Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Rabu, 29 Februari 2012

Saya adalah Setan

Di sebuah pasar seorang wanita berjilbab lengkap dengan cadarnya lewat di depan wanita penjual sayur, tiba-tiba penjual sayur itu nyeletuk, “Awas, ada setan lewat!”. Semua orang lantas menoleh ke arah ibu yang berjilbab dan bercadar tersebut.


Merasa tidak enak dengan perkataan ibu tersebut Sang wanita bercadar itu kemudian mendekatinya kemudian bertanya, “Apa yang ibu katakan setan itu adalah saya?“

Dengan tergagap si penjual sayur tersebut terpaksa menjawab, “Ya.”
si wanita berjilbab menjawab: “Benar, saya adalah setan sehingga saya menutup wajah saya. Jika saya menampakkan wajah saya maka suami ibu akan takluk di hadapan saya.” Kata wanita bercadar tersebut, kemudian membuka penutup wajahnya maka terlihatlah wajahnya yang sangat cantik jelita membuat ibu penjual sayur tercengang.
-----------------------------------------------------

Apa yg bisa engkau ambil pelajaran dari cerita sangat singkat ini saudaraku..?????

Indahnya " Malam Pertama "

Satu hal sebagai bahan renungan kita untuk merenungkan indahnya "Malam Pertama"..
tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawi semata,
bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam & Hawa.
Justru, malam pertama perkawinan kita dgn SANG MAUT.

Sebuah malam yg meninggalkan isak tangis sanak-saudara.
Hari itu, mempelai sangat dimanjakan.
Mandipun, harus dimandikan.
Seluruh badan kita terbuka.
Tdk ada sehelai benang pun menutupinya.
Tdk ada sedikitpun rasa malu.

Seluruh badan digosok & dibersihkan.
Kotoran dari lubang hidung & anus dikeluarkan.
Bahkan, lubang-lubang itupun ditutupi kapas putih.
Itulah sosok kita. Itulah jasad kita waktu itu.

Setelah dimandikan,
kita pun akan dipakaikan gaun cantik berwarna putih.
Kain itu jarang orang memakainya,
karena sangat terkenal yaitu bernama KAFAN.

Wewangian ditaburkan kebaju kita.
Bagian kepala, badan & kaki diikat.
Tataplah.. tataplah...itulah wajah kita.
Keranda pelaminan, langsung disiapkan.
Pengantin bersanding sendirian.
Mempelai diarak keliling kampung yg dihadiri tetangga menuju istana keabadian sebagai simbol asal-usul.

Kita diiringi langkah gontai seluruh keluarga,
serta rasa haru para handai taulan.
Gamelan syahdu bersyairkan ADZAN dan KALIMAH DZIKIR.
Akad nikahnya bacaan TALKIN.
Berwalikan LIANG LAHAD.
Saksi-saksinya NISAN-NISAN yg telah tiba dahulu.
Siraman air mawar, pengantar akhir kerinduan.

Akhirnya, tiba masa pengantin,
menunggu & ditinggalkan sendirian


untuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah kehidupan.
Malam pertama yg indah atau meresahkan.
Ditemani rayap-rayap & cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah & ketika 7 langkah terakhir telah pergi,

SANG MALAIKAT pun datang lalu bertanya..
Kita tidak tahu apakah akan memperoleh NIKMAT KUBUR
ataukah kita akan memperoleh SIKSA KUBUR.
Kita tidak tahu & tidak seorang pun yg tahu.

Ini khusus buat teman-teman yg tersayang yg dapat merasakan & menyadari bahwa kita ini sedang mengantri untuk merasakan malam pertama kita. Anehnya terkadang kita tidak pernah galau atau ketakutan akan malam itu. Bahkan tidak pernah menangis & berpasrah atas nama ALLAH SWT. Betapa sombongnya kita. Semoga ALLAH SWT memberkahi kita semua.. Amin..

Tiap hari inilah yang kita lalui. Susah & senang, dunia semu yang mengasyikkan, telah menyita perhatian kita. Sedangkan dunia masa depan yg kemudian, lupa kita isi dengan hal-hal yg dapat menyinari jiwa yg nantinya akan kita bawa kepada-Nya.
Mengapa susah menerima kebenaran? Apakah kerana kosongnya jiwa yg tidak dapat terisi oleh kebenaran & cahaya kalam Ilahi..?
Marilah membuat keseimbangan dalam kehidupan kita sebelum kita menuju ke "MALAM PERTAMA" kita...


Bukti Adanya Surga Dan Neraka

Dalil-dalil yang menunjukkan sudah adanya Surga dan Neraka di dalam Al Qur’an sangat banyak, di antaranya :

Allah berfirman :
“Maka takutlah kalian terhadap Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang telah disediakan bagi orang-orang kafir.” (Al Baqarah : 24)

“Sesungguhnya Kami telah menyediakan bagi orang-orang dhalim itu api Neraka yang pagarnya melingkupi mereka.” (Al Kahfi:29)

“Dan telah Kami sediakan Jahannam untuk mereka dan Neraka Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (Al Fath:6)

“Dan telah Kami sediakan Neraka Sa’ir bagi orang-orang yang telah mendustakan hari kiamat.” (Al Furqan:11)



Demikianlah akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang dibangun di atas Al Qur’an dan As Sunnah, bukan berdasarkan lamunan, khayalan, hasil pemikiran, simposium sehari atau yang sejenisnya.

Memohon Surga Dan Berlindung Dari Api Neraka.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah bersabda: “Barangsiapa memohon Surga kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala tiga kali maka Surga akan berkata: ‘Ya Allah masukkanlah dia ke dalam Surga.’ Dan barangsiapa memohon perlindungan dari Neraka tiga kali maka Neraka akan berkata: ‘Ya Allah, jauhkanlah dia dari Neraka.’ “ (HR. Tirmidzi dalam Sunan-nya kitab Shifatul Jannah bab Ma Ja’a fi Shifatin Nar wal Jannah 2572-Syakir.

Dalam Shahih Tirmidzi 2079 Al Albani berkata: Shahih):
Dari ‘Adi bin Hatim (ia berkata): “Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: ‘Barangsiapa di antara kalian sanggup mendinginkan Neraka walau dengan separuh buah kurma maka hendaklah ia lakukan.’ “ (HR. Muslim dalam Shahih-nya. Kitabuz Zakat bab Al Hatstsu ‘alash Shadaqah nomor 1016)

Beberapa Sifat Para Penghuni Surga Dan Neraka.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Surga dan Neraka bertengkar. Surga berkata: ‘Yang masuk ke dalamku adalah orang-orang yang lemah dan miskin.’ Neraka berkata: ‘Yang masuk ke dalamku adalah orang-orang yang keras dan sombong.’ Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepada Neraka: ‘Engkau adalah adzab-Ku. Aku menyiksa denganmu siapa pun yang Aku kehendaki.’ Dan berkata kepada Surga: ‘Engkau adalah rahmat-Ku, Aku rahmati denganmu siapa pun yang Aku kehendaki.’ Dan masing-masing kalian akan Aku penuhi.’ “ (HR. Bukhari dalam Kitabut Tauhid bab 25 dari Abu Hurairah hadits 7449. Muslim dalam Kitabul Jannah bab An Nar Yadkhuluhal Jabbarun wal Jannah Yadkhuluhadl Dlu’afa nomor 34-36 dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id dan lain-lain).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Para penghuni Neraka adalah setiap orang yang kasar, gemuk sampai miring dalam berjalan dan orang2 yang sombong.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya 6/169, 214 dari Abdullah bin ‘Amr. Al Hakim dalam Mustadrak-nya 2/499 dari Abdullah bin ‘Amr 3/619 dari Suraqah. Ath Thabrani dalam Al Kabir 6589 dari Suraqah. Lihat juga Shahihul Jami’ 2529 dan Ash Shahihah 1741).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Dua jenis penduduk Neraka yang belum pernah aku lihat, (yaitu) suatu kaum yang membawa cambuk-cambuk seperti ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang dan para wanita yang memakai pakaian tapi hakekatnya telanjang, menyimpang dari ketaatan kepada Allah, kepala-kepala mereka seperti punuk onta yang miring. Mereka (para wanita) itu tidak akan masuk ke dalam Surga dan tidak mendapati baunya, padahal baunya tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim nomor 52, 125 atau 2128. Ahmad 2/356, 440 dan lain-lain. Lihat juga Shahihul Jami’ 3799 oleh Al Albani dan beliau menshahihkannya).


