Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Rabu, 18 Juli 2012

Kisang Jagung

Seorang wartawan mewawancarai seorang petani untuk mengetahui rahasia dibalik buah jagungnya yang selama bertahun-tahun selalu berhasil memenangkan kontes perlombaan hasil pertanian. Petani itu mengaku ia sama sekali tidak mempunyai rahasia khusus karena ia selalu membagi-bagikan bibit jagung terbaiknya pada tetangga-tetangga disekitar perkebunannya.

"Mengapa anda membagi-bagikan bibit jagung terbaik itu pada tetangga-tetangga anda? Bukankah mereka mengikuti kontes ini juga setiap tahunnya?" tanya sang wartawan.

"Tak tahukah anda?," jawab petani itu.

"Bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila tanaman jagung tetangga saya buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang saya juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagung saya. Bila saya ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, saya harus menolong tetangga saya mendapatkan jagung yang baik pula."

Begitu pula dengan hidup kita. Mereka yang ingin meraih keberhasilan harus menolong tetangganya menjadi berhasil pula. Mereka yang menginginkan hidup dengan baik harus menolong tetangganya hidup dengan baik pula. Nilai dari hidup kita diukur dari kehidupan-kehidupan yang disentuhnya. Tetapi jika kita selalu berpikiran negative dengan mempengaruhi yang lain maka kehidupan kita juga akan menjadi negative.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/kisang-jagung.html

aku menunggumu.......

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Ini bukan sekedar kata-kata agar kamu jatuh hati padaku, namun ini
adalah kejujuranku. Mengapa aku berkata seperti ini? Karena aku menyukai
orang-orang yang mencintaiNya. ... yang mencintai RasulNya... dan denganmu...
kuharap keteguhanmu bisa mengajakku serta untuk semakin mencintaiNya. ..

Aku merindukanmu karena Allah

Ini bukan untaian rahasia dalam hatiku untuk memikatmu. Mengapa aku
berkata seperti ini? karena aku tahu... mengucapkan ikrar suci itu
menyempurnakan hidupku. Dan... Pernikahan adalah sunnah Rasullullah dan
Rasulullah adalah kekasih Allah. Cinta adalah anugerahNya yang ditumbuhkan
dihati orang-orang yang dikehendakiNya. Bagaimana aku tidak merindukan
kehadiranmu wahai kekasih.... to come in my life ???

Aku menunggumu karena Allah

Ini bukan rajutan perasaan untuk sebuah penantian. Mengapa aku berkata
seperti ini? Karena aku tahu, diriku terlalu banyak kekurangan.. . dan
karenanya... aku butuh seseorang yang lebih halus untuk menaklukkan hatiku
yang tegas dan yang lebih tangguh untuk menguatkan hatiku yang lemah dengan ijinNya...

Aku tahu... terlalu banyak yang harus aku perbaiki... karenanya, aku menunggumu untuk menjadi pendamping hidupku... aku menunggumu untuk
lebih membimbingku dengan tulusmu... untuk lebih mengajariku dengan
sabar hingga kenikmatan imanku terhadapNya semakin dalam dengan
ijinNya.... disetiap harinya... untuk selama-lamanya Amin...

Aku tahu, dalam hatiku... aku tak ingin hidup sendiri, karenanya, aku
berharap... Allah menganugerahkan padaku seorang imam untuk berbagi
banyak hal dan menerima apa adanya diriku beserta keluargaku.. .
Kekasih... bila Engkau benar-benar ada dalam hidupku...
semoga Allah memantapkan hati kita dan mendekatkan kita dijalan yang lebih Ia Ridhoi
Amin...

Aku mencintaimu karena Allah... aku merindukanmu karena Allah dan aku menunggumu karena Allah...
diraga manakah jiwamu bersemayam?? ?
Dari sini aku menatap jejakmu dengan raga yang menari bersama angin...
diantara gemuruh ombak kerinduanku
Rasakan getarku... yang membiarkan selarik bintang menemanimu serta untuk menjemputku. ..
meski mungkin tak ada peta yang bisa dirimu genggam...
ijinkan bisik hatiku sebagai petunjuk arahmu dengan ijinNya...

Ya Rabbi... redamkanlah rinduku dijalan yang terbaik menurut Engkau untuk dunia dan akhiratku Amin....
Bila kerabat dan teman tak lagi cukup untuk menemani kehidupanku. ..
maka hari itu adalah yang aku tunggu... apakah dia, jawaban itu???





