Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Kamis, 15 Maret 2012

Ayah Membuatku Menangis

============================== Pada suatu sore, seorang lelaki paruh baya bersama anaknya yang baru saja menyelesaikan pendidikan tinggi, duduk santai di halaman sambil memerhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba-tiba seekor burung merpati hinggap di ranting pohon tepat di depan si Ayah dan si anak. Si ayah lalu menunjuk jarinya ke arah merpati sambil bertanya,"Nak, apakah benda itu?“. "Burung merpati", jawab si anak. Si ayah mengangguk-angguk, namun tidak lama kemudian sang ayah mengulangi pertanyaan yang sama. Si anak mengira ayahnya kurang mendengar jawapannya tadi lalu menjawab dengan sedikit kuat, "Itu burung merpati ayah!" Tetapi sesaat kemudian si ayah bertanya lagi persoalan yang sama. Si anak merasa agak keliru dan sedikit pusing dengan pertanyaan sama yang diulang-ulang, lalu si anak menjawab dengan lebih kuat, "Burung Merpati..!!!" Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang serupa hingga membuatkan si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang sedikit membentak si ayah, "Merpati lah ayah.......". Tetapi agak mengejutkan si anak, ternyata si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanyakan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar hilang sabar dan menjadi marah. "Ayah..!!! Saya tak tahu apakah ayah mengerti atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah bertanya persoalan tersebut dan saya sudah pun memberikan jawabannya. Apalagi yang ayah mau saya katakan? Itu burung merpati, dan burung merpati, titik....", kata si anak dengan nada yang begitu marah. Si ayah terus bangun menuju ke dalam rumah meninggalkan si anak yang emosi. Sebentar kemudian si ayah keluar semula dengan sesuatu di tangannya. Dia mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih kesal dan tertanya-tanya. Benda itu adalah sebuah diary lama. Coba kamu baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diari itu", pinta si ayah. Si anakpun mengikuti kata-kata ayahnya dan membaca buku diary yang diberikan... "Hari ini aku di halaman duduk santai dengan anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor merpati hinggap di pohon didepan kami. Anakku terus menunjuk ke arah merpati dan bertanya, "Ayah, apa itu?". Dan aku menjawab, "Burung merpati". Walau bagaimana pun, anak ku terus bertanya persoalan yang serupa dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sehingga 45 kali anakku bertanya demikian, dan demi cinta dan sayangku padanya, aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap ini akan menjadi suatu pendidikan yang berharga." Setelah selesai membaca diary yang di berikan tersebut si anak mengangkat muka memandang si ayah dengan mata yang berkaca-kaca. Si ayah dengan perlahan bersuara, " Hari ini ayah baru bertanya kamu pertanyaan yang sama sebanyak lima kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah bahkan berani membentak ayahmu", dan anak tersebut terdiam seribu bahasa. ------------------------------------------- ~Betapa mulianya orang tua kita yang telah melahirkan kita, mendidik dan membesarkan kita dengan segala kenakalan dan perbuatan yang tidak menyenangkan, namun mereka senantiasa bergembira, apabila melihat anaknya bahagia. Mereka tidak memperdulikan semua segi negatif kita, dan selalu sabar untuk menasehati dan membimbing kita. Alangkah bijaksananya, apabila kita bisa meniru sikap sabar yang penuh kasih sayang ini kepada mereka, karena kapanpun, dan bagaimanapun caranya, kita tidak akan mampu membalas kebaikkan orang tua kita, namun kita bisa menghormati dan meniru rasa sabar yang mereka berikan kepada kita, dengan penuh kasih sayang, kepada orang tua kita~ Tak tahu kubalas akan kebaikanmu, : Dimana akan kucari Aku menangis seorang diri Hatiku selalu ingin bertemu Untukmu aku bernyanyi Munajatku untukmu Ayahku : “Ya Tuhan, Ampunilah dosa kedua orang tua kami dan lindungi serta sayangilah mereka sebagaimana mereka memelihara dan menyayangi kami sewaktu kecil.” Untuk Ayah tercinta Aku ingin bernyanyi Walau air mata dipipiku. Ayah dengarkanlah Aku ingin berjumpa Walau hanya dalam mimpi Lihatlah hari berganti Namun tiada seindah dulu Datanglah aku ingin bertemu Denganmu aku bernyanyi --- Dan sore tadi, baru saja sepersekian detik yang lalu aku membaca balasan dari Ayah yang membuatku langsung menangis. Balasan Ayah : Alhamdulillah ya Allah…pagi ini Sabtu pkl.07.37 WIB…ku membaca surat kecil dari Anak-ku…surat yang terindah yang pernah kuterima… dan aku menangis karena-nya… Mudah-mudahan tetesan air mataku ini kelak menjadi saksi…bahwa aku sangat bersyukur pada-Mu…Engkau telah karuniakan pada-ku anak yang sholehah… dan atas izin-Mu kini ia telah beranjak dewasa.. Ya Allah… panjangkanlah usianya..cukupkan rizkinya dan berkahilah hidupnya.. karuniakan kelak pendamping yang terbaik baginya…sempurnakan kesehatannya…sempurnakan keimanannya…selamatkan dan bahagiakan di dunia dan akhiratnya… Amiiin ya Allah… yaa Robbal Alamin.. Terima kasih Anak-ku, Ayah.. Hiks, sontak mataku langsung kabur oleh airmata bahkan aku hanya membacanya secara sepintas! Betapa anggapan Ayah, penilaian positif Ayah bahwa aku anak yang baik blablabla belum lah benar adanya! Aku masih menjadi anak yang suka tidak patuh pada Ayah Ibu. Masih suka nyusahin. Bikin marah, nggak nurut, segala macam. Ya Allah, menangis hati hamba membacanya... SMS Ayah, surat kecil Ayah yang kubaca hanya sekilas sambil lalu, tak terbalas. Tapi sikapku itu tidak pernah membuat beliau jadi berhenti untuk mengirimiku SMS terus. Bahkan sekedar 'pamer kenorakkan' beliau (begitu kami biasa suka menyebutnya sambil tertawa bersama) lewat SMS pun ayah lakukan. Ya ALLAH.. Hiks... Ayah bukan tipe keras, Ayahku tipe yang suka bercanda, tapi ada kalanya memang keluar sikap keras dan kritisnya beliau sebagai seorang Kepala Keluarga. Dan sifat itu menurun padaku. Aku dan Ayah sama-sama tipe orang yang tidak terlalu suka menyampaikan isi hati secara langsung. Kami tipe pemendam, berusaha memecahkan itu semua sendiri. Tapi, kalau sudah lewat tulisan, atau SMS, pokoknya kalau nggak ketemu langsung dengan lawan bicara, semua mengalir apa adanya. Makanya aku kaget banget, ternyata Ayahku bisa juga membalas surat seperti itu. Huff, alhamdulillah... dan astaghfirullah untuk diriku yang masih suka bikin Ayah susah... Ya Allah, ampuni orangtuaku, berikan mereka hidup yang berkah lagi panjang usia, bahagia dan selamat dunia akhirat. Aamiin. Dan aku mohon, berilah aku kesempatan, sampai pada waktunya aku dapat membuat mereka bahagia, dan mereka dapat melihatku bahagia pula. Kabulkan Ya Mujib. Aamiin.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/ayah-melbuatku-menangis.html

