Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Kamis, 03 Mei 2012

Surat Cinta untuk Muslimah

Anugerah Allah yang harus di syukuri adalah mentakdirkan kita sebagai Muslimah. Tidak ada satupun agama yang menghargai aurat wanita seperti Islam, aturan dalam menutup aurat yang Allah perintahkan dalam surat Al Ahzab 59 dan surat An Nur 31 telah melindungi wanita dari perlakuan tidak senonoh dari laki-laki zalim, juga menguatkan identitas Muslimah adalah wanita-wanita yang sangat tinggi kemuliaannya di balik hijab syar’inya.
Telah sampai sebuah berita kepada penulis tentang Muslimah yang frustasi dan kecewa berat di sebabkan masalah hati.


 Jika kita berpikir lebih jernih, hal ini sangat di sayangkan,dengan segala konsep yang jelas dalam islam, tentunya Muslimah lebih percaya diri menghadapi segala beban hidup, tegar menjalani masa-masa sulit, dengan tetap menyandarkan beban hidupnya pada Allah Sang Penguasa jagad.
Muslimah memang harus lembut, namun bukan berarti lemah di kala mendapat ujian dalam mengarungi hidup. Muslimah memang harus santun, namun bukan berarti rapuh, hanya karena masalah hati. Tidak pantas menceritakan pada banyak orang dengan terus mengiba agar orang lain mendengarkan keluh kesahnya. Kalaupun harus mengeluh, sewajarnya saja,tidak dengan cara mendramatisir masalah.
Saudariku, mari berkaca pada kehidupan srikandi Islam pertama, wanita mulia yang namanya harum sepanjang zaman. Ia adalah wanita lembut, tapi sangat tegar menghadapi berbagai cobaan hidup, saat suami dalam kegundahan, ia tidak bermanja-manja, justru menguatkan sang suami.
Jibril datang dengan membawa wahyu. Dan sang suami pulang berseru, “Selimutilah aku, selimutilah aku.”
Maka, Ibunda Khadijah dengan cerdas menghibur beliau. Dengan percaya diri dan penuh keyakinan beliau berkata, “Allah akan menjaga kita wahai Abu Qasim, bergembiralah wahai putra pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya sungguh aku berharap agar engkau menjadi Nabi bagi umat ini. Demi Allah Dia tidak akan menghinakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau telah menyambung silaturahmi, memikul beban orang yang memerlukan, memuliakan tamu dan menolong para pelaku kebenaran.”
Tentramlah hati Rasulullah berkat dukungan ini dan kembalilah ketenangan beliau karena motivasi pembenaran dari sang istri.
Namun hal itu belum cukup bagi seorang istri yg cerdas dan bijaksana. Ibunda Khadijah menemui putra pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal lalu menceritakan kejadian demi kejadian. Maka tiada ucapan yangg keluar dari mulutnya selain perkataan Qudus.Qudus. “Demi yang jiwa Waraqah ada ditangan-Nya jika apa yang engkau ceritakan kepadaku benar maka sungguh telah datang kepadanya Namus Al-Kubra sebagaimana yangg telah datang kepada Musa dan Isa dan Nuh alaihi sallam secara langsung.”
Bahkan ketika melihat kedatangan Nabi sekonyong-konyong Waraqah berkata, “Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya Sesungguhnya engkau adalah seorang Nabi bagi umat ini. Pasti mereka akan mendustakan dirimu menyakiti dirimu mengusir dirimu dan akan memerangimu. Seandainya aku masih menemui hari itu sungguh aku akan menolong dien Allah.” Kemudian Waraqah mendekati Nabi dan mencium ubun-ubunnya.
“Apakah mereka akan mengusirku?” Tanya Rasulullah.


“Betul, tiada seorang pun yang membawa sebagaimana yang engkau bawa melainkan pasti ada yg menentangnya. Kalau saja aku masih mendapatkan masa itu, kalau saja aku masih hidup,” kata Waraqah yang meninggal tak lama setelah peristiwa pertemuan itu.
Sekilas tentang pribadi Ibunda Khadijah cukup sebagai teladan buat para Muslimah masa kini. Bukan waktunya lagi hanyut pada kemudahan zaman, hingga melupakan sang teladan yang sebenarnya.
Teladanmu bukanlah artis yang terkenal karena kecantikannya namun keropos akhlaknya. Teladanmu bukan pula tokoh yang menonjol karena kecerdasan otaknya tetapi miskin iman. Bukan itu wahai ukhti ku.
Muslimah, apalagi yang harus kita keluhkan? Jika hanya karena patah hati,renungi ayat-ayat-Nya. Jika karena jodoh tak kunjung tiba, ingatlah janji-janji-Nya, “Wanita yang keji untuk laki-laki yang keji,laki-laki yang keji untuk wanita yang keji. Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik pula….” (QS An Nur: 26)
Jika masalah dunia yang kau keluhkan, salami ayat-ayat cinta-Nya, “Tiada lain kehidupan dunia ini melainkan main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang bertakwa,maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS al An’am: 32)
Duhai ukhti, perempuan mulia di samping Rasulullah itulah teladanmu yang sesungguhnya. Bukan wanita yang mengajakmu celaka dengan menonjolkan hiasan dunia belak, namun keropos iman dan agama di dadanya. Insya Allah, kita akan bertemu di surge, wahai para Muslimah yang sekuat baja.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/surat-cinta-untuk-muslimah.html 

“ Beberapa tausyiah/nasehat berharga Didalam Al-qur’an dan al-hadist serta para Ulama “

