Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Sabtu, 07 April 2012

Tiga Lelaki Berjiwa Malaikat

Malam hari raya idul fitri telah tiba. Kota Damaskus terang benderang oleh cahaya lampu beraneka warna. Takbir bergemuruh terdengar membahana.
Dalam sebuah rumah yang sederhana, seorang wanita berjilbab putih, berkata pada suaminya, “ Abu Abdillah suamiku, besok hari raya. Anak kita tidak memiliki pakaian baru seperti anak-anak tetangga lainnya. Ini semua disebabkan tindakan borosmu!”
“ Aku tidak boros, aku hanya menginfakan hartaku dalam kebaikan dan demi membantu orang-orang miskin yang membutuhkan. Ini bukan suatu pemborosan, Ummu Abdillah, “ jawab sang suami.
Baiklah, kumohon sekarang, tulislah surat dan kirim kepada salah seorang sahabatmu yang baik hati dan ikhlas, agar mereka menyisihkan sebagian hartanya kepada kita. Jika keadaan kita membaik, insyaAllah akan kita ganti.”
Abu Abdillah memiliki dua teman karib yang berhati ikhlas.Mereka bernama Hamdi dan Usamah. Mendengar permintaan istrinya itu, dia segera menulis surat. Lalu, dia memberikan surat itu kepada pembantunya agar membawanya ke tempat sahabatnya, hamdi. Kemudian, Pembantunya itu pergi ke tempat hamdi dan menyerahkan surat yang ditulis oleh tuannya.Hamdi membacanya dengan seksama. Dia segera tahu bahwa sahabatnya yang pemurah sedang dalam kesempitan dan kesusahan karena tidak memiliki apa-apa.
Hamdi berkata kepada utusan Abu Abdillah, “ Aku tahu tuanmu telah menginfakkan semua hartanya dalam kebaikan. Ambillah kantong ini dan katakan kepada tuanmu, hanya inilah harta yang aku miliki pada malam hari raya ini.”


Pembantunya abu abdillah bergegas kembali kepada tuannya dan menyerahkan kantong pemberian hamdi itu. Abu Abdillah membuka kantong itu. Ternyata, isinya uang seratus dinar.Dia berkata kepada istrinya dengan penuh gembira, “Ummu Abdillah, lihat ini, Allah telah mengantarkan seratus dinar kepada kita
Sang istripun gembira dan berkata pada suaminya, “cepatlah pergi ke pasar untuk membelikan pakaian dan sandal baru untuk anak-anak kita. Juga jangan lupa membeli daging dan makanan.
Pada saat Abu Abdillah bersiap-siap hendak pergi ke pasar, terdengar seorang mengetuk pintu. Abu Abdillah membuka pintu. Ternyata, yang datang adalah pembantu Usamah, sahabatnya. Pembantu usamah itu datang dengan membawa surat minta pertolongan kepada Abu Abdillah agar dia berkenan meminjami uang untuk membayar hutang yang telah jatuh tempo. Tanpa berfikir panjang, Abu Abdillah langsung menyerahkan kantong berisi uang seratus dinar yang ada ditangannya, kepada pembantu Usamah. Dia menyerahkan semuanya, tanpa mengambil satu dinarpun.
“katakan pada usamah, tuanmu. Segera lunasi hutangnya malam ini juga, ” pesan Abu Abdillah pada pembantu itu.
Mengetahui hal itu, terang saja ummu Abdillah marah kepada Abu Adillah yang lebih mementingkan sahabatnya daripada anak-anaknya.
”kau ini tega melihat anak kita bersedih dan kelaparan. Kalaupun Kau mau membantu Usamah, mengapa tidak setengah dari uang itu saja? Mengapa kau berikan semuanya?” ucap Ummu Abdilah.Sang suami menjawab, ” temanku meminta pertolonganku, bagaimana mungkin aku tidak memberinya? Aku juga tidak tahu apakah uang didalam kantong itu cukup untuk melunasi hutangya atau tidak?”Ummu Abdillah terdiam dan beristigfar untuk meredam kejengkelannya kepada sang suaminya yang terlalu baik kepada orang lain itu.
Beberapa jam kemudian, terdengar orang mengetuk pintu. Abu Abdillah membuka pintu. Dia kaget bukan kepalang. Ternyata, yang datang adalah sahabatnya, hamdi. Serta merta dia memeluk dan menyambut dengan hangat, Lalu mempersilakannya masuk.
Setelah duduk, hamdi berkata, ” Aku datang untuk bertanya kepadamu tentang kantong ini. Apakah kantong ini kantong yang aku kirim kepadamu dan didalamnya ada seratus dinar?”Abu Abdillah mengamati kantong itu penuh seksama.
Dengan nada kaget, dia berkata, ”ya...ya... benar ini adalah kantong itu. Ceritakanlah kepadaku, Hamdi, Bagaimana kantong ini bisa kembali lagi kepadamu?”
Hamdi lalu bercerita, ” ketika pembantumu datang kepadaku membawa suratmu. Aku berikan kantong itu, dan itu adalah satu-satunya harta yang aku punya.