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/aku-menunggumu.html

Saat Bu Direktur Jadi Pembantu

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Ini merupakan kisah nyata. Saya mengetahui sendiri kisah ini, saya tuliskan di blog saya agar menjadi pelajaraan bagi kita semua. Kisah ini mengingatkan saya bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan dariNya. Tidak ada kuasa apa pun bagi kita untuk menyombongkan diri terhadap titipan Tuhan karena setiap saat bisa diambil olehNya, seperti yang dialami ibu direktur ini.
Ibu direktur ini, dulunya adalah istri seorang pengusaha yang sukses. Iya dong, namanya aja ibu direktur, pasti istri seorang direktur dong, hehehe. Saat masih jaya sebagai orang kaya, kehidupan keluarganya sangat royal. Setiap keluar produk kendaraan baru, pasti keluarganya segera membeli. Barang-barang di rumahnya adalah barang dengan kualitas terbaik. Terkadang saat saya ke rumah beliau, saya sering “ngiler” dibuatnya.
Dibalik kekayaan yang dimiliki, ada satu sisi kejelekan yang dipunya oleh keluarga ibu direktur ini. Sang ibu direktur kurang akrab dengan keluarganya. Menurut kabar burung yang saya dengar, ibu direktur ini selalu enggan menolong keluarganya saat mereka dilanda kesusahan. Bahkan dalam pergaulan dia selalu pilih-pilih, dia mau bergaul dan menyapa orang yang sepadan dengan dirinya dalam hal ekonomi. Jangan harap orang biasa akan disapa oleh ibu direktur ini.
Walaupun ibu direktur tidak mau menolong sesama apalagi keluarganya yang kesusahan, ditambah hidupnya yang boros, tetapi Allah tetap memberinya kesempatan menjadi orang kaya. Rejeki yang diberikan Allah pada suaminya tetap dicurahkan dengan jumlah yang besar sehingga tidak pernah kurang sedikit pun.
Akhirnya, mungkin karena doa saudara-saudaranya yang sakit hati. Ditambah kesombongan keluarga ibu direktur ini. Allah pun memberinya peringatan. Bisnis suaminya mengalami hambatan, sampai akhirnya sang suami jatuh bangkrut. Sepanjang pengetahuan saya waktu itu, salah satu penyebab lain karena sang suami juga berselingkuh dengan wanita muda. Mungkin uangnya dihambur-hamburkan dengan wanita simpanan tersebut.
Semua harta keluarga ibu direktur akhirnya habis untuk membayar hutang-hutang bisnis suaminya. Saat mengalami kondisi inilah akhirnya ibu direktur sadar, betapa tidak enaknya menjadi orang susah. Batapa sakit hatinya saat mengalami kesusahan, minta tolong pada saudara-saudara tapi dicueki oleh mereka. Betapa tidak enaknya menjadi orang yang dipandang rendah, karena kini dia menjadi seorang PEMBANTU…!!!
Saudaraku, dari kisah ini, marilah kita mengambil pelajaran. Marilah tetap kita ingat, bahwa hidup itu benar-benar seperti roda. Kadang kita diatas, kadang kita di bawah. Kita tidak akan pernah tahu bahwa orang yang kita anggap remeh suatu saat akan lebih baik dari kita. Karena itu, saat kita berada di atas, janganlah kita sombong, meremehkan orang lain, dan berbuat sesuka kita. Karena semua yang kita miliki hanyalah titipan Allah semata.
Semoga bermanfaat, sukses untuk anda…..





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/saat-bu-direktur-jadi-pembantu.html

Ngepel bareng Jin

Hari ini giliran jarun yang mengepel lantai masjid. Jarun mendapat jatah setiap Sabtu pagi selepas sholat dhuha. Lantai masjid yang dua kali lebih besar dari lapangan basket di jajaki dari pojok dekat tempat wudhu.

Satu petak dua petak jarun melangkah, tapi rasanya ada yang salah.
Satu petak dua petak jarun mengulangi, tetap saja ada yang keliru.
Satu petak dua petak lagi, walaaaa pasti ada yang tidak beres..!!

Jarun membanting pel membiarkan tergeletak berantakkan dengan air di ember yang bercipratan di sekeliling tempatnya ngepel tadi. Ada yang salah, ada yang keliru memang. Kemana lagi jarun pergi kalau bukan ke rumah gurunya kyai Badrun yang dia kenal sejak kecil.

" Kenapa lagi, run?"
" Masalah, kyai. Gawat!"
"Gawat apanya?"
"Gawat ya gawat kyai"
"La iya tapi kenapa gawat?'
" Masjid sudah di susupin jin nakal kyai, dari dulu sampai sekaang, baru sekarang, saya berani di goda sama jin, kyai."
"ah jin. Jin apa?"
"Jin ya jin , kyai. Ini sudah tidak beres."
"Walaa memangnya jin itu ngapain kamu run?"
"Begini kyai, ketika saya ngepel lantai masjid, bukannya tambah bersih malah tambah kotor. Sekali dua kali masih kotor. tiga kali tambah kotor. Gimana toh kyai, pasti ini ada apa-apanya. Ndak tahu jin dari mana yang berani-beraninya ganggu saya bersihin mushola."
"Haha jin arab kali run..."
"Arab itu jauh kyai, jinnya pasti naik pesawat, bayarnya mahal. Ndak mungkin kyai, kalau benar dari arab, pasti jinnya kaya."
Haha.. kyai ketawa lagi.

Muridnya yang satu ini memang aneh. Kalau masjid kotor karena di pel, bukan berarti ada jin yang sedang mengganggu.
Bukan pula karena lantainya tak mau diatur. Bisa jadi karena kain pelnya yang kotor, lupa di bersihkan, dan justru membuat lantai jadi kotor.

****

Manusia itu seperti lantai, setiap hari, setiap detik selalu aja ada debu yang menempel dan menjadi kotor. Sebersih apapun seseorang, dia tak akan luput dari kesalahan dan kekeliruan. Baik karena khilaf, lupa, tidak sengaja atau malah di sengaja sekalipun. Namanya juga manusia, tempat salah dan lupa. Al insaanu mahallul khoto wan nisyaan.

Begitupun sebagai umat, tak lepas dari kesalahan dan kekeliruan menempuh jalan kekhilafan dalam mengambil keputusan. Maka di utuslah Nabi dan Rasul yang menunjukkan jalan kebaikan kepada umat. Lalu setelah habis masa kenabian setelah sang penghulu para nabi Muhammad Saw wafat berpindah pula tugas itu kepada umat yang menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Ulama yang memegang peranan penting dalam proses ini, membimbing umat menuju cahaya kegemilangan sepeninggal Rasul. Kalau ada yang kotor di bersihkan, kalau ada yang keliru di luruskan. Begitulah kiranya tugas para tokoh agama, entah apa sebutannya : kyai, ustadz, habib, syekh, guru, mu'allim, atau cendekiawan. Seperti kain pel, dia bersihkan lantai yang kotor agar kembali menjadi bersih. Masalahnya, tidak setiap waktu kain pel yang semula bersih akan tetap terus bisa membersihkan dengan baik.

Menjadi orang yang memberi taushiah penyejuk hati, mengajar pengajian atau sibuk berda'wah ternyata tidak semudah penampilan di kasat mata. Menyerukan kebaikan selalu bermula dari hati. Hati yang bersih akan membuat orang yang diajaknya berbuat baik dan meninggalkan keburukan akan terbukalah hatinya. Hati yang kotor akan kehilangan ketajaman kata dan teladan.
Bukan pula pekerjaan yang mudah di lakoni, karena setiap ucap kata yang keluar, harus di barengi dengan ke ikhlasan dan konsistensi dalam ucapan. Sunggguh besar kebencian di sisi Allah orang yang mengatakan apa yang tidak ia lakukan.

