Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Jumat, 09 Maret 2012

Bedanya Aku ( Perempuan ) dan Dia ( Laki-laki )

Bedanya laki-laki dan wanita itu secara kasat mata *jah, bahasane* kan mah bisa secara fisik. Tapi kalo soal hati, sifat, dan perasaan' in generally' lebih terlihat lagi perbedaannya.
Jadi, menurut Uncle *jaaah, berasa om sendiri * John Gray dalam bukunya Men Are From Mars, Women Are From Venus ( Dari buku ini pula munculnya inspirasi note icha berjudul Janji Venus..:) ), perbedaan mendasar antara lelaki dengan wanita dapat digambarkan sebagai berikut :
(Bagi yang merasa tersungging, eh, tersinggung, especially yang bergender laki-laki, mohon maap yak kalo ada yang salah, Allah aja mau maapin kita, mosok anda ndak mau maapin dakuh, kalo misalnya emang beneran salah, ya salahin aja si Om John Gray itu, jangan salahin aku, okeh? *ckckckck, icha icha.... :D*)
And hereeee iiittttt isssssssss..... *jeng jeng jeeeeng, backsoundmodeON* :




1. Laki-laki : Sense of self dinilai dari PRESTASI
Maksudnya apa yah? *doengs!*, Mungkin laki-laki ituh cenderung menilai seseorang dari prestasinya. O yeah? Hmm, sedikit ada kebenaran, aku punya beberapa temen yang suka ama perempuan, pas ditanya,
"Kenapa?"
"Kok bisa"
Jawaban yang sering terdengar selain, "Dia cantik..", itu adalah... "Abis dia pinter sih..". Hoh, jadi demikian? Jadi minder, aku kan nggak pinter, tapi 'cerdas', saking cerdasnya ampe bikin orang-orang seteerrrres gara-gara ke'cerdas'an-ku..xixixi :p.

Wanita : Sense of self dinilai dari KEMAMPUAN MEMBINA HUBUNGAN.
 Maksudnya? Nah loooh. Beda dengan laki-laki yang cenderung (walaupun nggak semuanya yah, kan  tergantung orangnye juga), perempuan atau wanitah atau gadis remaja yang lucu dan imut kaya aku ( tuing-tuing!), cenderung menilai seseorang dari kemampuan seseorang itu untuk membina hubungan. Maksudnya membina hubungan? Maksudnya orangnya sejenis friendly or easy going, bukan yang jutek dan tertutupt. Baru mungkin loh ya.. .

2. Laki-laki : Berorientasi pada TUGAS.
Maksudnya apa ya?  Pas dirikuh googling buat nyari the definition of orientation *jiah gaya*, nemu nih satu : Orientasi adalah suatu “kompas” proses yang dijalani seseorang pada suatu aspek kehidupan tertentu dalam hidupnya. Definisinya hampir “kabur” dengan definisi visi. Namun sebagai sedikit penggambaran, bahwa Orientasi adalah “visi mini” yang menjadi pedoman untuk menggapai sebuah visi yang sebenarnya.
Okeh, berarti maksudnya Berorientasi pada tugas itu, Laki-laki cenderung lebih mengutamakan tugas, pekerjaan, dll yang sejenis itu lah. Jadi, tujuan hidupnya yang pertama dan utama tuh terfokus pada satu hal, dan itu adalah TUGAS. Hmm.. bener gak tuh?




Wanita :  Lebih berorientasi pada HUBUNGAN.
Beda ama laki-laki yang berorientasi pada tugas, wanita malah berorientasi pada hubungan, terbukti kan lebih banyak kuantitas wanita yang menikah muda daripada laki-laki? *kok nyambungnya ke situ ya?  *.

3. Laki-laki : Mandiri
Yaiyalah, laki-laki memang harus dan entah bagaimanapun caranya kuduuu mandiri, karena mereka lah para calon pemimpin masa depan *tsaaaah, ngagaya!*. Tapi sekali lagi, tergantung dari tiap individu juga.

Wanita : Saling tergantung.
Oya? Masa sih? Hmm, nggak juga.. sekali lagi dakuh tekankan, tergantung tiap individunya.
Banyak kok 'Wonder Woman' di luar sana yang mandiri *cieeeeh*, tapi diriku kayaknya belum salah satu diantaranya, heheh. Tapi gak sepenuhnya salah, mungkin memang udah sifat perempuan kali yee.

4. Laki-laki : Minta bantuan dapat diartikan sebagai LEMAH.
Lagi-lagi tergantung tiap individunya. Kalo yang punya sifat kayak yang disebutin di atas berarti dia orangnya gengsi-an *sotoymodeON*. Aku punya banyak temen laki-laki yang malah seneng banget minta tolong, dikit-dikit nyerocos:
"Cha tolongin ini... Cha tolongin itu..."
Hmm, mungkin karna mereka masih remaja kali ya.. *lagilagidirikusotoy*.

Wanita : Minta bantuan berarti MENGHORMATI ORANG YG DIMINTAI BANTUAN.
Yang pasti kalo diriku mah kagak segan-segan deh nerima bantuan .


 Tapi terkadang suka gak pingin dibantu juga kalo ngerjain sesuatu karna takut nggak sesuai dengan apa yang aku inginkan, dan orang-orang banyak bilang kalo yang kayak gitu berarti diriku 'Perfectsionist', hmm apa ya perfeksionis itu ? Pas googling mah katanya sih mah Orang yang ingin segala sesuatunya sempurna.. Hmm, oya? Gak juga ah, kan nobody's perfect in this world *halah*.

5. Laki-laki : Fokus pada TUJUAN.
Bisa jadi bener, bisa jadi nggak. Tapi pernah suatu hari,ketika dakuh masih SMA, kakakku bilang:
"Icha hebat ( senengnye dipuji kakak ), bisa mengerjakan beberapa hal dalam satu waktu, kalo kakak gak bisa seperti itu, kalo udah fokus satu, yawdah fokus aja satu itu."
Ya kurang lebih seperti itu lah. Hahah. Alasannya sepele beliau ngomong begitu, soale waktu itu diriku sms-an sambil ulangan fisika, hebat kan?  hahaha..:D

Wanita : Menikmati PROSES.
 Bagaimana pun hasilnya nanti yang penting kan proses dalam mencapai hasil tersebut. Contohnya daku, aku amat sangat menikmati my develope process to be an akhwat sejati yang cantik, baik hati, tidak sombong, pintar, dan shalihah *haha*, apa jawaban sodara sodari..? katakan dengan serempak: AMIIINNNN. Makaseh..;).

6. Laki-laki : Bersaing
Untuk mencapai tujuan... Para lelaki akan bersaing dengan saingannya........Dengan cara apapun.... Wew.. serem amat. Gak juga ah, aku yang perempuan juga suka bersaing, tapi secara sehat loh yaa..

Wanita : Bekerjasama
Yap, yang ini juga betul. Kita cenderung bekerjasama dengan asas kekeluargaan *pelajaranPKNmodeON*.


Tapi ada kalanya aku nggak mau kerjasama, misalnya pada saat UTS atau UAS *yaiyalaaaah*  , bukan apa-apa, soale kasian orang yang kerjasama ama aku, nilainya bisa-bisa dapet ponten kursi kebalik, heheh.

7. Laki-laki :  Mengandalkan kemampuan analisis
Katanya mah sih, laki-laki otak kirinya yang lebih dominan alias lebih banyak pakai LOGIKA, makanya mereka kurang peka dan nggak perasa. Itulah salah satu rahasia kenapa LAKI-LAKI JARANG NANGIS. Heheh. Tapi gak seru ah, aku lebih suka ngeliat laki-laki yang suka nangis karna rindu dengan Rabb-Nya *uooooh, manteb*.

Wanita : Mengandalkan kemampuan INTUISI.
Wanita cenderung menggunakan perasaan dan emosi dalam menilai sesuatu..,sehingga wanita itu lebih perasa, halus, lembut. Dan memang sudah seharusnya wanitah punya sifat-sifat tersebut, karena mereka lah para calon ibu dan istri *tsaaaah*, nggak kebayang kan kalo wanita mengandalkan kemampuan instuisi, nggak peka dan nggak perasa, bisa-bisa sekali kesel ama anaknya, tuh anak digorok *hiii, naudzhubillahi min dzalik*, ato entah berapa banyak wanita yang durhaka ama suaminya, walaupun jaman sekarang, tak jarang dua fenomena itu terjadi. Ckckckck...

