Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Rabu, 21 Maret 2012

PANGERAN

♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Pangeran,aku tahu dalam duduk silamu menderu kegalauan dalam sujudmu hatimu bergetar dalam dzikirmu ada harapan keinginanmu untuk segera bersanding dengan belahan hatimu permaisuri impian yang engkau perjuangkan.
Pangeran,aku pun demikian ingin kujawab deru hatimu yang menggebu dengan cinta dan kasih sayang setulus hatiku
Pangeran,engkau pasti tahu ALLah telah dan akan menggariskan setiap alur hidup kita jangan lah lelah berjuang
Pangeran,simpan lah niat sucimu sampai ketentuanNya datang dalam balutan ibadahmu kepadaNya itu akan mulia dan istimewa
Pangeran,aku pun juga akan demikian kusimpan segalanya hanya untukmu saat engkau menjemputku dengan pinanganmu
Pangeran,perbanyaklah ikhtiar dalam ibadahmu jagalah hati dan dirimu hanya untukku.
Pangeran,aku pun juga demikian aku akan berusaha maksimal mencangkul ilmu dan persiapan semampuku sebelum engkau membawaku ke istanamu menjadikanku pelabuhan hatimu dan ibu dari buah hatimu.
Pangeran,tetap jagalah niat sucimu untuk separuh dienmu dengan proses perjuanganmu untuk yang barokah.
Pangeran,aku pun juga demikian aku akan setia menunggu semoga Allah memberi jalan terang dan Allah memudahkan pilihan dan ikatan saat pangeran datang tanpa keragu-raguan.
Pangeran,Jagalah dirimu untukku sampai tiba waktu itu beribadah membangun syurga dunia AKhirat dengan ijinNya bersamaku
Pangeran,aku pun juga akan demikian,Aku sedang dan selalu bersiap sampai engkau datang hingga Allah mengijinkan ikatan suci pengikat hati dikumandangkan.
Bismillah, hanya Allah lah yang menguasai atas segala sesuatu di muka bumi ini Samudera kehidupanku, ingin kuukir bersama pangeranku suka dan duka bersamamu,dalam beribadah kepadaNya,


kulukis impian dalam hatiku terkumandangkan dalam bait doaku selalu...
menuju janji indahNya pada setiap insan yang bertaut padaNya Allah....


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/pangeran.html

Ketika Hati Menangis

♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ 

Tuhanku....
ketika hati menangis, hanya kau saja yg tahu
Tuhanku....
Ketika mereka meninggalkan aku sendiri.
Ketika dunia tiada simpati, Kau tetap mendengar rintihanku.
PadaMu tempatku menagih kasih.
Ketenangan kurasa mendekatiMu.


Syahdu malam tak terasa sunyi
Tuhanku...
Ketika aku dalam kepayahan, dalam kesendirian dihimpit cobaan.
Kau beri aku kesabaran, pengalaman mengajar arti kematangan.
Lantas Kau membuka pintu hatiku, untuk memberi kemaafan.
Pada mereka yang pernah melupakanku
Tuhanku....
Ketika aku buntu
Kau berikan aku kekuatan, kau tunjukkan aju jalan.
Kau tak biarkan aku sendirian
Tuhanku....
Yang Maha Pengasih, Rahmatmu tak terkira.
Syukurku melangit pun tak tercapai.
Sungguh aku merasa berdosa karena dulu sering lalai.
Semoga penyesalanku Kau terima.
THANK YOU ALLAH FOR THE BLESSINGS YOU HAVE GIVEN 


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/ketika-hati-memangis.html

" Aku Ingin Mencintaimu "

♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥

Aku ingin mencintaimu karena sifatmu yang ceria
menjadi semangat yang menyala di dalam hati ini
tapi kemudian aku bertanya
bila keceriaan itu kelam dirundung duka
seberapa muram cintaku kan ada?
Aku ingin mencintaimu karena ramah hatimu


memberi kehangatan dalam setiap sapaanmu
tapi kemudian aku bertanya
kiranya keramahan itu tertutup kabut prasangka
seberapa mampu cintaku memendam praduga?
Aku ingin mencintaimu karena cerdasnya dirimu
membuatku yakin pada putusanmu
tapi kemudian aku bertanya
ketika kecerdasan itu berangsur hilang menua
seberapa bijak cintaku tuk tetap mengharapmu?
Aku ingin mencintaimu karena kemandirian yang kau miliki
menyematkan rasa bangga ku yang mengenalmu
tapi kemudian aku bertanya
jika di tengah itu rasa manjamu tiba menyeruak
seberapa cintaku tetap bersamamu?
Aku ingin mencintaimu karena tegarnya sikapmu
menambatkan rasa kagum pada kokohnya pertahananmu
tapi kemudian aku bertanya
andai ketegaran itu rapuh diterpa badai
seberapa kuat cintaku bertahan?
Aku ingin mencintaimu karena pengertian yang kau berikan
menumbuhkan ketenangan karena kepercayaan yang kau tanam


tapi kemudian aku bertanya
kelak pengertian itu tertelan oleh ego sesaat
seberapa ku mampu mengerti cinta ini?
Aku ingin mencintaimu karena luasnya danau kesabaranmu
menambah dalamnya rasa cinta semakin ku mengenalmu
tapi kemudian aku bertanya
mungkin kesabaran itu mencapai batas membendung kesalahanku
seberapa besar cinta mampu memaafkan?
Aku ingin mencintaimu karena karena keteguhan imanmu
bagai siradj yang benderang mengantarkan cahaya
tapi kemudian aku bertanya kala iman itu jatuh menurun
seberapa berkurang akhirnya cintaku padamu?
Aku ingin mencintaimu karena kau yang tlah kupilih
sebagai cinta yang kan kupegang sepanjang hayat
tapi kemudian aku bertanyapun hati ini tergoncang
seberapa mantap cinta ini tuk tetap setia?
Andai sejuta alasan tak cukup
untuk membuat cinta ini tetap bersama dirimu
maka biar kupinta satu alasan tuk menjaga cintaku..
Aku ingin mencintaimu karena Allah..
karena Dia kan selalu ada tuk menjaga


maka cintaku kan tetap utuh dan setia
hingga kelak, ku tak mampu lagi mencintaimu
karena cintaku berpulang pada-Nya..
*untuk dia yang ku ingin mencintainya, kata yang ingin kuucap, kupegang dan kupertahankan..
setelah walimatul ursy’..
Bismillahirrahmaanirrahiim.Aku ingin mencintaimu karena Allah..




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/aku-ingin-mencintaimu.html

Ya ALLAH.....

♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥ 

Tetapkanlah Hatiku mencintaiMU..menyayangiMU...

Janganlah kau pasungkan hati ini walau sesaat..

Aku tidak mampu untuk mengayuh perahu lusuh hatiku ini..

Tanpa kodrat dan bantuanMU...

Ya ALLAH

Peliharalah dia yang mencintaimu..

Peliharalah dia yang mencintai mereka yang mencintaiMU..

Sampaikanlah kasih mereka kepadaku..

Biar aku dapat rasakan bagaimana rasanya bercinta dengan MU sepenuh hati...

Sesungguhnya aku adalah hamba yang lemah.



yang Engkau sudah ketahui sejak awal penciptaanku..

Maka........

Peliharalah aku dari cinta dunia ya ALLAH.

Agar hanya dapat ku semai cinta MU yang kian menyubur....


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/ya-allah.html 

Saya Bisa Jadi Apa?