Dari Imran bin Hushain berkata: “Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: ‘Sesungguhnya penghuni Surga yang paling sedikit adalah para wanita.’ “ (HR. Muslim 95, 2738. An Nasa’i 385)
-------------------------------------------------------------------------
Perbandingan Antara Panasnya Api Dunia Dengan Api Neraka

Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“ ‘Api kalian ini yang dinyalakan oleh anak Adam adalah satu bagian dari 70 bagian Neraka Jahannam.’ Ada shahabat yang berkata: ‘Wahai Rasulullah, ini saja sudah demikian keadaannya.’ Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya yang lainnya ada 69 bagian lagi semuanya seperti itu panasnya.’ “ (HR. Malik dalam Muwaththa’ 2/324. Ahmad dalam Musnad-nya 2/467. Bukhari dalam kitab Bad’ul Khalqi bab Shifatin Nar hadits 3265. Muslim dalam Kitabul Jannah bab Fii Syiddati Narri Jahannam dan lain-lain. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Tirmidzi nomor 2088, 2089 dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id. Lihat juga At Ta’liqur Raghib 4/226).
----------------------------------------------
Kerasnya Adzab Bagi Para Ahli Neraka

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah para penggambar ( Pelukis ).” (HR. Bukhari dalam Kitabul Libas bab ‘Azabul Mushawirin Yaumal Qiyamah hadits 595 – Fath dari Ibnu Mas’ud. Muslim dalam Kitabul Libas bab Tahrim Tashwir hadits 98 atau 2109 dari Ibnu Mas’ud dan lain-lain. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan An Nasa’i 9950 dan Ghayatul Maram 119).
------------------------------------------------------------------------------------
Kekalnya Penduduk Surga Dan Neraka Serta Peristiwa Penyembelihan Maut

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Bila penduduk Surga dan penduduk Neraka (masing-masing) sudah masuk ke dalamnya, maut (kematian) didatangkan hingga dijadikan di antara Surga dan Neraka, kemudian disembelih. Setelah itu ada yang menyeru: ‘Wahai para penghuni Surga, tidak ada lagi kematian. Maka bertambahlah kegembiraan penghuni Surga. Wahai penghuni Neraka, tidak ada lagi kematian. Maka bertambahlah kesedihan penghuni Neraka.’ ” (HR. Bukhari dalam Kitabut Tafsir bab Wa Andzirhum Yaumal Nasyrah hadits 473 dari Abu Sa’id dan Kitabur Riqab bab Shifatul Jannah wan Nar hadits 6584 dari Ibnu Umar dan dalam lafadh Abu Sa’id: “(Maut itu) seperti kambing gemuk.” Muslim dalam Kitabul Jannah bab An Nar Yadkhuluhal Jabbarun hadits 143 dan 285 dari Ibnu Umar dan lain-lain. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Tirmidzi 2083 dan lihat ta’liq beliau dalam Adl Dla’ifah 2669)
---------------------------------------------------------------------

Orang Bertauhid Yang Disiksa Di Neraka Akan Dikeluarkan Darinya.


Sedikit kabar gembira dariRasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bagi hamba yg tetap meyakini Tauhid akan adanya Tuhan tetapi banyak bermaksiat, Nabi bersabda :

“Akan diadzab segolongan orang bertauhid sampai mereka menjadi abu, kemudian mereka mendapatkan rahmat sehingga mereka dikeluarkan dan dicampakkan ke pintu Surga. Para penghuni Surga akan menyiramkan air kepada mereka sehingga mereka tumbuh seperti tumbuhnya tanaman di tempat subur lalu mereka masuk Surga.” (HR. Tirmidzi dalam kitab Shifat Jahannam 2597 bab 10 dari Jabir radhiallahu ‘anhu. Lihat Shahih Tirmidzi 2094 dan lain-lain).

Di antara faedah yang dapat dipetik dari penjelasan di atas adalah bantahan terhadap pendapat atau keyakinan yang menyatakan bahwa orang Islam yang masuk Neraka tidak akan keluar lagi. Pendapat mereka itu adalah sesat. Hendaklah mereka segera bertaubat kepada Allah dan kembali kepada pemahaman Ahlus Sunnah wal Jamaah, sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat. Neraka itu ada tujuh lapis dan surgapun ada tujuh lapis. Sedangkan yg kekal selama-lamanya didalam neraka adalah mereka yg mendiami Neraka Jahanam, yaitu mereka yg mendustakan ayat-ayat Allah, orang kafir dan orang2 yg menyekutukan Allah.

Demikianlah gambaran singkat tentang Surga dan Neraka. Sesungguhnya masih banyak dalil-dalil yang membicarakan tentang Surga dan Neraka tetapi cukuplah kiranya beberapa hadits yang shahih sebagai peringatan bagi kita semua.

Ya Allah ya Rabb kami, jauhkanlah kami dari Neraka-Mu dan masukkanlah kami ke Surga-Mu.
“Maka barangsiapa yang dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga, sesungguhnya ia telah beruntung. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Ali Imran:185)
Wallahu A’lam Bis Shawab.


Ukhti Fillah, Hati-Hati Virus Merah Jambu..!

Pagi itu, handphone Nokia kesayangan seorang ukhti berbunyi.

"Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti ".
Dada membuncah hampir meledak bahagia. "Dia bahkan ingat hari lahirku !". Dibacanya dengan berbunga-bunga. Tapi pengirimnya..?

Sender : Akhwat...+6285233xxxxxx

Senyumpun tergurat memudar. Tarikan napas panjang. Kecewa, bukan dari dia.
Ringtone-nya berbunyi lagi. 1 sms lagi masuk.

"Ukhti, Selamat hari lahir. Semoga hari-hari yang dijalani lebih memberi arti "

Sender : Ikhwan...+628179823xxx



Dia..! Akhirnya yg ditunggu2 itu sms juga. Semburat jingga pagi jadi lebih indah berlipat-lipat. Senyumnya mengembang lagi. Dan bunga-bunga itu mekar pula.

Cerita di atas tadi adalah sebaris gerak hati seorang akhwat*di sekitar kita yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Gerak hati yang mungkin pernah bersemayam di dada kita juga. Bisa jadi kita mengangguk-angguk tertawa kecil atau berceletuk pelan, ”Seperti aku nih,” saat membacanya.

Mari kita cermati fenomena terakhir dari cerita tadi. Kalimat SMS keduanya persis sama, yang intinya mengucapkan dan mendoakan atas hari lahir atau ulang tahun atau Happy Milad. SMSnya sama persis tapi berhasil menimbulkan rasa yang jelas berbeda. Karena memang ternyata lebih berarti bagi si akhwat adalah pengirimnya, bukan apa yang dikatakannya di sms.