8. Laki-laki : Cara pikir Linear: fokus pada satu hal dalam satu waktu, dan terkotak-kotak
Seperti yang sudah dijelaskan di atas.. idem.. idem..
Wanita : Multi-tasking : berkutat dengan hal-hal kecil dalam satu waktu, dan sambung-menyambung (seperti gulungan benang)
Heheeh.. bener-bener.. sebagai contoh tadi, aku bisa kan sms-an sambil ulangan, wekekekek. Contoh umumnya aja, liat aja Para Ibu Rumah Tangga, mereka bisa kan masak sambil nyuapin anaknya, sambil nyuci, sambil nyapu , sambil ngepel, yoah gak tuh?
Beda ama laki-laki yang kalo misalnya nyuci mobil ya udah nyuci mobil aja, nggak pake acara sambil makan rujak, minum kopi, en' nonton tipi..iya kan? ngaku ajalah para cowok..*hehehe...:P  *.


9. Laki-laki : Bertindak Merasa lebih baik dengan menyelesaikan masalahnya.
Dengan kata lain, laki-laki itu harus jantan. Ada masalah ya harus dihadepin.. begituh.. ya gak ?? Itulah salah satu alasan mengapa laki-laki kalo ada masalah bukan dibicarain baik-baik tapi langsung baku hantam, heheh..

Wanita : Berbicara Merasa lebih baik dengan membicarakan masalahnya.
Kalo ada masalah diriku juga cenderung lebih suka dibicarain. Lebih plooooongggsss... No Action, Talk Only, halah! Itu kenapa kalo wanita itu suka cekcok perang mulut kan, beda ama lak-laki yang langsung dezziiiggghhh ala jet lee! 

10. Laki-laki : Saat STRESS : cenderung menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan atau menarik diri.
Betul.. betul.. kayak adekku, dia kemaren ada masalah izin buat kabur dari rumah sementara, alasannya mah mau nenangin diri.. anak yang aneh.. kabur kok bilang-bilang, wekekek.
Wanita : Saat STRESS : Semakin terlibat dengan orang lain, lebih banyak berbicara agar dapat didengarkan dan dimengerti.
 Betul banget, khususnya untuk diriku. Kalo aku stress makanya suka nyari orang buat tempat cerita, pinginnya didengerin dan dimengerti *cieeeh*, malesnya lagi, kalo dapet tempat cerita yang malah nasehatin panjang lebar, gak salah sih, tapi kan plis dong! Aku lagi butuh mencurahkan, bukan dicurahkan *halah*.

11. Laki-laki :  Kebutuhan utama: dihormati (dipercaya, diterima, dihargai, dikagumi, diteguhkan, didukung)
Iya bangeeeeetttt... setuju dah!
Wanita : Kebutuhan utama: di-ayom-(diperhatikan secara lembut, dimengerti, dihormati, dilindungi, diteguhkan, penghiburan). 
Iyalah... udah fitrah tiap individu kaleee.. Laki-laki begeneh, wanita begituh...


12. Laki-laki : Kata-kata digunakan untuk menyampaikan fakta dan informasi.
 Iya, laki-laki jarang bicara. Talk Less Do More, *jiaaaaah*. Makanya, laki-laki itu jarang nge-gosip, beda ama wanita yang mulutnya udah kayak ikan cue' ngomongin orang, dih, naudzhubillahi min dzalik. Tapi gak dikit juga laki-laki yang bawel, dan aku nggak suka banget ngeliatnya.

Wanita : Kata-kata merupakan sesuatu yang alami, sama halnya seperti bernafas.
Makanya jadi sering ngomongin orang. Alangkah baiknya apabila sifat yang dimiliki wanita ini digunakan untuk menyerukan amar ma'ruf nahi munkar, menasehati kawan-kawan yang masih tersesat di belantara dunia *tsaaaah, bahasane!*, pilih Icha jadi kontak Ustazah anda! Coblos nomor 27 ! *hahahaha =))*.
Naaaah, gimana.gimanaaaa...? udah terlihat kan beberapa sifat laki-laki dan wanita 'in generally' menuruuuut, Om John Gray VS diriku sendiri. Jadi jangan protes yak...
Gak ada debat kusir, gak ada tawar menawar, kritik dan saran seperti biasa : Ditampung ama gayung..:P :D


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/bedanya-aku-perempuan-dan-dia-laki-laki.html 

Ternyata Aku Belum Dewasa

Hheu, judulnya itu loh, akhirnyaaa... nyadar juga kaw, cha..! , ups, bukan maksudnya belum dewasa dalam arti umur ya, kalo soal umur sih, hmmm... emang sih belum bisa dibilang dewasa dalam arti sebenarnya, tapi dibilang anak-anak pun sudah lama masa itu pergi *tsaaah*. Remaja. Oke deh, mungkin itu status yang tepat untuk diriku saat ini.
Belum dewasa saat ini mau lebih kutekankan pada hal SIKAP. Ya, sikap. Kenapa belum dewasa? Well, manusia udah bisa dibilang dewasa semenjak dia sudah baligh, tapi belum tentu orang yang sudah baligh itu benar-benar bisa disebut 'dewasa'.
Trus kenapa kamu ngejudge diri kamu tuh belum dewasa, cha?
Hmm, jadi gini nih ceritanya...
Tadi, pas istirahat siang jam 10, aku kan nemenin temenku yang mau ke kamar mandi. Otomatis ngelewatin mushalla, dimana sebelum mushalla itu ada Mading DKM untuk organisasi Rohis mahasiswa. Nah, pas aku liat tuh mading, beuuuuh, rasanya semangadh pisan, soale beberapa hari yang lalu, aku en' anak-anak Rohis yang lain sibuk siapin bahan-bahan untuk mading yang bakal ngangkat tema Palestina. Aku serius deh, seneng buangep, pas dari hari Senin yang lalu udah bawa bahan-bahan yang ada buat ditempelin di mading, tapi apa daya, kakak yang megang kunci madingnya sakit, dan baru masuk hari Kamis.


Hari Kamis pun, aku udah sms Mas'ulah-nya, minta kakak yang megang tuh kunci jangan pulang dulu, soale anak-anak teknik memang pulang lebih awal dari biasanya. Tapiiiiiiiiiii... pas aku ketemu mas'ulahnya, beliau berkata kakak yang megang kuncinya sudah pulang!!! WHAT?! Shock banget, sedih, kecewa, padahal aku udah semangat banget pingin nempel tuh mading, biar orang-orang, warga satu kampus tau tentang Palestina. Yawdah, karena udah frustasi, capek, sedih, dan kecewa, semua tuh bahan-bahan mading kukasih ke mas'ulahnya, biar dia aja yang ngurus.
 Pamflet yang awalnya kusaranin difotokopi biasa aja, tapi dia kekeuh mau di print warna, karna udah sebel saranku gak didenger, dan mas'ulahnya pun tipe orang yang agak memaksakan kehendak, yawdah kukasih tuh semua bahan-bahan mading ke dia. Terserah mau diapain. Aku mau pulang pun dia cuma bilang "makasih..", dan gak merhatiin karena perhatiannya terfokus pada cewek cakep yg sedang diajaknya ngobrol di situ. Huftt.. Mangkel banget, mbok ya didengerin bentar aja! Hhiks...
Nah, hari ini... huaaaaaahhhhh... sedih banget pas liat mading! Beberapa artikel yang udah kukasih cuma ditempel 1 biji! bayangin, sebuah mading cuma ditempel 1 artikel! Yang lainnya cuma berupa gambar-gambar dan ayat. Yaa Allah! Sedih banget... hhiks... Gimana warga kampus mau tahu dan bisa tersentuh untuk peduli kepada saudara-saudara kita di palestina kalo propaganda di mading cuma gitu doang???? Alasannya artikel-artikel yang kukasih gak sesuai dengan konsep yang dibikin oleh kakak divisi syiar. What?!
Hiks, sedih... alasannya sepele banget... trus kenapa? Bahasan tentang Palestina kan bersifat universal, gak ada konsep pun sebenernya gak masalah. Ok deh, gak salah mereka bikin konsep, tapi bukan berarti yang gak sesuai dengan konsep jadi dibiarin gitu aja, padahal hal itu pun merupakan info! Ah... kecewa....
Aku yang yang biasanya gak enakkan dan gak bisa marah, tadi berubah menjadi Icha yang penuh kekesalan, dan pundung! Udah capek, mading jadinya gak sesuai dengan apa yang tadinya kubayangkan, lagi dapet 'tamu' pula, kakak ktingkat di Rohis gak dengerin pendapatku, dicuekkin, gimana aku gak sensi???? Makanya tadi aku diem aja. Stress! Ampe mas'ulahnya nanya,
"Icha kenapa? Kok diem aja? Gak kayak biasanya..."
Kujawab aja, "Gapapa..."
Yaiyalaaaah... gimana gak kesel. Omongan gak didenger, kayak pendapatku ditanggepin "hmmm.." doang udah beres. Apalagi aku orangnya kagak enakkan dan merasa bahwa "Aku ini adek tingkat", makanya kagak berani protes ke kakak-kakak  itu. Huff, hiks... serius pingin nangis banget!