Pertanyaan Pertama A:
Pernahkah Anda melihat seorang tukang sapu di pinggir jalan?
Apa yang Anda lihat?
Bisakah Anda melihat masa depannya?



Jika ia bertanya pada Anda apa pekerjaan yang pantas bagi dia di masa depan apa jawaban Anda?

Pertanyaan Pertama B:
Pernahkan Anda melihat tukang sampah?
Apa yang Anda lihat?
Bisakah Anda melihat masa depannya?
Jika ia bertanya pada Anda apa pekerjaan yang pantas bagi dia di masa depan apa jawaban Anda?

Pertanyaan Kedua:
Sekarang saya balik.
Pernahkan Anda melihat seorang Presiden?Apa yang Anda lihat?
Jika ia bertanya pada Anda apa pekerjaan yang ia lakukan dahulu, apa jawabannya?
Tahukah Anda kedua pertanyaan di atas bisa diajukan pada 1 orang yang sama?
Maksudnya?
Jika Anda tanya pada Lee Myung Bak maka jawaban pertanyaan pertama adalah pertanyaan kedua dan sebaliknya
Lee Myung Bak dulu bekerja sebagai tukang sapu di pinggir jalan, kini menjabat Presiden di Korea Selatan
Lyndon B. Johnson juga demikian.Dulu ia tukang sampah dan kemudian terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.
Profesimu hari ini tidak menunjukkan profesimu di masa depan.
Apa yang ada dipikiran dan hatimu saat ini lah yang akan menentukan masa depanmu.


Apa profesimu hari ini?Apakah Anda pekerja rendahan?Apakah Anda cuma buruh biasa?Apakah Anda cuma pesuruh?
Jangan khawatir dengan masa depanmu, karena profesimu hari ini, serendah apapun itu tidak menunjukkan masa depanmu.Pikiran mu lah yang menentukan.Dream mu yang menentukan masa depanmu.
Jika Anda Ingin sukses, pekerjaan apapun yang sedang kita jalani, serendah apapun posisinya,
profesimu hanya batu loncatan untuk maju.
Lee Myung Bak ketika jadi tukang sapu, tahu itu hanya sementara.
Lyndon B Johnson ketika jadi tukang sampah tahu itu hanya sementara.

Semua contoh yang ada cukup untuk mengatakan,
Anda bisa dia APA SAJA di masa depan,
tidak peduli APA PROFESIMU saat ini.


http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/saya-bisa-jadi-apa.html 

♥●♥_◕_♥●♥ Muslimah cantik dzahir dan bathin ♥●♥_◕_♥●♥

♥●♥__♥●♥

Kemegahan Masjid Nabawi telah tampak dari kejauhan. Setiap langkah yang membawaku mendekati masjid, seolah menambah kerinduan akan junjungan kita, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Itu adalah sebagian dari rahmat mengunjungi tanah suci, yaitu memperoleh kesempatan untuk merasakan kesyahduan berada di masjid warisan Nabi serta menikmati perjumpaan dengan sesama Muslimah dari seluruh penjuru bumi. Kami semua berada dalam satu kesamaan yang menggetarkan cinta dan rindu yang begitu tulus terhadap Nabi Muhammad.
Saat itu aku tengah menanti giliran berdoa di Raudhah-tempat antara kamar Nabi dengan mimbar di Masjid Nabawi. Di tempat ini, doa yang dipanjatkan insya Allah sangat makbul. Pandangan mataku tertuju pada seorang Muslimah. Belakangan aku tahu namanya Farhana, seorang gadis belia.
Sosok Farhana memang menarik perhatianku. Di tengah jamaah yang resah menunggu dibukanya pintu Raudhah, ia kelihatan tenang saja. Matanya terus mencermati kitab yang ada di depannya. Tampak sekali Farhana tengah membaca dengan khidmat dan penuh ketenangan.
Aku yang beberapa saat kemudian bisa duduk di sebelahnya, tertarik untuk ikut melongok kitab apa itu. Ternyata sebuah buku dengan tulisan huruf Arab gundul.
Apa yang tertangkap mataku membuatku semakin tertarik padanya. Ditilik dari wajahnya, tidak ada rona Timur Tengah pada dirinya. Yang terlihat dengan jelas adalah kecantikan khas wanita India atau Pakistan. Namun saat itu ia mengenakan jubah hitam. Aku juga sempat lihat, ketika belum memasuki daerah khusus wanita, ia mengenakan burdah yang rapat menutup wajah cantiknya itu.
Sekelebat ia menoleh ke arahku. Barangkali merasa dirinya diperhatikan. Aku melempar senyum.
"Assalaamualaikum. Saya tidak bermaksud apa-apa. Tetapi saya tertarik melihat Anda dan kitab yang Anda baca. Anda berasal darimana?" sapaku dalam bahasa Inggris.
Jawabannya sungguh di luar perkiraan, "Wa'alaikum salaam. Saya berasal dari London."
Wow, pikiranku, tebakanku, salah semua. Kitab Arab gundul, jubah dan burdah berwarna hitam, wajah India, tapi berasal dari London?


Aku semakin tertarik untuk mengenal lebih jauh sister Muslimahku yang satu ini. Kami akhirnya terlibat perbincangan hangat.
♥●♥__♥●♥

Farhana keturunan India. Konon keluarganya sudah tinggal di London sejak beberapa generasi lalu.
Ketika berusia sekitar 13 tahun, orangtuanya menyekolahkan Farhana di sebuah boarding school (sekolah berasrama) khusus Muslimah di London. Di sekolah ini, para gadis muda usia digembleng agar menjadi seorang ustadzah. Mereka diharapkan dapat menjadi hafidzah Al-Qur'an serta menguasai berbagai kitab. Sekolah ini memang menjadi tempat pengkaderan ustadzah yang kelak akan disebar ke berbagai sekolah lain. Farhana sendiri dalam usia yang masih muda telah menjadi ustadzah di Moslem School, London.
Pikiranku segera terganggu sebuah pertanyaan, bagaimana bisa dia yang seumur hidupnya tinggal di kota London, salah satu pusat kebudayaan Barat, tetap bisa kokoh memelihara aturan-aturan sebagai seorang Muslimah? Pikiran itu kolantarkan pada Farhana.
Gadis cantik itu mengaku sebagai penganut mazhab Hanafi. Mazhab ini mengajarkan bahwa wanita tidak boleh berpakaian yang menarik perhatian lawan jenis. Oleh karena itu, Muslimah hendaknya memakai pakaian yang warnanya paling aman, yaitu hitam atau gelap. Burdah selalu dipakai manakala mereka memasuki daerah yang ada nonmuhrimnya. Ini semua diperlukan agar para Muslimah bisa senantiasa kehormatannya terjaga, apalagi bagi mereka yang hidup menjadi minoritas di sebuah komunitas.
Sebuah paparan yang inspiratif bagiku. Aku kembali mencecar dengan obrolan lanjutan, "Farhana, saya tinggal di sebuah negeri dengan penduduk 90 persen beragama Islam. Namun kadang kami tetap harus memperjuangkan hak meski hanya untuk menggunakan jilbab sederhana ini."
Aku lalu menjelaskan peraturan di zaman perkuliahan dulu, yang mengharuskan foto di kartu mahasiswi memperlihatkan rambut dan telinga. "Bagaimana pula dengan dirimu yang harus hidup sebagai minoritas di tengah pusat kebudayaan Barat yang demikian bebas? Tidakkah kau merasa terganggu?" pertanyaanku polos.
Dia menggeleng mantap. "Alhamdulillah, kami tidak pernah merasa tertekan hidup di London. Kami tinggal di sebuah kawasan Muslim yang sangat tegas menerapkan aturan-aturan Islam. Bahkan kami mempunyai beberapa sekolah, lengkap dari play group sampai tingkat pendidikan tinggi," sambungnya.