Namun sebenarnya, apakah Allah membedakan doa laki-laki dan perempuan? Mengapa menjadi lebih bahagia saat si 'Gagah' yang mendoakan? Semoga selain mengangguk-angguk dan tertawa kecil, kita juga berani memandang dari sudut pandang orang ketiga. Dengan memandang tanpa melibatkan rasa (atau nafsu), kita akan bisa berpikir dengan cita rasa lebih bermakna.

Dan akhirnya, cerita2 dari sms tadi terus berlanjut. Hanya sms-sms biasa tanpa embel-embel kata mesra dan bunga2 cinta. Hanya sms sekedar memngingatkan untuk sholat atau jam tahajud sudah tiba waktunya.

Suatu hari yang cerah, sang akhwat mendapat kiriman kartu dari si ikhwan itu. Sebuah kartu biru yang sangat cantik. Tapi sayang, isinya tidak secantik itu. Isinya justru menghancurkan hati akhwat menjadi berkeping-keping tak berbentuk lagi. Kartu biru itu adalah kartu undangan pernikahan si ikhwan. Dengan akhwat lain, tentu saja. Berbagai Tanya ditelannya. Mengapa dia menikah dengan akhwat lain? Bukankah dia sering mengirim SMS padaku? Bukankah dia sering me-miscall ku untuk qiyamull lail? Bukankah dia ingat hari lahirku? Bukankah dia suka padaku? Mengapa? Mengapa???

Dan air matapun berjatuhan di atas bantal yang diam. Teman, jangan bilang, yaa!!! Sebenarnya dia hanya tidak tahu, ikhwan itu juga mengirimkan SMS, miscall, mengucapkan selamat hari lahir dan bersikap yang sama ke berpuluh-puluh akhwat yg lainnya!

Ironis. Sedih, tapi menggelikan, menggelikan tapi menyedihkan. Sekarang siapa yang bisa disalahkan? si ikhwan yg mengirim sms? Tentu saja TIDAK ! Akhwat memang seyogyanya menyadari dari awal, SMS-SMS yang terasa indah itu bukan tanda ikatan yang punya kekuatan apa-apa. Siapa yang menjamin bahwa ikhwan itu ingin menikahinya? Bila ia berharap, maka harapanlah yang akan menyuarakan penderitaan itu lebih nyaring.

Tetapi saya ingatkan juga kpd para ikhwan, akhi juga tak bisa lari dari tanggung jawab ini.
Allahualam apapun niatnya, semurni apapun itu, ingatlah, SMS melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Putih maksud si pengirim, tak menjamin putihnya juga si penerima. Bisa jadi ia akan berwarna merah muda. Merah muda di suatu tempat di hati atau menjadi rona di pipi yang tak akan bisa disembunyikan di depan Allah.

Bagi perempuan, para ukhti dan akhwat saudariku..SMS-SMS dan bentuk perhatian sejenis dari laki-laki bisa menimbulkan rasa yang sama bentuknya dengan senyuman, kedipan menggoda, dan daya tarik fisik perempuan lainnya bagi laki-laki.

Menimbulkan sensasi yang sama. Ketika perempuan bertanya berbagai masalah pribadinya padamu, seringkali bukan solusi yang ingin dicari utamanya. Melainkan dirimu. Ya, sebenarnya perempuan ingin tahu pendapatmu tentang dia, apakah dirimu memperhatikannya, bagaimana caramu memandang dirinya. Dirimu, dirimu, dan dirimu, dan kami ”kaum hawa”- sayangnya, juga memiliki percaya diri yang berlebihan, atau bisa dibahasakan lain dengan mudah Ge-Er duluan. Jadi, tolong hati-hati dengan perhatianmu itu.

Paling menyedihkan saat ada seorang aktivis yang tiba-tiba berkembang gerak dakwahnya atau semangat qiyamul lailnya karena terkait satu nama. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Ketika kita menyandingkan niat tidak karena Allah semata, maka apalah harganya! Apa harganya berpeluh-payah bukan karena DIA, tapi karena dia. Seseorang yang sama sekali bukan apa-apa, lemah seperti manusia lainnya.

Laki-laki dan wanita diciptakan berbeda bukan saling memusuhi, bukan juga saling bercampur tak bertepi, tapi semestinya saling menjaga diri. Secara fisik, emosional, atau kedua-duanya. SMS tampak aman dari pandangan orang lain, hubungan itu tak terlihat mata. Tapi wahai, syetan semakin menyukainya. Begitu sms 'PUTIH' si ikhwan dikirim, di tempat si penerima setan mengubah warnanya dari putih menjadi warna 'PINK' atau 'MERAH JAMBU'. Mereka berbaris di antara dua handphone itu. Maka dimanapun mereka berada, syaitan tetaplah musuh yang nyata!

Wahai akhwat, bila kau menginginkan SMS-SMS itu, tengoklah inbox-mu. Bukankah disana tersusun dengan manis SMS-SMS dari saudarimu. Saudari-saudarimu yang dengan begitu banyak aktivitas, amanah, kelelahan, dan kesedihan yang sangat memerlukan perhatianmu. Juga begitu banyak teman-temanmu yang belum mengenal Islam menunggu kau bawakan SMS-SMS cahaya dakwah untuk mereka.

Jangan pernah menyikapi datangnya cinta yg memang belum saatnya. Akan ada saatnya. Ya, ada saatnya nanti handphone kita dihiasi SMS-SMS romantis. SMS-SMS yang walaupun hurufnya berwarna hitam semua, tapi tetap bernadakan merah muda. Untuk seseorang dan dari seseorang yang sudah dihalalkan kita berbagi hidup, dan segala kata cinta di alam semesta.

Cinta yang bermuara pada penciptaNya. Cinta dalam Cinta. Bersabarlah untuk indah itu.


"Ummi, abi lagi ngisi ta’lim di kampus A. Di depan abi ada beribu bidadari-bidadari berjilbab rapi, tapi tak ada yang secantik bidadariku di rumah. Miss u my sweety..."

dijawab: "Abi, yang teguh ya, pangeranku, rumah ini terasa gersang tanpa teduh wajahmu. Luv you abi..".

Ya, hanya untuk dia ( suami / istri ) kita tulis the Pinkest Short Massage Services. SMS-SMS yg paling merah muda...
Satu saat insaallah itu akan terjadi, tetep berusaha dan berdoa. Bila sudah tiba saatnya, Allah akan memberikannya dgn cuma-cuma. wallahualam..

********--------*******
 
 

Inginkah Engkau Menjadi Wanita yang Paling Mempesona?

Saudariku…. inginkah kau menjadi wanita paling cantik didunia..?
Inginkah kau menjadi sebaik-baik perhiasan dunia..?
Inginkah kau menjadi pemimpin para bidadari surga..?
Jika kau menginginkannya, renungilah kalimat ini… dan tanamkan dalam benak kita,, semoga kita bisa mengamalkannya, Amiiin…

Engkau yg cantik, dengan jilbab menjadi lebih mempesona dibandingkan matahari..
dengan akhlakmu yg mulia menjadi lebih harum dari minyak wangi..
dengan sikap tawadhu’mu menjadi lebih indah dari bulan purnama..
dan kelembutanmu menjadi lebih sejuk daripada rintik gerimis..

