Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Sabtu, 07 Juli 2012

Keajaiban Sebuah Kelembutan

Kelembutan memberikan pengaruh besar dalam sebuah rumah tangga. Anugrah Allah yang satu ini, yang biasanya menjadi hak milik para istri, akan selalunya memberikan sebuah kebahagiaan. Kelembutan berarti berarti bersabar memahami orang lain, Kelembutan berarti ikhlas dalam senyum menerima apapun yang terjadi dan mewujudkannya dalam sikap yang terbaik, kelembutan berarti membalas betapapun sakitnya perlakuan orang lain dengan sebuah pembalasan yang justru dapat membahagiakannya. Kelembutan juga berarti menegur kesalahan dan menyatakan kesalahan orang lain tanpa harus menyakiti.
Absennya sikap ini membuat semuanya seringkali kacau, betapa tidak, walaupun seseorang mempunyai niat baik yang besar sekalipun dalam memulai sesuatu, namun jika hal tersebut disampaikan dengan cara yang kasar, maka akhirnya akan pasti tidak membahagiakan.

Ingatkah kita kisah tentang Rosululloh SAW yang selalu diludahi oleh seorang yahudi, yang mana Rosululloh SAW tidak pernah membalasnya dengan tindakan yang sama, malahan ketika si yahudi jatuh sakit, beliau SAW membalasnya dengan menjenguk si yahudi ke rumahnya.

Dan yang terjadi selanjutnya ternyata keluhuran dan kelembutan akhlak Rosululloh telah meruntuhkan segala kedengkian dan kerasnya hati si yahudi dan memberikan kesan dihatinya, sehingga tanpa diminta dan dipaksa, si yahudi tersebut akhirnya menyatakan keislamannya di hadapan Rosululloh SAW. Subhanallah...

Kehidupan yang tidak lepas dari sebuah masalah dan ujian, biasanya melahirkan suasana getir dan tegang yang menyebabkan hati menjadi sedikit keras. Begitu pula dalam kehidupan berumah tangga. Betapa bahagianya jika para suami memiliki pendamping yang menyejukkan hati dalam bersikap dan berkata. Betapa damainya seorang suami yang memiliki istri yang tidak pernah memakai kata "aku ingin.." sebagai pencerminan dari egonya, kecuali pada kalimat: aku ingin semua orang yang ada di sekitarku bahagia. Ya, ternyata tidak perlu menjadi sangat cantik,untuk disayang suami, karena dengan bersikap lembut, para istri telah memiliki kecantikan yang tak terbatas. Hal ini juga menjadikannya layak untuk disayang, bukan hanya suami, namun dengan semua orang disekitarnya, bahkan benda mati sekalipun.

Kelembutan seorang wanita bukan berarti sosok yang lemah ataupun gampang menangis, justru dengan adanya kelembutan itulah seorang wanita sebenarnya memiliki kekuatan yang luar biasa. Kekuatan itu sendiri adalah, bahwa kelembutan seorang wanita bisa meluluhkan hati laki-laki yang keras sekalipun. Betapa bahagianya seorang suami yang mendapati partner hidupnya tersebut menegurnya dengan cara yang lembut, dan elegan. Karena sudah menjadi sebuah kemakluman bagi semua istri bahwa biasanya seorang suami memiliki sebuah "gengsi" yang tidak mau di otak atik oleh siapapun. Ya itulah laki-laki, para suami kita. Dan sekali lagi, semua itu akan tertaklukkan bukan justru dengan sebuah sikap kasar apalagi kekerasan, sifat lemah lembut mampu membawa mereka yang sedang terlupa untuk kembali kepada aturan dan jalan Allah subhanahu wata'ala. Kelembutan berarti meluruskan dengan tanpa mematahkannya, dan memperbaiki dengan tanpa merusak satupun dari sisi-sisinya.

Kelembutan juga berarti sinergi antara akal dan hati dan hal ini selalu berakhir dengan kebahagiaan. Kelembutan tidak usah membeli dan rasa sayang sudah ada pada setiap diri. Dan tergantung pada kemauan kita masing masing- masing untuk mau melaksanakannya atau tidak. Sungguh, kedengaran berat sepertinya. Tapi itulah contoh teladan yang diwariskan oleh orang-orang pilihan terdahulu kepada kita. Dan dengan menjadikan diri kita bersemangat dan berusaha melatih diri agar senantiasa mampu bersikap lembut dan peka rasa ketika berinteraksi dengan siapapun, terutama dengan sang suami, maka insyaallah kita akan menjadi sumber kebahagiaan yang menyejukkan.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/keajaiban-sebuah-kelembutan.html

Mau Masuk Surga, Tempuhlah Jalannya!

