Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Sabtu, 04 Februari 2012

Dinda, Aku ingin ada Untukmu

entah karena keegoisan Ari atau karena hal lain, membuat perselisihan kerap mewarnai kehidupan mereka, bahkan sebuah perceraian hampir saja terjadi.
Galau hati yang Ari rasakan. Kegalauan membuatnya jadi jarang pulang ke rumah, seolah hilang sudah semua ketenangan yang ia cari selama ini. Dalam kegalauan dan dalam perjalanannya mencari ketenangan hati, ia tinggalkan istrinya sembari memantapkan hati untuk bercerai. Banyak hal negatif yang ia lakukan sebagai pelarian atas masalah yang dialaminya, meskipun ia tahu bahwa apa yang dilakukannya jelas-jelas dilarang oleh agama.
Eni, bukanlah seorang istri yang baik jika saat ditinggal pergi suaminya ia hidup tanpa keresahan dan kebimbangan. Hanya kepasrahan sebagai seorang wanita lah yang bisa ia lakukan, mencoba untuk menjadi istri yang berbakti dan menjadi ibu yang teladan bagi anak-anaknya, adalah harapannya saat ini. Hanya seuntai doa dalam tahajjudnya yang kini mewarnai gelap malamnya sebagai seorang wanita yang hidup diambang perceraian. Tentulah tak ada seorangpun wanita di dunia ini yang ingin hidup menjanda ditinggal suaminya pergi, termasuk dirinya.
Ari di sela waktu pelariannya ia sempatkan bertemu seorang sahabatnya untuk meminta nasihat atas masalah yang dialaminya. Ia bercerita bahwa belakangan ini, meskipun telah sama-sama berkeluarga, sering teringat dan berkomunikasi dengan mantan kekasihnya dulu semasa SMA. Godaan akan bayang-bayang masa lalu menjadikannya terjerembab dalam perangkap iblis.
Seringkali ia membanding-bandingkan antara istrinya yang sekarang dan mantan kekasihnya itu. Dianggapnya bahwa mantan kekasihnya jauh lebih baik daripada Eni, istrinya sekarang. Bahkan  diajaknya untuk menikah setelah Ari resmi bercerai dari Eni, mantan kekasihnya itu pun mau, dengan syarat bahwa mantan kekasihnya juga harus bercerai dari suaminya saat ini, dan ia bersedia.
Sebenarnya dalam hati Ari, ia masih menyayangi istri dan anak-anaknya, tapi ia terlanjur muak dengan keadaan yang ia hadapi belakangan ini. Sahabatnya, menasehati cukup filosofis,
“Ri, seharusnya kamu bersyukur punya istri seperti Eni. Dia cantik, cerdas dan pengertian. Aku tahu bagaimana Eni, karena dia juga temanku.



Mantan kekasihmu adalah fatamorgana di padang pasir yang memberikan keindahan di tandusnya hati yang gersang, tapi sedikitpun tak bisa kamu sentuh karena ia adalah luapan panas yang membara di ujung sana. Sedangkan Eni, dia adalah mata air nan jernih yang memberikan kesejukan dalam hati yang dahaga karena panasnya hidup yang kamu jalani. Dia hadir saat kamu membutuhkannya dan dia ada saat kamu merindukannya.
Tidakkah kamu sadari, keberhasilanmu saat ini adalah karena tangis doanya di sepertiga malam terakhir? Tidakkah kamu tahu, saat kamu berangkat kerja, seuntai doa dalam dluhanya lah yang selalu mengiringi langkahmu? Dan tidakkah kamu mengerti bahwa dalam lelah tubuhnya, ia masih menyambutmu dengan senyum dan harum saat kamu pulang kerja? Dia tempatmu bersandar saat lelah, dan dia tempatmu mengeluh saat masalah datang menerpamu.
Piring kotor jadi bersih karena dia. Pakaian kusut jadi rapi karena dia. Rumah berantakan jadi tertata kembali karena dia. Dan kamu bisa tersenyum dalam peliknya masalah yang kamu hadapi juga karena dia.  Dia adalah mentari pagi yang menghangatkan jiwa-jiwa yang dingin. Dia adalah angin senja yang menyejukkan hati yang terluka. Dan dia juga rembulan malam yang menerangi gelapnya sanubari dengan kelembutannya. Bukankah ia lebih baik dari mantan kekasihmu itu, bahkan dari wanita manapun di dunia ini? Dan masihkah kamu ingin menceraikannya? Sekarang pulanglah, temui istrimu jangan pernah tinggalkan dia lagi.”
Lekuk senyum di bibir menghiasi wajah Ari, sebait kata terima kasih mengakhiri pertemuan dini hari itu.  Dalam keheningan malam ia melangkah pulang setelah sekian lamanya ia tak menginjakkan kaki ke rumah yang telah lama ditinggalkannya.
Beberapa jam kemudian, terdengar sayup doa seorang wanita dari balik pintu sebuah rumah dalam derai air matanya..
“Ya Allah..kembalikan dia untukku, untuk anak-anakku…...”
Sayu sebuah suara laki-laki menjawab tangis doa itu,
“Aku kembali dinda, maafkan aku, aku khilaf.”
Alangkah terkejutnya wanita itu. Dan tak lama laki-laki itu melangkah lalu memeluk wanita yang hanyut dalam doanya tadi seraya berbisik,
 “Dinda, tak ingin kutinggalkan kamu lagi, aku sayang kamu Dinda, aku sayang kamu... Aku selalu ingin ada untukmu.”
Ya wanita itu, Eni, dalam kesabarannya telah dikabulkan doanya oleh Allah. Dan Ari, suami yang dicintainya, kini telah kembali kepadanya, ke dalam pelukannya.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/dinda-aku-ingin-ada-untukmu.html