Maka jagalah kecantikanmu selalu dengan keimanan..
Jagalah rasa puas dengan sikap qana’ah
Dan jagalah kehormatanmu dengan hijab yg menutup aurat



Dan ketahuilah bahwa perhiasanmu bukanlah emas, perak, dan permata
akan tetapi pada dua rakaat menjelang subuh,
Kehausan dalam berpuasa,
Sedekah yang dilakukan dengan diam-diam, dan tidak diketahui oleh siapapun kecuali Allah SWT
Air mata berlinang yang menghapus dosa, sujud panjang di atas sejadah, serta rasa malu kepada Allah untuk memenuhi ajakan setan dan bisikan kejahatan..

Maka kenakanlah pakaian ketakwaan
engkau akan menjadi wanita paling cantik di dunia..

********------**********
 
 

Kriteria Memilih Pasangan Hidup

Dalam menentukan kriteria calon pasangan, Islam memberikan dua sisi yang perlu diperhatikan. Pertama, sisi yang terkait dengan agama, nasab, harta, maupun kecantikan. Kedua, sisi lain yang lebih terkait dengan selera pribadi, seperti masalah suku, status sosial, corak pemikiran, kepribadian, serta hal-hal yang terkait dengan masalah fisik, termasuk masalah kesehatan dan seterusnya.

a. Masalah yang Pertama
Masalah yang pertama adalah masalah yang terkait dengan standar umum. Yaitu masalah agama, keturunan, harta, dan kecantikan. Masalah ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW dalam haditsnya yang cukup masyhur.
Dari Abi Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Wanita itu dinikahi karena empat hal : karena agamanya, nasabnya, hartanya, dan kecantikannya. Perhatikanlah agamanya, maka kamu akan selamat.” (HR. Bukhari, Muslim).
Khusus masalah agama, Rasulullah SAW memang memberikan penekanan yang lebih, sebab memilih wanita yang sisi keagamaannya sudah matang jauh lebih menguntungkan ketimbang istri yang kemampuan agamanya masih setengah-setengah. Sebab, dengan kondisi yang masih setengah-setengah itu, berarti suami masih harus bekerja ekstra keras untuk mendidiknya. Itupun kalau suami punya kemampuan agama yang lebih. Tetapi kalau kemampuannya pas-pasan, maka mau tidak mau suami harus ‘menyekolahkan’ kembali istrinya agar memiliki kemampuan dari sisi agama yang baik.
Tentu saja yang dimaksud dengan sisi keagamaan bukan berhenti pada luasnya pemahaman agama atau fikrah saja, tetapi juga mencakup sisi kerohaniannya (ruhiyah) yang idealnya adalah tipe seorang yang punya hubungan kuat dengan Allah SWT. Secara rinci bisa dicontohkan antara lain :
• Aqidahnya kuat.
• Ibadahnya rajin.
• Akhlaqnya mulia.


• Pakaiannya dan dandanannya memenuhi standar busana muslimah.
• Menjaga kohormatan dirinya dengan tidak bercampur baur dan ikhtilath dengan lawan jenis yang bukan mahram.
• Tidak bepergian tanpa mahram atau pulang larut malam.
• Fasih membaca Al-Qur’an Al-Karim.
• Ilmu pengetahuan agamanya mendalam.
• Aktifitas hariannya mencerminkan wanita shalilhah.
• Berbakti kepada orangtuanya serta rukun dengan saudaranya.
• Pandai menjaga lisannya.
• Pandai mengatur waktunya serta selalu menjaga amanah yang diberikan kepadanya.
• Selalu menjaga diri dari dosa-dosa meskipun kecil.
• Pemahaman syari’ahnya tidak terbata-bata.
• Berhusnuzhan kepada orang lain, ramah, dan simpatik.

Sedangkan dari sisi nasab atau keturunan, merupakan anjuran bagi seorang muslim untuk memilih wanita yang berasal dari keluarga yang taat beragama, baik status sosialnya, dan terpandang di tengah masyarakat. Dengan mendapatkan istri dari nasab yang baik itu, diharapkan nantinya akan lahir keturunan yang baik pula. Sebab, mendapatkan keturunan yang baik itu memang bagian dari perintah agama, seperti yang Allah SWT firmankan di dalam Al-Qur’an Al-Karim.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa : 9).

Sebaliknya, bila istri berasal dari keturunan yang kurang baik nasab keluarga, seperti kalangan penjahat, pemabuk, atau keluarga yang pecah berantakan, maka semua itu sedikit banyak akan berpengaruh kepada jiwa dan kepribadian istri. Padahal nantinya peranan istri adalah menjadi pendidik bagi anak. Apa yang dirasakan oleh seorang ibu pastilah akan langsung tercetak begitu saja kepada anak.
Pertimbangan memilih istri dari keturunan yang baik ini bukan berarti menjatuhkan vonis untuk mengharamkan menikah dengan wanita yang kebetulan keluarganya kurang baik. Sebab, bukan hal yang mustahil bahwa sebuah keluarga akan kembali ke jalan Islam yang terang dan baik. Namun masalahnya adalah pada seberapa jauh keburukan nasab keluarga itu akan berpengaruh kepada calon istri. Selain itu juga pada status kurang baik yang akan tetap disandang terus di tengah masyarakat yang pada kasus tertentu sulit dihilangkan begitu saja. Tidak jarang butuh waktu yang lama untuk menghilangkan cap yang terlanjur diberikan masyarakat.
Maka bila masih ada pilihan lain yang lebih baik dari sisi keturunan, seseorang berhak untuk memilih istri yang secara garis keturunan lebih baik nasabnya.

b. Masalah yang Kedua
Masalah kedua terkait dengan selera subjektif seseorang terhadap calon pasangan hidupnya.
Sebenarnya hal ini bukan termasuk hal yang wajib diperhatikan, namun Islam memberikan hak kepada seseorang untuk memilih pasangan hidup berdasarkan subjektifitas selera setiap individu maupun keluarga dan lingkungannya.
Intinya, meskipun dari sisi yang pertama tadi sudah dianggap cukup, bukan berarti dari sisi yang kedua bisa langsung sesuai. Sebab masalah selera subjektif adalah hal yang tidak bisa disepelekan begitu saja. Karena terkait dengan hak setiap individu dan hubungannya dengan orang lain.
Sebagai contoh adalah kecenderungan dasar yang ada pada tiap masyarakat untuk menikah dengan orang yang sama sukunya atau sama rasnya. Kecenderungan ini tidak ada kaitannya dengan masalah fanatisme darah dan warna kulit, melainkan sudah menjadi bagian dari kecenderungan umum di sepanjang zaman. Dan Islam bisa menerima kecenderungan ini meski tidak juga menghidup-hidupkannya.
Sebab bila sebuah rumah tangga didirikan dari dua orang yang berangkat dari latar belakang budaya yang berbeda, meski masih seagama, tetap saja akan timbul hal-hal yang secara watak dan karakter sulit dihilangkan.
Contoh lainnya adalah selera seseorang untuk mendapatkan pasangan yang punya karakter dan sifat tertentu. Ini merupakan keinginan yang wajar dan patut dihargai. Misalnya seorang wanita menginginkan punya suami yang lembut atau yang macho, merupakan bagian dari selera seseorang. Atau sebaliknya, seorang laki-laki menginginkan punya istri yang bertipe wanita pekerja atau yang tipe ibu rumah tangga. Ini juga merupakan selera masing-masing orang yang menjadi haknya dalam memilih.
Islam memberikan hak ini sepenuhnya dan dalam batas yang wajar dan manusiawi memang merupakan sebuah realitas yang tidak terhindarkan.