Jika Muhammad sang utusan pun mohon ampun pada TUHANnya paling sedikit seratus kali dalam sehari, bagaimana mungkin seorang manusia biasa telah cukup dengan apa yang telah di lakukannya...
Hati-hati ketika menjadi pemimpin, salah mengucap pun, pengikut setianya akan manut. Kalau banyak kesalahan akan banyak pula orang yang ikut bersalah. Kalau salah mengucap, banyak orang yang menjadi korban kesalahannya.

Dari kasus kain pel dapat diambil kesimpulan ;
Alih-alih membersihkan justru mengotori, alih-alih meluruskan justru membuat orang tersesat. Jadi pemimpin itu sulit.
Selain paham dia butuh keikhlasan. Lillahi ta'ala. Wallahua'lam bishshowab..




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/ngepel-bareng-jin.html

KAPAN BERHUKUM DENGAN SELAIN HUKUM ALLAH KUFUR ASHGHAR ?

Setiap orang yang menggunakan dalil surat Al-Maidah : 44 sebagai bukti kekafiran atas thaghut yang tidak berhukum dengan hukum Allah dianggap khawarij dan tidak memperinci tanpa pengecualian. Sungguh ini adalah fitnah !!! Maka adalah kewajiban mendudukkan persoalan ini dengan benar sesuai nash-nash yang ada dan pendapat ulama salafusshalih.

KAPAN BERHUKUM DENGAN SELAIN HUKUM ALLAH KUFUR ASGHAR ?

Berhukum dengan selain hukum Allah hukumnya kufur asghar ketika seorang penguasa atau hakim memutuskan suatu perkara tertentu[1] dengan selain hukum Allah namun ia masih meyakini bahwa memutuskan perkara tertentu tersebut wajib dengan hukum Allah. Ia berpaling dari hukum Allah dalam masalah tersebut karena maksiat, hawa nafsu dan syahwatnya dengan mengakui bahwa hal itu termasuk dosa dan karena perbuatannya itu ia berhak untuk dihukum.

Kita ketengahkan disini perkataan para ulama dalam masalah ini :

Imam Al Qurthubi berkata :
“ Jika ia menghukumi dengannya (maksudnya bukan dengan hukum Allah) karena mengikuti hawa nafsu dan berbuat maksiat maka itu hukumnya dosa yang bisa diampuni berdasar aqidah ahlu sunah dalam masalah ampunan bagi orang-orang yang berbuat dosa.”[2]

Ibnu Taimiyah berkata :
“ Adapun orang yang komitmen dengan hukum Allah dan Rasul-Nya secara lahir dan batin tapi ia berbuat maksiat dan mengikuti hawa nafsunya, maka ini seperti pelaku maksiat / dosa lainnya.”[3]

Ibnu Qayyim berkata :
“ Jika meyakini wajibnya menghukumi dengan hukum Allah dalam masalah ini (kasus tertentu) kemudian ia berpaling darinya karena maksiat sementara ia masih mengakui ia berhak mendapat hukuman (atas sikap meninggalkan hukum Allah dalam kasus ini) maka ini kafir asghar.”[4]

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh berkata :
“ Adapun jenis kedua dari dua jenis kekufuran karena meninggalkan berhukum dengan hukum Allah adalah kufur yang tidak mengeluarkan dari milah…yaitu jika syahwat dan hawa nafsunya membawanya untuk memutuskan suatu kasus dengan selain hukum Allah dengan masih meyakini bahwa hukum Allah dan Rasul-Nya itulah yang benar dan ia masih mengakui perbuatannya itu salah dan menjauhi petunjuk. Ini sekalipun tidak mengeluarkan dari milah namun kemaksiatannya sangat besar, lebih besar dari dosa-dosa besar seperti berzina, minum khamr, mencuri, sumpah palsu dan sebagainya. Karena sebuah kemaksiatann yang disebut Allah dalam kitab-Nya sebagai sebuah kekufuran lebih besar dosanya dari maksiat yang tidak disebut sebagai kekufuran.”[5]

Asy Syanqithi berkata :
“ Siapa tidak menghukumi dengan hukum Allah dengan masih meyakini perbuatannya itu haram dan ia melakukan suatu hal yang buruk, maka kekufuran, kedzaliman dan kefasikannya tidak mengeluarkannya dari milah.”[6]

Kondisi seperti inilah ---yang disebut tadi--- yang dimaksudkan oleh perkataan Ibnu Abbas, Atha’, Thawus dan Abu Mijlaz.

Telah tersebut riwayat bahwa Ibnu Abbas berkata tentang ayat,” Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-oang yang kafir.” [Al Maidah :44].
“ Bukan kekafiran yang mereka (Khawarij) maksudkan.”[7] Dalam riwayat lain beliau berkata,” Kekafiran yang tidak mengeluarkan dari milah.”[8]

Atha’ berkata,:
” Kufur duna kufrin, dzulmun duna dzulmin dan fisqun duna fisqin.”[9]

Thawus berkata,”
“ Bukan kekafiran yang mengeluarkan dari milah.”[10]

Ketika sekelompok Ibadhiyah menemui Abu Mijlaz, mereka bertanya kepadanya,” Allah berfirman :
” Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.”
Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-oang yang dzalim.”
Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-oang yang fasiq.”
Abu Mijlaz menjawab,” Mereka ---para penguasa--- mengerjakan perbuatan mereka namun mereka tahu itu perbuatan dosa…”[11]

Yang perlu disebutkan di sini ada sementara orang yang memaknai pendapat Ibnu Abas dan atsar-atsar di atas bukan pada tempatnya. Mereka memahaminya secara buruk, karena itu perlu diingatkan di sini beberapa hal:

1). Dhahir konteks ayat-ayat di atas : menunjukkan bahwa maksud ayat –ayat tadi pada asalnya adalah kekufuran, kedzaliman dan kefasikan akbar (yang mengeluarkan dari Islam).[12] Sebagaimana diterangkan oleh asbab nuzulnya ayat, di mana diturunkan kepada orang-orang Yahudi ---sebagaimana telah diterangkan dimuka--- . Kemudian juga para imam tadi seperti Ibnu Abbas dan lain-lain memaknainya secara umum termasuk orang-orang yang tidak kafir[13], mereka mengatakan,”kufur duna kufrin,” padahal konteks ayat menunjukkan ayat-ayat ini berkenaan dengan orang-orang kafir (yang keluar dari Islam—pent), sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain dari Bara’ bin Azib sebab turunnya ayat ini,” Semua ayat ini berkenaan dengan orang kafir.”

