Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Sabtu, 14 Juli 2012

Ana/Saya telah memilih.....

Hidup adalah Pilihan...
Aku telah memilih untuk tidak menjadi insan biasa.
Memang hakku untuk menjadi LUAR BIASA.
Aku mencari kesempatan, bukan menunggu kesempatan.

Aku tidak ingin menjadi insan yang terkungkung dan terpenjara,

direndahkan dan dihinakan oleh pihak yang berkuasa.
Aku siap menghadapi risiko,
merealisasikan impian agung yang dijanjikan.

Terlalu murah jikalau aku dihargai dengan HARTA,
Terlalu rendah jikalau aku dihargai dengan TAHTA,
dan terlalu hina jikalau aku dihargai dengan WANITA.
Aku yakin...
Kenikmatan mencapai impian,
Aku tidak akan menjual harga diriku,
Tidak juga kemuliaan dakwahku,
hanya untuk mendapatkan Harta, Tahta, dan Wanita.

Aku tidak akan merendahkan diri,
Pada sembarang kekuasaan dan kekuatan dzalim yang terus mengancam.
Sudah menjadi warisanku untuk berdiri tegak, gagah, dan berani.
Aku berfikir dan bertindak dari diri sendiri,
Untuk meraih izzatul islam wal muslimiin.
Dengan berani menegakkan kembali Khilafah Islamiyah, dan berkata
"Tsumma takuunu khilafatan 'ala minhajin nubuwwah,
Allahu Akbar...!!!"
Segalanya ini memberikan makna seorang insan sejati.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/anasaya-telah-memilih.html

KENALILAH MUSUH DI SEKITAR KITA

Kecintaan kepada istri, tanpa disadari banyak menggiring suami ke bibir jurang petaka. Betapa banyak suami yang memusuhi orang tuanya demi membela istrinya, dan bahkan di era sekarang betapa banyak singa – singa berubah menjadi anjing – aning yang menggembala domba. Betapa banyak suami yang berani menyeberangi batasan-batasan syariat karena terlalu menuruti keinginan istri, dan tidak sedikit juga yang lalai dalam I’dad lil jihad hanya karena isteri ingin di temani. Malangnya, setelah hubungan kekerabatan berantakan, karir hancur, harta tak ada lagi yang tersisa,cita – cita meraih syahadah pupus, banyak suami yang belum juga menyadari kesalahannya.

Cinta kepada istri merupakan tabiat seorang insan dan merupakan anugerah Ilahi yang diberikan-Nya kepada sepasang insan yang menyatukan kata dan hati mereka dalam ikatan pernikahan.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian mawaddah (cinta) dan rahmah (kasih sayang). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Rum: 21)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling mulia dan sosok yang paling sempurna, dianugerahi rasa cinta kepada para istrinya, yang beliau nyatakan dalam sabdanya:

“Dicintakan kepadaku dari dunia kalian,[1] para wanita (istri) dan minyak wangi, dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.”[2]

Namun yang disayangkan, terkadang rasa cinta itu membawa seorang suami kepada perbuatan yang tercela. Karena menuruti istri tercinta, ia rela memutuskan hubungan dengan orang tuanya. Ia berani melakukan korupsi di tempat kerjanya. Ia enggan untuk turun berjihad fi sabilillah ketika ada seruan jihad berkumandang. Ia bahkan siap menempuh segala cara demi membahagiakan istri tercinta walaupun harus melanggar larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jika sudah seperti ini keadaannya, berarti cintanya itu membawa madharat baginya. Ia telah terfitnah dengan istrinya,Yang lebih berbahaya lagi bila cinta kepada istri lebih dia dahulukan dari segala hal.Bahkan lebih dia dahulukan daripada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya dan agama-Nya. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengancam dalam firman-Nya:

“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak kalian, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24)

Karena adanya dampak cinta yang berlebihan seperti inilah, Allah Subhanahu wa Ta’ala nyatakan bahwa di antara istri dan anak, ada yang menjadi musuh bagi seseorang dalam status dia sebagai suami atau sebagai ayah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka hati-hati/waspadalah kalian dari mereka.” (At-Taghabun: 14)

Musuh di sini dalam arti si istri atau si anak dapat melalaikan sang suami atau sang ayah dari melakukan amal shalih khususnya amaliyah jihadiyah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan jangan pula anak-anak kalian melalaikan kalian dari berdzikir/mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Al-Munafiqun: 9)