“ Never will the Jews or the Christians be satisfied with thee unless thou follow their form of religion. Say: "The Guidance of Alloh,-that is the (only) Guidance." Wert thou to follow their desires after the knowledge which hath reached thee, then wouldst thou find neither Protector nor helper against Alloh “.                                 {QS. 2 (Al-Baqarah) : 120}.
Ingat! 5 sebelum 5 yakni: ” 1. Kehidupanmu sebelum datang matimu, 2. Kesehatanmu sebelum datang penyakitmu, 3. Waktu luangmu sebelum datang kesibukanmu, 4. Masa mudamu sebelum datang masa tuamu, 5. Kekayaanmu sebelum datang kemiskinanmu “. (HR. Muslim).
“ Barangsiapa memohon Mati Syahid pada Alloh dengan jujur, niscaya Alloh akan menempatkannya pada kedudukan para Syuhada, walaupun dia mati diatas tempat tidurnya “. (HR. Muslim).
“ Kelezatan dunia ini tinggal tersisa 3 perkara: Qiyamulail (Sholat malam), berjumpa dengan ikhwah (saudara seiman) dan Sholat Jama’ah “. (Nasehat Ibnul Munkadir).
“ Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan adzab yang menghinakan  bagi orang-orang kafir itu “.                              {QS. An-Nisaa’ (4): 102}.
Dari Ubadah bin Shamit, kami mendengar Rasululloh SAW bersabda, bahwa Rabbnya berfirman:                     “ Wajiblah cintaKu untuk orang-orang yang saling mencintai karena Aku. Wajiblah cintaKu untuk orang-orang yang saling berkunjung karena Aku. Wajiblah cintaKu untuk orang yang saling bersilahturahmi karna Aku. Mereka diatas mimbar-mimbar dari cahaya, para Nabi dan orang-orang jujur iri atas tempat yang mereka dapatkan itu “. (HR. Ahmad No. 21717).
“ Jauhilah apa yang dilarang, maka engkau akan menjadi orang yang paling mengabdi kepada-Nya, ikhlaslah dengan pemberian Alloh terhadap dirimu, maka engkau akan menjadi orang yang paling kaya di antara manusia, bersikap baiklah terhadap tetangga maka engkau akan merasa aman, cintailah di antara manusia yang engkau pun suka melakukannya maka selamatlah dirimu, dan janganlah engkau banyak tertawa, itu mematikan hati “. (Al-Hadist).
“ Laki-laki jangan memberi Salam kepada wanita dan wanita jangan memberi                             :                     salam kepada laki-laki “. (HR. Ad-Dainuri). 
Islamic News Al-Ahzar University, Cairo-Mesir:
Hasil riset Universitas Al-Ahzar bahwa membaca Al-Qur’an dapat meningkatkan kinerja otak dan mempertajam ingatan sampai 80 % karena ada 3 aktivitas yang baik bagi otak yaitu: melihat, mendengar, dan membaca. Waktu yang bagus untuk membaca dan mentaburi Al-Qur’an setelah Sholat terutama Subuh dan Magrib. Di kedua waktu tersebut , otak dalam keadaan refresh karena pergantian waktu dari terang ke gelap dan dari gelap ke terang.
 “ Dakwah dan Jihad adalah bahasa cinta Alloh yang mirip sebuah seruan cinta padamu, bersyukur dan bersabarlah seorang aktivis dakwah dan jihad tidak melihat hasil tapi proses, berperanlah dalam dakwah dan jihad ini, jangan jadikan dakwah dan jihad sebagai beban, hanya orang-orang yang istiqomah dan ikhlas yang mampu merasakan nikmatnya jalan dakwah dan jihad jika jalan dakwah dan jihad panjang maka jangan pernah berhenti sebelum ujungnya kau temukan, jika dakwah dan jihad bebannya berat jangan minta yang ringan tapi mintalah punggung yang kokoh untuk menopangnya, jika jalan dakwah dan jihad pendukungnya sedikit maka jadikanlah yang sedikit itu keep the spirit of dakwah wal jihad. Allohu Akbar.
“ Jadilah akar yang gigih mencari air, Menembus tanah yang keras demi sebatang pohon. Ketika pohon tumbuh, berdaun rimbun, berbunga indah, Menampilkan eloknya pada dunia dan mendapatkan pujian pula. Akar tidak ‘iri’ ia tetap bersembunyi dalam tanah. Itulah makna dari sebuah ketulusan dan keikhlasan. Manusia yang memiliki perpaduan tekun, ikhlas, sabar dan tegar bagai akar. Merekalah para pejuang, mujahid yang tak terkalahkan sepanjang masa. Semoga Alloh menjadikan kita bisa seperti itu!. Amien.
Saudaraku mendapat 5 Hal melalui Jalan:
  1. Berkah rezeki melalui Sholat Dhuha dan Sholat Lima Waktu
  2. Cahaya dalam kubur melalui Shalat Tahajud
  3. Kemudahan dalam menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir melalui membaca Al-Qur’an
  4. Kemudahan melintasi Shiratal Mustaqiem melalui Shaum dan Sedekah
  5. Mendapatkan perlindungan Arsy’ Illahi pada hari Hisab melalui Zikrulloh (Zikir)
Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahulloh berkata: “ Orang-orang yang mengenal Alloh dengan baik sepakat bahwa ketika Anda sesat, maka Alloh menyerahkan segalanya kepada Anda dan membiarkan apa yang terjadi antara Anda dengan jiwa Anda. Tapi ketika Anda benar, maka Alloh menuntun “. Saudaraku semoga bisa menjadi renungan bagi kita untuk saling mengingatkan diantara kita agar kita tidak termasuk orang-orang yang lalai.
“ Nashrani/Kristen dan Yahudi hanya untuk orang Israel yang sesat, itulah jawaban YESUS. (MATIUS 15:24), Sungguh Islam adalah Agama yang benar untuk seluruh umat Manusia “.
Anas bin Malik RA meriwayatkan dari Rasululloh SAW beliau Rasul SAW bersabda: “ Sesungguhnya jika Alloh mencintai suatu kaum Dia menguji mereka. Barangsiapa yang ridha niscaya akan mendapatkan ridha-Nya. Barangsiapa yang kesal dan benci niscaya Ia akan mendapatkan murka-Nya “. (HR. Tirmidzi).
“ Hubungan yang mengikat diantara kita (ummat Islam) adalah Shalat, barangsiapa yang meninggalkannya berarti kafir “. (Al-Hadist).
“ Bahwasanya Nabi telah mendera orang yang meminum-minuman keras dengan dua pelepah kurma, sebanyak empat puluh kali cambukan “. (HR. Muslim). 
“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani (Kristen) menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.                                           (QS. Al-Maidah: 5:51).
“ Tahukah kalian apakah ghibah itu? “ Mereka menjawab: “ Alloh dan Rasul-Nya lebih mengetahui. “ Beliau bersabda: “ Yaitu engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang dibencinya “. Ditanyakan: “ Bagaimana halnya jika apa yang aku katakan itu (memang) terdapat pada saudaraku? “ beliau menjawab: “ Jika apa yang kamu katakan terdapat pada saudaramu, maka engkau telah menggunjingnya (melakukan ghibah) dan jhka ia tidak terdapat padanya maka engkau telah berdusta atasnya “.                                                                          (HR. Muslim, Juz: 4/No.2001 atau No.2589).
“ Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah “. (QS. Al-Qalam: 10-11).
“ Perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika mereka berusia 7 tahun, dan pukullah karenanya bila mereka telah berusia 10 tahun “. (Hadist Ibnu Amr dan Subrah Ibnu Ma’bad dengan Sanad/Jalur Shahih/Baik dalam Kitab Irwaul Ghalil, Karya: Syaikh Al-Muhadits/Ahli Hadist Muhammad Nashiruddin Al-Albani    Rahimahulloh No.247).
“ Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Alloh, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu “. {QS. Muhammad: 7}.
“ Barangsiapa yang memakan tujuh buah kurma di antara dua kampung (di Madinah) pada pagi hari, maka dia tidak akan dicelakakan oleh racun sampai sore hari…”.                                                                    (HR. Imam Muslim).
Sesungguhnya di dalam habbatus sauda’ (jintan hitam) terdapat penyembuh bagi segala macam penyakit kecuali kematian “. (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
“ Air Zam-zam itu penuh berkah. Ia merupakan makanan yang mengenyangkan (dan obat bagi penyakit). (HR. Imam Muslim dan Imam Baihaqi).
“ Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Alloh dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Alloh tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai “. {QS. At-Taubah (9) : 32}.
 “ Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Alloh itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Alloh tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu “. {QS. Al-Baqarah (2): 120}.
Menurut Al-Imam Al-Ghazali Penulis Kitab ternama berjudul: Kitab Ihya Ulumuddin ada 17 macam dosa besar dilakukan anggota badan, yaitu:
  • Empat macam dosa terdapat dalam Qalbu/hati manusia, yaitu: musyrik, keinginan untuk terus menerus berbuat maksiat, putus harapan untuk mendapat rahmat Alloh SWT, dan merasa aman dari siksa Alloh.
  • Empat macam dosa terdapat pada lisan, yaitu: menjadi saksi palsu atau dusta, menuduh orang baik-baik berbuat zina, dan menjadi tukang sihir dan sumpah palsu.
  • Tiga macam dosa terdapat pada perut, yaitu: meminum minuman keras dan memakan barang yang haram yang bukan halal, makan riba, dan makan harta anak yatim.
  • Dua macam terdapat pada faraj (kemaluan), yaitu: berzina, dan liwath (homo seks atau lesbian).
  • Dua macam terdapat pada tangan, yaitu: membunuh dan mencuri.
  • Satu macam terdapat pada kaki, yaitu: lari atau kabur dari medan perang/jihad.
  • Satu macam lagi terdapat pada seluruh anggota tubuh, yaitu: durhaka terhadap orang tua.
 “ Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Alloh dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Alloh telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Alloh ridho terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat) -Nya. Mereka itulah golongan Alloh. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Alloh itulah golongan yang beruntung “. (QS. Al-Mujadilah: 22).
“ Sesungguhnya orang-orang kafir menginfakkan harta-harta mereka untuk menghalangi (manusia) dari jalan Alloh. Maka mereka menginfakkan harta tersebut kemudian (harta tersebut) menjadikan mereka rugi. Lalu mereka dikalahkan, dan orang-orng kafir dikumpulkan dalam neraka Jahannam “. (QS. Al-Anfal: 36).
Ibnu ‘Abbas Radhiyallohu’ Anhum Ajmain berkata, “ Alloh telah menjamin barang siapa yang membaca                           Al-Qur’an dan mengamalkan isinya maka ia tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat, “ Kemudian beliau mengutip firman Alloh SWT, “ Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku maka ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka “.                                                 (QS. Thaahaaa {20}:123).
            Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallohu’ Anhum berkata, RasulullohSAW telah melaknat laki-laki yang bergaya (menyerupai) perempuan, dan juga melaknat perempuan yang bergaya (menyerupai) laki-laki “.         (HR. Bukhari).
Rasululloh SAW pernah menghitung orang-orang yang dilaknat di dunia ini dan disambutnya juga oleh malaikat, diantaranya ialah laki-laki yang memang oleh Alloh dijadikan betul-betul laki-laki, tetapi dia menjadikan dirinya perempuan dan menyerupai perempuan; dan yang kedua, yaitu perempuan yang memang dicipta oleh Alloh sebagai perempuan betul-betul, tetapi kemudian dia menjadikan dirinya sebagai laki-laki dan menyerupai orang laki-laki “. (Hadist Riwayat Thabrani).
“ Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". {QS. Al-Isra’ (17): 23-24}.
Abu Hurairah R.A berkata bahwa ada seseorang datang menemui Rasululloh SAW dan bertanya kepadanya: “ Wahai Rasululloh, siapakah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku? “ Kemudian beliau Rasul menjawab: “ Ibu-mu “. Ia bertanya lagi: “ Kemudian siapa?”, beliau menjawab: “ Ibu-mu “, ia bertanya kembali:  “ Kemudian siapa?”, beliau menjawab: “ Ibu-mu “. Kemudian tanyanya lagi: “ Kemudian siapa?”, maka beliau menjawab: “ Bapakmu “. (HR. Bukhari dan Muslim).
“ Akan dapat merasakan nikmatnya iman seseorang yang rela menjadikan Alloh SWT sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad SAW sebagai Rasulnya “. (HR. Muslim).
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Alloh lebih mengetahui tentang keimanan mereka, maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kemba-likan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir, mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka.” (QS. Al Mumtahanah: 10).
Syaikh Al-Allamah Prof. DR. Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan hafidzhahullah (Anggota Lajnah Ad-Da’imah lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta’/Komisi Riset dan Fatwa Kerajaan Saudi Arabia) berkata,
“Laki-laki kafir tidak halal menikahi wanita muslimah, berdasarkan firman-Nya Subhanahu wa Ta'ala, “Dan jangalah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman.”                     (QS.Al Baqarah: 221).
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallohu’ Anhum, bersabda Rasululloh Shallallahu’ Alaihi wa Sallam: “ Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka “. (Hadish Shahih Riwatat Ahmad).
“ Sebaik-baik petunjuk adalah Kitabulloh (Al-Qur’an), serta sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Rasululloh Shallallahu’ Alaihi wa Sallam yakni Sunnahnya, dan seburuk-buruk perbuatan dan perkataan ialah yang diada-adakan dan setiap yang diada-adakan ialah Bid’ah dan setiap keBid’ahan itu sesat serta setiap kesesatan itu ialah tempatnya di dalam Naar (Neraka) “. (Al-Hadist).
Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
 atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. {QS. An-Nuur (24): 30-31}.
“ Barangsiapa yang mengunjukkan/mengajarkan kebaikan, pahalanya sama dengan orang yang melakukan kebaikan itu “. (HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud)
“ Sesungguhnya Alloh, Malaikat-malaikat-Nya, penghuni langit dan penghuni bumi, hingga semut dalam lubangnya dan ikan dalam lautan, bersholawat (mendo’akan) para pendidik manusia kepada kebaikan “. (Kitab Mukhtarul Hasan Wasshahiih, Penulis: Abdul Baqi’ Shaqar, Hal. 380).
“ Barangsiapa yang membimbing/mendidik orang kepada petunjuk Alloh dan Rasul-Nya, niscaya dia mendapatkan pahala sejumlah pahala orang-orang yang mengikutinya, tidak akan dikurangi sedikitpun dari pahala mereka itu; dan barangsiapa yang mengajak/membimbing kepada kesesatan, niscaya ia mendapat dosa sejumlah dosa orang-orang yang mengikutinya, dengan tidak dikurangi sedikitpun dari dosa mereka   itu “. (HR. Imam Muslim).