2). Yang dikatakan oleh Abu Mijlas kepada Ibadhiyah adalah jawaban beliau untuk menolak pendapat mereka yang mewajibkan Abu Mijlaz untuk mengkafirkan para penguasa (Umawiyah—pent) saat itu karena mereka berada dalam barisan tentara sultan, juga karena mereka melanggar beberapa larangan Allah.

Di antara yang dikatakan oleh Mahmud Syakir mengenai perkataan Abu Mijlaz :
“ Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan. Wa Ba’du. Sesungguhnya ahlu raib (orang-orang yang ragu) dan ahlu fitnah di kalangan orang-orang yang mengeluarkan pandangannya (ulama) pada masa sekarang ini telah mencari-cari alasan untuk membela para penguasa dalam hal meninggalkan menghukumi dengan hukum Allah dan dalam memutuskan perkara dalam masalah darah, kehormatan dan harta dengan selain syariah Allah yang diturunkan dalam kitab-Nya dan sikap penguasa yang mengambil UU kafir sebagai UU dalam negeri-negeri Islam. Ketika mereka menemukan dua khabar (riwayat) ini[14], mereka mengambilnya sebagai pendapat yang dengannya mereka membenarkan memutuskan perkara dalam masalah harta, kehormatan dan darah dengan selain hukum Allah dan bahwasanya memutuskan perkara secara umum tidak membuat orang yang ridha dengan hal itu dan pelakunya kafir.
Sampai pada perkataan beliau :
“ Pertanyaan mereka bukanlah apa yang dijadikan hujah oleh para pengikut bid’ah zaman sekarang ini yaitu memutuskan (menetapkan) hukum dalam masalah harta, kehormatan dan darah dengan UU yang menyelisihi syariah orang Islam dan bukan pula dalam masalah membuat UU yang diwajibkan untuk orang Islam dengan berhukum kepada hukum selain hukum Allah dalam kitab-Nya dan atas lisan nabi-Nya. Perbuatan membuat UU selain hukum Allah ini adalah berpaling dari hukum Allah, membenci dien-Nya dan mengutamakan hukum-hukum orang kafir atas hukum Allah Ta’ala. Ini jelas kekafiran yang tak seorang muslimpun yang ragu mengenainya meskipun mereka masih berbeda pendapat mengenai kafirnya orang yang mengatakannya dan penyeru kepadanya…”
“ Kalau masalah ini seperti apa yang mereka kira mengenai khabar Abu Mijlaz, bahwasanya mereka memaksudkannya untuk sikap sultan yang menyelisihi salah satu hukum dari hukum-hukum syariah Islam, maka sesungguhnya belum pernah terjadi dalam sejarah Islam peristiwa seorang penguasa membuat suatu hukum dan dijadikannya sebagai UU yang wajib dijadikan keputusan dalam memutuskan perkara. Ini pertama. Selain itu, seorang penguasa yang memutuskan perkara dalam satu masalah tanpa hukum Allah, kedudukan ia boleh jadi karena tidak tahu, maka posisi dia seperti orang tidak tahu lainnya dalam masalah syariah. Dan boleh jadi juga karena memutuskan perkara itu karena mengikuti hawa nafsu dan bermaksiat, maka ini dosa yang bisa diampuni dengan taubat dan maghfirah.”[15]

Di antara yang menguatkan kenyataan ini adalah :

أخرج عبد بن حميد و أبو الشيخ عن أبي مجلز ( ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الكافرون). قال : نعم. قالوا : ( ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الظالمون). قال : نعم. قالوا :( ومن لم يحكم بما أنزل الله فأولئك هم الفاسقون).قال :نعم. قالوا : فهؤلاء يحكمون بما أنزل الله ؟ قال : نعم, هو دينهم الذي به يحكمون و الذي به يتكلمون و إلبه بدعون. فإذا تركوا منه شيئا علموا أنه جور منهم و إنما هذه اليهود و النصارى و المشركون الذبن لا يحكمون بما أنزل الله

Riwayat Abd bin Humaid dan Abu Syaikh dari Abu Mijlaz ia berkata;
“ Saat orang Ibadhiyah membaca ayat,” Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” Abu Mijlaz berkata,“ Ya, betul.”
Mereka membaca lagi ayat,“ Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dzalim.” Abu Mijlaz berkata,“ Ya, betul ”
Mereka membaca lagi ayat,“ Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasiq.” Abu Mijlaz berkata,“ Ya, betul.”
Orang-orang Ibadhiyah bertanya,” Apakah para penguasa memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah ?”
Abu Mijlaz menjawab,” Ya, itulah dien mereka yang dengannya mereka memutuskan perkara dan dengannya mereka berkata dan kepadanya mereka menyeru. Jika mereka meninggalkan sesuatu darinya, maka mereka mengetahui bahwa hal itu kezaliman dari mereka. Sebenarnya (ayat ini) mengenai orang-orang Yahudi, Nasrani dan musyrikin yang tidak berhukum dengan hukum Allah.”[16]

Maka seyogyanya perkataan Abu Mijlaz –demikian juga perkataan Ibnu Abbas—menurur dhahirnya dan sesuai tempatnya tanpa sikap ghuluw (ekstrem) maupun melalaikan, sehingga tidak seperti Khawarij yang menjadikan sikap menyelisihi syariah secara mutlak kafir akbar dan dalam waktu yang sama juga tidak seperti lawan Khawarij (Murjiah) yang menjadikan menolak syariah dan meminggirkan syariah dan berpaling darinya sebagai sekedar kafir asghar.