Dimana Jodohku ?

=========================== Saya tahu diantara kita pasti juga diam-diam bertanya didalam hati,” Manakah jodoh yg dijanjikan Allah kepadaku. Kok gak dateng2 sih..?”. Apalagi kalau usia kita sudah mendekati kepala tiga, sedangkan tanda2 akan menemukan ‘sosok pendamping’ juga belum muncul. Bisa-bisa kegelisahan itu selalu hadir bahkan hingga mengganggu tidur. Lalu apa yg harus dilakukan bila hal itu menimpa diri kita. Apakah akan *memilih menunggu dan menunggu, sambil berharap penuh cemas? Atau kita justru melakukan sesuatu, agar jodoh yg dijanjikan Allah itu akan segera menyapa. Semoga Allah memberi hidayah kepada kita dan mempermudah pencarian jodoh kita. Kalau dalam proses menunggudan mencari Soulmate ini kita bersabar, berusaha, dan berdoa, dan tawakal kpd Allah, tidak akan byk persoalan yg muncul. Namun, jika pilihan kita adalah mengunjungi dukun dan paranormal dan meramal nasib utk mencarikan jodoh kita, maka hal itu melanggar syari dan mengundang perbuatan dosa. Saudara dan saudariku fillah..satu hal yg penting saya ingatkan kepada saudariku, dengan adanya iklan2 menyesatkan yg bertebaran di televisi, bahwa dgn mengikuti adanya kuis2 atau sms ke operator di media televisi yang bermaksud meramal siapa jodohmu, atau peruntungan nasibmu, atau soal cintamu, maka saya katakan dengan TEGAS bahwa itu adalah dosa dan sirik yg tidak kalian sadari. Jangan sekali sekali kalian mengirimkan sms seperti itu. Karena itu berarti engkau telah mempercayakan takdirmu dgn ramalan manusia. Kalau sudah begitu, lalu engkau kemanakan Allah dan takdirNya?! Kembali ke soal jodoh manusia, saya tahu bagaimana perasaan seseorang yg menantikan jodohnya datang, namun yg dinanti tidak datang juga. Ada perasaan cemas yg perlahan mengubah ritme hidup. Kecemasan akan orang2 sekitar yg kadang menyudutkan dan memojokkan kita. Tak ada yg bisa kita lakukan, kecuali menutup muka didepan tangan kita. Meski terasa sangat sakit pukulan yg menerpa wajah dan tubuh, tapi kita mencoba bertahan. Hmm..,bukankah memang seperti itu rasanya dikejar-kejar menikah oleh orang2 sekitar kita? Kita bertemu bapak dan ibu dirumah, mereka bertanya sampai kapan akan menjadi bujangan. Berganti hari bukannya berganti pertanyaan, seolah tiada hari tanpa pertanyaan “kapan menikah, kamu kan sudah berumur?”. Mencoba menghindari kedua orang tua, kita bersilaturahmi kerumah kerabat dan handai taulan. Baru berjabat tangan, mereka menyapa “apa kabar? Masih saja jomblo yach?”..Glodakz ! Mukapun memerah dan lidah terkunci, hanya cengar cengir semata utk menghibur diri. Kita beranjak, pergi kekampus, bertemu teman2 dan aktivis pengajian dan dakwah, pertanyaan serupa bak kaset usangpun berulang,” Kamu betah banget sih sendirian, nggak pengin nikah yah?”. Sakit..teramat sakit mungkin pertanyaan itu, karena langsung menohok kedalam hati. Menjatuhkan vonis yg sama sekali tidak kita ingini. Tidakkah mereka tahu bahwa jauh dilubuk hati yg paling dalam, kita merindukan sosok seorang belahan jiwa yg bisa menemani hari-hari kita. Tidakkah mereka tahu, bahwa selama ini kita juga menginginkan menikah layaknya teman2 sebaya yg sudah mendahului kita. Tidakkah mereka juga tahu bahwa selama ini kita sudah berusaha mewujudkan itu? Lalu, kenapa tiba2 pertanyaan itu begitu tiba-tiba memvonis dan menghabisi sensitivitas hati kita? KAPAN NIKAH ? Pertanyaan ini seharusnya tidak perlu dirisaukan. Meski seringkali kita bakalan sewot setengah mati dengan pertanyaan itu. Saking jengkelnya kita, seolah kita ingin bertanya,” kenapa sih nanya-nanya, suka-suka dong saya mau nikah kapan. Apa urusannya sama kamu…?”, Tapi jarena kita adalah orang baik yg tidak ingin menyakiti orang lain, maka ada baiknya hal itu tidak kita lakukan. Kenapa tidak kita jawab dengan tersenyum dan berkata: “ Pernikahan adalah keinginan setiap orang. Dan kapan kita menikah sudah ditentukan oleh Allah. Jadi kalau pertanyaanmu adalah kapan, maka jawaban pastinya ada pada Allah. Karena Allah lah yg paling tahu kapan kita akan menikah. Kita boleh saja berencana, tapi Allah lah yg menentukan. Allah Maha Tahu kapan aku akan mendapat jodoh dan kapan aku jadi pengantin”. Nah, saya rasa jawaban ini begitu dewasa. Karena sama sekali tidak menunjukkan sikap emosional kita. Mereka yg bertanyapun akan menghargai jawaban kita. Jadi, jangan bingung lagi bila seseorang bertanya,”kapan nikah?” Jawab saja dengan tersenyum dgn kalimat seperti itu. Terlebih lagi, bukankah mengejar jodoh seperti mengejar rejeki. Tak perlu dikejar akan datang bila memang sudah jatahnya. Namun,meskipun berupaya keras mengejarnya, ia tak akan ada ditangan bila Allah mentakdirkan memang bukan hak kita. Berusah terus semaksimal mungkin, namun bila ditolak, ya bersabar dan terus berusaha. Sehingga adanya pertanyaan ‘kapan menikah’ adalah bersifat tentative, artinya belum pasti. Orang yg sudah dilamar dan sudah jelas hari H pernikahannya, bisa saja bubar dgn sebab tertentu