Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Minggu, 22 Januari 2012

●●●● Cara untuk lebih mencintai diri sendiri☺♥☻

10 Cara untuk lebih mencintai diri sendiri :

1. Bencilah dosamu, tapi jangan pernah membenci dirimu.


2. Cepatlah untuk menyesali kesalahan.
3. Apabila Tuhan memberimu pencerahan, berjalanlah di dalam pencerahanNya itu.
4.Berhentilah mengatakan hal-hal yang buruk tentang dirimu sendiri.
Tuhan mencintaimu dan tidaklah benar jika kamu membenci sesuatu yang Dia cintai. Dia mempunyai rancangan-rancangan yang indah bagimu, jadi kamu melawan-Nya jika kamu berbicara secara negatif mengenai masa depanmu sendiri.
5.Janganlah takut untuk mengaku bahwa kamu telah berbuat kesalahan, tapi janganlah selalu berprasangka bahwa kamulah yang salah setiap saat adayang tidak benar.
6. Jangan terlalu memikirkan apa yang sudah kamulakukan, baik yang benar maupun yang salah; itu sama dengan memikirkan terus diri sendiri! Pusatkanlah pikiranmu kepadaNya!
7. Jagalahdirimu sendiri secara fisik. Manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya apa yang Tuhan telah berikan padamu demi tugasmu, tapi janganlah menjadi terobsesi dengan penampilanmu.
8. Janganlah berhenti untuk belajartapi jangan sampai ilmu itu membuat kamu sombong. Tuhan memakai kamu bukan karena apa yang ada di dalam kepalamu melainkan karena apa yang ada di dalam hatimu.
9. Sadarilah bahwa setiap talentamu adalah anugerah, bukanlah sesuatu yang kamu ciptakan sendiri; jangan pernah merendahkan orang lain yang tidak sanggup melakukan apa yang kamu dapat lakukan.
10. Janganlah meremehkan kelemahan-kelemahan dirimu... merekalah yang membuat kamu tetap tergantung pada Tuhan.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/cara-untuk-lebih-mencintai-diri-sendiri.html

Ayah dan Bunda ada Dimana ?

Kantukku telah tiba.
Ayah dan Bunda ada dimana.
Aku ingin kita bertatap muka.
Kenapa setiap hari begini saja.

Kantukku telah tiba.
Aku kembali bertanya.
Kenapa aku dibiarkan tidur sendiri saja.
Padahal aku ingin berbagi cerita.

Kantukku telah tiba.
Tempat tidur yang sepi tanpa cinta.
Selimut yang dingin tanpa kata-kata.
Bantal dan guling tak bisa bicara.
Ayah dan Bunda entah kemana

Aku lihat bukan di sela jendela.
Aku lihat bulan begitu indahnya.
Aku bayangkan andai bulan adalah Ayahku.


Aku khayalkan andai bulan adalah Bundaku

Pastilah aku tidak sendiri jelang tidur ini.
Pastilah kami terus berbagi.
Pastilah kami saling memeluk mesra.
Pastilah kami saling mencium penuh cinta

Tapi aku tetep sendiri .
Tak bisa bicara tak dapat bercerita.
Tak bisa mengungkapkan suka.
Tak bisa juga menangis karena duka.

Dulur ... sayangi lare2 yatim, iku amanah Hang Kuoso kanggo awak dewek.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/ayah-dan-bunda-ada-dimana.html

Surat Cinta dari Bunda ♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥

♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Assalamu’alaikum,


Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta’ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya. Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya. Amin…
Wahai anakku,
Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara… Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis, dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka…
Wahai anakku!
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati dan telah engkau robek pula perasaanku.
Wahai anakku…
25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi…
Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.
Aku mengandungmu, wahai anakku!
Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu gembira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu dan balikan badanmu di perutku. Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, karena semakin hari semakin bertambah berat perutku, berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku.
Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan memejamkan mataku barang sekejap pun. Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan rasa takut yang tidak bisa dilukiskan.
Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis.


Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. Engkau pun lahir… Tangisku bercampur dengan tangismu, air mata kebahagiaan. Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan bertambah kuatnya sakit. Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman, aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air yang ada di kerongkonganku.
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Wahai anakku…
telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Saripati hidupku kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu.
Harapanku pada setiap harinya; agar aku melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu… itulah kebahagiaanku!
Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo’akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.
Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu. Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu.
Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.
Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. Kiranya setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran. Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.



Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku manyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa engkaulah yang menelepon. Setiap suara kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang.
Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan. Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.
Anakku… ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih kepadamu yang bukan-bukan. Yang Ibu pinta, jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu. Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.
Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!!
Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik. Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.
♥♥♥
Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit… Berdiri seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu… Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.
Sekiranya engakau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. Sedangkan kepada ibumu… Mana balas budimu, nak!? Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! Akan tetapi kenapa nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. Bukankah Allah ta’ala telah berfirman;
“Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula?!” (QS. Ar Rahman: 60)
Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! Setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu?!


♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Wahai anakku,
setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?! Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu, atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?
Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantu dan budakmu. Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? Mana upah yang layak untukku wahai anakku!
Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu? Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan Allah ta’ala mencintai orang yang berbuat baik.
Wahai anakku!! Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.
Wahai anakku!
Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel, dermawan, dan berbudi. Anakku… Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah, tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? Bukan karena apa-apa?! Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya… Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya… hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya… hanya karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim?!
♥♥♥
Wahai anakku,
ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik. Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah ta’ala, sebagaimana dalam hadits:
“Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!!” (HR. Ahmad)


Anakku. Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. Semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama. Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah.
Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia? Beliau berkata: “Shalat pada waktunya”, aku berkata: “Kemudian apa, wahai Rasulullah?” Beliau berkata: “Berbakti kepada kedua orang tua”, dan aku berkata: “Kemudian, wahai Rasulullah!” Beliau menjawab, “Jihad di jalan Allah”, lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun ‘alaih)
Wahai anakku!!
Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau berletih dalam berinfak.
Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas?! Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya. Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas.
Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar. Di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah ta’ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?
Anakku, yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang dimaksudkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:
“Merugilah seseorang, merugilah seseorang, merugilah seseorang”, dikatakan, “Siapa dia, wahai Rasulullah?, “Orang yang mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga”. (HR. Muslim)
Anakku…
Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah,


karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak! Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku… Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana terkena do’a mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.
Bangunlah Nak!
Uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan al jaza’ min jinsil amal… “Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam…” Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu, engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.
Wahai anakku,
, bertaqwalah kepada Allah pada ibumu, peganglah kakinya!! Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk.Anakku… Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.


Wassalamu'alaikum,
♥♥♥
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
renungkanlah...


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/surat-cinta-dari-bunda.html

== Daftar Kekurangan ==

Seorang pria dan kekasihnya menikah dan acaranya pernikahannya sungguh megah. Semua kawan-kawan dan keluarga mereka hadir menyaksikan dan menikmati hari yang berbahagia tersebut. Suatu acara yang luar biasa mengesankan. Mempelai wanita begitu anggun dalam gaun putihnya dan pengantin pria dalam tuxedo hitam yang gagah. Setiap pasang mata yang memandang setuju mengatakan bahwa mereka sungguh-sungguh saling mencintai.
Beberapa bulan kemudian, sang istri berkata kepada suaminya, "Sayang, aku baru membaca sebuah artikel dimajalah tentang bagaimana memperkuat tali pernikahan," katanya sambil menyodorkan majalah tersebut. Masing-masing kita akan mencatat hal-hal yang kurang kita sukai dari pasangan kita. Kemudian, kita akan membahas bagaimana merubah hal-hal tersebut dan membuat hidup pernikahan kita bersama lebih bahagia.....".
Suaminya setuju dan mereka mulai memikirkan hal-hal dari pasangannya yang tidak mereka sukai dan berjanji tidak akan tersinggung ketika pasangannya mencatat hal-hal yang kurang baik sebab hal tersebut untuk kebaikan mereka bersama.



