Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Minggu, 26 Februari 2012

~..~ Rahasia Kebahagiaan Hidup ~..~

Rahasia kebahagiaan adalah memusatkan perhatian pada kebaikan dalam diri orang lain.
Rahasia kebahagiaan adalah tidak menghindari kesulitan. Dengan memanjat bukit, bukan meluncurinya, kaki seseorang tumbuh menjadi kuat.
Rahasia kebahagiaan adalah melakukan segala sesuatu bagi orang lain. Air yang tak mengalir tidak berkembang. Namun, air yang mengalir dengan bebas selalu segar dan jernih.Rahasia kebahagiaan adalah belajar dari orang lain, dan bukan mencoba mengajari mereka. Semakin Anda menunjukkan seberapa banyak Anda tahu, semakin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam pengetahuan Anda. Mengapa bebek disebut “bodoh”? Karena terlalu banyak bercuap-cuap.
Rahasia kebahagiaan adalah kebaikan hati: memandang orang lain sebagai anggota keluarga besar Anda. Sebab, setiap ciptaan adalah milik Anda. Kita semua adalah ciptaan Tuhan yang satu.
Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama orang lain, sebagai sahabat, dan bukan menertawakan mereka, sebagai hakim.  


Rahasia kebahagiaan adalah tidak sombong. Bila Anda menganggap mereka penting, Anda akan memiliki sahabat ke manapun Anda pergi. Ingatlah bahwa musang yang paling besar akan mengeluarkan bau yang paling menyengat.
Kebahagiaan datang kepada mereka yang memberikan cintanya secara bebas, yang tidak meminta orang lain mencintai mereka terlebih dahulu. Bermurah hatilah seperti mentari yang memancarkan sinarnya tanpa terlebih dahulu bertanya apakah orang-orang patut menerima kehangatannya.
Kebahagiaan berarti menerima apapun yang datang, dan selalu mengatakan kepada diri sendiri “Aku bebas dalam diriku”. Kebahagiaan berarti membuat orang lain bahagia. Padang rumput yang penuh bunga membutuhkan pohon-pohon di sekelilingnya, bukan bangunan-bangunan beton yang kaku. Kelilingilah padang hidup Anda dengan kebahagiaan.
Kebahagiaan berasal dari menerima orang lain sebagaimana adanya; nyatanya menginginkan mereka bukan sebagaimana adanya. Betapa akan membosankan hidup ini jika setiap orang sama. Bukankah taman pun akan tampak janggal bila semua bunganya berwarna ungu?
Rahasia kebahagiaan adalah menjaga agar hati Anda terbuka bagi orang lain, dan bagi pengalaman-pengalaman hidup. Hati laksana pintu sebuah rumah. Cahaya matahari hanya dapat masuk bilamana pintu rumah itu terbuka lebar.
Rahasia kebahagiaan adalah memahami bahwa persahabatan jauh lebih berharga daripada barang; lebih berharga daripada mengurusi urusan sendiri; lebih berharga daripada bersikukuh pada kebenaran dalam perkara-perkara! yang tidak prinsipil.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/rahasia-kebahagiaan-hidup.html 

== Love Is... ==

Love is always patient and kind.
it is never jealous
Love is never boastful or conceited.
It is never rude or selfish
It does not take offense and is not resentful
Love takes no pleasure in other people's sins... but delight in the truth.
It is always ready to excuse, to trust, to hope...and to endure whatever comes...

You taught me everything about life, hope and the long journey ahead
I'll always miss you
our love is like the wind
I can't see it but i can feel it...
Thank's Alloh for this taste that you give to me.

***
far from the bottom of my heart..i'm thinking of you
Maybe Alloh has a bigger plan for me than i had for myself Like, this journey never ends Like, you were sent to me because i'm undecided to help me through all this

Lighten up ...
you're my angel.
i'm afraid of not being with you


cause i'm not a perfect man, i've feel who also had a sense of disappointment as well
Think it is You..
I love you because of Alloh SWT.