“ Ridha “


Sehubungan dengan apa yang tidak disukainya, seorang hamba bisa menempati salah satu dari dua derajat ini, ridha dan sabar. Ridha adalah yang lebih utama. Adapun sabar, hukumnya wajib bagi setiap insan yang beriman. Mereka yang ridha adalah yang dapat menghayati hikmah dan kebaikan Dzat yang mendatangkan ujian. Mereka tidak berburuk sangka kepada-Nya. Disaat yang lain menghayati beta[a Dia Maha Agung, Maha Mulia dan Maha Sempurna. Ia terhanyut dalam persaksian atas semua itu, sehingga ia tidak lagi merasakan derita. Hanyasanya, Cuma mereka yang benar-benar berma’rifah dan bermahabah (mencintai Alloh SWT) saja yang dapat mencapai tingkatan ini.
            Mereka (bahkan) dapat menikmati musibah yang menimpa, karena mereka tahu bahwa musibah itu datang dari Dzat yang dicintainya. Sabar berbeda dengan ridha. Sabar adalah menahan diri dari amarah dan kekesalan ketika merasa sakit sambil berharap derita itu segera hilang. Sementara ridha adalah berlapang dada atas ketetapan Alloh SWT dan membiarkan keberadaan sakit, walau pun ia merasakannya. Keridhaannya meringankan deritanya. Karena hatinya dipenuhi oleh ruh yakin dan ma’rifah. Bila ridha semakin kuat, ia mampu menepis seluruh rasa sakit dan derita.


