Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Senin, 23 April 2012

Keajaiban Sabar Dan Sholat

Ketika dunia hampir dikuasai dengan pendekatan teknis dan teknologi muncul kehidupan yang kering, mekanistik bahkan ganas. Produk teknologi tanpa visi cinta kasih Ilahiah menjadikan hidup begitu teknis melayani tuntutan manusia pada level 'animality'. Ketiadaan 'sense of meaning' yang menimpa masyarakat industri begitu mudah menyeret kita pada situasi putus asa dan bunuh diri. Bunuh diri merupakan suatu bentuk kegawatdaruratan dalam bidang psikiatri, bunuh diri sendiri sebuah tindakan pengakhiran hidup yang dilakukan dengan sengaja. Bahkan tindakan ini juga dikatakan sebagai bentuk tindakan penghancuran diri yang dilakukan secara sadar, bukan tindakan yang acak dan tanpa tujuan.
Dalam pandangan Emile Durkheim, ada tiga kelompok, kelompok pertama egoistic, adalah yang melakukan tindakan bunuh diri karena tidak mempunyai ikatan yang kuat dengan kelompok sosialnya dalam pengertian merasa dikucilkan, tidak menikah, bercerai. Kedua, kelompok altruistic, yang melakukan bunuh diri sebagai bentuk loyalitas, pengabdian pada kelompoknya. misalnya harakiri. Kelompok ketiga, anomic, tindakan bunuh diri yang diakibatkan tidak mampu menghadapi perubahan nilai dan standar hidup di masyarakat, misalnya kehilangan pekerjaan, krisis moneter berakibat ditutupnya usaha.
Dari sisi psikologi memandang adanya fantasi yang didalamnya keinginan untuk melakukan balas dendam, kekuatan, kontrol dan hukuman, keinginan untuk bersatu dengan mereka yang sudah meningg`l atau memperoleh kehidupan yang baru, Fantasi ini terjadi pada umumnya karena kehilangan cinta dan kasih sayang atau bentuk narsistik. Menurut Teori Freud, bunuh diri atau penghancuran diri merupakan bentuk agresif yang diarahkan kepada keinginan melawan diri sendiri yang memasuki ruang alam bawah sadar, ambivalensi akibat kehilangan cinta dan kasih sayang.
Itulah sebabnya dalam pandangan Islam penghayatan kasih sayang menjadi sebuah pencegahan terhadap proses penghancuran diri atau bunuh diri. penghayatan kasih sayang berarti memahami tentang ridha. Ridha merupakan sikap dasar pengetahuan, kesadaran dan keyakinan bahwa kasih sayang Allah meluap memenuhi ruang dan waktu serta sesungguhnya kita hidup dalam lingkup kasih sayangNya. Sikap ridha akan selalu berpikir positif terhadap hidup karena dibalik fragmen kehidupan yang terkadang tampil adegan-adegan yang pahit dan buram yang dibaliknya terkandung hikmah dari pancaran kasih sayang Allah.



Keridhaan kenapa bisa mencegah terjadinya bunuh diri? Karena pemahaman keridhaan berarti akan selalu melihat dan menunggu hadirnya hikmah dibalik semua musibah. Setiap musibah menyimpan dua kemungkinan. Pertama, Allah melimpahkan kasih sayang dan teguranNya pada kita melalui cobaan dan musibah dan kedua, suatu musibah muncul karena kelalaian diri kita sendiri. Maka ritme hidup ini senantiasa dialektika antara syukur dan sabar, harapan dan kecemasan, antara kelegaan dan penyesalan. Namun demikian keridhaan akan menghadapinya dengan sikap optimis dan pandangan hidup yang positif karena yakin kasih sayang Allah terbentang melalui dua sayap, disatu sisi melalui sayap Rahman dan RahimNya dan sisi lainnya, melalui taubah dan maghfirah atau ampunanNya.
Jadi, bila sedang menghadapi masalah, jangan membiarkan tenggelam dalam kesepian dan kesendirian. Segeralah ambil air wudhu dan sholat, mengadulah kepada Allah serta bersabarlah dengan berbagai masalah kehidupan yang tengah kita hadapi maka kita akan terhindar dari segala bentuk marabahaya yang menghancurkan diri kita sendiri. Itulah keajaiban rabar dan sholat. Sebagaimana Firman Allah, 'Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.' (QS. al-Baqarah : 153).