Melihat Langsung Calon yang Terpilih

Seorang muslim apabila berkehendak untuk menikah dan mengarahkan niatnya untuk meminang seorang perempuan tertentu, diperbolehkan melihat perempuan tersebut sebelum ia mulai melangkah ke jenjang perkawinan, supaya dia dapat menghadapi perkawinannya itu dengan jelas dan terang, dan supaya tidak tertipu. Sehingga dengan demikian, dia akan dapat selamat dari berbuat salah dan jatuh ke dalam sesuatu yang tidak diinginkan.

Ini adalah justru karena mata merupakan duta hati dan kemungkinan besar bertemunya mata dengan mata itu menjadi sebab dapat bertemunya hati dan berlarutnya jiwa.

Dari Abu Hurairah RA berkata, “Saya pernah di tempat kediaman Nabi, kemudian tiba-tiba ada seorang laki-laki datang memberitahu, bahwa dia akan kawin dengan seorang perempuan dari Anshar, maka Nabi bertanya, ‘Sudahkah kau lihat dia?’ Ia mengatakan, ‘Belum!’ Kemudian Nabi mengatakan, ‘Pergilah dan lihatlah dia, karena dalam mata orang-orang Anshar itu ada sesuatu.’” (Riwayat Muslim).


Dari Mughirah bin Syu’bah bahwa dia pernah meminang seorang perempuan. Kemudian Nabi SAW mengatakan kepadanya, “Lihatlah dia! Karena melihat itu lebih dapat menjamin untuk mengekalkan kamu berdua.” Kemudian Mughirah pergi kepada dua orangtua perempuan tersebut, dan memberitahukan apa yang diomongkan di atas, tetapi tampaknya kedua orangtuanya itu tidak suka. Si perempuan tersebut mendengar dari dalam biliknya, kemudian ia mengatakan, ‘Kalau Rasulullah menyuruh kamu supaya melihat aku, maka lihatlah.’ Kata Mughirah, ‘Saya lantas melihatnya dan kemudian mengawininya.’” (Riwayat Ahmad, Ibnu Majah, Tarmizi dan ad-Darimi).

Dalam hadits ini Rasulullah tidak menentukan batas ukuran yang boleh dilihat, baik kepada Mughirah maupun kepada lain-lainnya. Justru itu sebagian ulama ada yang berpendapat, yang boleh dilihat yaitu muka dan dua tapak tangan, tetapi muka dan dua tapak tangan yang boleh dilihat itu tidak ada syahwat pada waktu tidak bermaksud meminang. Dan selama peminangan itu dikecualikan, maka sudah seharusnya si laki-laki tersebut boleh melihat lebih banyak dari hal-hal yang biasa. Dalam hal ini Rasulullah SAW pernah bersabda dalam salah satu haditsnya, “Apabila salah seorang di antara kamu hendak meminang seorang perempuan, kemudian dia dapat melihat sebagian apa yang kiranya dapat menarik untuk mengawininya, maka kerjakanlah.” (Riwayat Abu Daud).

***

Batasan untuk Melihat

Sementara ulama ada yang sangat ekstrim dalam memberikan kebebasan batas yang boleh dilihat, dan sementara ada juga yang ekstrim dengan mempersempit dan keras. Tetapi yang lebih baik ialah tengah-tengah. Justru itu sebagian ahli penyelidik memberikan batas, bahwa seorang laki-laki di zaman kita sekarang ini boleh melihat perempuan yang hendak dipinang dengan berpakaian yang boleh dilihat oleh ayah dan mahram-mahramnya yang lain.

Selanjutnya mereka berkata, bahwa si laki-laki itu boleh pergi bersama wanita tersebut dengan syarat disertai oleh ayah atau salah seorang mahramnya dengan pakaian menurut ukuran syara’ ke tempat yang boleh dikunjungi untuk mengetahui kecerdikannya, perasaannya, dan kepribadiannya. Semua ini termasuk kata sebagian yang disebut dalam hadits Nabi di atas yang mengatakan, “… Kemudian dia dapat melihat sebagian apa yang kiranya dapat menarik dia untuk mengawininya.”

Dibolehkan juga si laki-laki melihat perempuan dengan sepengetahuan keluarganya; atau samasekali tidak sepengetahuan dia atau keluarganya, selama melihatnya itu bertujuan untuk meminang. Seperti apa yang dikatakan Jabir bin Abdullah tentang isterinya, “Saya bersembunyi di balik pohon untuk melihat dia.”


Bahkan dari hadits Mughirah di atas,kita tahu bahwa seorang ayah tidak boleh menghalang-halangi anak gadisnya untuk dilihat oleh orang yang berminat hendak meminang dengan dalih tradisi. Sebab yang harus diikuti ialah tradisi agama, bukan agama harus mengikuti tradisi manusia.
Namun di balik itu, seorang ayah dan laki-laki yang hendak meminang maupun perempuan yang hendak dipinang, tidak diperkenankan memperluas mahramnya, seperti yang biasa dilakukan oleh penggemar-penggemar kebudayaan Barat dan tradisi-tradisi Barat. Ekstrimis kanan maupun kiri adalah suatu hal yang amat ditentang oleh jiwa Islam.


Faktor Penyebab Takabur

Bismillaahirrahmanirrakhiim.....

Takabur -yang telah kita ketahui definisinya- merupakan penyakit hati tingkat tinggi yang harus diwaspadai oleh semua muslim, termasuk aktifis dakwah. Dikatakan penyakit hati tingkat tinggi karena sejarah iblis laknatullah dimulai dari penyakit satu ini. Merasa lebih tinggi dari Adam, ia lalu mendurhakai perintah Allah untuk bersujud padanya. Abaa wastakbara, kata Al-Qtr’an. Demikian pula para penguasa taghut yang menjadi musuh para nabi dan rasul, semuanya dihinggapi penyakit ini.
Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab suatu penyakit, diharapkan kita bisa menghindarinya. Demikian pula dengan takabur ini. Ada beberapa faktor penyebab yang semoga setelah kita mengetahuinya lalu berupaya keras untuk menghindarinya, sebagaimana kita menghindari api yang telah kita ketahui panasnya bisa membakar kita.
Berikut ini adalah sebagian dari faktor penyebab takabur:
1. Salah dalam Memahami Hakikat Dirinya



Iblis sebagai makhluk pertama yang dihinggapi takabur hingga membuatnya terlempar dari surga, melakukan kesalahan fatal dalam memandang hakikat dirinya. Ia lupa betapapun ia ditempatkan di surga, sebenarnya ia adalah makhluk Allah.
Demikian pula orang yang takabur, terutama ketika merendahkan orang lain. Ia salah dalam memandang hakikat dirinya yang pada mulanya tercipta dari air yang hina.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. (QS. As-Sajdah : 8)
Ia tidak ingat ayat ini. Ia tidak menyadari hakikat dirinya. Yang ia tahu ia kini adalah manusia dengan organ yang sempurna, sosok yang hebat, dan wajah yang rupawan. Berbagai potensi yang telah dianugerahkan Allah kepadanya, mulai dari kecerdasan sampai kekayaan dan kekuasaan, dianggap sebagai milik dirinya sendiri. Hingga segala kelebihan dari fisik hingga akal itu dipahami sebagai hakikat dirinnya.
2. Salah dalam Memahami Hakikat Kemuliaan
Ketika iblis mengaku lebih mulia dari Adam, ia menggunakan parameter yang salah dalam mengukur kemuliaan.
Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?" (QS Israa’ : 61)
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS Al A’raaf :12)
Jika iblis memahami hakikat kemuliaan ditentukan dari asal penciptaan, orang seperti Fir’aun memahami hakikat kemuliaan ditentukan oleh kekuasaan. Lalu orang seperti Qarun menganggap kemuliaan ditentukan oleh kekayaan. Dan orang seperti Haman menganggap kemuliaan ditentukan oleh kekuatan dan kecerdasan.
Tiga hal yang disebutkan terakhir ini barangkali saat ini amat dominan dipakai sebagai logika kemuliaan. Maka jika kebenaran berasal dari mereka yang tidak lebih berkuasa akan ditolak. Al-haq yang dibawa oleh mereka yang tidak lebih kaya dari dirinya tidak akan diterima. Dan keadilan yang dilantangkan oleh mereka yang tidak lebih kuat dari dirinya juga akan diabaikan.
Ada hal lain yang juga menjadi standar salah dalam memandang hakikat kemuliaan. Misalnya usia, pengetahuan, pengalaman, bahkan jasa. Termasuk dalam dakwah. Maka kadang terjadi aktifis dakwah yang terjebak pada takabur dan tidak mau menerima kebenaran karena merasa usia perjuangannya lebih lama, pengalaman dakwahnya lebih banyak, atau jasanya lebih besar.