Malam itu mereka sepakat untuk berpisah kamar dan mencatat apa yang terlintas dalam benak mereka masing-masing. Besok pagi ketika sarapan mereka siap mendiskusikannya. "Aku yang mulai duluan ya," kata sang istri. Ia lalu mengeluarkan daftarnya. Banyak sekali yang ditulisnya sekitar 3 halaman. Ketika ia mulai membacakan satu persatu hal yang tidak dia sukai dari suaminya, ia memperhatikan bahwa air mata suaminya mulai mengalir.... "Maaf, apakah aku harus berhenti?" tanyanya.
"Oh tidak, lanjutkan..." jawab suaminya.
Lalu sang istri melanjutkan membacakan semua yang terdaftar, lalu kembali melipat kertasnya dengan manis diatas meja dan berkata dengan bahagia, "Sekarang gantian ya, engkau yang membacakan daftarmu,"
Dengan suara perlahan suaminya berkata, "Aku tidak mencatat sesuatupun dikertasku. Aku berpikir bahwa engkau sudah sempurna, dan aku tidak ingin merubahmu. Engkau adalah dirimu sendiri. Engkau cantik dan baik bagiku, Tidak satupun dari pribadimu yang kudapatkan kurang....."
Sang istri terentak dan tersentuh oleh pernyataan dan ungkapan cinta serta isi hari suaminya. Bahwa suaminya menerimanya apa adanya..... Ia menunduk dan menangis......
Dalam hidup ini, banyak sekali kita merasa dikecewakan, depressi dan sakit hati. Sesungguhnya tak perlu menghabiskan waktu memikirkan hal-hal tersebut. Hidup ini penuh dengan keindahan, kesukacitaan dan pengharapan. Mengapa harus menghabiskan waktu memikirkan sisi yang buruk, mengecewakan dan menyakitkan jika kita bisa menemukan banyak hal-hal yang indah disekitar kita? Saya percaya kita akan menjadi orang yang berbahagia jika kita mampu melihat dan bersyukur untuk hal-hal yang baik dan mencoba hal-hal yang baik dan mencoba melupakan yang buruk.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/daftar-kekurangan.html

==Ketika Aku harus Memilih ==

Aku pernah berfikir, bahwa setiap manusia pasti ingin memiliki seorang kekasih. Kekasih yang akan terus bersamanya, sehidup semati, dalam suka maupun duka tak akan terpisahkan. Sekarang, aku memilih amal sholeh sebagai kekasihku. Karena ternyata hanya amal sholeh-lah yang akan terus menemaniku, bersamaku, bahkan menemaniku dalam kuburku, kemudian amal sholehku pula lah yang menemaniku menghadap Allah.
Aku pernah berfikir, setiap manusia pastilah punya goresan masalah dengan manusia lain, sehingga wajar jika manusia memiliki musuh masing-masing. Kini aku memilih menjadikan setan sebagai musuh utamaku, sehingga aku lebih memilih melepaskan kebencian, dendam, rasa sakit hati, dan permusuhanku dengan manusia lain.
Aku pernah selalu kagum pada manusia yang cerdas, dan manusia yang berhasil dalam karir, atau kehidupan duniawinya. Sekarang aku mengganti kriteria kekagumanku ketika aku menyadari bahwa manusia hebat dimata Allah, adalah hanya manusia yg bertaqwa. Manusia yg sanggup taat kpd aturan main Allah dlm menjalankan hidup n kehidupannya.


Dulu aku akan marah dan merasa harga diriku dijatuhkan, ketika orang lain berlaku zhalim padaku, menggunjingkan aku, menyakiti aku dengan kalimat-kalimat sindiran yg disengaja untuk menyakitiku. Sekarang aku memilih utk bersyukur dan berterima kasih, ketika meyakini bahwa akan ada transfer pahala dr mereka untukku jika aku mampu bersabar... Dan aku memilih tidak lagi harus khawatir, karena harga diri manusia hanyalah akan jatuh dimataNya, ketika dia rela menggadaikan dirinya untuk mengikuti hasutan setan.
Dulu aku yakin, dgn hanya khatam Al Qur'an berkali-kali maka jiwaku akan tercerahkan. Kini aku memilih untuk mengerti dan memaknai artinya dengan menggunakan akalku, dengan mengaktifkan qolbuku dan mengamalkannya dalam keseharianku, maka pencerahan itu baru bisa aku dapatkan.
Ketika aku harus memilih...bantu aku Yaa Rabb, utk selalu memilih yg benar dimataMu...


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/ketika-aku-harus-memilih.html

~..~ MENGENALNYA ~..~

Pada panggilan ketaatan yang berkumandang ...
Telah tertitah aku dengan jelasnya tujuan hidup ...
Tapi, bagai tersumbat batu kelalaian di telinga nuraniku...
Hingga tuli hinggap saat kulengah dalam madu palsu ...
Kulihat nyata, janji - janjiNya telah pasti untukku ...
Namun kesombongan menarikku untuk berpaling ....
Menyeretku menjauh , sejauh - jauhnya dari kebenaran ....