Karena aku tidak punya apa-apa lagi, maka aku langsung minta bantuan pada Usamah. Betapa terkejutnya aku ketika Usamah memberikan kantong berisi seratus dirham, yang tidak lain adalah kantong yang aku kirimkan kepadamu tanpa kurang satu dinarpun. Aku takjub , Untuk lebih yakin, aku bertanya padamu, benarkah ini kantong yang aku kirimkan kepadamu? Untuk itu, aku datang kesini untuk menguak rahasia ini.”
Abu Abdillah tertawa dan berkata, ” Usamah lebih mengutamakan kamu daripada dirinya, dan memberikan kantong itu, sebagaimana kamu lebih mengutamakan diriku daripada dirimu sendiri, hamdi.””Dan kamu lebih mengutamakan Usamah atas dirimu dan keluargamu. Apa pendapatmu, Abu Abdillah, jika kita bagi uang ini bertiga?” kata hamdi sambil tersenyum.Akhirnya, uang seratus dinar itu dibagi tiga.
*************************
Kisah keluhuran budi tiga lelaki ini, didengar oleh khalifah. Subhanalllah, Sang Khalifahpun sangat tersentuh ketika mendengarnya. Ternyata, masih ada diantara umat Nabi Muhammad SAW yang berjiwa mulia, laksana malaikat. Khalifah langsung memberi perintah kepada bendahara negara untuk memberi hadiah kepada tiga lelaki berjiwa malaikat itu, masing-masing sebesar sepuluh ribu dinar.Begitu menerima uang dari Khalifah, Abu Abdillah langsung sujud Syukur lalu menemui istrinya dengan muka berseri-seri, ” Ummi Abdillah apa pendapatmu, Apakah Allah menelantarkan kita? ”
Sang istri menjawab dengan mata berkaca-kaca, ” Tidak suamiku. Demi Allah, Dia Maha Pemurah, Dia tidak mungkin menelantarkan kita. Bahkan, Dialah yang melimpahkan rezekiNya kepada kita dengan tiada putusnya. ”
”Sekarang kau tahu, Istriku....,bahwa menginfakkan harta dijalan Allah Adalah bisnis yang pasti keuntungannya dan tidak akan rugi selamanya.”
Subhanallah....Smoga kita bis mengambil ibroh dari cerita di atas...
Cukuplah Allah bagiku, karna DIA adalah sebaik baik Penolong.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/tiga-lelaki-berjiwa-malaikat.html

Ketika Iblis Membentangkan Sajadah…

Siang menjelang Dzuhur, salah satu iblis ada di masjid. Kebetulan hari itu hari Jum’at, saat berkumpulnya orang. Iblis sudah ada dalam masjid, ia tampak begitu khusyuk. Orang mulai berdatangan.
Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk dan masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air.


 Pada setiap orang, iblis juga masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir.
Iblis juga menempel di setiap sajadah. Terjadilah dialog antara kiai dan iblis.
“Hai, Iblis!”, panggil kiai, ketika baru masuk ke masjid itu.
Iblis merasa terusik. “Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk mengganggu setiap orang dalam masjid ini!”, jawab iblis ketus.
“Ini rumah Tuhan, Blis! Tempat yang suci, kalau kau mau ganggu, kau bisa di luar nanti!”, kiai mencoba mengusir.
“Kiai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru”, kiai tercenung.
“Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu.”
“Dengan apa?”
“Dengan sajadah!”
“Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, wahai laknatullah?”
“Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!”
“Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru, Blis?”
“Bukan itu saja Kiai…”
“Lalu?”
“Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. Saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar-lebar.”
“Untuk apa?”
“Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang kau pimpin, Kiai! Selain itu, saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggang. Dan saya ada dalam kerenggangan itu. Di situ saya bisa ikut membentangkan sajadah.”


Dialog iblis dan kiai sesaat terputus.
Dua orang datang, dan keduanya membentangkan sajadah. Keduanya berdampingan. Salah satunya, memiliki sajadah yang lebar. Sementara, satu lagi, sajadahnya lebih kecil. Orang yang punya sajadah lebar seenaknya saja membentangkan sajadahnya, tanpa melihat kanan kirinya. Sementara, orang yang punya sajadah lebih kecil, tidak enak hati jika harus mendesak jamaah lain yang sudah lebih dulu datang. Tanpa berpikir panjang, pemilik sajadah kecil membentangkan saja sajadahnya, sehingga sebagian sajadah yang lebar tertutupi sepertiganya. Keduanya masih melakukan sholat sunnah.
“Nah, lihat itu Kiai!”, iblis memulai dialog lagi.
“Yang mana?”
“Ada dua orang yang sedang sholat sunnah itu. Mereka punya sajadah yang berbeda ukuran. Lihat sekarang, aku akan masuk di antara mereka.”
Iblis lenyap.
Ia sudah masuk ke dalam barisan shaf. Kiai hanya memperhatikan kedua orang yang sedang melakukan sholat sunnah. Kiai akan melihat kebenaran rencana yang dikatakan iblis sebelumnya.
Pemilik sajadah lebar, rukuk. Kemudian sujud. Tetapi, sembari bangun dari sujud, ia membuka sajadahnya yang tertumpuk, lalu meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil. Hingga sajadah yang kecil kembali berada di bawahnya.
Ia kemudian berdiri. Sementara, pemilik sajadah yang lebih kecil, melakukan hal serupa. Ia juga membuka sajadahnya, karena sajadahnya ditumpuk oleh sajadah yang lebar. Itu berjalan sampai akhir sholat. Bahkan, pada saat sholat wajib juga, kejadian-kejadian itu beberapa kali terlihat di beberapa masjid.
Orang lebih memilih menjadi di atas, ketimbang menerima di bawah. Di atas sajadah, orang sudah berebut kekuasaan atas lainnya. Siapa yang memiliki sajadah lebar, maka ia akan meletakkan sajadahnya di atas sajadah yang kecil.
Sajadah sudah dijadikan iblis sebagai pembedaan kelas. Pemilik sajadah lebar, diidentikkan sebagai para pemilik kekayaan, yang setiap saat harus lebih di atas daripada yang lain.
Dan pemilik sajadah kecil, adalah kelas bawah yang setiap saat akan selalu menjadi sub-ordinat dari orang yang berkuasa. Di atas sajadah, iblis telah mengajari orang supaya selalu menguasai orang lain.


“Astaghfirullahal adziiim”, ujar sang kiai pelan.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/ketika-iblis-membentangkan-sajadah.html

Kisah Abu Nawas, Dosa Besar Atau Dosa Kecil…?

