Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Selasa, 05 Juni 2012

Wahai....

1. Jangan bersedih… jika tidak ada seorangpun yang mau membantumu
Hmmm ketika banyak orang meminta pertolongan… seringkali…
telinga-telinga tidak mendengar… hati membeku…tangan-tangan enggan terulur…
mata tak lagi ada sorot kasih dan mulutpun lebih mudah menghujat.
Apakah kita harus menyerah???? Mungkin … memang ini adalah JalanNYA…
mengajarkan kita untuk menahan diri tidak mengemis..
mencegah adanya pandangan hina terusap diwajah… Lalu…
apakah kita harus bersedih???? ALLAH S.W.T berniat mengasihi kita…
dengan caraNYA… DIA mengajarkan hanya bergantung padaNYA,
mengajarkan kesabaran yang panjang atas sebuah harapan dan memerintahkan kita untuk terus berdoa…
meningkatkan keimanan kita.
2.Jangan bersedih jika Dizalimi, Dilecehkan atau diHina orang lain
Islam mengajarkan untuk tidak mendendam dan membalas perlakuan yang tidak pada tempatnya pada kita, kenapa?????
Hal itu akan merendahkan dan meletakkan posisi kita sama dengan orang-orang tersebut.
Lalu… apakah kita harus diam??? Ada banyak cara untuk menyalurkan kemarahan…
dari membalas dengan kebaikan… hingga melakukan marah yang ma’ruf…,
yang tidak marah kepada orangnya tetapi marah pada perbuatannya.
sehingga orang tersebut dapat tersadar… Tergantung mana yang akan kita pilih…
3. Jangan bersedih, Jika berhadapan dengan Masalah
Karena masalah menjadikan kita kuat… Masalah menjadikan kita dewasa…
Masalah menjadikan kita makin beriman…
Masalah akan menjadi sumber pahala, jika kita mampu mendampingi orang yang terkena masalah.
Dan… dengan kita hanya menyibukkan diri melihat suatu masalah… dari sisi kesulitannya…
kita tidak akan pernah bisa keluar dari masalah itu…. bahkan akan makin terpuruk dan terkurung.
Bila mungkin ada luka Coba tersenyumlah Bila mungkin tawa
Coba bersabarlah Karena air mata tak abadi Akan hilang dan berganti
Bila mungkin hidup hampa dirasa Mungkinkah hati merindukan DIA Karena hanya dengan-NYA hati tenang Damai jiwa dan raga
“Dan Jangan kamu berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya tidaklah berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” QS Yusuf (12) : 87




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/wahai.html

Menjadi Muslimah Diam

Diam adalah emas...
Sahabat, sering kita dengar ungkapan tersebut. Namun diam seperti apakah yang akan menjadi emas? Tentu bukan diam karena tidak tahu, diam karena lemah, diam karena pasrah, atau diam karena menyerah kalah. Menjadi muslimah diam? Diam apakah yang akan menjadikan seorang muslimah menjadi pribadi unggulan yang dijadikan sebagai figur dambaan umat?

1. Dewasa.
Seorang muslimah dituntut untuk dewasa. Bukan hanya dewasa dari segi fisik atau usia, tetapi dituntut untuk bisa dewasa atau matang dalam sikap dan perbuatan. Seorang ibu dituntut untuk bersikap dewasa dihadapan anak-anak dan keluarganya. Jika seorang muslimah tidak bisa bersikap dewasa, maka ia akan tidak sabar dengan pertanyaan-pertanyaan anak-anaknya, juga dia tidak akan sabar dengan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
Memang, setiap individu memiliki sisi kekanakan dalam dirinya. Tak masalah, jika usia seseorang masih terbilang muda, atau remaja, tapi pikirannya dewasa, sebaliknya, tak lucu jika seseorang yang sudah dewasa dari segi umur, namun sifatnya masih sangat kekanak-kanakkan. Seorang muslimah pun dituntut selalu berpikiran jernih di setiap kondisi. Semua itu bisa diraih bila muslimah bersikap dewasa.

2. Inovatif
Seorang muslimah dituntut untuk inovatif, selalu mempunyai gagasan dan ide-ide baru hingga segala sesuatu tidak terkesan monoton dan membosankan. Contoh, jika seorang ibu rumah tangga terus-terusan memasak masakan yang sama, tanpa ada inovasi-inovasi, tentu akan membuat anggota keluarganya bosan. Atau tatanan kamar yang sama selama bertahun-tahun, tentu akan membuat kita bosan.
Coba, jika kepala kita sedang penuh masalah, lalu kita rubah interior kamar kita, buang atau simpan barang-barang yang sudah tidak kita perlukan. Insya Allah, suasana baru akan membantu menyegarkan pikiran kita. Atau juga, jika kita memiliki beberapa pakaian lama yang masih bagus, kita bisa memperbaharuinya dengan menambah atau mevariasikannya dengan baju-baju lain atau dengan beberapa aksesoris, sehingga terkesan baru. Akan banyak hal-hal baru yang terciptakan yang akan membuat perubahan dalam hidup kita jika selalu berfikiran inovatif.
Bisa juga inovatif dalam menciptakan suasana segar dlm keluarga,,bisa melalui humor ,menciptakan suasana atau moment romantis dlm keluarga agar suasananya sll bervariasi.

3. Alami
Bersikaplah wajar, alami, tidak dibuat buat. Berperilaku wajar dan alami tidak dibuat-buat. Berdandan wajar, alami tidak terlalu menor. Karena kadang segala sesuatu yang berlebihan malah membuat sesuatu jadi tidak enak dipandang. Segala sesuatu yang alami tak akan pernah lekang ditelan jaman. Biarkan segala sesuatu berjalan apa adanya, sesuai kehendak Allah.

4. Menyejukkan
Seorang muslimah haruslah jadi penyejuk bagi suami juga keluarganya. Seperti yang dilakukan Bunda Khadijah saat Rasulullah SAW ketika beliau mendapat wahyu pertama. Siti Khadijah menenangkan beliau. Siti Khadijah juga yang setia mendampingi Rasulullah SAW dalam setiap langkahnya. Seorang istri haruslah bisa jadi penyejuk dalam setiap langkah suaminya, penerang dalam gelapnya.
Seorang muslimah harus bisa jadi penyejuk di tengah lingkungannya, jangan sampai jadi pemanas suasana. Banyak wanita yang menghabiskan waktunya untuk bergosip, membuat suasana menjadi panas. Seorang istri harus dengan sabar mendampingi suaminya, karena banyak rumah tangga yang suasananya menjadi panas, hanya karena si istri menuntut terlalu banyak dari suaminya. Sudah banyak diriwayatkan, bahwa sebagian besar pengisi neraka adalah wanita. Na'udzubillahi min dzalik.
Seorang ibu juga harus selalu jadi penyejuk bagi anak-anaknya, menjadi pendengar yang setia dari setiap keluhan yang diceritakan anak-anaknya, dengan memberi thausiyah-thausiyah yang menyejukkan kalbu. Subhanallah, alangkah indahnya jika seorang muslimah bisa menjadi penyejuk pandangan setiap insan, terutama keluarganya. Dimana ia menjadi tempat yang dicari setiap orang untuk berteduh dari lelahnya, yang akan selalu siap menyambut mereka dengan senyuman yang tulus dan kata-katanya bagaikan embun di tengah gersang.
Ukhti muslimah, Saat ini kita terlalu lelah dengan berbagai kondisi yang sering tidak menentu. Maka jadilah Anda sebagai figur dambaan umat, yang dengan DIAM (Dewasa, Inovatif, Alami, Menyejukkan), Anda menjadi muslimah yang selalu dirindukan setiap orang.
Wallahu'alam bishshowab.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/menjadi-muslimah-diam.html

::.. Cinta Tanpa Koma ..::