Jiwaku berteriak serak menggetarkan gerbang hati ....
Seperti kabar pertolongan, tapi tak kuhiraukan .....
Karena aku tersibukkan oleh keangkuhan dan segala perhiasannya .....
Mengingkari prasasti hakiki dalam hati ....
Seonggok dagingku telah kotor terkena debu dosa....
Hingga pantas berjajar antaranya dengan kotoran dunia.....
Kutelah hinakan diriku sendiri Kupungut onggokan itu,....
kubawa dan kusimpan....
Kini kusadar aku telah menganiayaNya ...
Sampai alampun terdengar murka padaku ...
Kebaikan terlihat menjauh,....
kucoba tahan Saat duniaku tenang,...
angin pembawa kabar datang ....
Membawa warta gembira tentang adanya kolam penyucian...
Untuk memulihkan kekuatan jiwa .....
"Dimana ? "kutanya "Di dalammu ! " ....
kudengar Aku bersalah atas diriku aku kehilangan bisikan kebenaran ....
Hampir sirna jiwa ini oleh keindahan semu ....
Kubergegas menuju penyucian hati ....
Bersama rombongan sabar dan keikhlasan ....
Wahai saudara dan saudariku semua ????


Adalah kalimat memelas yang bisa membuatNya dekat dengan kita ....
Mari datang padaNya, dengan menyuarakan pengakuan atas dosa dan lupa .....
Memanggil NamaNya dengan penuh pinta dan harap untuk menyelamatkan kita ....
Memohon maaf tiada henti atas semua amal dan laku yang salah ....
Karena di dalam ALLAH kita kan utuh ....
Karena hanya dengan ALLAH kita kan suci ....
ALLOOHU WALIYYUT TAUFIIQ, NI'MAL MAULAA WANI'MARROFIIQ...
Amin-Amin Ya Rabbal Alamin.....


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/mengenalnya.html

Demi ALLAH ●●●●

♥♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Teruntuk para pejuang Dakwah..,
Teruntuk para penyeru Kebaikan..
Teruntuk para penegak panji Kebenaran..
Teruntuk Hamba Allah yang senantiasa memperbaiki diri..
Yg bergerak perlahan namun pasti….
Yang banyak kewajiban namun terkadang hak-hak pribadi tak terpenuhi…
Yang punya kekurangan namun terus memperbaiki diri…
Yang selalu tegar dalam kesakitan…

IKHLASLAH……….
Buanglah jauh-jauh dari lubuk hatimu kecintaan pada dunia semata….
Buanglah jauh-jauh dari dirimu rasa ingin dilihat dan dihargai….
Buanglah jauh-jauh dari sifatmu rasa pamrih dan riya' dalam beramal…
Buanglah jauh-jauh dari pikiranmu kecenderungan untuk bersandar kepada orang lain…

ISTIQOMAHLAH……
Jangan tanya ke mana yang lain.
Jangan tanya mengapa kita sendiri.


Jangan mengingat apa yang kita dapat.
Jangan mengingat apa yang kita korbankan.

TEGARLAH…
Karena sesungguhnya Allah telah memilih diri kita,
maka tetaplah bersabar dan ikhlaslah,
bersyukurlah atas kesempatan yg Allah berikan di jalan ini,
jalan yang mungkin pahit namun surga Allah itu manis.”

KUATLAH….
Karena sesungguhnya Allah selalu menolong hamba-hambanya yang senantiasa menolong Agama-Nya.
Dan sungguh Allah dan orang-orang beriman selalu melihat dan mengiringi amal-amal kita.

BERSABARLAH…..
Karena sesungguhnya orang-orang yang bersabar tidak akan pernah merasa sempit.
Dan Janganlah menjadikan kekecewaan sebagai penghalang untuk berbuat yang terbaik.

BERSYUKURLAH…
karena Allah melimpahkan segalanya untuk kita sebagai ujian, pelajaran, hikmah, dan rahmat dari Ҁ� Nya.
Dan Allah akan menambah nikmat orang2 yang senantiasa bersyukur…


TEGASLAH…
bahwa islam adalah agama yg benar dan janganlah setengah2 dlm berkorban untuknya.
Bahwa dakwah ini jalan hidup kita, hak yg seharusnya kita dapat bkn sebagai kewajiban/beban.
Mengatakan Laa Illaha Ilallahu, satu2nya dzat yang kita harus mempertanggungjawabkan apa2 yg kita perbuat di dunia….