Sepohon CINTA..

Sepohon cinta,
Bertahun sudah kuizinkan benihmu disemai di sanubariku
Bertahun sudah kuberjerih pelihara suburmu
Telah kubajai dengan kesetiaan dan kepercayaan
Telah kusirami dengan keikhlasan dan kejujuran
Telah tersimbah dengan nur dari Ilahi
Agar terbit haruman bunga cinta nan wangi


Kuharap kuntummu semerbak harum ke pelosok sanubari

Tatkala musim kemarau menjengah
Kukerah segenap daya menggali telaga sabar
Di ufuk timur dan barat tanah gersang
Untuk kusiramimu yang semakin layu
Hasratku dirimu terus segar dan tegap

Tatkala makhluk perosak berusaha membinasa akarmu
Kusisih satu persatu dengan tangan kosongku
Biar digigit luka ku tetap singkirnya
Tak sanggup kubiar kau menyembah bumi lantarannya

Tatkala api amarah dan cemburu menyala
Adakala kubiar kau layu dek bahangnya
Tatkala hujan rahmat membasahi
Harummu umpama kasturi
Indahmu menggamit nur segenap sanubari

Tatkala nian indahnya mekar kuntummu
Tatkala nian semerbak harummu


Dititisi embun keyakinan dan pengertian
Kurejahi segala onak duri
Demi mereguk nikmat memilikimu

Tatkala badai melanda
Kuperisaikan diriku melindungmu
Namun….Duri-duri tajammu nan bisa menusukku
Pekat darah merah mengalir
Menyimbahi ceruk sanubari
Bisamu menular kesegenap raga
Hanyir darah menusuk rongga hidungMenyirna wangi kuntummu

Kukaral air di telaga sabar yang masih tersisa
Biarpun longlai segenap ruas sendiku
Biarpun pekat darah masih menitis
Idamku sanubari suci dari noda dan hanyir darah
Moga hikmat air telaga sabar sebagai penawar bisa
Terkadang tiada daya lagi memilikimu
hadirmu menuntut sejuta pengorbanan
Menagih sejuta bukti
Mengidam sejuta hasrat


 Terkadang kusahut segala serumu
Lalu tersungkurku di jurang kehinaan
Terkadang pabila bisamu menjalar segenap ragaku
Mengundang lalai pada Ilahi dek sebalku padamu
Lalu terperosokku di lubang murka Rabbku
Ingin kurentap dan kucantasmu dengan rakus dari sanubar
iAgar tiada lagi bisa hingga kualpa pada Al Khaliq
Namun..kau bukanlah benih yang dulunya kusemai
Tunjangmu mengakar jauh ke dasar sanubari

Andai kurentap..
Pasti kesakitan tak terperi menular keseluruh raga
Andai kucantas…bukankah tunggulmu tetap di situ
Tetap menghadir seribu nestapa saban saat kuterlirikmu

Pasrah…Kuserahkan segalanya pada Ar Rahiim
Dialah yang mengirimkan benihmu dulu
Jika di sisinya memilikimu akan menumbuhkan
Sejuta pohon cinta pada Ar Rahman
Tetaplah utuhlah kau dalam sanubarikuNamun..
Jika di sisi Al MalikMemilikimu mengundang murka Ilah


iMematikan pohon cintaku pada Al ‘Alim
Maka Dialah yang lebih tahu
Aturannya agar kau tersirna dari sanubariku..