"Farhana, aku tidak mengerti. Sedang aku yang hidup di kampung halamanku sendiri, jauh di Timur, jauh dari pusat kebudayaan Barat, merasa sangat risau dan resah dengan pengaruh Barat yang demikian membahana dalam kehidupan keseharian kami. Setiap hari aku dikejar kekhawatiran, apakah anak remajaku tidak sedang terpengaruh oleh gemerlapnya kehidupan bebas ala Barat, yang hidup untuk mengejar kenikmatan? Sementara kau dapat hidup dengan kokoh memegang ajaran Islam tepat di tengah-tengah jantung kebudayaan Barat. Oh, Farhana, aku sungguh-sungguh kagum," seruku spontan.
Ia segera menanggapi, "Kalau kau begitu resah dengan masa depan anakmu, sebaiknya kirimkan putra-putrimu ke boarding school kami di London. Insya Allah ia akan terpelihara dalam iman Islam yang kokoh. Dan tentunya aku bisa berkesempatan mengajar anakmu nanti," sambungnya sambil tersenyum.
Aku menggeleng-gelengkan kepala tak habis-habisnya. Sungguh kagum aku dibuatnya. Komunitas Muslim dimana Farhana tinggal di London demikian berhati-hati menjaga aqidahnya.
Ada salah satu cara yang ditempuh mereka guna memperteguh keyakinan agamanya. Yaitu dengan tidak mau mengenal televisi. Perkembangan berita terkini cukup diikuti lewat koran atau majalah atau internet yang sumbernya tepercaya. Mereka tak mau membuang waktu dengan menonton acara televisi yang sebagian besar justru melalaikan seorang Muslim dari ibadah dan kemurnian aqidah.
Mereka tidak membuat dan memajang foto, karena takut akan terjerumus pada pemujaan dan berbangga diri atau pengkultusan terhadap tokoh-tokoh tertentu. Alasannya, Nabi Muhammad pun tak boleh dipuja-puja dan dikultuskan berlebih-lebihan, karena bagaimanapun beliau tetaplah seorang hamba Allah.
Kutatap matanya yang berbinar, sungguh cantik. Sempat terlintas dalam pikiranku, tidakkah dia pernah merasa tergoda untuk memamerkan wajah cantiknya? Tetapi jawabannya langsung kudapatkan dari kesyahduan tatap matanya saat kembali menyimak kitab di hadapannya. Wajah itu memancarkan sinar kebahagiaan dan ketenangan batin.
Oh, Farhana, kau sungguh beruntung. Tidak perlu ada keresahan sedemikian rupa seperti yang dirasakan oleh wanita lain, yang banting tulang demi mendapatkan kesempurnaan dalam penampilan fisik. Kau telah menemukan kebahagiaan yang hakiki dengan melaksanakan ajaran Islam secara kaffah. Kau tak perlukan lagi puja atau puji dari luar, karena Islam jalan selamat telah kaujalani secara total dan memberimu kebahagiaan sebagai hamba Allah yang sejati.
Sejujurnya, aku merasa sangat malu. Aku dan komunitas di negeriku serasa tak kuasa menghadapi gelombang pengaruh Barat yang menerjang pada seluruh sisi kehidupan. Banyak kaum Muslimah yang merasa malu bila tak bergaya ala Barat. Hilang sudah jubah dan dan kain panjang, berganti celana jeans dan pakaian ketat.


 Tak lupa pula mewarnai rambut supaya lebih menyerupai para noni Barat yang kosmopolit. Kami tenggelam dalam sudut pandang yang menekankan bahwa penampilan adalah segala-galanya. Kami tenggelam dalam pemujaan fisik sehingga rohani kami lupa untuk diisi dengan sempurna.
Ya Allah, Farhana yang lahir dan dibesarkan di kota kosmopolitan, justru tak sedikit pun terpengaruh dengan gegap gempitanya dunia Barat. Ia begitu tegar dan teguh dengan keyakinannya.
terinspirasi dari kisah nyata seorang sahabat hati..

♥●♥__♥●♥


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/muslimah-cantik-dzahir-dan-bathin_09.html

Anugrah Cinta Untuk Mentari

“ Benarkah engkau jodoh yang diberikan Allah kepadaku ? “
Bertanya Mentari pada selembar kertas yang masih terlipat rapi di hadapannya. Pagi tadi Ummi Farah memberikan kertas itu padanya. Hampir empat tahun setelah Mentari ditanya Ummi Farah tentang kesiapannya menggenapkan separuh dien. Kini selembar biodata yang dinanti-nanti, benar-benar berada di hadapannya. Matanya menerawang dalam diam. Menemani lintasan kenangan yang berkecamuk dalam pikirannya …..ia belum berani membuka kertas itu …
Alun-alun kota Solo, menjelang Dhuhur..empat tahun yang lampau.
Beberapa saat yang lalu, serombongan besar wanita muda berjilbab berdemo mengusung tema besar anti pornografi.  Mentari bersama dua sahabatnya, Wida dan Nana, berjalan menuju halte di jalan Slamet Riyadi.



" Tari, Wida.. ana duluan ya… tuh kak Fauzi udah nunggu di depan telpon umum ". Nana pamit sambil menunjuk ke arah seorang pemuda tegap  berbaju rapi ala kantoran.
" Aduh… pengantin baru, nggak sabar nih cepet sampai rumah…", goda Wida sambil melempar senyum simpulya.
"Iya, udah lupa ya sama asrama "Pondok Putri" tempat kita tumbuh dan berkembang  " Tari menimpali.
" Maaf deh saudari-saudariku, makanya pada cepet punya suami..biar nggak ditagih ibu kos lagi tiap bulan…". " Wuuuu…lagaknya !! "
Nana tersenyum penuh kemenangan. Sebentar kemudian ia telah meninggalkan Mentari dan Wida. Panas kota solo di pertengahan tahun memang cukup merepotkan, meski tidak sepanas kota jakarta. Orang-orang malas untuk terus-terusan berdiri mematung dipinggiran jalan. Setiap bus kota yang datang disambut dengan kejar-kejaran dan desak-desakan antar penumpang. Tentu saja Mentari dan Wida selalu ketinggalan. Mereka tak bisa sembarangan melompat dan bergantungan. Bisa-bisa jilbab dan gamis panjang mereka akan jadi korban.
Satu jam berlalu, tak ada kemajuan. Mereka masih setia menunggu Bus antar kota yang akan membawanya ke kawasan Plasa Ambarukmo Jogyakarta. Namun langit berganti warna, panas berlalu tanpa sisa.  Hujan pun mulai turun.  Mentari dan Wida masih terjebak di halte.  Dalam lelah yang berkepanjangan. Mendadak….datang dua orang pemuda. Satu berambut gondrong. Satu lainnya beranting. Keduanya memakai baju khas orang kuliahan. Ada hasrat buruk tergambar dari kilatan mata mereka.
" Halo ceweek .. godain kita doong, dari kampus mana nih ? ", seorang dari mereka mulai menyapa dengan kedipan mata yang genit.
" Eh.. elo yang tadi orasi ya ? yang katanya nolak pornogafi ya ", tambah seorang lagi sambil menunjuk ke arah Mentari. Mentari dan Wida merasa terancam, mereka bergerak menjauh. Tapi dua pemuda itu masih berhasrat mendekat.
" Hei cewek, jangan munafik loo.. gue tahu loe punya pacar dan rutin kencan kan tiap malam minggu di kos-kosan.."
Muka Wida memerah dahsyat mendengar ocehan sang berandal. Jiwa petarungnya sebagai mantan atlit karate tak bisa membiarkan ini terjadi.
" Jangan sembarangan kalau bicara, kalian belum tahu berhadapan dengan siapa." Namun gertakan Wida berlalu begitu saja. Mereka malahan tambah nekat. 