Semoga Allah melimpahkan keistiqomahan.

♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/demi-allah.html

*** AYAT AYAT CINTA ***

Bismillaahirrahmanirrakhiim....
Allah berfirman :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّه
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Katakanlah: ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[QS. Ali ‘Imraan: 31]
Jika hendak diartikan secara harfiah, Ayat-Ayat Cinta berarti Tanda-Tanda Cinta. “Tanda-tanda cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”


, makna inilah yang hendak kami angkat sebagai titik sentral kajian Tafsir kita kali ini. Menilik fenomena belakangan ini, dimana kaum muslimin seolah kehilangan figur sejati untuk dicintai. Mereka berbondong-bondong mengidolakan tokoh fiktif novel ketimbang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, teladan sejati –yang riil (nyata)- bagi kaum muslimin dalam hal cinta dan ketulusan
Tafsir Ayat
Dikisahkan oleh Imam al-Baghawi dalam tafsirnya Ma’aalimut Tanziil (1/341. Cet. Daar Thoyyibah 1423 H), bahwa ayat ini turun ketika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam berkata kepada kafir Quraisy yang tengah bersujud menyembah berhala (simbol tokoh-tokoh wafat yang dikeramatkan); “Wahai segenap kaum Quraisy! Sungguh kalian telah menyalahi agama Bapak kalian, Ibrahim dan Isma’il”. Kafir Quraisy lantas menjawab: “Kami menyembah berhala itu semata-mata cinta kepada Allah, agar mereka (tokoh-tokoh wafat yang dikeramatkan itu) mendekatkan kami kepada Allah”. Maka Allah menjawab dengan ayat di atas.
Ulama tafsir yang lain mengaitkan ayat ini sebagai jawaban atas klaim Yahudi dan Nashrani yang mengatakan bahwa merekalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya, sebagaimana yang termaktub dalam (QS. Al-Maa-idah ayat 18): “(Artinya) Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: ‘Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya’….” [lih. Ma’aalimut Tanziil: 1/341]
Terlepas dari latarbelakang turunnya ayat, para ulama tafsir sepakat menjadikan ayat tersebut sebagai “ayat cinta” yang menguji kejujuran dakwaan cinta seorang pecinta kepada yang dicintai (Allah). Sebagaimana diungkapkan oleh Imam Hasan al-Bashri rahimahullaah: “Suatu kaum mengaku cinta kepada Allah, maka Allah menguji mereka dengan ayat ini”. [Tafsir Ibnu Katsir: 2/299, Cet. Daar Ibn Hazm 1419 H]
Betapa indahnya ungkapan Ibnul Qayyim rahimahullaah ketika menafsirkan ayat cinta ini [Raudhatul Muhibbiin: 251. Lih. Badaa-i’ut Tafsiir: 1/498]: “Maka Allah menjadikan ittiba’ (mengikuti) Rasul sebagai bukti kecintaan mereka kepada Allah. Keadaan seorang hamba yang dicintai Allah lebih tinggi dari keadaannya yang mencintai Allah. Permasalahannya bukan pada (pengakuan) cintamu kepada Allah, akan tetapi (apakah) Allah mencintaimu. Maka ketaatan kepada yang dicintai (Allah dan Rasul) adalah bukti cinta kepada-Nya, sebagaimana diungkapkan (dalam syair) Artinya:
“Engkau bermaksiat kepada ilahi, sedangkan engkau mendakwa cinta kepada-Nya”
“Ini dalam analogi adalah kemustahilan yang diada-adakan”
“Jika saja dakwaan cintamu jujur, niscaya engkau akan mentaati-Nya”


