak harus sepenuhnya menguasai seluruh hadirin. Fokuskan perhatian pada mereka yang tertarik dengan apa yang anda sampaikan. biarkan saja kalau ada yang tidak menaruh perhatian pada apa yang anda sampaikan.

6. Usahakan melewati sebelah kiri pendengar saat Anda menuju ke panggung atau tempat anda menyampaikan pidato. Ini akan menstimulasi otak kanan para pendengar sehingga lebih mudah menerima apa yang anda sampaikan

7. Jangan lupa untuk berdoa sebelum berbicara di depan umum agar tidak grogi, tidak nervous, dan sukses.

Yang perlu Anda tekankan dalam diri Anda adalah bahwa berbicara di depan umum bukanlah hal yang sangat menegangkan. Anda tidak akan dicela dan dijauhi hanya karena penampilan anda tidak sempurna saat di depan forum. Jadi berusahalah selalu tenang dan rileks.

Dan lebih penting lagi, bukan pada bagaimana penampilan anda tetapi pada apa yang anda sampaikan sehingga anda harus mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas dan terarah. Ingatlah, sebagian besar pendengar menginginkan anda berhasil dalam menyampaikan pesan.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/kiat-mengatasi-grogi-di-depan-umum.html

HATI-HATI TEMAN YANG BURUK

Dalam sebuah hadits yang shahih disebutkan:
مَثَلُ الْـجَلِيْسِ الصَّالـِحِ وَالسُّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيْرِ. فَحَامِلُ الْـمِسْكِ إِمَّا أَنْ يَحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ،
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيْحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيْحًا خَبِيْثَةً
“Permisalan teman duduk yang baik dan teman duduk yang jelek seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. (Duduk dengan) penjual minyak wangi bisa jadi ia akan memberimu minyak wanginya, bisa jadi engkau membeli darinya dan bisa jadi engkau akan dapati darinya aroma yang wangi. Sementara (duduk dengan) pandai besi, bisa jadi ia akan membakar pakaianmu dan bisa jadi engkau dapati darinya bau yang tak sedap.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan bahwa teman dapat memberikan pengaruh negatif ataupun positif sesuai dengan kebaikan atau kejelekannya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerupakan teman bergaul atau teman duduk yang baik dengan penjual minyak wangi. Bila duduk dengan penjual minyak wangi, engkau akan dapati satu dari tiga perkara sebagaimana tersebut dalam hadits. Paling minimnya engkau dapati darinya bau yang harum yang akan memberi pengaruh pada jiwamu, tubuh dan pakaianmu. Sementara kawan yang jelek diserupakan dengan duduk di dekat pandai besi. Bisa jadi beterbangan percikan apinya hingga membakar pakaianmu, atau paling tidak engkau mencium bau tak sedap darinya yang akan mengenai tubuh dan pakaianmu.

Dengan demikian jelaslah, teman pasti akan memberi pengaruh kepada seseorang. Dengarkanlah berita dari Al-Qur`an yang mulia tentang penyesalan orang zalim pada hari kiamat nanti karena dulunya ketika di dunia berteman dengan orang yang sesat dan menyimpang, hingga ia terpengaruh ikut sesat dan menyimpang.
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَالَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً. يَاوَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَانًا خَلِيلاً.
لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنْسَانِ خَذُولًا
“Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29)

‘Adi bin Zaid, seorang penyair Arab, berkata:

عَنِ الْـمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْـمُقَارَنِ يَقْتَدِي
إِذَا كُنْتَ فِي قَوْمٍ فَصَاحِبْ خِيَارَهُمْ وَلاَ تُصَاحِبِ الْأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدِي

Tidak perlu engkau bertanya tentang (siapa) seseorang itu, namun tanyalah siapa temannya
Karena setiap teman meniru temannya
Bila engkau berada pada suatu kaum maka bertemanlah dengan orang yang terbaik dari mereka
Dan janganlah engkau berteman dengan orang yang rendah/hina niscaya engkau akan hina bersama orang yang hina
Karenanya lihat-lihat dan timbang-timbanglah dengan siapa engkau berkawan.
Dampak Teman yang Jelek
Ingatlah, berteman dengan orang yang tidak baik agamanya, akhlak, sifat, dan perilakunya akan memberikan banyak dampak yang jelek. Di antara yang dapat kita sebutkan di sini:

1. Memberikan keraguan pada keyakinan kita yang sudah benar, bahkan dapat memalingkan kita dari kebenaran. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ. قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ إِنِّي كَانَ لِي قَرِينٌ. يَقُولُ أَئِنَّكَ لَمِنَ الْمُصَدِّقِينَ. أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا
وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَدِينُونَ. قَالَ هَلْ أَنْتُمْ مُطَّلِعُونَ. فَاطَّلَعَ فَرَآهُ فِي سَوَاءِ الْجَحِيمِ.
قَالَ تَاللهِ إِنْ كِدْتَ لَتُرْدِينِ. وَلَوْلاَ نِعْمَةُ رَبِّي لَكُنْتُ مِنَ الْمُحْضَرِينَ
Lalu sebagian mereka (penghuni surga) menghadap sebagian yang lain sambil bercakap-cakap. Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Sesungguhnya aku dahulu (di dunia) memiliki seorang teman. Temanku itu pernah berkata, ‘Apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang yang membenarkan hari berbangkit? Apakah bila kita telah meninggal dan kita telah menjadi tanah dan tulang belulang, kita benar-benar akan dibangkitkan untuk diberi pembalasan.” Berkata pulalah ia, “Maukah kalian meninjau temanku itu?" Maka ia meninjaunya, ternyata ia melihat temannya itu di tengah-tengah neraka yang menyala-nyala. Ia pun berucap, “Demi Allah! Sungguh kamu benar-benar hampir mencelakakanku. Jikalau tidak karena nikmat Rabbku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret ke neraka.” (Ash-Shaffat: 50-57)

Dengarkanlah kisah wafatnya Abu Thalib di atas kekafiran karena pengaruh teman yang buruk. Tersebut dalam hadits Al-Musayyab bin Hazn, ia berkata, "Tatkala Abu Thalib menjelang wafatnya, datanglah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau dapati di sisi pamannya ada Abu Jahl bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah ibnil Mughirah. Berkatalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Wahai pamanku, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, kalimat yang dengannya aku akan membelamu di sisi Allah.’ Namun kata dua teman Abu Thalib kepadanya, ‘Apakah engkau benci dengan agama Abdul Muththalib?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus meminta pamannya mengucapkan kalimat tauhid. Namun dua teman Abu Thalib terus pula mengulangi ucapan mereka, hingga pada akhirnya Abu Thalib tetap memilih agama nenek moyangnya dan enggan mengucapkan Laa ilaaha illallah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

2. Teman yang jelek akan mengajak orang yang berteman dengannya agar mau melakukan perbuatan yang haram dan mungkar seperti dirinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang munafikin:
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً
“Mereka menginginkan andai kalian kafir sebagaimana mereka kafir hingga kalian menjadi sama.” (An-Nisa`: 89)

3. Tabiat manusia, ia akan terpengaruh dengan kebiasaan, akhlak, dan perilaku teman dekatnya. Karenanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu menurut agama teman dekat/sahabatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat dengan siapa ia bersahabat1.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 927)

4. Melihat teman yang buruk akan mengingatkan kepada maksiat sehingga terlintas maksiat dalam benak seseorang. Padahal sebelumnya ia tidak terpikir tentang maksiat tersebut.