Hope so..
Time can be a witness to my pledge this
Love is...cause of Alloh SWT


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/love-is.html

== Cermin Diri ==


Dikisahkan, ada seorang pria yang sedang mengalami masalah bertubi-tubi. Rumah tangganya tidak harmonis.
Bersamaan dengan itu, dia pun terkena perampingan karyawan di perusahaannya sehingga dia harus berhenti bekerja.
Pada waktu yang senggang, dia berpikir dan mengevaluasi diri. Apa yang salah dengan hidupku? Mengapa aku gagal terus? Bagaimana caranya untuk merubah kegagalan dengan kesuksesan?
Dimulailah pencarian jawaban atas pertanyaannya dengan pergi ke toko buku dan membeli buku-buku yang dianggapnya mampu memberi jawaban. Setelah beberapa buku habis di baca, dia merasa tidak puas dan tidak pula menemukan jawabannya.
Tiba-tiba timbul inspirasi di pikirannya, kenapa aku tidak menanyakan langsung saja ke penulis buku-buku itu?
Pasti akan lebih berhasil bila aku bisa mendapatkan petunjuk langsung dari si penulis. Maka ditemuilah si penulis buku.
Setelah menceritakan semua kegagalan yang dialaminya, dia berkata,
“Tuan penulis, tolong ajarkan kepada saya, rumus dan cara yang bisa membuat saya sukses”.
Si penulis pun menjawab,
“Kalau anda membaca buku saya dengan teliti, dan menjalankan dengan nyata , tentu akan ditemukan cara-cara menuju sukses”
”Saya sudah membaca habis, bahkan hafal isi buku anda, tetapi tetap saja belum menemukan rumus sukses. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk bertanya langsung”.
Si penulis berpikir sejenak dan berkata, “Baiklah, saya akan ketemukan kamu dengan seseorang.
Biar dia yang memberitahu kamu bagaimana cara sukses dalam hidup ini”.
Dengan gembira si pria bertanya, “Dimana orang itu bisa saya temui?”
Si penulis mengajak pria itu ke sebuah kamar, “Dia ada di dalam kamar ini”.
Maka Pria itu pun mengetuk pintu dan segera masuk ke dalam kamar. Namun dia heran karena tidak ada seorangpun di dalam kamar tsb, yang ada hanya sebuah cermin besar.
Lalu si Penulis berkata, “Lihatlah ke cermin itu.
Orang yang ada di cermin itu adalah sang penolong yang kamu cari untuk menunjukkan bagaimana caranya meraih sukses.
Sesungguhnya hanya kamu yang bisa menolong dirimu sendiri, tanpa kamu berani memulai dari dirimu sendiri untuk berusaha dan berjuang maka kamu tidak akan meraih sukses!”
Seketika itu juga si pemuda tersadar.
Bukankah Inti dr semua keresahan maupun permasalahan yang ada pada seseorang baik itu berupa menghilangkan rasa Bete, jenuh, mengalahkan Sikap Egois, Arogan, Ujub etc, mudah putus asa, Sakit hati, Hati yang terluka karena sikap seseorang atau Cinta,mudah tersinggung, cepat marah, tidak bersemangat, malas, kurang/tidak amanah, ingin menjadi sukses baik di dunia & akhirat,Ingin menjadi seorang yang setia, ingin menjadi seorang yang sholeh/ah, ingin dicintai&mencintai karena Alloh, etc... Kesemua hal tersebut dikembalikan ke Individu pribadi masing" manusia.
Inti dari permasalahan hidup ini, seberapa kenal anda mengenal dengan diri anda dan seberapa bijak pula anda memaknai quote ini "Man Jadda Wajada" ??
Ibnul Qayyim berkata, "Barangsiapa mengenal Allah niscaya mengenal selain-Nya. Dan barangsiapa jahil terhadap Rabb-nya niscaya lebih jahil terhadap selain-Nya." [Al 'Ilmu, Fadhluhu wa syarfuhu, halaman 98]
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” (QS. Ar-Ra'du (13) :11)