Abu Nawas dianggap tokoh lucu… namun dianggap juga sebagai tokoh ulama, sufi.. orang Persia lahir tahun 750M di Ahwaz..dan meninggal tahun 819M di Baghdad..!!! Ia mengabdikan diri nya pada Sultan Harun Al Rasyid Raja Baghdad… !!!
Karena Abu Nawas juga dianggap seorang ulama.. maka banyak muridnya … dan suatu ketika… ada tiga orang yang menanyakan kepada Abu Nawas pertanyaan yang sama.!!!
Pertanyaannya adalah “Manakah yang lebih utama mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil… ???”
Orang pertama menanyakan hal itu, dan jawaban Abu Nawas adalah “Orang yang mengerjakan dosa kecil.. !!!” Mengapa… tanya orang pertama. Sebab lebih mudah diampuni oleh Allah.. kata Abu Nawas.  Orang pertama puas, yaagh karena ia memang yakin akan hal itu… !!
Orang kedua menanyakan hal yang sama,… dan jawaban Abu Nawas adalah “Orang yang tidak mengerjakan kedua-duanya… !!!” Mengapa begitu… tanya orang kedua. Yaagh dengan begitu tentu tidak memerlukan pengampunan Allah… kata Abu Nawas… !!! Orang kedua … langsung dapat mencerna penjelasan Abu Nawas…. !!!
Orang ketiga menanyakan juga hal yang sama… !!! Namun jawaban Abu Nawas adalah Orang yang mengerjakan dosa besar… !!! Mengapa … ??? tanya orang ketiga. Sebab pengampunan Allah kepada hambanya sebanding dengan besarnya dosa hambanya itu… !!! jawab Abu Nawas. Orang ketiga puas dengan penjelasan Abu Nawas… !!!
Seorang murid Abu Nawas … yang bingung menanyakan kepada Abu Nawas… !!! “Mengapa dengan pertanyaan yang sama menghasilkan jawaban berbeda… ??? tanyanya.
Jawaban Abu Nawas adalah manusia dibagi tiga tingkatan, yaitu tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati… !!! Seorang anak kecil melihat bintang di langit akan bilang bahwa bintang itu kecil… karena ia hanya menggunakan matanya… !!!  
Sebaliknya … seorang pandai akan mengatakan bahwa bintang itu besar.. karena ia berpengetahuan dan menggunakan otaknya… !!!
Kemudian apa tingkatan hati… ???
Orang pandai yang melihat bintang di langit.. ia akan tetap mengatakan bahwa bintang  itu kecil… walau ia tahu bintang itu besar.. !!! Karena ia tahu dan mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan Allah yang Maha Besar… !!!
Kemudian … murid tersebut menanyakan… “Wahai Guru… bagaimana mendapatkan ampunan dari Allah mengingat dosa-dosa yang begitu besar… ???”. Bisa… dengan melalui pujian dan doa… kata Abu Nawas… !!! Ajarkan doa itu wahai Guru… pinta murid Abu Nawas… !!!
Illahi lastu lil firdausi ahlan, walaa aqwa’ alannaril jahiimi, fahabli taubatan waqhfir dzunuubi, fa innaka ghafiruz dzambil adziimi ….
"Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi penghuni surga. namun aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh sebab itu terimalah tobatku dan ampunilah dosa-dosaku. Sesungguhnya hanya Engkau pengampun dosa-dosa besar…"

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

wadzari alladziina ittakhadzuu diinahum la'iban walahwan wagharrat-humu alhayaatu alddunyaa wadzakkir bihi an tubsala
nafsun bimaa kasabat laysa lahaa min duuni allaahi waliyyun walaa syafii'un wa-in ta'dil kulla 'adlin laa yu/khadz minhaa ulaa-ika alladziina ubsiluu bimaa kasabuu lahum syaraabun min hamiimin wa'adzaabun aliimun bimaa kaanuu yakfuruuna
Artinya:
"Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama [485] mereka sebagai main-main dan senda gurau [486], dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quraan itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at[487] selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu."
(QS. Al-An'am [6]:70).
Keterangan:
[485] Yakni agama Islam yang disuruh mereka mematuhinya dengan sungguh-sungguh.
[486] Arti menjadikan agama sebagai main-main dan senda gurau ialah memperolokkan agama itu mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi laranganNya dengan dasar main-main dan tidak sungguh-sungguh.
[487] Lihat not [46].
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu’Anhuma, ia berkata
(yang artinya);
”Rasulullah shalallahu’Alaihi Wa sallam pernah memegang pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pengembara’.
Ibnu Umar Radhyiallahu’Anhuma berkata,
“Apabila kamu berada pada waktu sore janganlah kamu menunggu pagi hari, dan jika kamu berada pada waktu pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang kematianmu’
(HR. Bukhari, Hadits Arbain An-Nawawiyah No.40)
 
 

Menikah Adalah Keajaiban

Sebuah tulisan motivasi dari saya untuk anda ! 
Saya selalu mengatakan bahwa menikah adalah hal yang sangat kodrati. Dalam bahasa saya, menikah tidak dapat dimatematiskan.


Jika suatu saat ada orang yang mengatakan, “secara materi saya belum siap,”  maka saya akan selalu mengejar dengan pertanyaan yang lain, “Berapa standar kelayakan materi seseorang untuk menikah?”
Tak ada. Sebenarnya tak ada. Jika kesiapan menikah diukur dengan materi, maka betapa ruginya orang-orang yang miskin. Begitu juga dengan kesiapan-kesiapan lain yang bisa diteorikan seperti kesiapan emosi, intelektual, wawasan dan sebagainya. Selalu tak bisa dimatematiskan. Itulah sebabnya saya mengatakan bahwa menikah adalah sesuatu yang sangat kodrati.
Bukan dalam arti saya menyalahkan teori-teori kesiapan menikah yang telah dibahas dan dirumuskan oleh para ustadz. Tentu saja semua itu perlu sebagai wacana memasuki sebuah dunia ajaib bernama keluarga itu.
Sebagai contoh saja, banyak pemuda berpenghasilan tinggi, namun belum juga merasa siap untuk menikah. Belum cukup lah... itu alasan yang paling mudah dijumpai. Dengan gaji sekarang saja saya hanya bisa hidup pas-pasan. Bagaimana kalau ada anak dan istri? Oya, saya juga belum punya rumah, dan masih banyak alasan2 yang lain.
Ooo... Saudaraku, kalau kau menunggu gajimu cukup, maka sampai kapanpun kau tak akan pernah menikah. Masa engkau yg seorang pegawai kantoran kalah dengan seorang pemulung yg hanya tinggal dibawah jembatan tapi mereka berani menikah dan mempunyai anak, padahal penghasilan mereka tidak lebih dari 10.000 rupiah perhari...! Bisa jadi besok Allah menghendaki gajimu naik tiga kali lipat. Tapi percayalah, pada saat yang bersamaan, tingkat kebutuhanmu juga akan naik... bahkan lebih tiga kali lipat. Saat seseorang tak memiliki banyak uang, ia tak berpikir pakaian berharga tertentu, televisi, laptop... atau mungkin hp merk mutakhir. Saat tak memiliki banyak uang, makan mungkin cukup dengan menu sederhana yang mudah ditemui di warung-warung pinggir jalan. Tapi bisakah demikian saat engkau memiliki uang? Tidak akan. Selalu saja ada keinginan yang bertambah, lajunya lebih kencang dari pertambahan kemampuan materi. Artinya, manusia tidak akan ada yang tercukupi materinya.
Menikah adalah sebuah hal kodrati sebagaimana rezeki dan juga ajal. Tak akan salah dan terlambat sampai kepada setiap orang. Tak akan bisa dimajukan ataupun ditahan. Selalu tepat sesuai dengan apa yang telah tersurat di Lauh Mahfuzh pada awal penciptaan anak Adam. Meski semu aitu tak luput dari faktor usaha dan ikhtiar kita sebagai manusia.
Menikah adalah salah satu cara membuka pintu rezeki, itu yang pernah saya baca di sebuah buku.
Dalam alquran pun Allah berfirman:
“ Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (dikawinkan)