Bicara tentang cinta pasti nggak pernah ada habisnya. Akan selalu ada cerita. Beragam cerita tentang berbagai versi cinta di dalamnya. Cerita bahagia. Cerita sedih. Cerita tentang kemarahan. Cerita tentang kerinduan. Cinta kepada orang tua. Cinta kepada sahabat. Cinta kepada saudara. Cinta kepada kekasih. Cinta kepada kekuasaan. Cinta kepada kekayaan.
Tapi, adakah cinta sejati di antara semua itu? Cinta yang dapat membuat pengorbanan dilakukan tanpa penyesalan. Cinta yang mampu melahirkan sejatinya kebahagiaan. amai orang berlomba mencari cinta yang sesungguhnya. Mereka mencari, kita mencari, menapaki jalannya masing-masing dengan caranya sendiri. Ada yang dengan memperturutkan hawa nafsu, menjadikan diri sendiri sebagai satu-satunya penentu. Sehingga tidak heran bertebaranlah cinta rela mati ala Romeo dan Juliet atau ala Jack ‘n Rose. Sehingga lahirlah perayaan berhala cinta ala Juno Februata atau ala Dewa Zeus dan Hera. Cinta liar. Cinta tanpa akal. Cinta tanpa perenungan. Lalu bagi kita, cinta sejati seperti apakah yang akan kita perjuangkan? Cinta sejati seperti apakah yang layak kita miliki dan bagi?
Cinta sejati yang terabai
Manusia ada karena diciptakan oleh Sang Penguasa Alam Semesta, Allah Swt. Allah telah ciptakan manusia dengan rasa butuh. Manusia membutuhkan makanan-minuman, pakaian dan tempat tinggal untuk bisa tetap menjalani kehidupan. Manusia membutuhkan perlindungan untuk bisa hidup dengan aman. Manusia membutuhkan pendidikan agar mampu berkembang.
Allah ciptakan manusia dengan kemampuan merasa: haru, marah, suka, takut, sedih, takjub, kecewa, cinta. Sehingga hidupnya bisa dijalani dengan lebih berwarna.
Allah ciptakan manusia dengan menyediakan segala isi bumi dan langit diperuntukkan bagi manusia. Allah curahkan air dari langit sebagai penyubur tanaman. Allah ciptakan laut dan sungai beserta makhluk di dalamnya. Allah telah ciptakan padang rumput untuk manusia bisa gembalakan hewan ternak bagi kepentingannya. Allah telah ciptakan pepohonan sehingga manusia bisa berteduh dan membuat tempat tinggal.
Allah telah ciptakan padi, gandum, jagung, ketela untuk mengenyangkan perut manusia. Allah telah ciptakan api dan barang tambang sehingga manusia bisa hidup lebih nyaman. Air, api, udara, tanah, Allah sudah serahkan semuanya bagi manusia. Allah telah hadirkan akal pada manusia sehingga mampu selalu memajukan hidupnya. Dan itu yang teristimewa. Namun, apa yang telah manusia perbuat untuk membalas cintaNya?
Cinta Allah dibalas dengan pendustaan terhadap perintah dan laranganNya. Cinta Allah dibalas dengan penolakan untuk berhukum berdasarkan aturanNya. Yang halal tidak dipedulikan! Yang haram dilanggar! Cinta Allah dibalas dengan pelalaian, pembohongan, dan keengganan untuk taat sepenuhnya, untuk mengabdi sepenuh jiwa. Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw. hanya dipakai sesekali, tidak untuk dikaji lagi dan ditaati. Ironis. Miris.
Cinta sejati tak akan pernah menyakiti
Cinta Allah kepada makhlukNya adalah ampunan dan nikmatNya atas mereka, dengan rahmat dan ampunanNya, serta pujian yang baik kepada mereka. Cinta Allah kepada kaum mukmin adalah pujian, pahala, dan ampunan bagi mereka (Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah, hlm.: 42)
Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dari hadist Anas bin Malik r.a. Dia berkata: “Rasulullah saw bersabda tentang apa yang beliau riwayatkan dari Rabnya. Dia berfirman : ‘….Jika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar. Aku menjadi matanya yang ia gunakan untuk memandang. Aku menjadi tangannya yang ia gunakan untuk memegang. Aku menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. DenganKu ia mendengar, denganKu dia memandang, denganKu dia memegang, denganKu dia berjalan. Seandainya ia meminta kepadaKu, niscaya Aku benar-benar memberikan kepadanya permintaanya, dan seandainya dia berlindung kepadaKu, niscaya Aku benar-benar melindunginya….”
Dari Anas r.a., sesungguhnya Rasulullah saw bersabda:”Ada tiga perkara, siapa saja yang memilikinya ia telah menemukan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih dari yang lainnya, orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah, dan orang yang tidak suka kembali kepada kukufuran sebagaimana dia tidak suka dilemparkan ke Neraka.” (Mutafaq ‘alaih)
Indah. Teramat indah cinta yang Allah Swt. anugerahkan kepada manusia. Cinta yang melebihi cinta semua makhluk di seluruh jagad raya. Kalau kita membalas cinta itu dengan tulus dijamin tidak akan pernah bertepuk sebelah tangan, bahkan balasannya melebihi apa yang kita mampu perkirakan.
Itulah cinta Allah, cinta sejati. Cinta yang nggak akan pernah menyakiti.
Cinta tanpa koma
Cinta Allah bagi para hambaNya sudah sangat jelas tidak akan pernah lekang oleh jaman. Nggak pernah habis digerus kondisi, situasi, dan waktu. Lalu bagaimana sebaliknya? Balasan seperti apa yang sepatutnya kita persembahkan bagi Allah? Pastinya cinta haruslah dibalas dengan cinta. Cinta yang seperti apa? Al Zujaj berkata, “Cintanya manusia kepada Allah dan RasulNya adalah menaati keduanya dan ridlo terhadap segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah saw.”
Di sebuah kisah, Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar, dan Utsman datang bertamu ke rumah Ali. Di sana mereka dijamu oleh Fathimah, putri Rasulullah sekaligus istri Ali bin Abi Thalib. Fathimah menghidangkan untuk mereka semangkuk madu. Ketika mangkuk itu diletakkan, sehelai rambut jatuh melayang dekat mereka. Rasulullah segera meminta para sahabatnya untuk membuat perbandingan terhadap ketiga benda tersebut, yaitu mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut. Malaikat Jibril yang hadir bersama mereka, turut membuat perumpamaan, “Menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut.” Allah Ta'ala, pun membuat perumpamaan dengan firmanNya dalam hadits Qudsi, “SurgaKu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Nikmat surgaKu itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju surgaKu lebih sulit dari meniti sehelai rambut.” (Sabili No.09 Th.X)
Cinta kita kepada Allah akan mampu membuat kita rela berkorban apa saja demi Dia, membuat kita akan terus mengingatNya, tunduk terhadap segala tuntunanNya, dan bersabar atas segala ujian dariNya. Tanpa kita was-was kalau cinta kita tidak berbalas. Allah sendiri yang menjanjikan seperti yang termaktub dalam hadist Qudsi di atas. Surga. Memang akan selalu muncul rintangan di tengah perjalanan. Akan ada jalan terjal menuju ke sana. Namun Allah sudah pastikan surga itu nyata ada buat kita.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/cinta-tanpa-koma.html

==Maaf Perspektif Saya Berbeda..Walau Kita..==

Seperti kita ketahui keluarga merupakan seseorang yang terdekat dari kehidupan kita yang tentunya amat kita prioritaskan dan kita cintai seumur hidup kita. Keluarga merupakan bagian yang tak terpisahkan hidup seseorang. Walau sejauh, sebaik,seburuk, setinggi maupun serendah apapun derajat seseorang apapun. Walau bagaimana pun ia tetap merupakan keluarga kita.
Namun, terkadang tidak sedikit pula kasus yang kita temui justru sebuah keluarga terkadang menjadi momok bagi diri kita ibarat bagaikan sebuah duri, batu sandungan maupun musuh terbesar bagi seorang anak dari keluarga tersebut terhadap proses perjalanan & kenyamanan hidup-nya yang ia pilih.
Mengapa, hal tersebut bisa terjadi??
Tidak dipungkiri, faktor karakter yang terbentuk dalam keseharian sebuah keluarga hingga menjadi doktrin amatlah melekat. Beragam pandangan pun mengemuka dengan alasan yang berbeda. Faktor pengalaman seseorang, kultur budaya lingkungan sekitar rumah, pemahaman keterbatasan pengetahuan sikap bijak yang dimiliki maupun tingkat kefanatikan suku terkadang amatlah menentukan prinsip dari seorang pemimpin keluarga (Ayah&Ibu) terhadap pembentukan keluarga yang dibentuk dalam tautan kasih terhadap anak-anaknya.
Namun, semua itu tetap tidaklah sama.
Mungkin ada pepatah yang begitu cukup dikenal masyarakat berupa ”Like Father, Like Son” ataupun ”buah tidak mungkin jatuh jauh dari pohonnya” maupun pepatah analogi serupa lainnya.
Hidup ini tidak ada yang sama Akhi..Ukhti.
Seseorang yang terlahir kembar maupun nama yang sama pun tidaklah mungkin memiliki sifat yang sama.
Terkadang seseorang selalu berpikir apa yang menjadi jalan pemikirannya tersebut selalu dianggap Benar. Faktor Usia seseorang, termasuk pengalaman hidupnya yang selalu dijadikan sebagai guru terbaik dianggap sebagai bekal yang cukup untuk menentukan bahwa seseorang tersebut cukuplah memiliki kapabilitas dan ahli...
Cukup bijakkah orang tua tersebut???
Padahal,..............hmm Semua itu tidaklah sama Akhi..Ukhti!!
Permasalahan Hidup
Perspektif kehidupan Duniawi di mata seseorang
Tujuan Hidup di Dunia ini dalam pandangan seseorang
Semua itu masing-masing beragam.
Stop Ne-Think (Negative Thinking)
Berpikirlah melingkar..let’s We’re Thinking Out of The Box
Seorang bayi tidaklah mungkin bebas memilih jalan hidupnya sendiri bahwa ia mau dilahirkan melalui rahim Siapa dan dari Negara serta suku bangsa apa??