Mas'ulahnya pun panikkan, ada masalah dikit langsung yang gimanaaa gitu, ngeliatnya juga jadi capek sendiri, kurang tegas dan kurang bisa mengambil sikap, jadi kayak bingung sendiri, aaah.. andai aku bisa berkata ke dia segampang aku nulis di MP ini... T___T.
Kadang suka berpikir,
"Aku pingin keluar dari Rohis!", karena entah kenapa berada di Rohis membuat aku tambah pusing, Rohis sekarang gak sesuai dengan apa yang kubayangkan sebelum pada akhirnya aku memutuskan untuk bergabung di organisasi itu. Dan aku berpikir, mending dakwah sendiri, lebih enak, gak ada yang ngatur-ngatur, gak terkekang dengan status "adek tingkat" dimana aku jadi gak bebas untuk berpendapat dan mengkritik.
Tapi kenyataannya kan gak segampang itu! Gabung di Rohis kan gak sekedar dakwah, tapi belajar berorganisasi juga. Belajar mendengar dan didengar orang. Belajar hidup bermasyarakat dan bersosialiasi, dan hal itu gak mungkin kan kulakukan kalo aku cuma sendiri!
Ya, itulah, mengapa aku berpendapat, bahwa aku belum dewasa, karena pikiranku pun masih pendek, masih mengedepankan emosi tanpa berpikir terlebih dahulu. Gak sesuai dikit langsung pundung, ngambek. Untung aja aku bukan tipe orang yang bisa marah lama-lama, kalo nggak, hiiii... naudzhubillah deh!
Tapi ya mungkin itulah pelajarannya dari peristiwa yang baru kualami. Gak semua bisa berjalan lancar sesuai harapan. Inilah ujian dalam dakwah, dalam berorganisasi. Kita berhubungan dengan orang lain, makhluk sosial, kan karakter semua orang itu berbeda, dan di sinilah tantangannya, dimana jika ada orang yang berbeda dengan kita, apakah kita masih bisa bertahan? Dari peristiwa ini aku belajar, aku bercermin, aku memang belum dewasa... Pikiranku masih pendek. Masih gampang pundung, gampang ngambek. Layaknya anak kecil yang merengek untuk dibelikan balon, dan menangis jika permintaannya tidak dituruti.
Ya, lagi-lagi aku belajar. Ya, belajar. Belajar tak sekedar akademik dengan nilai-nilai bagus. Yang lebih penting belajar dalam proses kehidupan. Ini jauh lebih berat. Apalagi kalo udah terjun di masyarakat, berbaur dengan orang banyak, menyesuaikan diri dengan karakter orang-orang yang beraneka ragam dan tentu tak jarang tak sesuai dengan diri kita. Tapi lagi-lagi kukatakan, ini belajar, proses belajar. Belajar memahami orang lain, belajar menjadi pemimpin yang baik, belajar agar bisa diterima orang banyak, dan tentunya tadi...
BELAJAR UNTUK MENJADI LEBIH DEWASA...I hope, I can...
Allahumma Aamiin...


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/ternyata-aku-belum-dewasa.html

Terpaut 6 Tahun Emang Kenapa ?

Begini loh *hmm, mikir,darimana ya mulainya*, apa pendapat kalian tentang orang-orang yang menikah dan umur antara keduanya terpaut cukup jauh?
Eiiiitttt...jangan protes dulu ah, mentang-mentang aku belum cukup umur masalah begini, tapi kan ini pertanyaan, dan sedikit pendapat tentu saja *kritis mode ON ^ ^*
Kenapa kok icha tiba-tiba nanya kek gitu?
Hari ini, berchat-chat ria dengan seorang akhi fillah *sapa hayooo :p*--> sepupuku di jakarta, ia mengatakan bahwa beliau ndak tau akan nikah dalam waktu dekat ato nggak, yang ia katakan hanya, "Wallahu A'lam"


Kenapa?
Karena katanya calonnya (yang wallahu a'lam juga benar-benar jodohnya atau tidak), masih kelas 2 SMA, sedangkan dia sendiri sudah berumur 21 jalan 22, lantas kenapa?
Umur anak kelas 2 SMA itu berarti 16, jalan 17, sedangkan sepupu tersebut 21, mereka berjarak 5 tahun,dan apakah itu salah?
Oke deh, 5 tahun itu masih bisa dibilang wajar, tapi gimana dengan orang-orang yang terpaut lebih dari itu? belasan tahun misalnya, apakah salah?
Aku cuma heran, kok jaman sekarang kayaknya masih banyak orang yang menganggap pernikahan dengan jarak umur yang terpaut jauh itu aib, memalukan, dan sejenis itu? Padahal kalo kita flashback ke jaman dulu, jaman-jaman ayah ibu kita, mungkin itu sudah dianggap menjadi hal yang lumrah, yang wajar, beda dengan jaman sekarang yang bahkan tak jarang teman-temanku sendiri tertawa kalo ada yang bilang kalo orangtua dari salah satu teman kita berjarak cukup jauh.
Sebagai contoh, waktu itu lagi pelajaran Bahasa Inggris, terus entah bagaimana tiba-tiba teman-temanku yang memang lagi pada ngumpul di mejaku berdiskusi tentang pernikahan, temanku Akbar, bercerita tentang Ayah Ibu nya yang berpaut umur 10 tahun. Terus Nanda bercerita tentang Ibunya yang nikah ketika berumur 19 tahun. Diskusi yang lumayan seru, dimana saat itu aku jadi penengah, hahah...
Ya, teman-temanku itu masih belum bisa nerima kalo mereka nanti misalnya berjodoh dengan orang yang umurnya terpaut lumayan jauh dengan mereka.
Yang ada nanti dibilang,
"Ih..sukanya ama yang tua-tua.."
Yang tua dibilangnya,
"Ih...pedofil..suka ama anak kecil.."
Dan, hohohoo, aku hanya bisa tertawa mendengarnya .
Pernah juga denger percakapan 2 anak SMA (kelas 2 atau 3 mungkin),di dalam sebuah angkot, waktu itu aku hanya berperan sebagai pendengar yang baik, karna suara mereka pun cukup keras dan mengundang orang untuk mendengarnya ^ ^.



Jadi, perempuan yang satu minta dicariin cowok ama temennya yang satu lagi. Terus cewek yang diminta nyariin cowok buat temennya itu nawarin kakaknya, kalimat yang ku ingat meluncur dari cewek tersebut adalah,
"Gue nggak mau ama yang tua-tua banget, maksimal kuliah tingkat awal lah, jangan ampe yang seumuran ama kakak gue.."
Oalah, mbakyu....
Terus tadi juga sempet chat ama kakakku, beliau bercerita tentang nenek beliau yang menikah dengan kakek beliau dan terpaut jarak 17 tahun! Subhanallah...............
Nenek beliau pun menikah umur 14 tahun saat itu.
Pendapatku tentang masalah ini, hmm..ya biasa-biasa aja sih, emang ada masalah? mau jarak setaun, 2 taun, 5 taun,6 taun,10 taun, kalo memang sudah jodoh dan ketentuan dari Allah ya mau gimana,ya nggak?
Malah aku pernah liat di tipi, kakek berumur 80 tahun, menikah dengan wanita berumur 30-an, subhanallah bayangkan saja,beda umur mereka udah kayak jarak umur seorang kakek dengan cucunya...
 Contoh yang paling utamanya aja deh, teladan kita Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam jaraknya dengan Bunda Khadijah berapa? 15 tahun, dan Bunda Khadijah lebih tua dari beliau. Terus, Rasulullah dengan Bunda Aisyah, berapa tahun coba jaraknya?
Dan itu kan bukan sesuatu yang dilarang, kalo dilarang agama, nah! Baru lah boleh dianggap aib, memalukan, dan sejenisnya...begitu, sodara sodari..^ ^
Masalahnya itu yang tua mau ndak nungguin yang muda, itu saja, hehehe...
Kalo aku pribadi sih lebih ngutamain yang lebih tua dariku daripada yang seumuran *hha*. Why? Karna aku anak sulung, makanya aku pingin ngerasain bagaimana mempunyai seorang kakak *hhe* .
Yawiss itu saja lah, afwan jiddan kalo ada kata-kata yang salah dan ndak berkenan di hati, nulis ni tulisan nggak ada maksud apa-apa, hanya ingin berekspresi melalui kata-kata *halah*:p


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/terpaut-6-tahun-emang-kenapa.html

Sebab Cinta Tak Harus Menangis

“ Aku bangga pada kalian. Kesabaran, ketegaran dan juga ketabahan kalian. Pertahankan, karena hidup harus tetap berjalan! “ .
sebuah sms masuk ke hp ku, dari salah satu teman sekolahku. Kalian yang ia maksudkan adalah aku dan putriku. Sedang hal yang membanggakannya adalah bahwa kami - aku dan putriku - bisa mengikuti prosesi pemandian hingga pemakaman jenazah tanpa tetesan air mata.
Beberapa orang kerabat sempat melarangku untuk ikut memikul jenazah ke pemakaman. Mereka khawatir aku tak mampu menguasai diri. Tapi aku bersikeras. Kuyakinkan pada mereka bahwa aku baik-baik saja. Aku hanya meminta pada salah satu kakak ipar untuk mengawalku, berjaga-jaga apabila ternyata keyakinanku keliru.