dari hamba-hamba sahayamu dan lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunianya. Dan Allah maha Luas (pemberianNya) dan lagi maha mengetahui. (QS AnNur 32)
Ada pula sabda Rasulullah, “Menikahlah maka engkau akan kaya.”  ( HR. Bukhari ).
Mungkin secara logika akan sangat sulit dibuktikan statemen-statemen tersebut. Taruhlah, pertanyaan paling rewel dari makhluk bernama manusia, “Bagaimana mungkin saya akan menjadi kaya sedangkan saya harus menanggung biaya hidup istri dan anak? Dalam beberapa hal yang berkaitan dengan interaksi sosial juga tidak bisa lagi saya sikapi dengan simpel. Contoh saja, kalau ada tetangga atau teman yang hajatan, menikah dan sebagainya, saya tentu saja tidak bisa lagi menutup mata dan menyikapinya dengan konsep-konsep idealis. Saya harus kompromi dengan tradisi hadir ke acara hajatan tersebut, dan nyumbang atau memberi amplop... yang ini berarti menambah besar pengeluaran. Semua itu tak perlu menjadi beban saya pada saat saya belum berkeluarga.”
Saat saya dihadapkan pertanyaan ‘menikah’ pertama kali dalam hidup saya beberapa bulan lalu, saya juga sempat maju mundur dan gamang dengan wacana-wacana semacam ini. Lama sekali saya menemukan keyakinan - belum jawaban, apalagi bukti - bahwa seorang Ifta hanyalah menjadi perantara Allah memberi rezeki kepada makhluk-Nya yang ditakdirkan menjadi suami/istri dan anak-anak saya kelak.
Saya tidak bermaksud ujub dan riya’ disini ( Demi Allah semoga Allah menjauhkan hal itu dari diri saya ), hanya ingin berbagi pengalaman pribadi saya agar menjadi motivasi buat saudaraku semua.
Dengarkan...! Dengarkan baik-baik bagian cerita saya ini:
"Sebulan setelah saya menikah, tiga cerpen saya sekaligus dimuat di tiga media yang berbeda. Tulisan - tulisan saya jadi sering dimuat di buletin kampus. Beberapa bulan berikutnya hampir selalu demikian, cerpen-cerpen saya semakin sering menghiasi media koran lokal. Interval pemuatan cerpen tersebut semakin merapat. Di bulan kedua setelah menikah, pada pekan yang sama, ada pemberitahuan dari sebuah majalah remaja bahwa mulai bulan tersebut, naskah fiksi saya dimuat secara berseri. Padahal, media tersebut terbit dua kali dalam sebulan.
Ini berarti, dalam sebulan sudah jelas ada dua cerpen yang terbit dan itu berarti dua kali saya menerima honor. Ini baru serialnya. Belum dengan cerpen-cerpen yang juga secara rutin saya kirim di luar serial. Dan ketika awal bulan puasa yang lalu, sebuah novel islami sudah saya terbitkan. Menyusul kumpulan-kumpulan tulisan saya dari note RDM ini berhasil saya bukukan dan dilepas ke pasaran meski dalam jumlah sangat terbatas dan hanya beredar di 3 kota di jawa tengah ( solo-jogya-klaten )...".


Subhanallah...! Begitulah Allah sudah mengatur rejeki seseorang. Tidak akan pernah Allah menzalimi hambaNya yg nyata-nyata ingin menegakkan syariatnya ( menikah ).
Hal-hal yang sebelumnya begitu saya takutkan dengan anggapan belum siapnya materi, justru setelah menikah Allah membuka jalan rejekiNya dari arah yang tidak pernah saya duga. Lalu saya ingat pesan seorang ustadz saya: "Ketika engkau masih bujangan dan merasa rejekimu berhenti mengalir, itu artinya Allah akan memberikan rejekimu jika engkau sudah menikah. Karena rejeki Allah itu terbagi dua, yaitu rejeki ketika sebelum menikah dan rejeki setelah menikah".
Ada juga sabda rasul yg mendukung pernyataan dari ustadz saya tersebut:
" Carilah rejeki kalian didalam pernikahan ( dalam kehidupan berumah tangga ) " { HR.Tirmidzi }.
Entah, keajaiban apa lagi yang akan saya temui kemudian. Yang jelas, saat ini saya harus tetap berusaha meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya hanyalah perantara rezeki bagi keluarga... juga –mungkin –orang lain. Dengan begitu, mudah-mudahan saya bisa melepaskan hak-hak tersebut yang melekat pada uang gaji ataupun royalti yang saya terima.
Ya Allah... mampukan saya. 