Ibnu Abbas sama sekali tidak bermaksud --- demikian juga Abu Mijlaz --- orang yang menolak komitmen dengan syariah Allah dan berhukum kepada UU jahiliyah. Karena pada masa-masa itu tidak ada orang yang berbuat seperti ini. Perkataan salafus sholih --- dalam masalah ma’siat kufur duna kufur--- berkisar tentang satu masalah atau kasus saja di mana tidak diputuskan menurut hukum Allah, karena lebih menururti hawa nafsu dan bisikan syahwat, dengan disertai sikap mengetahui keharaman dan dosa perbuatan ini, jadi bukan manhaj (system perundang-undangan) secara umum. Hal ini adalah perkara yang sudah jelas sebagaimana dijelaskan oleh perkataan Ibnu Taimiyah yang telah lalu,”Adapun orang yang komitmen dengan hukum Allah dan rasul-Nya secara lahir dan bathin namun berbuat maksiat dan mengikuti hawa nafsunya maka ia seperti pelaku maksiat lainnya.”[17]

Demikian juga perkataan Ibnu Qayyim,” Jika ia meyakini wajibnya memutuskan hukum dengan hukum Allah dalam satu masalah, kemudian ia berpaling karena maksiat namun ia mengakui ia berhak mendapat hukuman atas perbuatan ini maka ini kafir asghar.”[18]





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/kapan-berhukum-dengan-selain-hukum.html

BAHAYA OBAT NYAMUK

Seberapa sering anda memakai obat nyamuk? Apa mereknya? Apa jenisnya? ampuhkah? berapa harganya? itulah pertanyaan yang sering mucul tentang obat nyamuk, tapi berapa banyak yang bertanya AMANKAH ? Aku harus bilang bahwa saat ini boleh dibilang tidak ada satu pun obat nyamuk di Indonesia yang benar2 ampuh dan AMAN.

Prinsip dasar yang harus dipahami semua orang ketika menggunakan obat nyamuk adalah bahwa zat yang dipakai itu RACUN, dan tidak ada racun yang benar2 aman. iklan2 di TV dan media lain menyesatkan. Tahu iklan Baygon terbaru tentang Baygon biru yang gak bikin batuk ato wanginya segar? Itu iklan yang keterlaluan dan sangat menyesatkan, karena seolah2 dengan menggunkan Baygon biru kita boleh tetap berada di ruangan saat penyemprotan terjadi.

Baygon mengandung 2 racun utama yaitu Propoxur dan transfluthrin. Propoxur adalah senyawa karbamat (senyawa antaranya,MIC, pernah menewaskan ribuan orang dan menyebabkan kerusakan syaraf ratusan ribu orang lainnya dalam kasus Bhopal di India) yang telah dilarang penggunaannya di luar negri karena duduga kuat sebagai zat karsinogenik sedangkan transfluthrin relatif aman hingga saat ini. temenku pernah 'mabuk' propoxur karena menyentuhnya dengan tangan yang sudah menggunakan sarung tangan... 7 hari panas dingin gak keruan. Kalau yang lain bagaimana?

HIT yang promosinya sebagai obat nyamuk ampuh dan murah memang benar bahkan sedikit lebih ampuh dari Baygon tapi sangat berbahaya karena bukan hanya menggunakan Propoxur tapi juga DDVP atau dichlorvos... zat turunan chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia. Murah tapi berbahaya, pilih mana?

Sedangkan obat nyamuk lain seperti Baygon tutup hijau, Vape, raid dan mortein memang non propoxur dan non DDVP tapi keampuhannya sangat diragukan, mereka hanya efektif melawan nyamnuk Aedes tapi berantakan saat melawan nyamuk Culex sp (ini nyamuk malam yang sering gangguin kita).

Wangi pada obat nyamuk aerosol maupun semprot semestinya justru menjadi indikasi bahwa kita tidak boleh berada diruangan tsb selama bau masih tercium, kurang lebih selama 1 jam.... Obat nyamuk tipe lain bagaimana? Sama saja, obat nyamuk bakar jelas menghasilkan asap dan racun, jenis electrik pun tetap menghasilkan racun (HIT bahkan menggunakan propoxur untuk obat nyamuk elektiknya). Penggunaaan obat nyamuk dengan cara dibakar atau dengan listrik harus dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang baik, tidak boleh dalam ruangan tertutup karena racun dan asap yang dihasilkan akan mengurangi proporsi kandungan oksigen dalam ruangan.

Kalau reppelent atau penolak nyamuk seperti Autan, sari Puspa/Soffell, atau Lavender gimana? Ketiganya mengandung racun bernama Diethyltoluamide atau DEET, DEET ini sangat korosif, Autan tidak dapat disimpan dalam wadah plastik PVC atau besi karena dalam hitungan minggu akan mengikis lapisannya. Bayangkan bila itu kena kulit kita? Jadi sekali lagi telah terjadi pembohongan publik lewat iklan anti nyamuk yang lembut bagi kulit, mana mungkin zat yangjelas2 merusak kulit dapat merawat kulit, bahkan setelah ditambahi embel2 menggunkan Aloe Vera atau zat pelembab lain tetap saja berbahaya, jangan gunakan pada kulit yang sensitif atau anak dibawah usia 2 tahun.