karena suatu sebab yg Allah kehendaki, apalagi kita yg baru mencari jodoh. Jadi bisa saja kita akan menikah besok, minggu depan, bulan depan, atau bahkan 5 tahun lagi. Karena peluang selalu datang secepat ia pergi. Datang dgn cepat dan hilangpun dalam sekejap. Jadi kenapa pula mesti terus bersedih dan menangis diujung malam? Mungkin tawaran menikah datang ketika kita masih jual mahal. Disaat usia kita masih 20-an tahun keatas, maka kita merasa masih layaknya seorang gadis yg bisa memilih siapapun. Apalagi yg berpredikat sebagai mahasiswa atau mahasiswi, mentang2 seorang intelek dan terpelajar maka berpikiran: “ yang menikahiku jg HARUS paling tidak bertitel sarjana, yg penting aku jadi sarjana, kalau sudah bertitel jadi sarjana toh banyak yg akan melamarku.” Sehingga ketika ada pria yg datang melamar dgn sangat teliti kita akan memeriksanya. Bahkan, kita cenderung begitu cepat menolak begitu saja karena hanya beberapa criteria tidak kita temukan pada diri pria itu. Akhirnya kesempatan itu hilang sudah. Dan waktupun begitu cepat berlalu. Begitu lulus kuliah dan jadi sarjana, akhirnya bekerja, saking semangat2nya bekerja mengumpulkan uang, lupa akan kodratnya sebagai wanita. Sekarang usia sudah mencapai 30 tahun, ternyata kita masih sendiri. Dan peluang menikah yg dulu pernah menyapa, kini tak pernah hadir lagi. Duh, alangkah meruginya dirimu ! SAYA MUSLIMAH YANG KUAT, TIDAK SECENGENG ITU..! Wanita memang akan selalu menjadi wanita. Sikapnya yg lembut dan mudah untuk merasa malu membuatnya tak kuasa untuk bilang “ Aku suka kamu..”, atau akan terlihat tabu manakala ada seorng akhwat dgn sangat terus terang menyatakan “ ya akhi.,aku ingin menjadi istrimu..”. kalaupun ada, memang cuma 1 diantara 1000. Padahal menurut saya itu adalah sikap mulia yg tinggi, yg mencerminkan seorang wanita solehah sejati. Memang butuh komitmen tinggi dan perjuangan luarbiasa utk mengeluarkan kata itu dari bibirnya. “Saya hanyalah seorang makhluk hawa...”, itulah kata mereka. Ingin rasanya memanggil-manggil nama si ikhwan A atau B atau C agar dia menoleh ke kita, sehingga dia akan tahu bahwa kita mencintainya. Tapi hati ini tak mampu, lidah inipun terasa kelu. Justru yg datang malah perasaan malu yg datang hilir mudik tak mau berhenti. “Aku sayang dia, dan aku ingin dia tahu perasaan ini “, itulah kata2 yg selalu terbawa mimpi oleh kebanyakan akhwat sekarang ini. Kata2 yg hanya ada didasar hati tetapi tidak berani diungkapkan. Tak berani dinyatakan, cuma dipendam dalam hati. Tetapi ketika si ikhwan yg dia harapkan cintanya ternyata telah bersanding di pelaminan, diri ini hanya mendesah berat dgn mata berkaca-kaca,” kenapa tidak kau pilih aku..?!”. Nah, kalau sudah begitu mulai sekarang tata dan perbarui hatimu ! Cengeng ? kenapa harus mnjadi cengeng. Engkau muslimah sejati, generasi dakwah yg mumpuni, tidak perlu selemah itu. Jika kau yakinkan dalam hati “Aku masih punya Allah Yang Maha Menjawab Doa”, maka cengeng itu tidak perlu kau sandang. Kalau sekarang tambatan hati dan belahan jiwa blm jg menyapa kita dgn senyum manisnya, kita yakin suatu saat nanti akan tiba. Dia akan hadir dgn segepok cinta dan segebung kasih sayang yg selalu kita nantikan. Menambatkan hati kepada Sang Pemegang Hidup, Allah Ta’ala, akan menentramkan hati dan melembutkan jiwa kita. Rasa gelisah, gundah gulana dan payah akan tersapu sudah oleh kuatnya keyakinan IMAN yg menancap didada. “Saya seorang muslimah, saya tegar, dan akan selalu tegar..”, katakanlah kalimat itu dgn tatapan tajam ke cermin, kepalkan tangan dan tetaplah optimis. Kita adalah muslimah sejati, bukan generasi islam yg mudah putus asa. Harapan yg kita miliki akan selalu baru dan terbarui oleh jiwa yg kita miliki. Harapan kita kepada Allah adalah bukan harapan yg main-main. Kita boleh saja berharap kepada orang2 yg kita andalkan, tapi harapan kepada Allah tidak boleh pupus begitu saja, justru harus terus dipupuk. Justru harapan kpd Allah inilah yg akan menjadi bara api dalam hati yg tidak akan pernah padam, yg akan selalu memotivasi kita. Allah tidak tidur, setiap hari DIA dalam kesibukan, maka akan selalu mendengar doa kita. Kita hanya akan menyampaikan kepada Allah dalam shalat malam yg kita dirikan. Berderai airmata tercurah, harapan yg begitu besar tertambat, hanya kepada Allah sang penjawab doa. Sekali lagi, keresahan dan kegelisahan hatimu karena menunggu sang kekasih hati belahan jantung yg belum juga datang, JANGANLAH sampai mengubah pandanganmu kepada Sang Pemilik Cinta. DIA-lah yang membolak-balikkan hati manusia. Satu saat, doamu akan terjawab, dan belahan hatimu akan datang kepadamu sambil berkata,” Yaa ukhti..maukah engkau menikah denganku..?”. Nah, pada saat itu engkau akan tahu betapa Maha Besarnya Allah karena telah mengirimkan padamu seorang Mujahid tangguh yg akan menyempurnakan separuh agamamu dan memenuhi sunah rasulNya.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/dimana-jodohku.html