5. Teman yang buruk akan menghubungkanmu dengan orang-orang yang jelek, yang akan memudaratkanmu.

6. Teman yang buruk akan menggampangkan maksiat yang engkau lakukan sehingga maksiat itu menjadi remeh/ringan dalam hatimu dan engkau akan menganggap tidak apa-apa mengurangi-ngurangi dalam ketaatan.

7. Karena berteman dengan orang yang jelek, engkau akan terhalang untuk berteman dengan orang-orang yang baik/shalih sehingga terluputkan kebaikan darimu sesuai dengan jauhnya engkau dari mereka.

8. Duduk bersama teman yang jelek tidaklah lepas dari perbuatan haram dan maksiat seperti ghibah, namimah, dusta, melaknat, dan semisalnya. Bagaimana tidak, sementara majelis orang-orang yang jelek umumnya jauh dari dzikrullah, yang mana hal ini akan menjadi penyesalan dan kerugian bagi pelakunya pada hari kiamat nanti. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ تَعَالَى فِيْهِ، إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً
“Tidak ada satu kaum pun yang bangkit dari sebuah majelis yang mereka tidak berzikir kepada Allah ta’ala dalam majelis tersebut melainkan mereka bangkit dari semisal bangkai keledai2 dan majelis tersebut akan menjadi penyesalan bagi mereka." (HR. Abu Dawud. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 77)
Demikian… Semoga ini menjadi peringatan!




http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/hati-hati-teman-yang-buruk.html

Doa Kebaikan Dunia – Akhirat

رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
RABBANAA AATINAA FID DUN-YA HASANAH, WAFIL-AAKHIRATI HASANAH, WAQINAA 'ADZAABAN NAAR
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Al Baqarah: 201)


اللَّهُمَّ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
ALLAAHUMMA RABBANAA AATINAA FID DUN-YA HASANAH, WAFIL-AAKHIRATI HASANAH, WAQINAA 'ADZAABAN NAAR
"Ya Allah, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." (Muttafaq 'alaih)
Manfaat doa ini sangat luar biasa. Kandungannya mencakup kebaikan yang diinginkan setiap insan sejak di dunia hingga akhirat. Kebaikan di dunia mencakup setiap yang diinginkan dari masalah dunia berupa kesehatan, tempat tinggal yang luas, rizki yang banyak dan halal, istri shalihah, anak shalih, ilmu bermanfaat, amal shalih, ibadah khusu', kendaraan yang nyaman, nama baik dan lainnya.
Sedangkan kebaikan di akhirat yang tertinggi adalah masuk surga dan mendapat ridla Allah serta kenikmatan-kenikmatan yang mengirinya berupa rasa aman dari huru-hara yang mengerikan di padang mahsyar, diringankan hisab dan lainnya. Maknanya juga meminta agar diselamatkan dari siksa-siksa dan penderitaan yang ada di kubur, padang mahsyar, dan di neraka.
Sedangkan maksud diselamatkan atau dipelihara dari siksa neraka adalah dimudahkan untuk menjauhi jalan yang menghantarkan ke neraka berupa menjauhi maksiat dan dosa serta meninggalkan perkara syubuhat dan har`m.
Qasim bin Abdurrahman berkata, "siapa yang diberi kalbu yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, dan jasad yang sabar dan tangguh, maka dia telah diberi kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta di pelihara dari siksa neraka."
Karenanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam banyak berdoa dengannya dan sangat menganjurkan umatnya untuk membaca doa ini. Dari Anas bin Malik radliyallah 'anhumengatakan, "doa yang paling sering dibaca Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah;
اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Ya Allah, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." (HR. Bukhari dan Ahmad)
Anas bin Malik biasa berdoa dengan doa ini saja dan ketika melantunkan beberapa doa pasti beliau memasukkan doa ini di dalamnya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari jalan Abu Nu'aim, Abdussalam bin Syadad –yakni Abu Thaluth- berkata, aku pernah bersama Anas, lalu Tsabit berkata kepadanya, "sesungguhnya saudara-saudaramu meminta agar engkau mendoakan mereka. Lalu Anas berdoa, "Ya Allah, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." Merasa kurang, mereka meminta agar didoakan lagi ketika mereka akan beranjak pergi, lalu Anas berkata, "jika Allah sudah memberikan untuk kalian kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta memelihara kalian dari siksa nereka, berarti Dia telah memberikan untuk kalian seluruh kebaikan."
Al Qadli Iyadh rahimahullah mengatakan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam banyak berdoa dengan ayat ini (al Baqarah: 201) karena mengandung seluruh isi doa dari urusan dunia dan akhirat."
Kapan dibacanya?
Pada dasarnya doa ini boleh dibaca kapan saja khususnya pada saat-saat yang mustajab, seperti di sepertiga malam terakhir, di antara adzan dan iqamah, di sore hari Jum'at, dan lainnya. Namun, ada beberapa kondisi khusus yang dianjurkan untuk membacanya, di antaranya:
1. Doa ketika berada di antara rukun Yamani dan Hajar Aswad ketika Thawwaf. (HR. Abu Dawud, Ahmad, al Baghawi dalam Syarh as Sunnah dari Abdullah bin as Saaib).
2. Boleh dibaca setelah membaca tasyahhud kedua berdasarkan keumuman hadits, dalam Shahihain dan lainnya, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "kemudian silahkan dia berdoa yang dia suka." Juga berdasarkan riwayat Umair bin Sa'd yang menyatakan bahwa Abdullah bin Mas'ud mengajari kami bacaan tasyahhud dalam shalat kemudian berkata, "jika salah seorang kamu selesai baca tasyahhud hendaknya dia berdoa . . . (salah satunya doa di atas)." (Fath al Baari: 2/239)

Pelajaran dari doa ini
1. Jangan-lah berdoa kepada Allah hanya kebaikan dunia saja, khususnya ketika di tempat-tempat dan waktu-waktu yang mustajab. Doa dalam Al Baqarah: 201 adalah pujian dari Allah bagi orang-orang beriman dan celaan atas orang-orang musyrik. Orang-orang beriman meminta kebaikan di dunia dan akhirat. Sedangkan orang-orang musyrikin doanya hanya sebatas kebaikan dunia semata, mereka lupa terhadap akhirat.