Jadi gimana? Back to nature, kalau malam pakai kelambu, kalau siang pakai tangan or raket listrik. Obat nyamuk hanya digunakan bila gangguan memang sudah tak terkendali atau melebihi batas toleransi dan GUNAKAN DENGAN CARA YANGAMAN..... jangan pernahberfikir racun itu aman..... beberapa memang ampuh tapi tak ada yang benar2 aman... pilihlah yang efek racunnya paling kecil, jika sekedar untuk mengendalikan (bukan membasmi) nyamuk maka pilihan terbaik adalah Baygon Tutup hijau (racunnya transfluthrin danCyfluthrin) Vape or Mortein, kalau perlu mengendalikan kecoa maka Baygon selain tutup hijau dan Mortein adalah pilihan terbaik.

Kalau obat nyamuk bakar sih hampir sama semua... obat nyamuk elektrik pilihannya ada pada Baygon or Vape, sedagkan lotion penolak nyamuk antara Sari Puspa or Autan (kandungan DEET 13 dan 12.5 %, sedangkan Lavender hingga 15%).... semuanya terserah anda.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/bahaya-obat-nyamuk.html

Sepatu 2nd

Pak Tua ini bertopi pakeannya sederhana, kendaraannya sepeda onthel. Belakang sepedanya ada kotak yg selalu menempel, kecil namun sangat bermanfaat bagi yg membutuhkannya. Teriknya matahari yg membakar pori-pori dan mengeringkan kerongkongan tak membuatnya menyerah untuk tetap menjajakan jasanya di daerah yg Ia lewati. Walaupun apa yg Ia hasilkan dari jasanya tak sebandingan dg proses perjuangannya, tapi Ia tetap semangat. Mencoba mengais sedikit rejeki untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, terkadang Ia pun tak menghiraukan apakah suaranya menggangu atau tidak. Di tiap sudut gang terdengar suara yg tak asing bagi saya dan kawan-kawan sekalian.

sol....sol....sol....sepatu
Yah, beliau adalah Tukang Sol Sepatu. Kita pun tahu realita kehidupan sehari-hari dari pekerjaan tsb. Kisah tukang sol sepatu ini ternyata banyak menyimpan hikmah bagi saya mungkin buat kawan-kawan juga. Kenapa?

Karena proses kehidupan kita tak jauh beda dg sepatu. Ketika melihat di toko, sepatu itu masih bagus, bersih, dan indah untuk dipandang mata. Tapi setelah sepatu itu dipakai, walaupun dirawat dg rapi atau hati-hati terkadang bukan hanya kotor, kusam bahkan bisa sobek. Mudahnya yang teringat dipikiran kita, sepatu itu pun tak seperti saat awal kita lihatnya di toko: bagus, indah, dan bersih. Kalo orang yang mampu dan punya banyak uang gak masalah masih ada cadangan atau bisa beli sepatu yang baru, yang jadi persoalan kalo kita orang yang kurang mampu dan aktivitas kita sehari-hari harus menggunakan sepatu. Cadangan saja gak punya apalagi mau beli, gak mungkin kan kalo mencuri?
Alternatifnya, kita pasti menyerahkan sepatu rusak kita ke sang ahli, tukang sol sepatu. Dengan jasa mereka sepatu kita bisa dipakai lag, bahkan kita juga bisa menghemat uang kita sekitar 80% kalo kita beli sepatu baru.

Itulah sekilas tentang sepatu. Sama seperti kehidupan kita sebagai manusia. Awal kita lahir di dunia, kita seperti sepatu baru yang masih ada di toko. Tapi berjalannya sang waktu, kita telah menapaki fase kehidupan yang lebih kompleks terlebih dengan sebagian umur yang telah kita gunakan. Keimanan sedikit demi sedikit dipertaruhkan ketika godaan menyambangi kita. Ketika sejenak kita merenung untuk mengevaluasi diri, tak banyak dari kita yang mengaku bahwa perbuatan yang sia-sia (dosa) lebih banyak daripada kebaikan yang dilakukan. Kita pun terlalu pintar, kadang membenarkan perilaku menyimpang tsb. Tak ingat tugas yang diberikan oleh Sang Pencipta dimuka bumi ini. Tak jauh beda dg sepatu yg kotor, kusam dan sobek seperti diatas.

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Adz Dzaariyaat: 56)

Persoalan disini, bukan pada jumlah uang yang kita miliki untuk membersihkan diri kita yang kotor lantas ada yang menyemir atau menambal diri kita yang sudah sobek (banyak dosa) dg jasa orang lain. Karena kehidupan ini tak bisa dinilai dg uang semata kawan. Apalagi orang lain bertanggung jawab atas perbuatan kita. Lantas bagaimana?

Dari kisah diatas, kita harus jadi satu perangkat yaitu sepatu dan tukang sol sepatu dan tsb. Kehidupan kita memang tak semulus dan tak dijamin seperti nabi atau rasul. Kehidupan kita banyak liku-likunya, setiap orangpun punya kisahnya masing-masing. Kalopun kita kotor, maka untuk menjadi bersih bukan orang lain yang menyemir kita tetapi kita lah yg membersihkan kotoran-kotoran itu dg memperbanyak amal misalnya. Begitu juga ketika sampai sobek (banyak dosa), yang menambal bukan orang lain tetapi kita lah yang menambal sobekan itu dengan taubatan nasuha.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/sepatu-2nd.html