Tanpa secubit sengsara
Tanpa sekelumit sesal
Tanpa seguris pilu
Tanpa secebis dendam
Pergilah kau dari sanubariku
Tanpa tersisa secalit tanda
Moga dengan pemergianmu…
Tiada putus rahmat Ilahi singgah di sanubariku
Tumbuh sejuta pohon cinta pada Rabbku
Menggantikan kau sepohon cinta....


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/sepohon-cinta.html

Do’a Sang Pengantin...

Ya Allah,Andai Kau berkenan, limpahkanlah rasa cinta kepada kami,Yang Kau jadikan pengikat rindu Rasulullah dan Khadijah Al QubroYang Kau jadikan mata air kasih sayangAli bin Abi Thalib dan Fatimah Az ZahraYang Kau jadikan penghias keluarga Nabi-Mu yang suci.
Ya Allah,Andai semua itu tak layak bagi kami,Maka cukupkanlah permohonan kami dengan ridlo-MuJadikanlah kami Suami & Istri yang saling mencintai di kala dekat,Saling menjaga kehormatan dikala jauh,Saling menghibur dikala duka,Saling mengingatkan dikala bahagia,Saling mendoakan dalam kebaikan dan ketaqwaan,Serta saling menyempurnakan dalam peribadatan.
Ya Allah,Sempurnakanlah kebahagiaan kamiDengan menjadikan perkawinan kami ini sebagai ibadah kepada-MuDan bukti ketaatan kami kepada sunnah Rasul-Mu. Amin..
 
 

Mencari Istri yang Sempurna•*´¨`*•.¸¸.•*´¨`*•.¸¸.•* •*´¨`*•.¸¸.•*´¨`*•.¸¸.•*

Bismillahir-Rahmanir-Rahim ...
Hamba mencari istri sempurna. Lelah hati dan jiwa. Hamba mencari kemana-mana, alhasil hamba tak sanggup temukan belahan jiwa itu. Setiap hari hamba berdoa, namun belum juga terkabul. Mungkin inilah perjuangan. Lama-lama hamba mulai menikmati kehidupan ini. Walaupun jemu pernah hinggap dalam kamus kehidupan hamba, meraung-raung dalam sunyi.
Sungguh, di dunia yang maya ini, hamba mencoba menghindar dari gundukan dosa, namun laron-laron dosa itu sesekali berduyun mendekati hamba. Sekuat ruh hamba berlari-berlari menuju cahaya, dan konon, salah satu kendaraan untuk mendekatkan diri dengan cahaya itu adalah mendapatkan seorang istri. Ya, hamba mencari istri sempurna, agar hamba bisa menyempurnakan niat hamba, bercengkrama dengan cahaya sejati.
Hamba bergelut dengan hari-hari, mencari secercah cahaya untuk bisa hamba huni dari kegelapan yang semakin gandrung menyelimuti hati hamba lagi. Hamba akui di setiap arah jam yang bergulir ada terpendam berjuta rahasia yang tak bisa hamba singkap keberadaannya, tak mampu hamba kuliti satu persatu apa gerangan yang diinginkan Allah. Tadinya hamba berpikir bahwa hamba telah mampu meredam satu niatan hamba itu,