            Anas bin Malik RA meriwayatkan dari Rasululloh SAW beliau Rasul SAW bersabda: “ Sesungguhnya jika Alloh mencintai suatu kaum Dia menguji mereka. Barangsiapa yang ridha niscaya akan mendapatkan ridha-Nya. Barangsiapa yang kesal dan benci niscaya Ia akan mendapatkan murka-Nya “. (HR. Tirmidziy, dalam Kitab Az-Zuhud Juz.VII/No.77 dengan Sanad/Jalur Hasan Gharib dan Imam As-Suyuthiy menghasankannya dalam Kitab Al-Jami’ As-Shaghir Juz.II/No. 459).
            Al-Imam Ibnu Mas’ud berkata: “ Sesungguhnya Alloh SWT dengan keadilan dan ilmu-Nya (menjadikan kesejahteraan dan kegembiraan pada yakin dan ridha, serta menjadi kesusahan dan kesedihan pada keraguan dan kekesalan dan kemurkaan “. Alloh SWT berfirman:   “ Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Alloh; Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu “. (QS. Taghaabuun: 11). Berkenaan dengan ayat diatas, ‘Alqamah berkata, “ ini tentang musibah seseorang yang mengerti bahwa musibah itu datang dari Alloh, lalu ia pasrah kepada Alloh SWT dan ridha “.
            “ Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan “.                                   (QS. An-Nahl: 97). Abu Mu’awiyah Al-Aswar menjelaskan maksud kehidupan yang baik adalah ridha dan qana’ah. Suatu ketika Ali bin Abi Thalib mendaapati ‘Ady bin Hatim tengah bersedih, beliau bertanya, “ Mengapa kamu bermuram durja? “ ‘Ady menjawab,       “ Apa tidak boleh, sedangkan dua anakku baru saja terbunuh, pun mataku baru saja tercungkil?” Ali bertutur “ Wahai ‘Ady, barangsiapa ridha terhadap ketetapan Alloh maka sesungguhnya ketetapan Alloh itu tetap terjadi, dan dia mendapat pahala. Dan baransiapa tidak ridha terhadap ketetapanNya, sesungguhnya ketetapan-Nya tetap terjadi dan amalah orang itu pun terhapus “.
            Adalah Abu Darda’ mengunjungi seseorang yang menjelang ajal sambil memuji Alloh, Abu Darda’ berujar, “Anda benar Sesungguhnya jika Alloh menetapkan sesuatu, Dia senang jika diridhai “. Hasan Al-Bashri berkata, “ Barangsiapa ridha terhadap bagiannya, Alloh akan meluaaskan dan memberkahinya. Begitu pula sebaliknya “. Umar bin Abdul Aziz berkata, “ Aku tidak lagi memiliki kebahagian selain menerima apa yang ditakdirkan bagiku”. Beliau pernah juga ditanya, “ Apa yang paling Anda senangi?”, beliau menjawab, “ Semua yang ditetapkan oleh Alloh SWT “.
            Abdul Wahid bin Zaid berkata. “ Ridha adalah pintu Alloh yang terbesar syurga dunia, dan tempat istirahatnya para ahli ibadah “. Sebagian ulama berkata, “ Di akhirat nanti, tidak ada derajat yang lebih tinggi dari pada yang dimiliki oleh orang-orang yang ridha kepada Alloh segala situasi. Maka barangsiapa dianugerahi ridha sungguh ia telah mendapatkan derajat yang paling utama “. Suatu pagi seorang Arab Badui mendapati banyak unta-untanya pada mati. Berkatalah ia,


 “ Tidak! Demi Alloh -yang aku adalah hambaNya-, kalaulah bukan karena kedengkian orang-orang yang dengki, niscaya aku tidak akan senang menerima cobaan paada unta-untaku ini, juga terhadap tidak terhadinya sesuatu yang telah ditetapkan Alloh SWT “. 



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/ridha.html 

“ Kemuliaan Seorang Pendidik “

Syair/PUisi tentang “ ILMU “
Setiap langkah berpijak
Di situ telapak terbekas
Ibarat air mengalir mencari muara
Tiada lelah terbawa angin
Adanya, hidup tiada menjadi kelabu


Tidak... bukan materi yang sedikit banyak pergi
Bukan ilusi yang berimajinasi
Terjebak buasnya dunia fana
Ilmu adalah serangkaian makna tanpa batas

Satu rajut tangan lebih bermanfaat
Daripada setumpuk ucapan kosong yang buta
Ilmu, pendidikan lorongnya
Penuj liku dan duri satu  demi satu lalu pasti
Menanti mimpi, harapan pasti
Menyongsong senja pagi berseri
Keutamaan Menjadi Guru
          Nyanyian Umar Bakri, mengungkap sosok seorang guru/pendidik yang tabah dan tekun mendidik serta mengasuh muridnya, dengan penghasilan sekedar penyambung hidupnya. Orang ramaipun menyatakan bahwa guru adalah pahlawan, pejuang yang tulus ikhlas tanpa tanda jasa.
          Di hadapan Alloh SWT, guru adalah tergolong orang-orang karena iffahnya (memelihara diri dari minta-minta), lalu disangka kaya oleh orang-orang kurang perhatian (jahil), lantaran tidak sempat leluasa berniaga karena kesibukannya pada jalan Alloh SWT, yakni mengajar dan mendidik anak yang menjadi tanggung-jawabnya. {QS. Al-Baqarah (2): 273}.
          Diantara keutamaan menjadi guru/pendidik, adalah:
1)   Memiliki sifat iffah (memelihara diri dari minta-minta), yang dihargai dan dihormati kedudukannya oleh Alloh. Dan Alloh perintahkan kepada para aqniya (murid/masyarakat/pejabat) memberikan perhatian khusus kepada mereka. {QS. Al-Baqarah (2): 273}.