Kisah tentang Niqab di Hong Kong

Senyum dan tangis yang bisa dijadikan gambaran curahan hatiku saat berjalan dalam balutan jilbab dan niqab selama dinegara Beton. Hong Kong, negara Andy Lau dan Jacky Chan dijuluki dengan sebutan negara beton, karena wilayah China yang pernah dipimpin British ini betul-betul negara yang banyak apartemen-apartemen dan bangunan mewah yang dibeton. Di kota Hong Kong mayoritas masyarakat tinggal di apartemen.
Negara yang bisa disebut negara sekuler ini menjanjikan limpahan materi, menyalakan keimanan sangat penting. Godaan duniawi mampu meluluhkan iman seseorang. Namun, tidak sedikit pula warga Indonesia yang justru menemukan hidayah Islam di Hong Kong. Kerasnya ujian dan keringnya nilai kekeluargaan pada lingkungan membuat nurani dituntut berpikir cerdas.
Awalnya saya bercadar karena ada keinginan kuat dari hati, ingin meneladani cara hidup wanita-wanita mulia di zaman Rasulullah. Mereka yang terkenal kemuliaan akhlak dan imannya, sangat menjaga aurat dan pemalu. Tidak lama kemudian, Subhanallah, teman-teman mengikuti langkah ini, jadilah beberapa dari kami mengenakan cadar. Meskipun ilmu kami sangat minim, namun apapun usaha yang kami mampu kami kerjakan dulu.
Suka duka cadar selama melekat ditubuh ini mencipta haru-biru dan senyum riang.
Suatu ketika saat ingin menunaikan ibadah sholat dimasjid Jami’ Tsim Sha Tsui, saya pernah dihujat sebagai orang fanatik yang over. Senyum saja, mereka belum tahu, tidak bisa disalahkan pandangan ini jika yang melontarkan kata tersebut benar-benar belum tahu.
Suatu hari, saat berada dalam sebuah kereta umum bawah tanah atau yang disebut MTR, seorang lelaki China memandang saya dengan penuh ketidaksukaan, saya tersenyum dalam hati. Alhamdulillah, Allah menjadikan saya muslimah yang mengenal-Nya.
Suatu hari lagi, saat berjalan disebuah taman salah satu sudut kota Hong Kong, seorang wanita China mengatakan “Budak Hitam” ketika melihat saya. Subhanallah, iman ini justru menyala, tertantang untuk terus menguatkan niat bercadar dan memperkenalkan islam pada mereka.
Ada lagi kisah yang membuat saya tersenyum geli bercampur miris. Saat berjalan di sebuah taman, saya dikejutkan kakek berusia tujuhpuluhan tahun mengatakan begini, “Kwai leikah, emhai yan.” Artinya, dia hantu, bukan orang. Lalu beberapa langkah lagi kaki berjalan, kerumunan wanita Indonesia berdandan tomboy berkata seperti ini, “Wah kok ada ninja hatori jalan disini.” Saya tidak marah, tidak tersinggung, saya geli mendengarnya.
Sungguh, cadar bukanlah pakaian menakutkan seperti yang ada dalam benak dan pandangan mereka. Begitulah kisah-kisah niqab yang terjadi yang bisa saya himpun, saya berharap warga Indonesia khususnya muslim tidak merasa asing dengan niqab, apalagi berpikir buruk dengan citra cadar pada Muslimah yang berusaha sempurna dalam menutup aurat.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/kisah-tentang-niqab-di-hong-kong.html