 mengubur riak-riak kehidupan yang hamba bangun dengan pondasi rapuh. Rupanya detak suara jarum jam semakin besar menghentak-hentak dan memekakan telinga hamba, lalu hamba kembali terpuruk, pikiran hamba terhuyung-huyung melangkahkan kaki tak tentu arah.
Suatu hari, hamba bertemu dengan mawar. Di taman itu ia hidup sendiri. Warnanya yang merah merekah membuat mata terkagum-kagum. Ingin rasanya hamba mempersuntingnya, memetik segala hasrat yang mulai basah kuyup dengan segala keinginan.
Sang mawar tak sadar bahwa ada yang mengamatinya. Ya Tuhan harum sekali. Ya, ketika pagi merambat, hamba merasakan keharuman yang luar biasa. Merambat ke seluruh ubun-ubun, keharuman yang menakjubkan. Hamba memberanikan diri untuk menyapanya.
"Selamat pagi, Mawar." Mawar tersenyum, senyum yang menyejukkan.
"Selamat pagi. Ada apakah gerangan, sehingga pagi-pagi begini anda bertamu ke taman yang sepi ini?"
"Hamba berniat mencari istri yang sempurna. Setiap hari tanpa sepengetahuan anda, hamba mengamati anda, lalu tumbuhlah sejumput rasa tertentu yang tak bisa terdefinisi. Anda telah menyampaikan keharuman itu lewat wewangian yang disampaikan angin. Hamba pikir andalah yang hamba cari, belahan jiwa yang sekian lama memikat hamba untuk hidup dalam kembara."
"Betulkah aku yang anda cari? Tak malukah anda menikah dengan bunga sederhana sepertiku? Apa yang membuat anda terkagum? Tak banyak yang bisa aku berikan untuk anda."
"Mawar, sudah lama hamba mencari istri yang sempurna. Mungkin inilah harapan terakhir. Melihat warnamu yang memerah, hamba terkesima. Jika anda mengizinkan, hamba ingin melamar anda. Mari kita arungi bahtera hidup ini."
"Kalau betul itu yang anda inginkan, baiklah. Tunggu barang satu minggu, setelah itu jenguklah aku kembali."
"Terimakasih mawar. Ternyata hamba tak salah pilih. Seminggu lagi hamba akan kesini."
Hamba lantas meninggalkannya sendiri di taman itu. Hamba pergi diiringi senyum yang dramatis. Hati hamba seketika terbang ke langit. Sebentar lagi penantian hamba berakhir, hamba akan mendapatkan istri yang sempurna.
Seminggu berlalu, hamba mendatangi taman itu. Langkah kaki bersijingkat dengan sempurna, cepat dan gemulai. Ketika hamba tiba di tempat itu, tiba-tiba hati hamba melepuh, berterbanganlah harapan yang sempat mewarnai relung hati yang basah dengan tinta penantian.


Mawar yang akan hamba persunting, yang akan hamba petik ternyata tak lagi berada di tangkainya.Ia telah luruh ke tanah merah, beserakan tak karuan, tak jelas lagi juntrungannya. Hamba tak habis mengerti, mengapa semua ini harus terjadi? Warna yang tadinya memerah, kini berubah kecoklat-coklatan, menjadi keriput, tak sesegar seperti minggu kemarin. Hamba menghampirinya, duduk termenung seperti seorang bocah yang merengek meminta mainan yang telah rusak. Dengan terbata-bata hamba berusaha menyusun kata-kata, menuai kalimat-kalimat. Namun mulut hamba teramat kelu, tak bisa lagi dengan sporadis menelurkan deretan huruf.
"Selamat pagi. Masihkah ada keinginan untuk menikah dengan ketidaksempurnaanku? Inilah aku, sang mawar yang sempat membuatmu terkagum. Mengapa wajah anda tercengang dan seolah tak memahami hakikat hidup?"
"Mengapa anda menjadi seperti ini? Apakah gerangan yang salah?"
"Tak ada yang patut disalahkan. Ini adalah siklus kehidupan. Hamba hanya bisa bertabah menghadapi takdir yang membelenggu. Ini jalan yang harus hamba jalani."
"Tapi hamba mencari istri yang sempurna, Mawar."
"Jika demikian, aku bukanlah belahan jiwamu."
Hamba beranjak dari tempat itu. Kekecewaan menghantui setiap langkah yang hamba bangun. Air mata menderas. Mawar yang sempat mencengkram jiwa, kini hanya onggokan ketakutan yang tak pernah hamba mimpikan sebelumnya.
***
Kini hamba berjalan lagi menyusuri waktu, mencari istri yang sempurna. Di tengah perjalanan, hamba melihat merpati yang terbang, menari di udara. Sayap-sayapnya ia sombongkan ke seluruh penjuru alam. Sungguh cantik ia, membuat cemburu para petualang. Lagi-lagi terbersit sebuah keinginan. Keinginan klasik: Inilah istri yang sempurna, semoga hamba bisa mendapatkannya. Merpati itu hinggap di ranting pohonan. Hamba memberanikan diri untuk memulai percakapan.
"Wahai merpati, tadi hamba melihatmu bercengkrama dengan angin. Bulu putihmu yang kudus, menjadikan harapan dalam batin kembali tumbuh."
"Apa yang hendak anda inginkan?"
"Hamba mencari istri yang sempurna. Andalah yang hamba cari."
"Betulkah aku yang anda cari?"