Hingga ada pula yang karena memandang dirinya adalah qiyadah, maka perbedaan yang dibawa oleh jundiyahnya selalu dianggap salah. Kesalahan dalam memahami hakikat kemuliaan bisa menjerumuskan kita ke dalam ke-takabur-an sebagaimana iblis diusir dari surga dan dilaknat Allah selama-lamanya.
3. Tidak Memiliki Pemahaman yang Benar tentang Hakikat Kebenaran
Ali radhiyallaahu anhu terkenal dengan kata-katanya: ”Lihatlah apa yang diucapkan dan jangan lihat siapa yang mengucapkan.” Seringkali kita memahami maqalah ini sebagai upaya untuk obyektif menilai kebenaran. Namun di sana juga ada nilai bahwa kebenaran akan selamanya benar meskipun datangnya dari siapapun.
Jika kita memiliki standar penilaian yang benar, insya Allah kita akan lebih selamat dari bahaya menolak kebenaran, sebuah sikap yang merupakan inti takabur. Dan kebenaran itu adalah apa yang benar menurut Allah dan Rasul-Nya (Al-Qur'an dan Sunnah), siapapun yang mengatakannya.
4. Mengira bahwa Nikmat itu Kekal pada Dirinya
Orang yang takabur biasanya lupa bahwa alasan yang melatarinya untuk berbuat demikian tidaklah abadi pada dirinya. Kenikmatan yang ia rasakan, yang dengannya ia menyombongkan diri hanyalah bersifat sementara. Allah bisa mencabutnya dalam waktu yang cepat dan tak terkira.
Tidak peduli apakah kenikmatan yang kemudian disombongkan itu berupa harta, keturunan, popularitas, jabatan, kekuasaan, dan sebagainya. Perihalnya menyerupai orang yang digambarkan Allah SWT dalam salah satu firnam-Nya:
Dan dia memasuki kebun sedangkan dia zalim terhadap dirinya sendiri. Ia berkata, "Aku kira kebun itu tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang. Sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku pasti aku akan mendapatkan tempat yang lebih baik daripada kebun-kebunku itu." (QS. Al-Kahfi : 35-36)
5. Sikap Tawadhu’ Orang Lain yang Berlebihan
Ini adalah faktor eksternal yang bisa menyebabkan seseorang mejadi takabur. Sebab orang-orang di sekelilingnya terlalu tawadhu secara berlebihan kepada dirinya. Sebab ini sering dijumpai pada pemimpin atau guru yang takabur disebabkan lingkungan seperti ini. Pengikut yang tawadhu', selalu menghormatinya, dan tidak pernah menasehatinya, mengarahkan seseorang berpikiran bahwa ia adalah orang mulia dan jauh dari kesalahan. Guru yang selalu dihormati muridnya dan mendapatkan kemuliaan dari mereka juga berpotensi menganggap dirinya sempurna. Jadilah ia takabur.


Tidak menutup kemungkinan hal ini juga menimpa ulama. Karenanya mencium tangan seseorang baik itu pemimpin maupun ulama dimakruhkan oleh sebagian ulama.
Begitu pula penghormatan dengan berdiri dan berbagai bentuknya. Selain itu merupakan bentuk ketawadhu'an yang memperlemah posisi orang yang melakukan, juga bisa menjadi faktor penyebab takabur bagi orang yang diberi penghormatan.
Rasulullah SAW bersabda:Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri untuk menghormatinya, maka bersiaplah untuk menempati tempat duduk dari api neraka. (HR. Abu Daud)
Dalam kesempatan yang lain beliau bersabda:Janganlah kalian berdiri menyerupai orang-orang yang saling mengagungkan satu sama lain (HR. Abu Daud)
6. Pujian Orang Lain di Depannya Secara Berlebihan
Selain ketawadhuan, pujian orang lain didepan seseorang juga berpotensi membawa takabur pada orang yang dipuji. Karenanya Rasulullah mengingatkan, bahkan dengan tegas kepada orang yang suka memuji orang lain di depannya, apalagi secara tidak proporsional.

Rasulullah memerintahkan kami untuk menaburkan tanah ke muka orang yang suka memuji (HR. Muslim)
7. Lalai terhadap Dampak Buruk Takabur
Orang yang takabur biasanya karena ia lalai terhadap dampak takabur. Kelalaian di sini bukanlah kelalaian secara pengetahuan atau kognitif. Sebab betapa banyak orang yang secara teori hafal dampak buruk takabur tetapi ia tetap melakukannya.
Kelalaian di sini lebih dalam maknanya daripada itu. Yakni memahami dan menyadari bahwa jika ia melakukan takabur dampak buruk dunia akhirat bisa menghancurkannya. Di saat seseorang sadar akan bahaya yang menimpanya, maka ia akan menghindari perbuatan itu. Sementara pengetahuan atau hafalan yang tidak mencegah seseorang dari takabur, belumlah mengeluarkan ia dari kelalaian yang sebenarnya.
Demikian 7 faktor penyebab takabur, semoga dengan mengetahuinya Allah menjadikan kita paham akan sebab-sebab yang bisa menjerumuskan kita pada takabur. Dengan pemahaman itu kita berdoa kepada Allah agar dihindarkan dari ketujuh hal itu dan diselamatkan dari takabur. Amieen...


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/faktor-penyebab-takabur.html

Jodoh....

Siapakah jodoh kita, kapan waktunya tiba, di mana akan dipertemukan, apakah ia benar-benar orang shaleh? . Semua itu rahasia Allah Swt.

Jodoh adalah Taqdir Allah Swt
Allah Swt menetapkan tiga bentuk taqdir dalam masalah jodoh. Pertama, cepat mendapatkan jodoh. Kedua, lambat mendapatkan jodoh, tapi suatu ketika pasti mendapatkannya di dunia. Ketiga, menunda mendapatkan jodoh sampai di akhirat kelak. Apapun pilihan jodoh yang ditentukan Allah adalah hal terbaik untuk kita.
Allah Swt berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah: 216).
Kita harus terikat aturan Allah. Kita juga dibekali akal untuk memahami aturan-Nya. Ketika kita memutuskan untuk taat atau melanggar aturanNya adalah pilihan kita sendiri. Bagaimana cara kita untuk mendapatkan jodoh adalah pilihan kita. Dengan jalan yang diridhoiNya atau tidak. Tetapi hasil akhirnya Allah yang menentukan.