Allah Mengujiku dengan Empat Nyawa

Hidup ini memang ujian. Seperti apa pun warna hidup yang Allah berikan kepada seorang hamba, tak luput dari yang namanya ujian. Bersabarkah sang hamba, atau menjadi kufur dan durhaka.
Dari sudut pandang teori, semua orang yang beriman mengakui itu. Sangat memahami bahwa susah dan senang itu sebagai ujian. Tapi, bagaimana jika ujian itu berwujud dalam kehidupan nyata. Mampukah?
Hal itulah yang pernah dialami Bu Khairiyah. Semua diawali pada tahun 1992.
Waktu itu, Allah mempertemukan jodoh Khairiyah dengan seorang pemuda yang belum ia kenal. Perjodohan itu berlangsung melalui sang kakak yang prihatin dengan adiknya yang belum juga menikah. Padahal usianya sudah nyaris tiga puluh tahun.
Bagi Khairiyah, pernikahan merupakan pintu ibadah yang di dalamnya begitu banyak amal ibadah yang bisa ia raih. Karena itulah, ia tidak mau mengawali pintu itu dengan sesuatu yang tidak diridhai Allah.
Ia sengaja memilih pinangan melalui sang kakak karena dengan cara belum mengenal calon itu bisa lebih menjaga keikhlasan untuk memasuki jenjang pernikahan. Dan berlangsunglah pernikahan yang tidak dihadiri ibu dan ayah Khairiyah. Karena, keduanya memang sudah lama dipanggil Allah ketika Khairiyah masih sangat belia.
Hari-hari berumah tangga pun dilalui Khairiyah dengan penuh bahagia. Walau sang suami hanya seorang sopir di sebuah perusahaan pariwisata, ia merasa cukup dengan yang ada.
Keberkahan di rumah tangga Khairiyah pun mulai tampak. Tanpa ada jeda lagi, Khairiyah langsung hamil. Ia dan sang suami pun begitu bahagia. "Nggak lama lagi, kita punya momongan, Bang!" ujarnya kepada sang suami.
Mulailah hari-hari ngidam yang merepotkan pasangan baru ini. Tapi buat Khairiyah, semuanya berlalu begitu menyenangkan.
Dan, yang ditunggu pun datang. Bayi pertama Bu Khairiyah lahir. Ada kebahagiaan, tapi ada juga kekhawatiran.
Mungkin, inilah kekhawatiran pertama untuk pasangan ini. Dari sinilah, ujian berat itu mulai bergulir.
Dokter menyatakan bahwa bayi pertama Bu Khairiyah prematur. Sang bayi lahir di usia kandungan enam bulan. Ia bernama Dina.
Walau dokter mengizinkan Dina pulang bersama ibunya, tapi harus terus berobat jalan. Dan tentu saja, urusan biaya menjadi tak terelakkan untuk seorang suami Bu Khairiyah yang hanya sopir.
Setidaknya, dua kali sepekan Bu Khairiyah dan suami mondar-mandir ke dokter untuk periksa Dina. Kadang karena kesibukan suami, Bu Khairiyah mengantar Dina sendirian.
Beberapa bulan kemudian, Allah memberikan kabar gembira kepada Bu Khairiyah. Ia hamil untuk anak yang kedua.
Bagi Bu Khairiyah, harapan akan hiburan dari anak kedua mulai berbunga. Biarlah anak pertama yang menjadi ujian, anak kedua akan menjadi pelipur lara. Begitulah kira-kira angan-angan Bu Khairiyah dan suami.
Dengan izin Allah, anak kedua Bu Khairiyah lahir dengan selamat. Bayi itu pun mempunyai nama Nisa. Lahir di saat sang kakak baru berusia satu tahun. Dan lahir, saat sang kakak masih tetap tergolek layaknya pasien berpenyakit dalam. Tidak bisa bicara dan merespon. Bahkan, merangkak dan duduk pun belum mampu. Suatu ketidaklaziman untuk usia bayi satu tahun.
Beberapa minggu berlalu setelah letih dan repotnya Bu Khairiyah menghadapi kelahiran. Allah memberikan tambahan ujian kedua buat Bu Khairiyah dan suami. Anak keduanya, Nisa, mengalami penyakit aneh yang belum terdeteksi ilmu kedokteran. Sering panas dan kejang, kemudian normal seperti tidak terjadi apa-apa. Begitu seterusnya.
Hingga di usia enam bulan pun, Nisa belum menunjukkan perkembangan normal layaknya seorang bayi. Ia mirip kakaknya yang tetap saja tergolek di pembaringan. Jadilah Bu Khairiyah dan suami kembali mondar-mandir ke dokter dengan dua anak sekaligus.
Di usia enam bulan Nisa, Allah memberikan kabar gembira untuk yang ketiga kalinya buat Bu Khairiyah dan suami. Ternyata, Bu Khairiyah hamil.
Belum lagi anak keduanya genap satu tahun, anak ketiga Bu Khairiyah lahir. Saat itu, harapan kedatangan sang pelipur lara kembali muncul. Dan anak ketiganya itu bayi laki-laki. Namanya, Fahri.
Mulailah hari-hari sangat merepotkan dilakoni Bu Khairiyah. Bayangkan, dua anaknya belum terlihat tanda-tanda kesembuhan, bayi ketiga pun ikut menyita perhatian sang ibu.
Tapi, kerepotan itu masih terus tertutupi oleh harapan Bu Khairiyah dengan hadirnya penghibur Fahri yang mulai berusia satu bulan.
Sayangnya, Allah berkehendak lain. Apa yang diangankan Bu Khairiyah sama sekali tidak cocok dengan apa yang Allah inginkan. Fahri, menghidap penyakit yang mirip kakak-kakaknya. Ia seperti menderita kelumpuhan.
Jadilah, tiga bayi yang tidak berdaya menutup seluruh celah waktu dan biaya Bu Khairiyah dan suami. Hampir semua barang berharga ia jual untuk berobat. Mulai dokter, tukang urut, herbal, dan lain-lain. Tetap saja, perubahan belum nampak di anak-anak Bu Khairiyah.
Justru, perubahan muncul pada suami tercinta. Karena sering kerja lembur dan kurang istirahat, suami Bu Khairiyah tiba-tiba sakit berat. Perutnya buncit, dan hampir seluruh kulitnya berwarna kuning.
Hanya sekitar sepuluh jam dalam perawatan rumah sakit, sang suami meninggal dunia. September tahun 2001 itu, menjadi titik baru perjalanan Bu Khairiyah dengan cobaan baru yang lebih kompleks dari sebelumnya. Dan, tinggallah sang ibu menghadapi rumitnya kehidupan bersama tiga balita yang sakit, tetap tergolek, dan belum memperlihatkan tanda-tanda kesembuhan.
Tiga bulan setelah kematian suami, Allah menguji Bu Khairiyah dengan sesuatu yang pernah ia alami sebelumnya. Fahri, si bungsu, ikut pergi untuk selamanya.
Kadang Bu Khairiyah tercenung dengan apa yang ia lalui. Ada sesuatu yang hampir tak pernah luput dari hidupnya, air mata.
Selama sembilan tahun mengarungi rumah tangga, air mata seperti tak pernah berhenti menitik di kedua kelopak mata ibu yang lulusan 'aliyah ini. Semakin banyak sanak kerabat berkunjung dengan maksud menyudahi tetesan air mata itu, kian banyak air matanya mengalir. Zikir dan istighfar terus terucap bersamaan tetesan air mata itu.
Bu Khairiyah berusaha untuk berdiri sendiri tanpa menanti belas kasihan tetangga dan sanak kerabat. Di sela-sela kesibukan mengurus dua anaknya yang masih tetap tergolek, ia berdagang makanan. Ada nasi uduk, pisang goreng, bakwan, dan lain-lain.
Pada bulan Juni 2002, Allah kembali memberikan cobaan yang mungkin menjadi klimaks dari cobaan-cobaan sebelumnya.
Pada tanggal 5 Juni 2002, Allah memanggil Nisa untuk meninggalkan dunia buat selamanya. Bu Khairiyah menangis. Keluarga besar pun berduka. Mereka mengurus dan mengantar Nisa pergi untuk selamanya.
Entah kenapa, hampir tak satu pun sanak keluarga Bu Khairiyah yang ingin kembali ke rumah masing-masing. Mereka seperti ingin menemani Khairiyah untuk hal lain yang belum mereka ketahui.
Benar saja, dua hari setelah kematian Nisa, Nida pun menyusul. Padahal, tenda dan bangku untuk sanak kerabat yang datang di kematian Nisa belum lagi dirapikan.
Inilah puncak dari ujian Allah yang dialami Bu Khairiyah sejak pernikahannya.
Satu per satu, orang-orang yang sebelumnya tak ada dalam hidupnya, pergi untuk selamanya. Orang-orang yang begitu ia cintai. Dan akhirnya menjadi orang-orang yang harus ia lupai.
Kalau hanya sekadar air mata yang ia perlihatkan, nilai cintanya kepada orang-orang yang pernah bersamanya seperti tak punya nilai apa-apa.
Hanya ada satu sikap yang ingin ia perlihatkan agar semuanya bisa bernilai tinggi. Yaitu, sabar. "Insya Allah, semua itu menjadi tabungan saya buat tiket ke surga," ucap Bu Khairiyah kepada Eramuslim.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/allah-mengujiku-dengan-empat-nyawa.html