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menjanjikan surga bagi hamba-hamba yang taat kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah yang telah menjelaskan semua jalan ke surga dan menyuruh umat untuk menempuhnya, juga kepada para keluarga dan sahabatnya.
Allah telah menyiapkan surga bagi para hamba yang takwa. Kenikmatannya tak ada bandingannya. Allah menggambarkannya sebagai kenikmatan yang tak pernah dilihat mata, didengar telinga, dan terbersit dalam hati hamba. Maka bayangan seseorang tentang kenikmatan surga tak akan pernah sama persis dengan hakikatnya.
Sesungguhnya semua yang ada di dunia tidak akan bisa menyamai sedikit saja dari kenikmatan surga. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan,
مَوْضِعُ سَوْطٍ فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Satu tempat di surga yang sebesar cambuk lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. al-Bukhari, Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya dari Sahal Bin Sa’id al-Sa’idi)
وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ
“Demi Allah! Tidaklah dunia dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian yang memasukkah satu jarinya ke laut, -hendaknya dia melihat, apa yang didapatkannya.” (HR. Muslim)
Maksudnya, bahwa bila pendeknya waktu dunia dan kenikmatannya yang fana dibandingkan dengan abadinya akhirat dan kenikmatannya, tidak lain kecuali seperti air yang menempel pada jari tangan seseorang setelah dicelupkan di laut dengan banyaknya air laut, sungguh tidak sebanding. (Lihat Syarah Shahih Muslim milik Imam Nawawi)
Dalam riwayat Thabrani yang disebutkan Syaikh Wahid Abdul Salam Bali dalam Shifat al-Jannah, perhiasan penghuni surga yang paling rendah kualitasnya lebih baik daripada seluruh perhiasan penduduk surga.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga pernah menjelaskan tentang beberapa macam pahala yang akan diberikan kepada orang yang mati syahid, beliau bersabda; “Dikepalanya dipakaikan mahkota kebesaran yang mana satu mutiara Yakutnya lebih baik daripada dunia seisinya.” (HR. al-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Maka siapa yang mengetahui keutamaan kenikmatan akhirat (surga) yang kekal dan tidak akan punah dibandingkan kenikmatan dunia -seindah dan sebanyak apapun itu- yang pasti akan hilang dan punah, maka dia tidak akan mengutamakan yang fana atas yang abadi. “Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” (QS. Al-Nahl: 96)
Orang berakal pasti akan mengutamakan kebaikan akhiratnya dan menempuh jalan yang bisa menghantarkan ke sana dengan tetap melaksanakan kebutuhan materi dan dunianya. Allah Ta’ala berfirman,
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)
Apa Amalan Ahli Surga?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah al-Harrani rahimahullaah menyatakan bahwa tidak mungkin mengungkap semua amalan-amalan ahli surga dengan rinci. Namun secara global amalan ahli surga semuanya masuk kategori ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan itu teringkas dalam iman dan takwa, yang mencakup amal batin dan dzahir.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ
“Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” (QS. Al-Nisa’: 13-14)
Berikut kami paparkan beberapa amalan ahli surga yang beliau rahimahullaah sebutkan secara rinci dalam Majmu’ Fa tawanya: 2/387-388:
Amalan-amalan ahli surga: iman kepada Allah, Para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, dan hari akhir serta beriman kepada qadar (takdir) yang baik maupun yang buruknya.
Amalan ahli surga: Bersyahadat Laa Ilaaha Illallah (Tiada Tuhan yng berhak diibadahi kecuali Allah) dan Muhammad rasulullah (Nabi Muhammad adalah utusan Allah), mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadlan, dan berhaji ke Baitullah. Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah meliha-Nya, dan jika tidak bisa, maka yakinilah bahwa Dia melihatmu.
Di antara amalan-amalan ahli surga: Berbicara jujur, menunaikan amanat, menepati janji, birrul walidain (berbakti kepada orang tua), menyambung hubungan kerabat, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, dan yang menjadi tanggungannya dari kalangan manusia atau binatang.
Di antara amalan ahli surga lainnya: Ikhlas beribadah kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, cinta kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, takut kepada Allah dan berharap rahmat-Nya, kembali kepada-Nya, bersabar menetapi hukum-Nya, dan menyukuri nikmat-nikmat-Nya.
Di antara amalan ahli surga: Suka membaca Al-Qur’an, berdzikir kepada Allah, berdoa kepada-Nya, meminta dan berharap kepada-Nya.
Di antara ahli surga: Beramar ma’aruf (menyuruh orang berbuat kebaikan), bernahi munkar (melarang orang dari berbuat buruk), berjihad di jalan Allah dalam memerangi orang kafir munafikin.
Di antara amalan ahli surga: Adil dalam semua urusannya, adil terhadap semua makhluk sampai terhadap orang kafir, dan amalan-amalan yan serupa.
Di antara amalan ahli surga: Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang yang pelit kepadamu, memaafkan orang yang menzalimimu, karena Allah menyediakan surga bagi orang-orang bertakwa, yaitu orang-orang yang tetap berinfak dalam kondisi lapang maupun sempit, menahan amarah, memaafkan manusia, dan Allah menyukai orang-orang yang senantiasa berbuat baik. Wallahu’ Ta’ala a’lam.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/mau-masuk-surga-tempuhlah-jalannya.html