Sebuah permasalahan dapat berawal dari apapun.
Baik dari penglihatan, Pandangan, Pendengaran, Perasaan, Pengucapan kata dan lainnya.
Bukankah Setiap pertanyaan, keinginan, pernyataan dari setiap orang yang dilontarkan ke seseorang lain sudah sebijaknya haruslah ada solusinya..termasuk penjelasan tuntas & penanggungjawabnya. Jika tidak!! Maka akan dapat menjadi hanya sebuah usul, bisa pula menjadi doktrin bahkan intervensi dikarenakan keharusan ataupun sesuatu hal lainnya. Disesuaikan dengan tutur dalam penyampaian dan intonasi dalam pengucapan.
Sudah menjadi sunnatullah..Masalah Timbul, maka solusi pun memainkan peranannya..
****
Tidak ada masalah dengan masalah, yang menjadi masalah adalah cara kita yang salah dalam menyikapi masalah. (Aa’ Gym)
‘Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. Al-Insyirah [94]: 5-6)
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” Q.S. Al-Insyirah, 94: 6-8.
Dalam tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Jarir meriwayatkan dari al-Hasan, dia berkata: ”Nabi saw pernah keluar rumah pada suatu hari dalam keadaan senang dan gembira, dan beliau juga dalam keadaan tertawa seraya bersabda: ”Satu kesulitan itu tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan, satu kesulitan itu tidak akan pernah mengalahkan dua kemudahan, karena bersama kesulitan itu pasti terdapat kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu terdapat kemudahan.”
Wahai manusia, setelah lapar ada kenyang, setelah haus ada kepuasan, setelah bergadang ada tidur pulas, dan setelah sakit ada kesembuhan. Setiap yang hilang pasti ketemu, dalam kesesatan akan datang petunjuk, dalam kesulitan ada kemudahan, dan setiap kegelapan akan terang benderang.
Sampaikan kabar gembira kepada malam hari bahwa sang fajar pasti datang mengusirnya dari puncak-puncak gunung dan dasar-dasar lembah. Kebarkan juga kepada orang yang dilanda kesusahan bahwa, pertolongan akan datang secepat kelebat cahaya dan kedipan mata. Kabarkan juga kepada orang yang ditindas bahwa kelembutan dan dekapan hangat akan segera tiba. (dikutip dari buku la tahzan karya dr. ‘aidh al-qarni)
Kesulitan bisa memberi hikmah dan pelajaran. Kesulitan mengajarkan kemampuan untuk memikul beban dan bertahan. Kesulitan menghapuskan dosa. Kesulitan memperbanyak pahala.Maka, mintalah perlindungan dan pertolongan Allah SWT. Setiap musibah itu mempunyai tujuan. Berapa kali kita merasa takut, lalu kita berdo'a dan meminta kepada Allah SWT. Kemudian Allah SWT menyelamatkan dan melindungi kita. Berapa kali kita di lilit lapar, lalu Allah memberi makan dan minum untuk kita. Berapa kali kita diterpa kebimbangan dan keresahan, lalu Allah memberikan kebahagiaan dan kesenangan. Berapa kali kita terjerat dan kita hampir terjatuh dalam kehancuran. Kemudian Allah SWT memberikan jalan untuk bangkit dan berjalan.
Ketahuilah, engkau berhubungan dengan Yang Maha Lembut terhadap hamba-Nya. Yang Terkenal dengan Pemberiannya. Yang Maha Memberi untuk kebahagiaan hamba-Nya.Yang Maha Kuasa atas segala keinginan-Nya. [Syaikh DR. Aidh Bin Abdullah Al Qarni]
Sesungguhnya bersama kesulitan itu terdapat kemudahan.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/maaf-perspektif-saya-berbedawalau-kita.html

==Sedekah & berinfak setiap hari semampu kita...Mungkinkah???==

“Setiap pagi ada dua Malaikat yang datang kepada seseorang, dimana yang satu berdoa: “Wahai Allah, berikanlah ganti kepada orang yang menafkahkan hartanya”, dan malaikat yang lain berdoa “Wahai Allah, binasakanlah harta orang yang kikir” (HR Bukhori, Muslim)
“Sesungguhnya sedekah itu dapat menangkal tujuh puluh macam bala’ (musibah). Karenanya perbanyaklah sedekah, baik dengan cara sembunyi ataupun terang – terangan, maka kamu pasti akan diberi pahala, ditolong dan rizkinya dicukupkan (oleh Allah SWT)”. (Hadist Rasulallah SAW, Riwayat Imam Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedakah setiap harinya mulai matahari terbit. Memisahkan (menyelesaikan perkara) antara dua orang (yang berselisih) adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah shadaqah ”. (HR. Bukhari dan Muslim)
penjelasan hadits ini.
Makna Sulama
(سُلاَمَى) bermakna persendian. Ada juga yang mengatakan bahwa maknanya adalah tulang.
Ibnu Daqiq Al ‘Ied mengatakan bahwa (سُلاَمَى) adalah persendian dan anggota badan.