"Ya tentu. Hamba ingin anda terbang bersama hamba, membangun sebuah keindahan, mengarungi bahtera kehidupan."
"Jika demikian, silahkan tangkap aku. Apabila anda berhasil menangkap diriku, aku berani menjadi belahan jiwa anda. Aku akan belajar menjadi apa yang anda inginkan."
"Tapi bagaimana mungkin hamba bisa menangkap anda? Anda mempunyai dua sayap yang indah dan memesona, sedangkan hamba hanya manusia yang bisa menerbangkan imajinasi saja, selebihnya hamba adalah pemimpi yang takut dengan kehidupan."
"Segala sesuatu mungkin saja terjadi, asalkan ada maksud yang jelas dan lurus. Lebih baik anda pikirkan kembali niatan anda itu. Betulkah aku pasangan yang anda cari? Maaf, hamba aku bercengkrama dulu dengan angin, sampai jumpa."
Hamba tak bisa berkata banyak, merpati telah terbang bersama angin. Angin, oh...rupanya kekasih sejati merpati adalah angin. Hamba tak mau merusak takdir mereka. Bagaimana kata dunia kalau hamba dengan paksa menikahi sang merpati? Dunia akan mencemooh hamba sebagai manusia paling bodoh yang pernah dilahirkan. Tapi kemanakah lagi hamba harus mencari pasangan jiwa?
***
Itulah kabar hamba dulu. Meniti berbagai penderitaan untuk menyempurnakan segala beban yang melingkar di dasar palung jiwa hamba. Itulah gelagat hamba dulu, seperti seorang pecinta yang berkelana tak jelas arah dan tujuan, menghujani kulit lepuh para bidadari, menjadikan mereka gundah, berenang di atas lautan hampa. Begitu juga hamba. Ya, kabar hamba dulu! Memekik cinta yang bergemuruh, membadai, bercengkrama, meraja, bersengketa, meracau seperti burung kondor yang rindu bangkai-bangkai kematian. Dulu hamba tersesat dalam labirin sunyi tanpa nama. Hamba nyaris seperti mayat yang bergentayangan di siang hari, diperbudak angan-angan, bertubi-tubi mulut hamba memukul angin.
Sampai suatu malam, ketika keheningan mengambang di udara, berderinglah sebuah telepon selular yang teronggok di atas sajadah harapan. Kala itu hamba tidur lelap, mencipta mimpi yang samar. Hamba dibangunkan oleh gemuruh suara ring tone. Anehnya, suara selular itu tidak lagi menggelayutkan melodi seperti biasanya. Suaranya aneh tapi nikmat dan menyejukkan. Kalau tidak salah seperti ini: Allahuakbar....Allahuakbar...Allahuakbar... Kontan saja hamba terhenyak dan sempat kaget. Hamba mencoba memicingkan mata yang berat seperti terbebani satu ton serbuk besi. Di dinding kamar hamba melihat detak jam yang mengarah pada nomor tiga. Masih sepertiga malam. Siapa gerangan yang berani mengusik persemayaman indah ini? Lalu hamba mulai merunut kata-kata.



"Halo, siapa anda? Mengapa membangunkan hamba? Biarkan hamba beristirah barang sejenak." Hening, tak ada jawaban. Hamba pikir, ini pasti gelagat orang jahil yang mencoba berimprovisasi. Tapi ketika hamba mau menutup telepon selular, hamba mendengar suara yang menggelegar. Bukan, suara ini bukan dari telepon selular, tapi dari segala penjuru mata angin. Keringat mulai menghujan, ketakutan bersalaman di batin, air mata tak bisa hamba bendung, dan rasa rindu mencengkram hamba dari belakang, rindu yang tak terdefinisi. Mungkinkah doa-doa hamba yang terdahulu akan terkabul? Siapakah gerangan yang bicara? Setelah bermilyar doa berjejalan di udara, hamba harap sejumput cahaya itu yang bicara Ya, semoga bukan kepalsuan yang bicara. Suara itu makin keras terdengar. Suara itu berkata seperti ini.
"Betulkah kau mencari istri yang sempurna?" Dengan terbata-bata hamba bilang,
"Ya...ya..hamba mencari istri yang sempurna. Mampukah anda mengabulkan keinginan hamba yang belum terwujud ini?" Suara itu kembali berujar.
"Berbaringlah, lalu tutuplah matamu. Bukalah ketika suaraku tak terdengar lagi." Hamba ikuti keinginannya. Hamba tutup mata hamba, dan berbaringlah. Riangnya hati hamba, sebentar lagi hamba akan berjumpa dengan istri sempurna. Jodoh hamba akan hadir. Ah, suara itu hening. Hamba mulai memicingkan mata. Hamba lihat di sekeliling. Mengapa yang terlihat hanya gumpalan-gumpalan tanah yang kecoklatan? Mengapa begitu sejuk? Kemudian hamba melihat pakaian hamba. Putih! Semua serba putih. Bukankah ini kain kafan? Alam barzah, pikir hamba. Lalu hamba melihat sesosok tubuh datang menghampiri, begitu bercahaya, cantik rupawan.
"Siapa anda?"
"Hamba adalah amalan anda. Hamba tercipta dari anda, istri sempurna yang anda ciptakan sendiri. Menikahlah dengan hamba, sambil menunggu semua manusia kembali ke alam sunyi ini."