All About Love: Makin Asyik Bicara Cinta

Love , cinta, liebe , atau menjadi deretan huruf apapun ia dan dalam bahasa apapun, selalu saja indah dan asyik untuk dibicarakan. Iya nggak sih?
Bo’ong banget kalo kamu sampe menggelengkan kepala. Bahkan topik inilah yang paling universal untuk dibicarakan atau pun dinikmati. Apalagi untuk remaja-remaji seusia kamu, kayak nggak ada tema lain yang mendominasi pembicaraan selain love and love mulu. Iya apa iya?
Sobat muda, cinta emang indah dan nikmat untuk dibicarakan atau pun dirasakan. Cinta ternyata ibarat dua sisi mata pisau yang tajam. Bila tak benar menggunakannya bukan tak mungkin kita malah akan terluka karenanya.
Seperti kata Kahlil Gibran neh bahwa di balik sayap indah cinta, waspadalah ada terselip sebilah pisau tajam untuk mencabikmu. Ciee…nggak usah bingung bagi kamu yang nggak ngeh dengan bahasa kiasan Bung Gibran ini.
Ketika kamu jatuh cinta, dunia terasa indah dan berbunga-bunga. Kamu jadi rajin ke sekolah, rajin belajar, suka tersenyum, nyapa kiri-kanan, dll. Tapi semua itu akan berubah banget ketika kamu dapetin orang yang kamu cintai dengan tulus ternyata tidak membalas cintamu. Hiks…langit seakan runtuh. Lagu Pupus-nya Dewa 19 didendangkan berulang-ulang. Emang enak bertepuk sebelah tangan? Kamu pun merasa jadi orang paling merana sedunia dan selalu terbayang gimana caranya gantung diri di pohon tomat. Tapi apa iya sih, cinta cuma sebatas itu?
….Ketika kamu jatuh cinta, dunia terasa indah dan berbunga-bunga. Tapi semua itu akan berubah banget ketika orang yang kamu cintai ternyata tidak membalas cintamu….
What is love?
Apa cinta itu? Bila ada sepuluh orang kamu tanya tentang pertanyaan ini, akan ada sepuluh jawaban pula yang bakal disodorkan. Bahkan para filsuf dan pemikir dari jaman baheula hingga jaman kiwari masih pada kebingungan untuk mendefinisikan tentang cinta ini. Bahkan ada yang bilang, cinta tidak untuk didefinisikan karena it’s all about feeling (duilee.. sampe segitunya)
Tapi ada satu hal yang kita pasti sepakat, bahwa semua makluk hidup pasti mempunyai cinta. Induk ayam saja rela mengais-ngais tanah demi mendapat seekor cacing demi disuapkannya pada mulut anaknya. Belum lagi kalo kamu berusaha mendekati anak ayam yang masih imut, jangan salahkan bila kamu bakal diterjang sama induknya. Semua itu karena dorongan naluri, rasa cinta.
Apalagi yang namanya manusia, keberadaan naluri mencintai dan dicintai ini sudah built-up diberi dari sononya. Karena rasa ini adalah perwujudan dari naluri mempertahankan jenis atau bahasa kerennya, gharizah nau’. Bisa kamu bayangkan bila seorang suami tidak mencintai istri dan anaknya, maka ia tak akan mau bersusah payah bekerja mencari nafkah. Begitu juga seorang ibu, tanpa cinta tak mau ia merasakan lelahnya mengandung sembilan bulan lamanya, sekitnya melahirkan dengan nyawa sebagai taruhannya, menyusui hingga dua tahun, dan mendidik serta membesarkan anak-anaknya.
Tanpa cinta, tak mungkin Rasulullah Muhammad SAW menghabiskan seluruh hidupnya untuk berpikir dan berbuat demi umatnya. Bahkan di saat detik-detik akhir kehidupannya saat sakaratul maut menjelang, tahu nggak apa yang diingat beliau tercinta ini? ‘umati…umati’ (umatku…umatku). Bukan menyebut nama anak-anaknya, bukan pula menyebut nama istri-istrinya, apalagi menyebut harta yang memang tidak beliau punya, tapi Rasulullah menyebut umatnya. Termasuk kita yang hidup ribuan tahun jaraknya dari beliau pun sudah disebut dalam lisan sucinya.
Betapa beliau mengkhawatirkan umatnya dengan penuh cinta. Malu nggak sih kita bila mengingat ini, sedalam apa balasan cinta kita untuk Rasulullah SAW? Maka sungguh indah senandung lagu milik Bimbo dengan penggalan lirik seperti ini:
‘Rindu kami padamu, ya Rasul, rindu tiada terperi. Berabad jarak darimu ya Rasul, serasa dikau di sini’.
….Semua terjadi dengan begitu teratur, begitu indah, dan begitu setia. Tentu dari Yang Mahamemiliki cinta itu sendiri, Allah SWT….
Siapa sih yang nggak merasa cinta pada sosok mulia ini? Pasukan perang Tabuk rela menjadikan tubuhnya sebagai tameng anak panah demi menyelamatkan sang Nabi tercinta. Tubuh dan nyawa mereka tak ada artinya dibandingkan dengan keselamatan sang Rasul mulia. Bahkan ketika mendengar berita tentang isu wafatnya Rasul, semua sahabat menangis tersedu-sedu. Dan ketika mendapati beliau masih hidup tetapi dengan luka sekujur tubuh, para sahabat lega meski masih merasa sedih dengan terlukanya sosok yang dicintai. Ingin rasanya mereka menjadi pengganti rasa luka itu selama bisa mengurangi rasa sakit yang diderita Rasulullah akibat tusukan pedang dan anak panah. Semua itu mereka lakukan karena cinta.
Bila kita mau menoleh pada hal lain barang sejenak, akan kita dapati matahari yang bersinar tanpa syarat ke bumi, hujan pun turun untuk membasahi ladang gersang, dan tanah yang masih juga menumbuhkan tanaman buat manusia.
Semua itu terjadi dengan begitu teratur, begitu indah, dan begitu setia. Dari siapa? Tentu dari Yang Mahamemiliki Cinta itu sendiri; Allah SWT.
Perwujudan cinta
Lalu bagaimana dengan kita? Dengan apa kita harus membalas semua rasa cinta yang pernah, sedang, dan akan terus kita rasakan hingga akhir hayat kita itu? Ada pepatah yang mengatakan kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Kamu pasti tahu dong, beda panjang jalan dan galah. Jauh banget kan? Kalau kasih ibu saja sepanjang itu, lalu bagaimana dengan kasih dan cinta Muhammad saw. pada umatnya? Lalu bagaimana lagi dengan kasih dan cinta Allah SWT pada kita? Sungguh, seandainya seluruh pohon di bumi ini dijadikan pena dan air laut sebagai tintanya tetap tak bisa melukiskan sedalam dan sejauh apa cinta Allah pada kita.