2. Tidak boleh juga meminta hanya kebaikan di akhirat dan melupakan kehidupan dunianya. Dari sahabat Anas, pernah pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallammenjenguk salah seorang shabatnya yang dalam kondisi sangat lemah dan kurus. Lalu beliau shallallahu 'alaihi wasallam bertanya padanya, "apakah kamu telah berdoa dan meminta sesuatu kepada Allah?" dia menjawab, Ya Rasulullah aku telah berdoa, "Ya Allah jika aku kelak akan disiksa di akhirat, maka segerakanlah di dunia ini." lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata padanya, "Subhanallah, engkau tidak akan kuat terhadap siksa Allah. jangan begitu, tapi berdoalah:
اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Ya Allah, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka." (HR. al Baghawi dalam Syarh as Sunnah dan Ahmad dalam al Musnad)





http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/doa-kebaikan-dunia-akhirat.html

Cahaya Hidayah

"Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik, dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman)." – (Surah ali-Imran, ayat 110)
17 Golongan Mendapat Hidayah Disebut Dalam Al-Quran
1-Satu kewajipan pada Allah SWT yang perlu disempurnakan. Surah Al-Lail, ayat : 12.
"Sesungguhnya tanggungan Kamilah memberi hidayah petunjuk (tentang yang benar dan yang salah)."
2-Hidayah terdapat dimana-mana dan dapat menyelamatkan manusia. Surah Taha, ayat 10 dan 20.
Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada isterinya: "Berhentilah! Sesungguhnya aku ada melihat api semoga aku dapat membawa kepada kamu satu cucuhan daripadanya, atau aku dapat di tempat api itu: penunjuk jalan.
Lalu ia mencampakkannya, maka tiba-tiba tongkatnya itu menjadi seekor ular yang bergerak menjalar.
3-Hidayah tidak akan diberi kepada kaum yang telah disesatkan. Surah An-Nahl, ayat : 37.
Jika engkau (wahai Muhammad) terlalu tamak (inginkan mereka beroleh hidayah petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang berhak disesatkanNya; dan tiadalah bagi mereka sesiapapun yang dapat memberikan pertolongan.
4-Hidayah daripada Allah SWT adalah amat benar. Surah Al-Baqarah, ayat : 120 dan Surah Ali Imran, ayat : 73.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak sekali-kali akan bersetuju atau suka kepadamu (wahai Muhammad) sehingga engkau menurut ugama mereka (yang telah terpesong itu). Katakanlah (kepada mereka): "Sesungguhnya petunjuk Allah (ugama Islam itulah petunjuk yang benar". Dan demi sesungguhnya jika engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka sesudah datangnya (wahyu yang memberi) pengetahuan kepadamu (tentang kebenaran), maka tiadalah engkau akan peroleh dari Allah (sesuatupun) yang dapat mengawal dan memberi pertolongan kepada mu.
Dan (mereka berkata lagi): "Janganlah kamu percaya melainkan kepada orang-orang yang mengikut ugama kamu". Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya petunjuk yang sebenar benarnya ialah petunjuk Allah". (Mereka berkata pula: "Janganlah kamu percaya) bahawa akan diberi kepada sesiapa seperti apa yang telah diberikan kepada kamu, atau mereka akan dapat mengalahkan hujah kamu di sisi Tuhan kamu". Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya limpah kurnia itu adalah di tangan Allah, diberikanNya kepada sesiapa yang dikehendakiNya; dan Allah Maha Luas limpah kurniaNya, lagi Meliputi pengetahuanNya.
5-Hidayah akan membawa ke Jalan Yang Lurus. Surah Al-Anam, ayat :87 dan 88.
Dan (Kami juga lebihkan darjat) sebahagian daripada datuk nenek mereka, dan keturunan mereka, dan mereka, dan keturunan mereka, dan saudara-saudara mereka; dan Kami telah pilih mereka, serta Kami tunjukkan mereka ke jalan yang lurus.
Yang demikian itu ialah petunjuk Allah, yang dengannya Ia memimpin sesiapa yang dihendakiNya dari hamba-hambaNya; dan kalau mereka sekutukan (Allah dengan sesuatu yang lain) nescaya gugurlah dari mereka, apa yang mereka telah lakukan (dari amal-amal yang baik).
6-Hidayah daripada Allah SWT memerlukan penjelasan daripada Allah SWT. Surah An-Nisa', ayat : 115.
Dan sesiapa yang menentang (ajaran) Rasulullah sesudah terang nyata kepadanya kebenaran pertunjuk (yang dibawanya), dan ia pula mengikut jalan yang lain dari jalan orang-orang yang beriman, Kami akan memberikannya kuasa untuk melakukan (kesesatan) yang dipilihnya, dan (pada hari akhirat kelak) Kami akan memasukkannya ke dalam neraka jahanam; dan neraka jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.
7-Hidayah akan mudah diterima jika tidak ada perkara yang menghalang. Surah Al-Kahfi, ayat : 57.
Dan tidaklah ada yang lebih zalim daripada orang yang diberi ingat dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu ia berpaling daripadanya dan lupa akan apa yang telah dilakukan oleh kedua tangannya; sesungguhnya (disebabkan bawaan mereka yang buruk itu) Kami jadikan tutupan berlapis-lapis atas hati mereka, menghalang mereka daripada memahaminya, dan (Kami jadikan) pada telinga mereka penyumbat (yang menyebabkan mereka pekak). Dan jika engkau menyeru mereka kepada petunjuk, maka dengan keadaan yang demikian, mereka tidak sekali-kali akan beroleh hidayah petunjuk selama-lamanya.