“Sesungguhnya seorang pecinta terhadap yang dicintai, akan taat”
Semua orang, entah ia jujur dalam ketaatannya atau seorang munafik yang bermuka dua, bisa berucap: “Saya mencintaimu Yaa Allah”, namun apakah Allah membalas cintanya? Inilah yang menjadi inti permasalahan. Maka bukti kejujuran seorang hamba dalam mencintai Allah adalah ittiba’-nya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam. Tentu saja yang dimaksud ittiba’ di sini adalah dalam segala hal, baik yang dicontohkan untuk kita kerjakan ataupun yang beliau tinggalkan (tidak kerjakan) untuk kita tinggalkan pula (Silahkan baca Al-Hujjah edisi sebelumnya Vol. 06, yang berjudul: “Merajut Ulang Makna Uswatun Hasanah, Antara Sunnah Fi’liyyah dan Sunnah Tarkiyyah”).
Imam Ibnu Katsir rahimahullaah menafsirkan: “Ayat ini merupakan pemutus hukum bagi setiap mereka yang mengaku cinta kepada Allah, sedangkan ia tidak berada di atas jalan Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam. (Jika demikian) maka sungguh ia seorang pendusta dalam pengakuannya, sampai ia mengikuti syari’at dan agama Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam pada seluruh ucapan dan perbuatan beliau. Sebagaimana riwayat hadits yang shahih (riwayat Muslim) dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, bahwasanya beliau bersabda: “(Artinya) barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalannya itu tertolak”. [Tafsir Ibnu Katsir: 2/299, Cet. Daar Ibn Hazm 1419 H]
Cinta, Antara Dakwaan dan Kenyataan
Nah, dengan timbangan cinta sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, tentunya kita bisa menilai diri kita masing-masing, apakah kita telah benar-benar mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan cinta yang jujur? Ataukah kata cinta yang kita ucapkan pada Allah dan Rasul-Nya hanya sebatas pemanis di bibir dan penghias bait-bait qasidah (baca: nasyid) yang justru melalaikan kita dari al-Qur-an? Atau mungkin definisi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya sudah cukup terwakilkan oleh tetesan air mata dan bergolaknya perasaan setelah mengikuti alur cerita novel dan film “Islami”? Sungguh, jika demikian, kita telah terbuai oleh halusnya tipuan setan.
Inilah kenyataan yang merebak saat ini. Sebagian kaum muslimin begitu mengidolakan tokoh-tokoh fiktif dalam novel dan film, hanya karena tokoh-tokoh khayal tersebut diskenariokan berhias dengan sebagian kecil dari keindahan ajaran Islam. Sementara tokoh nyata yang mulia nan agung, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam, yang merepresentasikan keindahan ajaran Islam secara kaffah (sempurna), seolah terkikis dan terlupakan oleh pamor artis dan biduan. Inikah ayat-ayat (baca: tanda-tanda) cinta kepada Allah? Semestinya, jika pengakuaan cinta itu jujur, niscaya mereka berbondong-bondong menuju majelis ilmu, bukan justru mengantri di loket bioskop dan outlet novel “Islami”. Karena hanya di majelis ilmulah, dibacakan ayat-ayat Allah dan hadits-hadits Rasul-Nya. Menghadiri majelis ilmu, inilah tanda cinta yang hakiki kepada Allah dan Rasul-Nya.



Sahl bin ‘Abdillah rahimahullaah pernah berucap: “Tanda cinta kepada Allah adalah cinta pada al-Qur-an. Tanda cinta pada al-Qur-an adalah cinta pada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam. Dan tanda cinta pada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam adalah cinta pada sunnahnya…” [lih. Tafsir al-Qurthubi: 4/63, Cet. Daarul Kitaab al-’Arabi]
Bisakah seseorang dikatakan mencintai Allah, jika ia mengerjakan sesuatu yang tidak pernah disyari’atkan dan diperintahkan oleh Nabi-Nya dalam urusan agama ini?
Contoh nyata:
Sebagian kita masih saja beralasan bahwa merayakan maulid Nabi –yang notebene tidak pernah disyari’atkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam - adalah tanda cinta kepada Rasulullah r dan wujud syukur kita kepada Allah. Padahal kenyataannya, para Sahabat sebagai figur yang paling mencintai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam dan paling bersyukur kepada Allah, tidak pernah mengadakan ritual maulidan. Seandainya merayakan maulid Nabi adalah simbol cinta yang disyari’atkan oleh Allah dan Rasul-Nya, tentu para Sahabat adalah yang paling dulu dan paling antusias mengamalkannya daripada kita. Sebagaimana ungkapan yang telah menjadi kaidah baku di kalangan ulama Ahlussunnah wal Jamaa’ah:
لَوْكَانَ خَيْرًا لَسَبَقُوْنَا إلَيْه
“Kalau seandainya itu baik, niscaya mereka (para Sahabat) telah lebih dulu mengerjakannya.” Karena para Sahabat adalah orang-orang yang paling bersemangat dan rakus dalam mengerjakan amal ibadah.
Kiat Meraih Cinta-Nya
Jalan tercepat menggapai cinta al-Khaaliq adalah dengan memurnikan tauhid kepada-Nya, menjauhkan diri dari kesyirikan dan ragam bentuk kekufuran. Kemudian mengerjakan hal-hal yang diwajibkan oleh syari’at Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa salam, menjauhkan diri dari semua larangan dan segala bentuk ibadah yang tidak dicontohkan oleh beliau dalam agama ini. Baru setelah itu berhias dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan naafilah (sunnah).
Inilah yang diisyaratkan oleh Hadits Wali:
“(Artinya) Sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman: “Barangsiapa memusuhi Wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya.


Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dari-Ku pasti Aku akan melindunginya”. [Shahih Bukhari no. 6137]
Senantiasa membasahi lidah dengan dzikir kepada Allah, juga merupakan sebab terbesar dalam meraih cinta Allah. Karena di antara ciri khas seseorang yang tengah dilanda cinta adalah senantiasa menyebut dan mengingat orang yang dicintainya. Demikian pula Allah, Dia selalu mengingat hamba-hamba-Nya yang berdzikir dan bermunajat kepada-Nya. Allah berfirman:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ
“(Artinya) Karena itu, berdzikirlah (ingat) kalian kepada-Ku niscaya Aku akan ingat kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku”. [Al-Baqarah: 152]
Bergaul dan berinteraksi dengan akhlak yang mulia bersama hamba-hamba Allah lainnya juga bisa mendatangkan cinta dan kasih sayang Allah, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam:
“(Artinya) Orang-orang yang penyayang, mereka itu akan disayang oleh Allah Tabaaraka wa Ta’ala (Yang Maha berkat dan Maha Tinggi). oleh karena itu sayangilah orang-orang di muka bumi, niscaya Dzat yang di atas langit akan menyayangi kamu”. [Silsilah Shahihah no. 925]
Satu lagi yang tidak kalah penting dalam berusaha meraih cinta Allah, yaitu do’a. Hafalkan dan amalkanlah do’a -dari sunnah yang shahih- berikut ini di waktu-waktu yang mustajab.
Artinya: “Ya Allah. Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu; perbuatan yang memiliki banyak kebaikan, dan meninggalkan berbagai macam kemunkaran, mencintai orang-orang miskin dan Engkau mengampuni serta menyayangiku. Dan jika Engkau menimpakan fitnah (malapetaka) bagi suatu kaum, maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terimbas fitnah itu. Dan aku memohon kepada-Mu rasa kecintaan pada-Mu, dan cinta pada orang-orang yang mencintai-Mu, juga cinta pada amal perbuatan yang akan menghantarkan aku untuk mencintai-Mu.” [Hadits Hasan, riwayat Ahmad: V/243, at-Tirmidzi: 3235] .::.
 Smoga bermanfaat....


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/ayat-ayat-cinta.html

TAFSIR SURAT ASY-SYU"ARAA

Assalam mualaikum warahmatullahi wabarokatuh...
Bismillahirrahmanirrakhiim....
Marilah kita menyimak firman Allah dlm AlQur"an surat Asy-Syu"araa berikut ini...
Setelah menyimaknya,apa yg anda peroleh dari firman Allah tersebut??
Dan bagaimana pendapat Anda" ttg kebiasaan (adat) yg tdk sesuai dg syariat islam...


==== QS: 26:69-82====
69: Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim.
70: Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kamu sembah?”
71: Mereka menjawab: “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya”.
72: Berkata Ibrahim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa) mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?,
73: Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?”
74: Mereka menjawab: ” (Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian”.
75: Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah,
76: kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?,
77: Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam,
78: (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku,
79: dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,
80: dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,
81: dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),
82: dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”.
====== QS: 26: 133-139======
133: Dia telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak,
134: dan kebun-kebun dan mata air,
135: sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar “.


136: Mereka menjawab:” Adalah sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat,
137: (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu,
138: dan kami sekali-kali tidak akan diazab.
139: Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.
menurut anda, adakah bencana-bencana di Indonesia disebabkan oleh adat-istiadat [kebiasaan] yg dilakukan oleh mereka yg masih melaksanakan adat tersebut, sementara apa yg mereka lakukan itu bisa dikatagorikan menuhankan sesuatu apapun selain Allah[sesuatu yg tidak diperintahkan di dalam AL-Qur'an dan As-sunah]??


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/tafsir-surat-asy-syuaraa.html