2)   Alloh SWT memberi balasan untuk guru/pendidik yang mendidik dan mengajarkan kebaikan atau pelajaran yang bermanfaat, sama seperti orang-orang yang melakukannya. Rasululloh SAW bersabda:                   “ Barangsiapa yang mengunjukkan/mengajarkan kebaikan, pahalanya sama dengan orang yang melakukan kebaikan itu “.                    (HR. Muslim dari Ibnu Mas’ud dalam Kitab Faidul Qadir, Juz. 6, Hal. 127, Penulis: Al-Imam Al-Manawy Rahimahulloh).
3)   Alloh SWT, para Malaikat, penghuni langit dan bumi bersholawat (mendo’akan) para pendidik yang mengajarkan kebaikan. Rasululloh SAW bersabda: “ Sesungguhnya Alloh, Malaikat-malaikat-Nya, penghuni langit dan penghuni bumi, hingga semut dalam lubangnya dan ikan dalam lautan, bersholawat (mendo’akan) para pendidik manusia kepada kebaikan “. (Kitab Mukhtarul Hasan Wasshahiih, Penulis: Abdul Baqi’ Shaqar, Hal. 380).
4)   Para guru dan pendidik senantiasa akan mendapatkan pahala dari Alloh sebagai imbalan dari hasil pendidikan dan pembinaannya, meskipun dia sudah mati/wafat. Rasululloh SAW bersabda:
“ Sesungguhnya dari antara amal dan kebaikan seorang Mukmin yang tetap dia peroleh pahalanya, walaupun dia sudah wafat, adalah: Ilmu yang diajarkan dan disebarluaskannya; anak yang shaleh yang ditinggalkannya; atau mushaf/pegangan misalkan buku-buku/                      al-qur’an/kitab-kitab yang ditinggalkannya; atau masjid yang dibangunnya; atau rumah untuk ibnus sabil yakni anak yatim piatu/panti jompo yang dibangunnya; atau saluran air yang dibuatnya; atau shadaqah yang dikeluarkannya dari harta kekayaannya pada waktu hidupnya (shadaqah jaariyah), itu semua dia akan mendapatkan pahalanya setelah dia wafat “. (HR. Ibnu Majah dan                 Al-Baihaqy dari Aba Hir dalam Kitab Mukhtarul Hasan Wasshahiih, Penulis: Abdul Baqi’ Shaqar, Hal. 381).
Sejalan hadist tersebut, Alloh SWT. Menegaskan dengan firman-Nya sebagai berikut: “ Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa saja mereka telah kerjakan, dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata “. {QS. Yaasiin (36): 12}.
Hubungan Profesi Guru dengan Dakwah
Perintah Dakwah dan Tabligh (Pengajaran), adalah merupakan perintah yang tidak hanya ditunjukan kepada para Nabi dan Rasul Alloh SWT, melainkan juga ditunjukan kepada segenap ummatnya, lebih-lebih para guru dan pendidik. Perintah Dakwah dan Tabligh, banyak kita jumpai dalam Al-Qur’an, antara lain:
1)   “ Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mau’izhah hasanah, dan bermujadah-lah dengan mereka dengan cara yang lebih baik,… “. {QS. An-Nahl (16): 125}.



2)   …” dan serulah kepada (agama) Rabbmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus “.                                        {QS. Al-Hajj (22): 67).
3)   … “ dan serulah mereka keapad (jalan) Rabbmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang musyrik “.
4)   “ Hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung “. {QS. Ali-Imran (3): 104}.
5)   “ Kamu adalah ummat yang terbai yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar “. {QS. Ali-Imran (3): 110}.
Guru dan Pendidik adalah Da’i dan Muballigh, yang mendakwahkan dan menyampaikan ilmu Alloh SWT, karena pada hakikatnya segenap ilmu baik dan berguna bagi manusia, adalah merupakan anugerah Alloh kepada manusia, untuk menunjang tugas dan fungsinya sebagai hamba Alloh dan Khalifah fil Ardh.
Guru/Pendidik yang berhasil mendidik dan mengarahkan anak didiknya ke jalan yang diridhai Alloh, sehingga menjadi seorang shaleh dan bahkan mampu mengembangkan dan menyebarluaskan ilmunya, dijanjikan oleh Rasululloh SAW dengan banyak balasan yang tak terhingga sebagai berikut: “ Barangsiapa yang membimbing/mendidik orang kepada petunjuk Alloh dan Rasul-Nya, niscaya dia mendapatkan pahala sejumlah pahala orang-orang yang mengikutinya, tidak akan dikurangi sedikitpun dari pahala mereka itu; dan barangsiapa yang mengajak/membimbing kepada kesesatan, niscaya ia mendapat dosa sejumlah dosa orang-orang yang mengikutinya, dengan tidak dikurangi sedikitpun dari dosa mereka                itu “. (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah dalam Kitab Mukhtashar Shahih Muslim, Penulis: Al-Imam Muslim, Hal: 492).
Sebagai Guru, Pendidik dan sekaligus sebagai Da’i, maka hendaklah memiliki akhlak dan sifat-sifat sebagai berikut:
a)   Senantiasa mengharap ridho Alloh, berbuat dan beramal dengan tulus ikhlas karena Alloh SWT.
b)   Berday` ingat kuat, bijak, cerdas, berpandangan luas dan jauh kedepan, mampu menganalisir cepat dan tepat serta mampu menerapkan dengan baik.
c)   Penyantun, penuh kasih sayang, lemah lembut dan ramah.
d)   Bersahabat dan tidak kasar dan bengis/kejam.


e)   Berani dan sportif, tidak pengecut dan membabi buta.
f)      Shiddiq, benar dalam ucapan, sikap dan perbuatan, tepat dalam janji.
g)   Tawadhu’, tidak angkuh dan ‘ujub (membangakan diri).
h)   Pemaaf, menahan amarah dan berlaku ihsan.
i)     Memelihara sumpah setia.
j)     Sabar,  tabah dan ulet.
k)   Iffah dan kiram (menjaga kehormatan diri).
l)     Wara’ dan Qana’ah (Menjaga perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh dan merasa cukup dengan apa yang diperoleh).
m) Adil meskipun terhadap diri dan keluarga.
n)   Tidak mengungkit dan tidak sombong.
o)   Memelihara kemulian diri.
p)   Berlapang dada daan tidak ceroboh (‘ajalah).
q)   Bertekad bulat, berkeyakinan kuat dan tawakkal.
r)    Berpihak kepada yang benar dan memperjuangkannya.
s)   Sederhana, tidak berlebihan.
t)     Selalu optimis, tidak putus asa. (dikutip dari Agenda Dakwah/Agenda Mukmin, Terbitan: Qisty Saufa Abadi, Hal: 30-31 dengan perbaikan).
 “ Puisi Teruntuk Guruku “
Guru,
Engkau adalah pahlawan
Pahlawan tanpa tanda jasa


Yang tidak pernah lelah memberikan ilmumu
Terhadap murid-muridmu

Engkau selalu berjuang
Untuk mendidik kami
Mencerdaskan anak bangsa
Demi mencapai prestasi yang gemilang

Guru,
Tugas engkau sungguhlah mulia
Kami sungguh membutuhkan engkau
Karena tanpa engkau
Kami bukanlah apa-apa

Guru,
Terima kasih atas ilmu yang engkau berikan
Kami berjanji
Akan menjalankan amanat engkau
Untuk menjadi penerus bangsa dan agama
Yang unggul dalam segala bidang
Yang berpendidikan dan agamis/beriman…


Terima kasih guru atas
Ilmu yang kau berikan…
Semoga Alloh membalas segala jasa-jasamu
Yang tidak begitu terhingga.
Wallohu’ Ta’ala a’lam bish Showab. Washallallaahu’ ala nabiyyina Muhammad wa ‘alaa alihi wa shahhbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil’ Alamien.
Maha Benar Alloh SWT dan Maha Agung.
Wabillahit taufiq was sadaad …



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/kemuliaan-seorang-pendidik.html 

Pengakuan Aktivis Gender!