Mujahid berkata tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Sesungguhnya di antara istri-istri dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka hati-hati/waspadalah kalian dari mereka.” Yakni, cinta seorang lelaki/suami kepada istrinya membawanya untuk memutuskan silaturahim, meninggalkan jihad fie sabilillah atau bermaksiat kepada Rabbnya. Si suami tidak mampu berbuat apa-apa karena cintanya kepada si istri kecuali sekedar menuruti istrinya.” (Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 8/111)

Beliau juga berkata: “Kecintaan kepada istri dan anak membawa mereka untuk mengambil penghasilan yang haram, lalu diberikan kepada orang-orang yang dicintai ini.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an, 18/94)

Selain itu, istri dan anak dapat memalingkan mereka dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan membuat mereka lamban untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur`an, 12/116)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan: “Ayat ini umum, meliputi seluruh maksiat yang dilakukan seseorang karena istri dan anak.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an, 18/93-94)

Setelah mengingatkan keberadaan mereka sebagai musuh, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan: فَاحْذَرُوْهُمْ (maka hati-hati/waspadalah kalian dari mereka). Berhati-hati di sini, kata Ibnu Zaid, adalah berhati-hati menjaga agama kalian. (Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 8/111)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan: “Berhati-hatinya kalian dalam menjaga diri kalian disebabkan dua hal. Bisa jadi karena mereka akan membuat kemudaratan/bahaya pada jasmani, bisa pula kemadharatan pada agama. Kemudaratan tubuh berkaitan dengan dunia, sedangkan kemudaratan pada agama berkaitan dengan akhirat.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an, 18/94)

Lantas, bagaimana bisa seorang istri yang merupakan teman hidup yang selalu menemani dan mendampingi, dinyatakan sebagai musuh? Dalam hal ini, Al-Qadhi Abu Bakr ibnul ‘Arabi rahimahullah telah menerangkan: “Yang namanya musuh tidaklah mesti diri/individunya sebagai musuh. Namun dia menjadi musuh karena perbuatannya. Dengan demikian, apabila istri dan anak berperilaku seperti musuh, jadilah ia sebagai musuh. Dan tidak ada perbuatan yang lebih jelek daripada menghalangi seorang hamba dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Ahkamul Qur`an, 4/1818)

Di dalam tafsirnya terhadap ayat di atas, Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata: “Ini merupakan peringatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kaum mukminin agar tidak tertipu dan terpedaya oleh istri dan anak-anak, karena sebagian mereka merupakan musuh bagi kalian. Yang namanya musuh, ia menginginkan kejelekan bagimu. Dan tugasmu adalah berhati-hati dari orang yang bersifat demikian. Sementara jiwa itu memang tercipta untuk mencintai istri dan anak-anak. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menasehati hamba-hamba-Nya agar kecintaan itu tidak sampai membuat mereka terikat dengan tuntutan istri dan anak-anak, sementara tuntutan itu mengandung perkara yang dilarang secara syar’i. Allah Subhanahu wa Ta’ala menekankan mereka untuk berpegang dengan perintah-perintah-Nya dan mendahulukan keridhaan-Nya, dengan menjanjikan apa yang ada di sisi-Nya berupa pahala yang besar yang mencakup tuntutan yang tinggi dan cinta yang mahal. Juga agar mereka lebih mementingkan akhirat daripada dunia yang fana yang akan berakhir.

Karena menaati istri dan anak-anak menimbulkan kemudaratan bagi seorang hamba dan adanya peringatan dari hal tersebut, bisa jadi memunculkan anggapan bahwa istri dan anak-anak hendaknya disikapi secara keras, serta harus diberikan hukuman kepada mereka. Namun ternyata, Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya memerintahkan untuk berhati-hati dari mereka, memaafkan mereka, tidak menghukum mereka. Karena dalam pemaaafan ada kemaslahatan/kebaikan yang tidak terbatas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan jika kalian memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (At-Taghabun: 14) [Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 868]

Demikianlah keberadaan seorang wanita, baik statusnya sebagai istri atau bukan, merupakan fitnah terbesar bagi lelaki. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala mendahulukan penyebutan wanita ketika mengurutkan kecintaan kepada syahwat (kesenangan yang diinginkan dari dunia).

“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik.” (Ali ‘Imran: 14)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang perkara yang dijadikan indah bagi manusia dalam kehidupan dunia ini berupa ragam kelezatan, dari wanita, anak-anak, dan selainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memulai penyebutan wanita karena fitnahnya yang paling besar. Sebagaimana dalam hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah yang paling berbahaya bagi lelaki daripada fitnah wanita.”[3] (Tafsir Al-Qur`anil ‘Azhim, 1/15)

Mungkin timbul pertanyaan, bila istri dapat menjadi musuh bagi suaminya, apakah juga berlaku sebaliknya, suami dapat menjadi musuh bagi istrinya?