" Iya, apa gunanya pake jilbab kalau sudah tidak perawan lagi. Mending jilbabnya di copot saja …., sini biar gue yang copot kalau tidak mau " .
Sreeet !!! Jilbab Mentari menjadi sasaran ! Mereka menariknya dengan paksa. Mentari berusaha mempertahankannya.. " Tolooooong ! Rampook ! " Mentari berteriak meminta pertolongan. Tapi derasnya hujan meredam suaranya. Beberapa orang yang melihat dari jauh diam tak bergerak. Ketakutan.
Buuk ! Tendangan samping Wida tepat mengenai punggung seorang pemuda berandal. Ia sempat terhuyung beberapa saat. Seorang lagi masih menarik kuat jilbab yang dipakai Tari. Buuk ! Sreeet !.Terdengar dua  teriakan yang berbeda sumbernya. Satu teriakan dari pemuda berandal yang menarik jilbab tari. Ia terkena tendangan Wida tepat di titik kelemahannya. Satu teriakan lagi keluar dari mulut dan nurani Tari. Jilbab yang dikenakannya terlepas. Tetesan hujan membasahi rambutnya yang panjang. " Tolooong …… !!! ", Mentari panik. Ia mendapati dirinya sangat asing dengan rambut yang terurai tanpa penutup. Ia merasa bagai terjebak di sarang penyamun yang haus tubuh wanita.  Wida segera menarik Tari menjauh dari halte itu. Kedua berandal masih sempat mengancam dalam kesakitannya. Beruntung, sebuah Taksi tepat berhenti di depan Tari dan Wida, memberikan tumpangan.
Malam pun menjelang dengan membawa seribu kesan menyakitkan dalam diri Tari. Hari itu begitu berat bagi seorang Tari. Demonstrasi yang melelahkan ditambah kejadian mengerikan di halte siang tadi. Mendadak Tari ingat Nana, sahabatnya yang juga ikut demonstrasi siang tadi. Mentari merenung dalam kesendirian di kamar kosnya …Ah, betapa beruntungnya kau Nana, ada yang menjaga dan memperhatikanmu karena engkau sudah bersuami.… Ucapnya dalam hati " Ya Allah, datangkanlah kepadaku seorang yang Kau janjikan untuk menemani dan meneguhkan hidupku.." Mentari pun tenggelam dalam doa-doa yang tak pernah bosan ia panjatkan.

******************

Asrama Pondok Putri. Pagi hari, tiga tahun yang lalu.
Pintu kamar Mentari di ketuk tiga kali. Sahabatnya, Wida, masuk memberi salam, keduanya berpelukan seolah lama tak bertemu.



 "  Subhanallah, my lovely Wida… bumi bagian mana yang tega menelanmu selepas wisuda Februari, tiga bulan yang lalu.. tak ada kabar, telpon atau surat ? ".
" Afwan Tari, aku pulang ke Bandung. Di sana ternyata banyak proyek yang harus kugarap. Tahu sendiri kan ? Papa memang dari dulu sudah nunggu lama kelulusanku. Beliau ingin aku menjadi manajer akuntan di perusahaannya. "
" its OK ukhti, tapi janji ya kamu nginep lama di sini… ada banyak cerita baru lho di kampus kita ".
" Justru itu Tari.. aku ke sini memang khusus untuk menemuimu. Aku ingin kau mengetahuinya langsung dariku, meski sebenarnya bisa saja kalau aku poskan  undangan ini dari Bandung.. ".
" Undangan ? Walimah maksudnya ? Subhanallah… akhirnya kau menikah juga Wida.Tadinya aku kira aku yang duluan.. selamat ya… mana undangannya  ? " Wida mengulurkan sebuah undangan berwarna merah muda. Indah dan berkesan bagi penerimanya.
Keduanya kembali berpelukan. Isak tangis mulai terdengar pelan. Bahagia dalam haru. " Maaf Tari… aku harus menikah terlebih dahulu. Aku takut jika terlalu larut dalam perusahaan nanti…aku bisa sibuk dan lupa nikah. Lucu ya kedengarannya ? tapi memang begitu kemarin nasehat orangtuaku di rumah. Nah, kamu sendiri gimana kuliahnya ? " Wajah mentari mendadak berubah muram.
" Yaah.. kamu tahu sendiri kan dengan Mr. Kosmo ( julukan untuk dosen paling killer dikampus ) ? Beliau tuh sangat teliti kalo pas ngoreksi. Tapi apapun, aku usahakan September ini aku udah angkat kaki dari kampus ini. Eh… tapi jangan lupa doain ya Wid..! ".
" Jelas dong… mau didoakan cepet wisuda atau cepet nikah ? " .
" Cepet Nikah dong !!! eh…  maksudku kalo bisa dua-duanya dapet gituu.. " .
" Iya non.. aku juga tak tega membiarkanmu menjadi bidadari ketinggalan kereta ! "
Buuk ! Serasa ucapan Wida yang terakhir bagai tendangan karatenya yang tepat mengenai ulu hati Mentari. Sakit memang, tapi Tari sadar sahabatnya itu hanya ingin memberikan motivasi padanya untuk tetap tegar ! Selepas kepergian Wida, Tari kembali merenung dalam kamar. Tangannya asyik membolak-balik undangan Wida. Ah..ini bukan yang pertama bagi Mentari. Bukan yang pertama kali Mentari ketinggalan kereta, seperti kata Wida. Seminggu yang lalu Dina, teman seangkatannya nikah dapat anak Medan. Bahkan sebulan yang lalu malahan si centil Tasya, adik kelasnya dua tingkat, sukses di lamar teman satu jurusannya ! Tari menghidupkan PC-nya yang setia menemani hari-hari kuliahnya selama lima tahun terakhir ini. Dibukanya sebuah file di program Corel Draw.


Nampak di layar sebuah desain undangan pernikahan  yang anggun dan manis. Tertulis di dalamnya…
Menikah : .MENTARI CANDRASARI bin H. RAHMAT  dengan .. MR. MOST WANTED !!! ! Mentari termenung berkaca-kaca. File itu sudah setahun lebih dibuka dan diedit, tanpa tahu kapan  akan diprint dan digunakan.

