Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Minggu, 01 April 2012

4 Istri....

Al-kisah, tersebutlah sebuah cerita ada seorang saudagar pintar yang amat kaya raya. Dia mempunyai 4 orang istri semasa hidupnya. Ikutilah ceritanya... untuk di jadikan pedoman...
Dia sangat sayangkan isteri keempatnya, dengan menghiaskannya dengan pakaian yang serba mahal lagi ekslusif, serta menjamu seleranya dengan berbagai jenis makanan yang serba lazat. Dia sangat menjaga terhadap isteri keempatnya ini dengan memberinya segala apa yang terbaik.
Dia juga amat menyayangi isterinya yang ketiga. Dia bermegah dengannya dan senantiasa dengan bangga menunjukkannya kepada kawan-kawannya di mana dia pergi. Walau bagaimana pun, dia amat takut yang isteri ketiganya ini, sebagai buah hatinya, akan lari mengikuti lelaki lain.
Saudagar ini juga memilikki isteri kedua yang juga amat di sayanginya. Isterinya yang ini seorang yang amat perhatian, sentiasa bersabar, bahkan dia juga bertindak sebagai penasihat peribadi saudagar kaya tersebut. Apabila saudagar itu menghadapi masalah dia akan merujuk kepada isteri keduanya ini, dan isterinya pula akan sentiasa membantu saudagar itu dalam keadaan-keadaan yang menekan jiwanya.
Isteri pertama saudagar ini pula merupakan seorang isteri yang amat setia kepadanya, dan telah banyak memberi bantuan kepada saudagar ini dalam menjaga harta kekayaan serta perniagaannya. Disamping itu, isteri pertamanya ini juga mengendalikan segala urusan rumahtangga saudagar ini.


Namun demikian, saudagar itu tidak menyayangi isteri pertamanya, walau pun isterinya amat mengasihinya , bahkan dia tidak peduli terhadap kebaikan isteri pertamanya ini.
Pada suatu hari, saudagar tadi jatuh sakit karena kecapean. Setelah beberapa hari dia merasakan dia akan menemui ajalnya dalam waktu dekat. Dia pun mula memikirkan tentang segala kemewahan hidupnya selama ini dan mula berfikir, "Sekarang aku ada 4 isteri, tapi bila aku mati nanti aku akan berada keseorangan. Alangkah sunyinya aku kelak!"
Dia pun bertanya isteri keempatnya,
"Aku sayangkan engkau melebihi daripada yang lain. Aku beri engkau pakaian yang istimewa paling berharga, serta ku berikan engkau berbagai kemewahan lain. Kini aku sedang sakit dan akan menemui ajalku tak lama lagi, adakah engkau akan ikut aku untuk menemani aku?"

"Tidak mungkin", jawab isteri keempatnya itu, kemudian terus beredar meninggalkannya tanpa berkata-kata lagi. Jawapan yang di terimanya itu sungguh menyayat hatinya, bagaikan pisau telah menghiris jantung hatinya.Dengan amat dukacitanya, saudagar itu kemudian bertanya pula isteri ketiganya,"Aku telah mencurahkan kasih sayangku kepada engkaukau sepanjang hayatku. Dan sekarang aku sedang sakit menunggu maut, adakah engkau akan ikut bersamaku untuk menemaniku?""Tidak!" jawab isteri ketiganya dengan tegas. "Hidup ini lebih baik di sini! Aku akan kawin lagi setelah engkau mati." Hancur lebur perasaan saudagar itu bila mendengar jawapan tersebut.
Saudagar itu berpaling pula kepada isteri keduanya seraya berkata,"Aku selalu mengadu masalah kepada engkau untuk memberi bantuan kepadaku, dan engkau sentiasa telah menolong aku dalam kesusahan. Kini aku perlukan bantuanmu lagi. Apabila aku mati nanti, adakah engkau akan mengikutiku untuk menemani aku?""Mohon maaf temanku, aku tak dapat menolongmu lagi kali ini., jawab isteri keduanya. "Paling jauh aku boleh temani mu sampai menghantarmu ke kubur saja". Jawapan ini datang seperti halilintar yang membelah dan saudagar ini merasa sungguh kecewa.
Kemudian, dengan tiba-tiba satu suara memanggilnya dengan berkata,"Aku akan tinggal bersamamu. Aku akan ikut engkau kemana engkau akan pergi untuk menemanimu."Saudagar itu pun melihat keatas, dan dilihatnya isteri pertamanya berada di situ. Dia kelihatan amatlah kurus kering, seolah-olah telah lama kelaparan. Dengan perasaan yang amat sedih dan kesal sekali, saudagar itu pun berkata, "Kasihan aku melihat engkau. Aku sepatutnya aku memperhatikan jamu semasa aku masih kuat dulu!"
Kesimpulannya:


Sebenarnya kita semua mempunyai 4 istri di sepanjang hayat kita;
Isteri keempat kita ialah tubuh badan kita, betapa banyak waktu kita curahkan untuknya untuk menjaganya serta menghiaskannya sehingga menawan pandangan orang lain, ia tidak akan berkekalan dengan kita.
Isteri ketiga kita? Ya, ia merupakan segala-gala yang kita miliki di dunia - harta benda, status, pangkat dan kekayaan. Bila kita mati, semuanya itu akan menjadi milik orang lain, bukan?
Isteri kedua kita adalah keluarga dan sahabat kita. Bagaimana dekat sekali pun antara kita dengan mereka apabila kita masih hidup, paling jauh mereka akan dapat menemani kita ialah sampai di tanah perkuburan saja.
Akan tetapi isteri pertama kita pula merupakan jiwa atau Roh kita, lazimnya tidak di hiraukan, (diberi makan dengan berbagai amalan kebajikan dan ibadat - solat, puasa, zakat, naik haji, sadaqah, dll.) dalamkesibukan harian kita untuk mencari nafkah, harta benda dan kekayaan, kesenangan serta status atau pangkat/darjat dalam hidup. Dialah hanya satu-satunya yang akan menemani kita sehingga kedalam kubur.




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/4-istri.html

Melihat Surga Didepan Mata

Surga adalah suatu pembalasan yang agung dan pahala tertinggi bagi para hamba Allah yang taat. Surga merupakan suatu kenikmatan sempurna.


Tak ada sedikit pun kekurangannya. Tak ada kemuraman di dalamnya. Penggambaran surga yang difirmankan oleh Allah dan disabdakan oleh Nabi, memang hampir tak mampu kita gambarkan dengan otak dan imajinasi kita yang terbatas ini. Betapa sulit membayangkan  kenikmatan yang demikian besar. Sungguh kemampuan imajinasi kita akan terbentur pada keterbatasannya. Kita coba untuk memvisualisasikan dalam angan hadits Qudsi yang menceritakan tentang gambaran surga berikut ini, “Kami sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang shalih sesuatu, yang tak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan tak pernah terlintas oleh hati manusia…” “Seorang pun tak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As-sajdah 17)
Allah SWT menentukan hari masuknya ke surga pada waktu tertentu dan memutuskan jatah hidup di dunia pada batas waktu tertentu serta menyiapkan di dalam surga berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan terlintas dalam hati. Dia memperlihatkan dengan jelas surga kepada mereka agar dapat melihatnya dengan mata hatinya karena penglihatan mata hati lebih tajam daripada pandangan mata kepala. Para sahabat Nabi Muhammad SAW, para tabi’in dan tabi’it-tabi’in, ahli sunnah dan ahlul Hadits seluruhnya termasuk para fuqaha, pengikut aliran tasawwuf dan orang-orang yang zuhud meyakini surga dan mengesahkannya berdasarkan nash-nash (teks-teks) Al-Qur’an, sunnah dan informasi para Rasul terdahulu dan terakhir. Para Rasul tanpa terkecuali mengajak umat manusia kepada surga. Mereka membeberkan profil surga secara utuh dan gamblang.
“Sesungguhnya jika salah seorang dari kalian meninggal dunia, maka kursinya diperlihatkan kepadanya setiap pagi dan petang. Jika ia penghuni surga, maka ia adalah penghuni surga. Jika ia penghuni neraka, maka ia adalah penghuni neraka. Kemudian dikatakan, Inilah kursimu hingga Allah Ta’ala membangkitkanmu pada hari kiamat nanti.” (Bukhari-Muslim) Sungguh Nabi Muhammad Saw telah melihat di dekatnya terdapat surga tempat tinggal sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim hadits dari Anas dalam kisah Isra’ dan Mi’raj. Pada akhir hadits tersebut dijelaskan, “Jibril berjalan terus hingga tiba di Sidratul Muntaha dan ternyata Sidratul Muntaha ditutup dengan warna yang tidak aku ketahui.” kata Rasulullah saw. lebih lanjut, “Kemudian aku masuk ke dalam surga dan ternyata di dalamnya terdapat kubah dari mutiara dan tanahnya beraroma kesturi. (Bukhari-Muslim) Simaklah sebuah puisi tentang surga: Kali“Wahai penghuni surga, kalian di surga ini tetap dalam kenikmatan dan tak pernah terputus an hidup terus dan tidak akan mati Kalian berdomisili di sini terus dan tak akan pindah tempat Dan kalian muda terus serta tidak tua”

Pintu Surga
Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan.


 Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atas kalian, berbahagialah kalian! Maka masukilah surga ini, sedang kalian kekal di dalamnya.” (Az-Zumar 39:73) Cobalah renungkan ketika kelompok di atas digiring menuju tempatnya di surga secara berkelompok. Kelompok yang bahagia bersama dengan saudara-saudaranya. Mereka digiring dengan bersatu padu. Masing-masing dari mereka terlibat dalam amal perbuatan dan saling kerjasama dengan kelompoknya serta memberi kabar gembira kepada orang-orang yang hatinya kuat sebagaimana di dunia pada saat mereka bersatu dalam kebaikan. Selain itu, setiap orang dari mereka akRabb dengan lainnya dan saling canda antar sesamanya. “(Yaitu) Surga Aden yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka. Di dalamnya mereka bertelekan (di atas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan yang banyak dan minuman di surga tersebut.” (Shaad: 50-51)
Anda perhatikan bahwa ada makna indah pada ayat di atas ketika mereka  telah masuk ke dalam surga, maka pintu-pintu itu tidak tertutup bagi mereka dan dibiarkan terbuka lebar untuk mereka. Sedangkan neraka, jika para penghuninya telah masuk ke dalamnya, maka pintu-pintu langsung ditutup rapat bagi mereka. “Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka.” (Al-Humazah:8) Dibiarkannya pintu-pintu surga terbuka untuk para penghuninya adalah isyarat bahwa mereka dapat bergerak secara leluasa bagi mereka. Serta masuknya para malaikat masuk setiap waktu kepada mereka dengan membawa hadiah-hadiah dan rizki untuk mereka dari Rabb mereka serta apa saja yang menggembirakan mereka dalam setiap waktu. “Di surga terdapat delapan pintu.
Ada pintu yang namanya Ar-Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang puasa.”(Bukhari dan Muslim). “Barang Siapa yang berinfak dengan sepasang unta atau kuda atau lainnya di jalan Allah SWT, maka ia dipanggil dari pintu-pintu surga. “Wahai hamba Allah, pintu ini lebih baik. Barang Siapa yang rajin shalat, maka ia dipanggil di pintu shalat. Barang Siapa berjihad, maka ia dipanggil di pintu jihad. Barang Siapa rajin bershadaqah, maka ia masuk dari pintu shadaqah. Dan barang siapa puasa, maka ia dipanggil dari Ar-rayyan.”Abu Bakar berkata,”Wahai Rasulullah, apakah setiap orang dipanggil dari pintu-pintu tersebut? Adakah orang dipanggil dari semua pintu tersebut? Rasulullah saw. menjawab,”Ya, dan aku berharap engkau termasuk dari mereka.” “Siapa di antara kalian yang berwudhu kemudian menyempurnakan wudhunya lalu membaca Asyhadu an laa ilaaha illallahu wahdahulaa syarikalahu wa asyhadu anna Muhammadan abduhu warasuluhu, melainkan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang berjumlah delapan dan ia masuk dari mana saja yang ia sukai.”(Muslim) “Jika seorang muslim mempunyai tiga orang anak yang belum baligh kemudian meninggal dunia, maka mereka menjumpainya di pintu-pintu surga yang delapan dan ia bebas masuk dari pintu mana saja yang ia sukai.” (Ibnu Majah) “…Demi Muhammad yang jiwanya ada di Tangan-Nya, jarak antara dua daun pintu surga adalah seperti Makkah dan Hajar atau Hajar dan Makkah.”(Bukhari) Dalam redaksi lain, “Antara Makkah dan Hajar atau Makkah dengan Bushra.” (Hadits ini keshahihannya disepakati pakar hadits). “Kalian adalah penyempurna tujuh puluh umat. Kalian adalah umat yang terbaik dan termulia di sisi Allah. Jarak di antara dua daun pintu surga adalah empat puluh tahun. Pada suatu hari ia akan penuh sesak.