Dinukil oleh Ibnu Daqiq Al ‘Ied bahwa Al Qadhi ‘Iyadh (seorang ulama besar Syafi’iyyah) berkata, “Pada asalnya kata (سُلاَمَى) bermakna tulang telapak tangan, tulang jari-jari dan tulang kaki. Kemudian kata tersebut digunakan untuk tulang lainnya dan juga persendian”.
Terdapat hadits dalam shohih Muslim bahwa tubuh kita ini memiliki 360 persendian. Di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
“Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan memiliki 360 persendian.” (HR. Muslim no. 2377)
setiap hari diwajibkan bagi anggota tubuh kita untuk bersedekah. Yaitu diwajibkan bagi setiap persendian kita untuk bersedekah. Maka dalam setiap minggu berarti ada 360 x 7 = 2520 sedekah.
Faedah dari hadits ini menunjukkan
setiap orang wajib bersedekah dengan setiap anggota badannya pada setiap harinya mulai dari matahari terbit. Karena perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (عَلَيْهِ صَدَقَةٌ) menunjukkan wajibnya. Bentuk dari hal ini adalah setiap orang harus bersyukur kepada Allah setiap paginya atas keselamatan pada dirinya baik keselamatan pada tangannya, kakinya, dan anggota tubuh lainnya. Maka dia bersyukur kepada Allah karena nikmat ini.
Kalau ada yang mengatakan hal seperti ini sulit dilakukan karena setiap anggota badan harus dihitung untuk bersedekah?
Jawabannya : Nabi telah memberikan ganti untuk hal tersebut yaitu untuk mengganti 360 sedekah dari persendian yang ada. Penggantinya adalah dengan mengerjakan shalat sunnah Dhuha sebanyak 2 raka’at.
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى »
“Pada pagi hari diwajibkan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Maka setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap bacaan tahmid adalah sedekah, setiap bacaan tahlil adalah sedekah, dan setiap bacaan takbir adalah sedekah. Begitu juga amar ma’ruf (memerintahkan kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim no. 1704)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyemangati sahabat Bilal bin Robbah radhiyallahu ‘anhu untuk berinfak dan beliau katakan jangan khawatir miskin. Beliau bersabda,
أَنْفِقْ بِلاَل ! وَ لاَ تَخْشَ مِنْ ذِيْ العَرْشِ إِقْلاَلاً
“Berinfaklah wahai Bilal! Janganlah takut hartamu itu berkurang karena ada Allah yang memiliki ‘Arsy (Yang Maha Mencukupi).” (HR. Al Bazzar dan Ath Thobroni dalam Al Kabir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 1512)
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan sendiri bahwa harta tidaklah mungkin berkurang dengan sedekah. Beliau bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah)
Makna hadits di atas sebagaimana dijelaskan oleh Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah ada dua penafsiran:
[1] Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Ini bisa dirasakan secara inderawi dan lama-kelamaan terbiasa merasakannya.
[2] Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak.
[3] dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padaku,
لاَ تُوكِي فَيُوكى عَلَيْكِ
“Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa mensedekahkannya). Jika tidak, maka Allah akan menahan rizki untukmu.” Dalam riwayat lain disebutkan,
أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut
[4]. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029, 88)
Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Janganlah engkau menyimpan-nyimpan harta tanpa mensedekahkannya (menzakatkannya). Janganlah engkau enggan bersedekah (membayar zakat) karena takut hartamu berkurang. Jika seperti ini, Allah akan menahan rizki untukmu sebagaimana Allah menahan rizki untuk para peminta-minta.”
Allah Ta’ala berfirman,
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 261)
Allah Ta’ala berfirman,
لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آَتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آَتَاهَا سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7)
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa Sahal ra menuturkan tentang Nabi Muhammad SAW. Suatu ketika Rasulullah SAW pernah mengenakan pakaian yang terbuat dari kain wool berwarna hitam dipadu warna putih di bagian sisi-sisinya. Lalu, beliau pun keluar menuju para sahabat seraya berkata: ”Wahai sahabatku, betapa bagusnya kain ini!” Seorang Arab Badui datang menghampiri beliau sambil menyatakan, ”Hadiahkanlah kain itu kepadaku, wahai Rasulullah.” Seperti diketahui, beliau tidak pernah menolak permintaan seseorang. Tidaklah mengherankan bila kekasih Allah SWT itu segera menjawab, ”Ya, ambillah.” Kemudian jubah yang beliau sukai itupun diberikannya kepada lelaki Arab tadi. Beliau lantas meminta baju biasa untuk dikenakan. Setelah itu beliau menyulam baju sebagaimana kain yang dikenakannya tadi. Rasulullah pun wafat dengan mengenakan baju yang disulam tersebut (Kanzul Ummal, Juz IV, halaman 42).
Suatu waktu Nabi Muhammad SAW mengirim utusan kepada Utsman bin Affan agar ia dapat membantu pasukan al-'usrah. Tanpa berpikir dua kali, Utsman menyerahkan uang senilai sepuluh ribu dinar melalui utusan tersebut. Saat Rasulullah Muhammad SAW menerima dana tersebut, beliau mendoakan Utsman: ”Semoga Allah mengampunimu, wahai Utsman, baik kesalahan-kesalahanmu yang dirahasiakan, yang tersembunyi maupun yang nampak terlihat. Semoga ampunan itu terus hingga hari Kiamat. Tidak ada perbuatan yang lebih baik lagi dari ini setelahnya” (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Adi, Daruquthni, Abu Nu'aim, dan Ibnu Asakir; al-Muntakhab, Juz V, halaman 12).
Pada masa kini, jumlah sepuluh ribu dinar kira-kira setara dengan 42,5 kilogram emas. Bila harga 1 gram emas Rp 200.000 berarti Utsman menginfakkan hartanya untuk Islam sebesar Rp 8,5 milyar. Dana sebesar itu tanpa perlu pikir-pikir dahulu.
Pernah Ibnu Umar sakit. Ia ingin sekali makan anggur. Dibelikanlah ia setandan anggur seharga satu dirham (sekitar 112 dinar atau Rp17.000). Namun, datanglah seorang miskin mengemis. Apa yang beliau lakukan? Beliau memerintahkan agar anggur itu diberikan kepada orang miskin tadi. Hal ini berulang hingga tiga atau empat kali. Hingga akhirnya Ibnu Umar pun makan anggur (al-Hilyah, Juz I, halaman 297; al-Ishabah, Juz II, halaman 248). Sungguh mulia pemandangan ini. Harta yang diinfakkan bukan berarti harus selalu besar. Siapapun dapat melakukannya.
Rupanya, para sahabat banyak yang secara sengaja menyisihkan dari penghasilannya untuk bersedekah berinfak.
Ibnu Sa'ad menceritakan dari Nu'man bin Humaid ra yang berkata: ”Aku bersama dengan pamanku pernah berkunjung ke rumah Salman al-Farisi di daerah Madain. Ia menganyam daun kurma”. Salman pun menjelaskan, ”Aku membeli daun kurma seharga satu dirham. Lalu, aku anyam dan kujual seharga tiga dirham. Satu dirham untuk modal, satu dirham untuk keluargaku, dan satu dirham sisanya untuk aku sedekahkan. Andai saja Umar bin Khathab ra melarangku untuk melakukan ini, niscaya aku tidak akan berhenti melakukannya” (Ibnu Sa'ad, Juz IV, halaman 64).
Sudahkah kita meniru sahabat Nabi Salman al-Farisi?
Dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh Abu Mas'ud Al-Anshari
“Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW dengan menuntun seekor unta yang dilubangi hidungnya Kemudian ia berkata ‘Unta ini saya pergunakan untuk berperang di jalan Allah wahai Rasulullah' Kemudian Rasulullah SAW bersabda ‘Kamu akan mendapatkan tujuh ratus unta semisal itu pada hari kiamat semua dilubangi hidungnya' (HR Muslim)
Rasulullah SAW bahkan berwasiat khusus kepada kaum wanita Saat bertemu dengan Asma' Rasulullah SAW bersabda “Berinfaklah dan janganlah kamu menghitung-hitung hartamu karena Allah juga akan menghitung-hitung rezeki-Nya untukmu. Dan janganlah engkau bakhil dengan hartamu karena Allah juga akan bakhil kepadamu” (HR Bukhari)
Pada kesempatan lain saat usai shalat Idul Adha di sebuah tanah lapang Rasulullah SAW berseru
“Wahai manusia bersedekahlah kalian!” Kemudian beliau menuju ke tempat para wanita dan bersabda “Wahai para wanita bersedekahlah kalian semua karena aku telah melihat banyak penghuni neraka adalah dari golongan kalian” Mereka berkata “Ya Rasulullah mengapa hal itu bisa terjadi? ”Rasulullah SAW menjawab “sebab kalian sering melaknat dan mengingkari pemberian suami Aku tidak pernah melihat golongan yang lemah akal dan agamanya namun dapat menghilangkan kejernihan akal seorang lelaki yang teguh selain dari kalian wahai para wanita” Setelah mendengar anjuran tersebut para wanita itu segera melepas anting-anting dan cincin mereka Para shahabiyah itu bersegera menunaikan anjuran Rasulullah SAW yaitu bersedekah
Kemudian Rasulullah SAW pun pergi
Sesampai di rumah datanglah Zainab istri Abdullah bin Mas'ud Ia meminta izin untuk bertemu Salah seorang istri beliau pun berkata “Wahai Rasulullah ini ada Zainab” Kemudian Rasulullah SAW bertanya “Zainab siapa?” “Zainab istri Abdullah bin Mas'ud” jawab istri beliau Rasulullah SAW berkata “Izinkan ia masuk” Setelah masuk Zainab berkata “Wahai Nabi Allah hari ini Engkau telah menyuruh kami untuk bersedekah dan aku mempunyai perhiasan yang ingin aku sedekahkan namun Ibnu Mas'ud beranggapan bahwa ia dan anak-anaknya yang lebih berhak menerima sedekahku” Rasulullah SAW bersabda “Ibnu Mas'ud benar Suamimu dan anak-anakmu adalah orang-orang yang paling berhak menerima sedekahmu” (Hadist Riwayat Tirmidzi)
Selain bentuk-bentuk di atas yang digambarkan Rasulullah SAW yang dikategorikan sebagai shadaqah masih terdapat nash-nash hadits lainnya yang menggambarkan bahwa hal tersebut merupakan shadaqah secara umum di antaranya adalah:
1. Tasbih Tahlil dan Tahmid
Rasulullah SAW menggambarkan bahwa setiap tasbih tahlil dan tahmid adalah shadaqah Oleh karenanya mereka ‘diminta' untuk memperbanyak tasbih tahlil dan tahmid atau bahkan dzikir-dzikir lainnya Karena semua dzikir tersebut akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT Dalam riwayat lain digambarkan:
Dari Aisyah ra bahwasanya Rasulullah SAW berkata “Bahwasanya diciptakan dari setiap anak cucu Adam tiga ratus enam puluh persendian Maka barang siapa yang bertakbir bertahmid bertasbih beristighfar menyingkirkan batu duri atau tulang dari jalan amar ma'ruf nahi mungkar maka akan dihitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian Dan ia sedang berjalan pada hari itu sedangkan ia dibebaskan dirinya dari api neraka” (Hadist Riwayat Muslim)