Pernahkah kita merasakan dengan sadar cinta Allah dalam setiap tarikan dan hembusan nafas? Dalam setiap langkah yang kita buat, dalam setiap detik waktu yang terlewat, pernahkah itu kita sadari? Semua itu ibarat matahari, yang karena terbiasanya kita dengan sinarnya kita jadi lupa pada jasanya.
….Pernahkah kita merasakan dengan sadar cinta Allah dalam setiap tarikan dan hembusan nafas? Dalam setiap langkah yang kita buat, dalam setiap detik waktu yang terlewat….
Bayangkan bila sedetik saja Allah menarik pasokan oksigen untuk kita hirup, makhluk seisi dunia bisa kelabakan. Tapi Allah begitu sayang dan cinta terhadap kita sehingga tak peduli orang yang durhaka terhadap-Nya juga diberi pasokan oksigen yang sama dengan mereka yang taat. Meski tentunya ada konsekuensi juga kan? Mereka yang taat jelas tempat kembalinya di akhirat; surga. Begitu pun dengan yang durhaka sudah dintentukan tempatnya; neraka.
Sobat muda muslim, pernah nggak kamu dicintai oleh orang lain yang begitu tulus mencintaimu tanpa pamrih? Apa yang ingin kamu lakukan? Kamu pasti berusaha membalas ketulusannya dan berusaha mencintainya dengan tulus pula.
Lalu, bagaimana dengan membalas ketulusan Allah dan rasulNya yang sudah begitu mencintai kita tanpa pamrih? Yaitu dengan berusaha menjalankan perintaNya dan menjauhi laranganNya.
BTW, kalo kamu sedang jatuh cinta, apa sih yang akan kamu lakukan demi si dia? Kalo si dia nggak suka liat kamu pakai baju merah, pasti kamu nggak bakal pakai baju itu demi menyenangkan hatinya meski sebetulnya kamu setengah mati suka warna merah. Jika si dia suka banget makan bakso kamu pasti berusaha setengah mati bisa mentraktirnya makan bakso meski kamu lagi kanker alias kantong kering. Kenapa bisa begitu? Karena cinta identik dengan ketaatan. Identik dengan keinginan untuk membahagiakan. Itu pulalah yang ingin kita lakukan bila ingin membalas cinta Allah dan RasulNya. Wajar dan sangat adil kan?
Bentuk riilnya?
Ketika kamu melaksanakan shalat lima waktu dan puasa Ramadhan, kamu sedang melakukan sebentuk bukti riil cinta kepada-Nya. Tapi itu belum cukup, karena Islam bukan hanya agama ritual saja. Ketika kamu menutup aurat, kamu melakukannya karena cinta. Ketika kamu patuh dan sopan pada orang tua, sayang pada yang lebih muda, ringan tangan pada saat orang lain membutuhkanmu, bersedia mendengar keluh kesah kesedihan teman yang lagi durundung duka, itu semua juga sebagian bukti cinta.
Ketika kamu menasihati temanmu untuk tidak berpacaran dan tidak suka membolos, itu juga bukti cinta. Ketika kamu tahu menjalankan syariat Islam adalah wajib dan kamu mendakwahkannya pada yang lain, itu juga bentuk cinta. Bahkan tersenyum pun (asal bukan senyum yang TP alias tebar pesona yah) itu juga bentuk kecintaan kita pada sesama.
Jangan mentang-mentang kamu udah ngaji duluan, lalu merasa sok bener sendiri tanpa mau membagi cintamu itu dengan mendakwahkannya. Emang surga milik kamu sendiri? Nggak kan? Alangkah enaknya surga itu bila kita bisa menghuninya beramai-ramai. Bukankah kamu lebih suka rumahmu didatangi banyak temanmu daripada bengong sendirian nggak ada yang diajak ngomong. Tul nggak?
Cuekin aja kalo ada temanmu yang suka becanda bilang ‘Enak lho masuk neraka bisa ketemu bintang film macam Britney Spears, J-Lo, Mas Nunu alias Keanu Reeves or Brandon’. Anggap saja mereka adalah orang-orang yang membutuhkan sentuhan cintamu dalam bentuk dakwah, amar makruf nahi munkar. Jangan benci mereka dan jangan pula dijauhi. Sentuh akal dan perasaannya sehingga mereka dapat memperoleh hidayah dan ‘terjerumus’ dalam cinta; Islam.
Karena cinta
Yup, benar sekali bahwa semua kejadian di dunia ini tidak pernah terlepas dari yang namanya cinta. Mulai dari nongolnya kamu di dunia ini adalah hasil pertautan cinta ibu-bapakmu sampai kamu bisa beriman dan berislam hingga hari ini juga karena cintanya Rasul terhadap umatnya, juga cinta Allah terhadap hambaNya. Cinta bukan melulu Tejo yang naksir Surti, tidak selalu sang putri yang menunggu pangeran idaman datang meminang. Tapi cinta adalah kehidupan itu sendiri.
….Semua kejadian di dunia ini tidak pernah terlepas dari yang namanya cinta. Karena cinta adalah kehidupan itu sendiri….
Pernahkah kamu menikmati setiap aliran cinta yang merambati tubuhmu di saat kamu menarik nafas segar di pagi hari, merasakan sejuknya embun yang menetes di wajahmu, dan bugarnya badan untuk memulai beraktivitas? Bila belum, cobalah. Pejamkan matamu dan rilekskan pikiranmu. Maka biarkan ada yang bening mengaliri sanubarimu. Oksigen yang terhirup, embun yang lembut, sinar mentari yang hangat, tubuh yang sehat, iman yang kuat dan pikiran yang mantap, itu semua ada karena cinta.
So , kamu-kamu udah pada ngeh kan, bahwa cinta bukan melulu seperti yang kamu pahami selama ini, sekadar hubungan taksir-menaksir antar lawan jenis.
Cinta ternyata bisa begitu luas dan indah. Semoga artikel cinta ini bisa membuka hati dan akalmu tentang makna cinta itu sendiri. Sehingga kamu pun bisa melangkah dengan mantap di kehidupan dengan menaburkan sebanyak mungkin cinta kepada sesama.
Bukan cinta sempit yang sulit dibedakan dengan nafsu, tapi lebih mengarahkan arti cinta kepada kebenaran itu sendiri, yakni Al-Islam. Agama yang selama ini menjadi pilihan hidup kita. Nggak berlebihan kan? Bahkan tulisan ini pun dibuat juga karena cinta kami pada kamu, sang calon pemegang tongkat estafet dakwah di masa depan. Sungguh, betapa indah dan ringan semua hal bila kita mendasarkannya karena cinta. Yakinlah ^_^