== Ummu Sulaim )) ==

Kisah ini adalah kisah Ummu Sulaim dan suami beliau Abu Thalhah. Kisah ini bermula ketika keluarga Ummu Sulaim mendapatkan ujian berupa musibah sakitnya putra Ummu Sulaim dan Abu Thalhah. Putra beliau yang sakit parah ketika itu ditinggalkan oleh sang ayah Abu Thalhah untuk menghadiri majelis ilmu bersama Rasulullah SAW. Ketika ditinggalkan ayahnya, kondisi putra Ummu Sulaim malah bertambah parah, bahkan hingga meninggal dunia malam hari itu. Namun Ummu Sulaim tetap tabah bahkan sangat sabar menghadapi meninggalnya putra beliau. Ketika Abu Thalhah pulang dari majelis ilmu bersama Rasulullah SAW, beliau bertanya kepada Ummu Sulaim “Ya Ummi, bagaimana keadaan putra kita?” dan Ummu Sulaim pun menjawab “Wahai Abi, tidak pernah aku melihat putra kita dalam keadaan setenang ini!”. Mendengar jawaban sang istri Abu Thalhah pun merasa sangat senang bahkan bahagia. Kemudian tidak lama setelah perbincangan itu, Ummu Sulaim pun berdandan menghias dirinya sendiri, sesuai dengan tuntunan Rasulullah bahwa seorang istri hanya diperbolehkan berdandan hanya untuk suaminya. Dan Ummu Sulaim pun kemudian mengajak Abu Thalhah untuk berjima’ atau melakukan hubungan suami istri. Ketika pasangan suami-istri tersebut melakukan jima’, Ummu Sulaim pun bertanya kepada Abu Thalhah “Wahai suamiku, aku ingin bertanya kepadamu..”. “silahkan istriku” jawab Abu Thalhah. “Apabila Engkau mendapatkan suatu titipan, dan kemudian pemiliknya meminta barang itu kembali, apakah Engkau akan mengembalikannya?” Tanya Ummu Sulaim. Abu Thalhah menjawab “Tentu saja, karena barang itu milik orang lain, bukan milikku”. “Dan tahukah Engkau wahai suamiku, anak kita adalah titipan dari ALLAH SWT? Dan sekarang anak kita telah diambil lagi oleh pemiliknya…”. Abu Thalhah pun bertanya “apa maksudmu wahai istriku?”. “Ya, anak kita telah meninggal dunia…” Ummu Sulaim pun menjawab. Mendengar jawaban itu, Abu Thalhah pun kemudian marah kepada Ummu Sulaim, Abu Thalhah marah kepada Ummu Sulaim karena beliau tidak langsung memberitahukan meninggalnya putra beliau kepada Abu Thalhah dan juga dalam keadaan tertimpa musibah seperti itu, Ummu Sulaim pun masih sempat mengajak suaminya untuk berhubungan suami-istri atau berjima’. Keesokan harinya, Abu Thalhah pun mendatangi kediaman Rasulullah SAW untuk mengadukan perbuatan istrinya kepada Rasulullah. Ketika sampai di depan kediaman Rasul, Rasulullah SAW langsung bertanya kepada Abu Thalhah “Wahai sahabatku, apakah tadi malam Engkau telah melakukan ‘Bulan Madu’ bersama istrimu, karena wajahmu terlihat begitu cerah?”. Abu Thalhahpun menjawab “Benar Rasulullah, namun bukan itu yang ingin hamba sampaikan kepada Engkau wahai Rasulullah…” dan kemudian Abu Thalhah menceritakan semua kejadian tadi malam kepada Rasulullah SAW. Mendengar cerita Abu Thalhah, Rasulullah SAW kemudian langsung mendoakan Ummu Sulaim dan Abu Thalhah agar keduanya diberikan keturunan yang shaleh dan shalehah oleh ALLAH SWT. Beberapa waktu kemudian Ummu Sulaim pun hamil dan kemudian melahirkan seorang anak yang diberi nama Abdullah bin Abu Thalhah yang kemudian dikenal menjadi seorang yang sangat alim dan shaleh. Setelah Abdullah bin Abu Thalhah menikah pun, beliau kemudian dikaruniai 10 orang anak oleh ALLAH SWT yang dikenal sebagai penghafal Al-Qur’an yang alim.