2. Amar Ma'ruf Nahi Mungkar
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa amar ma'ruf nahi mungkar juga merupakan shadaqah Karena untuk merealisasikan amar ma'ruf nahi mungkar seseorang perlu mengeluarkan tenaga pikiran waktu serta perasaannya Dan semua hal tersebut terhitung sebagai shadaqah Bahkan jika dicermati secara mendalam umat ini mendapat julukan ‘khairu ummah' karena memiliki misi amar ma'ruf nahi mungkar Dalam sebuah ayat-Nya Allah SWT berfirman: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah Sekiranya Ahli Kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” [QS Ali Imran: 110]
3. Bekerja dan untuk membantu nafkah bagi keluarga
Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits: Dari Al-Miqdan bin Ma'dikarib Al-Zubaidi ra dari Rasulullah SAW berkata “Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri keluarga anak dan pembantunya melainkan akan menjadi shadaqah” (Hadist Riwayat Ibnu Majah)
4. Membantu urusan orang lain
Dari Abdillah bin Qais bin Salim Al-Madani dari Nabi Muhammad SAW bahwa beliau bersabda “Setiap muslim harus bershadaqah” Salah seorang sahabat bertanya “Bagaimana pendapatmu wahai Rasulullah jika ia tidak mendapatkan harta yang dapat disedekahkan?” Rasulullah SAW bersabda “Bekerja dengan tangannya sendiri kemudian ia memanfaatkannya untuk dirinya dan bersedekah” Salah seorang sahabat bertanya “Bagaimana jika ia tidak mampu wahai Rasulullah SAW?” Beliau bersabda “Menolong orang yang membutuhkan lagi teranaiaya” Salah seorang sahabat bertanya “Bagaimana jika ia tidak mampu wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab “Mengajak pada yang ma'ruf atau kebaikan” Salah seorang sahabat bertanya “Bagaimana jika ia tidak mampu wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab “Menahan diri dari perbuatan buruk itu merupakan shadaqah” (HR Muslim)
5. Mendamaikan dua orang yang berselisih
Dalam sebuah hadits digambarkan oleh Rasulullah SAW: Dari Abu Hurairah ra berkata bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “Setiap ruas-ruas persendian setiap insan adalah shadaqah Setiap hari di mana matahari terbit adalah shadaqah mengishlah di antara manusia yang berselisih adalah shadaqah” (HR Bukhari)
6. Menjenguk orang sakit
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Ubaidah bin Jarrah ra berkata Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang menginfakkan kelebihan hartanya di jalan Allah SWT maka Allah akan melipatgandakannya dengan tujuh ratus kali lipat Dan barangsiapa yang berinfak untuk dirinya dan keluarganya atau menjenguk orang sakit atau menyingkirkan duri maka mendapatkan kebaikan dan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya Puasa itu tameng selama ia tidak merusaknya Dan barangsiapa yang Allah uji dengan satu ujian pada fisiknya maka itu akan menjadi penggugur dosa-dosanya” (HR Ahmad)
7. Berwajah manis atau memberikan senyuman
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Dzar ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian menganggap remeh satu kebaikan pun Jika ia tidak mendapatkannya maka hendaklah ia ketika menemui saudaranya ia menemuinya dengan wajah ramah dan jika engkau membeli daging atau memasak dengan periukkuali maka perbanyaklah kuahnya dan berikanlah pada tetanggamu dari padanya” (HR Turmudzi)
8. Berlomba-lomba dalam amalan sehari-hari
Dalam sebuah riwayat digambarkan: Dari Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar menjawab “Saya wahai Rasulullah” Rasulullah SAW bersabda lagi “Siapakah hari ini yang mengantarkan jenazah orang yang meninggal?” Abu Bakar menjawab “Saya wahai Rasulullah” Rasulullah SAW bertanya “Siapakah di antara kalian yang hari ini memberikan makan pada orang miskin?” Abu Bakar menjawab “Saya wahai Rasulullah” Rasulullah SAW bertanya kembali “Siapakah di antara kalian yang hari ini telah menengok orang sakit?” Abu Bakar menjawab “Saya wahai Rasulullah” Kemudian Rasulullah SAW bersabda “Tidaklah semua amal di atas terkumpul dalam diri seseorang melainkan ia akan masuk surga” (HR. Bukhari)

Thabarani telah mengeluarkan di dalam kitabnya 'Al-Awsath' dari Qais bin Salk Al-Anshari ra. bahwa saudara-saudaranya telah mengadukan halnya kepada Rasulullah SAW Mereka berkata: Saudara kami Qais suka membuang-buang hartanya, dan terlalu mewah sekali dalam berinfak lalu Qais datang kepada Rasulullah SAW: wahai Rasulullah! Aku mengambil bagianku dari korma dan berinfak untuk orang-orang yang keluar berjihad fi sabilillah, dan kepada siapa yang mengikutiku. Mendengar itu, Rasulullah SAW pun menepuk dadanya seraya berkata: Infakkanlah harta di jalan Allah, niscaya Allah akan menginfakkan gantinya - disebutkan sampai tiga kali. Pada lain waktu, aku keluar berjihad fi sabilillah dan aku sudah mempunyai kendaraan sendiri, dan aku orang yang paling banyak harta dan yang terkaya di antara kaum keluargaku pada hari ini. (At-Targhib Wat-Tarhib 2:172)
Abu Daud, lbnu Hibban telah meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasulullah SAW Ada seorang yang ingin berjihad, tetapi niatnya hendakkan harta dunia, bagaimana? Jawab beliau: Tidak ada pahala sama sekali! Ramai orang memandang berat jawaban beliau itu, Ialu mereka kembali kepada orang yang bertanya itu seraya memintanya bertanya sekali lagi, barangkaii dia salah dengar jawabannya, ataupun dia tidak faham maksud dari jawaban beliau itu. Maka orang itu kembali lagi kepada Rasulullah SAW Ialu bertanya: Wahai Rasulullah! Bagaimana dengan orang yang berjihad fl sabilillah, padahal niatnya hendakkan dunia? jawab beliau masih sama: Tidak ada pahalanya sama sekali! Mendengar jawaban yang kedua, orang ramai masih belum puas hati, lalu memintanya supaya bertanya untuk terakhir kalinya. Maka jawaban beliau masih tetap itu juga, yakni tidak ada pahalanya sama sekali.
(At-Targhib Wat-Tarhib 2:419)
Abu Daud dan Nasa'i meriwayatkan dari Abu Umamah ra. dia berkata: Telah datang seorang lelaki kepada Rasulullah SAW lalu bertanya: Apa katamu terhadap seorang lelaki yang berjihad fi sabilillah kerana inginkan pahala dan pujian, bagaimana keadaannya? Jawab beliau: Sia-sia saja jihadnya. Orang itu mengulangi lagi sampai tiga kali, dan setiap kali ditanya, tetap dijawab oleh beliau: Sia-sia saja jihadnya, kerana Allah tiada akan menerima sesuatu amal melainkan yang dibuat dengan penuh ikhlas kepadanya, dan mengharapkan keridhaannya! (At-Targhib Wat-Tarhib 2:421)
Sejarah indah melukis kekayaan seorang Utsman. Ketika semua sibuk berperang, beliau menawarkan jiwa dan hartanya untuk Jihad Islam. Panggilan jihad berkumandang, Utsman angkat bicara “ Ya Rasulullah, aku sumbangkan hartaku demi menjawab panggilan jihad Allah SWT”. Tak ada kamus rugi berniaga dengan Allah dalam kamus seorang Utsman. Tidak mengherankan Rasulullah saw menempatkan Utsman ra sebagai kalangan ahli surga. Semoga kita dapat meneladani kisah sahabat yang berjuang dengan hartanya. Dan semoga Allah menjadikan harta kita sebagai teman dan jalan mencapai kenikmatan surga.
PARA sahabat Nabi Saw sudah memberi teladan sangat baik dalam hal infak. Mereka berlomba-lomba menginfakkan harta demi pendanaan operasional dakwah dan jihad fi sabilillah.
Para sahabat Nabi yang kaya raya itu, seperti ungkapan Umar bin Khattab: ”menyimpan hartanya di tangan, bukan di hati. Mereka pun tidak menjadi budak harta, tetapi menjadikan harta itu sebagai sarana amal saleh –menginfakkannya di jalan Allah Swt.
Bagi para sahabat Nabi, berinfak adalah ”hobi”. Sebuah hobi sulit ditinggalkan. Abu Bakar pernah menginfakkan seluruh hartanya untuk membantu dana jihad; Umar bin Khattab menginfakkan separuh hartanya.
“Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi, Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan” (QS. Al-Lail: 17-21).
Rasulullah Saw memberikan motivasi dengan menggambarkan betapa besar pahala infak fi sabilillah. Gemar berinfak, dengan demikian, harus digalakkan di kalangan umat, khususnya umat Islam golongan kaya (aghniya), agar ”tidak pelit” untuk mendanai dakwah dan jihad fi sabilillah, demi tegaknya syiar Islam dan martabat kaum Muslimin.
Di sisi lain, motivasi gemar berinfak juga mendorong umat Islam untuk bekerja mencari nafkah atau rezeki yang halal, bahkan menjadi kaya-raya, agar mampu berinfak fi sabilillah.
PAHALA infak sangat besar. Imam Muslim mengeluarkan hadits dari Abu Mas’ud Al-Anshari ra. Dia berkata,
suatu ketika seorang lelaki datang kepada Nabi Saw dengam menarik seekor unta yang terikat tali di hidungnya, lalu menyerahkannya kepada beliau. Katanya: “Ini untuk sabilillah!” Maka berkata Rasulullah Saw: “Gantinya nanti di hari kiamat 700 ekor unta, semuanya dengan bertali di hidungnya” (HR. Muslim).
Imam Ahmad mengeluarkan dari Abdullah bin As-Shamit, dia berkata: pernah pada suatu ketika, aku berjihad (berperang) bersama-sama Abu Dzar ra. Maka setelah dibagi-bagi ghanimah (harta rampasan perang), dia mendapat bagiannya termasuk seorang jariah. Lalu dia pun membeli segala keperluannya, dan masih ada lagi banyak yang tersisa. Lalu dia menyuruh jariah tadi menukarkannya dengan mata uang untuk dibagi-bagikan kepada semua orang yang memerlukannya. Aku berkata kepada Abu Dzar: “Biarlah jariah itu menahan dulu uang itu untuk keperluan di lain hari, ataupun mana tahu jika datang tamu, maka Engkau tentu memerlukannya?” Abu Dzar menjawab: “Temanku (Rasulullah Saw) sudah membuat perjanjian kepadaku, bahwa apa saja emas atau perak yang disimpan, maka itu sama dengan gumpalan api neraka disimpan oleh tuannya, sehingga diinfakkan semuanya di jalan Allah Azzawajalla.
Dalam riwayat Ahmad dan Thabarani yang lain, siapa yang menyimpan emas atau perak, dan tidak diinfakkannya pada jalan Allah, maka semuanya akan menjadi gumpalan-gumpalan api kelak di hari kiamat, dan akan disetrikakan tuannya (pemiliknya) dengan gumpalan-gumpalan api itu (At-Targhib Wat-Tarhib).
Thabarani telah mengeluarkan di dalam kitabnya ‘Al-Awsath’ dari Qais bin Salk Al-Anshari ra., bahwa saudara-saudaranya telah mengadukan halnya kepada Rasulullah Saw. Mereka berkata: ”Saudara kami Qais suka membuang-buang hartanya, dan terlalu mewah sekali dalam berinfak”. Lalu Qais datang kepada Rasulullah Saw: ”Wahai Rasulullah! Aku mengambil bagianku dari korma dan berinfak untuk orang-orang yang keluar berjihad fi sabilillah, dan kepada siapa yang mengikutiku.” Mendengar hal itu, Rasulullah pun menepuk dadanya seraya berkata secara berulang (tiga kali): ”Infakkanlah harta di jalan Allah, niscaya Allah akan menginfakkan gantinya.” Pada lain waktu, aku keluar berjihad fi sabilillah dan aku sudah mempunyai kendaraan sendiri, dan aku orang yang paling banyak harta dan yang terkaya di antara kaum keluargaku pada hari ini.” (At-Targhib Wat-Tarhib) .
Thabarani telah mengeluarkan berita dari Mu’az bin Jabal ra. dia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda:
”Sangat beruntung orang yang memperbanyakkan dzikir kepada Allah ketika sedang berjihad fi sabilillah, kerana baginya buat setiap kalimah tujuh puluh ribu hasanah, setiap hasanah darinya sama dengan sepuluh kali ganda apa yang ada di sisinya dari tambahannya.”
Para sahabat bertanya pula: ”Bagaimana pula dengan menginfakkan harta fi sabilillah, ya Rasulullah?” Jawab beliau: ”Menginfakkan harta sama kadarnya dengan yang demikian.”