*******************

Rumah Mentari yang anggun , di sisi utara pulau jawa, dua tahun yang lampau.
Matahari pagi yang cerah menemani keluarga Mentari. Kemarin sore Tari, putri satu-satunya keluarga Haji Rahmat, baru saja datang dari Jakarta. Mereka berkumpul hangat di ruang keluarga.
Hari itu terasa istimewa bagi pak Rahmat, ayah Mentari, dan juga bagi ibunya. Tapi tidak bagi Mentari. ..ada seorang dari masa lalu yang tiba-tiba dibicarakan oleh bapak ibunya. Andri, teman sekolahnyanya saat SMU dulu, sepekan yang lalu menelpon Haji Rahmat. Tari penasaran meski ia tak merasa punya alasan untuk penasaran.
“ Bapak kenal Andri juga ya Pak ? “.
“ Oo.. bukan kenal lagi Tari, Bapaknya itu kan pak Joko toh ? Beliau dulu kawan Bapak semasa masih muda merantau di Jakarta. Kami sama-sama ngontrak rumah di Tanah Abang, sebelum akhirnya Bapak dipanggil kakekmu untuk nikah sama ibumu ini.. “ .
“ Lalu ? apa maksudnya seminggu yang lalu ia menelpon Bapak ?“.
“ Jadi begini… Nak Andri sudah mengutarakan niat baiknya untuk melamarmu. Dan pak Joko juga secara khusus sempat menyinggung masalah ini kemarin saat telepon.. Besok pagi Andri mau ke sini khusus untuk bertemu kamu… “
Wajah Tari berubah. Seolah tak percaya dengan pendengarannya.
“ Tapi Pak ? Tari kan belum tentu menerima…… “ .



“ Huss ! jangan membantah dulu… yang penting besok kau temui dia. Siapa tahu cocok…Bapak dan Ibu sebenarnya terserah kamu, tapi inget Tari.. usiamu sudah tidak muda lagi..Ibumu kemarin nangis karena ada tetangga yang ngomongin kamu calon perawan tua ! “.
Mentari diam. Mencoba untuk teguh meski hatinya tergugu. Dia tahu persis siapa Andri yang dulu. Meski lima tahun ia tidak ketemu, Mentari tidak yakin Andri berubah seperti yang diinginkannya.
Pagi menjelang dengan cahaya yang riang. Mencoba menyinari hati Tari yang masih bimbang. Di ruang depan, bapaknya masih sibuk dengan seorang tamu muda. Andri namanya. Pakaiannya perlente, khas eksekutif. Tumpangannya jauh dari yang Tari perkirakan. Kalau dulu saat sekolah, Andri hobby ganti-ganti motor sport yg bunyinya knalpotnya saja bisa membangunkan orang satu RT. Tapi kini sebuah sedan metalik dengan anggun parkir di depan rumah Tari. Mobil Andri kah ? atau mobil orangtuanya ? Ah.. bagi Tari itu sama sekali tidak penting.
Hati Tari bergetar hebat, apalagi saat ayahnya memanggil, menyuruhnya bergabung di ruang tamu. Tari melangkah pelan. Dengan malu-malu ia tundukkan pandangan dan menuju keruang tamu. Ia merasa sorot mata Andri terarah lurus ke arahnya. Mencoba menelanjangai jilbab lebar dan jubah rapi yang dikenakannya.  Mendadak Tari merasa risih..…
“ Ini Tari ? waah.. sekarang pakai busana muslim ya ? Kapan pergi hajinya Tari ? bareng pak Rahmat ya ? “.
Pergi haji ? Apa hubungannya dengan kewajiban memakai jilbab ? Tapi Tari tidak merasa bingung. Andri masih seperti dulu. Tidak mengenal dan memahami Islam sama sekali.. Tari tambah risih saat Bapak minta ijin keluar sebentar, meninggalkan Tari dalam kungkungan rasa yang menakutkan. Ini khalwat ! bisiknya dalam hati. Yang ketiga adalah setan !
“ Ada perlu apa Andri ? Ada yang bisa di bantu ? “, sapa Tari dengan gaya yang tidak dibuat-buat. Pandangannya masih tertunduk. Tegas, tapi tidak ketus.
  Hah ! Bapak dan Ibu tidak bilang sama kamu sebelumnya ? Aku datang untuk menyampaikan niat baik melamarmu Tari… kalau kamu berkenan, seminggu lagi keluargaku akan datang melamarmu.. bagaimana Tari, kau setuju kan ? kita akan menyambung kembali cerita dan kenangan cinta kita saat SMU dulu.. “.
Tari merasa terusik dengan kalimat terakhir Andri. Kali ini ia benar-benar muak. Kenangan masa lalu yang sedemikian lama telah terhapus, mencoba menghujam masuk kembali dalam diri Tari. Sejak tamat SMA Tari sudah bertekad mendalami islam secara kaffah. Tidak ada istilah pacaran dalam kamus hidup Tari semenjak itu.



“ Maaf Andri, aku bukan Tari yang dulu…kau salah datang kepadaku ..” Mata Andri melebar. Ia seperti tidak percaya Tari mengatakan hal seperti itu. Tari yang dulu selalu setia menemani hari-hari indahnya saat SMU. Kini dihadapannya bagai sosok asing yang tak pernah dikenalnya.
“ Tari !! aku datang kembali untukmu… lima tahun aku memendam cinta ini Tari…, ingatkah kau saat-saat indah kita dulu Tari…, Tari… bukankah dulu kita pernah berjanji sehidup semati, Tari, lupakah kau dengan semua itu… Tari…. “
“ Tidaaaaaaaaaak ! Kau tidak berubah Andri !Maaf, mungkin  kita tidak jodoh. Titik !! “ Tari bergegas masuk kembali ke ruang dalam. Meninggalkan Andri dalam keheranan yang panjang. Sementara Bapak ibu Tari saling berpandangan heran. Mereka berdua masih menyimpan beban. Kapan putri satu-satunya akan ke pelaminan ?
Tari menangis dalam kamar. Ia menangis bukan karena Andri. Ia sama sekali sudah melupakan masa lalunya yang kelam bersama Andri. Ia menangis, karena baru kali ini ada seorang yang datang untuk melamarnya. Baru kali ini. Tapi mengapa yang datang Andri ? Pacarnya di masa lalu. Seorang lelaki yang sama sekali tidak diharapkan dan tidak disangka-sangkanya.
 Mengapa bukan ustad Agus, Akhi Budi, Mas Hanafi, Pak Irvan, Fajar, Wisnu atau teman-teman lain yang aktif di kegiatan masjid ?.Mengapa bukan mereka-mereka yang hanif dan sholih yang datang? Sehingga Tari bisa semakin teguh mengarungi hidup ini ? Kemana mereka semua ? Kemanaaa ?  Tari berteriak dalam hati, menanti sebuah jawaban.
“ Yaa Allah, kemana hamba2MU yang lainnya yg sholeh ? Andri kah yang Engkau takdirkan menjadi jodoh hamba ? Hamba belum bisa menggali hikmah dibalik takdirMu ini yaa Raab, beri hamba kekuatan..” Rintih Tari dalam munajatnya.

***************************

“ Benarkah engkau jodoh yang telah di janjikan Allah kepadaku ? “ Kembali Mentari bertanya pada kertas bisu dihadapannya.  Dengan hati-hati dibukanya kertas itu pelan-pelan. Seolah didalamnya ada sesuatu yang sangat berharga. Mentari mendapati sebuah nama yang tidak asing baginya…. Agus Budiman. “ Ustad Agus ??? Benarkah ?? Subhanallah … “,
Tari memang harus terkejut. Tentu ia tidak mempunyai alasan untuk tidak menerima Ustad Agus. Ia seorang yang mempunyai pemahaman Islam yang sangat baik. Ia seorang ustad yang sangat terkenal di kalangan teman-temannya di kampus.