Juga ketika sampai di pemakaman, beberapa kerabat kembali melarangku turun ke liang lahat. Kekhawatiran yang sama, bahwa aku tak akan mampu menahan diri saat jenazah diturunkan. Kembali kuyakinkan pada mereka, bahwa aku baik-baik saja dan dalam keadaan sadar, sesadar-sadarnya. Aku jamin tidak akan ada air mata apalagi pingsan segala.
Aku sepakat dengan dua kakak iparku yang ikut turun ke liang lahat.
Aku mengambil posisi di sebelah utara. Aku ingin membuka sendiri kain kafan yang menutupi wajah almarhumah. Kuakui, bergetar juga hatiku saat itu. Ini adalah pengalaman pertamaku turun ke liang lahat, dan itu terjadi pada pemakaman istriku sendiri. Bismillahirrohmanirrohim, aku kuatkan hati untuk tidak menuruti perasaanku. Kupusatkan perhatian pada arahan yang diberikan ustadz yang memimpin acara pemakaman.
Perlahan kubuka tali pengikat kain kafan jenazah istriku. Ada rasa yang tak bisa kugambarkan dengan kata-kata saat mulai membuka kain yang menutupi bagian wajahnya. Subhanallah! Allahu akbar! Seraut wajah yang sangat tenang dan damai terlihat di sana. Bahkan, senyum di wajahnya adalah senyum yang pertama kali membuat aku jatuh cinta padanya.
Aku berikan kesempatan pada putriku yang berdiri di pinggir liang lahat untuk melihat wajah sang ibu terakhir kalinya. Ada mendung menggantung di kedua matanya, namun kupastikan tak ada air mata yang menetes darinya. Meski kenyataan ini begitu berat ia terima, namun ia bisa membuktikan bahwa ia bisa tegar dan tabah.
Kuhadapkan wajah istriku ke arah kiblat, kupastikan wajahnya menyentuh dinding kubur yang basah. Kuganjal bagian belakang jenazahnya dengan bantal bulat yang terbuat dari tanah. Setelah jenazah berada pada posisi yang baik dan benar, barulah kutinggalkan jenazah istriku.
“ Selamat tinggal sayang, beristirahatlah dengan tenang. Semoga keikhlasanku, keridhoanku akan memudahkan langkahmu menghadap Sang Pemilik Cinta Sejati. Insya Allah, di dalam syurga kelak kita kan bersama lagi. Amin “
Hanya sampai di sinilah kewajiban fisik yang bisa kupenuhi pada orang yang sangat kami cintai dan sayangi. Proses selanjutnya kuserahkan pada mereka yang sudah biasa memakamkan. Satu persatu bambu dipasang di atas jenazah, memberikan ruang agar jenazah tak tertimbun tanah secara langsung. Dalam hitungan menit, jenazah istriku tak terlihat lagi. Itulah saat terakhir aku melihat jenazah istriku di dunia ini. Perlahan tanahpun dimasukan, menimbun bambu-bambu yang terpasang rapi. Terdiam, aku dan putriku menyaksikan cangkulan demi cangkulan tanah basah ini tanpa kata, dan juga tanpa air mata.
Usai pemakaman, sebagian besar pelayat langsung pulang ke rumah masing-masing. Tinggal beberapa yang sengaja menunggu kami kembali untuk kemudian berpamitan. Berbagai dukungan dan nasihat datang dari keluarga, tetangga,


kerabat dan juga sahabat yang menyempatkan diri, meninggalkan segala aktifitas rutin mereka untuk memberikan penghormatan terakhir pada almarhumah. Mereka yang tak sempat berpamitan langsung padaku, menitip salam pada bapak dan ibu. Ada juga yang berpamitan melalui telepon atau sms. Salah satunya adalah teman sekelasku. Ketika ku telpon, terbata ia memohon maaf. Sengaja ia tak menemuiku lagi karena ia takut mengusik ketabahanku. Ia bangga sekaligus terharu melihat kesabaran, ketegaran dan ketabahanku, juga putriku. Jelas kudengar suara isak di seberang sana, sebelum ia berjanji akan datang beberapa hari lagi. Ia butuh waktu untuk menata hati kembali.
Berbagai dukungan, ungkapan haru sekaligus bangga, senada dengan sms temanku terus berdatangan sampai beberapa hari setelah pemakaman. Rata-rata, baik keluarga, tetangga ataupun kerabat ‘mengakui’ ketabahan dan ketegaran kami. Bahkan ada diantaranya yang berterus terang mengatakan ingin mencontoh ketabahan dan ketegaran kami kelak bila ada anggota keluarganya yang meninggal dunia. Namun ada juga beberapa orang yang agak ‘mempertanyakan’ ketabahan kami. Paling tidak ada yang mengatakan demikian, “ Waktu istrinya meninggal, si Fulan boro-boro memikul jenazah dan turun ke liang lahat, justru berkali-kali ia histeris dan jatuh pingsan. Mungkin karena saking cintanya, sehingga Fulan tidak bisa menerima kepergian sang istri yang tiba-tiba “.
Aku mencoba bersikap wajar dan berpikir positif terhadap apapun yang orang katakan. Aku tidak merasa istimewa ketika beberapa orang mengaku bangga dan ingin mencontoh ketabahan kami. Memang sudah demikian mestinya keikhlasan dan keridhoan diwujudkan. Juga aku tidak ingin berburuk sangka apabila ada yang memandang tingkat kecintaan pada hysteria saat kehilangan. Mereka tentu tidak bermaksud meragukan kesungguhan cinta serta besarnya rasa kehilangan, hanya saja mereka melihat sesuatu yang tak biasa.
Menangis memang salah satu refleksi dari rasa kehilangan sekaligus kecintaan. Jangankan kita, seorang rosululloh pun menangis sedih saat putranya – Ibrahim – meninggal dunia. Setabah apapun yang orang lihat saat acara pemakaman, sebelumnya kami juga tak kuasa menahan tangisan. Saat istri dalam keadaan kritis, dzikir dan doa kami berbaur dengan deraian air mata. Begitupun ketika sang dokter mengatakan bahwa nyawa istri tak tertolong lagi, tangispun pecah. Juga ketika rombongan kami tiba di rumah, tangis kami luruh terbawa suasana. Bahkan saat membaca ayat-ayat suci Al Quran di samping jenazah, beberapa kali aku tak dapat meneruskan karena panglihatan yang kabur akibat air mata yang menggenang.
Bila orang mengartikan tangisan sebagai ekspresi rasa cinta, mereka tidaklah salah. Demikianlah adanya, meski juga tidak selamanya. Dalam pandangan kami, terkadang sebaliknya. Cinta tak harus menangis. Almarhumah tidak membutuhkan tangisan kami, ratapan kami. Yang almarhumah harapkan adalah keikhlasan, keridhoan serta doa-doa dari kami.
Ada banyak hal yang bisa kami lakukan untuk menunjukan rasa cinta kepada almarhumah. Menerima takdir ini dengan penuh keikhlasan, keridhoan.


 Mendoakan almarhuhan di setiap kesempatan. Menyelesaikan kewajiban serta menjaga dan menjalankan amanah yang almarhumah tinggalkan. Kami tak ingin cinta – tangisan dan ratapan - kami justru membebani langkah-langkah almarhumah. Kami tidak ingin termasuk orang yang menangis histeris, meratap di hari pertama, tapi sudah sama sekali lupa di hari kedua. Apalagi hari-hari berikutnya, terlupa mendoakan karena sibuk berebut warisan. Na’uzubillah!




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/sebab-cinta-tak-harus-menangis.html

Siapalah kita Tanpa Ibu dan Bapak kita…???