Al-Qadhi Ibnul ‘Arabi rahimahullah menjawab permasalahan ini: “Sebagaimana seorang lelaki/suami memiliki musuh dari kalangan anak dan istrinya, demikian pula wanita/istri. Suami dan anaknya dapat menjadi musuh baginya dengan makna yang sama. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: مِنْ أَزْوَاجِكُمْ (di antara istri-istri kalian atau pasangan hidup kalian) ini sifatnya umum, masuk di dalamnya lelaki (suami) dan wanita (istri) karena keduanya tercakup dalam seluruh ayat.” (Ahkamul Qur`an, 4/1818)

Dengan demikian, janganlah kecintaan seorang suami kepada istrinya dan sebaliknya kecintaan istri kepada suaminya membawa keduanya untuk melanggar larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, berbuat maksiat, menghalalkan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala haramkan atau sebaliknya, mengharamkan untuk dirinya apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala halalkan karena ingin mencari keridhaan pasangannya. Nabi kita yang mulia Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditegur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika beliau sempat mengharamkan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala halalkan karena ingin mencari keridhaan istri-istri beliau.[4]Allah Subhanahu wa Ta’ala abadikan hal itu dalam Al-Qur`an: “Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu, karena engkau mencari keridhaan (kesenangan hati) istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[5] (At-Tahrim: 1)
Nasehat kepada Istri

Karena engkau –wahai seorang istri– dapat menjadi fitnah bagi suamimu, maka bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan sampai engkau menjadi musuh dalam selimut baginya. Jangan engkau jerat dia atas nama cinta, hingga ia terjaring dan tak dapat lepas darinya. Akibatnya, yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana mencari ridhamu, mengikuti kemauanmu, walaupun hal itu bertentangan dengan syariat.

Bertakwalah engkau kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadilah istri yang shalihah dengan membantu suamimu agar selalu taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Semestinya engkau tidak suka bila ia melakukan perkara yang melanggar syar’i karena ingin menyenangkan hatimu, apalagi sampai melalaikan dari jihad fie sabilillah. Keberadaanmu di sisinya, sebagai teman hidupnya, jangan menjadi penghalang baginya untuk menjadi hamba yang bertakwa dan menjadi anak yang shalih bagi kedua orang tuanya dan menjadi mujahid untuk menegakkan dien ini serta menjaga kehormatan ummatnya.

Cintailah suamimu, syukurilah dengan cara engkau semakin taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menunaikan kewajibanmu dengan sebaik mungkin, dan mencurahkan segala kemampuanmu untuk memenuhi haknya sebagai suami.

Zuhud terhadap dunia, jangan engkau abaikan. Sehingga engkau tidak menuntut suamimu agar memenuhi kenikmatan dunia yang engkau idamkan. Pautkan selalu hatimu dengan darul akhirat agar engkau tidak menghamba pada dunia yang tidak kekal.
Catatan Akhir

Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullah dalam Sunan-nya (no. 3317) membawakan asbabun nuzul (sebab turunnya) surah At-Taghabun ayat 14 di atas, dari riwayat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Tatkala ada yang bertanya kepada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma tentang ayat ini, beliau menyatakan: “Mereka adalah orang-orang yang telah berislam dari penduduk Makkah dan mereka ingin mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun istri dan anak mereka enggan ditinggalkan mereka. Ketika mereka pada akhirnya mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka melihat orang-orang yang lebih dahulu berhijrah telah tafaqquh fid dien (mendalami agama), mereka pun berkeinginan untuk memberi hukuman kepada istri dan anak-anak mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala lalu menurunkan ayat[6]:

“Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istri dan anak-anak kalian ada yang menjadi musuh bagi kalian, maka hati-hati/waspadalah kalian dari mereka.” (At-Taghabun: 14)

Mungkin kalian tau musuh yang jauh di sana, dan mungkin juga kalian bisa mengalahkan musuh yang lebih kuat dari kalian… tapi bisakah kalian mengalahkan musuh terdekat kalian ( orang yang kalian cintai ) untuk jihad fie sabilillah li I’la I kalimatillah??!

Demikianlah. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi taufik kepada kita untuk selalu mencari keridhaan-Nya di jalan jihad ini. Amin.