” (HR Ahmad) “Pintu yang dimasuki oleh penghuni surga jaraknya adalah sejauh perjalanan pengembara dunia yang ahli tiga kali lipat. Kemudian penghuni surga memnuhinya hingga pundak mereka nyaris lengkap.” (HR Abu Nu’aim)

Tanah dan lumpur surga
  Abu Hurairah Radhiallahu anhu berkata, “Wahai Rasulullah, terangkan kepada kami tentang surga dan bangunannya?”Rasulullah saw. bersabda,”Batu batanya dari emas dan perak. Adukannya beraroma kesturi. Kerikilnya adalah mutiara lu’lu’ dan mutiara yakut. Tanahnya adalah Za’rafan.” (Ibnu Hibban, Ibnu Maah, Ahmad, Ibnu Hibban dan Tirmidzi) Begitulah disebutkan hadits-hadits ini bahwa tanah surga adalah za’rafan. Ibnu Shayyad bertanya kepada Rasulullah saw. tentang tanah surga, beliau menjawab,”Ia merupakan tepung putih, beraroma kesturi dan bersih.” (HR Muslim) Sekelompok generasi salaf berpendapat bahwa tanah surga tidak lebih dari dua: kesturi dan za’rafan.Makna pertama, bahwa tanahnya adalah berupa za’rafan dan jika diberi air, maka menjadi kesturi. Lumpur juga bisa dinamakan tanah. “Lumpurnya adalah kesturi.” Makna kedua, tanah surga adalah ibarat za’rafan dari sisi warnanya dan kesturi dari sisi aromanya dan ini sesuatu yang sangat indah. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah saw. bersabda, ” Tanah surga berwarna putih, halamannya adalah batu-batu dari kapur barus dan ia dikelililingi oleh kesturi seperti bukit pasir. Di dalamnya terdapat sungai-sungai yang mengalir kemudian penghuni surga dari yang paling depan dan belakang berkumpul di dalamnya dan berkenalan.
Lantas Allah SWT meniupkan angin rahmat lalu berhembuslah aroma kesturi pada mereka. Masing-masing mereka pulang menemui istrinya dan mereka bertambah tampan hingga istrinya berkata, “Sungguh tadi engkau ke luar dari sisiku sementara saya tidak begitu jelas melihatmu dan sekarang saya semakin terpikat olehmu.” “Sesungguhnya Allah membangun surga-surga Aden dengan tangan-Nya sendiri. Bangunannya terdiri dari batu bata dari emas dan perak. Ia menjadikan adukannya kesturi, tanahnya adalah za’rafan, kerikilnya adalah mutiara lu’lu’ kemudian Allah berkata kepadanya, “Berbicaralah”” Surga-surga Aden menjawab, “Sungguh, orang-orang beriman beruntung!” Para malaikat berkata,”Berbahagialah Anda karena Anda menjadi tempat tinggal raja.”

Sungai di surga
Allah menerangkan bahwa di dalam surga itu mengalir di bawahnya sungai-sungai. “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.” (Al-Baqarah 2:25) “Mereka itulah  (orang-orang yang) bagi mereka surga Aden, mengalir sungai-sungai di bawahnya.


”(Al-kahfi:31) Rasulullah saw. memberitahu kita tentang sungai di surga dengan jelas sewaktu beliau isra’-mi’raj. Beliau melihat empat sungai yang ke luar dari sumbernya (Sidratul Muntaha), dua sungai yang nampak dan dua sungai yang bathin (tidak nampak). Lalu beliau bertanya kepada Jibril, “Sungai apakah ini? “Jibril menjawab, “Sungai yang tidak tampak (tapi dapat dilihat) ini adalah sungai dari surga, sedangkan yang tampak ini adalah Sungai Nil dan Furat.” Hadits dari Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sebuah pohon diangkat untukku, tiba-tiba aku melihat empat sungai, dua sungai dzahir dan dua sungai bathin.
Adapun yang dzahir itu adalah sungai Nil dan Furat, sedangkan yang bathin adalah sungai dari surga.” Hadits dari Abu Hurairah ra, “Dua sungai yang kedua-duanya tertutup serta sungai Nil dan Furat, semuanya dari sungai surga.” Telaga Kautsar juga termasuk sungai yang diberikan Allah kepada Muhammad SAW: “Pada suatu hari aku berjalan-jalan di surga, lalu aku melihat sebuah sungai yang dikelilingi kubah-kubah mutiara yang dilubangi, maka aku bertanya kepada Jibril, “Apakah ini wahai Jibril?” Ia menjawab, “Ini adalah Telaga Kautsar yang Allah telah memberikannya kepada Anda. “Adapun baunya seperti misyik yang harum.”  (HR Bukhari) Al-Hafidz telah mengumpulkan beberapa hadits yang menceritakan tentang Telaga Al-Kautsar
Termasuk di dalamnya, hadits yang diriwayatkan Muslim dari Anas, bahwa ketika turun ayat Inna a’thaina kal kautsar (“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”), Rasulullah Saw bertanya,” Tahukah kalian, apakah Al-kautsar itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu sebuah sungai yang telah dijanjikan Allah kepadaku. Di sana terdapat banyak kebaikan.” “Aku masuk ke dalam surga, ternyata dua tepinya adalah kemah dari mutiara. Aku celupkan tanganku ke airnya, ternyata aku mencium aroma kesturi yang harum mewangi. Aku bertanya, “Untuk siapa ini Jibril?” kata Jibril, “Inilah Al-kautsar yang diberikan Rabbmu Azza wa Jalla kepadamu.” (HR Ahmad dan Bukhari) “Al-Kautsar adalah sungai di surga. Kedua tepinya dari emas. Saluran airnya adalah mutiara dan intan berlian. Tanahnya lebih wangi daripada kesturi.
Airnya lebih manis daripada madu dan lebih putih dari es.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah) Sungai-sungai di surga tidak hanya berisi air. Air hanya salah satu isinya di samping susu, arak dan madu. Allah SWT berfirman, “Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang  yang bertaqwa, di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu  yang tiada berubah rasanya, sungai-sungai dari khamer (arak) yang lezat rasanya bagi yang meminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring.” (Muhammad: 15) Di dalam Sunan Tirmidzi dari hakim bin Mu’awiyah, Rasulullah saw. bersabda,” Sesungguhnya di dalam surga itu ada lautan madu, lautan arak, lautan susu, dan lautan air, kemudian lautan itu dibelah.” (HR Tirmidzi) “Para syuhada berada di Bariq (sungai) di dekat pintu surga, di dalam kubah yang berwarna hijau. Di sanalah ke luar rizki mereka dari surga, pagi dan sore.”



Penghuni Surga
  Rasulullah saw. bersabda, “Allah Azza wajalla menciptakan Adam mirip dengan wajah-Nya. Postur tubuh Adam adalah enam puluh hasta. Usai menciptakan Adam Allah berfirman, “Pergilah dan ucapkan salam kepada sekumpulan tersebut. Mereka adalah para malaikat yang sedang duduk-duduk dan mendengarkan salam yang mereka sampaikan kepadamu, karena salam tersebut adalah salammu dan salam anak keturunanmu.” Kata Rasulullah SAW, “Lalu Adam pergi ke tempat mereka dan berkata, “Salam sejahtera atas kalian.” Mereka menjawab, “Salam sejahtera juga atasmu dan begitu juga rahmat Allah.” Kata Rasulullah saw. lebih lanjut, “Maka setiap orang yang masuk ke dalam surga wajahnya seperti wajah Adam dan postur tubuhnya adalah enam puluh hasta. Setelah Adam, manusia mengecil hingga sekarang.” (HR Ahmad, Bukhari dan Muslim) “Penghuni surga masuk ke dalam surga dengan rambut pendek, belum berjenggot, matanya bercelak dan usianya tiga puluh tiga tahun.” (HR Tirmidzi) “Jika penghuni surga meninggal dunia, baik pada saat kecil atau tua, maka mereka dikembalikan dengan usia tiga puluh tahun di surga dan usianya tidak bertambah selama-lamanya. Begitu juga penghuni neraka.” (HR Tirmidzi) “Penghuni surga masuk surga dengan ketinggian Adam, enam puluh hasta dengan ukuran orang besar, dengan wajah tampan setampan Nabi Yusuf, Seusia Nabi Isa, tiga puluh tiga tahun, lidahnya fasih sefasih Nabi Muhammad, belum berjenggot dan berambut pendek.” (HR Ibnu Abu Dunya) “Sesungguhnya derajat penghuni surga yang paling rendah yang berada di tingkat keenam dan ketujuh. Disediakan baginya tiga ratus pelayan yang setiap pagi dan sore melayaninya dengan memberikan tiga ratus piring. Yang saya ketahui piring tersebut terbuat dari emas.“ “Setiap piring mempunyai warna tersendiri yang tidak dimiliki oleh piring yang lain. Ia menikmati dari piring yang pertama hingga piring terakhir. Pelayan-pelayan juga memberikan tiga ratus minuman di mana setiap minuman mempunyai warna tersendiri yang tidak dimiliki oleh tempat minum yang lain. Ia menikmati tempat minum pertama hingga tempat minum terakhir.” Ia berkata,” Rabbku, jika Engkau mengizinkan, maka aku akan memberi makan dan minum kepada penghuni surga dengan tidak mengurangi jatah yang diberikan kepadaku. “Sesungguhnya ia mempunyai istri sebanyak tujuh puluh dua orang yang berasal dari wanita-wanita surgawi yang matanya cantik jelita belum temasuk istri-istrinya dari wanita dunia. Salah seorang dari istri-istri mereka mengambil tempat duduknya yang panjangnya satu mil ukuran dunia.”(HR Ahmad) “….Dan penghuni surga yang paling tinggi/mulia di sisi Allah adalah orang yang melihat wajah Allah setiap pagi dan petang. Kemudian Rasulullah saw. membaca ayat, “Wajah-wajah (orang-orang Mukmin) pada saat itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat.” (HR Tirmidzi)