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/keajaiban-sabar-dan-sholat.html

Para Ikhwah Tolong Mengerti Keaadaan Kami...!!!


Izinkan Ummi berbicara dari hati seorang wanita,yang mungkin bisa mewakili suara saudara-saudara Ummi,para akhwat pada umumnya.
Tumbuhnya ‘perasaan’ ikhwan terhadap akhwat bila berlanjut terus tidak jarang pada akhirnya sampai pada proses yang namanya ta’aruf.Nah disinilah Ummi ingin mencoba bicara dan sekaligus berpesan kepada para ikhwan yang akhirnya memutuskan untuk menjalani proses ta’aruf pada seorang akhwat.
Proses ta’aruf merupakan suatu proses awal menuju proses selanjutnya,yaitu khitbah dan akhirnya sebuah pernikahan.Memang tid`k semua sukses sampe tahap itu.Sang sutradaralah yang mengatur.Semua adalah scenario dan rekayasa-NYA.Tapi kita manusia juga diberi pilihan. Mau baik atau buruk,mau syurga atau neraka,mau sukses atau gagal,semua adalah pilihan.Namun tetap ALLOH yang menentukan.
Bagi para ikhwan,pikirkanlah baik-baik,matang-matang,dan masak-masak sebelum menawarkan sebuah jalinan.Jangan mudah melontarkannya jika tak ada komitmen dan kesungguhan untuk meneruskannya.Mengertilah keadaan akhwat.Antum tau,bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitive.Akhwat mudah sekali terbawa perasaan.Disadari atau tidak,diakui atau tidak,akhwat adalah makhluk yang mudah sekali GR,suka disanjung,suka diberi pujian apalagi diberi perhatian lebih.
Bila diibaratkan ta’aruf adalah pintu halaman rumah antum dan pernikahan adalah pintu rumah antum,kemudian timbul pertanyaan,berapa jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum?


Padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang.Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat akhwat terpesona.Kolam ikan yang indah juga membuata para akhwat terlena.Ingin sekali akhwat memetiknya,ingin sekali akhwat berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum sajikan.Tapi tidak berhak,karena belum mendapat ijin dari yang punya rumah.
Akhwat ingin segera mencapai sebuah keberkahan,tapi ditengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat akhwat lupa akan tujuan semula.Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan akhwatpun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga.Tapi setelah akhwat mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum,ternyata pintu rumah itu masih tertutup.Bahkan antum tak berniat untuk membukakannya.Saat itulah hati akhwat berkeping-keping.Setelah senmua harapan terangkai,tapi kini semua runtuh tanpa kepastian.Atau mungkin antum akan membukakannya,tapi kapan???
Antum bilang jika saatnya tepat.Lalu antum membiarkan akhwat menunggu diteras rumah antum dengan suguhan yang membuat akhwat kembali terbuai,tanpa ada sebuah kejelasan.Jangan biarkan akhwat berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuknya.Akhwat akan segera pulang karena mungkin saja rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung mereka dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana. Mereka tak ingin menghianati calon suami mereka yang sebenarnya.Diistananya ia menunggu calon bidadarinya.Menata istananya agar tampak indah.Sementara mereka berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.
Akhi,tolong hargai akhwat sebagi saudara antum.Akhwat bukan kelinci percobaan.Akhwat punya perasaan yang tidak berhak antum buat ‘coba-coba’.Pikirkanlah kembali.Mintalah PetunjukNYA.Jika antum sudah merasa siap,maka jemputlah mereka.
Semoga pesan ini bisa menjadi bahan renungan antum,para ikhwan, Calon Qowwam, kami (para akhwat) dalam mengarungi bahtera rumah tangga Islami yang ajan melahirkan generasi Rabbani penyeru,pembela agama Alloh.Akhirnya Ummi minta maaf,jika ada salah dalam tulisan ini.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/para-ikhwah-tolong-mengerti-keaadaan.html