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/all-about-love-makin-asyik-bicara-cinta.html

Ada Apa di Hari Jum'at?

Besok hari adalah hari Jum'at yang dimulai dari tenggelamnya matahari di kamis sore ini. Hari yang penuh kemuliaan dan diagungkan di dalam Islam. Tahukah kita apa saja yang terdapat di dalamnya? Berikut ini beberapa keutamaan yang terdapat di dalam hari Jum'at.
Hari jum’at adalah sayyidul ayyaam (pemimpin hari) dan hari yang paling agung dan paling utama di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada hari itu terdapat lima kejadian yang besar, yaitu diciptakannya Adam, diturunkannya ke bumi, dan diwafatkannya, pada hari itu terdapat satu waktu mustajabah untuk berdoa yang pasti dikabulkan, dan pada hari Jum’at pula kiamat akan terjadi. Oleh karenanya, pada hari tersebut para malaikat, langit, bumi, angin, gunung, dan lautan merasa khawatir di hari Jum’at (akan terjadi kiamat).
Hari jum’at adalah sayyidul ayyaam (pemimpin hari) dan hari yang paling agung dan paling utama di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ringkasnya, hari Jum’at memiliki keutamaan yang tidak dimiliki hari lain. Kedudukannya di bandingkan dengan hari lain, seperti bulan Ramadlan terhadap bulan yang lain dan waktu ijabah doa pada hari itu sebagaimana lailatul qadar pada bulan Ramadlan.
Hari Jum’at menjadi cermin bagi kualitas amal sepekan seorang hamba, sebagaimana Ramadlan yang menjadi cerminan amal setahunnya. Jika amalnya pada hari Jum’at tersebut baik, seolah-olah menggambarkan amalnya pada pekan tersebut juga baik. Sebagimana Ramadlan, jika ibadah di dalamnya baik, baik pula amalnya pada tahun tersebut, begitu juga sebaliknya.
Jika amalnya pada hari Jum’at tersebut baik, seolah-olah menggambarkan amalnya pada pekan tersebut juga baik.
Sesungguhnya pada hari Jum’at terdapat ibadah yang wajib dan sunnah yang tak diperoleh di selainnya. Di antaranya shalat Jum’at, bersuci dan memakai wewangian dan pakaian terbagus yang dimiliki ketika menghadiri jum’atan, membaca surat Al Kahfi, bershalawat untuk Rasulullah, dan amal-amal shalih lainnya.
Karenanya, seorang hamba hendaknya menjadikan hari Jum’at sebagai hari ibadah dan meliburkan diri dari kegiatan duniawi, bukan hari Ahad yang menjadi hari ibadah orang Nashrani.
Karenanya, seorang hamba hendaknya menjadikan hari Jum’at sebagai hari ibadah dan meliburkan diri dari kegiatan duniawi,
bukan hari Ahad yang menjadi hari ibadah orang Nashrani.
Di hari Jum’at ada penghapusan dosa
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnadnya, dari Salman dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadaku, “apakah kamu tahu hari Jum’at itu?” aku menjawab, “hari Jum’at adalah hari Allah mengumpulkan Nabi Adam.” Beliau menjawab,
لَكِنِّي أَدْرِي مَا يَوْمُ الْجُمُعَةِ لَا يَتَطَهَّرُ الرَّجُلُ فَيُحْسِنُ طُهُورَهُ ثُمَّ يَأْتِي الْجُمُعَةَ فَيُنْصِتُ حَتَّى يَقْضِيَ الْإِمَامُ صَلَاتَهُ إِلَّا كَانَ كَفَّارَةً لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ مَا اجْتُنِبَتْ الْمَقْتَلَةُ
“Tapi aku mengetahui apa hari jum’at itu. Tidaklah seseorang menyempurnakan bersucinya, lalu mendatangi shalat Jum’at, kemudian diam hingga imam selesai melaksanakan shalatnya, melainkan akan menjadi penghapus dosa antara Jum’at itu dengan Jum’at setelahnya, jika dia menjauhi dosa besar.”
. . . kemudian diam hingga imam selesai melaksanakan shalatnya, melainkan akan menjadi penghapus dosa antara Jum’at itu dengan Jum’at setelahnya, jika dia menjauhi dosa besar.”
Masih dalam Al Musnad, dari Atha' al Khurasani, dari Nubaisyah al Hudzaliy bahwa dia meriwayatkan dari Rauslullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Bahwasanya jika seorang muslim mandi pada hari Jum'at, lalu datang ke masjid dan tidak menyakiti seseorang; dan jika dia mendapati imam belum datang di masjid, dia shalat hingga imam datang; dan jika ia mendapati imam telah datang, dia duduk mendengarkan khutbah, tidak berbicara hingga imam selesai melaksanakan khutbah dan shalatnya. Maka (balasannya) adalah akan diampuni semua dosa-dosanya pada Jum'at tersebut atau akan menjadi penebus dosa Jum'at sesudahnya."
Dari Abu Darda', Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَبِسَ ثِيَابَهُ وَمَسَّ طِيبًا إِنْ كَانَ عِنْدَهُ ثُمَّ مَشَى إِلَى الْجُمُعَةِ وَعَلَيْهِ السَّكِينَةُ وَلَمْ يَتَخَطَّ أَحَدًا وَلَمْ يُؤْذِهِ وَرَكَعَ مَا قُضِيَ لَهُ ثُمَّ انْتَظَرَ حَتَّى يَنْصَرِفَ الْإِمَامُ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ
"Siapa mandi pada hari Jum'at, lalu memakai pakaiannya (yang bagus) dan memakai wewangian, jika punya. Kemudian berjalan menuju shalat Jum'at dengan tenang, tidak menggeser seseorang dan tidak menyakitinya, lalu melaksanakan shalat semampunya, kemudian menunggu hingga imam beranjak keluar, maka akan diampuni dosanya di antara dua Jum'at." (HR. Ahmad dalam Musnadnya)
Dalam Shahih Al Bukhari, dari Salman radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
لَا يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلَا يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الْإِمَامُ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى
“Tidaklah seseorang mandi pada hari jum’at dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyaknya atau mengoleskan minyak wangi yang di rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan dengan seksama ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara jum’at tersebut dan jum’at berikutnya.” (HR. Bukhari)
bahwa pengampunan dosa dari satu Jum'at ke Jum'at berikutnya memiliki syarat. Yaitu dengan melaksanakan amalan-amalan yang disebutkan dalam hadits, antara lain mandi, . . .
*Keterangan: bahwa pengampunan dosa dari satu Jum'at ke Jum'at berikutnya memiliki syarat. Yaitu dengan melaksanakan amalan-amalan yang disebutkan dalam hadits, antara lain mandi, membersihkan diri, memakai minyak atau wewangian, memakai pakaian terbagus, berjalan ke masjid dengan tenang, tidak melangkahi dan memisahkan antara dua orang yang duduk bersebelahan, tidak menyakitinya, shalat nafilah, tidak bicara dan tidak melakukan sesuatu yang sia-sia selama khutbah hingga selesai shalat. Dan masih ada satu syarat lagi, yaitu selama dia tidak melakukan dosa besar di hari itu.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/ada-apa-di-hari-jumat.html