Dari kisah Ummu Sulaim tersebut, mungkin itu adalah salah satu contoh hasil dari ketawwakkalan mahluk kepada ALLAH SWT yang kemudian dibalas oleh ALLAH SWT dengan sesuatu yang jauh lebih baik lebih dari yang kita harapkan.
 "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". [Al Baqarah/2:155-157]
)) Ummu Sulaim binti Malhan adalah ibu kandung Anas bin Malik, pelayan Rasulullah SAW. Ia masuk Islam sejak di Makkah. Ia ditinggalkan suaminya sebab benci karena Ummu Sulaim memeluk islam. Ketika Anas sudah beranjak dewasa, Abu Thalhah al-Anshari hendak menyunting Ummu Sulaim untuk dijadikan istri. Saat itu Abu Thalhah masih musyrik. Ummu Sulaim menolak lamaran Abu Thalhah sambil menjelaskan bahwa seorang muslimah tidak boleh menikah dengan seorang musyrik. Ummu Sulaim juga berbicara kepada Abu Thalhah tentang Islam serta mendorongnya untuk memeluk Islam. Akhirnya Abu Thalhah benar-benar tertarik kepada Islam dan mengumumkan bahwa dia telah memeluk Islam. Kemudian Ummu Sulaim berkata kepada Abu Thalhah, "Saya akan menikah denganmu dan saya tidak akan meminta mas kawin apa pun selain Islam." Mas kawin Ummu Sulaim adalah mas kawin yang paling berharga. Hingga dikatakan bahwa tidak ada mas kawin yang lebih berharga dari mas kawin Ummu Sulaim, yaitu Islam.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/ummu-sulaim.html

"Meraih Syurga dengan silaturrahmi."

Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam  bersabda,
“Ada seorang laki-laki bersilaturahim ke saudaranya yang tinggal di desa lain, maka Allah mengutus seorang malaikat untuk menemuinya. Tatkala bertemu dengan lelaki tersebut maka malaikat bertanya, “Hendak kemanakah saudara?” Lelaki tersebut menjawab, “Saya ingin bersilaturahim ke saudaraku di desa ini.” Malaikat kembali bertanya, “Apakah kamu menziarahinya karena ada sesuatu kenikmatan yang akan engkau raih?“ Lelaki tersebut menjawab, “Tidak, saya melakukan silaturahim ini semata-mata kecintaan saya terhadapnya karena Allah.” Malaikat kemudian berkata, “ Sesungguhnya saya diutus Allah untuk menemui kamu untuk menyampaikan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karena-Nya.”
(HR. Muslim).
Sahabat, kehidupan ini merupakan aktivitas sosial yang harus dilakoni oleh setiap manusia karena ia merupakan makhluk sosial yang sangat bergantung terhadap sesama. Kehidupan ini akan sukses bilamana antar individu saling menghormati, menghargai, harmonis, dan bersaudara.
  • Sebaliknya, ia akan gagal bilamana antar individu saling cekcok, buruk sangka, dan egois. Di sinilah perlu adanya perekat jika timbul ketidakharmonisan atau terjadi percekcokan dalam hubungan antara sesama manusia.
 Maka, harus dilakukan suatu usaha untuk menentramkan kembali ikatan persaudaraan dengan melakukan silaturahim. Sekilas, silaturahmi merupakan hal yang sepele namun bila kita mau mengkaji dan mentadaburi ayat-ayat Allah Subhanahu Wa Ta'ala  dan sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam maka kita dapatkan keutamaan dan keistimewaan yang membangkitkan semangat salafunas-shaleh (generasi sebelum kita) untuk berlomba-lomba menerapkannya.
  • Dalam salah satu perintah-Nya, Allah SWT berfirman, “Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.” (QS. An-Nisaa'[4]:1). 
  • Dan pada ayat lainnya Allah menguatkan, “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (QS. Ar-Ra'd [13]:21).
 Bahkan Rasulullah SAW menandaskan bahwa hanya orang-orang yang beriman kepada Allah SWT  dan hari akherat yang paling gigih menerapkannya. Dari Abu Hurairah ra sesungguhnya Rasulullah SAW  bersabda “…
barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akherat maka lakukanlah silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalil di atas merupakan landasan syar’i akan perlunya silaturahim antar anggota masyarakat bahkan perintah yang semestinya kita terapkan. Dan bila kita kembali mengkaji dan mentadaburi pedoman hidup kita (Al Qur`an dan As Sunah), maka Allah dan Rasul-Nya tidak semata memerintahkan umatnya untuk menerapkan perintahnya tanpa memberi tahu keutamaan pelaksanaannya dan ancaman meninggalkan atau memutus hubungan silaturahmi.
 Keutamaan silaturahmi
 Diantara keutamaan yang akan diraih oleh orang yang selalu melakukan silahturahmi :
 1. Akan diluaskan rizkinya. Rasulullah SAW  bersabda, “ Barang siapa yang suka diluaskan rizki dan  dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.”  (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
2. Akan diperpanjang umurnya.
3. Akan selalu berhubungan dengan Allah SWT. Dari ‘Aisyah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda,
"Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang  menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Akan dimasukan kedalam golongan yang beriman kepada Allah dan hari akherat. Dari Abu Hurairah ra sesunguhnya Rosulullah saw bersabda, Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akherat maka lakukanlah silaturahmi (HR. Bukhari dan Muslim).
Sedangkan ancaman dan akibat yang akan didapat oleh orang yang memutus hubungan silaturahmi sbb :
1. Akan terputus hubungannya dengan Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda,
"...dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan denganNya"
(HR. Bukhari, dan Muslim).
2. Tidak termasuk golongan yang beriman kepada Allah swt dan hari akherat.
 3. Akan sempit rizkinya.
 4. Akan pendek umurnya.
 5. Akan dilaknat oleh Allah dan dimasukan kedalam neraka jahanam. (QS.13:25 & 47:22,23)
 6. Tidak masuk surga. Dari Abu Muhammad Jubair bin Mut’im ra sesungguhnya Rosulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
 Itulah beberapa keutamaan bagi orang yang melakukan silaturahmi dan ancaman bagi orang yang meninggalkannya.
 Etika silaturahmi
 Dalam melakukan silaturahmi kitapun harus memperhatikan beberapa etika silaturahmi sehingga membuahkan faidah yang baik bagi kedua belah pihak dan tidak mendzolimi teman yang kita ziarahi. Diantara etika tersebut :
 1. Silaturahmi yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT bukan karena dunia atau tujuan lainnya. Mungkin kisah diatas merupakan gambaran nyata sebagai barometer suri teladan.
 2. Membawa hadiah untuk saudara yang akan diziarahi. Rasulullah SAW bersabada, Saling berbagi hadiahlah diantara kalian maka kalian akan saling mencintai.
 3. Memperhatikan waktu silaturahmi. bila kita ingin bersilaturahmi maka kita harus memperhatian objek yang kita akan diziarahi, karena antar individu berbeda dalam jadwal kerja dan aktivitas. Mungkin di antara mereka ada yang bisa menerima tamu pada waktu asar namun diantara mereka tidak bias menerimanya.
 4. Dan hal yang sangat penting adalah masa ziarah yang kadang kita kebablasan sedangkan tuan rumah memiliki aktivitas lain yang harus dikerjakan dan malu untuk mengungkapkannya karena takut akan menimbulkan persepsi negatif penziarah terhadap dirinya.
Inilah beberapa hal tentang silaturahmi, semoga hal ini bisa memacu kita untuk berlomba-lomba dalam menerapkannya, Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.
 
 

"Tanda-Tanda Dibukanya Pintu Kesenangan."