Doa Orang Tuamu

Do'a Orang Tuamu Pernahkah engkau berfikir akan suatu hal, mengenai dari mana datangnya kebahagiaan? Tahukah engkau seberapa besar peran orang tuamu saat sebuah senyum yang indah terlukis di wajahmu. Kadangkala kita tak begitu menyadarinya, tapi kebahagiaan yang datang tidaklah datang dengan sendirinya. Ia datang seiring dengan sebuah doa. Doa yang diucapkan oleh sang orang tua, yang tak pernah pamrih dalam melihat kebahagiaan anaknya.
Janganlah engkau bersedih hai orang-orang yang masih hidup bapak-ibunya. Terlebih lagi, janganlah engkau menangis hai orang-orang yang bapak-ibunya tak pernah henti-hentinya mencintaimu. Pernahkah engkau sadar akan kekuatan suara seorang ibu. Suaranya lembut saat menenangkan hati anaknya yang sedang gundah. Ucapannya manis bagaikan setetes madu dari surga saat ia mendoakan anaknya. Maka dari itu:

Jangan sampai kesedihan melandamu saat ibumu masih ada di dunia ini.
Bicaralah padanya dan curahkanlah isi hatimu padanya.
Sesungguhnya dialah petunjuk dari ALLAH S.W.T yang terbaik yang bisa kau dapat.

Janganlah kita sampai kehilangan arah atas kebingungan kita. Janganlah kita sampai terjatuh ke dalam jurang atas ketidak tahuan kita akan banyak hal. Bicaralah pada bapakmu dan dengarkanlah kebijaksanaannya dalam memberi nasihat. Ambillah buah dari berbagai pengalamannya yang tak pernah henti-hentinya ia ceritakan padamu. Pernahkah engkau menyadari bahwa sesungguhnya dialah yang membuat engkau masih bisa 'berdiri' di saat ini, tetap bertahan menghadapi segala rintangan? Apakah engkau sadar, meskipun ia jauh, tapi karena kau tahu dia ada di sana dan berdoa untukmu, kekuatanpun datang ke dalam dirimu untuk tetap berjuang di dunia ini?
Saat engkau jauh dari orang tuamu, ataupun saat engkau telah terpisah dari bapak-ibumu, lihatlah ke atas sana dan bercurhatlah pada ALLAH S.W.T tentang mereka. Doakanlah mereka selalu, karena sesungguhnya, saat engkau melihat ke langit luas dan mulai berdoa, mereka juga sedang berdoa agar segala yang terbaik ada padamu. Janganlah engkau bersedih, karena mereka takkan pernah menjauh meskipun kau sakiti, karena mereka takkan pernah berpaling meskipun kau pergi.


Jadikanlah mereka sebuah kekuatan di hatimu untuk bahagia... Jadikanlah mereka sebuah motivasi di dirimu untuk berkarya... Jadikanlah mereka yang terindah di hatimu...