8-Orang yang mendapat hidayah akan bertambah ketaqwaan atau perasaan takut kepada Allah SWT. Surah Muhammad, ayat : 17.
Dan (sebaliknya) orang-orang yang menerima petunjuk (ke jalan yang benar), Allah menambahi mereka dengan hidayah petunjuk, serta memberi kepada mereka (dorongan) untuk mereka bertaqwa.
9-Hidayah tidak akan diberikan kepada mereka yang memiliki sifat zalim. Surah Al-Qasas, ayat : 50.
Kemudian, kalau mereka tidak dapat menerima cabaranmu (wahai Muhammad), maka ketahuilah, sesungguhnya mereka hanyalah menurut hawa nafsu mereka; dan tidak ada yang lebih sesat daripada orang yang menurut hawa nafsunya dengan tidak berdasarkan hidayah petunjuk dari Allah. Sesungguhnya Allah tidak memberi pimpinan kepada kaum yang zalim (yang berdegil dalam keingkarannya).
10-Tidak semua manusia yang akan mendapat Hidayah daripada Allah SWT, hanya mereka yang dipilih oleh Allah SWT sahaja yang akan mendapat hidayah daripada Allah SWT. Surah Al-An'am, ayat : 35.
Dan jika perbuatan mereka berpaling (daripada menerima apa yang engkau bawa wahai Muhammad) terasa amat berat kepadamu; maka sekiranya engkau sanggup mencari satu lubang di bumi (untuk menembusi ke bawahnya) atau satu tangga untuk naik ke langit, supaya engkau dapat bawakan mukjizat kepada mereka, (cubalah lakukan jika engkau sanggup). Dan sekiranya Allah menghendaki, tentulah ia himpunkan mereka atas hidayah petunjuk. (Tetapi Allah tidak menghendakinya), oleh itu janganlah engkau menjadi dari orang-orang yang jahil.
11-Golongan mereka yang terpilih untuk mendapat hidayah Allah SWT. Surah Al-A'raf ayat 178 dan Surah Al-Isra' ayat 97.
Sesiapa yang diberi petunjuk oleh Allah (dengan sebab persediaannya) maka dia lah yang beroleh petunjuk; dan sesiapa yang disesatkan oleh Allah (dengan sebab keingkarannya) maka merekalah orang-orang yang rugi.
Dan sesiapa yang diberi hidayah petunjuk oleh Allah maka dia lah yang sebenar-benarnya berjaya mencapai kebahagiaan; dan sesiapa yang disesatkanNya maka engkau tidak sekali-kali akan mendapati bagi mereka, penolong-penolong yang lain daripadaNya. Dan Kami akan himpunkan mereka pada hari kiamat (dengan menyeret mereka masing-masing) atas mukanya, dalam keadaan buta, bisu dan pekak; tempat kediaman mereka: neraka Jahannam; tiap-tiap kali malap julangan apinya, Kami tambahi mereka dengan api yang menjulang-julang.
12-Golongan yang memperolehi pengajaran daripada kisah-kisah Nabi serta kitab-kitab yang Allah SWT utuskan. Surah Al-Hadid ayat 26.
Dan demi sesungguhnya! Kami telah mengutus Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim, dan Kami jadikan pada keturunan keduanya orang-orang yang berpangkat Nabi dan menerima Kitab-kitab ugama; maka sebahagian di antara mereka: orang yang beroleh hidayah petunjuk, dan kebanyakan mereka orang-orang yang fasik – derhaka
13-Golongan yang hatinya tidak tertawan dengan tawaran dunia yang merugikan. Surah Al-Baqarah ayat 16.
Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan meninggalkan petunjuk; maka tiadalah beruntung perniagaan mereka dan tidak pula mereka beroleh petunjuk hidayah.
14-Golongan yang menyembah Allah SWT dan tidak mengikut hawa nafsu. Surah Al-An'am ayat 65, 55 dan 56.
Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran satu persatu (supaya jelas jalan yang benar), dan supaya jelas pula jalan orang-orang yang berdosa.
Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya aku dilarang menyembah mereka yang kamu sembah yang lain dari Allah". Katakanlah lagi: "Aku tidak akan menurut hawa nafsu kamu, kerana kalau aku turut, sesungguhnya sesatlah aku, dan tiadalah aku dari orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk".
Katakanlah: "Dia lah yang berkuasa menghantar kepada kamu azab seksa (bala bencana), dari sebelah atas kamu, atau dari bawah kaki kamu, atau Ia menjadikan kamu bertentangan dan berpecah-belah – berpuak-puak, dan Ia merasakan sebahagian daripada kamu akan perbuatan ganas dan kejam sebahagian yang lain". Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat keterangan (yang menunjukkan kebesaran Kami) dengan berbagai cara, supaya mereka memahaminya.
15-Golongan yang tidak membunuh anak dan tidak menghalalkan apa yang Allah SWT haramkan.Surah Al-An'am ayat 140.
Sesungguhnya rugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka kerana kebodohan, lagi tidak berpengetahuan (sedang Allah yang memberi rezeki kepada sekalian makhluknya), dan juga (rugilah orang-orang yang) mengharamkan apa yang telah dikurniakan oleh Allah kepada mereka, dengan berdusta terhadap Allah. Sesungguhnya sesatlah mereka, dan tiadalah mereka mendapat petunjuk.
16-Bersedia dan redha dengan pemberian dan dugaan Allah SWT. Surah Al-An'am ayat 82.
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan merekalah orang-orang yang mendapat hidayah petunjuk.
17-Golongan yang tidak mengharapkan balasan sesama manusia. Surah Yasin ayat 20 dan 21.
Dan (semasa Rasul-rasul itu diancam), datanglah seorang lelaki dari hujung bandar itu dengan berlari, lalu memberi nasihat dengan katanya:" Wahai kaumku! Turutlah Rasul-rasul itu -
"Turutlah orang-orang yang tidak meminta kapada kamu sesuatu balasan, sedang mereka adalah orang-orang mandapat hidayah petunjuk".


مَّنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدي لِنَفْسِهِ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً
"Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah(Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul."
(Surah Al-Isra 17: Ayat 15)





http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/cahaya-hidayah.html

Bebaskan Diri Dengan Syariat

Bebaskan diri dengan syariat (baca betul-betul), bukan "dari syariat" . Menjadi hamba Allah dengan erti kata sebenar... itulah hakikat kemerdekaan diri kita. Dan untuk cuba menjelaskannya, mari kita ikuti tulisan ini...
Seorang isteri memberitahu dia terpaksa menipu suaminya setiap kali ingin balik kampung menziarahi orang tuanya. Menurutnya dia terpaksa berbuat demikian kerana suaminya tidak berapa suka dia menemui kedua ibu-bapanya. Jadi, tidak ada jalan lain baginya selain 'curi-curi' balik di belakang suami. Alasan yang sering diberikan, kerja banyak di pejabat atau sekali-sekala terpaksa 'out station'.
Cerita di atas saya dengar dari mulut seorang sahabat. Dan dia mendengar luahan isteri itu menerusi radio dari sebuah stesyen yang diminati ramai. Saya tanyakan padanya, bagaimana respon orang ramai yang mendengar? Beliau menjawab, "hampir semua menyokong. Malah memberi galakan untuk dia terus berbuat demikian."
Saya diam. Sekali imbas, memang patut siisteri berbuat demikian. Tetapi kemudiannya, saya terfikir... logik kita tidak semestinya sama dengan syariat Allah. Seringkali apa yang kita fikirkan patut, tidak patut pada pandangan Allah.
Apabila dirujuk kepada syariat, apapun alasan dan hujahnya, dia tidak boleh berbuat demikian. Walaupun tegahan suami patut atau tidak patut, ada alasan atau semata-mata emosi, tetapi itu bukan alasan untuk siisteri mengengkari suaminya. Isteri yang solehah akan mematuhi suaminya walaupun dengan kepatuhan itu dia terpaksa membelakangkan ibu-bapanya. Walaupun kepatuhan itu tidak menutup pintu perundingan, namun apabila suami membuat sesuatu keputusan maka isteri wajib mematuhinya.
Moral kisah di atas ialah dalam apa juga keadaan, seorang Islam tidak boleh memandai-mandai dalam membuat keputusan. Baik kita sebagai isteri, suami , pemimpin ataupun rakyat, wajib merujuk kepada syariat dalam setiap perlakuan, keputusan dan pertimbangan. Percayalah pada setiap sekecil-kecil perkara hingga kepada sebesar-besarnya, hukum syariat yang lima – wajib (halal), haram, sunat, makruh dan harus sentiasa memantau kita.
Apakah sekecil-kecil perkara yang boleh dijadikan contoh? Katalah menguap. Itu satu contoh yang sangat kecil, Bagi sesetengah orang menguap hanyalah soal remeh. Tetapi sebenarnya tidak begitu. Menguap itupun tertakluk pada lima hukum. Menguap boleh jadi wajib, boleh jadi haram, sunat, makruh atau harus. Bagaimana ya?
• Menguap jadi wajib sekiranya dengan tidak menguap boleh memudaratkan tuan punya badan. Katalah kita terlalu mengantuk... menguap adalah tindakan biologi seseorang yang mengantuk. Tetapi oleh kerana kita malu (di khalayak ramai atau di majlis-majlis tententu), kita menahan diri untuk menguap sehingga ke tahap yang boleh memudaratkan (jatuh pengsan atau sakit kepala). Maka ketika itu wajib kita menguap. Wajib ertinya, perlu menguap dan diberi pahala. Sekiranya tidak menguap jatuh dosa.
• Menguap jatuh haram sekiranya kita pura-pura menguap untuk menyakitkan hati orang lain. Katalah semasa mendengar satu ceramah, kita bosan dan benci pada penceramahnya. Lalu kita pura-pura menguap untuk 'memberitahu' penceramah kita benci atau bosan. Menguap ketika itu menjadi isyarat untuk 'menghalau' atau menyuruh sipencermah sakit hati dan berhenti. Pada waktu itu menguap jatuh haram. Dibuat berdosa, ditinggalkan berpahala.
• Menguap hukumnya sunat jika dilakukan mengikut sunnah Rasulullah, yakni dengan menutup mulut dan membaca taawwuz . Kerika itu berdoa kelihatan sopan dan tertib sekali. Bukan sahaja indah dipandang mata manusia, tetapi disukai oleh Allah. Dengan menguap seperti itu, hukumnya sunat. Sangat digalakkan dan diberi pahala.
• Menguap hukumnya harus dalam mana-mana posisi tubuh. Harus menguap dalam keadan berdiri, duduk atau berbaring. Tidak semestinya menguap mesti dalam keadaan duduk. Ertinya, boleh menguap dengan 'gaya bebas'. Harus hukumnya.
• Bila menguap jatuh makruh? Perbuatan makruh, walaupun tidak haram, tetapi ntidak disukai Allah dan hodoh pada pandangan manusia. Menguap jatuh makruh sekiranya dilakukan tanpa sopan misalnya membuka mulut lebar-lebar tanpa menutupnya. Hingga dengan itu kelihatan begitu buruk dan cela dipandang orang. Allah tidak suka cara menguap begitu. Kebencian Allah ke atas perkara-perkara makruh, walaupun tidak berdosa tetapi elok sangat ditinggalkan. Malah, jika ditinggalkan berpahala pula.
Ya, tujuan saya bukan untuk menjelaskan prinsip dan soal-soal kaedah menguap sebenarnya. Tetapi apa yang ingin saya paparkan, sekiranya dalam soal sekecil-kecil seperti menguap itupun ada lima hukum yang menyuluh, tegasnya da kemungkinan mendapat pahala dan dosa, redha atau murka Allah... apalagi dalam soal-soal yang lebih besar seperti soal makan-minum, berpakaian, mengatur famili, mengatur sistem kewangan dan ekonomi, pendidikan, budaya, hiburan hinggalah kepada urusan pentadbiran dan pemerintahan negara.
Anehnya, ramai manusia termasuk orang Islam masakini seolah-olah ingin lepas bebas daripada syariat. Apa yang difikir, dipertimbangkan dan diputuskannya tidak langsung dikaitkan dengan syariat. Semuanya berasaskan logik akal dan dorongan emosi. Pada pendapat saya, pada hemat aku.... Begitulah yang kerap kita dengar. Bila diperingatkan hidup mesti berpandukan syariat, tidak kurang yang merasakan itu seolah-olah mengikat. Tidak merdeka. Ketinggalan zaman. Terlalu ideal. Begitu sesetengah pihak membuat tanggapan.
Bebas daripada syariat, bererti bebas dariapada Allah. Dan bebas daripada Allah bererti terikat dengan hawa nafsu. Hawa nafsu akan membawa kepada kemusnahan diri dan orang lain. Bebas tapi terbabas. Kembali kepada cerita isteri dan suami di awal tulisan ini... jika suami merujuk kepada syariat, dia tidak `kan 'sekejam' itu. Bukankah syariat menetapkan ibu dan bapa mertua berkedudukan sama seperti ibu dan bapa kita kita sendiri? Seorang suami perlu mentaati, mengasihi bahkan menyayangi ibu dan bapa mertuanya dengan sepenuh hati. Berpandukan syariat sisuami tidak akan menjadi pemisah kasih-sayang anak (isterinya) dengan bapa dan ibunya (ibu dan bapa mertuanya).
Berpandukan syariat juga, seorang isteri tidak boleh 'mencuri-curi' menziarahi ibu-bapanya kerana membuat sesuatu tanpa izin suami (dalam konteks ini keluar rumah) adalah haram hukumnya. Walaupun hati sangat ingin, tetapi kawallah keinginan itu kerana Allah demi mematuhi suami. Ingatlah, ketika itu siisteri bukan mematuhi suami secara membuta tuli, tetapi hakikatnya mematuhi Allah. Ingatlah, kepatuhan kita kepada suami akan menjadikan kita isteri yang solehah, dan isteri yang solehah akan dapat menyelamatkan kedua ibu-bapanya kerana itu merupakan 'amal jariah' yang berterusan pahalanya untuk kedua ibu-bapa kita.
Pemikiran berasaskan Tauhid (Tauhidic Mindset) perlu ada pada setiap kita. Bila pemikiran Tauhid ini kukuh secara otomatik kita akan merujuk kepada syariat dalam apa jua kelakuan dan tindakan. Bila kita yakin Allah Maha Bijaksana, tergamakkah kita mendahului 'kebijaksanan' kita dengan membelakangkan kebijksanan-Nya? Bahkan kita akan sentiasa memastikan kebijaksaan kita yang kecil dan kerdil ini tunduk kepada kebijaksanaan-Nya yang tiada bandingan dan tandingan itu. Hati akan sentiasa terdetik, apa 'kata' Allah dalam setiap situasi dan kondisi yang sedang kita hadapi.
Seorang sahabat, pernah menghadiahkan saya sebuah buku 'Halal Dan Haram Dalam Islam' karangan Dr. Yusuf Qaradhawi – dan saya merasa buku yang sarat ayat Quran dan hadis itu sangat berguna sebagai teman rapat dalam kehidupan. Menurut ulama, iman itu bukan sekadar kepercayaan dan keyakinan, tetapi tindakan dan kepatuhan. Sungguhpun kekadang kita belum nampak 'hikmah' dan kebaikan di sebalik hukum syariat – dan ketika itu hati kita bertanya, kenapa begitu, tidak begini?
Yakinlah, bahawa saat itu sebenarnya akal kita 'tidak sampai' buat menjangkau kejituan dan kemurnian syariat. Bukan syariat itu tidak indah, tetapi akal dan hati kita yang rabun atau buta... seperti kelelawar yang tidak dapat melihat pada waktu siang. Bukan siang yang tidak cerah, tetapi mata kelawar yang tidak mampu menatapnya! Jadi setiap kali terasa begitu katakan pada diri, "ya allah, aku tidak nampak lagi di mana hikmah-Mu menetapkan demikian. Ilmuku yang terbatas tidak mampu menjangkau ilmu-Mu yang Maha Luas. Tetapi aku tetap yakin... Engkau Maha Benar yang Allah. Syariat-Mu tetap benar, betul dan baik." Ingat selalu, terikat dengan syariat itulah kemerdekaan yang sebenarnya!