Tempat tinggal penghuni surga
Allah berfirman,” Dan (memasukkan kamu ) ke dalam surga tempat-tempat yang baik di dalam Surga Aden.” (Ash-Shaaf: 12) ”Dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi


 (di dalam surga)”(Saba’:37) “Tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya mendapat tempat-tempat yang tinggi, di atasnya dibangun pula tempat—tempat yang tinggi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.
Allah telah berjanji dengan sebenarnya. Allah tidak mengingkari janji-Nya.” (Az-Zumar: 20) Ibnu Katsir berkata, “Allah memberitahu hamba-hamba-Nya yang beruntung bahwa mereka akan diberi beberapa tempat di surga berupa gedung-gedung yang tinggi.” Rasulullah menerangkan sifat-sifat gedung-gedung tinggi ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Abu malik Al-‘Asy’ari dan Tirmidzi serta Ali. Beliau bersabda, “ Sesungguhnya di dalam surga itu ada beberapa kamar yang dapat dilihat luarnya dari dalamnya dan dalamnya dari luarnya. Semuanya ini disediakan bagi orang-orang yang memberi makan kepada orang lain, memaniskan pembicaraan, ikut berpuasa, dan menjalankan shalat malam saat orang lain tidur.” “Sesungguhnya bagi orang-orang mukmin di dalam surga disediakan kemah dari satu mutiara yang berongga, sedangkan panjangnya enam puluh mil. Orang-orang mukmin memiliki keluarga yang berkeliling di sana, namun antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain tidak saling mengetahui.” (HR Muslim) Dari Abu Hurairah mengatakan bahwa Jibril datang kepada Nabi SAW, lalu berkata, “Ya Rasulullah, ini Khadijah telah datang dengan membawa lauk dan makanan. Bila ia datang kepada Rasul, sampaikanlah salam dari Rabbnya dan dari saya dan berikan kabar gembira dengan rumah di dalam surga yang terbuat dari pohon yang tidak rendah dan tidak tinggi.” Dari Jabir, ia berkata, Rasulullah bersabda, “Aku masuk surga, lalu bertemu dengan Rumaisya, istri Abu Thalhah, dan aku juga mendengar suara orang berjalan, kemudian aku bertanya kepadanya, ”Siapakah itu?” Orang itu menjawab,”Bilal, ya Rasulullah.” Lalu aku melihat gedung yang halamannya ada seorang jariyah (budak wanita), aku bertanya, ”Milik siapakah jariah ini?” Mereka menjawab, “Milik Umar bin Khatab.” Lalu aku masuk ke dalam rumah serta melihat jariyah tadi sehingga teringat cemburumu.” Umar berkata, ” Demi ibu dan bapak, ya Rasulullah, apakah terhadap Rasul aku cemburu?” (HR Bukhari) Rasul memberitahu kepada orang-orang beriman agar mereka dapat tambahan rumah di surga dengan sabdanya, “Barang siapa membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun untuknya rumah di dalam surga.” “Barang siapa menjalankan shalat malam sehari semalam dua belas rakaat shalat sunnah, maka Allah akan membangunkan baginya rumah di dalam surga.”

Orang yang pertama kali masuk Surga tanpa dihisab dan ciri-cirinya
  Ibnu Katsir menampilkan beberapa hadits mengenai hal di atas antara lain hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, bersumber dari Anas, bahwa Rasulullah bersabda,” Saya adalah orang pertama yang mengetuk pintu surga.” Dari ia juga menginformasikan sabda Nabi berikut ini, “Saya datang ke pintu surga, lalu saya buka. Sang penjaga bertanya, “Siapakah Anda?” Saya menjawab, “Saya Muhammad.” Penjaga pintu lalu berkata, “Saya memang diperintah agar pintu surga ini tidak saya buka sebelum Anda terlebih dulu masuk.” (HR Muslim) Rasulullah bersabda,


“Jibril datang kepada saya dan memberi informasi tentang pintu surga yang akan dimasuki oleh umatku.” Mendengar itu, Abu Bakar bertanya, “Ya Rasulullah saw. aku ingin bersamamu hingga dapat melihat pintu surga.” Rasulullah menjawab, “Engkau wahai Abu bakar, adalah orang pertama dari umatku yang memasuki surga.”(HR Bukhari-Muslim) Pertama kali dari golongan umat yang masuk surga tanpa melalui proses hisab ialah mereka yang berderajat tinggi dan agung dalam iman dan taqwanya, beramal shaleh dan istiqamah.
“Mereka berbaris dalam satu regu, wajah mereka memancarkan kepuasan seperti bulan pertama. Tubuh mereka bersih dari kotoran. Tidak meludah, tidak berdahak dan tidak pula buang air. Tempat-tempat singgahnya terbuat dari emas, sisirnya terbuat juga dari emas dan perak. Tempat apinya adalah kayud, keringatnya berupa minyak misyk, setiap lelaki memiliki pasangan istri yang kulitnya cemerlang seolah-olah sumsumnya tampak dari balik daging. Mereka tidak pernah berselisih, tidak saling membenci sebab mereka sehati. Bacaannya tiap kali adalah tasbih, setiap pagi maupun sore.” (HR Bukhari) Rasulullah saw. bersabda, “Pasti masuk surga di antara umatku yang berjumlah tujuh puluh ribu orang tanpa hisab atau tujuh ratus ribu orang. Mereka saling bergandeng hingga masuk surga semuanya. Wajah mereka seperti rembulan pada saat pertama.”(HR Bukhari dan Muslim)
Ibnu Abbas ra berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Semua umat diperlihatkan kepadaku kemudian aku lihat ada nabi yang diikuti oleh sekelompok orang pengikutnya. Ada nabi yang diikuti oleh satu dan dua orang. Ada nabi yang tidak diikuti oleh sorangpun. Diangkat kepadaku kumpulan manusia yang sangat banyak lalu aku mengira bahwa mereka adalah umatku lalu dikatakan kepadaku, “Ini adalah Musa dan kaumnya. Lihatlah ke ufuk langit!” Lalu aku melihat ke ufuk langit dan ternyata di sana ada kumpulan manusia yang sangat banyak.
Dikatakan kepadaku, “Ini adalah umatmu dan di antara mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa dihisab dan disiksa. Setelah itu Rasulullah masuk ke dalam rumah. “Sementara orang-orang sibuk membicarakan siapa sebenarnya mereka yang masuk ke dalam surga tanpa hisab dan tanpa disiksa. Sebagian mereka berkata, ”Barangkali mereka adalah mereka yang menemani Rasulullah saw.” Sebagian yang lain berkata, “Barangkali mereka adalah yang dilahirkan dalam keadaan Islam dan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun.” Mereka juga menafsirkan dengan berbagai macam tafsiran. Lalu Rasulullah ke luar menemui mereka dan bertanya, “Apa yang kalian bicarakan?” Mereka pun menceritakan hasil pembicaraannya. Lantas Rasulullah saw. bersabda,” Mereka adalah orang-orang yang meruqyah dan tidak minta diruqyah, tidak jatuh  dalam tathayyur (mengaitkan nasib dengan burung atau lainnya) dan hanya kepada Allah mereka bertawakkal.” Ukasyah bin Mihshan berdiri lalu berkata, ”Berdoalah kepada Allah agar Ia menjadikan aku di antara mereka. “Rasulullah saw. menjawab, “Anda termasuk di antara mereka!” Orang laki-laki yang lain berdiri dan berkata, “Berdoalah kepada Allah agar Allah menjadikanku di antara mereka!” Rasulullah saw. menjawab, “Anda kalah cepat dengan ‘Ukasyah.”



Orang yang terakhir masuk surge
  Ibnul Atsir telah mengumpulkan perawi-perawi hadits ini di dalam Yamiil Ushul, dan di antara hadits itu menceritakan bahwa Abdullah bin Mas’ud ra menyampaikan bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Aku tahu orang terakhir yang ke luar dari neraka dan terakhir masuk surga. Ia ke luar dari neraka sambil merangkak, lalu Allah berfirman kepadanya,“ Pergi dan masuklah ke surga!” Orang itu kemudian pergi menuju surga, namun terbayang olehnya bahwa surga telah penuh, lalu ia kembali kepada Allah dan berkata,“ Ya Allah, surga sudah penuh.” Allah berfirman kepadanya, “Pergilah dan masuklah ke dalam surga, sebab di sana tidak seperti di dunia melainkan sepuluh kali dunia. Lalu ia berkata, “Apakah Engkau ejek aku, atau Engkau tertawakan aku, sedang Engkau adalah Raja?” Ibnu Mas’ud berkata, “Saya melihat Nabi tertawa sampai terlihat gerahamnya, lalu berkata, “Itulah yang paling rendah bagi ahli surga.” (HR Bukhari Muslim) Sebuah hadits  riwayat Muslim menyampaikan hal serupa. Dikisahkan, Nabi bercerita tentang laki-laki yang masuk ke surga yang terakhir. Laki-laki itu berjalan pelan-pelan. Allah menyuruhnya segera masuk ke surga. Ia pun berjalan ke arah surga dengan hati yang bimbang. Ia angankan, setiap orang di surga itu telah memiliki rumah sendiri-sendiri. Dalam hatinya ia bertanya, dengan apakah ia akan bertempat tinggal?” Maka untuk memastikan hatinya, Allah bertanya, “Apakah engkau masih ingat, setiap orang berada di rumahnya sendiri-sendiri?” Ingat ya Allah…”jawabnya penuh dengan angan harapan. “Sepuluh kali lipat rumah dunia?” tanya Allah. Apakah Engkau menghinaku ya Allah, sedangkan Engkau adalah Raja?” Dalam menceritakan itu Nabi tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya.”

Makanan dan Minuman Ahli Surga
  Di surga itu terdapat banyak makanan dan minuman yang menyenangkan, “Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih.”(Al-Waqi’ah) “Makanan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang lalu.” (Al-Haqqah:24) “Penghuni surga makan dan minum enak-enak. Mereka tidak mengeluarkan ingus dari hidungnya, tidak buang air besar dan tidak pula buang air kecil. Makanan mereka menjadi sendawa yang beraroma kesturi. Mereka selalu diilhamkan  untuk bertasbih.”(Hadits Shahih) “Makanan mereka menjadi apa?” Tanya para sahabat Nabi, “Makanan mereka berubah menjadi sendawa dan keringat seperti aroma kasturi. Mereka diilhamkan bertasbih dan takbir.” (Hadits Shahih) “Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamer dari sungai yang mengalir. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang meminumnya. Tidak ada dalam khamer itu alkohol dan mereka tidak mabuk karenanya.” (Ash-Shaffat:45-47) “Mereka dikelilingi oleh anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas (piala), cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk.” (Al-Waqiah:17-19) Ibnu Katsir berkata,”…bahkan mereka memperoleh kenikmatan dan kelezatan.”