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/doa-orang-tuamu.html

Belajar Dari Bawah Untuk Berjaya

"Saya daripada sekolah dulu belum pernah memegang apa-apa jawatan. Tapi saya memang yakin saya boleh buat kerja dengan baik," kata seorang pelajar yang sedang ditemuduga oleh saya untuk satu jawatan persatuan Engineus(Engineering Society).
"Adakah kerana populariti atau ingin menjadi terkenal bila dapat menjadi mainboard pada first year lagi?" Saya sengaja memberi soalan sebegitu.
"Bukan. Saya betul-betul mahu belajar cara-cara hendak menguruskan sesuatu program dan cara-cara hendak menguruskan sesuatu mesyuarat umpamanya. Dan saya rasakan jawatan ini memang dapat memberikan saya pengalaman seperti itu," jawabnya penuh yakin.
Dari segi gaya bercakapnya, memang menunjukkan yang dia betul-betul berminat memegang jawatan dalam mainboard. Mencari pengalaman baru katanya. Tetapi kemudian saya berikan dia jawatan sebagai ahli jawatankuasa biasa di dalam sebuah biro.
Bukan saya menidakkan keupayaannya untuk memegang jawatan tinggi tetapi biarlah dia merasa dulu bekerja daripada bawah. Saya sendiri hanyalah seorang AJK biasa-biasa sahaja sebelum diserap masuk terus ke dalam mainboard. Dan saya rasakan pengalaman menjadi AJK biasa itulah yang paling berguna yang membolehkan saya belajar lebih banyak perkara.
Hendak memimpin atau hendak buka bisnes sendiri perlu kita belajar selok-beloknya terlebih dahulu. Perlu ada mentor atau orang yang kita jadikan idola yang baik untuk kita ikuti dan contohi.
Apa yang perlu dibuat sebagai orang bawah
Memimpin tidak semestinya perlu berada di kedudukan paling atas. Jika kita seorang ahli biasa pun kita masih boleh memimpin. Apabila kita berada di kedudukan bawah, kita belajar dengan cara memperhatikan cara pimpinan ketika itu memimpin. Apa yang baik kita ambil dan apa yang silap kita cuba cari penyelesaian lain.
Konsepnya sama dengan hubungan antara imam dan makmum. Jika imam melakukan kesilapan, makmum berhak membetulkan.
Waktu menjadi orang bawah itu juga perlu kita cuba merapatkan diri dengan AJK lain. Wujudkan hubungan dan suasana yang baik. Salah satu elemen yang penting di dalam pembentukan sebuah institusi ialah hubungan yang wujud di antara mereka. Andai baik hubungan yang terjalin tersebut maka kukuh dan kuatlah institusi tersebut.
Kalaulah jawatan atau pekerjaan yang kita dapat itu bukan yang kita harapkan, tidak perlulah rasa rendah diri. Belajar memimpin daripada bawah itu lebih seronok daripada terus berjawatan tinggi.
Dan sewaktu menjadi orang bawah inilah kita perlu cari model atau mentor yang boleh mengajar kita menjadi pemimpin yang betul.
Contoh daripada Nabi Muhammad
Nabi Muhammad sendiri belajar memimpin daripada peringkat paling bawah sekali. Daripada belajar mengusahakan ternakan kambing sewaktu beliau berusaha 8 tahun. Tentu bukan mudah untuk menjaga kambing yang perangainya macam-macam.
Kemudian menjadi assistant manager unit jualan pula pada usia 12 tahun semasa mengikuti ayah saudaranya berniaga. Lantas barulah beliau menjadi seorang manager semasa bisnesnya sudah berada di tahap internasional pada usia 20-an.
Sedari kecil sudah belajar bertanggungjawab dan kemudian berjaya menguruskan bisnes sendiri dengan baik.
Berniaga juga perlu belajar dahulu
"Aku macam dah kurang keyakinan hendak buat bisnes la bila dah bekerja ni," kata seorang kawan pada suatu petang.
Dia menyambung, "Kalau dulu minat nak buka bisnes meluap-luap. Sampaikan hampir semua jenis bisnes aku cuba. Tapi bila dah start kerja bawah orang macam ini, rasa nak berhenti kerja itu hilang. Rasa nak buka bisnes dah macam tak ada pula."
Saya teringat satu perkara yang ditekankan oleh Robert T. Kiyosaki dalam buku Rich Dad Poor Dad, "Work to learn, don't work for money."
Dia juga menyarankan supaya kita belajar dahulu selok-belok berniaga daripada bawah. Tetapi kita perlu tetapkan dahulu dalam minda kita yang kita bekerja bawah orang lain itu adalah untuk mengambil pengalaman, cara gerak kerja, dan cara menguruskan kerja syarikat tersebut.
Semakin banyak pengalaman yang ditimba dan semakin banyak model bisnes terbaik yang kita ketahui, maka semakin baiklah strategi kita untuk memulakan bisnes sendiri.
Saya juga masih bertatih belajar. Bertemu dengan orang yang tidak dikenali untuk berbincang, kadang saya menawarkan diri untuk menemani kawan yang akan bertemu dengan orang penting dan kadang saya ikut kawan saya berniaga di booth.


 