Buah keikhlasannya dalam membina telah melahirkan banyak kader dakwah dari masjid kampusnya.  Sungguh ! Tari tak mempunyai alasan untuk menolaknya. Apalagi jika mengingat usianya yang sudah dua tahun melewati seperempat abad ! Juga tangisan ibunya terkasih yang selalu memintanya untuk segera bersanding di pelaminan..
Tapi…. Mendadak Tari tertegun. Ingatannya kembali menerawanag. Beberapa bayang wajah anggun mengitari benaknya. Ia mengingat beberapa seniornya di kampus yang belum menikah ; Mbak Rahma, Mbak Santi…dan juga Mbak Zaenab.  Mbak Rahma, pembimbing mentoringnya saat Tari belum berjilbab di tingkat satu. Usianya kini menjelang kepala tiga. Sudah dua tahun ini ia tidak banyak kelihatan. Sakit organ dalam membuatnya harus banyak beristirahat di rumah.
Lain lagi dengan Mbak Santi, dua tingkat di atasnya dulu di kampus. Sekarang sibuk bekerja di perusahaan konveksi, dari pagi sampai sore. Sesekali saat libur, masih sempat untuk diminta mengisi kajian muslimah di kampus. Mbak Santi memang harus kerja keras mencari nafkah. Ia anak sulung dari delapan bersaudara. Ayahnya sudah tiada sementara ibunya sudah cukup renta untuk bekerja. Mbak Santi adalah tulang punggung di keluarganya.
Cerita tentang Mbak Zaenab lebih memilukan. Suaminya, almarhum ustad Ahmad, meninggal tertembak saat dikirim untuk berdakwah di daerah konflik Ambon.  Ia meninggalkan dua putri yang masih sangat lucu-lucu, Hana dan Aisyah.  Aktifitasnya sekarang menjadi pengajar SD Inpres, untuk mencukupi kebutuhan hidup dua putri kecilnya.
Perlahan-lahan mata Tari berkaca-kaca. Air matanya mengambang tenang. Bayang-bayang wajah ketiga seniornya menari-nari dihadapannya. Mengapa bukan mereka yang dilamar ustad Agus ? Mengapaa ? Mereka jauh lebih berhak dan membutuhkan daripada aku … Tililliiiiiit…..Tililiiiiit .. deringan HP memecah kesunyian lamunan Tari. Suara bijak dan salam akrab Ummi Farah terdengar dari seberang. “ Bagaimana ukhti Tari ? bersedia bukan ? Beliau siap kapan saja  bertemu untuk ta’aruf ..” “ Engg…..begini Mi,  mungkin saya perlu istikharoh dulu.Mungkin seminggu lagi saya baru bisa ambil keputusan… “ “ Baiklah… saya tunggu ya, dan semoga Allah memberi kemudahan..” Suara salam penutup terdengar dari arah seberang. Pembicaraan telah selesai. Namun bayang-bayang Mbak Rahma, Santi, dan Mbak Zaenab masih setia mengiringi langkah Tari.

*****************************

Dua bulan berlalu. Hari yang bahagia. Suasana walimah yang meriah namun  terjaga nuansa kesyahduannya. Tamu laki-laki duduk terpisah dari tamu perempuan. Terdengar aluanan nasyid pernikahan menggetarkan hati pendengar lajangnya.


Tari duduk anggun berseri-seri. Jilbab dan bajunya yang rapi menambah suasana hatinya yang lega dan tenang. Dengan perlahan Tari melangkah, menemui seorang wanita yang jadi pusat perhatian para tamu sedari tadi. Di sisi wanita itu ada dua putri cantik yang masih kecil-kecil. Tari menyalami haru wanita tersebut. Keduanya berpelukan.
“ Mbak Zaenab, Barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jama’a bainakuma fi khoiriin… selamat ya Mbak  semoga bahagia dan berkah menyertai keluarga baru Mbak..”.
“ Jazakillah khoiron ya dik, semoga dik Tari juga cepat menyusul ya..Nanti saya minta mas Agus mencarikan khusus buat dik Tari ya.. beliau kan punya kenalan banyak.. “.
“ Amiin… doanya ya Mbak..Tari tunggu lho janjinya.hehe...” .
“Insya Allahdek Tari…. “
Lega dalam rasa bahagia dan syukur yang terpanjatkan. Tari berpamitan dan melangkah pulang. Mencoba merenda hari-hari penantian yang baru. Jiwanya tenang. Tidak ada penyesalan. Ia ingat persis, saat selesai sholat istikharoh dulu, yang muncul  selalu saja bayang-bayang Mbak Rahma, Mbak Santi, dan Mbak Zaenab. Wajah ustad Agus tak pernah terlintas dalam malam-malam istikharohnya.
Kini dalam hari-hari penantiannya, Tari yakin, ia tidak sendiri. Sebagaimana juga ia yakin, akan ada sesosok laki-laki hanif yang akan menyapanya dengan cinta. Entah satu bulan lagi, dua bulan, satu tahun, atau entah saat senja nanti. Ia yakin Allah telah menjanjikan  sebuah cinta yang akan datang menyapanya.
“ Ya Allah, datangkanlah kepadaku seseorang yang akan meneguhkanku dalam hidup ini, dan berikan kesempatan kepadaku untuk berbakti kepadanya, melahirkan dan merawat anak-anaknya untuk menjadi anak sholih dan sholihah. Agar saat kami telah renta atau telah tiada,  akan ada mereka yang senantiasa mendoakan kami berdua“.
Kembali Tari teringat janji Allah dalam firmanNya:” Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (QS An Nur:26).
Janji Allah itulah yang selalu meneguhkan hati Tari. Sedikitpun ia tidak pernah ragu akan kebenaran janji Allah. FirmanNya adalah benar dan janjiNya juga pasti benar.. !
“ Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka aku tidak akan meminta disegerakan datangnya. Biarlah masa depanku datang dgn sendirinya. Allah lebih tahu yang terbaik untukku menurutNya, bukan yang terbaik menurutku. Saat ini aku memang masih sendiri, itu karena Allah masih mengujiku sampai dimana kesabaranku.


 Lebih jauh lagi diriku masih dibutuhkan oleh teman2 kampus untuk melanjutkan dakwah ini...” Hibur hati Tari menenangkan diri. Sebuah keyakinan yg menancap kuat dalam sanubarinya. Suatu keyakinan kepada janji Allah yg tidak akan runtuh sampai kapanpun. Suatu keyakinan yg dia pegang seyakin-yakinnya.

----------------------------------------------------

2 tahun kemudian..
Umur Tari sudah hampir mendekati kepala tiga. Ayah ibunya tiap hari dirundung kesedihan atas nasib dirinya yg tidak juga menikah. Tapi keajaiban Allah selalu menyertai hamba2Nya yang sabar dan tawadhu’ dijalanNya. Sekali lagi Allah menunjukkan kuasaNya.
Dengan perjuangan yg berdarah-darah dan tanpa lelah,akhirnya Tari diwisuda untuk gelar Master di jurusan Syariah di kampusnya. Seminggu setelah wisuda S2 nya, Tari dilamar kembali oleh Andri untuk kedua kalinya. Kali ini ia datang tanpa sedan mewah miliknya dulu. Ia datang dengan sepeda motor saja, dan tanpa orang tuanya. Busananya juga berbeda. Ia memakai baju koko dengan bordiran yang sangat indah, dipadu dengan sebuah peci putih di kepala dan celana panjang sedikit diatas mata kaki dari bahan kain halus. Sedikit jenggot tipis tumbuh dibawah dagunya. Wajahnya bersih dan kelihatan bersinar.
“ Tari, kali ini aku datang kepadamu bukan dengan membawa cinta kita yg dulu. Kali ini aku datang dengan cinta yg berbeda dari yg kita miliki waktu SMA. Kali ini aku datang atas nama cinta dari Allah yg telah memberi hidayah kepada diri ini yg dulu sempat jauh dari pangkuan tarbiyahNya. Aku datang kesini bermaksud melamarmu. Dulu engkau pernah berkata padaku bhwa cita2mu adalah engkau hanya mau dikitbah oleh seorang laki2 yg hafal alquran. Jika engkau berkenan, sekarang ini aku ingin mengkitbahmu dengan hafalan alquranku. Engkau bisa membuktikan itu sekarang juga..”
Tari hampir tidak percaya dengan apa yg barusan ia dengar. 2 tahun baginya adalah waktu yg singkat sejak lamaran andri ditolaknya. 2 tahun juga bukan waktu yg singkat bagi seseorg utk menghafal alquran. Tapi kini andri datang melamarnya dengan hafalan alqurannya...??
“Yaa Allah, mukjizat apa yg KAU tunjukkan dihadapanku ini..?” batin Tari dalam hati.
Tapi ketika sekilas ia beranikan menatap paras andri dan kesriusannya, entah kekuatan dari mana yg masuk kedalam hatinya bahwa ia justru yakin seyakin-yakinnya andri-lah kini yg memang ditakdirkan Allah untuknya.