Adakah Ridho Allah Pada Cintamu..?

============================ PROLOG: “ Akhi, jangan lupa pagi esok bangun qiamullail ya” , “ Ukhti, kalau boleh berilah nasihat-nasihat atau motivasi pada ana” , “ Ana uhibbuka fillah” , “ana uhibbuki fillah” , “ Salam, akhi tidak masuk kelas ya hari ini?” , “ Mudah-mudahan ukhuwah kita dipelihara Allah yaa ukhti” …bla..bla..bla.. ---------------------------------------------------------------------- Biasa dengar kan ayat-ayat ‘Islamic’ diatas? Kalau tidak biasa dengar, coba baca berulang kali sambil pejamkan mata dan ingat baik-baik dimana, siapa dan kepada siapa kata-kata ini pernah kau ucapkan. Tentunya kepada selain mahram dan sesama jenis. Inilah Sosok Orang yang Bercinta Itu Seorang lelaki sudah tentu mencari perempuan dan perempuan sudah tentu mencari lelaki. Jika selain itu yang dicarinya, benar orang itu sedang stress dalam dunia yang terbalik. Namun, dalam pencarian ini, Allah menetapkan kaidah, cara atau system yang sangat baik walaupun mungkin itu bertentangan dengan nafsu yang sering memberontak dan membangkang. Apabila perasaan suka kepada ‘si dia’ itu hadir, maka kita akan melihat seorang yang biasa saja menjadi gagah, yang penakut menjadi pemberani, yang bakhil akan menjadi pemurah, yang bodoh nampak semakin pintar, yang gagap berbicara menjadi lincah dan fasih menyusun kata, yang buruk menulis menjadi hebat menulis..itulah situasi orang yang sedang dilanda badai ‘saling mencintai’…akhirnya, muncullah dorongan perasaan untuk tampil super dihadapan sahabat dan teman..terlebih kepada orang yg kita cintai tersebut. Saat sudah mabuk kepayang itu, maka yang buruk nampak baik..yang busuk tercium wangi..yang nista terdengar mulia. Jika ada yang berani menyebut ‘si dia’ itu begitu dan begini, maka kita sanggup menjadi pembual hebat mempertahankan ‘orang yg kita cintai itu’. “Kamu mana tahu, aku sudah lama kenal dia tau !"..begitu katanya. Duh sombongnya engkau berlagak sahabat. Jika mata dan telinga sudah tertutup oleh cinta kepada si dia, kemudian yang terjadi adalah seperti ini…: Setiap hari jika pergi kuliah, tidak bertemu atau berbincang ditengah jalan, rasanya sakit deh semua badan. Jiwa tak tenteram, kepala penat, rasa tak enak duduk…yang pasti HARUS ketemu si dia hari ini meskipun ditengah-tengah jalan sekalipun..dapat melihat wajahnya saja tak apalah.. lalu muncullah ungkapan “inilah cinta abadi antara kita berdua”..yailah tuh…Cinta abadi kayak begitu..? itu cinta ala setan kalau engkau mau tahu. Biasanya bila sudah terjalin komunikasi yg lancar, maka timbullah perasaan keinginan untuk saling memberi perhatian, sekedar memahami atau bahkan berusaha memberikan protect agar si dia senantiasa dalam kesolihan..ehemmmmm.. Kadang-kadang sampai ada yang berpesan: “ukhti, tolong tengokkan dia ya, dijaga, diperhatikan dan dinasihati agar tetap istiqomah dijalan dakwah.." Jujurlah saudaraku ! Ini cinta atau nafsu..??? Bentuk hubungan yang lepas dari nilai-nilai syar’ie, tidak pernah ada cinta. Yang ada hanya nafsu dan zina dengan segala topeng yang mungkin sulit dikenali kecuali orang yang berhati jernih yang siap menerima kebenaran.. Ketika sholat kita karena dia dan bukan karena DIA. Ketika tahajud kita karena takut besok ditanya oleh dia. Ternyata puasa sunat kita pun karena dia juga. Kita jadi pemberani dan jagoan pun kerana dia dekat dengan kita. Kita jadi rajin belajar kerana dia. Astaghfirullah..kalau semua kerana dia dan untuk si dia, lalu yang kita simpan untuk bekal akhirat apa? CINTA YANG BERSIH Islam memposisikan segala sesuatu dalam posisinya yang pas dan menenteramkan. Kita tidak menemukan perintah bahkan terlarang untuk membunuh cinta dan hawa nafsu dengan cara membenarkan cara diri sndiri. Cinta kita tidak keluar dari kerangka cinta suci Ilahiah bahkan menjadi pembangun kebersamaan dalam kesolihan. Sebuah solusi bagi cinta dan syahwat adalah pernikahan. Yaitu