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/menikah-adalah-keajaiban.html 

Peran Wanita Dalam Islam

Muqaddimah
Wanita sebagai hamba Allah yang lemah, memiliki peran amat besar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanpanya, kehidupan tidak akan berjalan semestinya. Sebab ia adalah pencetak generasi baru. Sekiranya di muka bumi ini hanya dihuni oleh laki-laki, kehidupan mungkin sudah terhenti beribu-ribu abad yang lalu. Oleh sebab itu, wanita tidak bisa diremehkan dan diabaikan, karena dibalik semua keberhasilan dan kontinuitas kehidupan, di situ ada wanita.
Peranan Wanita dalam Mendidik Umat
Syauqi mengatakan "Ibu ibarat madrasah, jika kau persiapkan maka sesungguhnya anda sedang menyiapkan bangsa (besar) yang wangi keringatnya."
Wanita adalah guru pertama bagi sang anak, sebelum dididik orang lain. Sejak ruh ditiupkan ke dalam rahim, proses pendidikan sudah dimulai. Sebab mulai saat itu, anak telah mampu menangkap rangsangan-rangsangan yang dberikan oleh ibunya. Ia mampu mendengar dan merasakan apa yang dirasakan ibunya. Bila ibunya sedih dan cemas, ia pun merasakan demikian. Sebaliknya, bila ibunya merasa senang, ia pun turut senang.
Kemudian bertambah hari, minggu dan bulan, yang pada wakunya ia terlahir ke muka bumi. Dari enol hari, ia sudah berusaha memahami apa yang diajarkan oleh seorang ibu. Bila seorang ibu membiasakan anaknya dari kandungan sampai dewasa dengan adab-adab Islam,
ia pun akan terbiasa dengan hal itu. Tapi sebaliknya, bila ibu membiasakan dengan adab-adab yang tidak Islami, ia pun akan ikut seperti ibunya. Saat inilah shibgah seorang ibu sangat berpengaruh pada anak. Karena perkembangan otak sangat cepat. Daya ingat masih kuat. Bagi seorang ibu perlu memperhatikan hal berikut :
Tarbiyah Ruhiyyah
1. Pendidikan Akidah
Bagaimana seorang ibu mampu menanamkan akidah sedini mungkin, sehingga anak meyakini bahwa kita hidup tidak semau kita. Tapi di sana ada pengatur, pengawas tujuan hidup, akhir dari kehidupan. Kemudian meyakini bahwa apa yang terjadi pada kita, pasti akan kembali pada sang khalik. Hal itu terangkum dalam rukun iman yang enam. Ketika ia besar, ia tidak lagi ragu dan bingung mencari jati diri. Siapakah aku? untuk apa aku hidup? siapakah yang harus aku ikuti dan dijadikan idola ? Dan seterusnya.
2. Pendidikan Ibadah
Ketika ibu menjalani kehamilan sampai melahirkan, tidaklah berat baginya untuk mengajak si calon bayi untuk ikut serta dalam melakukan ibadah harian. Seperi: sholat, puasa, membaca Alquran, berdoa, berdzikir, dan lain sebagainya. Walau mungkin anak tidak paham apa yang dilakukan dan diinginkan ibunya, tapi ketika ia menginjak dewasa (baligh), Insya Allah ibadah-ibadah tadi akan mudah diajarkan. Sebab sudah sering melihat dan mendengar, sehingga takkan terasa berat menjalaninya.
3. Pendidikan Akhlak
Pembiasaan akhlak yang baik tidak perlu menunggu anak dewasa. Dari sini harus sudah dibiasakan. Sebab kebiasaan yang baik, kalau tidak dibiasakan dalam waktu yang lama, sangat sulit untuk menjadi akhlak. Justru ketika kebiasaan baik tidak ada dalam diri kita, dengan sendirinya kebiasaan buruk akan menghiasinya tanpa harus dibiasakan.
Jika semenjak dalam kandungan seorang anak dibiasakan mencintai orang lain, maka ketika lahir, ia pun akan berusaha untuk mencintai orang lain. Apabila sfat-sifat sabar, tawadlu, itsar, tabah, pemurah, suka menolong orang lain dan sebagainya dibiasakan, insya Allah ketika anak sudah paham dan mengerti, akhlak,akhlak tadi akan menghiasi kehidupannya.
Oleh sebab itu, Rasul menganjurkan kepada para pemuda yang sudah waktunya nikah, untuk memilih calon istrinya seorang wanita yang beragama dan berakhlak baik. Sebab dari wanita inilah, akan terlahir generasi yang beragama dan berakhlak baik juga. Ibu seperti inilah yang akan mengajarkan tuntunan agama yang telah terbiasa dan tertathbiq dalam dirinya. Di antara tuntunan tersebut adalah akhlak yang mulia. Sedangkan wanita yang cantik, pintar, atau kaya tidak menjamin akan melahirkan anak-anak yang berakhlak mulia.
Tarbiyyah Aqliyyah
Kata seorang penulis puisi, "Otak tidak diasah, akan tumpul". Pengasahan otak semenjak kecil akan lebih bagus, ketimbang jika sudah besar. Bagai sebuah pisau, semakin lama waktu mengasahnya, maka akan semakin tajam. Dalam nasyid juga disebutkan, "Belajar diwaktu kecil, bagai mengukir di atas batu". Tapi seorang ibu juga harus bijaksana dalam hal ini. Jangan sembarangan dalam memberikan buku-buku bacaan, untuk mengasah otak. Cukup banyak buku-buku yang ingin menghancurkan generasi Islam.
Tarbiyah Jasadiyyah
Pendidikan inilah yang sering mendapat perhatian dan jadi topik pembicaraan para ibu yang baru mempunyai anak. Rangsangan-rangsangan ibu berupa olah-raga balita, sangat membantu anak dalam perkembangan tubuhnya. Percepatan proses semenjak si anak tengkurap, merangkak, jalan dan lari, tidak bisa dibiarkan sendiri. Namun bantuan ibu untuk melakuan gerakan-gerakan itu sangatlah dibutuhkan anak. Karena pada hakikatnya, insting yang dimiliki anak belum mampu menjangkau apa yang harus ia lakukan agar bisa berbuat seperti orangdewasa. Contoh kecilnya, ketika lahir, Rasulullah menyuruh para orang tua untuk mentahniq dengan memijat langit-langit mulut agar mampu mengisap air susu ibunya. Olah raga atau tarbiyyah jasadiyyah ini tidak terbatas pada usia balita, tapi bahkan sampai dewasa dan tua.
Peran Wanita dalam Mendampingi Suami