Kepatuhan Kepada Suara Kebenaran Hati Nurani

Ketika banyak hal terjadi dalam hidup, maka hati nurani menjadi filter bagi kita.Saat harus memilih, manusia memiliki kebebasan hakiki sebagai manusia. Di sini pulalah hati nurani berbicara untuk menjaga langkah kita dari kesesatan. Suara kebenaran yang selalu di usungnya menjadikan dia menjadi raja bagi yang mengangkatnya sebagai raja. Dia menjadi alarm bagi pribadi yang mematuhi dan rajin berkonsultasi kepadanya.

Kepatuhan atau penyangkalan kita kepada suara Hati nurani, yang selalu menyerukan sesuatu yang baik, akhirnya menjadi pengukir jalan nasib kita selanjutnya. Bisa saja manusia pintar dalam menyusun kata untuk berdalih atau berbohong, namun kebenaran dari hati nuraninya sendiri tak akan pernah bisa disangkalnya. Bahkan seorang atheis sekalipun bisa merasakan kebenaran itu, sekalipun dia tidak mengenal atau tidak mau mengenal figur tuhan dalam hidupnya. mereka tak akan bisa menyangkalnya betapapun mereka mencobanya, betapapun lidah dan tubuh mereka mengatakan "TIDAK". Dengan kata lain, sebenarnya hal tersebut secara tidak langsung menyangkal pendirian mereka sendiri. Bukankah hati nurani adalah salah satu dari kewujudan kuasa Allah subhanahu wata'ala juga.
" Bahkan seorang atheis sekalipun bisa merasakan kebenaran dari hati nurani mereka sendiri, sekalipun dia tidak mengenal atau tidak mau mengenal Allah subhanahu wata'ala dalam hidupnya. mereka tak akan bisa menyangkalnya betapapun mereka mencobanya, betapapun lidah dan tubuh mereka mengatakan "TIDAK" atas kuasa Allah."
Apakah kita pernah merasa terpenjara, walaupun sebenarnya kita bebas? ternyata penyangkalan kita terhadap suara hati nurani sudah cukup sangat memenjarakan kita dalam sempitnya pemikiran dan dunia kita sendiri. Kenyamanan dan kesenangan dunia tidak lagi terasa, karena beratnya pikiran dan langkah yang terasa seperti terkekang dan sangat terbatas.

Ternyata, sebagai manusia ternyata kita benar-benar tidak akan bisa terlepas dari kefitrahan kita sebagai figur ciptaan Sang Maha Pencipta. Artinya, dalam kondisi harus membuat pilihan yang terbebas sekalipun, hati nurani yang membawa pesan moral dan tetap berusaha memagari. Manusia tidak akan pernah 100% menjadi individu yang bebas. Namun ketika kita berusaha selalu mentaati kebenaran yang dibisikkannya, maka hal tersebut akan memberikan kita kebebasan yang benar-benar bebas.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/kepatuhan-kepada-suara-kebenaran-hati.html

4 Hal yang Lebih Baik Daripada Dunia dan Seisinya

Alhamdulillah, segala puji Allah yang menjanjikan surga bagi hamba yang bertakwa. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Sesungguhnya kebaikan hamba di dunia dan akhirat berporos pada takwa. Sehingga Allah Ta’ala memerintahkannya dalam banyak firman-Nya dengan beragam cara, salah satunya menjanjikan pahala besar bagi para hamba yang bertakwa. Tujuannya, agar mereka semakin semangat menjalankannya.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal: 29)
Menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di dalam tafsirnya Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, takwanya seorang hamba kepada Rabb-Nya merupakan tanda kebahagiaan dan alamat keberuntungannya. Dan Allah telah menetapkan pahala takwa yang sangat banyak yang lebih baik dari dunia dan seisinya. Dan dalam ayat ini bahwa orang yang bertakwa kepada Allah mendapatkan empat hal, dan setiap bagiannya adalah lebih baik dari dunia dan apa yang ada di dalamnya:
Pertama, al-Furqan: yaitu ilmu dan petunjuk yang dengannya dia bisa membedakan antara hidayah dan dhalalah (kesesatan), hak dan batil, halal dan haram, orang-orang yang bahagia dan orang-orang yang sengsara.
Anugerah ini, seperti yang dinukil Ibnu Katsir dari Ibnu Ishaq , adalah menjadi sebab datangnya pertolongan, keselamatan dirinya, dan solusi bagi dirinya dari segala urusan dunia dan kebahagiaannya di akhirat.
Kedua dan ketiga, Takfir Sayyiat (penghapusan kesalahan) dan Maghfirah Dunub (ampunan dosa). Keduanya, ketika dipisah memiliki makna sama. Namun ketika dikumpulkan, Takfir Sayyiat berarti penghapusan dosa-dosa kecil, sedangkan Maghfirah Dunub yakni penghapusan dosa-dosa besar.
Keempat, ganjaran besar dan pahala yang banyak bagi orang yang bertakwa dan lebih mengutamakan keridhaan Allah daripada hawa nafsunya. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah,
وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal: 29) Menurut Syaikh Abu Bakar al-Jazairi dalam Aisar Tafasirnya, adalah surga dan kenikmatannya.
Sungguh besar pahala yang akan didapatkan oleh orang yang menjalankan ketakwaan, yaitu mereka yang melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Yaitu mereka yang ikhlash dalam seluruh amalnya, benar-benar ittiba’ (mengikuti) utusan Allah, berakhlak baik, berkata benar, semangat dalam kebaikan, berlomba meraih fadhilah, beribadah dengan keyakinan berada di hadapan-Nya dan disaksikan oleh-Nya, dan benar-benar takut kepada Allah dengan penuh kesadaran bahwa selalu mengawasinya dan melihatnya di masa saja dan kapan saja. Allahu Ta’ala a’lam.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/4-hal-yang-lebih-baik-daripada-dunia.html