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Maktab AK 56


__________________________________

[1] Tiga perkara ini (wanita, minyak wangi, dan shalat) dinyatakan termasuk dari dunia, maknanya: ketiganya ada di dunia. Kesimpulannya, beliau menyatakan bahwa dicintakan kepada beliau di alam ini tiga perkara, dua yang awal (wanita dan minyak wangi) termasuk perkara tabiat duniawi sedangkan yang ketiga (shalat) termasuk perkara agama.

[2] HR. Ahmad (3/128, 199, 285), An-Nasa’i (no. 3939) kitab ‘Isyratun Nisa` bab Hubbun Nisa`.

[3] HR. Al-Bukhari dan Muslim

[4] Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terjaga dari terus berbuat dosa. Ketika beliau jatuh dalam kesalahan sebagaimana wajarnya seorang manusia, Allah Subhanahu wa Ta’ala segera menegur Nabi-Nya sebagai penjagaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada beliau. Sehingga beliau pun bertaubat dari kesalahannya.

[5] Yakni Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sempat mengharamkan madu atau mengharamkan Mariyah budak beliau.

[6] Dan terhadap keinginan mereka untuk menghukum istri dan anak-anak mereka, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan:

إِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ
“Dan jika kalian memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (At-Taghabun: 14)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan mereka untuk memaafkan istri dan anak-anak mereka.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/kenalilah-musuh-di-sekitar-kita.html

KISAH CINTA ALI & FATIMAH

KISAH CINTA Ali bin Abi thalib
dan Fathimah Azzahra adalah
salah satu kisah cinta yang penuh
romantika dan keberkahan
dari Allah. Bahkan Rasulullah
pernah bersabda ” Allah
menyuruh menikahkan
Fatimah dengan Ali
” (Diriwayatkan oleh Thabrani).
Sosok Ali adalah lelaki
sebenarnya, sifat baiknya
melebihi matahari waktu
dhuha. Menyibak semua
masalah. Istananya hanya
gubuk tua. Pedang berkilau
harta kekayaannya. Begitulah
seorang pujangga
menggambarkan sosok Ali
dalam syairnya.
Sementara Fatimah Azzahra
adalah teladan bagi wanita.
Ayahnya adalah manusia
terbaik yang diciptakan Allah
sebagai rahmat bagi alam
semesta, dan Ibunya adalah
sebaik-baik wanita..Setiap
langkahnya selalu
memancarkan cahaya.
Saat meminang Fatimah, Ali
menjual sebagian barang
miliknya, termasuk rompi
perang. Inilah yang menjadi
mas kawin Ali kepada Fatimah.
Semuanya bernilai 480 dirham.
Dari jumlah itu, Rasulullah
menyuruh menggunakan 2/3
nya untuk membeli wangi-
wangian dan 1/3 nya untuk
membeli pakaian.
Kehidupan rumah tangga
mereka sangat sederhana.
Sebuah rumah tanpa
perabotan apapun. Hanya
beralas tidur kulit domba, satu
bantal berisi serabut korma.
Bahkan fatimah pernah
menggadaikan kerudungnya
kepada seorang Yahudi
Madinah untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangganya.
Namun Maha Suci Allah yang
telah menjaga kebersihan
rumah tangga Fatimah secara
fisik dan ruhani.
Ali ra. berkata, ” Aku menikah
dengan fatimah. Kami tidak
memiliki alas tidur kecuali
selembar kulit domba. Malam
hari kami pergunakan sebagai
alas tidur dan siang harinya
kami jemur. Kami tidak
memiliki pembantu, pekerjaan
rumah tangga ditangani oleh
fatimah. ketika fatimah pindah
kerumahku, Rasulullah
membawakan selimut, bantal
kulit berisi serabut kurma, dua
gilingan tepung, satu gelas,
dan kantong susu. Saking
seringnya menggiling tepung,
sampai berbekas pada tangan
Fatimah, dan saking seringnya
membersihkan rumah sehingga
pakaiannya penuh debu, dan
saking seringnya menyalakan
tungku sampai pakaiannya
penuh arang ” (dikutip dari 35
Shiroh Shahabiyah, Mahmud
Al-Mishri)




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/kisah-cinta-ali-fatimah.html