Tapi dia bukan andri yang dulu, melainkan andri yg telah berubah menjadi sosok pemuda yg taat kepada Rabbnya.
Sore itu, sehabis sholat asar berjamaah di rumah Tari.. dia, ayahnya dan ibunya, menyimak setiap bait-bait lantunan ayat2 suci dari kitab cintaNya yg dilantunkan dari mulut andri dengan begitu indahnya. Subhanallah..andri benar-benar hafidz Qur’an. Allahu Akbar..tak henti2nya Tari dan keluarga mengucap kebesaran nama Ilahi.
Sore itu juga, lamaran andri diterima kedua orang tua Tari, dan Tari menerima kitbah andri dengan segala keiklasan dan kemantapan hati. Dan satu bulan berikutnya acara walimahan pernikahan antara Tari dan Andri mengejutkan sahabat2nya seperti Wida, Nana, mbak Zaenab, mbak santi dan mbak rahma pun tak ketinggalan dibikin surprise dengan berita pernikahan Tari.
Barakallahu laka wa baraka alaikuma wa jama’a bainakuma fi khoiriin…
-- Yaa Allah, aku meminta berikan aku hati yg sungguh2 mencintaiMU, berikan aku tangan yg dengannya aku mampu berdoa untuknya, dan bila akhirnya kita bersatu.. kuharap kami berdua dapat mengatakan betapa “Maha Besarnya ENGKAU” ,karena telah memberikan padaku mutiara berharga yg akan menyempurnakan separuh agamaku dan memenuhi sunah RasulMU --




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/anugrah-cinta-untuk-mentari_4238.html

Penyakit Akhwat

Setelah seharian tadi memeras otak dan pikiran untuk merampungkan note 'Janji Venus 2', rasanya lega sekali dada ini. Banyakk sekali sahabat2 RDM tak sabar berteriak-teriak di wall RDM maupun di koment:
" Lanjutan janji venus mana...?"
" Kak..,lanjutan janji venus-nya mana? kakak kan janjinya cuma seminggu..ini dah lewat..".
" Mb.icha janji venus kapan di publish...?"
Dan masih banyak yg lain..
Huftt..terasa kyak dikejar-kejar utang dirikuh..*Emangnya icha punya utang berapa sih ama ente..?*. Dan alhamdulillah setelah tadi siang 'Janji Venus 2' akhirnya terbit. Memang benar..rasanya plong kayak abis bayar utang..:P
Sekarang..waktunya sedikit merefresh otak dulu. Icha mau berbagi sesuatu tentang atribut seorang cewek ( khususnya akhwat ).
Berbicara tentang akhwat, tentu berbicara tentang wanita. Mengapa demikian? ya, Karena akhwat adalah wanita..dan wanita adalah juga manusia (halah). Yang jelas terlepas dari seberapa tangguh seorang akhwat dalam menjalani aktivitas kesehariannya, tentu mereka punya suatu kelemahan. Kelemahan yang semakin menegaskan (lagi-lagi) bahwa akhwat juga manusia.
Di note kali ini, icha akan mencoba membahas (secara jenaka) apa dan bagaimana "virus" yang kerap hinggap di dalam sosok seorang akhwat, dan tentunya disertai juga tips dan metode pengobatannya...Semoga dapat bermanfaat, memberikan ibrah, serta senyum kebahagiaan. Just for fun..;-)
Bukankah hidup harus seimbang dan menggembirakan dalam batas-batas yang dibolehkan? enjoy it...!!!
Penyakit-penyakit yg seringkali menjangkiti seorang ahwat adalah:
1. Nangisuitis
Akibat terlalu sensitif. Gejalanya bibir cemberut, mata kedip-kedip. Efek sampingnya mata bengkak, saputangan banjir, hidung meler, bawaannya ngurung diri atau terkena penyakit Curhatitis A. Penyakit ini bisa diobati dengan obat Tegaridol, OBH (Obat Berhati Hamba).
2. Curhatitis B
Bawaanya pengen nyerocos, Efek samping rahasia orang bisa bocor, terkena Nangisuitis, Penyakit ini bisa diarahkan positif jika ia bercurhatitis-nya ke orang yang tepat, apalagi sama Allah.
3. Shooping Syndrome
Gejalanya pengen jalan mulu, mata melotot, Efek sampingnya lidah ngiler, mulut nganga, dompet jadi tipis. Jika sudah masuk stadium 4 (parah banget) dompet cowoknya ikut tipis. Coba minum 'Hematcold' atau 'Tablet PD' (Pengendalian Diri). Salah satunya bisa lewat MH (manajemen hati).
4. Cerewetisme
Lebih parah dari Curhatitis B, tidak mengandung titik koma. Efek sampingnya ludah muncrat, telinga tetangga budek, dada cowoknya bisa jadi lebih halus karena sering mengelus. Lebih cepat makan 'Pil dengar' dan minum 'Tablet bicara' lebih diperlambat.
5. Lamanian Dandanitos
Pengennya diem didepan cermin. Tangan kiri gatel-gatel pengen pegang sisir, tangan kanan kram-kram pengen teplok-teplok pipi pake bedak. Efek samping: menor, telat, cowoknya berkarat, gak kebagean makanan. Minum segera 'Sari Bawak' (Bagi Waktu) dan 'Taperi (tambah percaya diri). Buat cowok minum 'Toleran sikipil'  dengan takaran 230 sendok sehari sesudah dan sebelum mandi. . :D
6. Cemburunotomy
Gejala muka lonjong, tangan mengepal, alis menukik. Coba cegah dengan obat sirup 'Prasangka baik' tiga sendok sehari, 'Pil pengertian' dan tablet 'Selidiki dahulu.
7. Ngambekilation
Gejala hampir sama dengan Cemburubotomy. Minum pil 'Sabaron' dan sirup 'Bersyukurinis' setiap hari.
Demikian, semoga lekas sembuh dan dapat segera terobati.
Oalah iya kelalen (logat banyumasan), note ini boleh di copas untuk di share lagi kok, tapi jangan dijual aja. ntar dikira mata duitan lagi...:D 

engan panggilan ’Bu’  J . Biasanya para akhwat akan merasa risih untuk dipanggil ’dek’ oleh ikhwan yang bukan apa-apanya karena khawatir bisa menimbulkan penyakit hati akibat keakraban itu, namanya syaitan pasti akan senantiasa menggoda manusia.