Pohon, tanaman dan buah-buahan surga
“Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri. Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). Dan naungan yang terbentang luas. Dan air yang tercurah. Dan buah-buahan yang banyak. Yang tidak berhenti (buahnya) dan tak terlarang mengambilnya.” (Al-Waqi’ah: 27-33) “… Orang Badui bertanya, “Rasulullah, aku dengar baginda menyatakan bahwa di surga terdapat pohon yang durinya sangat banyak. Menurut pengetahuanku tidak ada pohon yang durinya lebih banyak daripada pohon At-Thalhu? Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya Allah menggantikan bekas setiap duri dengan buah-buahan persis seperti domba yang bulunya lebat. Di dalam buah-buahan tersebut, terdapat tujuh puluh rasa dan rasa yang satu berbeda dengan rasa yang lain.” (Diriwayatkan Abu Nu’aim) “Sesungguhnya di surga terdapat satu pohon. Penunggang kuda berjalan di bawah naungannya selama tujuh puluh atau seratus tahun. Pohon tersebut adalah pohon Jannatul Khuldi (Surga abadi).” (HR Ahmad) “Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga itu, mereka mengatakan, “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah:25) “Apabila seseorang memetik buah-buahan di surga, maka setelah itu buah-buahan itu kembali ke tempatnya semula.” (Diriwayatkan Haitsami)

Bidadari
Ummu Salamah ra berkata, “Saya pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Terangkan kepadaku mengenai firman Allah Azza Wa Jalla, Hurun’in (bidadari-bidadari yang bermata jelita).”Jawab Nabi, ”Hurun maksudnya putih dan ‘in maksudnya adalah bermata besar dan berwarna blonde (kekuning-kuningan). Wanita Haura’ itu putih seperti sayap burung nasar (Elang). Aku berkata, “Wahai Rasulullah terangkan kepadaku maksud firman Allah Azza Wajalla, ”Seakan-akan mereka adalah permata yang tersimpan baik, warna putih kulit mereka seperti warna putih mutiara yang ada di dalam kerang dan tidak pernah disentuh oleh tangan siapa pun. ”Terangkan Ya Rasulullah, “Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik dan cantik-cantik.” Jawab Rasul, “Mereka wanita-wanita yang mulia akhlaknya dan cantik rupanya.” Terangkan Ya Rasul, “Seakan-akan mereka adalah telur yang tersimpan baik.” Jawab rasul, “Kelembutan dan ketipisan kulit mereka mirip kelembutan dan ketipisan kulit yang engkau lihat pada kulit dalam telur.” Aku berkata, “Apa itu uruban atraba? ”Mereka wanita-wanita yang tertahan di dunia dalam keadaan tua renta, penglihatannya kabur dan kotor bulu alisnya. Lalu Allah ciptakan mereka dalam keadaan perawan-perawan muda. Uruban berarti selalu rindu dan cinta kepada suaminya. Atraban berarti sebaya/sepantar.” ”Manakah yang lebih baik, wanita dunia dan bidadari-bidadari yang bermata jelita? ”Wanita-wanita dunia lebih baik daripada bidadari-bidadari bermata jelita sebagaimana bagian luar itu lebih baik  daripada bagian dalam. ”Apa penyebabnya?” Penyebabnya adalah shalatnya, puasanya dan ibadahnya kepada Allah Taala.


Allah memberikan cahaya yang bersinar pada raut muka mereka dan mengenakan pakaian sutra pada badan mereka. Warna kulit mereka adalah putih. Pakaiannya hijau. Perhiasannya kuning, pedupaannya mutiara. Sisirnya emas.” Mereka berkata,” kami hidup terus dan tidak mati. Kami senang selama-lamanya dan tak pernah menderita lagi. Dan tidak pindah. Kami selalu ridha dan tidak cemberut selama-lamanya. Berbahagialah bagi siapa yang memiliki kami dan ia menjadi milik kami.” “Ada di antara wanita dari kalangan kami yang menikah dua atau tiga kali. Jika ia meninggal dunia kemudian masuk surga termasuk suami-suaminya, maka siapa yang menjadi suaminya? ”Wahai Ummu Salamah, ia diberi kebebasan memilih mana di antara suaminya yang paling baik akhlaknya. Ia berkata,” Ya Rabbku, jika suamiku yang ini adalah suamiku yang paling tampan di dunia, maka nikahkan aku dengannya.” Wahai Ummu Salamah, ketampanan wajah musnah dengan kebaikan dunia dan akhirat (HR Thabrani) Sedangkan ciri-ciri bidadari itu adalah dipingit di kemah-kemah (55:70), cantik wajahnya dan bagus akhlaknya (55:70), perawan, kaya cinta dan sebaya 56:35-38, payudaranya montok (ka’ibun=wanita yang montok payudaranya 78:31-33), dan kulitnya mulus. “Di surga orang mukmin mempunyai tujuh puluh tiga istri.” Kami bertanya, ”Wahai Rasulullah, apakah ia mempunyai kekuatan untuk menggauli mereka semua?” Sabda Nabi, ”Sesungguhnya ia diberi kekuatan sebesar kekuatan seratus orang.” (HR Abu Nu’aim)

Nama-nama Surga
Al-Jannah (Surga) Al-Mujadalah:16, Darus-salam (Negeri yang penuh kesejahteraan) 6:127, Darul Khuldi (Negeri Abadi) 50:54, Darul Muqamah (Tempat kediaman) 35: 34-35, Jannatul Ma’wa (Surga tempat tinggal) 67:15, Surga Aden 19:61, Darul Hayawan (Negeri Sesungguhnya) 29:64, Firdaus 23:10-11, Jannatun Naim (Surga kenikmatan) 31:8, Al-Maqam Al-Amin (Tempat yang aman) Ad-Dukhan:51, Maq’ad Sidq (Tempat yang disenangi) dan Qadam Sidqi (Pijakan yang disenangi) Al-Qamar:54-55.

Amal yang menyebabkan masuk surga
Surga akan diperoleh oleh orang yang beriman dan beramal shalih (2:25; 4:57; 9:72; 10:9-10 ), Orang yang ikhlas (37:40-43), sabar dan berserah diri (29:58-59), benci kepada orang kafir dan musyrik (Al-Mujadilah:22), Yang bertaqwa (3: 133). “Ahli surga ada tiga yaitu: Seorang penguasa yang adil, orang yang dermawan, suka menolong, orang yang menaruh belas kasihan terhadap orang lain dan berhati lembut kepada semua kerabatnya yang muslim, dan orang yang selalu menjaga hal-hal yang dilarang Allah serta berkeluarga.” (Hadits)



Penutup
Mudah-mudahan kita semua diizinkan oleh Allah Taala orang-orang yang senantiasa istiqamah di dalam meniti hidup dan kehidupan ini, sehingga ketika ruh ini dicabut oleh-Nya kita menerima anugerah husnul khatimah. Sehingga kita termasuk dan dimasukkan oleh Allah Taala ke dalam golongannya hamba-hamba-Nya yang dipanggil dengan penuh kelembutan oleh-Nya, “Yaa ayyathuna-nafsul muthma innah, irji-i ila Rabbiki raadhiatan mardhiyyah, fadkhulii fi ibadi wadkhuli jannati.”


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/melihat-surga-didepan-mata.html

Berhentilah Menjadi Gelas....Jadilah Sebuah Danau...

Seorang guru Sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampakmurung. “Kenapa kau selalu murung nak? Bukankah banyak hal yang indah didunia ini?” sang guru bertanya. “Guru, belakanan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi sayau untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.
Sang guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.” Si muridpun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam itu dan masukan ke dalam segelas air,”kata sang guru. “Setelah itu coba kamu minim airnya sedikit.” Si muridpun melakukanya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.”Bagaimana rasanya?’ Tanya sang guru. “Asin dan perutku jadi mual,”jawab si murid dengan wajah masih meringis. Sang Guru tersenyum melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kamu ikut aku.”Sang guru membawanya ke danau di dekat mereka.”Ambil garam yang tersisa dan tebarkanlah ke danau.”Si murid menebarkan segenggam garam sisa ke danau tanpa bicara apapun. Rasa asin dimulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dimulutnya, tapi tak dilakukanya. Tak sopan rasanya meludah di hadapan mursyid.



“Sekarang coba kamu minum air danau itu,”kata sang guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat dipinggir danau. Si murid menangkupkan kedau tanganya , mengambil air danau dan meminumnya. Ketika air dingin segar mengalir di tenggorokanya, sang Guru bertanya,”Bagimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,”kata simurid sambil mengelap bibirnya. Tentu saja air danau ini berasal dari sumber mata air diatas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil dibawah. “Terasakah rasa garam yang kau taburkan?” tanya sang Guru. “Tidak sama sekali,”kata si murid sambil mengambil air minumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum dan membiarkan muridnya mengambil minum sampai puas.
“Nak,”kata sang Guru setelah muridnya selesai minum.”Segala masalah dalam hidup ini seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang kau hadapi dalam hidupmu itu sduah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetapi segitu-gitu aja tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia inipun demikian. Tidak ada satupun manusia,walau dia seorang nabi yang terbebas dari penderitaan dan masalah.”
Si murid terdiam mendengarkan.”Tapi Nak, Rasa ‘asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, Berhentilah Menjadi Gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu sebesar danau.”
Hemm, sahabat terkadang masalah yang kecil menjadi besar tatkala hati kita sempit. Banyak sekali kita menyaksikan dalam perjalanan hidup kita ada orang saling bunuh hanya karena masalah yang kecil. Masalah yang kecil itu menjadi besar tatkala hatinya sempit.
Perbesarlah ruang hati kita dan jadilah lebih bijaksana dalam menghadapi masalah. Niscaya solusi akan terhampar seiiring dengan terhapar luarnya ruang hati kita. Bersemangatlah..




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/berhentilah-menjadi-gelasjadilah-sebuah.html

Andai Aku Mati Sekarang,,,

Andai aku mati sekarang,
adakah yang merasa kehilangan atas diriku?,
adakah yang menangis pilu mengantarkan mayatku?,
adakah yang mendoakan aku setiap kali mereka mengenangku?,
adakah yang ziarah ke nisanku?,
 aku… menangis rasanya bila harus memikirkan hal itu,
namun aku tak mau tak memikirkannya,
karna hal ini akan pasti terjadi padaku kelak.
Kini aku tak memiliki orang yang begitu tulus mencintaiku seperti keluargaku
mamaku,
papaku,
adikku,
Kini aku berada dalam lingkup orang-orang yang sangat membenciku.