http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/bebaskan-diri-dengan-syariat.html

Mencari Kerdipan Yang Hilang

Kadangkala,
Kita terpaku mencari jawapan kehidupan,
Berlari dan terus berlari,
Mengharapkan penghujung yang sejati,
Tercungap-cungap mencari nafas ketenangan hakiki,
Lantas kita berhenti sebentar,
Refleksi diri yang kian gentar,
Bertanya semula kepada kalbu yg keletihan,
Apa yang engkau lari-larikan?
Apabila hakikatnya,
Kebahagiaanmu tersuluh di depan mata,
Kemuliaanmu terpancar hatta di celah-celah kota,
Walau dunia penuh pancaroba,
Dirimu sentiasa menanti masa,
Mencari, dan terus mencari.
...Kerdipan Yang Hilang...
Kilauan kerdipan mereka laksana bulan yang hadir pada malam hari, menerangi seluruh pelosok dunia dengan kecantikan budi pekerti dan akhlak yang terpuji.
Ketika Allah menciptakan mereka, kesemuanya harus menjadi seorang yang istimewa. Dikurniakan dengan bahu yang cukup kuat untuk menampung fatamorgana dunia. Namun, harus cukup lembut untuk memberikan ketenangan dan kebahagiaan.
Meskipun dilitupi dengan 'selendang islami' dan hijab kemuliaan, mereka dikurniakan Allah dengan kekuatan dalaman yang abadi, cukup kuat untuk melahirkan anak dan menahan mehnah tribulasi yang seringkali datang daripada anak itu..
Allah menguji mereka dengan kekerasan dan kesengsaraan agar dirinya tetap tabah ketika orang lain sudah menyerah. Mengasuh keluarganya meskipun ditemani dengan penat lelah yang tidak pernah henti walau sesaat.
Allah memberikan kefahaman dan sifat penyayang yang tinggi kepada mereka, demi menahan kerenah anak-anak yang sering menyakitkan hati mereka, tetapi tetap jua anak itu disayangi tanpa kurang walaupun sedikit.
Allah memberinya kekuatan untuk 'mendukung' suaminya yang dilanda kegagalan dan kesusahan. Melengkapi 'tulang rusuk' kebahagiaan yang selama ini dicari.
Dikurniakan air mata untuk dititiskan. Namun, ramai yang tidak tahu, titisan-titisan itulah yang telah banyak melahirkan 'lautan ibrah' yang luas terbentang buat tatapan sanubari.
Itulah mereka. Insan-insan yang bergelar WANITA.
Kalianlah pencorak masa hadapan dunia. Tidak ada insan selain Nabi Adam yang melihat dunia ini tanpa bermula daripada rahim seorang insan yang bergelar wanita. Keluarkanlah nama-nama yang tersemat di lubuk pemikiran kita, hebat ataupun tidak insan tersebut. Mereka semua melalui alam rahim yang sama seperti kita semua, diasuh dan dijaga dengan penuh kasih sayang. Daripada saat kita merangkak, berjalan sehinggalah mampu berlari, insan-insan ini tidak pernah meninggalkan kita.
Maka, adakah sesiapa yang berani merendah-rendahkan kaum ini ?
Ya. Kita yang bergelar ar-rijal (lelaki).
Mengakulah betapa kesengsaraan akan menimpa dirimu tanpa belaian kasih dan sayang daripada kaum yang bergelar wanita ini.
Mengakulah betapa hati-hatimu sentiasa teruji hatta hanya dengan mendengar bingkisan suara mereka yang penuh kelunakan.
Sedangkan Adam sunyi tanpa Hawa. Apakah agaknya yang tiada di Syurga ?
Masihkah kita tidak ingin mengaku kehebatan mereka yang bisa melentur peribadimu secara total?
Tetapi,
Mengapa golongan ini juga yang engkau permain-mainkan maruahnya?
Kenapa mereka juga yang engkau siul-siulkan di tengah jalan itu?
Kenapa srikandi-srikandi ini juga yang engkau rosakkan akhlak dan peribadinya?
Diri kita fitrahnya dilahirkan sebagai seorang pemimpin. Untuk membimbing kaum hawa ini satu obligasi, bukan ilusi.
Dirimu adalah Qowwamun (Pelindung) kepada wanita, bukannya perosak.
Mengajak mereka berdua-duaan di tempat gelap itu bukan 'melindungi' namanya.
Bicara manis dan romantis di telefon dan SMS itu pula hanyalah 'insuran' palsumu. Sedangkan sijil nikahmu dengannya pun belum ada, betapa beraninya dirimu mengatakan akan mendaki Gunung Everest dan merentas lautan api demi meraih cintanya.
Cinta? Itu sesuatu yang agak panjang untuk kita bincangkan.
Apa yang penting, cinta kepada insan itu terletak pada pembentukan Baitul Muslim mu. Bukan pada hubungan-hubungan palsu yang kita 'jaga' dan sanjungi itu.
Cinta itu juga Islam. Maka, keadaannya perlulah Islam, pengakhirannya perlulah Islam, bukannya disaluti dengan nafsu yang bergejolak.
Maka, bertanyalah semula kepada diri kita. Adakah kita sedang 'memimpin' cinta kita ke arah syurga? Ataupun ke arah neraka?
Duhai dikau yang bergelar srikandi.
Dirimu pada dasarnya dicipta dengan penuh kemuliaan. Dikurniakan dengan sesuatu yang mustahil dimiliki oleh ayah, adik, dan abangmu.
Ketahuilah betapa suara lunakmu bisa menggegarkan dunia.
Sedarilah betapa pandangan dan peribadimu melahirkan ibrah yang menggunung.
Dirimu begitu berharga sebagai penenang hati-hati yang sedang gundah gulana.
Dirimu lebih kuat daripada yang apa engkau sangkakan.