Begitulah kabar hamba kali ini. Ada lagi yang mau mencari istri sempurna?


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/mencari-istri-yang-sempurna.html

CINTA Apa Adanya

♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan. Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal. Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.
"Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut.
"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan" Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya?
Akhirnya dia bertanya,: "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".
Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan,: "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya : “Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati, Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"
Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."
Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang bertuliskan. ...
"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya... "
Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.
"Kamu bisa mengetik di komputer namun selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya."


"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang."
"Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu. "
"Kamu selalu pegal-2 pada waktu ’teman baikmu’ datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal."
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi ’aneh’. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami."
 "Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu."
"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-2 bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu".
"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku." "Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. "
"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu. "
Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya.
"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu."
"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.".
Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.


Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.
Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu. 
♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/cinta-apa-adanya.html

MUNAKAHAT

♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥  

Dengarlah pinta sederhanaku ini,
Sesungguhnya aku hanya ingin..
 Menjadi ibu dari anak-anakmu,


Menjadi juru masak dari laparmu,
Menjadi juru pijit dari lelahmu,
 Menjadi teman dari sepimu,
Menjadi pendengar dari keluh kesahmu,
 Menjadi tangis dalam sedihmu,
Menjadi tawa dalam bahagiamu,
 Menjadi penopang dalam rapuhmu,
Menjadi penyejuk dalam marahmu,
 Menjadi makmum dalam sholatmu,
Menjadi pengamin dalam doamu,
Menjadi maaf dalam khilafmu,
 Maka.. Peluklah aku dengan syahadatmu,
Hangatkan aku dengan solatmu,
Belailah aku dengan Shaum-mu,
Kecuplah aku dengan imanmu,
Naungi aku dengan Munakahat,
 Karena aku cintamu,
Bukan nafsumu..


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/munakahat.html

Kisah Koruptor di Tanah Suci

Ketika aku umroh semalam, aku teringat cerita-cerita yang sering dikisahkan orang-orang, bahwa banyak sekali jamaah haji atau umroh, yang mengalami pembalasan atas perbuatan buruknya kala di tanah air. Aku yakin teman-teman semua pasti dengar kan cerita-cerita itu? Atau cerita bagaimana seseorang yang sangat ingin mencium hajar aswad,dia serasa ditolong entah siapa, sepertinya malaikat yang datang dan beralih rupa, memudahkan jalan baginya, sementara keadaan berdesak-desak (ini biasanya kisahnya para artis yang baru pertama kali ke tanah suci : Tapi tak pikir-pikir (bersama rekan-rekanku juga), kami selama itu tinggal di tanah suci kok ya ga alamin atau tahu sendiri hal-hal aneh itu ya? Yang katanya pembalasan atau pertolongan, dan seterusnya, hehehe.. Bukan menafikan, tetapi ala kulli haal (apapun keadaannya)