Mereka saling menunggu aku melakukan kesalahan.
Mereka hanya orang-orang yang busuk bertopeng kebaikan dan kebajikan semu.
Lalu siapa yang begitu tulus menyayangiku disini.
Hidup memang sulit kata mereka, apalagi hidup denganku.
Ya Allah… hamba tak mau merasakan apa-apa
hamba hanya ingin menyebut namamu saja sebagai pengganti aduan hamba.
Hamba kini ingin mengumpulkan amalan yang banyak untuk bekal hamba pulang ke dekapan kasih sayangmu
Ya Robb…
Hamba jadikan sabar sebagai penakhluk semua kebencian dihati ini.
Hamba jadikan sedekah untuk menghancurkan kesombongan dan kekikiran hamba. Hamba jadikan sholat hamba sebagai pelindung hari-hari hamba yang penuh dengan orang-orang yang benci atas kehadiran hamba.
Hamba jadikan doa sebagai penghibur hati, bahwa ada kekuatanMu yang sangat luar biasa, yang sanggup mengalahkan kerisauan dalam diri.
Hamba jadikan diam sebagai benteng diri, dari kata-kata penuh dosa, janji-janji penuh dusta.
Hamba sepenuhnya yakin, bila hamba tetap pada pendirian ini, pada kesabaran yang sudah semestinya.
Hamba akan mendapatkan kasih sayang yang luar biasa dariMu Ya Allah… dan
Hamba tak perlu lagi berputus asa dengan keadaan duniawi yang telah merenggut kelapangan dari hidup hamba ini.
Allah…
Hamba mohon berilah hamba kesabaran yang tak habis-habisnya
Hamba mohon ampunkanlah segala dosa


Hamba mohon berilah hamba kekuatan untuk mengahadapi kenyataan yang tak selalu menyenangkan ini
Hamba mohon jagalah hamba dari pengaruh hati yang menggebu
Hamba mohon terimalah segala amalan hamba
Yang
Hanya untuk meraih kasih sayangMu


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/andai-aku-mati-sekarang.html

Bidadari Kecil dan Orang ‘Besar’

*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Berlari kau dengan langkah kakimu yang kecil.
Bertepuk tangan dengan tangan-tanganmu yang kecil.
Bercanda tawa dengan teriakan suaramu yang kecil .
Begitu lepasnya mereka berguling di tepi danau kecil .
Tak peduli dengan kicauan burung-burung kecil .
Inilah kebahagiaan seorang bidadari kecil .
Tanpa terasa telah habis waktu semasa kecil….
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Kini Ia telah beranjak dewasa dengan jiwa yang besar…
Yang mencoba berlari dengan langkah kakinya yang besar.
Berjabat tangan dengan kekuasaan yang besar .
Bahkan menangis dan tertawapun dengan suara yang besar.
Begitu sering muncul tekan jiwa dari persoalan besar.
Inilah kehidupan mereka yang sering merasa ‘besar’
Merasa ‘besar’ kepala, yang merasa ‘besar’ Diri ,
kadang tidak merasa memiliki kemarahan dan kebencian yang besar yang tidak merasa memiliki .
Kesombongan dan keangkuhan yang besar.
Tanpa terasa telah habis waktunya dengan semua itu.
Bila bisa menaklukan diri sendiri…
membuat masalah besar menjadi kecil .
Dan bisa mengembangkan perbuatan baik yang kecil menjadi besar..
Mengubah pikiran sempit menjadi pikiran yang lapang…
mengembangkan sisi bathin yang kecil menjadi besar…
Ia selalu berbesar hati dan berjiwa besar…
Mengisi sisi kehidupannya dengan hal-hal ‘besar’ yang bermanfaat .
Maka sesungguhnya Ia adalah “Orang yang Besar”



http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/bidadari-kecil-dan-orang-besar.html

==Nafkah==

Setiap perkawinan dalam sebuah balutan rumah tangga hampir dipastikan bertujuan untuk mewujudkan sebuah keluarga yang dapat menjadi sakinah (tenang), mawadah (penuh cinta) dan rahmah (sarat kasih sayang).
Namun, dibalik itu semua ada satu hal yang harus dicermati dalam kelangsungan sebuah rumah tangga yaitu faktor yang essensial dan sebuah amanah dalam proses berumah tangga. Saya menyebutnya, NAFKAH
Nafkah dapat berupa nafkah lahiriah, batin.

Landasan Teori :
Secara bahasa nafkah (النفقة) diambil dari kata infak (الإنفاق) yang berarti pengeluaran, penghabisan (consumtif) dan infak tidak digunakan kecuali untuk yang baik-baik. Adapun menurut istilah nafkah adalah segala sesuatuu yang dibutuhkan manusia daripada sandang, pangan dan papan. perbedaan pendapat di kalangan para ulama fikih tentang siapa-siapa saja yang berhak untuk mendapatkan nafkah. Ini diukur berdasarkan seberapa dekat dan jauhnya seorang yang menerima infak kepada si pemberi infak.  
A. Mazhab Maliki
Infak hanya wajib untuk istri, kedua orang tua dan anak-anak saja.


Mereka berdalilkan: (Al Isra':23) وَ بِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا " dan kepada kedua orang tua berbuat baiklah" dan (Al Luqman:16) وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا "Dan dampingilah keduanya di dunia dengan cara yang ma'ruf". sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kepada seorang yang mengadu kepada Rasulullah bahwa bapaknya meminta-minta hartanya: إنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلْتُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ وَإِنَّ أَمْوَالَ أَوْلَادِكُمْ مِنْ كَسْبِكُمْ فَكُلُوهُ هَنِيئًا رواه أحمد "Sesungguhnya sebaik-baik yang kamu makan adalah hasil upayamu sendiri dan harta-harta anak-anakmu adalah hasil upaya kamu sendiri.
dari dalil-dalil di atas secara zahir bahwa penerima wajib infak kedua orang tua dan anak-anak saja.

B. Mazhab Syafi'i
Dalam mazhab Syafi'i bahwa tidak hanya istri, kedua orang tua dan anak-anak yang wajib diberikan infaknya sebagaimana mazhab Maliki di atas, tetapi juga segala ushul yang ada di atas kedua orang tua seperti kakek dan nenek serta segala furu' yang ada di bawah anak-anak seperti cucu, cicit dan terus ke bawah. Mereka berdalilkan sebagaimana dalil-dalil Malikiyah hanya saja mereka mentafsirkan ( الوالد) lebih luas mencakup kedua orang tua dan segala ushul yang ada di atasnya dan (الأولاد) mencakup anak-anak dan segala furu' yang ada di bawahnya sebagaimana friman Allah SWT: (Al Hajj: 77) مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ dan (Al A'raf:31) يا بني آدم

C. Mazhab Hanafi
mazhab Hanafi lebih luas lagi melebihi mazhab Maliki dan Syafi'i dimana ada penambahan, yaitu kewajiban memberikan nafkah kepada kepada saudara kandung (القرابة المحرمة) seperti kakak dan adik kandung. Mereka berdalilkan firman Allah SWT: (An Nisa:36) وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَي "....dan sembahlah Allah jangan engkau menyekutukannya dengan sesuatu apapun dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua."
(Al Isra:26)وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّه "...dan berikanlah hak saudara-saudaramu."
Akan tetapi ini hanya sebatas saudara kandung saja, adapun yang bukan saudara kandung seperti paman, sepupu dan saudara jauh lainnya tidak termasuk objek infak sebab Hanafiyah mengamalkan qiro'at Ibnu Mas'ud: ( Al Baqarah:233) و على الوارث ذي الرحم المحرم مثل ذالك "Dan atas ahli waris yang punya ikatan mahram adalah yang seperti itu pula."  




D. Mazhab Hambali
mazhab yang paling luas dalam kewajiban memberikan nafkah kepada keluarga, dimana tidak hanya mencakup keluarga dekat saja sebagaimana mazhab-mazhab di atas tetapi juga keluarga jauh yang masih ada pertalian warisan seperti paman, bibi, sepupu dan dzawi al-arham yang masih punya nasab terhadap ushul seperti ayahnya ibu. Mazhab Hambali tidak mensyaratkan adanya hubungan mahramiyah (saudara kandung) walaupun berdalilkan dengan dalil yang sama sebagaimana mazhab Hanafi hanya saja Hambaliyah tidak mengamalkan qiro'at Ibnu Mas'ud yang dijadikan hujjah oleh Hanafiyah. Allah SWT berfirman: (البقرة: 233Al Baqarah: 233) و على الوارث مثل ذالك "Dan atas ahli waris (yang umum) mendapatkan yang seperti itu pula."
Dalam ayat di atas ahli waris berhak mendapatkan harta waris karena di dalam diri ahli waris terdapat hubungan kekerabatan. Sebagaimana harta waris wajib diberikan kepada keluarga yang masih ada hubungan kekerabatan, begitu pula nafkah wajib diberikan kepada keluarga yang masih ada hubungan kekerabatan.
Dari perbandingan di atas dapat kita tarik benang merah bahwa para ulama fikih bersepakat untuk mewajibkan memberi nafkah kepada istri, kedua orang tua dan anak-anak dan adapun di luar itu mereka berbeda pendapat
mazhab ulama-ulama tasawuf lebih luas lagi dari sekedar hanya memberikan nafkah kepada sanak saudara saja, dimana mereka mewajibkan dirinya untuk memberikan nafkah kepada semua orang yang membutuhkan walaupun harus mengorbankan sanak keluarga dan diri sendiri. Mereka berdalilkan:
"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin) dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung." (Al Hasyr:9)
Ayat di atas menceritakan akhlak kaum Anshor yang lebih mengutamakan kaum Muhajirin
ini adalah mazhab para sahabat, tabi'in dan tabi' tabi'in seperti Abu Bakar Siddiq Radhiyallahu 'Anhu yang menafkahkan seluruh hartanya kepada jihad tentara Islam. Setelah itu ketika ditanya oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam: "Bagaimana akan nasib keluargamu jika kamu menyerahkan seluruh hartamu?" Abu Bakar menjawab: "Mereka kuserahkan kepada Allah dan Rasul-Nya SAW." Begitu juga Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhu menyerahkan separuh hartanya untuk jihad kaum Muslimin yang sudah dapat dipastikan sikapnya itu akan mengguncangkan perekonomian keluarganya.


Begitu pula Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu, walaupun beliau banyak hartanya namun sedikit banyak ini akan mengganggu anggaran belanja keluarganya yang besar. Begitu pula Sayyidina Ali Karramallahu Wajahahu yang sering memberikan makan kepada fakir miskin selain keluarganya walaupun keluarganya dalam keadaan lapar. Radhiyallahu 'anhum.

 Dasar Hukum :
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. At-Tirmidzi no. 1162. Lihat Ash-Shahihah no. 284)
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Thalaq : 7)
Sabda Rasulullah saw,”Berilah dia (istrimu) makan tatkala kamu makan, berilah dia pakaian tatkala kamu berpakaian..” (HR. Abu Daud) 
“Seseorang cukup dianggap berdosa apabila ia menyianyiakan orang yang harus diberi belanja.” (HR. Bukhari dan Muslim). “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf.” (Q.S. Al Baqarah : 233). Sedangkan hak mereka (istri istri) yang harus kalian penuhi adalah kalian memberikan pakaian dan makanan kepada mereka dengan baik.” (HR. Tirmidzi (II/204) (Adabuz Zifaf hal. 238).
diriwayatkan oleh Muslim dari Tsauban berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Sebaik-baik dinar yang dibelanjakan seorang suami adalah : dinar yang dinafkahkan kepada keluarganya, dinar yang dibelanjakan untuk kendaraannya didalam jihad di jalan Allah dan dinar yang dibelanjakan untuk para sahabatnya di jalan Allah swt.”
"Berilah makan istri-istrimu dengan apa-apa yang kamu makan dan pakaiankanlah mereka dengan apa-apa yang kamu pakai dan janganlah kamu memukul serta merendahkan mereka (Riwayat Abu Daud)
“Dan janganlah kamu iri hati apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu, lebih banyak dari yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi wanita pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”. (An Nisa’:32)