Sedangkan sebuah kerajaan pun boleh jatuh disebabkan seorang wanita. Apatah lagi untuk menghancur-luluhkan kehidupan seorang lelaki yang berpenyakit hatinya.
Engkau ibarat mawar yang berduri. Sentiasa berdiri menahan bayu cabaran yang mendatang. Hatta kumbang datang untuk membinasa, duri dahanmu tetap bersedia, tetap tidak pernah hilang harga diri, meski dipujuk dan dirayu oleh nafsu sendiri. Melainkan syariat yang memberi.
'Facebook' dan blog itu bukan tempat manifestasi kecantikan paras rupamu.
Nilai maruahmu begitu tinggi untuk ditayangkan kepada yang bukan hak.
Jangan! Jangan digadaikan untuk sesuatu yang tidak setaraf dengan nilai harga dirimu ya ukhti.
Kecantikanmu bukan pada paras rupa, tetapi lebih kepada akhlak dan peribadimu yang suci itu.
Seorang wanita solehah dalam kalangan kalian itu hakikatnya lebih baik daripada 70 orang lelaki soleh. Tidak hairanlah sekiranya dirimu mendapat pengiktirafan 'sebaik-baik perhiasan dunia, adalah wanita yang solehah'.
Wanita solehah itu,
Teguh menjunjung syariat Allah. Dia tidak akan pernah membiarkan dirinya menjadi busur panahan syaitan. Diperalatkan untuk mengumpan kaum Adam yang kadangkala terlalu gopoh dengan hawa nafsu masing-masing.
Wanita solehah itu,
Sentiasa tenang jiwa sanubarinya. Mengingati Allah di saat suka dan duka.
Ya. Hatta diuji dengan ujian yang boleh sahaja membuatkan insan lain tersungkur jatuh. Tetapi bukan engkau, kerana kelebihanmu terletak pada ketenangan dan kesucian hatimu di sisi Allah SWT.
Betapa tingginya darjatmu di sisi Islam.
Betapa mulianya kedudukanmu di sisi para suami yang mencintaimu kelak.
Maka, mengapa perlu berfikir dua kali apabila Allah arahkan untuk menutup aurat ya ukhti?
Mengapa perlu ditayangkan perhiasan-perhiasan yang tidak berhak dipandang oleh lelaki-lelaki ajnabi itu ya ukhti?
Bukannya kalian tidak tahu..hati ar-rijal (lelaki) itu mudah sahaja bergetar melihat diri kalian semua. Mencari kesempatan yang kini ada daripada kalian yang memberinya dengan mudah. Kemudian terlahirlah pelbagai kemaksiatan yang bertunjangkan kepada satu masalah keimanan kita kepada Allah SWT.
Pandangan Allah ataupun pandangan manusia. yang mana satukah agaknya prioriti utama yang kita jadikan sebagai pemandu tindak laku kita di dunia ini?
Wahai srikandi-srikandi syurga.
Bukanlah artis-artis dunia yang menjadi idola kalian.
Bukan juga yang terlari daripada landasan matlamat yang hakiki.
Kalian menjadi sayap kiri kepada kebangkitan Islam di dunia ini, bersama-sama berjuang dengan para Muslimin.
Sejarah mencatatkan banyak jejak-jejak srikandi yang begitu tabah lagi halus peribadinya. Mengapa bukan mereka yang menjadi contoh ikutan utama?
Sesetengah orang pernah berkata, sejarah itu ibarat pentas bermain wayang. Dibaca dan kemudian diulang, dan diulang, dan diulang. Berapa kali pengulangankah agaknya yang diperlukan oleh diri kita untuk menyedari kehebatan para mujahidah Islam dahulu kala?
Kesetiaan pengorbanan Siti Khadijah Binti Khuwailid hampir lupus dek zaman 'futuristik' muda-mudi.
Kebijaksanaan Aisyah Binti Abu Bakar seolah-olah sesuatu yang benar-benar luar biasa bagi kita semua.
Ketabahan Fatimah, Mashitah dan Siti Hajar pula nampaknya hanya dipelajari dengan titisan air mata. Kesayuan dan kesedihan yang selalu tidak mempunyai penyusulan.
Ya ukhti.
Sumayyah mengukir sejarah kerana kemantapan akidahnya kepada Allah SWT, meskipun pada saat itu Islam belum lagi melakar dua pertiga dunia. Tetapi kisah dirinya benar-benar membuatkan kita sebak.
Kita pula? Apa sejarah yang ingin kita lukiskan dalam kehidupan kita ini?
Kita tahu dan kita percaya. Tidak mustahil untuk kita membentuk semula peribadi insan-insan yang luar biasa ini. Cuma persoalannya, siapa?
Tidak kira yang lelaki mahupun wanita. Kita wajar mencontohi kehebatan mujahidah-mujahidah islam ini dengan mengambil ibrah daripada lembaran perjuangan mereka yang tidak pernah gentar menghadapi musuh, kerana diri merekalah contoh wanita solehah yang terbaik buat kita semua.
Merekalah...
Kerdipan yang hilang itu.
Ya Rijal dan Nissa.
Janganlah kita biarkan kerdipan itu pergi begitu sahaja. Carilah kilauannya yang terang itu. Kesemuanya sudah tersuluh, cuma menunggu masa untuk kita memakai 'kaca mata' iman dan Islam kita.
Marilah kita sama-sama menukar paradigma kita. Meletakkan sesuatu itu di landasan yang hakiki, lantas mampu membuat keputusan dengan minda yang mustanir (cemerlang). Insya Allah, suatu masa nanti, pasti kerdipan yang hilang itu akan kembali menerangi kegelapan dunia.
" Dan di antara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya, bahawa Ia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikan-Nya di antara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan". (Ar-Rum 30:21)