Siapa Kita Tanpa Mereka

"Ina, dah habis ke barang?" Umi dan Abi bertanya. Berpeluh mengangkat barang, membantu saya pindah masuk asrama.
"Ada lagi dalam stor". Umi tenang menjawab, "tak apalah, kita angkat sama-sama".
Satu rasa menyelinap ke dalam hati. Antara sayu dan terharu.   Semuanya bercampur-aduk membuatkan saya terpana. Terasa ingin didakap   erat tubuh Umi dan Abi.
Tidak mahu dilepaskan lagi.
Pengorbanan
Umi mengangkat baldi di tangan kanan, bakul di tangan kiri sementara  saya  terkial-kial mengangkat satu kotak yang penuh berisi buku. Abi  menunggu  di luar, ingin menyambut huluran barang dari kami.
Basah sudah wajah dan tubuh Umi dan Abi. Semenjak siang menemani  saya. Sejak dari pendaftaran kursus sehinggalah ke pengambilan kunci.   Biarpun ada masalah sedikit, Abi tetap berkata, "tak apa..sabar,   sabar".
Kemarahan yang mahu meresap ke relung hati serta-merta hilang.  Kepenatan  yang saya lalui sedikit memuhasabah diri, Umi dan Abi tentu  lebih  penat!
Situasi yang saya lalui, bukan sahaja dilalui oleh saya seorang. Apa  yang  dapat saya lihat, berduyun-duyun ibu bapa yang datang menghantar   anak-anak memasuki semester baru. Mengangkat barang-barang yang berat   biarpun terkial-kial. Namun senyuman tetap terukir di wajah biar badan   letih lesu.
Besarnya pengorbanan seorang ibu dan bapa.
Apakah anak-anak masih tidak mampu untuk melihat?
Saban hari, rumah-rumah orang tua semakin penuh terisi. Lupakah sudah si anak akan pengorbanan ibu dan bapa mereka?
Lupakah pada ibu yang mengandungkan sembilan bulan, lupakah pada ayah  yang  bertungkus lumus mencari rezeki demi melihat hidup anaknya  terbela?
Anak vs Ibu Bapa
"Seorang ibu boleh jaga sepuluh orang anak tapi sepuluh orang anak  belum tentu  boleh menjaga seorang ibu", Abi bersuara di dalam kereta,  menyatakan  kekesalan pada anak-anak muda yang semakin lupa  asal-usulnya.
Dalam diam saya mengiyakan. Betapa si ibu menatang anak-anaknya  semenjak  kecil dan mengasuh dengan kasih,  tetapi apabila si anak telah  dewasa,  berjumpa pula dengan kekasih hati. Mindanya terus tertutup  untuk  memikirkan pengorbanan si ibu semenjak dirinya kecil.
Hati ibu mana yang tidak terluka apabila anak-anaknya   menengking-nengking, bercakap kasar, apatah lagi jika perbuatan buruk   anaknya menjadi bualan mulut orang.
"Ah, diorang tu memang suka cakap pasal orang lain! Sibuk jaga hal orang! Sibuk buat fitnah!" katanya dengan ego.
Benar, benar sekali. Dalam Islam kita dilarang menabur fitnah. Tapi   harus diingat, Islam juga menyuruh kita agar melindungi diri daripada   menjadi bahan fitnah.
Bagaimana?
Contohnya, tidak mahu difitnah melakukan bukan-bukan kerana pakaian   yang tidak elok, maka pakailah pakaian yang menutup aurat dengan   sempurna.
Jika rasa dengan bermegah-megah dengan kelebihan mampu mendatangkan fitnah, maka merendah dirilah dalam segala hal.
Begitulah, Islam itu adil dan seimbang. Jika tidak mahu difitnah, jangan jadikan diri bahan fitnah.
Apabila orang sudah mula mengata, nilai kembali diri. Apakah mereka yang benar-benar salah, atau diri kita terlibat sama?
Yang mengata juga harus menilai diri. Jangan cepat benar menghukum.  Hati  manusia sungguh-sungguh tidak dapat ditembusi oleh minda manusia  juga.  Serahkan jagaannya pada Allah, pemilik seluruh alam..
Kembalilah
Wahai anak-anak muda sekalian! Kembalilah menuju cinta-Nya.  Kembalilah  menggapai redha-Nya dengan mendapatkan redha kedua ibu  bapamu.
Apa ertinya hidup andai dipenuhi denganya benci dan dendam.
Apa ertinya hidup andai hati tidak tenteram.
Apa ertinya hidup andai diri sendiri tidak dapat memanusiakan diri.
"Jalan elok-elok. Jangan tidur masa drive". Saya memeluk erat Umi dan  Abi. Sungguh saya sayang kalian sangat-sangat kerana Allah semata.
Maafkan segala kesalahan anakmu ini.
Sahabat, kembalilah dalam dakapan ibu dan bapamu.
Biar hatimu pernah terguris.
Biar jiwamu hancur dihiris.
Selagimana suruhannya tidak melanggar perintah Allah, cubalah untuk taat.
Ingatlah. Tanpa mereka, siapalah kita.
Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan  kepada dua orang ibu-  bapanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk  mempersekutukan Aku dengan  sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang  itu, maka janganlah kamu  mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah  kembalimu, lalu Aku kabarkan  kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.  (Al-Ankabut, 29:8)
Wallahu'alam.