”Coba perhatikan, Rahmat. Saya juga baru menyadari belakangan ini. Saya sudah terseret makin jauh. Dulu saya tertarik, karena selalu dikatakan, bahwa kita mengembangkan sikap terbuka, kritis, rasional, tidak partisan.


 Tapi, ketika sudah masuk ke lingkungan ini, kita tidak punya pilihan, kita juga dididik sangat partisan. Jika dulu orang Muslim bangga mengutip Imam Syafii, Imam Ghazali, dan sebagainya, maka sekarang yang dibangga-banggakan adalah ilmuwan-ilmuwan orientalis. Katanya, kritis. Bahkan, karya-karya para ulama itu diakal-akali agar sesuai dengan pikiran mereka.
Yang tanpa sadar, kita disuruh membenci sesama Muslim, pelan-pelan kami mau tidak mau harus mengambil jarak dari aktivitas keislaman dan komunitas Muslim. Coba kamu perhatikan, pernah nggak kamu lihat Kemi shalat berjamaah ke masjid, aktif dalam majlis-majlis taklim, mengajar mengaji anak-anak, shalat tahajut, puasa sunnah, dan sebagainya. Lihat, siapa teman-teman dekatnya! Ingat nggak kata Ali bin Abi Thalib, siapa teman kepercayaan kamu, itulah kamu.
Perhatikan juga apa yang selalu diomongkan dia. Dia tidak lagi bicara tentang aqidah Islam, bahwa iman itu penting, kesalehan itu penting. Tidak bicara tentang bahaya kemusyrikan dan kemurtadan. Padahal, sejak kecil di pesantren, dia sudah diajarkan kitab-kitab Tauhid yang membahas masalah syirik. Bahkan, kata syirik, kafir, itu sudah dicoret dari kosakata dia. Syirik dan iman dianggap sama saja. Mukmin dan tidak mukmin dianggap sama. Islam dan bukan Islam disama-samakan. Padahal, al-Quran jelas-jelas membedakan derajat orang mukmin dengan derajat orang kafir.
Saya kadang bertanya, mengapa saya menjadi begini. Bahkan, di kepala saya yang ada bukan lagi bagaimana memahami al-Quran dengan baik dan benar, tetapi bagaimana agar al-Quran bisa saya gunakan untuk mendukung pemahaman saya tentang Pluralisme, liberalisme, toleransi, dan sebagainya. Teman saya sampai berusaha keras untuk meraih gelar doktor dengan membuat metodologi Tafsir yang sesuai dengan pemikiran Pluralisme.
Semua itu tidak terjadi seketika. Perlu waktu panjang. Sedikit demi sedikit, pikiran dibelokkan. Tanpa sadar. Perasaan dan pikiran dibelokkan. Saya suatu ketika bertanya kepada diri saya sendiri, mengapa saya tidak lagi mencintai saudara-saudara saya di Palestina? Bahkan, hati saya mulai condong pada kaum Yahudi. Saya suka melihat kemenangan Yahudi; yang saya lakukan adalah mencari-cari kelemahan orang Palestina dan kelebihan orang Yahudi. Malah, saya sama sekali sudah tidak peduli dengan masalah umat Islam di Kasmir, Moro, Afghanistan, Irak, dan sebagainya. Saya menganggap semua itu adalah komoditas kaum fundamentalis untuk mencari popularitas.
Yang lebih saya kedepankan adalah isu-isu yang dibawa oleh negara-negara Barat, seperti isu radikalisme Islam, pluralisme, fundamentalisme, dan sebagainya. Padahal, berapa ratus ribu bahkan jutaan penduduk sipil di negara-negara Muslim itu yang dibunuhi? Saya sudah menganggap bahwa mereka itu semua berhak dibunuh, karena mereka bagian dari kaum fundamentalis. Tidak ada diantara kami yang habis-habisan mengutuk pembunuhan manusia-manusia Muslim itu.


Hanya sesekali keluar pernyataan, agar tidak terlalu dianggap antek Barat. Tapi, coba kalau ada satu saja orang bule yang tewas dibunuh oleh satu kelompok Islam, atau ada bom meledak di suatu tempat yang menewaskan puluhan orang, maka kami akan habis-habisan mengutuk.
Yang lain, ini yang menyadarkan saya, tiba-tiba tertanam dalam diri saya, perasaan benci pada syariat Islam, dan bahkan benci dengan kemenangan satu partai Islam dalam Pemilu. Saya benci sekali kalau ada orang ngomong syariat. Bahkan, saya pernah memberi masukan teman-teman Kristen agar mereka mengeluarkan pernyataan yang menolak syariat. Saya pernah bingung, kenapa saya bisa menjadi begini. Saya mengenakan kerudung, tetapi isi kepala saya sama sekali tidak suka dengan kerudung. Saya benci sekali kalau ada orang Islam atau organisasi Islam yang mencoba membatasi pakaian.
Bahkan saya pernah ikut merancang demonstrasi menentang RUU Pornoaksi dan Pornografi. Saya benar-benar termakan paham kebebasan. Saya benci MUI, yang menurut saya sok Islam sendiri. Saya mendukung Lia Eden, saya mendukung Ahmadiyah, saya benci semua orang Islam. Bahkan, pernah saya membenci ayah saya sendiri, karena saya melihat dia bersama para kyai di daerah saya mendatangi DPR, meminta agar tayangan-tayangan porno dan tidak senonoh dihentikan penayangannya. Saya benci itu semua.
Kamu tahu Rahmat, karena untuk membuktikan saya sudah benar-benar menyatu dengan paham kebebasan, saya mendukung hak wanita untuk menjadi pelacur. Saya menentang penutupan komplek-komplek WTS di berbagai kota. Melacur saya anggap sebagai hak asasi wanita. Menjadi gigolo juga hak asasi. Yang penting tidak mengganggu hak orang lain. Hak-hak kaum homo dan lesbi juga saya perjuangkan. Sebab saya sudah dicekoki paham kebebasan, bahwa mereka adalah manusia.
Saya tidak tahu, mengapa saya menjadi seperti ini. Semua pergaulan, kuliah, diskusi, kegiatan, sepertinya sudah diatur sedemikian rupa, sampai saya tidak sadar, bahwa saya telah menjadi korban dari sebuah skenario besar. Saya korban. Kemi juga korban. Entah dia sadar atau tidak.
Bayangkan Rahmat, saya ini wanita, perempuan. Sampai karena sudah begitu merasuknya paham kesetaraan gender dalam diriku, saya tidak lagi mengakui laki-laki berhak memimpin rumah tangga. Saya benci jika dikasihani. Pernah saya naik bus, ada seorang laki-laki memberikan tempat duduknya karena kasihan saya berdiri, saya bentak dia. Saya mau suami saya yang nanti melayani saya, menyediakan minum buat saya, mengasuh anak saya, dan kalau perlu membawakan tas saya. Entah kenapa di kepala saya tertenam kebencian dan dendam kepada laki-laki, karena mereka telah menindas kaum saya selama umur manusia.
Suatu ketika, saya merenungkan semua itu dengan serius. Mengapa saya menjadi begini? Mengapa jadi begini? Itulah pertanyaan saya beberapa bulan terakhir ini. Saya sadar, tetapi saya tidak tahu, bagaimana saya akan keluar dari jeratan ini. Sudah terlalu jauh… Saya sulit keluar….Rahmat, entah bagaimana ujungnya perjalanan saya ini….”