lepas dari benar atau tidak, cerita-cerita tuah tanah suci tersebut tetap memberikan pelajaran bagi siapapun agar tidak kurang ajar sama orang. Soal ini, aku pernah mendapat cerita lucu, ada baiknya aku ceritakan lagi, meski aku yakin teman-teman semua telah tahu.Diceritakan, ada seorang koruptor lagi naik haji. Selama berada di Makkah dia sangat menyesali segala perbuatan buruknya, niat bertaubat sungguh-sungguh dan ingin mengembalikan hak rakyat yang dia ambil.[ ] Kala di depan Ka'bah, dia meratap-ratap pilu, menangis, dan bersujud lama, segala rupa macam doa dia baca dan dia rapal. Namun ketika bangun dari sujudnya, mendadak dunia berubah.
Jadi gelap, pengap, dan bau ! Bukan main takutnya sang koruptor tadi. Makin kencang lah tangisnya dan semakin takut dia. Berjuta-juta sesal keluar dari seluruh hatinya. Sujud makin panjang.[ ] Dan setelah merasa agak lega, dengan agak takut dia bangkit kembali. Pelan-pelan dibukanya matanya. Seketika dunia telah kembali seperti sedia kala. Terang benderang, masjidil haram dengan Ka'bah nan agung terlihat begitu indahnya, tak terperi kegembiraan pak koruptor tadi.[ ] Padahal, tadi saat dunia berubah mendadak gelap, pengap dan bau tadi, sebenarnya tanpa dia sadari, kala dia bangkit dari sujud, dia masuk dalam rok ibu-ibu dari Afrika yang sedang lewat di depannya. Ehehehe. Alhasil, banyak kisah-kisah seperti itu yang kerap kita baca di tabloid-tabloid, dan mungkin saja terjadi. Sebab Mekkah sendiri sebenarnya adalah kota yang sangat tepat untuk merenungi segala kesalahan, menata kembali langkah untuk melanjutkan kehidupan.[ ] Semoga saja cerita pak koruptor tadi tak sekedar anekdot, tapi cerita sungguhan yang membuatnya tobat, meskipun cuma masuk roknya ibu-ibu Afrika, hehehe


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/kisah-koruptor-di-tanah-suci.html

19 Hadist Mengenai Wanita :

 1. Doa perempuan lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayangnya yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah akan hal tersebut, jawab baginda, “Ibu lebih penyayang daripada bapak dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia”.
2. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya , maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah mencatatkan baginya setiap hari dengan 1.000 kebajikan dan menghapuskan darinya 1.000 kejahatan.


3. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin , maka Allah mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah.
4. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak , keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
5. Apabila telah lahir anak lalu disusui , maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan..
6. Apabila semalaman ibu tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit , maka Allah memberinya pahala seperti memerdekakan 70 hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah.
7. Barangsiapa yang menggembirakan anak perempuannya , derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis karena takut akan Allah dan orang yang takut akan Allah, akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
8. Barangsiapa membawa hadiah , (barang makanan dari pasar ke rumah lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak NabiIsmail.
9. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya(10. 000 tahun).
10. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta t`at akan suaminya , masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dikehendaki.
11. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1.000 lelaki yang soleh.
12. Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah, siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab Rasulullah, “Suaminya. “Siapa pula yang berhak terhadap lelaki?” Jawab Rasulullah, “Ibunya”.
13. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapakmu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
14. Wanita yang taat akan suaminya , semua ikan-ikan di laut, burung diudara, malaikat di langit, matahari dan bulan semua beristighfar baginya selama dia taat kepada suami serta menjaga sembahyang dan puasanya.


15. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
16. Syurga itu di bawah tapak kaki ibu.
17. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku Nabi SAW) di dalam syurga.
18. Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya syurga.
19. Dari Aisyah r.a., Barangsiapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuan lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/19-hadist-mengenai-wanita.html

Ketenangan Hati (Abu Nawas)

Bismillahirohmairohim.

Sudan lama Abu nawas tidak dipanggil ke istana untuk menghadap Baginda. Abunawas juga sudah lama tidak muncul di kedai teh. Kawan-kawan Abunawas banyak yang merasa kurang bergairah tanpa kehadiran Abu nawas. Tentu saja keadaan kedai tak semarak karena Abu nawas si pemicu tawa tidak ada. Suatu hari ada seorang laki-laki setengah baya ke kedai teh menanyakan Abu nawas. la mengeluh bahwa ia tidak menemukan jalan keluar dari rnasalah pelik yang dihadapi. Salah seorang teman Abunawas ingin mencoba menolong.
"Cobalah utarakan kesulitanmu kepadaku barang-kali aku bisa membantu." kata kawan Abunawas. "Baiklah. Aku mempunyai rumah yang amat sempit. Sedangkan aku tinggal bersama istri dan kedelapan anak-anakku. Rumah itu kami rasakan terlalu sempit sehingga kami tidak merasa bahagia." kata orang itu membeberkan kesulitannya.