  • "Jika Allah memberi rasa kebosanan kepadamu dari makhluk-Nya, maka ketahuilah sesungguhnya Dia menghendaki pintu kesenangan kepadamu dengan-Nya."
  • Cinta sejati tidak bisa terbagi. Jika seseorang masih berbagi cintanya kepada makhluk dan kepada Allah, maka berarti ia termasuk hamba yang plin-plan. Ia tak akan sampai kepada pintu kesenangan dengan-Nya.  Karena dalam perjalanan menuju Allah masih terseret pada makhluk yang dicintai.
  • Sadarilah bahwa hati hanya bisa mempunyai satu arah dalam satu waktu. Jika hati kita tertarik atau terikat dengan makhluk, seperti ketergantungan kepada manusia, cinta harta benda, dan kesenangan-kesenangan, maka pada waktu yang bersamaan perhatian kita kepada Allah akan terbagi.
  • Bergabung bersama makhluk memang mendapatkan kesenangan. Namun kesenangan itu akan mengalami perubahan seiring dengan waktu. Kedamaian akan berubah menjadi kesedihan, kepuasan berubah menjadi kerakusan dan kesenangan berubah menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.
  • Akan tetapi jika kita telah merasa jemu pada sesama makhluk kemudian hanya bergantung kepada Allah, maka itu pertanda bahwa Dia membukakan pintu kesenangan dengan-Nya. Artinya, kita sudah tidak butuh lagi kepada sesama manusia, dan pula mendambakan duniawi, tetapi lari kepada Allah. Dan akhirnya Allah membuka Rahmat. Hati kita hanya tertuju kepada satu arah, yaitu kepada Yang Maha Kasih. Cinta Sejati kepada-Nya, sehingga lambat laun kita merasakan "Kemesraan" terhadap-Nya.
Wallahu'alam...
 
 

"Ghirah" ( Cemburu )

  • "Ghirah  itu ada dua macam, yaitu ghirah (kecemburuan) manusia pada sesamanya dan yang kedua adalah kecemburuan Tuhan kepada Hati."
  • {Dalf Asy Syibli}.
 "Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan keji, baik yang tampak ataupun tersembunyi."
  • {QS. Al-A'raf:33}.
Dari Aisyah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam, bersabda (yang artinya);
 "Tidaklah seseorang yang lebih ghirah (cemburu ) dari Allah termasuk kecemburuannya adalah mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak atau yang tersembunyi." (HR. Bukhari).
 Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam, bersabda (yang artinya); 
  • "Sesungguhnya Allah ghirah (cemburu), dan orang mukmin semburu; kecemburuan Allah adalah jika seorang hamba yang beriman melakukan perbuatan yang diharamkan Allah Ta'ala."
  • {HR. Bukhari}
 Kecemburuan Allah adalah ketidaksukaan-Nya jika Dia disekutukan dengan makhluk. Jika seorang hamba mengatakan bahwa Allah adalah Tuhannya, maka ia tidak boleh menggantungkan nasib dan kehidupannya kepada sesama makhluk. Artinya, seseorang hamba harus mempunyai akidah bersih dari kemusyrikan.
 Sariy as Saqti berkomentar tentang Ayat Allah Subhanahu Wa Ta'ala , artinya:
  • "Dan apabila kamu membaca Al-Qur'an, niscaya Kami buatkan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman, kepada kehidupan akhirat, (Yaitu) suatu dinding yang tertutup." {QS. Al-Isra:45}.
 Yang dimaksud adalah dinding penutup, yaitu ghirah (cemburu). Tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah. Artinya, Allah tidak menghendaki orang-orang kafir mengetahui kebenaran agama. Orang kafir tertutup dari kebenaran sehingga sulit menerima nasihat baik.
 Ali ad-Daqaq berkata, "Sesungguhnya orang-orang yang malas beribadah adalah mereka yang mengikat kebenaran di bawah kaki mereka seperti orang-orang yang hina. Sedangkan mereka menunda-nunda ibadahnya. Mereka menjadi terlambat."
  • Dalam hal ini seakan-akan mereka berkata;
 aku adalah orang yang jatuh cinta,
pada orang yang kucintai,
akan tetapi keburukan menghalangiku,
dari memandang orang yang kucintai.
 Ad-Daqaq juga berkata, "Bagi orang sakit yang tidak kunjung sembuh, bagaikan orang yang berharap kesembuhan namun impiannya tidak terwujudkan." 
Abbas Az-Zauzani memberi kesaksian tentang pengalamannya,
  • "Aku memiliki suatu awal kebaikan. Aku tahu berapa jauh jarak yang hendak kutempuh untuk mencapai tujuan keselamatan yang kudambakan. Suatu malam aku bermimpi, seakan-akan aku tergelincir dari lereng gunung yang tinggi. Padahal aku ingin sekali mencapai puncaknya. Namun tak berhasil. Aku merasa lelah dan hatiku sedih. Mendadak aku terbangun. Aku mendengar ada seseorang yang memanggil namaku, "Wahai Abbas, Allah belum menghendakimu sampai pada sesuatu yang engkau inginkan. Namun Allah telah membuka hikmah dari lisanmu."  Lalu di pagi harinya, tersingkaplah hijab keajaiban. Aku diilhami beberapa kalimat hikmah."
 An Nashr berkata, "Sesungguhnya Allah itu sangat Pencemburu. Di antara kecemburuan-Nya adalah Dia tidak mengizinkan hamba-Nya menuju jalan kepada selain Dia."
 Abul Hasan Al Khazfani mengatakan,
  • "Tiada Tuhan selain Allah, dari dalam hati, Muhammad utusan Allah, dari telinga. Barang siapa yang melihat dari lahir kata ini, maka pasti ia akan mengira bahwa ucapan ini meremehkan syariat dan tidak mengingat bahaya kecemburuan Allah. Karena, kekuasaan Allah mengecilkan kepada selain-Nya."
Wallahu'alam. 
 