sebuah ikatan yang menghalalkan apa yang sebelumnya haram. Sebuah ikatan yang menjadikan apa yang sebelumnya dosa sebagai pahala. Jika kemampuan memang belum ada, maka keinginan dan niat suci tetap harus ada. Jika tidak, maka kita mungkin termasuk dalam salah satu golongan yang disebut oleh Imam Ahmad bin Hanbal berikut: “ Jika ada pemuda yang tidak berkeinginan menikah, maka hanya ada dua kemungkinan: banyak bermaksiat atau diragui kejantanannya !". nah lho..??? Kata Dr.Ali Akbar “apabila seorang pemuda mengucapkan ‘ukhti..aku mencintaimu, maukah kau jadi pacarku?’, tapi kalimat yang sebenarnya berbunyi ‘aku ingin berzina denganmu..” Buktinya..zina tangan..kaki..mata..hati..tersembunyi dan menyendiri, tiada siapa pun pernah mencoba untuk mengerti, betapa beratnya zina hati… Jangan kalian mendekati zina. Apa maksudnya? Jangan melakukan zina saja atau semua jalan yang menuju kearah zina., Inikah cinta kita..??? Merusak niat, memalingkan konsentrasi ibadah, atau sampai tidak ada bedanya dengan para remaja lelaki dan wanita sekarang, maka ada sesuatu yang harus diluruskan. Kita menjadi PENGECUT, masih takut untuk menanggung beban hidup berumah tangga. Dan sebaliknya, kita begitu licik bersegera untuk menikmati sisi-sisi indah dalam hubungan dua insan tanpa ikatan halal. Benar-benar pengecut! Kita mengaku takut kepada ancaman neraka Allah, tapi berpacaran dengan pegangan tangan, pelukan dan ciuman atau bahkan lebih dari itu..berani engkau lakukan. Kalau sudah begitu untuk apa engkau mengaku takut kepada api neraka..?? Tahukah engkau saudaraku, dengan begitu engkau sudah menipu Allah. Allah saja berani engkau tipu, apalagi kepada manusia biasa. Astaghfirullah..betapa dzalimnya dirimu ! Maaf kawan, jika kata-kata saya ini tidak berkenan dihati kalian semua. Tapi demi sebuah kebenaran, maka hal itupun tetap saya katakan. Kita mencicipi manisnya tebu cinta yang belum sah untuk dirasai dan tak bisa menanamnya kembali untuk masa depan yang terbentang didepan kita. Kata Ust Anis Matta: “ selama pacaran, mereka berfikir sedang berusaha untuk saling memahami..padahal hakikatnya bukan itu yang terjadi…kenyataannya mereka berusaha untuk tampil lebih baik dari yang sebenarnya. Sehingga setiap kali berbicara, sebenarnya mereka sedang menyebunyikan diri masing-masing. Mereka sedang membuat iklan untuk menggoda pembeli. Karena takut bila pelanggan tidak puas, akhirnya ia akan ditinggalkan..” Sayang sekali, yang dibangun bukan perbaikan diri, tetapi ‘proses penopengan diri' alias kita bukan menjadi diri sendiri. Kita nampak berbeda waktu dekat dengannya, namun berbeda pula saat berada sendiri dirumah. Inilah yang bahaya untuk perkembangan keperibadian kita. Sering kita mengadu masalah dengan si dia, baik kecil atau besar. Tapi mengapa ya, sampai sesetia itu bantuannya walaupun masih tidak ada ikatan? Bersiaplah engkau untuk menjadi orang yang tidak mampu menyelesaikan masalah jika semua perkara engkau gantungkan padanya, pada si dia yang juga lemah seperti dirimu. Sungguh rasa ketergantungan itu berbahaya sahabatku! “Terimalah aku apa adanya…” itu alasan paling klise saat merasakan indahnya masa pacaran. Sebuah kalimat sakti yg menjadi jurus andalan saat menaklukkan hati si dia. Akhirnya engkaupun melaju berpacaran dengan konsep ‘saling memahami’. Kerana keterbukaan, mengharuskan kita untuk saling menumpahkan keluh kesah, mencurahkan isi hati, dan memberi perhatian. Untuk apa curhat masalah padanya,kalau bukan untuk mencari perhatiannya..? Yang benar adalah curhatkan masalahmu kepada Allah. Paling tidak curhatkan kepada sahabatmu sesama akhwat. Bukan kepada orang lain selain mahrammu. Ustad Fauzil ‘Adhim berkata: “ Cara untuk belajar menjadi isteri yang baik hanyalah dari suami. Cara untuk menjadi suami yang baik hanyalah melalui isteri. Tidak bisa melalui PACARAN ! Pacaran hanya mengajarkan bagaimana menjadi pacaran terbaik, bukan suami atau isteri terbaik..”