Rassulullah SAW pernah bersabda :   " setiap pagi sedekahkan al-fatihah kepada kedua ibu bapamu ( tak perduli masih hidup atau telah tiada )".......... niscaya pintu rezekimu akan terbuka buat kamu...
 Berdasarkan Hadith Nabi SAW :                                   
" Tidak akan terputus rezeki seseorang ANAK  selagi dia tidak meninggalkandoa kepada kedua orang tua nya dalam sehari"
 Uraian hadits:   - jangan sesekali meninggalkan doa kepada kedua ibubapa (baik yang hidup maupun yang sudah tiada )
 Allah akan memurahkan rezeki kepada mereka yang tidak putus2 berdoa kepada kedua ibu bapa (hidup atau mati)          - Ingatlah bahawa keridhoan ibu bapa adalah keridhoan Allah SWT       - Sewaktu berdoa, berdoalah dengan bersungguh2. ....tadah tangan dan   Bayangkan wajah kedua orang tua kita , termasuk guru2 Kita dan mereka2Yang banyak menolong kita (berdoa perlu benar2 bersungguh2)
- Mereka yang lupa berdoa kepada kedua orang tua, akan disempitkan rezekiOleh Allah SWT.                                           
Kesimpulannya: - Bagi yang mempunyai usaha, tak perlu ada ilmu pelaris..... .. . Cuma jangan lupa Doakan ibu bapa kita setiap hari
- Rezeki bukan sahaja berupa wang ringgit, tetapi segala nikmat yang kita Dapat dari Allah (e..g. makan, kesehatan, kasih sayang, ilmu dsb nya..)
InsyaAllah
Berusaha dan bertawakal.. ...insyallah , - rezeki itu bukan kerana ada Ijazah SLTP, SLTA, ' D3 ' atau ' S1 ', dsb nya.....tapi dengan hati yang tulus ikhlas dan doa kita untukibu dan bapa kita.....Mari kita Coba
. Allahhuakhbar. .                                                                                
Pada saat berdoa boleh angkat tangan dan berdoa untuk kedua orang tua kita, waktu bangun pagi, dikantor, waktu makan siang, pagi, petang, siang atau malam, dimana saja, (Begitupun diakhir solat lima waktu)                               
Caranya : ' YA ALLAH HU YA RAHMAN, ampunkan lah dosa2 kedua orang tua ku,berkatilah kedua mereka itu, sihatkan lah mereka, murahkan lah rezeki mereka, panjangkan lah usia mereka,


 jauhilah sebarang bahaya, Dan lindungilah mereka, Aminn yarabillial amin . ..." (Doa ini untuk orang tua kamu yang masih hidup)                 
Untuk yang sudah meninggal :  "YA ALLAH HU YA RAHIM, ampuni lah segaladosa2 orang tuaku, tempatkanlah bapaku / Ibuku ditempat orang2 yang   beriman. 
Sebarkanlah ilmu walaupun sebesar biji padi.......




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/siapalah-kita-tanpa-ibu-dan-bapak-kita.html

Menjadi Bodoh Dan Belajar

Seorang guru besar bertanya pada empat mahasiswanya yang baru saja mengikuti sidang disertasi doktoralnya,
“Apa yang akan kalian lakukan setelah menyelesaikan jenjang doktor ini? mengingat ini adalah pencapaian level tertinggi dalam jenjang pendidikan akademik yang diidamkan oleh banyak orang”, Tanya sang guru besar.
“Saya akan bekerja mengejar puncak karir di perusahaan yang saya dambakan, kebetulan saya sudah positif diterima di perusahaan tersebut dan dijanjikan menduduki posisi strategis di situ”, jawab  mahasiswa pertama dengan bangganya.
“Dengan kemampuan yang saya miliki, saya akan bekerja di laboratorium ternama dunia untuk mengejar mimpi saya menjadi ilmuwan yang bisa menemukan teori-teori baru sebagai terusan dari hasil disertasi saya kemarin”, jawab mahasiswa kedua penuh antusias.


“Perusahaan keluarga saya sedang mengalami pertumbuhan yang cukup baik, dan mereka berharap kehadiran saya nantinya akan membuat citra perusahaan semakin berkibar dan melejit di mata dunia”, jawab mahasiswa ketiga dengan penuh percaya diri.
“Saya akan melepas semua atribut kependidikan saya agar menjadi orang bodoh”, ujar mahasiswa keempat yang cukup mengagetkan guru besar dan teman-temannya.
“Maksud Anda?”, sergah guru besarnya tanda tak mengerti dengan apa yang disampaikan mahasiswa keempatnya itu.
“Banyak orang di dunia ini yang berhasil menyelesaikan studinya hingga ke jenjang tertinggi seperti yang kita semua capai saat ini, tapi tak banyak yang menjadi pintar karena kesombongan yang selalu menyelimuti mereka. Sedangkan saya akan melepaskan semua atribut kependidikan saya agar menjadi orang bodoh yang senantiasa mau untuk belajar. Ya, mau untuk belajar dan terus belajar.
Belajar untuk bisa menghargai orang lain. Belajar untuk bisa berempati pada orang lain. Belajar untuk bisa bermanfaat bagi orang lain. Belajar untuk tidak merendahkan orang lain. Belajar untuk bisa memaafkan setiap jengkal kesalahan orang lain.Belajar untuk bisa menerima orang lain dengan segala kekurangannya. Belajar untuk bisa tersenyum dalam kondisi sepahit apapun. Belajar untuk selalu ikhlas dan bersyukur. Serta belajar untuk bisa menjadi hamba yang taat pada Tuhannya, karena itu yang tidak pernah saya dapatkan dalam semua level pendidikan yang saya tempuh selama ini. Sehingga saya harus terus belajar dan belajar”, lanjut mahasiswa keempat menjelaskan keinginannya.
Sontak terdiamlah guru besar dan teman-temannya mendengar jawaban di luar dugaan tersebut, seraya merenungi bahwa pendidikan sebenarnya bukanlah di jenjang formal seperti yang telah mereka capai saat ini, tetapi di universitas  kehidupan yang menuntut kemampuan untuk memahami orang lain dan lingkungannya, dan guru pendidikan terbaiknya adalah pengalaman masa lalu yang berharga.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/menjadi-bodoh-dan-belajar.html

Jilbab Wanita Muslimah

 Dewasa ini kita melihat banyak kaum muslimah yang tidak berjilbab dan apabila ada yang berjilbab bukan dengan tujuan untuk menutup aurat-aurat mereka akan tetapi dengan tujuan mengikuti mode, agar lebih anggun dan alasan lainnya. Sehingga mereka walaupun berjilbab tetapi masih memperlihatkan bentuk tubuh mereka dan mereka masih ber-tasyabbuh kepada orang kafir. Tidak hanya itu mereka menghina wanita muslimah yang mengenakan jilbab yang syar’i, dengan mengatakan itu pakaian orang kolot, pakaian orang radikal, dan mereka mengatakan jilbab (yang syar’i) adalah budaya arab yang sudah ketinggalan zaman, serta banyak lagi ejekan-ejekan yang tidak pantas keluar dari mulut seorang muslim. Hal ini karena kejahilan dan ketidak pedulian mereka untuk mencari ilmu tentang pakaian wanita muslimah yang syar’i. Untuk itu pada edisi ini kami berusaha berbagi ilmu mengenai Jilbab Wanita Muslimah yang sesuai dengan tuntunan syari’at, artikel ini bukan saja khusus untuk kaum hawa, namun para ikhwan, bapak, kakek juga berkewajiban untuk mempelajarinya dan memahami serta mengamalkannya dengan cara mengajak saudari-saudari kita yang berada dibawah tanggung jawabnya dan sekitarnya.
MELIPUTI SELURUH BADAN SELAIN YANG DIKECUALIKAN
Syarat ini terdapat dalam Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat An-Nuur ayat 31, yang artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman.Hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka atau ayah mereka atau ayah suami mereka (mertua) atau putra-putra mereka atau putra-putra suami mereka atau saudara-saudara mereka (kakak dan adiknya) atau putra-putra saudara laki-laki mereka atau putra-putra saudara perempuan mereka (keponakan) atau wanita-wanita Islam atau budak-budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti aurat wanita…”
Juga Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al-Ahzab ayat 59, yang artinya: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mumin: “Hendaklah mereka mengulurkann jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirnya: “Janganlah kaum wanita menampakkan sedikitpun dari perhiasan mereka kepada pria-pria ajnabi (yang bukan mahram/halal nikah), kecuali yang tidak mungkin disembunyikan.” Ibnu Masud berkata : Misalnya selendang dan kain lainnya. “Maksudnya adalah kain kudung yang biasa dikenakan oleh wanita Arab di atas pakaiannya serat bagian bawah pakiannya yang tampak, maka itu bukan dosa baginya, karena tidak mungkin disembunyikan.”