BAHAGIALAH (setiap hari!!!)

Banyak di antara kita menunggu datangnya hari libur. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari yang dinanti-nanti. Kita akan merasa sangat senang dan bahagia ketika datang hari tersebut. Bahkan pada hari Jum’at sore sudah tercium aromanya. Lalu bagaimana dengan hari-hari yang lainnya (senin-jum’at). Apakah berarti hari Senin sampai dengan Jum’at kita tidak bahagia?..atau mungkin sedikit bahagianya dibandingkan hari Sabtu Minggu?
Sayang sekali kalau kita hanya berbahagia hanya kurang lebih 2 hari dalam satu minggu. Itu berarti kita merasa bahagia selama 8 hari dalam satu bulan. Atau kalau kita mau konversi kan lagi, berarti hanya 96 hari dari 365 hari yang kita miliki dalam satu tahun. Itupun kalau kita kalau semua hari sabtu-minggu kita benar-benar berbahagia.
Dan ternyata, ada juga yang tidak bisa betul-betul bahagia sekalipun pada hari Sabtu-Minggu. Sering kita lihat hari Sabtu-Minggu di isi oleh banyak keluarga dengan bepergian, misal menginap di vila. Ada pendapat menarik, alasan bepergian,di antaranya adalah karena jenuh atau daripada bertengkar di rumah. Karena tidak mampu menjalin komunikasi yang baik dengan keluarga, sehingga daripada bermasalah di rumah lebih baik bepergian, menginap di luar kota. Lalu kalau begini kapan bahagianya?
Dalam tulisan saya sebelumnya menguraikan, pada dasarnya yang diinginkan manusia adalah kebahagiaan dan menolak penderitaan atau musibah. Namun kadang konsep-konsep yang ditawarkan juga beragam. Sebagian beranggapan kebahagiaan itu seperti komoditas : misal membelinya melalui rumah, mobil mewah, baju baru, kosmetik, bahkan operasi plastik. Ada juga yang mencarinya dengan keterkenalan, kekayaan, uang, tabungan, jabatan, nama baik, jaim dan sebagainya (Gede Prama, 2006). Dan ada juga yang mencarinya dengan obat-obatan, minum-minuman dan segala perbuatan tercela lainnya (kami berlindung kepada Tuhan dari hal-hal sedemikian)
Namun fakta empiris dan semua ajaran suci mengatakan bahwa itu semua adalah kebahagiaan yg seperti ini yang dibeli atau datang dari luar (ekstrinsik) maka sifatnya akan datang dan pergi, tidak berakar, keropos, mudah diterbangkan angin, begitu komoditinya hilang maka kebahagiaannya menjadi hilang. Apalagi ketika kebahagiaan atau kesenangan yang dicari asimetri dengan ajaran suci. Maka yang didapat hanyalah kemuraman.
Ada juga yang bahagianya tergantung orang lain. Orang lain mampu membuat sedih dan bahagia pada diri kita. Pada dasarnya ketika ini terjadi, kita sudah memberikan saklar kebahagiaan kita pada orang lain. Bukan kita yang memutuskan bahagia atau tidak, melainkan orang lain. Mereka yang menguasai saklar, mereka yang memutuskan. Mestinya jangan sembarangan kita berikan saklar keputusan penting kita pada orang lain.
Ditemukan juga fakta menarik yang banyak terjadi pada menimpa kita semua. Yaitu ketika komoditinya tidak hilang, komoditinya masih melekat dalam dirinya, masih kita punyai, namun kebahagiannya telah pergi. Orang itu masih punya rumah mewah, masih punya mobil bagus, kaya dan keluarga lengkap serta sehat, namun anehnya dia merasa tidak bahagia.
Sebagai contoh sederhana misalnya, dahulu ketika sebagian dari kita masih kekurangan, belum punya kendaraan, berangkat kerja di antar sampai ditepi jalan. Kemudian bersalaman dengan hangat, disertai cium dan peluk istri-anak, rasanya seperti guyuran air terjun wisata yang percikan air dan embunnya segar menerpa wajah kita. Namun paradok dengan masa lalu, setelah kendaraan bagus dimiliki, justru hilang ”rasa” itu. Dengan alasan nyuci mobil, mengecek oli, atau memanaskan mesin sepertinya sudah tidak sempat lagi kehangatan itu kita rasakan. Tidak sempat lagi alasannya. Rasa ”bahagia” itu sudah hilang tanpa harus komoditinya hilang terlebih dahulu.Bahagia adalah merupakan putusan kita dalam memilih. Dengan komoditi yang ada atau komoditi yang sama, kita bisa memutuskan memilih bahagia atau tidak bahagia. Dengan sarana atau tanpa sarana atribut dunia kita bisa bahagia. Kita bisa memilih bahagia hari ini atau juga tidak berbahagia hari ini. Komoditi / Faktor eksternal memang dapat mempengaruhi kebahagiaan kita, namun tetap pada akhirnya kita yang memutuskan.
Maka putuskanlah anda untuk berbahagia, karena dengannya semua fikiran, perasaan dan tindakan Anda akan berfokus kepada yang membahagiakan (Mario Teguh,2010)
PUTUSKANLAH untuk BERBAHAGIA......
Waktu yang terbaik untuk berbahagia adalah hari ini...dan pada suatu hari di surga nanti..
Tempat terbaik untuk berbahagia adalah di sini...dan pada salah satu taman dari taman di surga kelak
Metode agar mendapat Kebahagiaan yang bertambah-tambah adalah dengan bersyukur..
Mengawetkan kebahagiaan adalah dengan lapang hati, ridho & merasa cukup....
Cara tercepat mendatangkan kebahagiaan adalah dengan memberikan kebahagiaan pada sesama..
Atau MEMUTUSKAN UNTUK TIDAK BAHAGIA...???
Cara terbaik untuk menghilangkan kebahagiaan adalah dengan berma’siyat pada-Nya..
Cara menunda kebahagiaan adalah dengan memilih hari tertentu untuk bahagia..
Cara termudah merusak kebahagiaan adalah dengan menyakiti sesama…
Cara tersulit untuk berbahagia adalah dengan serakah & mementingkan diri sendiri…
Putuskanlah sendiri SEKARANG juga untuk menyelimuti hidup kita dengan kebahagiaan…
Pancarkan & bagi kebahagiaan kita SETIAP HARI pada semesta….
BAHAGIALAH di DUNIA..
BAHAGIA pula di SURGA..