KUTERTIPU PROFILE FACEBOOKMU

Kukenal kau didunia maya, tepatnya jejaring sosial Facebook, atau yang biasa disebut FB. Pesona yang kau tawarkan dalam profil dan interaksi sungguh mengusik hati, membuatmu tenar dan dipuja-puja bejibun akhwat. Profilmu mengalahkan tokoh terkenal sekalipun, dengan title jihad dan perjuangan, seakan-akan kau adalah mujahid sejati yang menjadi banyak idaman mujahidah. Namamu sungguh bagus, menjadikan engkau mudah dikenal. Tausiyah-tausiyahmu yang indah, perhatianmu yang membuncah, komentar-komentarmu bagai telaga sejuk bagi kegersangan batin. Kau semakin membuat akhwat-akhwat terkagum-kagum karena foto profilmu yang begitu memikat, meskipun aku tahu sebenarnya itu foto yang kau ambil dari internet.
Aku semakin terlena dibuatnya, apalagi saat kau mampu menjawab puluhan pertanyaan dengan menggunakan dalil, ah kau begitu hebat, tidak hanya cerdas, tapi sangat cemerlang otakmu. Kau penuhi wallku dengan dalil-dalil penyejuk hati, kau dorong aku agar menutup aurat secara rapat, akupun sangat menyukai caramu, aku semakin menyukai pribadimu. Kaulah ikhwan yang menjadi idola akhwat facebooker, namun aku yang kau hujani perhatian melimpah.

Hingga disuatu sore itu, akupun terpana lalu tertegun saat engkau tawarkan ta’aruf, ‘beruntungnya aku’ batinku saat itu. Ikhwan yang menjadi rebutan itu memilihku, bermodalkan GR dan rasa percaya diri yang tinggi, akhirnya aku menerimamu.
Tapi sesaat kemudian aku dikejutkan oleh pengaduan beberapa akhwat tentang perangaimu. Diantara mereka berkata, “Ukhti, kamipun juga barusan ditawarkan ta’aruf, Alhamdulillah Allah memberikan petunjuk pada kami.”
Aku terganga tidak percaya, namun mereka sodorkan bukti-bukti itu.
Ikhwan apakah kau ini, memperdaya akhwat dengan kedok islam, ternyata kau adalah JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay.
Profilmu palsu, komentar-komentarmu bermodalkan copas, perhatian yang kau tabur adalah perhatian basi untuk memperdaya para akhwat, jurus gombalisasi kau lancarkan pada banyak akhwat.
Kini aku sadar akan bahaya gombal warning dunia maya.
Terinspirasi dari curhat teman maya.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/kutertipu-profile-facebookmu.html

Air Mata Taubatmu, Duhai Jiwa Keropos Iman

Wanita muda itu terlihat kusut dan lusuh. Air matanya terus berjatuhan, isaknya sangat memilukan, pekat batinnya terpancar dari wajahnya yang penuh beban. Semua penyesalannya ditumpahkan di hadapanku.
Dia masih sangat muda, belum genap tiga puluh tahun usianya, pernah terjatuh dan menduakan Allah serta bermaksiat. Kini nuraninya tersadar, menggedor-gedor pintu hatinya agar bertaubat.
“Aku sungguh hina dan buruk, masa lalu yang penuh kejahiliyahan, menduakan-Nya, dan meninggalkan segala perintah-Nya,” jeritnya lirih.
Kubiarkan wanita muda itu menangis beberapa menit. Setelah agak tenang, kubacakan ayat indah dari Sang Ghaffar padanya.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, sesungguhnya kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang beriman” (Ali Imran 139)
“Apakah aku harus mati saja saat ini?” Tanyanya pilu, seakan ayat yang kusebutkan belum mampu menenangkan batinnya yang porak-poranda.
“Kematian adalah sesuatu yang pasti, namun matilah dengan cara yang Allah ridhai. Simaklah firman-Nya dalam surat An-Nisa’ ayat 78: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapati kamu, meskipun kamu di dalam benteng yang tinggi dan kokoh,” kucoba memotivasinya.
“Otak ini telah beku, dihimpit rasa yang menusuk-nusuk. Aku benar-benar putus asa dengan hidupku,” keluhnya lagi dalam tangis.
Beberapa saat kemudian, kucoba menenangkan agar tangisnya sedikit reda. “Sesungguhnya, tiada berputus asa dari Rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir,” ujarku mengutip surat Yusuf ayat 87.
Tangisnya terdiam sesaat, namun benteng hatinya tak cukup kokoh menahan gejolak jiwanya. “Apakah Allah akan mengampuni dosaku yang seluas samudera?” keluhnya lagi.
“Duhai jiwa, ketahuilah janji-Nya dalam ayat-ayat cinta yang indah: ‘Dan Dialah yang menerima taubat hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Itulah janji Allah dalam surat Asy-Syura ayat 25, wahai jiwa yang renta, apakah engkau memahaminya?” tanyaku padanya.
Lagi-lagi dia sesenggukan dalam tangis panjang, nuraninya mengajak pada kebenaran, hidayah-Nya meresap dengan pelan dalam lubuk hati.
“Duhai jiwa, sebuah hadits dari sang kekasih Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, begini sabdanya, “Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba selama nyawa belum sampai di kerongkongan.” Adakah engkau meyakininya?” ujarku memotivasi.
Dia tampak manggut-manggut mendengar penjelasanku, wajahnya sedikit berubah, air matanya tidak separah sebelumnya. “Nasihati aku satu ayat lagi,” pintanya.
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas pada diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” jawabku sambil menyitir surat Az Zumar ayat 153.
Dia terdiam, tangisnya pelan-pelan reda, wajahnya terlihat cerah, menyala optimis jiwanya.
“Aku akan menjemput taubat pada Rabb yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang,” bisik wanita muda itu penuh tekad kuat di depanku.
Aku pun larut dalam tangis hening, aura kesyukuran bergurat lembut dalam hati, menyaksikan hamba yang sedang berusaha mendekat-Nya.
“Berkah Allah atasmu wahai jiwa yang sedang menuju kesucian taubat,” doaku lirih.
Duhai jiwa yang keropos imannya
Saatnya engkau bangkit dari keterlenaan dunia
Rengkuh iman yang dulu menyala di dada
Diri yang penuh lumpur dosa dan nista
Butuhkan suntikan religi membara
Reguk manisnya sujud cinta
Di atas taubatan nashuha.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/air-mata-taubatmu-duhai-jiwa-keropos.html