http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/mencari-kerdipan-yang-hilang.html

Penggoda Cinta Yang Malu

Ada yang bertanya mengapa diri tertanya-tanya juga, kenapa cinta selepas kahwin (yang usianya telah bertahun-tahun) tidak sehangat dulu. Dulu, berpisah terasa rindu... tetapi kini lain sekali. Walaupun masih ada rasa rindu, tetapi tidak lagi sehangat dulu. Rinxdu itukan buah cinta, jika tidak ada rindu ertinya tidak ada buah cinta. Cinta yang tidak berbuah, tentulah cinta yang layu!
Bila berjauhan, ada juga berkirim sms, tetapi tidaklah sekerap dulu. Sekadar bertanya, apa khabar di sana? Macam mana anak-anak? Atau sekadar minta doanya. Tidak ada lagi kalimah cinta berbunga-bunga. Atau pujuk rayu yang sayu-sayu. Ah, biasa-biasa sahaja.
Betulkah selagi cinta itu diburu, ia akan indah. Tetapi bila ia telah dimiliki, keindahannya akan pudar sedikit demi sedikit. Kata orang tua dahulu, bila jauh (masih belum dimiliki) berbau bunga, bila dekat (sudah hari-hari di sisi) keharumannya tiada lagi. Ah, begitukah adat dunia?
Kata sesetengah lelaki (entah species mana), wanita kelihatan cantik selagi tidak menjadi isteri kita. Setelah menjadi isteri, kecantikannya akan hilang. Jika semua lelaki berpandangan begitu, rosaklah dunia. Ini semua gara-gara nafsu yang tidak pernah puas dengan apa yang ada. Kehendaknya tidak terbatas. Kerenahnya tidak kenal puas. Melayani nafsu bagai meminum air laut, semakin diminum semakin haus.
Kata orang itulah sebabnya lelaki berpoligami. Dia tidak cukup dengan satu. Hujjah itu salah sama sekali. Jika lelaki itu rakus nafsu, bukan setakat dua, tiga dan empat, bahkan lima, enam, tujuh wanita sekalipun dia tidak akan pernah puas. Lihat sahaja Tiger Woods yang mengaku berselingkuh dengan 120 wanita! Poligami bukan untuk maladeni (melayan) nafsu lelaki ini , tetapi kerana ada hikmah lain yang lebih murni.
Kita tinggalkan lelaki yang bersifat 'jantan' itu. Mari kita bicarakan soal wanita pula. Wanita yang telah menjadi isteripun ada salahnya. Selepas sahaja dia bergelar isteri, semuanya menjadi terlalu 'murah'. Tidak semahal seperti sebelum kahwin dahulu. Malunya sudah kurang. Tidak pandai 'jual mahal' untuk mendapat perhatian suami.
Jika dulu puas berbedak, berhias sebelum bertemu suami, setelah berkahwin lain pula ceritanya. Bau badan tidak dijaga, asyik 'mendedah aurat' (maksudnya berpakaian tidak sempurna) tanpa mengira masa dan tempat. Bila setiap masa terdedah, di mana indahnya? Ingat selalu, seni memikat hati suami. Apa salahnya menggoda suami sendiri?
Kalau dahulu suapan makanan pun dijaga, dibuat penuh tertib dan kecil-kecil. Menguyah makanan pun tidak kedengaran bunyinya. Sunggup sopan, persis gadis pingitan. Maaf, lepas beberapa bulan berkahwin, kesopanan dan ketertiban itu semakin mengurang. Cara duduk, tidak dijaga lagi. Menguap tanpa menutup mulut. Suaranya... tidak semerdu, ketawa, ha.. ha.. ha.. berdekah-dekah. Mana hilang malunya?
Jangan terkejut jika kita 'menjual' terlalu murah, orang akan meragui kualitinya. Suami akan berhenti 'memburu' anda jika anda terlalu jinak dan murah. Ini bukan bermaksud untuk mendorong anda menjadi terlalu liar atau terlalu mahal... tetapi belajarlah malu-malu seperti mula-mula kahwin dahulu. Insya-Allah, suami anda akan menjadi pemburu yang merancang seribu satu taktik dan strategi untuk memikat dan mendapatkan kasih-sayang anda. Biar dia menjadi pemburu cinta mu!
Jika isteri berjaya mengekalkan rasa malu, dia akan dapat mengekalkan sifat, kelakuan dan personaliti yang menarik perhatian suami. Dia akan dirindui bila jauh, akan disayangi bila dekat. Dia dilihat cantik sebelum bergelar isteri dan akan menjadi lebih cantik selepas itu. Sesungguhnya, malu itu satu perhiasan dalaman sama seperti permata yang menjadi hiasan luaran.
Ya, seperti permata. Ia selalu disimpan dalam bekas yang cantik. Diletakkan dalam almari dan dikunci. Hanya sekali-sekali dibuka dan untuk orang yang tertentu sahaja. Permata tidak dipamerkan merata-rata atau dibiarkan terdedah sentiasa. Jika terdedah sentiasa, itu bukan permata, itu hanya kaca. Maka begitulah dengan malu. Ia akan mendorong siisteri mengekalkan keanggunan, perhiasan diri dan kejelitaannya.
Belajarlah dari bulan mengambang. Bulan hanya mengambang sekali-sekala... Bulan tidak mengambang setiap malam... kerana dengan mengambang sekali-sekala itulah pungguk jadi perindu, manusia tertunggu-tunggu. Begitulah isteri yang masih malu, suami akan menjadi perindu.
Bagaimana pula gaya seorang perindu? Ah, memburu cinta perlu bergaya. Jika yang diburu itu indah, yang memburu juga akan memperindahkan dirinya. Kita tidak akan menyentuh permata dengan tangan yang kotor. Kita tidak akan tega mengusapnya dengan tangan yang berbau. Yang indah perlu disentuh dengan yang indah jua. Yang harum perlu ditantang dengan yang harum juga.
Jadi bagaimana? Ya, bukan untuk para isteri sahaja, untuk suami juga perlu ada malunya. Jika anda inginkan isteri anda berhias, anda bagaimana? Tegakah kita asyik berkain pelikat, berbaju T dengan perut 'boroi', rambut kusut tak bersikat tetapi mengharap isteri tampil sebagai ratu untuk melayan kita? Maaf, kalau itulah 'umpannya' anda akan dapat 'ikan' yang begitu juga.
Ingat selalu hukum pantulan, apa yang kita berikan akan kita terima semula sebagai balasan. Jika buruk yang kita tampilkan, maka yang buruk juga akan datang sebagai balasan. Begitulah juga dengan hukum tarikan, yang baik akan menarik yang baik, yang cantik akan menarik yang cantik.
Suami inginkan isteri berubah, tetapi kenapa anda berada ditakuk lama juga? Ingat, perubahan andalah yang akan merubah orang lain. Ubahlah penampilan diri. Kalau isteri jadi penggoda, anda harus jadi pemikat. Bagaimana ya? Jangan tanya bagaimana, jika kita sudah ada kemahuan. Kemahuan akan menyebabkan anda memperoleh pelbagai cara. Kata orang, dunia akan menyediakan jalan kepada orang yang mempunyai tujuan.
Jadi, bertanyalah dengan diri, mana minyak wangi yang menjadi daya pemikat isteri waktu mula bertemu dahulu? Mana kata-kata manis yang menjadi madah cinta waktu bercanda dulu? Mana wajah prihatin, muka simpati dan empati serta senyuman yang ikhlas ketika mula-mula bersama dulu? Carilah, kita tidak terlalu tua untuk itu. Apakah ada had usia untuk melakukan suatu kebaikan?
Usahakan semula segalanya dengan membina semula rasa malu. Dan ingat bahawa rasa malu itu ada kaitan dengan iman. Iman dan malu lazim berlaziman. Jika terangkat iman, terangkatlah juga rasa malu. Sebab itu kata hukama, "bila kau hilang malu lakukanlah segalanya." Maksudnya, bila rasa malu hilang, kita tidak akan fikir haram dan halal lagi... semuanya dilanggar tanpa segan-silu lagi. Antara ciri isteri yang solehah ialah isteri yang mengekal rasa malunya terhadap suami sehingga hidung suami tidak mencium sesuatu yang busuk dan mata suami tidak akan terpandang sesuatu yang buruk padanya.
Ya, diantara perbezaan insan dengan haiwan, selain insan punya fikiran ialah rasa malu. Malu itu sesuatu yang sangat berharga, ia adalah perhiasan di depan orang yang kita sayangi. Bahkan dalam Islam, malu dan iman sering disinonimkan. Ertinya, untuk mencari semula rasa yang malu yang dulu, samalah seperti menyusur semula jalan iman. Jika kita temui iman, maka secara automatik akan ada rasa malu.
Rasulullah SAW sendiri sangat menghargai sifat malu. Sehinggakan baginda akan berhias dan bersedia lebih daripada kebiasaannya apabila Sayidina Usman datang menemuyinya. Kenapa? Ini kerana sayidina Usman adalah seorang sahabat yang begitu terkenal dengan sopan santun dan malunya.
Inilah malu yang bertempat dan tepat pula masanya. Justeru, suburlah rasa cinta dalam rumah-tangga dengan menyuburkan semula rasa malu.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/penggoda-cinta-yang-malu.html