Al-Qazwini telah mengeluarkan berita dari seorang yang tidak terkenal dan beritanya mursal kepada Nabi SAW dari Al-Hasan, dari Ahmad, Abu Dardak, Abu Hurairah, Abu Umamah Abdullah bin Amru,jabir dan lmran bin Hushain-radhiallahu-anhum marfuk kepada Nabi SAW bahwa beliau telah berkata:
”Barangsiapa yang mengeluarkan hartanya fi sabilillah, dan dia duduk di rumahnya, maka baginya pahala bagi setiap dirham 700 dirham. Dan barangsiapa berperang serta bernafkah sekaligus fi sabilillah, maka baginya buat setiap dirham 700,000 dirham.” Kemudian beliau membaca firman Allah yang bermaksud: ”Dan Allah menggandakan pahalanya kepada siapa yang disukainya.”
sejarah sahabat Rasulullah saw bagaimana mereka menginfakkan hartanya. Utsman tak segan berinfak 100 ekor unta. Abu Bakar ra mengambil keputusan “berani”. Beliau menyerahkan semua hartanya kepada Rasulullah. Saking herannya, Rasulullah menanyakan “Apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”. Beliau menjawab “ Allah dan Rasulnya”. Umar sendiri tak ketinggalan menyerahkan sebagian harta demi kepentingan jihad fisabilillah.
Dan belanjakanlah (harta benda kalian) di jalan Allah, dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik “ ( QS al-Baqarah (2) : 195)
Seorang da’i memotret harta dalam sebuah ungkapan indah “Jangan engkau meletakkan harta di hatimu, tapi letakkan harta di tanganmu”.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/sedekah-berinfak-setiap-hari-semampu.html

AKU CINTA KAU, WAHAI ISTRIKU.....

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Aku memilihmu bukan sekedar melihat betapa menawannya rupamu, dan bukan pula bukan karena tidak ada wanita lain yang mau padaku. istriku, semuala sekedar berharap akan keikhlasan dan ketulusanmu melayaniku aku memilihmu.
Kini, aku mulai sadar betapa dikau mempesonakanku. Ingatanku akan wajahmu mengalihkan sekian banyak akhwat-akhwat yang sering terlintas di balik sudut mataku. Aku terpesona istriku, aku terpedaya olehmu istriku. Sanggupkah aku hidup jauh tanpamu?
Tiga tahun terus berlalu, wajahmu tak berubah seperti dulu saja. Engkau dengan sabar walau terkadang memaksakan keinginan-keinginanmu. Aku tahu itu betapa engkau memang atas kehendak_Nya terpilih untukku. Tak terluput dalam setiap mimpi-mimpi indahku terlintas pula sapa mesra tertuju untukku. Aku terpesona dan terpesona...
Masih teringat waktu dulu pertama dalam hidupku seorang wanita menggandeng tanganku. Itulah kau istriku, aku bagaikan melangkah di atas air begitu ringan. sejuk bagaikan tersesat di padang pasir tertimpa hujan salju, bagai melayang seringan anai-anai diterpai angin.
Aku tlah jatuh cinta...
Ketika kutatap wajah istriku, betapa aku sangat bersyukur kepada Allah, atas anugerah terbesar yang pernah aku terima. Seorang wanita yang sederhana, namun keridhoan dan keikhlasannya menerima diriku sebagai suaminya, membuat aku tidak berhenti bahkan tidak akan pernah berhenti bersyukur kepada Allah, atas kado pernikahan paling indah
yang diberikan kepadaku..
Ketika kutatap wajah istriku, betapa besar rasa maluku, karena masih banyak kekurangan pada diriku. Dan sungguh banyak kelebihannya, yang mungkin aku tidak akan mampu menandinginya. Seorang wanita yang tegar dan tidak banyak menuntut, kecuali tanggung jawabku sebagai suami, ayah dan imam keluarga. Dia wanita yang ikhlas menerima segala kelemahan dan kekuranganku, sebagai suami.
Ketika kutatap wajah istriku, betapa bangga dan bersemangatnya diriku, karena dukungannya terhadap perjuanganku untuk terus memperbaiki diri. Aku memang bukan laki-laki yang sempurna dan dia juga bukan wanita yang sempurna, tetapi Allah telah memilihnya untuk menjadi pasangan hidupku dan juga ibu anak-anakku. Semoga inilih yang terbaik menurut
Sang Maha Penentu Takdir.
Ketika kutatap wajah istriku, di saat dia sedang lelap tertidur, tak terasa menetes air mataku, karena rasa syukur kepada Allah atas anugerah terbesar-Nya. Terlihat wajahnya yang kelelahan, karena harus melayani suami dan anak. Tapi aku yakin, lewat keikhlasannya, dia akan menjadi wanita yang mampu terus berjuang di jalan Allah dengan menjadi istri dan ibu anak-anakku. Kukecup keningnya, sambil keberdoa, Ya Allah, jadikanlah dia bidadari syurgaku, sehingga meringankan pertanggungjawabanku, saat menghadap-Mu di Hari Perhitungan kelak. Amin.
Robbana Hablana Min Azwajina Wa Dzuriyatina Qurrota Ayyun
Waj'alna Lil Muttaqiina Imaama
"Wahai Tuhan Kami Karuniakan kepada kami istri-istri dan anak-anak
yang menyejukan mata
dan jadikan mereka pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa

I love u so much my dear because of ALLAH.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/aku-cinta-kau-wahai-istriku.html