Sabda Rasulullah Saw.: “Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggungjawab atas apa yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Lelaki adalah pemimpin di rumah tangganya dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya”. (HR Bukhari)
Rasulullah SAW bersabda : Hak seorang anak atas orang tuanya adalah mendapatkan nama yang baik, pengasuhan yang baik, dan adab yang baik
‘Barangsiapa yang mengabaikan pendidikan anak, maka ia telah berbuat jahat secara terang-terangan ’ Ibnu Qayyim.
Tiada pemberian seorang bapak terhadap anak-anaknya yang lebih baik dari pada (pendidikan) yang baik dan adab yang mulia.’ (HR At-Tirmidzy)
“Dan para istri mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban mereka menurut cara yang ma’ruf.” (Al-Baqarah: 228)
Adh-Dhahhak rahimahullahu berkata menafsirkan ayat di atas, “Apabila para istri menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menaati suami-suami mereka, maka wajib bagi suami untuk membaguskan pergaulannya dengan istrinya, menahan dari memberikan gangguan/menyakiti istrinya, dan memberikan nafkah sesuai dengan kelapangannya.” (Jami’ul Bayan fi Ta`wilil Qur`an/Tafsir Ath-Thabari, 2/466)
Al-‘Allamah Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata dalam tafsirnya, “Para istri memiliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh suami-suami mereka seimbang dengan kewajiban-kewajiban mereka terhadap suami-suami mereka, baik itu yang wajib maupun yang mustahab. Dan masalah pemenuhan hak suami istri ini kembalinya kepada yang ma’ruf (yang dikenali), yaitu kebiasaan yang berlangsung di negeri masing-masing (tempat suami istri tinggal) dan sesuai dengan zaman.” (Tafsir Al-Karimir Rahman, hal. 102) 
“Hendaklah orang yang diberi kelapangan memberikan nafkah sesuai dengan kelapangannya dan barangsiapa disempitkan rizkinya maka hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang Allah berikan kepadanya. .” (Ath-Thalaq: 7)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu ketika menafsirkan ayat dalam surah Al-Baqarah di atas, menyatakan, “Maksud dari ayat ini adalah wajib bagi seorang ayah untuk memberikan nafkah kepada para ibu yang melahirkan anak-anaknya serta memberi pakaian dengan ma’ruf, yaitu sesuai dengan kebiasaan yang berlangsung dan apa yang biasa diterima/dipakai oleh para wanita semisal mereka, tanpa berlebih-lebihan dan tanpa mengurangi, sesuai dengan kemampuan suami dalam keluasan dan kesempitannya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/371)


Case:
Sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra. dikisahkan bahwa pada suatu hari Hindun istri Abu Sufyan berkata kepada Nabi SAW, “Sungguh Abu Sufyan adalah orang yang kikir. Ia tidak memberiku belanja yang cukup buat anak dan diriku, sehingga terpaksa aku mengambil hartanya tanpa sepengatahuannya.” Nabi pun menanggapi, “Ambillah sebanyak yang mencukupi diri dan anakmu dengan wajar.”
Hakim bin Mu’awiyah meriwayatkan sebuah hadits dari ayahnya, Mu’awiyah bin Haidah radhiyallahu ‘anhu. Ayahnya ini berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, apakah hak istri salah seorang dari kami terhadap suaminya?”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Engkau beri makan istrimu apabila engkau makan, dan engkau beri pakaian bila engkau berpakaian. Janganlah engkau memukul wajahnya, jangan menjelekkannya, dan jangan memboikotnya (mendiamkannya) kecuali di dalam rumah.” (HR. Abu Dawud no. 2142 dan selainnya, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu dalam Al-Jami’ush Shahih, 3/86)
Ketika haji Wada’, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan khutbah di hadapan manusia. Di antara isi khutbah beliau adalah:
“Ketahuilah, kalian memiliki hak terhadap istri-istri kalian dan mereka pun memiliki hak terhadap kalian. Hak kalian terhadap mereka adalah mereka tidak boleh membiarkan seseorang yang tidak kalian sukai untuk menginjak permadani kalian dan mereka tidak boleh mengizinkan orang yang kalian benci untuk memasuki rumah kalian. Sedangkan hak mereka terhadap kalian adalah kalian berbuat baik terhadap mereka dalam hal pakaian dan makanan mereka.” (HR. At-Tirmidzi no. 1163 dan Ibnu Majah no. 1851, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata, “Aku senang berhias untuk istriku sebagaimana aku senang bila ia berdandan untukku
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya (istrinya). Dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian terhadap keluarga (istri)-ku.”
Termasuk akhlak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau sangat baik pergaulannya dengan para istrinya. Wajahnya senantiasa berseri-seri, suka bersenda gurau dan bercumbu rayu dengan istri, bersikap lemah-lembut terhadap mereka dan melapangkan mereka dalam hal nafkah serta tertawa bersama mereka. Sampai-sampai, beliau pernah mengajak ‘Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha berlomba (lari), dalam rangka menunjukkan cinta dan kasih sayang beliau terhadapnya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)


riwayat dari Sa'id ibnu Musayyab Radhiyallahu 'Anhu.: "Dari Sa'id ibnu Musayyab yang pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang tidak memiliki apa-apa untuk diinfakkan kepada istrinya maka ia berkata agar keduanya bercerai saja."

WHY
“Saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian akan saling cinta mencintai.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad, dihasankan oleh Al Albani).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah Saw memberitahukan kepadanya yang artinya: "Alloh Tabaraka wa Ta'ala berfirman, 'Wahai anak Adam! Berinfaklah, niscaya Aku berinfak (memberi rezeki) kepadamu." (Shahih Muslim)
Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda : "Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara; sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak yang shalih yang mendo'akannya". (HR.Muslim 3084)
Serendah-rendahnya nafkah yang diwajibkan syariat adalah kepada diri sendiri karena inilah pintu untuk dapat memberikan nafkah kepada orang lain. Jenis barang yang wajib dinafkahkan tidak keluar dari tiga benda yaitu:
1. sandang
2. pangan dan,
3. papan
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Mulailah dari diri kamu sendiri, maka infaqkanlah dirimu, jika ada lebih maka untuk keluargamu, jika ada lebih lagi maka untuk saudara-saudaramu, jika ada lebih lagi maka untuk si ini, si ini dan seterusnya." urutan pihak-pihak yang wajib diberikan nafkah dari yang paling kuat prioritasnya sampai yang paling lemah: 

  1. Istri, karena wajib selama-lamanya.
  2. Anak yang masih kecil dan anak yang sudah besar namun gila, karena keduanya sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk mencari nafkah.
  3. Ibu, karena lebih lemah dari bapak dan haknya lebih besar sebab ibulah yang mengandung, melahirkan, menyusui dan mentarbiyah di rumah.
  4. Bapak, karena kemuliaan dan keutamaannya.
  1. Anak yang sudah besar tetapi tidak mampu mencari nafkah dan kedekatannya dengan bapak dan pantas untuk tetap dihormati.
  2. Kakek, karena kehormatannya seperti kehormatan bapak.
Kadar Nafkah Terhadap Istri
Kadar nafkah terhadap istri itu ditentukan oleh kondisi kemampuan suami, sebab dalam infak, kadar infak itu bergantung kepada si pemberi infak bukan kepada si penerima infak. Dalilnya adalah firman Allah SWT: (Ath Thalaq: 7)  لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آَتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آَتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا "Hendaklah orang-orang yang mampu memberikan nafkah menurut kemampuannya dan orang-orang yang disempitkan rezekinya hendaknya memberikan nafkah sesuai apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah nanti akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan"
Dalam ayat di atas yang dijadikan timbangan kadar infak adalah mengikut kepada 'uruf dan kondisi suami bukan kepada kondisi istri. Maka banyak dan sedikitnya infak, begitu pula baik dan buruknya kualitas infak bergantung kepada senang dan susahnya suami.

6 Tanda Anda Sukses Mengelola Keuangan
1. Anda lebih banyak menabung daripada membelanjakan uang
2. Anda menghargai komitmen terhadap uang.
3. Anda tidak memiliki utang
4. Anda selalu bersikap skeptis
5. Anda mampu pensiun pada usia 50 tahun.
6. Anda memiliki reputasi kejujuran.

Agar Pernikahan Membawa Berkah
1. Meluruskan niat/motivasi (Ishlahun Niyat)
2. Sikap saling terbuka (Mushorohah)
3. Sikap toleran (Tasamuh)
4. Komunikasi (Musyawarah)
5. Sabar dan Syukur
6. Sikap yang santun dan bijak (Mu’asyarah bil Ma’ruf) 


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/nafkah.html  

==Teori Kepemimpinan Aa' Gym==

Duhai Allah yang Maha Menatap, karuniakanlah kepada kami ilmu yang membuat kami dapat mengenal RasulMu, yang membuat kami tetap lurus berjalan di jalanMu. Wahai yangMaha Mendengar, lindungi pertemuan ini dari ilmu dan amal yang menyesatkan. Amin Ya Robbal'alamin.
Apakah pemimpin itu lahir begitu saja? Kalau singa, sudah dilahirkan menjadi raja hutan, tetapi manusia ada yang memiliki bakat menjadi pemimpin, belum tentu dapat memimpin dengan baik kalau tidak disertai dengan ilmu.
Menurut analisa di Indonesia ada jenis pemimpin ulama pesantrenan: dibesarkan di pesantren, ilmu agamanya luas, tapi kelemahannya kata para ahli adalah dalam bidang manajemen, sehingga sulit untuk mengurus sesuatu yang besar. Ada juga yang birokrat: aktif di islam, kemampuan organisasinya bagus tetapi pendalaman agamanya belum mantap.



 Ada tipe mubaligh yang seperti selebritis: dia ceramahnya bagus, diliput media massa, akhirnya jadi terkenal dimana-mana, dijadikan idola, tetapi kadang-kadang kurang mengakar dalam menggerakkan masyarakat.
Yang kita impikan adalah yang seperti Rasul, dia mumpuni dalam keilmuannya, berkemampuan dalam manajemen, beliau juga punya kemampuan membangun opini di masyarakat
Dengan dasar "Setiap diantaramu adalah pemimpin", Setiap kepemimpinan akan ditanya oleh Allah. Semua pemimpin termasuk pemimpin rumah tangga tidak terkecuali. Berikut rumus sederhana untuk menjadi pemimpin yang dicintai.
Pemimpin itu bukan yang mengerjakan segalanya sendiri kalau ia melakukannya sendiri akan gagal ia memimpin. Kalau kita ingin untung sendiri akan sengsara akhirnya, karena kita sering merasa untung jika kita untung sendiri, padahal keuntungan sebenarnya bagi kita adalah jika kita menjadi jalan keuntungan bagi orang lain.
Apakah rahasia utama kepemimpinan? Jawabannya adalah :kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan dari kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik, jangan pikirkan orang lain, pikirkan diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri.
Bangunan ini bagus, kokoh, megah karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong kalau tidak diawali dengan diri sendiri. Ibu yang ingin anaknya ramah, lembut, pertanyaannya adalah sudah ramah dan lembutkah saya? Jangan menyuruh orang lain kalau belum menyuruh diri sendiri, jangan melarang orang lain sebelum melarang diri. Orang yang tidak cocok antara perbuatan dan perkataan akan runtuh wibawanya.
Guru, ibu, bapak atau pemimpin akan runtuh wibawanya kalau tidak cocok. Siapapun kalau tidak serius menjadi contoh akan jatuh wibawanya.
Ada seorang yang mengajarkan ilmu di Daarut Tauhiid mengatakan bahwa visual itu mengambil bagian 50-60 persen, sedang vokal hanya beberapa persen sisanya adalah verbal. Kata-kata seperti ini kecil pengaruhnya, yang berpengaruh itu adalah visual kita. Contohnya nada bicara dalam berkata-kata. Tetapi jika tidak berkata-katapun akan jadi masalah. Jadi kalau kita berangan-angan ingin jadi pemimpin jangan memikirkan bawahan, pikirkan saja diri kita dulu. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri adalah mimpi Mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri adalah omong kosong. Misalnya ketika sedang rapat kita sombong, berapa banyak potensi yang tidak bisa keluar hanya karena pemimpinannya sombong. Rapat yang dipimpin dengan emosional akan banyak potensi solusi yang tidak dapat keluar karena pemimpinnya emosional.