Kriteria Pasangan Ideal
Nabi bersabda: ”Apabila datang kepada kalian lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya,maka nikahkanlah ia (dengan puteri kalian).  Sebab jika tidak, maka akan terjadi fitnah dibumi dan kerusakan yang besar”.
Lelaki yang bertaqwa akan mencintai dan memuliakan istrinya. Jika ia marah tidak akan menzhalimi istrinya.
Kaum jahiliyah menikah dengan melihat kedudukan, kaum Yahudi menikah dengan melihat harta, kaum Nasrani menikah dengan melihat rupa, sedangkan umat Islam menikahkan dengan melihat agama.
Nabi bersabda:"Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita (isteri) yang sholehah”. Beliau juga bersabda: ”Wanita dinikahi karena empat faktor, yakni karena harta kekayaannya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Hendaknya pilihlah yang beragama agar berkah kedua tanganmu.”
Sulit mencari jodoh bisa jadi karena kriteria terlalu muluk. Janganlah kita menginginkan kesempurnaan orang lain, padahal diri kita tidak sempurna.

Memperluas Pergaulan Sesuai Syar’i
Seringlah bersilaturrahim ke tempat saudara atau mengikuti pengajian. Ustadz, teman, orang tua, saudara, keluarga, dll bisa diminta bantuan.
Haram berpacaran
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Israa’: 32).  Kita dilarang berkhalwat, memandang lawan jenis dengan syahwat, wanita bepergian sehari semalam tanpa muhrim, dll.
Orang pacaran selalu menutupi kekurangannya dan menampilkan yang baik-baik saja. Cari informasi dari orang dekatnya (saudara, teman, tetangganya).  Perlu juga penilaian dari orang tua dan keluarga kita. Biasanya kita tidak dapat melihat kekurangan orang yang kita cintai.
Introspeksi diri
Jika kita ingin mendapatkan jodoh yang shaleh, maka kita harus menjadi orang yang shaleh juga. Allah Swt berfirman:


“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula}” (QS. An Nuur: 26).
Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada bentuk-bentuk (lahiriah) dan harta kekayaanmu, tapi Dia melihat pada hati dan amalmu sekalian. " (HR. Muslim, Hadits no. 2564 dari Abu Hurairah).  Jadi, lelaki atau wanita yang baik menurut pandangan Allah itu adalah lelaki atau wanita yang baik iman dan amalnya.
Secara lahiriah kita perlu menjaga kebersihan, kerapihan dan menjaga bau badan. Bukan berdandan berlebihan (tidak Islami), tapi tampil menarik.
Jangan Mencintai Manusia Secara Berlebihan
“Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud)
Jika kita mencintai manusia lebih daripada Allah, niscaya hati kita akan hancur dan putus asa jika ditinggalkan. Jika kita mencintai Allah di atas segalanya, niscaya kita akan selalu tegar dan tabah karena kita yakin bahwa Allah itu Maha Hidup dan Abadi serta selalu bersama hamba yang Sholeh.
Jika Gagal Berusaha Lagi
Jika kita gagal, jangan putus asa dan minder.  Kita harus sabar dan tetap berusaha mendapatkan yang lebih baik lagi. Yakinlah ada yang lebih baik yang sedang dipersiapkan Allah untuk kita.
Para sahabat besarpun mengalaminya. Contohnya Utsman ra yang melamar putri Abu Bakar ditolak, lalu melamar putri Umar juga ditolak, akhirnya malah menjadi menantu Rasulullah Saw.
Masa Penantian Jodoh
Jodoh tidak akan lari dan akan datang pada waktunya. Bersabarlah dan sibukkan diri dengan amal sholeh.  Hadapilah dengan sikap tenang, santai, tidak mudah emosi/sensitif, tidak larut dalam kesedihan, tidak berputus asa dan tetap bersemangat.
Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin. Segala keadaan dianggapnya baik, dan hal ini tidak akan terjadi, kecuali bagi seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur, maka itu tetap baik baginya dan apabila ditimpa penderitaan ia bersabar maka itu tetap baik baginya.” (HR Muslim)



Gunakan energi kita untuk lebih mendekatkan diri dan mencintai Allah Swt., orang tua, dan umat. Yakinlah dengan keadilan-Nya bahwa setiap manusia pasti memiliki jodoh masing-masing. Yakinlah bahwa semua kondisi adalah baik, berguna, dan berpahala bagi kita.   Siap Menerima Taqdir Allah
Hidup adalah ujian. Bisa saja, takdir jodoh kita bukan orang shaleh. Allah Swt berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman. Sesungguhnya di antara pasanganmu dan anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka… Sesungguhnya hartamu dan anakmu, hanyalah ujian bagimu, dan di sisi Allah pahala yang besar.” (Q.S. At-Taghaabuun: 14-15)
Hal tersebut tetap bisa menjadi kebaikan apabila dijadikan sebagai lahan amal shaleh dan batu ujian untuk meningkatkan keimanan, tawakal, dan kesabaran.
Wanita Melamar Lelaki.
Bukan hal yang dilarang jika wanita menemukan lelaki sholeh dan berinisiatif menawarkan diri dalam pernikahan melalui peran orang yang dipercaya.  Khadijah ra melalui pamannya melamar Nabi Muhammad Saw setelah mengetahui akhlak dan agama beliau.
Taqarrub Ilallah
Perburuan jodoh secara syar’i adalah dengan mendekati Allah super ekstra. Caranya dengan bertawasul amal-amal shaleh,  tidak hanya ibadah wajib (berbakti kepada orangtua, sholat wajib), juga ibadah sunnah (shoum sunnah, sholat tahajjud/taubat/istikhoroh/hajat/witir/dhuha, tilawah Al Qur’an, istighfar, infaq, dll). Semakin dekat dengan Allah, iman bertambah dan do’a kita semakin terkabul. Usaha yang konsisten, optimis dan prasangka baik akan memudahkan jalan kita.     Tidak Putus Asa Berdoa
Bacalah doa: “Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Furqon: 74).
Doa lebih terkabul pada tempat mustajab, waktu mustajab dan memperhatikan adab berdoa. Berdoalah menurut apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Tempat mustajab: masjid, majlis ta’lim, Arafah, Hajar Aswad, Hijr Ismail, di atas sajadah, dll.
Waktu mustajab: sepertiga malam yang akhir, selesai sholat wajib/tahajjud/hajat, saat sujud/I’tidal terakhir dalam sholat, sedang berpuasa, berbuka puasa, dalam perjalanan, selesai khatam qur’an, hari Jum’at, baru mulai hujan, diantara azan dan iqamat, ketika minum air zamzam, bulan ramadhan/lailatul qodar, antara zuhur dan ashar juga antara ashar dan maghrib, selesai sholat subuh, dalam kesulitan, sedang sakit, sedang ada jenazah.


Adab berdoa: menjauhkan hal yang haram, ikhlas, diawali dan diakhiri tahmid/sholawat, menghadap kiblat, suci dari hadats  dan najis, khusyu’ dan tenang, menengadahkan kedua tangan, dengan suara rendah dan pengharapan sepenuh hati, mengulangi berkali-kali, tidak berputus asa, menghadirkan Allah dalam hati, tidak meninggalkan sholat wajib, tidak melakukan dosa besar, tidak minta sesuatu yang dilarang Allah, sambil menangis.
Nabi Musa as berdoa setelah menolong dua perempuan penggembala kambing: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku." (QS 28:24).  Allah swt memahami keperluan dan prioritasnya, sehingga tidak saja memberi makanan, tapi juga memberi jodoh, tempat tinggal dan pekerjaan. Wallahu’alam bishawab. 