Tanda Seseorang Melakukan Riya'

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.
Riya’ merupakan syirik khafi (samar), yakni syirik yang bersifat rahasia,- semoga Allah melindungi kita darinya -. Sedangkan seseorang lebih tahu terhadap dirinya sendiri dibandingkan orang lain dalam masalah ini.
بَلِ الْإِنسَانُ عَلَى نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ
“Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri.” (QS. Al-Qiyamah: 14)
Maka siapa yang mengintrospeksi dirinya dan merasa diawasi oleh Rabb-Nya dalam keadaan sepi atau ramai, akan selamat dari penyakit yang berbahaya ini. Dan di antara tanda riya yang paling jelas adalah pelakunya sengaja menampakkan amal-amak shalihanya di tengah-tengah manusia dan sengaja membicarakan kebaikan serta ketaatannya untuk mendapatkan pujian dan sanjungan mereka.
Meninggalkan Amal Karena Takut Riya’
Seorang hamba tidak boleh meninggalkan amal hanya karena takut riya’. Itu termasuk jerat-jerat tipu daya setan. Karena setan, pada satu kondisi berusaha menjerumuskan seorang hamba ke dalam riya untuk merusak amalnya. Atau pada kondisi yang lain menipunya dengan meninggalkan amal karena takut riya’ supaya tidak melakukan amal shalih. Padahal dia diperintahkan untuk beramal dan bersungguh-sungguh menjalankan ketaatan dengan berharap ridha Allah dan meninggalkan godaan setan dan tipu dayanya. Maka siapa yang sudah berazam menjalankan satu ibadah lalu meninggalkannya karena takut riya’, sebenarnya dia telah berbuat riya’. Karena dia meninggakan amal karena manusia. Tetapi jika meninggalkannya untuk dikerjakan saat sendirian, maka ini dianjurkan kecuali pada amal-amal wajib.
Meninggalkan amal karena takut riya’ sebenarnya adalah riya’, karena dia meninggakan amal karena manusia.
Terapi Riya’
Terapi untuk menyembuhkan riya’ banyak macamnya. Yang paling utama adalah tekad tulus untuk berhenti dari riya’ dan meninggalkannya. Selanjutnya banyak mengingat hari akhir dan ancaman pedih bagi orang yang berbuat riya’. Seorang hamba harus meyakini bahwa kebaikan dan keburukan ada di tangan Allah Ta’ala. Sementara yang sempurna memujinya dan menghinakannya adalah Allah Ta’ala yang tiada sekutu bagi-Nya. Karena itu hendaknya ia mengintrospeksi dirinya, menghitung aib, kesalahan, dan kekurangannya. Juga memperbanyak ibadah siri (yang bersifat rahasia) seperti shalat malam, bershadaqah dengan sembunyi-sembunyi, dan menangis sendirian karena takut kepada Allah.
Orang yang ingin selamat dari riya’ juga harus meminta tolong kepada Allah Ta’ala untuk merealisasikan keikhlasan dan berdoa dengan doa yang diajarkan oleh Nabi shallallau 'alaihi wa sallam, yaitu:
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك أَنْ أُشْرِكَ بِك وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُك لِمَا لَا أَعْلَمُ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan syirik (menyekutukan-Mu) sedangkan aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap kesyirikan yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad dan Shahih Abi Hatim serta yang lainnya, shahih). Wallahu Ta’ala a’lam.
Orang yang ingin selamat dari riya’ juga harus meminta tolong kepada Allah Ta’ala untuk merealisasikan keikhlasan dan berdoa dengan doa yang diajarkan oleh Nabi shallallau 'alaihi wa sallam
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad berserta keluarga dan para sahabatnya.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/tanda-seseorang-melakukan-riya.html