 Makanya seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam menjadi contoh atau suri tauladan, modalnya harus yakin dengan kebenaran contoh tersebut; karena kalau kita tidak yakin atau ragu-ragu kita tidak dapat menjadi contoh. Hanya orang yang berpengetahuan luas yakin akan ilmunya yang berhasil menjadi contoh.
Ingatlah rumus 5 S (senyum, salam sapa, santun, sopan).Khusus untuk pelajaran senyum, ternyata jika kita makin tahu ilmu senyum makin nikmat senyum itu. Senyum itu bisa dilihat dari mata. Senyum yang asli, mata itu sedikit redup, karena kalau melotot tidak jadi senyumnya. Ternyata untuk senyum itu memerlukan 14 otot yang aktif sedangkan untuk cemberut bisa sampai 32 otot. Akibatnya energi cemberut itu lebih banyak daripada energi senyum. Senyum itu bisa kalau dalam hatinya rindu membahagiakan orang lain. Kalau orang kita ajak senyum maka akan terbawa senyum. Orang yang marah dihadapi dengan senyum insya Allah akan reda. Semakin lengkap ilmu tentang senyum akan makin nikmat senyum kita. Maka orang-orang yang akan menjadi contoh yang baik adalah orang yang yakin akan kebenaran yang dicontohkannya itu. Orang yang kurang ilmu akan sulit menjadi Contoh.
Hal yang kedua adalah; orang itu dapat menjadi contoh kalau ia sudah mengamalkannya, kalau tidak mengamalkannya tidak akan ada ruhnya. Orang yang sibuk memberi contoh tetapi orang itu belum menikmatinya akan menjadi susah.
Nabi Muhammad SAW menyuruh sedekah, ditandai dengan setiap orang yang meminta tidak akan ditolaknya. Sedangkan kita menyuruh bersedekah, dalam bersedekah harus berfikir- fikir terlebih dahulu. Nabi Muhammad SAW menyuruh untuk hidup bersahaja dengan rumahnya yang sederhana. Apa yang diucapkan sama dengan yang diperbuat
Dalilnya adalah; "Amat besar kemurkaan Allah apabila ada yang berkata- kata apa yang tidak diperbuatnya".
Hal ketiga adalah; kalau ingin menyuruh/menjadi contoh itu harus sabar, karena sabar itu indah. Karena menyuruh orang lain itu tidak seperti membalikkan tangan. Pemimpin yang tidak punya kesabaran tidak akan dapat memimpin dengan baik. Makanya kalau punya anak harus sabar. Membalikkan hati anak, bukan tugas kita tetapi Allahlah yang melakukannya. Tugas kita adalah meberikan contoh.
Kalau belum menurut sekarang, mungkin besok. Kalau pemimpin tidak punya kesabaran tidak akan efektif.
Hal yang keempat adalah; harus ikhlas, ciri orang yang ikhlas itu adalah jarang kecewa. Orang yang ikhlas itu dipuji/dicaci sama saja. Kalau kita bertambah semangat ketika dipuji, dan patah semangat karena dicaci,


tidak melakukan karena tidak ada yang memuji itu namanya kurang ikhlas. Kita hanya melakukan saja, mau dipuji atau tidak silakan saja, Allah Maha Melihat. Makanya terus memberi contoh sambil terus berharap diterima Allah amalan kita. Dengan kombinasi keyakinan, yang kita contohkan menjadi bagian dari diri kita, kesabaran yang prima, dan keikhlasan Hati itu tidak bisa disentuh kecuali oleh hati juga.
Kalau sudah diberi contoh dan tidak ada yang mengikuti, tidak apa-apa karena tidak akan habis pahalanya jika tidak ada yang mengikuti.
Dalilnya: "Sekecil apapun perbuatan kembali kepada kita". Lakukan saja. Dan tidak boleh ujub, misalnya; ketika kita sukses dalam memberi contoh, jangan ujub, karena orang lain berubah belum tentu karena contoh kita. Ketika kita memberi contoh di rumah, tetangga mengikuti, orang lain mengikuti, kita tidak boleh ujub karena akan hilang pahalanya.
Jangan pernah merasa berjasa. Jangan merasa sudah merubah orang lain, karena yang membolakbalikkan hati adalah hanya Allah. Kalau kita sudah beramal sebaiknya dilupakan saja. Piala sebesar apapun akan kecil artinya, yang paling berharga adalah keikhlasan. Apalah artinya jika kita medapat piala yang akan membuat kita jadi riya. Tingkatkan diri kita menjadi contoh mulai dari wajah yang senyum, jadikan contoh, sapa kepada siapapun, ucapan salam. Lakukan apa yang kita inginkan orang lain lakukan, baca Qur'an. Kalau ingin anak-anak kurang menonton TV kita harus mencontohkan terlebih dahulu.
Rahasia kekuatan pemimpin adalah suri tauladan. Sebagai contoh, mengapa P4 gagal diterapkan di Indonesia?
Sederhanya sekali jawabannya, yaitu tidak ada contohnya. Kita jadi bingung karena tidak ada yang paling paham tentang P4. Rasulullah SAW adalah suri tauladan. Ketika Rasul mengajak jihad,*beliau langsung ada di barisan paling depan. Bahkan Imam Ali mengatakan kalau pertempuran sudah berkecamuk begitu dashyat maka kami berlindung di balik Rasul. Beliau itu bertempur paling depan, bersedekah seperti angin dan hidup bersahaja. Ketika Rasul menyuruh bertahajud, kakinya sampai bengkak. Ketika Rasul menyuruh shaum perutnya sampai diganjal dengan batu. Ketika Rasul menyuruh orang berakhlak mulia, beliaulah yang akhlaknya paling mulia. Apapun yang beliau katakan kepada umatnya, pasti beliau lakukan. Itulah sebabnya ribuan tahun sampai kini, ribuan kilometer jaraknya, masih tetap kuat pengaruhnya. Kepemimpinan itu adalah pengaruh. Siapa yang pengaruhnya paling kuat dialah yang kepemimpinannya paling kuat. Jika kita ingin menyelamatkan orang lain harus terlebih dahulu menyelamatkan diri. Bagaimana mungkin menyelamatkan orang lain, kalu diri tidak selamat. Selamatkan diri kita agar punya kemampuan menyelamatkan orang lain. Kita tidak akan dapat menolong orang lain kalau kitanya rusak.


Rahasia lainnya, pemimpin dalam Islam itu adalah pelayan umat. Jadi kalau diilustrasikan lewat piramida, piramidanya seperti piramida terbalik, dan pemimpin adalah yang di bawah. Maka siapapun yang menjadi pemimpin, dia harus mengeluarkan pengorbanan yang paling besar dibanding dengan orang yang dipimpinnya. Pemimpin harus berpikir keras, sekuat-kuatnya untuk memajukan orang yang dipimpinnya. Ini baru pemimpin sukses.
Seorang guru yang baik adalah yang membuat murid-muridnya pintar, kalau tidak guru tersebut dianggap tidak bisa mengajar. Orang tua yang sukses adalah orang tua yang mengeksploitir dirinya supaya anaknya lebih baik dari dirinya. Ibu dan Bapak masing-masing memiliki pengalaman dan masa lalu kemudian menikah, ini akan lebih bagus tentunya. Bayangkan: dua potensi, kapasitas, ilmu dan masa lalu bersatu menjadi anak, seharusnya anak ini menjadi brilian tetapi kadang-kandang kita terlalu sibuk masalah kantor, masalah uang akibatnya anak jadi gagal.
Pemimpin yang sukses adalah yang selalu berpikir menjadi manfaat yang paling besar bagi orang lain.
Hal yang pertama adalah bagaimana orang yang kita pimpin jadi ahli ibadah. Sebab kalau yang kita pimpin jauh dari Allah, siapa lagi yang akan menolong. Misal kita punya toko, kita harus berjuang agar karyawan yang ada jadi dekat dengan Allah, sebab kalau mereka dekat dengan Allah, Allah pasti akan menolong. Seorang suami harus berpikir sekuat- kuatnya agar istri dan anak dekat dengan Allah, sebab bisa saja kita tiba-tiba mati. Tetapi kalau dia dekat dengan Allah, Allahlah yang melindungi Perlindungan ini jauh dari jangkauan manusia. Seorang suami itu bukan pemberi rezeki, suami itu sama-sama adalah pemakan rezeki. Jadi ini penting sekali untuk meningkatkan ibadah, sebab pemimpin bukan pemberi uang, pemimpin bukan penolong. Allahlah yang menolong. Kalau yang memimpin durhaka kita yang mengikuti akan ketiban pulungnya. Maka pemimpin yang baik harus berpikir keras bagaimana pengikutnya mendapat ilmu agama, atau dimotivasi untuk ibadah dan sinergi dengan doa.
Kalau kita memimpin toko dengan sepuluh orang karyawan. Semuanya ahli tahajud, shaum, baca Qur'an bayangkan apa yang akan diberikan Allah kepada mereka. Jika kita punya pabrik 1000 orang, bikinlah sistem yang membuat orang bisa shalat berjamaah, bisa shalat tahajud dengan tahajud call. Buat supaya dapat baca Qur'an satu hari satu juz, bisa diharapkan sebulan khatam Al-Qur'an. Selesai kerja keras sinergikan dengan doa di malam hari. Doa ini adalah fasilitas senjata yang jarang kita gunakan belakang ini. Pemimpin harus selalu memperhatikan kualitas ibadah yang dipimpinnya. Tanpa ibadah yang bagus akhlak tidak akan bagus pula
Hal yang kedua adalah pemimpin baik yang akan sukses adalah yang berpikir keras bagaimana orang-orang yang dipimpinnya bisa menjadi khalifah di dunia ini, pandai, professional dan kerjanya bagus. Dia korbankan dirinya supaya orang-orang disekelilingnya bertambah pintar. Kebahagiaan kita itu adalah ketika melihat orang lain sukses. Orang yang mengikuti kita jadi pintar karena Allah yang membuatnya pintar, bukan karena kita.