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/jodoh.html

CINTA DAN JODOH (5)

Seorang wanita membatalkan pernikahannya dengan seorang pria yang menjadi pacarnya setelah mereka berdua mendatangi seorang peramal tersohor di kotanya. Saat ditanya oleh temannya kenapa dia membatalkan rencana pernikahannya itu, dengan ringannya dia menjawab,



“Oleh peramal, saya diramal bahwa kelak saya akan mempunyai dua orang anak, dan mantan pacar saya akan mempunyai empat orang anak. Nah kalau kami menikah, lalu yang dua lagi itu anak siapa?”
Begitu kurang lebih joke yang pernah saya baca di sebuah harian nasional beberapa saat yang lalu, sebuah joke ringan yang cukup membuat saya tertawa geli ketika membacanya.
Joke diatas mungkin adalah hal yang kerap terjadi jika dua insan yang sedang asyik memadu kasih tanpa dasar iman dan ilmu yang baik tapi berencana akan menikah, lalu datanglah mereka berdua ke peramal dengan tujuan minta untuk diramal. Sebuah tipu daya setan yang cukup ampuh untuk mereka, yaitu berpacaran dan datang ke peramal berdua (berkholwat). Lalu kalau hasilnya buruk seperti joke di atas, pertengkaran hebat bisa-bisa mewarnai hubungan mereka. Wow, luar biasa cerdiknya setan dalam menyesatkan mereka. Peramalnya sudah sesat, menyesatkan pula. Benar-benar Luar biasa!
Lalu apakah yang disesatkan hanya mereka yang tidak beriman dan berilmu seperti halnya wanita dan pacarnya di atas? Jelas tidak, orang-orang yang beriman dan berilmu pun akan menjadi sasaran empuk setan dan kroni-kroninya untuk disesatkan secara perlahan-lahan, termasuk para aktivis dakwah yang notabene sudah memiliki kadar iman dan ilmu yang baik, juga akan menjadi target dan sasaran setan selanjutnya. Tentu cara setan akan berbeda antara menyesatkan orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu.
Seperti sudah pernah saya singgung di bagian sebelumnya, yaitu di CINTA DAN JODOH (4),  bahwa setan itu pintar. Ya betul, memang setan itu pintar, bahkan jauh lebih pintar dari kita, manusia, yang kadang merasa pintar dari orang lain yang sebenarnya jauh lebih pintar dari kita. Dan tak jarang juga kita, manusia, merasa pintar dan sok bisa memintarkan orang, padahal hakikatnya kita sendirilah yang seharusnya dipintarkan, agar tak mudah disusupi oleh setan yang memang pintar-pintar.
Demikian halus tipu daya setan hingga orang yang beriman dan berilmu pun dapat disesatkannya juga. Misalnya para aktivis dakwah yang begitu rajin dan bersemangat dalam kegiatan dakwahnya. Entah di sekolah, kampus, masyarakat atau di lembaga / organisasi-organisasi dakwah manapun, setan akan selalu mengintai dan berusaha menyesatkan mereka. Setan akan selalu jeli mencari celah kelemahan manusia hingga manusia benar-benar tersesat dibuatnya. Kecuali mereka yang benar-benar beriman dan berserah diri pada Allah-lah yang akan selamat dari bisikan-bisikan mautnya setan.
 “Trisno jalaran seko kulino”, demikian orang Jawa menyebutnya, atau yang artinya cinta datang karena terbiasa. Hal ini juga yang tak kalah serunya untuk diperhatikan oleh para aktivis dakwah, yaitu datangnya virus merah jambu alias cinta, karena terbiasa berdakwah bersama-sama dalam satu organisasi. Wajar rasa cinta itu datang, tapi menjadi tak wajar manakala rasa cinta itu mengubah segalanya.


Awas hati-hati bisa jadi rasa cinta itu muncul karena hembusan sesat setan yang terkutuk.
Awalnya semua kegiatan dakwah dilakukan benar-benar diniatkan untuk Allah semata oleh para aktivis dakwah, entah datang ke majelis ta’lim, menghadiri kegiatan-kegiatan dakwah, mengikuti kajian-kajian keislaman, ataupun seabrek kegiatan dakwah yang lainnya. Tapi kalau cinta sudah menyerang, apalagi dalam stadium akut alias cinta setengah mampus, maka bisa-bisa semua hal di atas yang tadinya murni diniatkan karena Allah semata, berubah niatnya menjadi karena  si doi, apalagi kalau si doi adalah lawan jenis yang disukai dan dicintainya yang selalu rutin hadir dalam aktivitas dakwah tersebut. Tak pelak, rasa tak ikhlas alias riya’ jadi merajalela dalam hati walau tanpa disadarinya. Ingin dipuji, ingin dianggap soleh, ingin diperhatikan, dan segenap rasa ingin lainnya datang menjangkiti hati serta merusak kemurnian niatnya. Luar biasa, tanpa disadarinya lagi-lagi setan hadir dan berhasil menyesatkannya.
Lalu dalam suatu kesempatan, diungkapkannyalah rasa cinta itu kepada si doi atau kepada lawan jenis yang dicintainya. Ya kalau diterima dan mau diajak menikah, kalau ditolak bagaimana? Bisa-bisa berlakulah plesetan pepatah berikut, “Maksud hati ingin memeluk gunung, tapi apa daya gunung meletus”, maksud hati ingin mengungkapkan cinta, tapi apa daya cinta ditolak. Hahaha…Hancurlah hatinya, kasiaaan deh lo!
Di sinilah akan muncul buah simalakama, setan dengan segala kepintarannya akan merayu dan membujuknya. Kalau diterima cintanya, berarti kemungkinan untuk berbuat yang dilarang agama akan lebih besar lagi karena belum menikah, entah apapun itu bentuknya, termasuk riya’ seperti yang dijelaskan di atas. Sementara kalau ditolak, jadi malaslah ia untuk datang ke berbagai kegiatan dakwah seperti yang telah diikutinya selama ini, karena tak ada lagi semangat dan gairah untuk mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Masya Allah, pintar sekali cara setan untuk menyesatkan manusia. Benar-benar pintar.
Lalu di sisi yang lain coba kita lihat pula jebakan setan yang menyesatkan para dai, kita ambil contoh orang-orang yang membantu menyebarkan agama Allah dengan memberi ceramah dimana-mana, atau orang yang mengajarkan ngaji seperti baca tulis Al-Qur’an, dsb. Sekali lagi setan itu pintar, sangat-sangat pintar.
 Kalau memberi ceramah niatnya lurus karena Allah sih tidak apa-apa, tapi kalau ceramahnya karena ingin dipuji, ingin mencari popularitas dan ingin mendapat sanjungan, wah riya’ kan jadinya. Terus bagaimana dengan orang yang mengajarkan ngaji seperti baca tulis Al-Qur’an? Mengajarkan Al-Qur’an nya memang betul, tapi kalau mengajarkannya dengan niat untuk mencari uang, kemudian biar dianggap pandai kan riya’ lagi itu namanya. Apalagi kalau murid yang diajarkannya adalah lawan jenis yang bukan mahrom, terlebih cuma berdua (privat di rumah-rumah misalnya), berkholwat lagi kan jadinya karena tidak didampingi mahromnya, bisa-bisa bukan pahala yang didapat, tapi justru dosa yang diembat. Hebat kan setan?



Di tulisan berikutnya insya Allah akan kita bahas tentang apa yang harus kita lakukan manakala cinta hadir meresap dalam hati dan bagaimana pula ikhtiar yang harus dilakukan untuk mendapatkan jodoh idaman hati.

Jadi ditunggu saja, insya Allah
Walloohu a’lam bishshowab….


http://romdani45498.blogspot.com/2010/11/cinta-dan-jodoh-5.html