Pernah kejadian, di akhir sebuah syuro seorang ikhwan menegur para akhwat yang hadir disitu dengan secarik kertas.
”Afwan ukhti, lain kali, tolong akhwatnya kalau bercanda jangan keras-keras sampai terdengar di ikhwannya”
Itu hanya sekedar contoh saja usaha para ikhwan dan akhwat dalam menjaga adab pergaulan mereka, menjaga hijab di antara mereka. Tapi kadang ada yang salah paham menganggapnya telalu keras atau galak. Masing-masing orang mungkin punya cara sendiri-sendiri, yang penting bagaimana bisa menjaga hati kedua belah pihak. Mungkin bisa jadi kita bisa menjaga hati kita, tapi hati orang lain siapa yang  tahu.
 
 

Tegas,,,Keras,Atau Galak,,,?????

Wanita memang diciptakan Allah dengan banyak keindahan. Semua yang dimilikinya adalah indah dan menarik. Karena itu wajar jika Allah mewajibkannya menjaga hijab, tidak hanya dalam berpakaian tetapi juga dalam pergaulan.
 “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak darinya.
 Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya…” (QS. An-Nur: 31)
 “… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit di dalam hatinya…” (Q.S. Al Ahzab: 32)
Wanita dianugerahi Allah dengan sifat kelembutan, meskipun tidak semua wanita itu feminin, (ada pula yang macho J) tapi paling tidak mereka pada dasarnya punya sifat lemah lembut. Suaranya pun lebih merdu daripada pria, meskipun ada di antaranya yang bersuara bariton . Karena itu akhwat perlu berhati-hati dalam bersikap dan berbicara supaya tidak menimbulkan fitnah dan penyakit hati bagi yang mendengarnya.
“Deuu si akhiii, antum bisa aja deh…..” ucap sang akhwat kepada seorang ikhwan sambil tertawa kecil dan terdengar sedikit manja.
“Gimana kabarnya akhii.., sudah sembuh belum? jangan lupa  minum obat ya… ” SMS dari seorang akhwat ke ikhwan mitra rohisnya
”Kalau begitchu.., ngga usah ditunda lagi yah, otre deh ”, SMS akhwat di inbox hpnya ikhwan
“Duh, gimana ya…., ane bingung nih, banyak masalah begini … dan begitu, akh….” curhat seorang akhwat kepada seorang ikhwan
”Syukron ya akhii udah dimiscal buat tahajud” Glek!!..????
Itu hanya sidikit contoh aja dimana sang akhwat yang tidak tegas atau bahkan bernada manja ketika berbicara kepada ikhwan. Ndak tahu tuh gimana perasaan sang ikhwan kalo mendengar akhwat berbicara seperti itu padanya.
Loh koq akhwat aja yang disalahin? Sabar..
Jangan salah, ikhwan juga harus jaga hijab lho…
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya……” (QS. An-Nur: 31)
Ternyata banyak kasus yang lain dimana sang ikhwan justru yang tidak menjaga hijab dan kadang memancing untuk bercanda dan beakrab ria. SMS atau telpon tidak penting, telpon berlama-lama, bercanda haha hihi, curhat-curhatan, dsb. Atau mungkin tebar pesona, memberi perhatian atau pujian berlebihan kepada si akhwat sehingga si akhwat jadi keGRan.
”Ukhti, jazzakillah ya, ukhti baik sekali dech” ucap seorang ikhwan kepada seorang akhwat
”Dek, apa kabar, lagi ngapain ?” tegur seorang ikhwan kepada akhwat (negurnya tiap hari)
”Ukh, ana boleh curhat ga, soalnya anti enak banget diajak curhat, boleh ya” telepon seorang ikhwan ke temen akhwatnya
Meskipun sudah sering beraktivitas bersama, namun ikhwan-akhwat tetaplah bukan sepasang suami isteri yang bisa mengakrabkan diri dengan bebasnya. Curhat berduaan akan menimbulkan kedekatan, lalu ikatan hati, kemudian dapat menimbulkan permainan hati yang bisa menganggu tribulasi da’wah. Apalagi bila yang dicurhatkan tidak ada sangkut pautnya dengan da’wah. Karena itu kalau sedang diskusi, syuro, rapat, atau dalam pembicaraan lainnya hendaknya tetep dijaga hijabnya. Saling mengingatkan jika arah pembicaraan menjadi ga penting atau keluar dari agenda atau bahkan menjurus pada kemaksiatan. Misalnya mengingatkan jika dalam pembicaraan itu banyak bercanda. Meskipun ada banyak orang dalam sebuah forum, kalau disitu ada ikhwan akhwat, bercanda bisa menjadi sarana syaitan menggoda hati. Kalau ada yang mengingatkan supaya tidak banyak bercanda masak dianggap galak?? Bukankah banyak beranda itu mematikan hati dan kewajiban sebagai sesama muslim adalah saling mengingatkan?
Bagi kamu para akhwat, jagalah kata-katamu jangan sampai mendayu-dayu. Pilih kata-kata yang tepat dan berusaha tegas dalam berbicara. Tegas maksudnya disini tidak ’dilembekkan’, tidak bernada manja. Bukan galak lho!! (meskipun mungkin ada yang bilang galak J) Proporsionallah, bicara yang penting-penting, bukankah interaksi antara laki-laki dan perempuan salah satu syaratnya adalah ada keseriusan agenda/kepentingan? Jadi kalo niatnya mau telpon urusan agenda dakwah ya jangan trus berlanjut dengan curhat-curhatan gitu. Kadang karena si ikhwan yang telpon ga peka si akhwat dengan tegasnya langsung nyekak ”Afwan pak, sudah malam, ada hal lain yang urgent yang perlu disampaikan?” Atau ketika ada ikhwan yang telepon atau menegur hanya sekedar kabar kabari ga ada hal yang penting, salahkah akhwat jika mengatakan ”Afwan, ada yang bisa saya bantu? Kalau ga ada saya lagi ada keperluan”
Untuk menjaga hijab, biasanya para akhwat memanggil para ikhwan dengan panggilan ’Pak’ tidak peduli berapapun usia para ikhwan itu. Para akhwat biasanya merasa lebih save menggunakan panggilan ’Pak’ daripada ’akhi’ atau ’mas’, biar bisa menjaga hati di kedua belah pihak. Meskipun kadang ada ikhwan-ikhwan yang ga suka dipanggil dengan panggilan ’Pak’ karena mereka merasa belum tua, akhirnya balas memanggil akhwatnya dengan panggilan ’Bu’  J . Biasanya para akhwat akan merasa risih untuk dipanggil ’dek’ oleh ikhwan yang bukan apa-apanya karena khawatir bisa menimbulkan penyakit hati akibat keakraban itu, namanya syaitan pasti akan senantiasa menggoda manusia.
Pernah kejadian, di akhir sebuah syuro seorang ikhwan menegur para akhwat yang hadir disitu dengan secarik kertas.
”Afwan ukhti, lain kali, tolong akhwatnya kalau bercanda jangan keras-keras sampai terdengar di ikhwannya”
Itu hanya sekedar contoh saja usaha para ikhwan dan akhwat dalam menjaga adab pergaulan mereka, menjaga hijab di antara mereka. Tapi kadang ada yang salah paham menganggapnya telalu keras atau galak. Masing-masing orang mungkin punya cara sendiri-sendiri, yang penting bagaimana bisa menjaga hati kedua belah pihak. Mungkin bisa jadi kita bisa menjaga hati kita, tapi hati orang lain siapa yang  tahu.
 Wallahu a’lam bishowab