Untuk Bakal Teman Hidupku

Untuk bakal teman hidupku, bacalah...
Bakal teman hidupku,
Aku diamanahkan kepada kamu,
Daripada bapaku sebagai wali,
Kepada kamu sebagai suami.
Bakal teman hidupku,
Maafkan aku jika tak seperti yang kamu mahu,
Maafkan juga segala tingkah laku ku,
Kerana...
Aku juga manusia biasa seperti kamu.
Bakal teman hidupku,
Ku pinta pada mu,
Bimbinglah aku,
Ke jalan yang satu,
Jalan yang lurus walau jauh beribu batu.
Bakal teman hidupku,
Maafkan segala cacat celaku,
Maafkan terkasarnya bahasaku,
Maafkan segala salah silapku.
Bakal teman hidupku,
Hanya satu yang ku pinta darimu,
Jagalah aku,
Sayangilah aku,
Dan...
Jujurlah padaku.


BERSYUKUR dengan APA yang TIDAK DISUKAI

"Aku  TAK SELALU MENDAPATKAN apa yang  KUSUKAI,
Oleh karena itu  AKU SELALU MENYUKAI apapun yang aku DAPATKAN."
...Kata-Kata Diatas merupakan wujud SYUKUR.
Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting.
Dengan BERSYUKUR kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan BAHAGIA.
Sebaliknya, perasaan TAK BERSYUKUR akan senantiasa membebani kita.
Kita akan selalu merasa kurang dan TAK BAHAGIA.
Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan ....
Seandainya sudah, apalagi yang harus diINGINkan ?
Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu ...
Karena itu memberimu kesempatan untuk BELAJAR ...
Bersyukurlah untuk masa-masa sulit ...
Di masa itulah kamu TUMBUH ...
Bersyukurlah untuk keterbatasanmu ...
Karena itu memberimu kesempatan untuk BERKEMBANG ...
Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru ...
Karena itu akan membangun KEKUATAN dan KARAKTERmu ...
Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat ...
Itu akan mengajarkan PELAJARAN yang berharga ...
Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih ...
Karena itu kamu telah membuat suatu PERBEDAAN ...
Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal yang baik...
Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut...
Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif...
Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu…
Dan semua itu akan menjadi BERKAH bagimu ...



http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/bersyukur-dengan-apa-yang-tidak-disukai.htmlv

Cinta Laki - laki Biasa ( 1 )

Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.
Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.
Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi. Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.
Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!
Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap. Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya.


Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.
Kamu pasti bercanda!
Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.
Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!
Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.
Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!
Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.
Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?
Nania terkesima.
Kenapa?
Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.
Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!
Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur. Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!
Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan.


Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.
Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.
Tapi kenapa?
Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.
Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.
Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!
Cukup!
Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?
Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 'luar biasa'. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.
Mereka akhirnya menikah.
***
Setahun pernikahan.
Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.

Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.


Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.
Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.
Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.
Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!
Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.
Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.
Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!
Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?
Rafli juga pintar!
Tidak sepintarmu, Nania.
Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan. Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.
Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.
Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli!
Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.
Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.
Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.


Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..
Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.
Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!
Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.
Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, u`ng mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!
Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.
Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.
Cantik ya? dan kaya!
Tak imbang!
Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.
Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.




http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/cinta-laki-laki-biasa-1.html

"Truk Sampah"

Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke Bandara.
Kami melaju pada jalur yang benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dari tempat parkir tepat di depan kami. Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.
Pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya dan melotot ke arah kami.
Supir taxi hanya tersenyum dan melambai pada orang orang tersebut.
Saya benar-benar heran dengan sikapnya yang bersahabat.
Maka saya bertanya, "Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!"
Saat itulah saya belajar dari supir taxi tersebut mengenai apa yang saya kemudian sebut "Truk Sampah".
Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling membawa sampah, seperti: frustrasi, kemarahan, dan kekecewaan.
Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya dan seringkali mereka membuangnya kepada anda.
Jangan ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, kasihani mereka, lalu lanjutkan hidup.
Jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang anda temui, di tempat kerja, di rumah atau dalam perjalanan.



Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dengan merusak suasana hati kita.
Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, namun tentang bagaimana berselancar di atas ombak.

Selamat menikmati hidup yang bebas dari "sampah". 


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/truk-sampah.html