. CAMKANLAH ITU SAUDARA DAN SAUDARIKU..!! Pacaran sudah merasakan bumbu (penyedap) yang seharusnya mereka gunakan untuk menyedapkan kehidupan rumah tangga. Saling mencurahkan, berbagi, meredakan kegelisahan, memberi perhatian…semua sudah..pandangan kasih nan sayu, sentuhan fisik, sandaran atau pelukan, berpegangan, sentuhan mesra….semua sudah diperbuat. Jika hal itu semua sudah dilakukan selama berpacaran, Lalu apa lagi nikmat yang ada yang perlu disyukuri setelah pernikahan? TIDAK ADA ! yang ada adalah dia sudah menjadi barang bekas, meskipun itu bekasmu sendiri. Kalau engkau menikah dan pernah pacaran, engkau akan membandingkan pacaran dengan pernikahan. Dan pasti pacaran itu lebih indah kerana pacaran memang mencari yang indah-indah saja. Apa ada lagi yang lain..? Ketika pacaran, engkau hanya melihat kebaikan yang ada pada si dia saja. Maka bila sudah menikah, engkau akan membuat perbandingan antara isterimu dengan waktu pacaran dulu sebab engkau hanya melihat sifat baiknya saja ketika pacaran. Cinta tidak lagi menjadi energi yang mendorong produktivitas amal dunia-akhirat, tapi menjadi beban yang memberati jiwa untuk bebas berbakti dan beramal. Mudahnya kita bisa mengatakan bahwa kita mencintai dia karena Allah semata. Betapa ringan kita menulis “uhibbuki fillah ya ukhti", atau "ukhti..aku mencintaimu karena Allah.." bla..bla..bla dan lain lain lengkap dengan tetek bengeknya. ehemmmm... Bandingkan jika engkau mengucapkan cintamu sekarang (belum masanya), tetapi ternyata Allah tidak menghendaki dirimu berjodoh dengannya, bukankah hanya sakit hati yang akan kau rasa? Engkau meyakini sepenuh hati bahawa Allah pasti menjodohkan dia dengan engkau, lalu bukannya meminta yang terbaik dalam istikharahmu, tetapi benar-benar ‘menyuruh’ atau 'mendikte' Allah. Pokoknya, mesti dia Ya Allah.. pokoknya harus dia..! Kalau bukan dia gak mau ! Maka engkau meminta dengan ‘paksa’, lalu Allah Yang Mha Baik pun akhirnya memberi juga padamu yang kau minta itu. Maka yakinkah kamu Allah memberikan dengan kelembutan atau melemparnya dengan kemarahan karena niatmu yang sudah terkotori..? Maka bersiaplah untuk menggigit jari dan menghadapi murkaNya kelak. Cinta yang sehat mengajarkan kecerdasan, kematangan emosi, ketenangan hati dan kedewasaan berfikir. Ia mengajarkan kesabaran menahan syahwat, atau membingkainya dalam ikatan suci yang diridhoi Allah..insyaAllah. Bukan cinta yang hanya mencari kesenangan dunia semata, yang hanya mengenal peluk cium dan gandeng mesra. Cinta yang tidak sehat hanya akan melahirkan insan yang tidak lagi khusyuk karena hati selalu teringat kekasih. Mata yang mencuri pandang atau pun saling menatap. Sekecil apapun pelanggaran itu, ia tetap menjadi identitas dosa. SAATNYA MUHASABAH DIRI..! Baiklah, selesai sudah entah berapa banyak nikmatnya berpacaran sebelum pernikahan itu engkau lalui dan nikmati. Jadi, apa yang tersisa sekarang? Di mana nikmat yang Allah janjikan akan lebih baik dan penuh kebahagian tersebut pada saat hubungan haram berubah menjadi halal dengan nama ‘pernikahan’ itu, jika semuanya telah dilakukan seenak-enaknya sebelum berlaku ikatan halal tersebut..??? engkau telah bermesra-mesraan sekian lama sebelum itu, jadi dimana lagi kemesraan selepas perkawinan? engkau telah merasakan nikmatnya saling peluk-pelukan sebelum itu , jadi dimana lagi nikmatnya selepas pernikahan? engkau telah merasakan suasana saling berdua-duaan tentang cerita bahagia dan derita, maka apa lagi yang akan engkau sampaikan pada suami atau istrimu dikamar pengantin selepas perkawinan? SUDAH HABISLAH SEMUA..HABIS TAK BERSISA! Yaa..Habis sudah karena semua sudah dirasakan sewaktu berpacaran dulu, mana nikmatnya semua itu setelah engkau habiskan sehabis mungkin sebelum pertalian halal dengan jalan yang penuh dengan liku-liku dosa..??? Pikirkanlah itu saudara dan saudariku..pikirkanlah..!!