 Kita beruntung karena terpilih jadi jalannya yaitu belajar kepada kita, bisa saja Allah menggerakkannya belajar kepada orang lain, dan orang lain yang mendapatkan pahalanya.
Kita harus sekuat tenaga membuat orang-orang di sekitar kita pintar, kalau bawahan selalu meminta nasihat dan saran kepada kita. Berarti kita tidak akan maju. Dan kita akan membuat mereka tergantung. Kita sebagai pemimpin harus punya banyak waktu untuk belajar, harus banyak waktu untuk mengup-grade, memperbaiki diri kita, maka berikan ilmu agar mereka maju.
Pimpinan harus berhasil mencari masalah, dia berhasil merumuskan penyelesaian masalah, dan dia berhasil melakukan apa yang dia rumuskan.
Pemimpin selalu membuat orang-orang disekitarnya pintar selalu menemukan masalah, bisa mencari solusinya. Kita jangan sok pintar mencari solusi sendiri. Jadi bukan pemimpin yang baik jika segalanya dikerjakan sendirian. Akan capai nantinya,pemimpin adalah yang dapat membuat orang bangkit rasa percaya dirinya.
Hal yang ketiga adalah; setiap orang yang kita pimpin dia harus punya kemampuan dakwah, pemimpin yang baik adalah dia harus berfikir bagaimana murid-murid bisa dakwah, anak, istri bisa dakwah. Suplailah ilmu, wawasan Dimanapun kamu berada harus menjadi figur contoh, dakwahkan islam dengan baik. Misalkan kita punya pabrik dengan 1000 karyawan jadinya akan ada 1000 mubaligh. Akibatnya karena kita jadi pemimpin, orang-orang jadi dekat dengan Allah, jadi profesional, orang-orang semuanya jadi agent of change yang menyebarkan perubahan kepada masyarakatnya, itulah pemimpin sejati, dan itulah yang dilakukan Rasul. Para sahabatnya semua jadi ahli ibadah yang tangguh, jadi pemimpin yang jagoan, profesional dan menyebar menjadi sarana kemuliaan dan martabat bagi umat, inilah pemimpin yang dibutuhkan.
Andaikata presiden di suatu negara seperti ini menjadi suri tauladan, setiap patah katanya, perbuatannya, ibadahnya, profesionalismenya dan ia adalah orang yang benar-benar mengeksploitir dirinya agar rakyatnya menjadi ahli ibadah semuanya. Andaikata sebelum rapat kabinet harus dibacakan ayat-ayat Al-Quran, dan prasyarat jadi calon menteri adalah harus hafal minimal lima juz. Menteri-menteri yang dipilih adalah yang paling kuat ibadahnya, paling profesional dan figur dirinya menjadi suri tauladan. Kehidupannya harus zuhud. Impian ini dapat menjadi kenyataan dengan gampang saja jika Allah menghendaki. Mulainya adalah dari diri masing-masing. Targetnya cuma diri dan rumah terlebih dahulu. Apa artinya kantor sukses kalau rumah hancur.
Biasanya jatuhnya pemimpin berawal dari rumahnya. Janganlah memikirkan negara yang besar, coba pikirkan negara mini kita dahulu yaitu tubuh kita ini. Kemudian baru mulai membenahi kerajaan rumah kita.
Bonusnya adalah "Barangsiapa yang banyak bertobat, maka Allah akan menghilangkan segala kesedihan hati,


melapangkan segala urusan dan Allah akan memberikan rezeki dari tempat yang tidak diduga- duga." Ini akan menjadi penambah semangat bagi kita semua.

Walhamdulillahirrobil'alamin




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/teori-kepemimpinan-aa-gym.html

Bahagia di Tengah Ketidakbahagiaan

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Bahagialah Hidup tanpa membenci,
Bahagialah Hidup dengan Cinta kasih.
Bahagialah Hidup yang penuh harmonis.
Bahagia jugalah saat kita tidak berbahagia…


Karena begitu ketidakbahagiaan muncul,
sesungguhnya bahagia tidak pernah meninggalkan kita.
Tinggal mengubah pola pikir dan cara pandang kita,
bahagia kembali menjadi milik kita.
Dan Bertambahlah kebijaksanaan dari pengalaman yang ada.
karena ada ketidakbahagiaan, maka kita baru bisa menghargai kebahagiaan.

Bagaimana kita bisa mengubah pola pikir dan cara pandang kita? ini yang perlu mendapat perhatian dari kita semua.
Pada saat hal yang tidak menyenangkan, kekesalan dan emosi datang pada kita, sesungguhnya gejolak dan permainan perasaan begitu hebatnya. Menggoncang kesadaran kita, menggoncang harga diri dan ego kita. dalam hitungan seketika saja, kita menjadi tidak mood, menjadi bete, dan terasa sekali perubahan raut wajah, hilang nya senyum dari wajah yang tadinya manis, denyut nadi yang terus beretak tak teratur, membuat satu hari terasa sangat panjang dan kacau balau.
Membuat kita mau tidak mau, sadar tidak sadar untuk merenungi, bahwa ‘hal’ ini TIDAK BAIK, TIDAK BERMANFAAT, MERUGIKAN diri sendiri dan orang lain. memang SUSAH untuk mengendalikannya, tetapi yakinlah ada satu sisi PUTIH manusia yang bila “SUARA”nya di dengar akan dapat menaklukan suasana PERANG dalam hati.
Suara si PUTIH akan berkata: “Sudahlah… Capeee… apa nggak capeee marah-marah sendiri, orang yang dimarahinya juga tidak tahu apa-apa kok” “sudahlah….capeeee, yang cape hati dan pikiranmu!” sudah cukup bermain-main dengan sesuatu yang hanya membuat kita cepat tua, mendekati bahaya, serangan jantung, stroke semakin mendekat” “sudahlah… lupakan semua, jangan lagi berperang dengan ketidakpastian dan ketidakjelasan sifat dan karakter orang lain! Perhatikan sifat dan karakter sendiri, juga sama saja tidak jauh-jauh beda dengan orang lain, seharusnya kita memperbaiki diri sendiri dan menunjukan perubahan ini kepada orang lain sebelum kita menginginkan orang lain berubah untuk kita”
Mengapa suara itu nyaris tidak terdengar oleh kita? Karena kita terlalu banyak mendengar suara si HITAM yang memang senang atau tidak senang suaranya jauh lebih besar dan jauh lebih berperan dari pada si PUTIH, Sebaliknya suara si PUTIH butuh kesadaran kita untuk mendengarkannya, karena suara itu begitu halus, lembut dan nyaris tak terdengar.


Hanya hati yang sedang tenang baru bisa mendengarkannya. maka pada saat emosi muncul, cara tercepat adalah keluarkan emosi itu segera, Bicaralah dengan Dinding yang akan setia mendengarkanmu (tapi hati-hati dengan tembok yang bertelinga…) Guyurlah kepala yang sedang panas dengan air dingin, duduklah dan merenunglah, mulai untuk menjadi pendengar yang baik, maka akan ada pertarungan HITAM dan PUTIH, pertajam pendengaran kita dan amati suara si PUTIH. Maka keindahan itu ada disana. Jawaban dari persoalan hidup ada disana. Kebijaksaanan juga ada disana.

Bahagialah saat ketidakbahagiaan itu datang, karena kita akan semakin dewasa, kita dapat semakin bijaksana, belajar mengatasi masalah yang datang dalam diri sendiri, belajar mengatasi semuanya sendiri, dan mengembangkan potensi “pencerahan” di hati.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/bahagia-di-tengah-ketidakbahagiaan.html 

Egoisme di Sekitar Kita

*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥ 
Saat ini cenderung kita lebih mengedepankan ego pribadi. Melihat orang dalam berkendara yang ingin menang sendiri, melihat pemimpin mementingkan kepentingan pribadi, budaya antri sudah semakin berkurang. Saat gotong royong dan toleransi sudah memudar. Dalam perenungan pun kita masih kerap mencoba memikirkan tentang egoisme. mengapa orang cenderung mendahulukan egonya?
Egoisme manusia yang mementingkan kenyamanan diri kadang melupakan kondisi lingkungan. Egoisme adalah suatu tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya sendiri.


Karena itu, satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya.
Manusia pada dasarnya egois, mementingkan diri sendiri. Egoisme merupakan suatu kejahatan dan dipandang sebagai pelanggaran moral karena ia selalu mengabaikan kepentingan orang lain. Egoisme membuat manusia jauh dari kebenaran dan menyimpang dari petunjuk Tuhan. Egoisme, dengan demikian, dapat dipandang sebagai penjara (belenggu) bagi manusia.
Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedonistis. Yaitu, kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yang vulgar. Lalu yang baik secara moral disamakan begitu saja dengan kesenangan atau kenikamatan.
Karena itu, tindakan yang baik secara moral diartikan sebagai tindakan yang bertujuan mendatangkan kenikmatan dan menghindari penderitaan. Akibatnya dengan segala macam cara orang yang menganut etika ini berusaha untuk memperoleh kenikmatan bagi dirinya dan menghindari hal-hal yang tidak mengenakkan.
Pernahkah Anda merasakan kegelisahan hati dan jiwa? Seperti, Anda tidak tahu apa yang harus Anda kerjakan, sedangkan pekerjaan sebenarnya menumpuk dihadapan Anda?
Pernahkah Anda merasakan beban hidup yang terasa berat dan menumpuk dipundak Anda, sedangkan Anda merasakan tidak tahu harus dari mana menguranginya?
Pernahkah Anda merasakan tekanan dan himpitan ekonomi yang menghadang setiap langkah kehidupan Anda, tubuh Anda terasa lunglai, tidak tahu harus melangkah kemana?
Pernahkan Anda merasakan kegelisahan hati yang mendalam, tubuh bergetar dan semuanya menjadi serba tak berarturan dan serba salah? Kalau hal itu menimpa Anda, berarti Anda dalam kegelapan cahaya hati karena diliputi egoisme diri yang sangat tinggi.
Lalu bagaimana cara mengendalikan ego kita. Tanggalkan pakaian kesombongan hati dengan sikap rendah hati. Tidak ada yang pantas disombongkan manusia dalam hidup ini. Tanggalkan pakaian dengki dan gantikan dengan cinta dan kasih sayang. Tanggalkan pakaian takabur dan gantikan dengan kesadaran diri sebagai hamba dan abdi Tuhan semata.
Buanglah pakain prasangka negatif dengan mengembangkan sikap positif dalam setiap langkah kaki kedepan. Hindarilah prinsip hidup yang salah dengan kembali dalam kejernihan jati diri yang bersumber dari hati.
Kalau anda menginginkan yang baik, buatlah diri anda jadi lebih baik. Jika anda ingin meraih cita-cita, buatlah diri anda menjadi ideal.


Anda ingin punya teman yang lebih baik, buatlah diri anda menjadi teman yang lebih baik.
Jika anda ingin bekerjasama dengan orang yang mempunyai nilai, jadikan diri anda sendiri lebih bernilai. Kalau anda ingin berurusan dengan orang yang kompromis, buatlah diri anda menjadi lebih kompromis. Kalau anda ingin memasuki berbagai kondisi dan keadaan yang lebih menyenangkan, buatlah diri anda sendiri menjadi lebih menyenangkan.
Jika anda ingin dicintai pasangan hidup anda, buatlah diri anda menjadi orang yang mencintainya lebih. Mungkin anda akan bertemu dengan orang-orang yang sulit dimengerti, namun tetap berikanlah diri anda yang terbaik, meski itupun tidak akan pernah memuaskan semua orang.
Kesuksesan dan keagungan dalam hidup tidak akan dapat diraih hanya dari potensi fisik dan kecerdasan akal pikiran. Lebih dari itu diperlukan kecerdasan hati dan kemampuan menemukan cahaya hati yang bersumber dari pengendalian Ego Pribadi. Dan dengan meninggalkan egoisme diri menuju kehidupan yang lebih baik.

Jadi maukah kita melepas Topeng Egoisme pribadi kita?


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/egoisme-di-sekitar-kita.html