Selamat Tinggal Rokok

Aku pernah diundang di malam Ramadhan dua tahun yang lalu untuk menjadi pembicara dalam satu siaran live di salah satu siaran televisi. Siaran kala itu berkisar tentang ibadah pada bulan Ramadhan. Siaran itu dilakukan di Makkah al-Mukarramah pada satu kamar di salah satu hotel yang bisa melongok di atas Masjidil al-Haram.Kala itu, kami berbicara tentang Ramadhan. Para pemirsa televisi bisa melihat dari sela-sela jendela kamar di belakang kami pemandangan orang-orang yang umrah dan thawaf secara langsung.
Kala itu pemandangannya sungguh mengagumkan dan mengharukan, membuat pembicaraan pun semakin berkesan. Hingga pembawa acara menjadi lembut hatinya, dan menangis di tengah halaqah itu. Sungguh suasana itu adalah suasana keimanan, dan tidak merusak suasana itu kecuali salah satu kameramen. Dia memegang kamera dengan satu tangan, dan tangan yang kedua memegang “Tuhan Sembilan Senti” menurut istilah Penyair Taufik Ismail, yaitu rokok. Seakan-akan tidak ada satu waktu yang tersia-siakan dari malam bulan Ramadhan kecuali dia kenyangkan paru-parunya dengan asap rokok.
Hal ini banyak menggangguku. Penghisap rokok itu benar-benar mencekikku, tetapi harus bersabar, karena itu adalah siaran langsung, dan tidak ada alasan, kecuali terpaksa melaluinya. Berlalulah satu jam penuh, dan berakhirlah kajian itu dengan salam.
Kameramen itu pun mendatangiku –sementara rokok masih ada di tangannya- sembari dia mengucapkan terima kasih dan memuji. Maka kukeraskan genggaman tanganku dan kukatakan, ‘Anda juga, saya berterima kasih atas keikutsertaan Anda dalam menyuting acara keagamaan ini. Saya memiliki satu kalimat, barangkali Anda mau menerimanya.’
Dia pun menjawab, ‘Silahkan… silahkan.”
Kukatakan, ‘Rokok dan siga…” (maksudku sigaret), namun dia memutus pembicaraanku seraya berkata, ‘Jangan menasihatiku… demi Allah, tidak ada faidahnya wahai syaikh.’
Kukatakan, ‘Baik, dengarkan saya… Anda tahu bahwa rokok haram, dan Allah berfirman…’
Dia pun memotong pembicaraanku sekali lagi, ‘Wahai Syaikh, janganlah menyia-nyiakan waktu Anda… saya telah merokok selama 40 tahun… rokok telah mengalir dalam urat nadi saya… tidak ada faidah… selain Anda lebih pandai lagi..!!
Kukatakan, ‘Apa yang ada faidahnya?’
Dia pun merasa tidak enak dariku lalu berkata, ‘Do’akanlah saya… do’akanlah saya.’
Maka akupun memegang tangannya seraya berkata, ‘Mari bersama saya..’
Kukatakan, ‘Mari kita melihat kepada Ka’bah.’
Maka kamipun berdiri di sisi jendela yang bisa melongok di atas al-Haram. Dan ternyata setiap jengkal dipenuhi dengan manusia. Antara yang ruku’, sujud, yang sedang umrah, dan sedang menangis. Sungguh pemandangan yang sangat mengesankan.
Kukatakan, ‘Apakah Anda melihat mereka?’
Dia menjawab, ‘Ya.’
Kukatakan, ‘Mereka datang dari setiap tempat, yang putih, yang hitam… orang Arab dan ‘ajam… yang kaya dan miskin… semuanya berdo’a kepada Allah agar menerima ibadah mereka dan mengampuni mereka…’
Dia menjawab, ‘Benar… benar…’
Kukatakan, ‘Tidakkah Anda menginginkan Allah memberikan kepada Anda apa yang Dia berikan kepada mereka?’
Dia menjawab, ‘Ya… tentu saja.’
Kukatakan, ‘Angkatlah tangan Anda, saya akan berdo’a untuk Anda… dan aminilah do’a saya.’
Akupun mengangkat kedua tanganku lalu kukatakan, ‘Ya Allah, ampunilah dia…’
Dia berkata, ‘Aamiin.’
Aku berdo’a, ‘Ya Allah, angkatlah derajatnya, dan kumpulkanlah dia bersama dengan orang-orang yang dikasihinya di dalam sorga… ya Allah…’
Dan tidak henti-hentinya aku berdo’a hingga hatinya lembut dan menangis… seraya mengulang-ulang, ‘Aamiin… aamiin…’
Tatkala aku ingin menutup do’a kukatakan, ‘Ya Allah, jika dia meninggalkan rokok, maka kabulkanlah do’a ini, jika tidak, maka haramkan dia atas terkabulnya do’a ini.’
Maka pecahlah tangisan laki-laki tersebut, sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangannya dan keluar dari kamar tersebut.
Berbulan-bulan telah berlalu, akupun diundang lagi di studio televisi tersebut untuk melakukan siaran langsung.
Saat aku masuk ke bangunan tersebut, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang tampak taat beragama menemuiku, kemudian dia mengucapkan salam dengan hangat, lalu mencium kepalaku, dan merendah meraih kedua tanganku untuk menciumnya, dan sungguh dia sangat terkesan.
Kukatakan kepadanya, ‘Mudah-mudahan Allah mensyukuri kelembutan dan adab Anda… saya sungguh menghargai kecintaan Anda… akan tetapi maaf, saya belum mengenal Anda…’
Maka dia berkata, ‘Apakah Anda masih ingat dengan kameramen yang telah Anda nasihati untuk meninggalkan rokok dua tahun yang lalu.’
Kujawab, ‘Ya…’
Dia berkata, ‘Sayalah dia… demi Allah wahai syaikh… sesungguhnya aku tidak pernah meletakkan rokok di mulutku sejak saat itu.’ Alhamdulillahi Rabbil ‘alamiin.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/selamat-tinggal-rokok.html

Broken

Ini hanya sebuah catatan, ehm… catatan patah hati !!
jika mendengar kata itu pasti yang terlintas dibenak saya dan pasti kita semua adalah tentang cinta yang kandas, tentang cinta yang putus sampai disini saja, tentang perpisahan, tentang airmata yang berlinang, tentang perihnya hati seperti tersobek sobek, berdarah darah, teriris iris, dan semua yang menyebabkan dunia serasa mengalami kiamat kubro, kata nya “lebih baik sakit gigi daripada sakit hati” hahahha apa iya sih patah hati seperih itu lukanya tanya aja sama diri lo sendiri De* untuk yang kesekian kalinya hati nurani saya menjerit kejepit
Hati sanubari saya kadang berputar putar menari nari mencari jawaban kenapa sih cinta yang putus itu diberi judul patah hati, apa tidak ada istilah lain yang lebih indah gitu, misalnya “reinkarnasi cinta” atau “metamorposis hati” atau “kepompong basi” hahaha… pokoknya jangan pake istilah hati yang patah lah, padahal kan sebenarnya gak separah itu bukan? tapi sudahlah, toh apapun istilahnya tetap saja putus kan? jadi gak penting lagi istilah yang penting adalah bagaimana ketika cinta itu kandas, ketika cinta itu tak lagi tersambung, ketika cinta itu tidak lagi mau menjadi milik saya, dan ketika si dia tak mau lagi menjadi tempat penitipan hati saya
Jika begini keadaannya maka patah hati sama dengan atau identik dengan airmata, apa iya? gak juga, patah hati itu identik dengan hikmah, coba lihat catatan saya dibawah ini:
Ah seharusnya saya bersyukur masih diberi rasa patah ini oleh ALLAH, masih bisa menangis, itu artinya saya masih punya hati kan? bukan hanya sekedar hati, tapi hati yang sensitive,yang lembut dan yang mampu bahagia dan luka, dan airmata yang mengalir ini bisa membersihkan kelopak mata saya yang kusam menjadi bening kembali karena airmata yang berlinang membawa semua kotoran dimata sehingga bening kembali kelopak mata belo milik saya bayangkan kalo kita gak nangis sebulan, apa gak perih tuh mata, menagislah karena mencintai ALLAH pada saat kita sendiri… airmata ini lebih bernilai pahala daripada nangisin si dia, orang yang ditangisin gak tahu koq kit` nangis
Maka nikmat yang mana lagikah yang sanggup saya pungkiri, bahkan didalam air yang berlinang melalui mata ini, ALLAH menitipkan kasih sayangnya.
Kemudian saya mulai berpikir mungkin ada lagi nikmat ALLAH di balik kata patah hati ini, coba bayangkan, pada saat jatuh cinta kemarin mendengar suara telephon si dia lebih indah ditelinga saya dari suara adzan, sms mesra dari sang pujaan hati lebih sering saya baca baca dan berulang ulang agar lebih mengerti artinya dan lebih bergetar mencintainya, lalu seberapa sering saya membaca ulang sms sms dan surat cinta, email dari si dia daripada saya membaca surat cinta dari ALLAH yang tertuang lewat AlQuran? ah sungguh cara mencintai yang salah kaprah
Dan kini setelah tak ada lagi sms darinya, tak ada lagi suara indahnya, hikmah mulai terlihat bahwa dibalik hati yang teriris iris berdarah darah ini ALLAH hendak mengembalikan saya kepada cintanya ALLAH, apa ada cinta yang lebih indah dari cinta sang pemilik napas ini? gak ada kan, maka nikmat ALLAH yang mana lagikah yang sanggup saya pungkiri? dibalik patah hati ini ALLAH menyelamatkan saya dari cinta yang salah, sahabat saya bilang “cinta itu berhala jika salah menafsirkan, kita menyembah dan memuja cinta melebihi menyembah dan memuji ALLAH” nauzubillahimindzalik, cinta gak salah sih mungkin hanya tidak tepat ketika saya lebih mencintai sang pujaan hati daripada mencintai ALLAH.
Ketika saya kehilangan si dia, setiap kali saya ingat dia, saya mulai gelisah, keluar keringat dingin, bengong mikirin langit kenapa warnanya biru, padahal sudah dari sananya emang biru warnanya, merasa bahwa hanya saya didunia ini yang hatinya patah, maka saya ingat ucapan guru mengaji saya “De, hanya dengan mengingat ALLAH hati menjadi tenang” maka yang saya lakukan kemudian adalah membeli tasbih yang digital agar saya bisa tetap dzikir dimanapun dan kapanpun, jika belum tenang juga saya membaca AlQuran sehingga selesai patah hati, khatam saya membaca AlQuran, ah sungguh dari patah hati ini ALLAH mengembalikan saya kepadanya, maka nikmat ALLAH yang mana lagikah yang sanggup saya pungkiri. Ditengah patahnya hati, saya khatam Quran dan berdzikir lebih banyak lagi, sehingga qualitas keimanan saya otomatis meningkat
Ingatlah bahwa ALLAH maha membolak balikan hati dan keadaan, jika hari ini ALLAH masih menitipkan cinta maka janganlah menjadikan cinta itu berhala dengan memujanya seolah olah dunia ini milik berdua, jumlah sms jadi lebih banyak dari jumlah rakaat shalat, jumlah pulsa telephon jadi lebih banyak dari rupiah yang kita sedekahkan, duduk berduaan ditempat sepi jadi lebih indah dihati daripada duduk tafakur diatas sajadah dan bermesraan dengan ALLAH dan jika ALLAH membolak balikan hati saya dan sidia dari cinta menjadi tak cinta maka ganti kata patah hati dengan syukur hati karena ALLAH lebih mencintai saya dari pada si dia, terbukti ALLAH mengambil saya untuk dikembalikan kedalam haribaan, limpahan kasih sayang dari kekasih hati yang baru dan selamanya yaitu ALLAH. Siapa sih yang gak mau jadi kekasih ALLAH, tenang, damai, indah, cukup rasanya hidup ini.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/broken.html