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/adakah-ridho-allah-pada-cintamu.html

Ketika Nyawa Dicabut

============================== Saudaraku fillah.. Note kali ini mungkin isinya terdengar begitu menyeramkan. Tapi apapun itu, Pelajaran dan Renungan-lah yang ingin kami sampaikan disini, bukan hendak menakut-nakuti. Semoga bisa menjadi ibroh untuk kita semua. Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Alloh, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan. “Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya tusukan pedang”. (H.R. Ibnu Abu Dunya). Wahb bin Munabbih berkata, Dikisahkan bahwa Malaikat berjumpa dengan seorang beriman yang membalas salamnya ketika dia mengucapkan salam kepadanya. ‘Aku punya permintaan yang ingin kubisikkan ke telingamu,’ kata Malaikat. ‘Baiklah, akan kudengarkan,’ kata orang itu. Si malaikat pun membisikkan rahasianya dan berkata, ‘Aku adalah malaikat maut!’ Orang beriman itu menjawab, ‘Selamat datang, wahai siapa yang telah lama kunanti-nantikan.Demi Allah, tak ada siapapun di muka bumi ini yang lebih kunanti daripada dirimu.’ Mendengar itu, malaikat maut berkata kepadanya, ‘Selesaikanlah urusanmu yang telah menjadi maksud keberangkatanmu.’ Namun, orang itu menjawab, ‘Aku tidak mempunyai urusan lain yang lebih penting dan lebih kucintai daripada bertemu dengan Allah SWT.’ Dan malaikat berkata kepadanya, ‘Kalau begitu, pilihlah keadaanmu yang paling kau sukai untuk aku mengambil nyawamu.’ ‘Apakah engkau bisa melakukannya?’ orang itu bertanya. Malaikat menjawab, ‘Ya, demikianlah aku diperintahkan.’ ‘Kalau begitu, tunggulah aku sebentar, agar aku bisa berwudhu dan shalat, lalu ambillah nyawaku selagi aku bersujud.’ Dan Malaikat pun melakukan hal yang diminta oleh orang beriman itu.” Syaddad bin Aus berkata, “Kematian adalah penderitaan yang paling menakutkan yang dialami oleh seorang yang beriman di dunia ini atau di akhirat nanti. Ia lebih menyakitkan daripada dipotong-potong dengan gergaji, disayat dengan gunting, atau digodok dalam belanga. Seandainya seseorang yang sudah mati bisa dihidupkan kembali untuk menceritakan kepada manusia di dunia ini tentang kematian, niscaya mereka tidak mempunyai gairah hidup dan tidak akan bisa merasakan nikmatnya tidur.” Diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menyebut-nyebut kematian, cekikan, dan rasa pedih. Beliau bersabda, “Sakitnya sama dengan tiga ratus tusukan pedang.” (Ibn Abi’l-Dunya, K. Al-Maut, Zabiidii, X.260). Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka’at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Alloh Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Alloh Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris. “Assalamu’alaikum, yaa Nabi Alloh”. Salam Malaikat Izrail, “Wa’alaikum salam wa rahmatulloh”. Jawab Nabi Idris a.s. Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya “menghadap”. Alloh sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja. Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan “tamunya”. Itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan. “Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita”. pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s). “Subhanalloh, (Maha Suci Alloh)” kata Nabi Idris a.s. “Kenapa ?” Malaikat Izrail pura-pura terkejut. “Buah-buahan ini bukan milik kita”. Ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian Beliau berkata: “Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram”. Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? pikir Nabi Idris a.s. “Siapakah engkau sebenarnya ?” tanya Nabi Idris a.s. “Aku Malaikat Izrail”. Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. “Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?” selidik Nabi Idris a.s serius. “Tidak” Senyum Malaikat Izrail penuh hormat. “Atas izin Alloh, aku sekedar berziarah kepadamu”. Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam. “Aku punya keinginan kepadamu”. Tutur Nabi Idris a.s “Apa itu ? katakanlah !”. Jawab Malaikat Izrail. “Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Alloh SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku”. Pinta Nabi Idris a.s. “Tanpa seizin Alloh, aku tak dapat melakukannya”, tolak Malaikat Izrail. Pada saat itu pula Alloh SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Alloh Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat. Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Alloh SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Alloh mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali. “Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?” Tanya Malaikat Izrail. “Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti”. Jawab Nabi Idris a.s. “Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu”. Kata Malaikat Izrail. MasyaAlloh, begitu cara yg paling lemah-lembut Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s. ketika mencabut nyawa. Bagaimanakah jika sakaratul maut itu datang kepada kita ? Siapkah kita untuk menghadapinya ? MATI ITU PASTI ! TAPI APAKAH BEKAL YANG SUDAH ENGKAU PERSIAPKAN..??!!