Suami shalih kebanyakan dibelakangnya ada istri shalihah. Laki-laki dalam menjalankan tugasnya baik di dalam atau di luar rumah sering mendapat kendala ujian dan cobaan. Kegoncangan jiwanya kadang-kadang tidak mampu menngendalikannya sendiri. Nah, saat-saat seperti inilah peran dan batuan istri sangat dibutuhkan. Istri yang shalehah selalu memberi dorongan untuk terus maju memberi siraman ruhiyyah agar tetap semangat dalam menapaki duri-duri jalanan, memberi bensin untuk tetap berjalan di atas rel Islam.
Ketika suami sedang panas tidak selayaknya istri mengompori, tapi berusaha untuk meredam dan mendinginkan agar suami sadar dan sabar.
Banyak sekali suami terjerumus ke lembah hina disebabkan istrinya tidak bisa membimbing ke arah yang baik. Juga tidak sedikit suami dulunya kurang baik setelah beristri justru ia makin membaik. Oleh sebab itu, wahai para ibu-ibu shalihah marilah kita dukung suami kita untuk menjadi suami yang shalih. Mencurahkan tenaga, pikiran, bahkan nyawa untuk tegaknya Islam di muka bumi dengan tidak membebaninya dengan tugas-tugas rumah yang mana pabila kita mengerjakannya dengan ikhlas, kita akan dapat pahala dan suami kita semakin sayang pada kita.
Semangat di medan dakwah dan juang, marilah kita berikan waktu seluas-luasnya pada suami kita untuk mencurahkan waktu hidupnya untuk Islam tercinta. Istri selain sebagai motor bagi suami, ia juga dibebani kewajiban-kewajiban terhadap suaminya agar tercipta keluarga-keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah. Karena dari keluarga inilah akan terbentuk mujamaâ mitsaly dan dari mujtamaâ mujtamaâ ini akan terbentuk daulah Islamiyyah.
Di antara kewajiban istri terhadap suami adalah :
1. Taat Suami
2. Tidak keluar rumah tanpa idzin suami
3. Tidak menjauhi tempat tidur suami
4. Iffah
5. Qona'ah dan ridlo dengan apa yang Allah berikan.
6. Berhias dan memakai wangi-wangian
7. Melaksanakan tugas-tugas rumah tangga
8. Mendidik anak-anak
9. Berlemah lembutdan berkata-kata manis.
Sembilan point ini bila kita mampu untuk menjalankan semua, Insya Allah suami bahagia di rumah dan semangat di medan dakwah. Wahai para ibu, jangalah engkau nyalakan api di keluargamu disebabkan kelalaianmu atas kewajibanmu terhadap suami.
Peran Wanita Dalam Menegakkan Negara
A. Peran Wanita dalam Dakwah
Di samping wanita sebagai ibu rumah tangga dan pendidik generasi, ia dalam satu waktu juga berperan sebagai pendidik para pemudi-pemudi dan ibu-ibu. Di dalam rumah ia pendidik anak-anak, sedang di luar rumah ia pendidik sebagian anggota masyarakat.
Jumlah wanita di dunia ini lebih banyak dari pada jumlah laki-laki. Bila potensi ini tidak diarahkan dan dididik dengan baik, ia akan menjadi penghancur masyarakat, negara bahkan dunia. Suatu masyarakat dikatakan berhasil, bila wanitanya berakhlak mulia. Wanita bagaikan mahkota, bila mahkota baik, maka seluruhnya akan kelihatan cantik dan bagus. Tapi bila mahkotanya rusak, maka yang lainpun tidak ada artinya apa-apa.
Seorang wanita tidaklah cukup berkutat dalam rumah saja sebagai IRT, karena para tunas bangsa dan agama telah menunggu uluran tangannya. Apalagi pada saat ini, umat sedang mengalami penurunan akidah, moral dan ibadah. Wanita tak segan-segan lagi melepas jilbabnya. Bahkan menanggalkan pakaian muslimahnya, justru pakaian-pakaian barat, pakaian orang kafir yang menjadi kebanggan mereka. Tidak malu-malu lagi wanita menggandeng, ngobrol, pegang sana pegang sini dengan laki-laki bukan mahram. Pergi berduaan tanpa merasa berdosa.
Berkhalwat dengan alasan urusan organisasi, kantor dan sebagainya. Tidak sampai di situ saja, bahkan lebih dari itu. Oleh sebab itu tugas kita adalah mentarbiyah diri kita, anak-anak dan seluruh lapisan masyrakat, khususnya kaum wanita. Sedang kaum lelaki, akan dididik oleh para suami dan pemuda-pemuda yang akan mentarbiyah mereka. Bahu membahu antara kita dan suami akan menciptakan sebuah masyarakat Islami, yang pada akhirnya akan menjadi sebuah negara Islam.
Adalah Ummu Syarik, setelah masuk Islam, beliau mendakwahi wanita-wanita Qurasiy secara diam-diam dan mengajak mereka menerima Islam. Zainab Al-Ghazali adalah di antara figur wanita modern penerus Ummu Syarik. Meskipun wanita dibolehkan keluar rumah -khususnya berdakwah- namun tetap ada batasan-batasan seputar pakaian:
Pakaian harus menutup seluruh anggota tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan (dalam hal ini para ulama berbeda pendapat).
Pakaian tidak menarik perhatian.
Pakaian tidak sempit.
Tidak pendek bagian bawahnya.
Tidak beraroma minyak wangi.
Tidak menyerupai pakaian laki-laki, karena Rasulullah melaknat perempuan yang menyerupai laki-laki.
Tidak memakai pakaian dengan maksud agar terkenal di antara manusia.
B. Peran Wanita dalam Peperangan dan Jihad
Peperangan pada hakekatnya diwajibkan atas laki-laki, kecuali pada waktu-waktu darurat. Tapi tidak menutup kemungkinan perempuan ikut andil di dalamnya. Di antara perannya dalam hal ini adalah memberikan minuman, mengobati yang luka-luka akibat perang, menyiapkan bekal dan lain-lain. Bila para wanita melakukan hal ini dengan ikhlas, pahalanya sama dengan orang yang berjihad.
Sejarah pun telah menuliskan dengan tinta emas, peranan wanita dalam peperangan. Ketika perang Yarmuk, Khalid bin Walid sebagai panglimanya menugaskan wanita, diantaranya Khansa', untuk berbaris di belakang barisan laki-laki, tapi jaraknya agak jauh sedikit. Tugas mereka adalah menghalau prajurit laki-laki yang melarikan diri dari medan perang. Mereka dibekali pedang, kayu dan batu. Shafiyah binti Abdul Muthalib juga pernah membunuh seorang Yahudi pengintai. Dan banyak lagi contoh-contoh yang nyata yang dapat menjadi suri tauladan bagi kita.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/peran-wanita-dalam-islam-oleh-ummu.html 