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/bahagialah-setiap-hari.html

Mengenali Peluru-peluru Syaithan

Untuk mencapai keberhasilan,
kita harus dapat mengenali dan waspada terhadap tipu daya syaithan
karena syaithan selalu mencari kesempatan untuk menyerang
dan merasuk hati manusia.
Menurut Imam Ghazali , syaithan sering masuk dan memanfaatkan hal-hal berikut :

1. Perasaan marah
2. Hawa nafsu
3. Perasaan tamak dan dengki
4. Kenyang
5. Cinta kepada perhiasan dan harta benda
6. Bergantung kepada manusia
7. Bertindak terburu-buru dan terburu nafsu
8. Cinta kepada uang
9. Pelit
10. Fanatik terhadap mazhab dan kelompok
11. Berpikir mengenai zat, sifat, dan af’al atau perbuatan Allah tanpa ilmu
12. Sikap mudah berburuk sangka terhadap orang-orang islam





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/mengenali-peluru-peluru-syaithan.html

Dusta yang Mana Lagi ( ? )

Pernahkah anda membaca surat Ar-Rahman? Surat ar-Rahman adalah surat ke 55 dalam urutan mushaf utsmany dan tergolong dalam surat Madaniyah serta berisikan 78 ayat. Satu hal yang menarik dari kandungan surat ar-Rahman adalah adanya pengulangan satu ayat yang berbunyi "fabiayyi ala i rabbikuma tukadziban" (Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?). Kalimat ini diulang berkali-kali dalam surat ini. Apa gerangan makna kalimat tersebut?
Surat ar-Rahman bagi saya adalah surat yang memuat bahasa sastra yang amat tinggi dari Allah. Setelah Allah menguraikan beberapa ni’mat yang dianugerahkan kepada kita, Allah bertanya: "Maka ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?".
Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah menggunakan kata "dusta"; bukan kata "ingkari",. Seakan-akan Allah ingin menunjukkan bahwa ni’mat yang Allah berikan kepada manusia itu tidak bisa diingkari keberadaannya oleh manusia. Yang bisa dilakukan oleh manusia adalah mendustakannya.
Dusta berarti menyembunyikan kebenaran. Manusia sebenarnya tahu bahwa mereka telah diberi ni’mat oleh Allah, tapi mereka menyembunyikan kebenaran itu; mereka mendustakannya!
Bukankah kalau kita mendapat uang yang banyak, kita katakan bahwa itu akibat kerja keras kita, kalau kita berhasil menggondol gelar Sarjana atau Ph.D itu dikarenakan kemampuan otak kita yang cerdas, kalau kita mendapat proyek maka kita katakan bahwa itulah akibat kita pandai melakukan lobby. Pendek kata, semua ni’mat yang kita peroleh seakan-akan hanya karena usaha kita saja. Tanpa sadar kita lupakan peranan Allah, kita sepelekan kehadiran Allah pada semua keberhasilan kita dan kita dustakan bahwa sesungguhnya ni’mat itu semuanya datang dari Allah.
Maka ni’mat Tuhan yang mana lagi yang kita dustakan! Anda telah bergelimang kenikmatan, telah penuh pundi-pundi uang anda, telah berderet gelar di kartu nama anda, telah berjejer mobil di garasi anda, ingatlah–baik anda dustakan atau tidak–semua ni’mat yang anda peroleh hari ini akan ditanya oleh Allah nanti di hari kiamat!
"Sungguh kamu pasti akan ditanya pada hari itu akan ni’mat yang kamu peroleh saat ini" ( QS 102:8 )
Sudah siapkah anda menjawab serta mempertanggung jawabankannya ???
Allah berfirman : FAIN TAUDDU NI’MATALLAHI LA TUKHSUUHA
Apabila kamu menghitung nikmat Allah ( yang diberikan kepadamu ) maka engkau tidak akan mampu (karena terlalu banyak).
Tidak patutkah anda bersyukur kepadaNYA, Mari mengucap Alhamdulillah sebagai bagian dari rasa syukur kita .





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/dusta-yang-mana-lagi.html