 

"Hikmah" dibalik nafsu.

  • Hendaknya kita mampu menjaga nafsu agar tidak berkeluh kesah kepada sesama manusia. Jika menghadapi setiap permasalahan kita harus mengadu kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tidak dengan yang lain
  • Nafsu harus diajari agar dapat diatur dan dikendalikan. Mengajari nafsu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan Ikhlas semata-mata karena Allah. Jika tidak sungguh-sungguh justru kita akan dikalahkan oleh nafsu.
Anjing sebuas apapun jika ia diajari dan dijinakkan, maka binatang itu bisa menjaga hasil buruannya dan menanggalkan kebuasan serta tabiatnya sementara waktu. Begitu pula burung atau binatang lainnya, ia tidak sembarang memakan umpan yang dibuat untuk menjebak dirinya. Begitu pula dengan diri kita, di dunia ini banyak jebakan-jebakan yang membahayakan.
Jika kita tidak mampu menahan nafsu (keinginan) kita akan memungut jebakan itu, dan terkurung di dalam kesesatan.
Oleh karenanya, hendaklah kita mengajari nafsu dan memberi pemahaman kepadanya, hingga ia tidak memakan agama, tidak mencabik-cabik kita, dan tidak mengkhianati amanat Allah Azza Wa Jalla. Bukankah bagi seorang mukmin, agama itu adalah darah dan dagingnya ?.
Kita harus mengajari nafsu agar ia menjadi santun dan dapat menahan syahwat dari setiap jebakan-jebakan. Jika ia sudah belajar, paham dan bisa tenang, maka boleh kita bawa serta kemana saja pergi. Tetapi harus tetap kita kendalikan. Nafsu tidak boleh dilepas begitu saja. Apabila nafsu tenang, ia akan menjadi penyabar, pintar dan ridha menerima apa saja yang diberikan sebagai bagiannya.
Wallahu'alam,


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/hikmah-dibalik-nafsu.html 

Menuju Cara Beragama Yang Benar

Setelah seseorang diantar ke gerbang hidayah, dituntun oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ke pintu Islam, berarti ia telah mendapatkan setengah kebahagiaan. Akan tetapi, apakah hanya sampai di sana riwayat kebahagiaannya? Sampai disitukah pencariannya terhadap kebenaran? Tentu tidak, seseorang yang menghendaki hidayah kedua dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, hendaklah ia mengolah hidayah yang pertama.
Hidayah Allah Subhanahu wa Ta'ala yang pertama adalah keinginan untuk mencari kebenaran, lalu hamba tersebut mengolahnya dengan ilmu dan iman serta usaha dan amal, maka akan menghasilkan hidayah kedua dari Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu taufiq Allah Subhanahu wa Ta'ala pada seorang hamba dalam kebenaran pada semua tindakannya. Itulah yang disebut oleh Allah dalam al Qur'an,