~..~ Hiburan Yang Melalaikan ~..~

"Nyanyian dan permainan hiburan yang melalaikan menumbuhkan kemunafikan dalam hati, bagaikan air menumbuhkan rerumputan. Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, sesungguhnya Alquran dan dzikir menumbuhkan keimanan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan." (HR Ad-Dailami).
Di era globalisasi kini, arus informasi mengalir sedemikian derasnya seakan tak terbendung. Berbagai jenis hiburan pun ada. Televisi dan radio menayangkan setiap saat. Semuanya diserahkan kepada kita untuk memilih dan memilah. Sayangnya tak semua orang bisa melaksanakannya. Sebagian besar anak-anak dan orang tua --terutama kaum ibu-- menghabiskan waktu di depan layar kaca. Sementara waktu untuk belajar dan menambah keimanan jauh lebih sedikit.
Islam tidak melarang orang untuk bersenang-senang asalkan sesuai porsinya, memberikan nilai tambah dan manfaat. Apabila hiburan yang melalaikan terlalu sering kita nikmati maka tidaklah mengherankan jika kemunafikan tumbuh subur. Sangat sayang bila waktu dibuang-buang hanya untuk hiburan yang melalaikan.
Allah SWT berfirman: "Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan beramal shaleh. Dan saling menasihati dalam kebenaran serta saling menasihati dalam kesabaran." (QS Al-Ashr: 1-3).
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna." (QS Al-Mu'minuun: 1-3).
Marilah kita introspeksi, apakah kita rela membuat anak kita bahkan diri kita menjadikan tontonan sebagai tuntunan. Lebih mengenal Panji Manusia Millenium daripada Sahabat Nabi, lebih tahu soal Saras-008 daripada Siti Fatimah RA.


 Sementara tuntunan sejati yang membawa keselamatan yakni Alquran dan Asunah kita jadikan tontonan dan ditinggalkan.
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS Al-Isra': 36).


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/hiburan-yang-melalaikan.html

~..~ Gambaran Kehidupan Manusia Setelah Mati ~..~

Sahabat Ma'adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah...terangkan kepadaku tentang makna firman Allah "ketika ditiup sangkakala, lalu kamu datang berkelompok-kelompok"". Lalu menangislah Rasulullah SAW. Cucuran air matanya membasahi pakaiannya. Engkau telah menanyakan sesuatu yang dahsyat. Umatku akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam 12 kelompok-kelompok tabiat.
* Kelompok pertama : Dibangkitkan tanpa kaki dan tangan, seraya terdengar suara dari sisiNya,
"Mereka adalah orang-orang yang mengganggu tetangganya. Maka inilah ganjarannya dan nerakalah tempatnya".
* Kelompok kedua : Dibangkitkan dalam bentuk babi, seraya terdengar suara dari sisiNya, "Inilah balasan bagi orang-orang yang bermalas-malasan melakukan sholat dan nerakalah tempatnya".
* Kelompok ketiga : Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan perutnya besar menggunung yang dipenuhi ular dan kalajengking, seraya terdengar suara dari sisiNya, "Inilah ganjaran orang-orang yang menahan zakat dan nerakalah tempatnya".


* Kelompok keempat : Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan darah mengalir dari mulut, seraya terdengar suara dari sisiNya, "Inilah ganjaran bagi orang-orang yang berdusta dalam perkara jual beli dan nerakalah tempatnya".
* Kelompok kelima : Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan bau busuk, lebih busuk dari bau bangkai. seraya terdengar suara dari sisiNya, "inilah ganjaran bagi orang-orang yang melakukan maksiat (perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat islam) secara sembunyi karena takut terlihat orang tapi tidak takut dari pengawasan Allah dan nerakalah tempatnya".
* Kelompok keenam : Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan terputus lehernya, seraya terdengar suara dari sisiNya, "Inilah ganjaran bagi orang-orang yang memberikan kesaksian palsu dan nerakalah tempatnya".
* kelompok ketujuh : Dibangkitkan dari kuburnya tanpa memiliki lidah dan dari mulutnya keluar darah dan nanah. Seraya terdengar suara dari sisiNya, "inilah ganjaran bagi orang-orang yang tidak mau memberikan kesaksian dan nerakalah tempatnya".
* Kelompok kedelapan : Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan tertunduk dan kedua kakinya berada diatas kepala, seraya terdengar suara dari sisiNya, "inilah ganjaran bagi orang-orang yang suka melakukan zina dan terlanjur mati sebelum bertobat dan nerakalah tempatnya".
* Kelompok kesembilan : Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan berwajah hitam dan matanya biru serta perutnya penuh api, seraya terdengar suara dari sisiNya, "Inilah ganjaran bagi orang-orang yang memakan harta dan merampas hak anak-anak yatim secara zalim dan nerakalah tempatnya".
* Kelompok kesepuluh : Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan sakit kusta dan sopak, seraya terdengar suara dari sisiNya, "Inilah ganjaran bagi orang-orang yang mendurhakai orang tuanya dfan nerakalah tempatnya".
* Kelompok kesebelas : Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan buta hati, buta mata. Giginya seperti tanduk kerbau. Bibir dan lidahnya bergelantungan mencapai dada, perut dan paha. Dan dari perutnya keluar kotoran. Seraya terdengar suara dari sisiNya, "Inilah ganjaran bagi orang-orang yang meminum khamr (yang memabukan/alkohol) dan nerakalah tempatnya".
* Kelompok kedua belas : Dibangkitkan dari kuburnya dalam keadaan wajah bercahaya, seperti bulan purnama. Melewati Shirath Al-Mustaqim secepat kilat menyambar angin. Seraya terdengar suara dari sisiNya "Mereka adalah orang-orang yang melakukan amal sholeh kebajikan. Menjauhi segala kemaksiatan. Rajin memenuhi panggilan sholat dan mati setelah bertobat. Maka ganjaran mereka adalah Pengampunan, Rahmat, dan Ridho serta Surga dari ALLAH SWT".