Al-Qurthubi berkata: Pengecualian itu adalah pada wajah dan telapak tangan. Yang menunjukkan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Aisyah bahwa Asma binti Abu Bakr menemui Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam sedangkan ia memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling darinya dan berkata kepadanya : “Wahai Asma ! Sesungguhnya jika seorang wanita itu telah mencapai masa haid, tidak baik jika ada bagian tubuhnya yang terlihat, kecuali ini.” Kemudian beliau menunjuk wajah dan telapak tangannya. Semoga Allah memberi Taufik dan tidak ada Rabb selain-Nya.”
BUKAN SEBAGAI PERHIASAN
Ini berdasarkan Firman Allah Ta’ala dalam surat An-Nuur ayat 31, yang artinya: “Dan janganlah kaum wanita itu menampakkan perhiasan mereka.” Secara umum kandungan ayat ini juga mencakup pakaian biasa jika dihiasi dengan sesuatu, yang menyebabkan kaum laki-laki melirikkan pandangan kepadanya.
Hal ini dikuatkan oleh Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al-Ahzab ayat 33, yang artinya: “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti oang-orang jahiliyah.”
Juga berdasarkan sabda Nabi shalallohu ‘alahi wa sallam: “Ada tida golongan yang tidak akan ditanya yaitu, seorang laki-laki yang meninggalkan jamaah kaum muslimin dan mendurhakai imamnya (penguasa) serta meninggal dalam keadaan durhaka, seorang budak wanita atau laki-laki yang melarikan diri (dari tuannya) lalu ia mati, serta seorang wanita yang ditinggal oleh suaminya, padahal suaminya telah mencukupi keperluan duniawinya, namun setelah itu ia bertabarruj. Ketiganya itu tidak akan ditanya.” (Ahmad VI/19; Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad).
Tabarruj adalah perilaku wanita yang menampakkan perhiasan dan kecantikannya serta segala sesuatu yang wajib ditutup karena dapat membangkitkan syahwat laki-laki. (Fathul Bayan VII/19).
KAINNYA TIDAK TRANSPARAN
Sebab yang namanya menutup itu tidak akan terwujud kecuali tidak trasparan. Jika transparan, maka hanya akan mengundang fitnah (godaan) dan berarti menampakkan perhiasan. Dalam hal ini Rasulullah telah bersabda : “Pada akhir umatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakain namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti punuk unta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka adalah kaum wanita yang terkutuk.” (At-Thabrani Al-Mujamusshaghir : 232).



Di dalam hadits lain terdapat tambahan yaitu : “Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan mencium baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan sekian dan sekian.” (HR.Muslim).
Ibnu Abdil Barr berkata : “Yang dimaksud oleh Nabi adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang tipis, yang dapat mensifati (menggambarkan) bentuk tubuhnya dans tidak dapat menutup atau menyembunyikannya. Mereka itu tetap berpakaian namanya, akan tetapi hakekatnya telanjang.” ( Tanwirul Hawalik III/103).
Dari Abdullah bin Abu Salamah, bahawsanya Umar bin Al-Khattab pernah memakai baju Qibtiyah (jenis pakaian dari Mesir yang tipis dan berwarna putih) kemudian Umar berkata : “Jangan kamu pakaikan baju ini untuk istri-istrimu !. Seseorang kemudian bertanya : Wahai Amirul Muminin, Telah saya pakaikan itu kepada istriku dan telah aku lihat di rumah dari arah depan maupun belakang, namun aku tidak melihatnya sebagai pakaian yang tipis !. Maka Umar menjawab : Sekalipun tidak tipis,namun ia menggambarkan lekuk tubuh.” (H.R. Al-Baihaqi II/234-235).
HARUS LONGGAR (TIDAK KETAT) SEHINGGA TIDAK DAPAT MENGGAMBARKAN SESUATU DARI TUBUHNYA
Usamah bin Zaid pernah berkata: Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam pernah memberiku baju Qibtiyah yang tebal yang merupakan baju yang dihadiahkan oleh Dihyah Al-Kalbi kepada beliau. Baju itu pun aku pakaikan pada istriku. Nabi bertanya kepadaku: “Mengapa kamu tidak mengenakan baju Qibtiyah ?” Aku menjawab : Aku pakaikan baju itu pada istriku. Nabi lalu bersabda : “Perintahkan ia agar mengenakan baju dalam di balik Qibtiyah itu, karena saya khawatir baju itu masih bisa menggambarkan bentuk tulangnya.” (Ad-Dhiya Al-Maqdisi : Al-Hadits Al-Mukhtarah I/441).
Aisyah pernah berkata: ” Seorang wanita dalam shalat harus mengenakan tiga pakaian : Baju, jilbab dan khimar. Adalah Aisyah pernah mengulurkan izar-nya (pakaian sejenis jubah) dan berjilbab dengannya (Ibnu Sad VIII/71). Pendapat yang senada juga dikatakan oleh Ibnu Umar : Jika seorang wanita menunaikan shalat, maka ia harus mengenakan seluruh pakainnya : Baju, khimar dan milhafah (mantel)” (Ibnu Abi Syaibah: Al-Mushannaf II:26/1).
TIDAK DIBERI WEWANGIAN ATAU PARFUM
Dari Abu Musa Al-Asyari bahwasannya ia berkata: Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda: “Siapapun wanita yang memakai wewangian, lalu ia melewati kaum laki-laki agar mereka mendapatkan baunya, maka ia adalah pezina.” (Al-Hakim II/396 dan disepakati oleh Adz-Dzahabi).



Dari Zainab Ats-Tsaqafiyah bahwasannya Nabi bersabda shalallohu ‘alahi wa sallam: “Jika salah seorang diantara kalian (kaum wanita) keluar menuju masjid, maka jangan sekali-kali mendekatinya dengan (memakai) wewangian.” (Muslim dan Abu Awanah).
Dari Musa bin Yasar dari Abu Hurairah: Bahwa seorang wanita berpapasan dengannya dan bau wewangian tercium olehnya. Maka Abu Hurairah berkata : Wahai hamba Allah ! Apakah kamu hendak ke masjid ? Ia menjawab : Ya. Abu Hurairah kemudian berkata : Pulanglah saja, lalu mandilah ! karena sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah bersabda : “Jika seorang wanita keluar menuju masjid sedangkan bau wewangian menghembus maka Allah tidak menerima shalatnya, sehingga ia pulang lagi menuju rumahnya lalu mandi.” (Al-Baihaqi III/133).
Alasan pelarangannya sudah jelas, yaitu bahwa hal itu akan membangkitkan nafsu birahi. Ibnu Daqiq Al-Id berkata : “Hadits tersebut menunjukkan haramnya memakai wewangian bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, karena hal itu akan dapat membangkitkan nafsu birahi kaum laki-laki” (Al-Munawi : Fidhul Qadhir).
Syaikh Albani mengatakan: Jika hal itu saja diharamkan bagi wanita yang hendak keluar menuju masjid, lalu apa hukumnya bagi yang hendak menuju pasar, atau tempat keramaian lainnya ? Tidak diragukan lagi bahwa hal itu jauh lebih haram dan lebih besar dosanya. Berkata Al-Haitsami dalam AZ-Zawajir II/37 “Bahwa keluarnya seorang wanita dari rumahnya dengan memakai wewangian dan berhias adalah termasuk perbuatan dosa besar meskipun suaminya mengizinkan”.
TIDAK MENYERUPAI PAKAIAN LAKI-LAKI
Karena ada beberapa hadits shahih yang melaknat wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria, baik dalam hal pakaian maupun lainnya. Dari Abu Hurairah berkata: “Rasulullah melaknat pria yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian pria” (Al-Hakim IV/19 disepakati oleh Adz-Dzahabi).
Dari Abdullah bin Amru yang berkata: Saya mendengar Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidak termasuk golongan kami para wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria dan kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita.” (Ahmad II/199-200)
Dari Ibnu Abbas yang berkata: Nabi shalallohu ‘alahi wa sallam melaknat kaum pria yang bertingkah kewanita-wanitaan dan kaum wanita yang bertingkah kelaki-lakian. Beliau bersabda : “Keluarkan mereka dari rumah kalian. Nabi pun mengeluarkan si fulan dan Umar juga mengeluarkan si fulan.” Dalam lafadz lain : “Rasulullah melaknat kaum pria yang menyerupakan diri dengan kaum wanita dan kaum wanita yang menyerupakan diri dengan kaum pria.” (Al-Bukhari X/273-274).


Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan memandang mereka pada hari kiamat; Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita yang bertingkah kelaki-lakian dan menyerupakan diri dengan laki-laki dan dayyuts (orang yang tidak memiliki rasa cemburu).” ( Al-Hakim I/72 dan IV/146-147 disepakati Adz-Dzahabi).
Dalam hadits-hadits ini terkandung petunjuk yang jelas mengenai diharamkannya tindakan wanita menyerupai kaum pria, begitu pula sebaiknya. Ini bersifat umum, meliputi masalah pakaian dan lainnya, kecuali hadits yang pertama yang hanya menyebutkan hukum dalam masalah pakaian saja.
TIDAK MENYERUPAI PAKAIAN WANITA-WANITA KAFIR
Syariat Islam telah menetapkan bahwa kaum muslimin (laki-laki maupun perempuan) tidak boleh bertasyabuh (menyerupai) kepada orang-orang kafir, baik dalam ibadah, ikut merayakan hari raya, dan berpakain khas mereka. Dalilnya Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala surat Al-Hadid ayat 16, yang artinya : “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al-Hadid ayat 16, yang artinya: “Janganlah mereka seperti…” merupakan larangan mutlak dari tindakan menyerupai mereka, di samping merupakan larangan khusus dari tindakan menyerupai mereka dalam hal membatunya hati akibat kemaksiatan (Al-Iqtidha… hal. 43).
Ibnu Katsir berkata ketika menafsirkan ayat ini (IV/310): Karena itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang orang-orang beriman menyerupai mereka dalam perkara-perkara pokok maupun cabang. Allah berfirman : Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad).“Raaina” tetapi katakanlah “Unzhurna” dan dengarlah. Dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih” (Q.S. Al-baqarah:104).
Lebih lanjut Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya (I/148): Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mnyerupai ucapan-ucapan dan tindakan-tindakan orang-orang kafir. Sebab, orang-orang Yahudi suka menggunakan plesetan kata dengan tujuan mengejek. Jika mereka ingin mengatakan “Dengarlah kami” mereka mengatakan “Raaina” sebagai plesetan kata “ruunah” (artinya ketotolan) sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 46. Allah juga telah memberi tahukan dalam surat Al-Mujadalah ayat 22, bahwa tidak ada seorang mu’min yang mencintai orang-orang kafir. Barangsiapa yang mencintai orang-orang kafir, maka ia bukan orang mu’min, sedangkan tindakan menyerupakan diri secara lahiriah merupakan hal yang dicurigai sebagai wujud kecintaan, oleh karena itu diharamkan.


BUKAN PAKAIAN SYUHRAH (UNTUK MENCARI POPULARITAS)
Berdasarkan hadits Ibnu Umar, Rasulullah shalallohu ‘alahi wa sallam bersabda: “Barangsiapa menge nakan pakaian (libas) syuhrah di dunia, niscaya Allah mengenakan pakaian kehinaan kepadanya pada hari kiamat, kemudian membakarnya dengan api neraka.” (Abu Daud II/172).
Syuhrah adalah setiap pakaian yang dipakai dengan tujuan untuk meraih popularitas di tengah-tengah orang banyak, baik pakain tersebut mahal, yang dipakai oleh seseorang untuk berbangga dengan dunia dan perhiasannya, maupun pakaian yang bernilai rendah, yang dipakai oleh seseorang untuk menampakkan kezuhudannya dan dengan tujuan riya (Asy-Syaukani: Nailul Authar II/94). Ibnul Atsir berkata : “Syuhrah artinya terlihatnya sesuatu. Maksud dari Libas Syuhrah adalah pakaiannya terkenal di kalangan orang-orang yang mengangkat pandangannya mereka kepadanya. Ia berbangga terhadap orang lain dengan sikap angkuh dan sombong.” wallahu ‘alam.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/jilbab-wanita-muslimah.html

Di Balik Meriahnya Peringatan Malam 1 Suro

Adalah tahun baru Islam. Hari yang dikenal dalam kalender jawa dengan sebutan 1 Suro ini bagi banyak kalangan memiliki keistimewaan tersendiri. Umumnya masyarakat Jawa menjadikannya sebagai hari besar yang mereka rayakan dengan semarak. Pada hari ini di banyak tempat akan dilangsungkan berbagai macam acara “kebudayaan”, seperti yang terdapat di kota Solo, Cirebon, Jogja, Malang dan tempat-tempat lain di tanah air.
Sedangkan di ibukota sendiri acaranya terpusat di Taman Mini Indonesia Indah. Antusias masyarakat terhadap acara-acara ini begitu meriah, hal ini terlihat dari jumlah yang hadir yang bisa mencapai hingga ribuan orang. Selain acaranya yang beragam, motivasi masyarakat yang datang juga berbeda-beda.
Diantara acara yang diselenggarakan di hari ini seperti Acara Kirab Pusaka Kerajaan di Kasunanan Surakarta berkeliling kota menjelang tengah malam 1 Suro, mubeng beteng keliling benteng Keraton Jogja tanpa berkata sepatah kata pun, pencucian benda-benda pusaka


 (jimat tradisional) di Keraton Kesepuhan Cirebon, ritual Kirab Tumuruning Maheso Suro di kota Bantul Jawa Tengah berikut acara mendengarkan ramalan Mbah Jokasmo yang konon sebagai mediator kanjeng ratu kidul yang diyakini masyarakat setempat sebagai penguasa laut selatan. Dan di Jawa Timur tidak kalah seru, bertempat di area pasarean (pemakaman keramat) Gunung Kawi berbagai acara digelar, ada pertunjukan wayang kulit, barongsai dan juga acara keliling pendopo sebanyak tujuh kali berlawanan arah jarum jam dengan setiap saat berhenti di depan pintu sisi utara, timur, selatan dan barat sambil menghormat ke dalam makam, dengan maksud ngalap berkah, mengharap keberuntungan dan niatan lainnya.
Acara-acara seperti ini di tanah air ada yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lampau, seperti Acara Kirab Pusaka Kerajaan yang konon sudah ada sejak Keraton Surakarta berdiri tahun 1745 M. Dan di TMII acara-acara serupa juga digelar dan dimeriahkan oleh dalang-dalang dan paranormal ternama. Pertanyaannya apa tinjauan Islam terhadap acara tersebut?
Sudah merupakan prinsip agama ini bahwa Allah Subhaanahu wa ta’ala adalah satu-satunya Dzat yang diibadahi. Setiap peribadahan kepada selain Allah Subhaanahu wa ta’ala adalah ibadah yang batil dan pelakunya terancam kekal di neraka jahannam apabila tidak bertaubat dari perbuatannya. Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), “(Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Rabb) yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. Al Hajj: 62)
Dan Allah Subhaanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa pelaku kesyirikan kekal di neraka jahannam pada ayat-Nya (yang artinya), “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. (QS. Al Maidah: 72)
Maka ibadah apa pun bentuknya adalah haram diperuntukkan kepada selain Allah Subhaanahu wa ta’ala. Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim Rahimahullah berkata menerangkan pengertian ibadah di dalam kitabnya Al Ubudiyah, “Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridha’i Allah dari ucapan dan perbuatan yang lahir dan tersembunyi”.
Maka shalat, puasa, zakat, haji adalah ibadah. Istighatsah (minta keselamatan), isti’anah (minta pertolongan), takut dan mengharap adalah ibadah, dan yang lain sebagainya dari macam-macam ibadah semuanya hanya untuk Allah Subhaanahu wa ta’ala. Inilah prinsip tauhid (memurnikan ibadah hanya kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala semata) yang menjadi landasan paling fundamental di dalam Islam. Barangsiapa yang melanggarnya maka ia jatuh ke dalam kesyirikan kecil atau besar tergantung jenis pelanggarannya.
Seperti Acara Kirab Pusaka di Kota Solo, Pencucian Jimat di Cirebon sudah maklum diketahui di dalam Islam bahwa Dzat Yang Memberi manfaat dan Menolak Kemudharatan hanya Allah Subhaanahu wa ta’ala semata, Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya),


Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka:”Siapakah yang menciptakan langit dan bumi”, niscaya mereka menjawab:”Allah”.Katakanlah:”Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya. Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri” (QS. Az-Zumar: 38)
Berdasarkan ayat ini dan dalil-dalil yang lain, maka keyakinan-keyakinan terhadap benda pusaka, jimat dan yang lainnya bahwa benda-benda tersebut bisa mendatangkan manfaat atau menolak kemudharatan adalah batal. Seorang muslim haram meyakini ada kekuatan terselubung atau berkah tertentu pada benda-benda tersebut tanpa keterangan dari Allah Subhaanahu wa ta’ala di dalam Al Qur’an atau Rasul-Nya di dalam As-Sunnah menurut pemahaman generasi pertama ummat ini (para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in). Apakah seseorang berkeyakinan bahwa benda tersebut bisa mendatangkan manfa’at dan menolak kemudharatan dengan sendirinya (syirik besar) atau benda-benda tersebut hanya sebagai perantara (syirik kecil).
Lantas apa hukumnya menghadiri acara-acara di atas sebatas mengaguminya sebagai kebudayaan tanpa ada keyakinan-keyakinan tertentu? Jawabnya, adalah haram. Karena Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya:”Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata):”Ya Rabb kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali”. (QS. Al Mumtahanah: 4)
Kemudian diantara acara-acara tersebut ada yang jelas-jelas merupakan syirik besar, seperti minta-minta kepada selain Allah Subhaanahu wa ta’ala seperti yang kerap dilakukan para peziarah di area pasarean (pemakaman keramat) Gunung Kawi bertepatan dengan 1 Suro atau pada hari-hari besar Islam. Apakah minta berkah, minta restu, minta keselamatan, kesejahteraan dan maksud-maksud lainnya. Begitu juga acara pemujaan dan pemberian sesajian yang kental mewarnai acara-acara seperti ini. Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang tidak menyembah ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina”. (QS. Al Furqan: 69)


Dan seorang yang berakal akan mendapati dengan jelas pada acara-acara tersebut warna yang kental dalam upayanya menyaingi syari’at yang suci ini, syari’at Islam. Beberapa diantaranya seperti acara keliling benteng di Kraton Jogja mirip dengan thawaf di Baitullah, begitu juga keliling pendopo di Pasarean Gunung Kawi. Acara-acara ini kalau bukan kesyirikan, paling ringan adalah bid’ah yang mungkar di dalam Islam.
Belum lagi acara ruwatan yang sering diadakan di TMII setiap awal tahun Jawa yang turut dimeriahkan oleh “dukun-dukun keren” (paranormal) yang unjuk kebolehan di hadapan ribuan hadirin yang termakan oleh sihir mereka. Rasulullah Shalallahu’alaihi wassalam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa mendatangi dukun atau paranormal dan mempercayai ucapannya maka dia telah kafir terhadap yang diturunkan kepada Muhammad”. Yaitu dia telah kafir terhadap Al Qur’an, dan orang yang kufur terhadap Al Qur’an batal keislamannya.
Maka berhati-hatilah dari acara-acara seperti ini yang sarat dengan bid’ah, kesyirikan dan pemujaan kepada selain Allah Subhaanahu wa ta’ala. Dan cukup bagi kita dua hari besar tahunan yang diakui di dalam Islam Hari Raya ‘Iedul Fithri dan ‘Iedul Adha. Dan wajib bagi setiap muslim untuk tidak tolong menolong dalam kejelekan, seperti mempromosikan acara-acara di atas, memujinya, atau ikut melestarikannya. Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), “(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan).Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu”. (QS. An-Nahl: 25)


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/di-balik-meriahnya-peringatan-malam-1.html

Gimana Seh, Rasanya Jatuh C.I.N.T.A. ?

Diluar rumah hari ini lagi diguyur hujan, mau hangatkan suasana maka aku pun hendak menorehkan lagi sebuah coretan ber-title : CINTA!


Apa kabar orang yang sedang jatuh cinta? atau bahkan mungkin lagi dicinta? , bukan berarti orang yang sedang tidak bergelut dengan makhluk bernama cinta, yang belum diketahui rupa juga baunya ini nggak kutanya kabarnya ya, hhe... Dimanapun kalian berada, semoga cinta kan tetap ada, dari Allah, dari sesama, atau mungkin dari si dia *ahem!*
Lagi pingin jernihin pikiran dengan bercerita, walaupun sebetulnya aku juga nggak tau mau bercerita apa *hheu*, abis blogwalking, dan menemukan satu blog yang bagiku bagus buangep! Si empunya-nya juga jago pisan nulis, wohohoh, buat diri ini terpacu untuk meniru, sayang belum bisa, jadi aku tak maju-maju, walaupun barang selangkah, hhuhuu....

Cinta.. Cinta.. Cinta
Makhluk apa sih dia?
Awal-awal jatuh cinta (atau sekedar suka? aku tidak tau bedanya), mungkin diri merasa amaaat berbunga-bunga, apa-apa dia, liat makanan keinget dia, liat buku keinget dia, naik angkot keinget dia, bahkan lagi tidur, ngigaunya pun dia..:p
Dia dekat, duh bahagia tralala trilili, dia jauh, yang ada tangis berbalut rindu, duuuh, cinta, kenapa kamu buat manusia jadi begitu? *cinta kok disalahin, piye toh mbakyuu...?! *

Mikir mikir mikir, saya tipe manusia yang kalo jatuh cinta kayak apa ya? :D
Yang cintanya udah poooollll banget 100 % ama di dia, terus nangis meraung-raung bila ditinggal si dia, en' gak rela dia pergi dari jiwa, terus berlutut mengemis-ngemis cinta padanya kah? diiih..naudzhubillah, amit-amit deh, emang dunia selebar daun kelor non? tapi tetap saja, masih ada, bahkan banyak manusia yang demikian. Duh, kalo udah kayak gitu susah deh, mau dunia segede matahari juga, tetep hayuk weh keukeuh ngomong:

"Cinta, jangan tinggalkan diriku, ku takkan bisa hidup tanpamu.." *sambil nangis2 di depan orang yang dicintainya*.
Hueeekkh, ngapaen juga seeeeh...emang yang bisa bikin hidup di dunia ini si dia apa?! Woy, woy, buka mata, jangan meleeeng, noh liat keatas, kau anggap apa DIA, hah..???!!!!
Ah, atau tipe yang satu ini...


dia bahagia, aku pun iya...
dia menangis, aku pun juga...
dia menjauh ku tetap dekat,
dia dekat?
Mendingan kabur..... :P :P :P
Wekekek, aya-aya wawe ah, pokoe tetep ridha ikhlas ta'ala apapun takdirNya kelak...
Kalo ternyata dia bahagia dengan tak adanya kita di hidupnya, yaaa..terima saja..nangis? okeh deh, boleh..itu wajar, tapi jangan lama-lama, sakit hatinya tahan aja, mata tahanin deh biar nggak ngocor airmata dari sana, hheu..
Hueee, diriku lagi gariiing, hayyah..bingung euy bingung, lalala, apa ya yang pingin ditulis,
Hmm,intinya: Jangan pernah cinta pada dia, melebihi cinta kita pada Allah dan RasulNya, TITIK !!! Jadi kalau jatuh dan patah hati, kagak sakit-sakit amat akhirnya nanti :p *nasehatbuatdirisendiri :))*
Nah, pesenku buat sahabat2, buat kakak-kakak dan adek-adek yg lagi jatuh cinta: Cintailah orang yang kau cintai siapapun dia dengan dasar atas cinta kepada Allah, bertemu karenaNya dan berpisah juga karenaNya, agar kelak kita termasuk kedalam golongan orang2 seperti yg dimaksudkan Rasulullah dalam sabdanya berikut:
"Akan ada dari umatku pada hari kiamat segolongan orang yang wajahnya bersinar bagai purnama, mereka berdiri diatas mimbar2 yg bercahaya dan bertabur mutiara. Mereka bukan nabi juga bukan orang yg mati syahid. Mereka adalah segolongan umatku yg sewaktu didunia saling mencintai karena Allah" (HR.Bukhari dari Abu Hurairah ).
Rasul bersabda,"Allah berfirman pada hari kiamat, 'Mana orang-orang yang saling mencintai karenaKu? Hari ini AKU naungi mereka dengan naungan yg tiada naungan selainKU..!" (HR.Bukhari )
Naah..,gimana tuh, kalo kita saling mencintai karena Allah maka kelak di hari akhir kitapun akan dikumpulkan kembali dengan orang yg kita cintai. Tapi INGAT loh..,hadist ini jangan disalah tafsirkan, krn ada orang yg berpacaran terus mengatakan dengan seenak udele dewek gini: 'aku mencintai pacarku karena Allah, jadi kelak akupun berkumpul di hari kiamat dengannya juga dong'.



Hohoho,,Welehhh..pergi aje ente ke laut..:P * mencintai karena Allah kok pacaran*, kagak tau ape pacaran itu dilarang Allah..??? heuuu..
Nggak ada tawar-menawar, nggak ada debat kusir, sekian, dan terima kasih... *_*


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/gimana-seh-rasanya-jatuh-cinta.html