"Dan orang yang berjuang di jalan Kami, akan Kami berikan kepada mereka hidayah jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al Ankabut: 69).
Para ulama berkata, "Kami beri mereka taufiq, untuk mendapatkan sasaran yang benar menuju jalan yang lurus, jalan itu yang mengantarkan mereka pada ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala."
"Dan Allah tambahkan orang yang diberi hidayah itu dengan hidayah." (QS. Maryam: 76).
Penafsiran ayat ini ada 5 pendapat, yaitu:1. Allah tambahkan dengan tauhid sebagai iman.2. Allah tambahkan pemahaman dalam agama.3. Allah tambahkan keimanan setiap kali turun wahyu.4. Allah tambahkan iman dengan nasikh wal mansukh.5. Allah tambahkan orang yang mendapatkan yang mansukh, petunjuk yang nasikh.
Zajjaj rahimahullah berkata (maknanya), "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menambah keyakinan mereka, sebagaimana orang kafir ditambahkan kesesatan bagi mereka."
Orang yang memperolah hidayah kedua merupakan orang pilihan Allah dan dialah wali Allah, sebagai tingkat keimanan muslim yang tertinggi. Buah dari kewalian tersebut adalah kecintaan dan pembelaan Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap hamba tersebut pada setiap kondisi dan keadaan.
Untuk menggapai hidayah yang kedua seorang muslim harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya:
1. BERJIWA HANIFHanif secara bahasa ialah 'condong kepadanya', orang yang hanif yaitu orang yang condong kepada kebenaran, kepribadian yang lurus dan istiqamah.
2. BERSERAH DIRIJika seseorang hendak mencari kebahagiaan dan jalan menujunya mudah, maka tentu pintu itu adalah pintu penyerahan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Penyerahan diri dalam perintah dan larangan-Nya, Iman dan Islam kepada-Nya, mengikuti kabar dan berita yang disampaikan-Nya.
Allah mengabarkan bahwa cara beragama yang baik adalah dengan berserah diri, (dalam firman-Nya):
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?" (QS. An Nisa: 125).
3. MEMILIKI MOTIVASISeseorang yang memperoleh hidayah mempunyai kemauan yang kuat dan motivasi yang tinggi, karena yang dicarinya adalah surga yang luasnya meliputi langit dan bumi.

Jika orang yang mencari dunia memerlukan semangat dan motivasi, tentu yang mencari akhirat lebih lagi.
Contoh terbaik dalam kemauan yang keras dalam mencari kebenaran adalah Salman al Farisi Radhiyallahu'anhu. Ia meninggalkan kekayaan dan kebesaran orang tuanya di Persia, dan berpindah dari negeri ke negeri dan dari guru ke guru lain, hingga akhirnya terjual menjadi budak di pasar Madinah. Setelah perjalanan yang sangat panjang tersebut baru bertemu dan beriman dengan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam, lalu akhirnya kembali ke Persiamenjadi gubernur di sana.
4. SABAR DAN YAKINSekiranya akal dapat diumpamakan dengan sebuah benteng yang kokoh, maka yang perlu diwaspadai adalah serangan syahwat dan syubhat.... Penangkal syahwat dengan sabar dan penangkal syubhat dengan yakin. Ketika terjadi pertautan antara sabar dan yakin, lahirlah kepemimpinan dalam agama.
Allah berfirman"Dan Kami jadikan dari kalangan mereka itu pemimpin-pemimpin dengan perintah Kami karena mereka bersabar, dan mereka telah sangat yakin dengan ayat-ayat Kami." (QS. As Sajdah: 24).


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/menuju-cara-beragama-yang-benar.html