Mata Ketiga

Dalam kehidupan dunia, seringkali kita melakukan hal-hal dengan otomatis, mekanis dan mengandalkan kekuatan akal pikiran saja. Kehidupan manusia yang selalu berpacu dengan waktu seolah-olah menjauhkannya dengan sebuah karunia besar dalam jiwanya. Kesibukan yang tiada henti telah melenakan dan membuat manusia hanya mengandalakan kekuatan mata indra.
Padahal, dalam keadaan seperti apapun, hati manusia yakin bahwa banyak hal-hal yang tidak kasat mata, namun memiliki kedalaman makna. Sebagai contoh, dalam pekerjaan mereka setiap hari yang seabrek dan full deadline. Sebagian dari merekapun tak mampu memahami makna dari pekerjaan itu sendiri, tidak mampu memberi arti dari berbagai kesibukan itu. Dan hasilnya, mereka hanya menghabiskan hari tanpa tahu untuk apa mereka lakukan semua itu.
Namun bagi sebagian lain, mereka memilih untuk menggunakan "mata" ketiga mereka dalam menyelesaikan kepenatan dalam hidup. Merekapun berlomba mengasah kejernihan hati. Sebagai hasilnya mereka dapat melihat semua hal dengan ketajaman mata hatinya. Ketika seseorang berhasil menjaga kejernihan hatinya, maka kepekaan mata batinnya akan lebih tajam. Pada saat itu mereka dapat memaknai lebih dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan. Pekerjaan tidak hanya dimaknai sebagai sebuah kewajiban atau kebutuhan, tapi lebih dari itu, pekerjaan adalah bagian dari ibadah kepada Allah subhanahu wata'ala.
Karena ketajaman mata hati itu pula, jika seseorang mennggunakannya saat dia diposisikan untuk mengambil keputusan-keputusan penting, maka yang keluar adalah keputusan sesuai suara hati.Dan hal tersebut, insyaallah akan lebih dekat dengan kebenaran.

Tantangan dalam hidup yang terus menerus datang sampai kita meninggal nanti, seringkali berwujud sebagai godaan yang seringkali dapat mengotori kejernihan hati kita. Seperti adanya sikap egoisme, mementingkan hawa nafsu, mengikuti ambisi meraih kekayaan atau kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, memperturutkan emosi-emosi negatif seperti amarah, dendam, benci dan iri hati, dll. Hal tersebut juga dapat menjadikan kejernihan hati menjadi terkotori. Hati yang terbelenggu cahaya kejernihannya tidak dapat memancar ke permukaan. Inilah yang dapat melemahkan ketajaman mata hati seseorang sehingga tidak mampu menembus pandangan yang jauh ke depan.
...Mata hati, sebuah "alarm" dan penasehat setia kita, bahkan saat kita membiarkan diri kita untuk tidak setia kepada kebenaran, dia akan tetap mengusulkan langkah kebaikan untuk kita tempuh, dan sisanya tergantung pilihan diri kita sendiri, mengikuti langkahnya atau menjadi pembangkang atasnya...
Dengan demikian untuk melatih ketajaman mata hati, berusahalah menghindari hal-hal yang dapat membelenggu kejernihan hati seperti berbagai pengaruh negatif dan daya tarik materialisme duniawi tersebut. Karena kalau hal-hal negative itu dibiarkan, dapat menjadikan kita semakin sulit mendengarkan bisikan hati. Menjadikan kita akan lebih mempercayai atau mengandalkan kemampuan otak serta produk-produk pikiran atau akal semata. Inilah yang akan melahirkan ketidakseimbangan antara kemampuan nalar dengan hati nurani. Mengakibatkan tidak tajamnya kemampuan mata hati, sehingga melahirkan berbagai masalah dalam kehidupan.