”Saya sedih …. hati saya sangat perih… ingat ayah saya, Ibu saya, adik-adik saya…Saya dulu ingin membuktikan kepada mereka, bahwa saya bisa mandiri, saya bisa bebas, saya mau merdeka, saya tidak mau diatur lagi dengan berbagai belenggu. Saya minggat dari rumah, kuliah di satu kampus Islam Jakarta, lalu terakhir terseret ke kampus ini, karena ada beasiswa…Entahlah… sampai kapan saya akan terus seperti ini. Terkadang saya frustrasi…”
”Saya juga tidak tahu… ini sindikat atau tidak. Yang jelas, saya sudah tidak punya teman, tidak punya komunitas, malu untuk bergaul dengan sesama Muslimah. Pikiran saya yang sudah terjerat. Untuk membuang jerat-jerat pikiran ini tidak mudah. Saya sadar ini salah, tetapi saya seperti tidak berdaya untuk melawannya. Belum lagi, instruksi dan program-program yang rutin. Saya sering tak sadar menghujat-hujat Islam sendiri, memaki-maki umat Islam sendiri. Semua itu berjalan begitu saja tanpa bisa saya hindari. Saya sudah terjerat; terjerat oleh pikiran saya sendiri, terjerat oleh lidah saya sendiri! Saya sadar, saya geram, karena tidak berdaya untuk melepaskan diri dari semua keterjeratan ini… Saya tidak mampu… Padahal, di depan laki-laki saya selalu mencoba tampil perkasa, saya tidak mau dipandang rendah. Tapi, kenyataannya, saya tidak berdaya melawan pikiran saya sendiri…”.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/pengakuan-aktivis-gender.html 

Sandal Kulit Sang Raja

Seorang Maharaja akan berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Baru beberapa meter berjalan di luar istana kakinya terluka karena terantuk batu. Ia berpikir, “Ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya.”
Maharaja lalu memanggil seluruh menteri istana. Ia memerintahkan untuk melapisi seluruh jalan-jalan di negerinya dengan kulit sapi yang terbaik. Segera saja para menteri istana melakukan persiapan-persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.


Di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa itu, datanglah seorang pertapa menghadap Maharaja. Ia berkata pada Maharaja, “Wahai Paduka, mengapa Paduka hendak membuat sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal sesungguhnya yang Paduka perlukan hanyalah dua potong kulit sapi untuk melapisi telapak kaki Paduka saja.” Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis telapak kaki yang kita sebut “Sandal“.
************************************************************
Renungan:
Ada pelajaran yang berharga dari cerita itu. Untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, kadangkala, kita harus mengubah cara pandang kita, hati kita, dan diri kita sendiri,bukan dengan jalan mengubah dunia itu atau bahkan malah menyesali takdir yg telah terjadi dalam kehidupannya.
Karena kita seringkali keliru dalam menafsirkan dunia. Dunia, dalam pikiran kita, kadang hanyalah suatu bentuk personal. Dunia, kita artikan sebagai milik kita sendiri, yang pemainnya adalah kita sendiri. Tak ada orang lain yang terlibat di sana, sebab, seringkali dalam pandangan kita, dunia, adalah bayangan diri kita sendiri.
Ya, memang, jalan kehidupan yang kita tempuh masih terjal dan berbatu. Manakah yang kita pilih, melapisi setiap jalan itu dengan permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit, atau, melapisi hati kita dengan kulit pelapis, agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu? Dan satu satunya lapisan kulit pelindung hati kita yang aman dari segala macam bahaya dan ujian kehidupan adalah iman dan takwa .Dengan iman dan takwa yang ada dalam diri kita..Insya Allah akan menjadi benteng yang kokoh dr terjangan dan hempasan  badai kehidupan ini. Wallahu a"lam...



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/sandal-kulit-sang-raja.html

3 Hari, 2 Nafas, 2 Pilihan, 2 Tempat

HIDUP KITA CUMA DALAM 3 HARI
Semalam ~ Sudah menjadi sejarah..
Hari Ini ~ Apa yang sedang kita lakukan..
Esok ~ Hari yang belum pasti..

Hisablah diri pada hari pertama..
Semoga hari yang kedua kita lebih baik,
Karena mungkin ajal kita pada hari yang kedua..

HIDUP KITA CUMA DALAM 2 NAFAS
Nafas Naik..
Nafas Turun..
Hargailah nafas naik karena udara yang di hirup adalah pemberian Allah Ta'ala secara gratis dan carilah keridhaan-Nya dalam menggunakannya..
Bertobatlah dalam nafas turun karena mungkin itu nafas yang terakhir keluar dari tubuh bersama nyawa dan roh untuk meninggalkan dunia yang fana ini..

HIDUP KITA CUMA ADA 2 PILIHAN


Hidup dalam keredhaan Allah..
Hidup dalam kemurkaan Allah..

HIDUP YANG ABADI CUMA ADA 2 TEMPAT

Kekal di dalam neraka..
Kekal di dalam syurga..

Ingatlah siksa neraka itu amat mengerikan dan kita hanya diyakinkan oleh keyakinan kita kepada Rukun Iman.. Rukun Iman itu ada 6 dan apabila hilang salah satu daripadanya maka hilanglah ia..
Keindahan syurga itu maha hebat.. Tidak terbayang oleh fikiran kita dan untuk mendapatkannya mari mengamalkan Rukun Islam yang 5 itu dan tiangnya adalah sholat..
Amat sukar untuk dipercayai bagi yang ingin ke syurga tetapi tidak sholat, bagaikan seorang yang ingin naik pesawat, tetapi tidak mempunyai boarding pass..
Dan mereka yang sengaja melalaikan sholat, bagaikan ingin mengirim sepucuk surat lewat kantor pos tanpa memberikan cap pos.. Apabila ditanya bagaimana surat itu bisa sampai pada si penerima, lalu dia pun berkata cap pos akan diberikan kemudian.. (???!!!!). Hal yang terjadi adalah surat tidak akan pernah sanpai pada si penerima.. 
Oleh itu, tidakkah kita semestinya bersyukur atas segala nikmat yang ALlah kurniakan kepada kita???
Sekurang-kurangnya Allah Ta'ala telah memberi udara secara cuma-cuma untuk kita berdzikir mengingati-Nya setiap detik. Dan bila ajal menjemput.. dalam keadaan jiwa yang tenang, lalu masuk ke dalam syurga dalam keadaan kita ridha dan Allah Ta'ala meridhai.. amin ya Allah..
Semoga kita semua berbahagia + sejahtera senantiasa..
Di dunia juga di akhirat kelak serta di dalam rahmat Allah SWT!!!