Wanita

Dikisahkan dari Imam Ali bin abi thalib berkata,: "Suatu hari, aku dan Fatimah melihat Nabi sedang menangis tersedu-sedu. Lalu kami bertanya: ”Ya Rasulullah, apa yang membuatmu menangis seperti ini” .
Rasulullah menjawab: ”Di malam Mi’raj,aku melihat sekelompok wanita dari umatku dalam keadaan tersiksa dengan siksaan yang pedih hingga membuatku menangis. Aku melihat perempuan dalam keadaan rambutnya tergantung dan otaknya mendidih. Aku melihat perempuan yang lidahnya terjulur dan disiram dengan air neraka yang panas. Dan sebagian lagi memakan dagingya sendiri, di bawah badan mereka ada api yang menyala, dan sebagian lagi kaki dan tangan dalam keadaan terikat,sedangkan ular dan kalajengking mengelilinginya. Dan wanita yang lainnya dalam keadaan tuli dan bisu dan dia ditaruh dalam peti yang penuh dengan api yang menyala. Otaknya keluar dari hidungnya dan badannya robek-robek sampai terpisah dari tulangnya. Dan berbagai siksaan-siksaan yang aku lihat di sana.”
Lalu Fatimah bertanya,”Ya Rasulullah, mengapa mereka di siksa oleh Allah SWT sedangkan mereka adalah wanita-wanita yang beriman?”.
Rasulullah menjawab: “Wahai Puteriku, wanita yang digantung rambutnya, adalah wanita yang tidak memakai Jilbab padahal kebenaran sudah disampaikan kepadanya, wanita yang lidahnya terjulur dan digunting dengan gunting raksasa adalah wanita yang menyakiti hati suaminya, wanita yang payudaranya di gantung adalah wanita yang tidak mau tidur dengan suaminya, wanita yang kakinya di gantung adalah wanita yang keluar dari rumah tanpa seizin suaminya, Wanita yang memakan dagingnya sendiri adalah wanita yang merias dirinya untuk orang lain ,wanita yang kakinya diikat dan di kelilingi ular dan kalajengking adalah wanita yang sholat dengan pakaian najis serta tidak mandi setelah haid atau bersenggama.
Wanita yang tuli dan bisu adalah wanita yang berbuat zina dan anak-anaknya di serahkan pada suaminya, wanita yang menggunting badannya sendiri adalah wanita yang membanggakan diri sendiri pada orang lain,wanita yang badannya dan mukanya terbakar dan dia memakan ususnya serta semua isi perutnya adalah wanita yang menyuruh orang lain berbuat zina, wanita yang kepalanya kepala babi dan badannya badan keledai adalah wanita yang suka berbohong dan mengadu domba, dan wanita2 telanjang yang bermuka anjing lalu api neraka dimasukkan dari duburnya dan keluar dari mulutnya adalah wanita yang suka bernyanyi ditempat-tempat maksiat ”.
Suatu hari Aisyah datang menghadap Nabi dan bertanya:”Ya rasulullah ,siapa yang paling berhak terhadap seorang perempuan?” Nabi menjawab:” Suaminya”. Aisyah bertanya: “siapa yang paling berhak terhadap seorang laki-laki” Nabi menjawab:”Ibunya”.
Dalam suatu riwayat Muadz bin Jabal datang dari syam lalu dia sujud dihadapan rasulullah. Rasulullah bertanya:”Apa yang sedang kamu lakukan”. Muadz menjawab:” Ini adalah adat buat kami, apabila seorang pemimpin datang, kami harus bersujud kepada pemimpin tersebut, dan akupun ingin bersujud padamu ya Rasulullah”.
Lalu Rasulullah bersabda:”Janganlah kalian bersujud terhadap sesama manusia. Dan seandainya sujud terhadap manusia itu di perbolehkan, maka aku akan memerintahkan perempuan untuk sujud pada suaminya. Dan aku bersumpah atas nama Allah tidak ada perempuan yang mengerjakan hak Allah kecuali dia mengerjakan hak-hak suaminya”.
Demikian pula Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam pernah menangis ketika menyaksikan salah satunya cucunya yang nafasnya sudah mulai terputus-putus dan ketika putra beliau Ibrahim meninggal, air mata beliau menetes karena belas kasih beliau kepadanya. Beliau Shalallahu’alaihi Wassallam menangis ketika meninggalnya Ustman bin Madh’un, beliau menangis ketika terjadi gerhana matahari lantas beliau shalat gerhana dan beliau meenangis dalam shalatnya, kadang pula beliau menangis di saat menunaikan shalat malam.
Kerisauan Rasullah kepada kita ummatnya tidak terbatas ruang dan waktu, Beliau sangat mengkhawatirkan kita umatnya hingga dalam sholatnya pun kaki beliau bengkak hanya untuk mendoa’akan bagaimana seluruh manusia bisa selamat.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/wanita.html

Setulus Hati

Pada sore hari, seorang istri dengan hati berbunga-bunga menanti suaminya yang hendak pulang dari kantor. Terbayang dibenak sang istri, mereka akan saling memeluk dan bertukar pikiran tentang apa yang telah terjadi siang hari. Sementara suaminya dikantor terkena marah dari atasannya, hal itu membuat shock dirinya. Sesampai di rumah, suaminya ditegur dengan mesranya oleh sang istri. 'Sayang, apa yang sedang terjadi? Ceritakan kepadaku untuk meringankan beban dihatimu.' Wajahnya terlihat kusut, lemah lunglai dengan nada kesal suaminya menjawab, 'Mengapa kamu harus berbicara setiap saat? Apa kamu nggak bisa diam? Aku sudah bosan, aku tidak ingin mendengarkan suaramu lagi.'
Sang istri terkejut dan terpukul, hatinya tergores dan membuatnya terluka. Tak terbayangkan betapa sakitnya apa yang telah diucapkan oleh suami yang dicintainya dengan sepenuh hati. Ia berjanji untuk tidak bicara lagi dengan suaminya, 'Suamiku tidak ingin mendengarkan suaraku lagi. Aku tidak akan berbicara dengannya lagi!' Ucapnya dalam hati. Hal itu berlangsung selama 30 tahun. Suaminya penuh penyesalan. Berulangkali ia meminta maaf namun luka hati sang istri tidak pernah sembuh. Pada saat suaminya sedang sakit keras, ia memohon agar istrinya memaafkan. 'Istriku, biarkan aku mati dengan tenang. Sekali saja ucapkan bahwa kamu telah memaafkanku.' Sang istri tidak berdaya. Ia tidak dapat lagi mengucapkan kata-kata.
Begitulah realitas kehidupan sehari-hari, hati kita mudah sekali terluka tetapi bila hati seluas samudra penuh kasih sayang tentunya luka hati akan cepat sembuh. Alangkah indahnya bila kita menghargai seseorang dengan setulus hati. Terkadang kita menghargai seseorang hanya setelah ia meninggal dunia. Kita turut berbelasungkawa dan pertemuan duka cita untuk mengenangnya. Mari kita berbuat sesuatu untuk mereka yang kita sayangi selama mereka masih hidup dengan meluaskan hati seluas samudra yang dipenuhi dengan kasih sayang dan membukakan pintu maaf bila orang yang kita sayangi melakukan kesalahan. Itulah yang disebut dengan mencintai dengan setulus hati.
---
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, pasangan hidup kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. 25:74).



http://romdani45498.blogspot.com/2011/02/setulus-hati.html