Melihat dengan mata hati, akhirnya, menjadi wujud kuatnya relasi kita dengan Allah Azza wa Jalla.Ketika manusia tidak lagi menemukan celah kemana lagi dia harus melangkah, maka karunia "mata" itu memberikan sebuah keterangan yang tentunya menjadikan kita pribadi yang lurus. Semua itu akan terjadi jika orang tersebut selalu dapat memelihara kejernihan hatinya. Hal tersebut juga akhirnya memberikan hak kepada manusia untuk memiliki kekuatan pandangan mata hati yang tajam, yang mampu menembus dimensi ruang dan waktu yang tidak tercapai oleh nalar.
...Melihat dengan mata hati, akhirnya, menjadi wujud kuatnya relasi kita dengan Allah Azza wa Jalla.Ketika manusia tidak lagi menemukan celah kemana lagi dia harus melangkah, maka karunia "mata" itu memberikan sebuah keterangan yang tentunya menjadikan kita pribadi yang lurus...
Kekuatan ketajaman mata hatinya benar- benar melebihi kekuatan pandangan matanya yang sebenarnya, yang tentunya sangat terbatas dalam jarak serta jangkauan. Penglihatan yang begitu tajam dari mata hatinya dan nasehat yang dimunculkan bagi orang yang menyediakan jeda waktu untuk konsultasi kepadanya, serta merta akan mendidik dan menggiring orang tersebut untuk selalu patuh dalam kebenaran.Mata hati, sebuah "alarm" dan penasehat setia kita, bahkan saat kita membiarkan diri kita untuk tidak setia kepada kebenaran, dia akan tetap menemani kita, dan sisanya tergantung pilihan diri kita sendiri, mengikuti nasehatnya atau menjadi pembangkang atasnya.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/mata-ketiga.html

Ternyata HIDUP itu SEDERHANA....

Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut.

”Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.”

Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb. Selain memperbaiki sepeda tsb, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.

”Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.”

Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.” Ibu menjawab: “Mengapa?” Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.”

”Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.”

Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah. Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur.” Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.”

”Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.”

Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: “Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?” Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.” Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.” Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi.” Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: “Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana.”

”Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.”

Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan: “Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.” Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.” Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan” dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.

”Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.”

Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?” Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”

”Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja.”





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/ternyata-hidup-itu-sederhana.html

NIKMATI SAJA HIDUP INI

Nikmati saja hidupmu, wahai sahabat…
Usahlah engkau bersedih dan mengeluh,
engkau di dunia ini tak akan selamanya,
esokpun engkau akan berpulang,
kembali padaNya... menemuiNya,

Usah engkau risaukan duniamu,
akhirat yang abadi lebih mulia,
bersiaplah engkau untuknya,

Tak perlu banyak bicara,
lakukan saja yang engkau bisa,
ada Dia yang selalu melihatmu,
ada Dia yang selalu mendengar doa-doamu,
ada Dia yang setia menemanimu,

Yakinlah, engkau tak pernah sendiri lagi,
engkau bahagia bersamaNya, bukan?

Rasakanlah kehadiranNya yang setiap saat dekat denganmu,
bahkan ia lebih dekat dari urat nadimu sekalipun,

Lalu...Apalagi alasanmu untuk bersedih?
Apa lagi alasanmu untuk dapat menumpahkan keluhmu?
Apa lagi alasanmu untuk pamerkan kecengenganmu?
Apa lagi alasanmu untuk tidak berbuat, saat kesempatan berbuat begitu luas terbuka?
ia ada untuk engkau isi,
kesempatan itu untuk engkau taklukkan,

So, jangan pernah ragu lagi,
engkau sudah sangat kuat bersamaNya,
engkau sangat luar biasa dalam bimbinganNya,
engkau mampu taklukkan egomu,
engkau mampu runtuhkan kelumu,
engkau mampu robohkan karang kesombonganmu itu,
engkau mampu berlemah lembut,
engkau bisa berkasih sayang,
engkau akan selalu memiliki jiwa yang lapang,
untuk kembali menerbitkan senyumanmu,
senyuman terindah yang engkau miliki,

Yakinlah bahwa engkau mampu,
maka engkau benar-benar mampu, wahai sahabatku…

Semangat berjuang!
gigih berdoa,
jangan pernah engkau lupa, ada Dia bersamamu,

Semoga engkau selalu ingat,
ada yang mengharapkan kebaikan-kebaikanmu,
kenanglah saat-saat engkau menderita,
maka engkau akan mampu berbagi di saat bahagiamu
sumbangkanlah walau sepotong senyumanmu,
sampaikanlah walau sebait nasehatmu,
bagilah walau satu kata motivasimu hari ini,
maka engkau akan bahagia…





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/nikmati-saja-hidup-ini.html