Kawan Abunawas tidak mampu memberikan jalan keluar, juga yang lainnya. Sehingga mereka menyarankan agar orang itu pergi menemui Abunawas di rumahnya saja.
Orang itu pun pergi ke rumah Abunawas. Dan kebetulan Abu Nawas sedang mengaji. Setelah mengutarakan kesulitan yang sedang dialami, Abunawas bertanya kepada orang itu. "Punyakah engkau seekor domba?" "Tidak tetapi aku mampu membelinya." jawab or­ang itu. "Kalau begitu belilah seekor dan tempatkan domba itu di dalam rumahmu." Abunawas menyarankan.
Orang itu tidak membantah. la langsung membeli seekor domba seperti yang disarankan Abunawas. Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas. "Wahai Abunawas, aku telah melaksanakan saranmu, tetapi rumahku bertambah sesak. Aku dan keluargaku merasa segala sesuatu menjadi lebih buruk dibandingkan sebelum tinggal bersama domba." kata orang itu mengeluh. "Kalau begitu belilah lagi beberapa ekor unggas dan tempatkan juga mereka di dalam rumahmu:" kata Abunawas.
Orang itu tidak membantah. la langsung membeli beberapa ekor unggas yang kemudian dimasukkan ke dalam rumahnya. Beberapa hari kemudian orang itu da­tang lagi ke rumah Abu Nawas. "Wahai Abu Nawas,aku telah melaksanakan saran-saranmu dengan menambah penghuni rumahku dengan beberapa ekor unggas. Namun begitu aku dan keluargaku semakin tidak betah tinggal di rumah yang makin banyak perighuninya. Kami bertambah merasa tersiksa." kata orang itu dengan wajah yang semakin muram. "Kalau begitu belilah seekor anak unta dan peliharalah di dalam rumahmu."kata Abu Nawas menyarankan
Orang itu tidak membantah. la langsung ke pasar hewan membeli seekor anak unta untuk dipelihara di dalam rumahnya. Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas. la berkata, "Wahai Abu Nawas, tahukah engkau bahwa keadaan di dalam rumahku sekarang hampir seperti neraka. Semuanya berubah menjadi lebih mengerikan dari pada hari-hari sebelumnya. Wahai Abu Nawas, kami sudah tidak tahan tinggal serumah dengan binatang-binatang itu." kata orang itu putus asa. "Baiklah, kalau kalian sudah merasa tidak tahan maka juallah anak unta itu." kata Abu Nawas.
Orang itu tidak membantah. la langsung menjual anak unta yang baru dibelinya. Beberapa hari kemudian Abu Nawas pergi ke rumah orang itu "Bagaimana keadaan kalian sekarang?" Abu Nawas bertanya. "Keadaannya sekarang lebih baik karena anak unta itu sudah tidak lagi tinggal disini." kata orang itu tersenyum. "Baiklah, kalau begitu sekarang juallah unggas-unggasmu." kata Abu Nawas.
Orang itu tidak membantah. la langsung menjual unggas-unggasnya. Beberapa hari kemudian Abu Nawas mengunjungi orang itu. "Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang ?" Abu Nawas bertanya. "Keadaan sekarang lebih menyenangkan karena unggas-unggas itu sudah tidak tinggal bersama kami." kata orang itu dengan wajah ceria. "Baiklah kalau begitu sekarang juallah domba itu." kata Abu Nawas.


Orang itu tidak membantah. Dengan senang hati ia langsung menjual dombanya. Beberapa hari kemudian Abu Nawas bertamu ke rumah orang itu. la bertanya, "Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang ?" "Kami merasakan rumah kami bertambah luas ka­rena binatang-binatang itu sudah tidak lagi tinggal bersama kami. Dan kami sekarang merasa lebih berbahagia daripada dulu. Kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepadamu hai Abu Nawas." kata or­ang itu dengan wajah berseri-seri.
"Sebenarnya batas sempit dan luas itu tertancap dalam pikiranmu. Kalau engkau selalu bersyukur atas nikmat dari Tuhan maka Tuhan akan mencabut kesempitan dalam hati dan pikiranmu." kata Abu Nawas menjelaskan. Dan sebelum Abu Nawas pulang, ia bertanya kepada orang itu, "Apakah engkau sering berdoa ?" "Ya." jawab orang itu. "Ketahuilah bahwa doa seorang hamba tidak mesti diterima oleh Allah karena manakala Allah membuka pintu pemahaman kepada engkau ketika Dia tidak memberi engkau, maka ketiadaan pemberian itu merupakan pemberian yang sebenarnya."

Semoga Bermanfaat.
Wasallam.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/ketenangan-hati-abu-nawas.html