"Ya Alllah,,, masukanlah hambaMU ini ke dalam golongan orang-orang yang selalu beriman kepadaMu ya Allah,,, jauhkan panas api neraka dari kami ya Allah....."


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/gambaran-kehidupan-manusia-setelah-mati.html

~..~ Nikmat Iman Islam Bagi Kaum Muslimin ~..~

Sahabatku , Muslimin dan Muslimat Yang dimuliakan Allah SWT


Dengarlah sungguh Allah, telah memberi ni’mat
Ni’mat Allah sangat banyak, tidaklah terbilang
Untuk seluruh makhluk, walau kafir berterang
Umpama langit bumi, matahari dan bulan
Bintang laut sungai hujan, mas perak berlian
Buah lezat bunga indah, dan tumbuh-tumbuhan
Ikan daging susu hewan, dan makan-makanan
Putra putri suami, istri dan perhiasan
Negeri subur dan ma’mur, minuman sehat badan
Maka seluruh itu, ni’mat Allah berikan
Pada manusia, tak Allah beda-bedakan
Tidak dibeda-bedakan, kafir atau musyrik
Ahli iman ahli ma’siat, atau munafik
Karena seluruh itu, sungguh di sisi Allah
Tak berharga dilempar, dibuang bagai sampah
Jika dunia berharga, setimbang sayap lalat
Pada Allah pencipta, alam dunia akhirat
Niscaya orang kafir, tak diberi walaupun
Seceguk air oleh Allah Maha Pengampun
Akan tetapi Allah, beri kaum Muslimin
Ni’mat khusus, tak diberikan pada Kafirin


Yaitu Ni’mat Iman, beserta Ni’mat Islam
Ni’mat yang terbesar, karunia Allahul ’allam
Ni’mat yang tak ternilai, khodarnya pula sangat
Manfaat bagi manusia, dunia akhirat
Di dunia orang beriman, pun Allah muliakan
Sekecil ‘amal yang baik, pun Allah hargakan
Allah Penyayang, terima dan memberi pahala
Di dunia berkah selamat, jauh dari bala
Dan orang beriman, sekian banyak ’amalnya
Maka bertambah imannya, dan keberkahannya
Bila bersedekah, walaupun sangat sedikit
Atau bertasbih, atau menengok orang sakit
Maka Allah hargai, pula memberi ganjaran
Masuk Syurga, tempat hiburan dan keni’matan
Berlipat ganda pahala, ganjaran tak terkira
Hidup kekal dalam Syurga, riang dan gembira
Inilah ni’mat Allah, khusus bagi Mu’minin
Semata-mata kelebihan Robbul ’Alamin
Ni’mat teristimewa, tidak terbandinginya
Terlebih baik dari dunia serta isinya
Sungguh Allah Maha Penyayang, dan Maha Asih


Mengarunia Kaum Muslimin, ni’mat terpilih
Maka siapa pun tak dapat, Ni’mat Iman Islam
Niscaya Allah murka, dan kutuk siang malam
Amalnya yang sholeh dan baik, Allah pun tolak
Walau sebesar gunung, sebanyak busah ombak
Walau pun membangun Masjid, dari mas berlian
‘Amalnya sia-sia, bagai abu terbangan
Tempatnya Neraka Jahanam, berkobar-kobar
Sangat pedihnya, bagai orang kafir dan inkar
Senantiasa menjerit, minta ampun tolong
Tetap Malaikat menyiksa, api menggulung
Jika Allah yang mengarunia Ni’mat Iman
Tidak dibalas syukur, tapi dengan bantahan
Niscaya hilang terbang, Iman dari dadanya
Hidup sesat, seserlacur dila’nat Tuhannya
Karena itulah, Kaum Muslimin dan Muslimat
Ingat-ingati ni’mat Allah setiap saat
Sebutlah dengan penuh rasa terima kasih
Yang tak terhingga, pada Allah Maha Pengasih
Pula dengan hormat, dan ta’dzim junjung perintah
Dan hindarkan larangan, Allah jangan dibantah


Allah senantiasa berjasa dan berbudi
Baik tidak terbatas, balaslah dengan bakti
Agar supaya Iman Islam tetap di dada
Hingga wafat aman, bahagia tidak tergoda
Di dunia istiqomah, taat ibadah bakti
Wafat husnul khotimah, masuk dalam Jannati.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/nikmat-iman-islam-bagi-kaum-muslimin.html 

~..~ Penghancur Persahabatan ~..~

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.


Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya.
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.
Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.
Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.
Beberapa hal seringkali menjadi penghancur persahabatan antara lain:
Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
Ketidakterbukaan
Kehilangan kepercayaan
Perubahan perasaan antar lawan jenis
Ketidaksetiaan.


Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya. Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.
"Dalam masa kejayaan, teman² mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman² kita."
Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda? Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai? Siapa yang ingin bersama anda pada saat tiada satu pun yang dapat anda berikan?
Merekalah sahabat² anda. Hargai dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/penghancur-persahabatan.html