Amin..
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@
"Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu" (QS. Al-Baqarah 2 : 45)
Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan Segala Kemuliaan. Curahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam. Amiin.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/3-hari-2-nafas-2-pilihan-2-tempat.html 

Biarkan Aku Tetap Menjadi Setetes Air Mata Dan Seulas Senyuman

“Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Indahnya hidup dengan celupan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan balasan dan siksa Allah swt.


Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain
Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.
Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An’am ayat 164. “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”
Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi.
Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan.
Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung .
Di antara keindahan iman adalah anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah, seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain.
Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan. Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yang menjadi kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di hadapan Allah swt.
Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17,
“Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.”
Menyadari bahwa surga tak akan termasuki hanya dengan amal yang sedikit .



Mungkin, pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt. akan memasukkan kita kedalam surga. Pikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. “Pasti, pasti saya akan masuk surga,” begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih dari cukup.
Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahwa, para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman kalau mereka pasti masuk surga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order baru yang diperintahkan Rasulullah.
Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan. Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal sepele: nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih surga.
Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah Albaqarah ayat 214.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”
Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih..
Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: surga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia.
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. 80: 34-37)
Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selamanya.



Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw. pernah menggambarkan sebuah contoh siksa yang paling ringan.
“Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah. Atau jangan-jangan, hati kita sudah teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan Allah yang teramat jelas di hadapan kita. Imam Ghazali pernah memberi nasihat, jika seorang hamba Allah tidak lagi mudah menangis karena takut dengan kekuasaan Allah, justru menangislah karena ketidakmampuan itu.
Biarkan Aku tetap menjadi setitik air mata dan seulas senyuman.. setitik air mata dalam kesabaran dan keikhlasan menerima setiap apa yang DIA tuliskan untukku dan seulas senyuman untuk melewati setiap proses ini dengan baik. Ya Rabb, berikan  cahaya-Mu  terus menghiasi cahaya hatiku...
Ya Allah Ya Tuhan kami...Janganlah Engkau jadikan hati kami condong kpd kesesatan setelah Engkau  beri petunjuk kpd kami ya Allah...dan karuniakanlah rahmat kpd kami di sisi Engkau kerena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi Rahmat/karunia (QS:Ali Imran:8)



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/biarkan-aku-tetap-menjadi-setetes-air.html 

Semarakkan Hidupmu dengan Sedekah, Agar Hartamu Berkah

SEBUT saja Ami, dia mempunyai pengalaman luar biasa mengenai sedekah. Ami telah lama mengidap penyakit kulit yang tidak jelas, dalam suatu waktu penyakit bisa kambuh, gatal-gatal di seluruh badan. Banyak dokter telah dia kunjungi, obat-obatan telah dia beli, namun seakan tidak mempan, sakit itu tidak kunjung sembuh. Ami enggan lagi ke dokter, dalam keadaan hampir frustasi tersebut Ami berkeinginan menyedekahkan uang yang seharusnya untuk berobat, anak yatim dia pilih untuk menerima sedekahnya.
Tidak ada niat lain Ami selain mencari ridha Allah saat bersedekah. Namun sebuah keajaiban Allah muncul, dari hari ke hari setelah bersedekah, sakitnya pelan-pelan membaik, Subhanallah. Kini Ami tidak perlu lagi mengeluhkan sakitnya, karena sudah sembuh total karena berkah sedekah dan atas izin Allah.
Di tempat yang lain, kisah menakjubkan terjadi, sebut saja namanya Vivi. Vivi dilanda gundah karena tidak kunjung mendapatkan kerja, padahal tidak sedikit usaha yang dilakukan. Bingung mendera hati Vivi. Waktu shalat tiba, Vivi segera menunaikan kewajibannya. Selesai shalat, seakan ada petunjuk kuat dari Allah, sebuah ayat terlintas di kepalanya, “Kamu sekali-kali tidak akan sampai pada kebajikan (yang sempurna) sebelum menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui” (Ali Imran 92).
Vivi lalu mengingat-ingat uang di tabungannya, kemudian mengingat-ingat siapa dalam waktu dekat yang membutuhkan bantuannya. Ingatannya langsung tertuju pada saudaranya yang membutuhkan bantuan. ‘Bismillah, kucari ridha-Mu ya Allah,’ batin Vivi saat itu, bukan mengharap apa-apa selain ridha Allah. Uang di tabungannya ia sedekahkan pada saudaranya yang terbelit kesulitan dikarenakan keluarganya dirawat di rumah sakit. Lega yang dirasakan Vivi, ada kekuatan iman di hatinya, berkah sedekah mampu menenangkan keresahannya. Tidak lama kemudian, dalam hitungan hari, sebuah telpon dari kantor yang dia ajukan lamaran kerja menelponnya, mengabarkan pada Vivi bahwa Vivi diterima kerja, dan agar datang memenuhi panggilan bos perusahaan di kantornya. Saat itulah Vivi langsung sujud syukur.
Sedekah itu perlu keikhlasan, bukan mengharap balasan, sesulit apapun yang terjadi, hendaknya sedekah dilandasi iman dan harapan yang dalam akan ridha Allah.
Balasan sedekah tidak berarti berupa materi, namun bisa saja berkah sedekah tersebut berimbas pada ketenangan hati, khusyuknya ibadah, terjaganya diri dari belanja sia-sia.
....sSedekah menjadikan manusia sebagai pribadi yang mampu ikhlas kapan saja harta titipan Allah itu harus lepas dari tangannya....
Selain itu manfaat sedekah juga mampu menjadikan manusia sebagai pribadi yang mampu ikhlas kapan saja harta titipan Allah itu harus lepas dari tangannya.
Abu baker RA adalah sahabat Rasulullah yang sangat ringan dalam kebaikan, tanpa pertimbangan menggunakan seluruh hartanya untuk menebus budak yang disiksa kaum Quraisy. Begitupun Khadijah, wanita kaya raya yang sangat peduli terhadap kaum tertindas, tidak pernah memperhitungkan ataupun menimbang-nimbang harta yang diinfakkan di jalan Allah.
Sedekah itu memang berat jika tidak dilandasi iman yang kuat, padahal Allah menjanjikan balasan yang luas bagi insan yang menyedekahkan hartanya untuk kepentingan agama Allah.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tuju bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-NYA) lagi Maha Mengetahui” (Al Baqarah 261).
....balasan dan berkah melimpah bagi harta yang disedekahkan. Mari berlomba-lomba meraih ridha Allah dengan sedekah....
Subhanallah, melimpahnya balasan dan berkah bagi harta yang disedekahkan, apalagi saudaraku yang kalian tunggu?
Mari berlomba-lomba meraih ridha Allah dengan sedekah, semarakkan dunia kita dengan usaha sedekah, agar harta yang Allah titipkan menjadi berkah.