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/ketika-nyawa-dicabut.html

Racun Penyembuh

=========================== Seorang gadis bernama Li-li menikah dan tinggal bersama suami dan ibu mertua. Dalam waktu singkat, Li-li menyadari bahwa ia tidak dapat cocok dengan ibu mertuanya dalam segala hal. Kepribadian mereka berbeda, dan Li-li sangat marah dengan banyak kebiasaan ibu mertua. Li-li juga dikritik terus-menerus. Hari demi hari, minggu demi minggu, Li-li dan ibu mertua tidak pernah berhenti konflik dan bertengkar. Keadaan jadi tambah buruk, karena berdasarkan tradisi Cina, Li-li harus taat kepada setiap permintaan sang mertua. Semua keributan dan pertengkaran di rumah itu mengakibatkan suami yang miskin itu ada dalam stress yang besar. Akhirnya, Li-li tidak tahan lagi dengan temperamen buruk dan dominasi ibu mertuanya, dan dia memutuskan untuk melakukan sesuatu. Li-li pergi menemui teman baik ayahnya, Mr Huang, yang menjual jamu. Li-li menceritakan apa yang dialaminya dan meminta kalau-kalau Mr Huang dapat memberinya sejumlah racun supaya semua kesulitannya selesai. Mr Huang berpikir sejenak dan tersenyum dan akhirnya berkata, Li-li, saya akan menolong, tapi kamu harus mendengarkan dan melakukan semua yang saya minta. Li-li menjawab,"Baik, saya akan melakukan apa saja yang anda minta." Mr Huang masuk kedalam ruangan dan kembali beberapa menit kemudian dengan sekantong jamu. Dia memberitahu Li-Li, "Kamu tidak boleh menggunakan racun yang be-reaksi cepat untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena nanti orang-orang akan curiga. Karena itu saya memberimu sejumlah jamu yang secara perlahan akan meracuni tubuh ibu mertuamu. Setiap hari masakkan daging dan kemudian campurkan sedikit jamu ini. Nah, untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mencurigaimu pada waktu ia meninggal, kamu harus berhati-hati dan bertindak dangan sangat baik dan bersahabat. Jangan berdebat dengannya, taati dia, dan perlakukan dia seperti seorang ratu." Li-Li sangat senang. Dia kembali ke rumah dan memulai rencana pembunuhan terhadap ibu mertua. Minggu demi minggu berlalu, dan bulan pun berlalu, dan setiap hari, Lili melayani ibu mertua dengan masakan yang dibuat secara khusus. Li-Li ingat apa yang dikatakan Mr Huang tentang menghindari kecurigaan, jadi Li-Li mengendalikan emosinya, mentaati ibu mertua, memperlakukan ibu mertuanya seperti ibu-nya sendiri dengan sangat baik dan bersahabat. Setelah enam bulan, seluruh rumah berubah. Li-li telah belajar mengendalikan emosi-nya begitu rupa sehingga hampir-hampir ia tidak pernah meledak dalam amarah atau kekecewaan. Dia tidak berdebat sekalipun dengan ibu mertua-nya, yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah ditemani. Sikap ibu mertua terhadp Li-li berubah, dan dia mulai menyayangi Li-li seperti anaknya sendiri. Dia terus memberitahu teman-teman dan kenalannya bahwa Li-li adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya. Li-li dan ibu mertuanya sekarang berlaku sepertu ibu dan anak sungguhan. Suami Li-li sangat senang melihat apa yang telah terjadi. Satu hari, Li-li datang menemui Mr. Huang dan minta pertolongan lagi. Dia berkata, "Mr Huang, tolonglah saya untuk mencegah racun itu membunuh ibu mertua saya. Dia telah berubah menjadi wanita yang sangat baik dan saya mengasihinya seperti ibu saya sendiri. Saya tidak ingin dia mati karena racun yang saya berikan." Mr. Huangg tersenyum dan mengangkat kepalanya. "Li-li, tidak usah khawatir. Saya tidak pernah memberimu racun. Jamu yang saya berikan dulu adalah vitamin untuk meningkatkan kesehatannya. Satu-satunya racun yang pernah ada ialah didalam pikiran dan sikapmu terhadapnya, tapi semua sudah lenyap oleh kasih yang engkau berikan padanya." Sahabat.., pernahkah engkau menyad`ri bahwa sebagaimana perlakukanmu terhadap orang lain akan sama dengan apa yang akan mereka lakukan terhadap kita ?


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/racun-penyembuh.html

Karena Jodoh Cinta Itu Masih Gaib

============================ Dia dikirim olehNya untuk mewarnai duniaku. Dia adalah "Hadiah Special" dariNya.. Dia bukan malaikat, Dia tak sempurna tapi karena itulah aku menyayanginya... Puisi ini untuk calon suamiku, dan ini Special untukmu saudaraku... -------------------------------------------------------------------------- Aku berjumpa denganya, Sahabat yang bijaksana Merangkai kata bak mutiara, Hingga aku mengenalnya dan,...Mencoba menulis suara. Kadang, kita tak menyadari. Bahwa kita punya harta berharga. Kita punya ukhuwah yang istimewa dan berbeda. Ukhuwah yang menjadikan jiwa-jiwa yang saling berjauhan terasa dekat di hati. Ukhuwah yang menggoreskan seulas senyum dikala hati kadang sedang gundah, dan ukhuwah yang membuat kita teringat akan sahabat dalam tiap doa kita walau mungkin tak pernah jumpa. Indahnya ukhuwah, membuat kita selau mengingat saudara kita yang menderita di belahan dunia lain di sana. Dan engkau ukhti, seperti para sahabatku, Guardian Angel-ku , ukhti-pun menduduki tahta istimewa dalam hati. Ukhti yang mengajarkan padaku, apa itu indahnya PERJUANGAN. Ukhti yang membuat saya tersenyum dan mencoba untuk tetap tegar. Ukhti masuk dalam hatiku dengan lembut dan perlahan, kemudian berkata,"Yaa ukhti, adakah saya boleh tinggal..?" Tentu boleh ukhti, tentu ! Andai ukhti tahu, bahwasanya ukhti adalah guru bagi saya. Ukhti dikirim oleh Allah Azza wa Jalla untuk menegur saya dengan lembut, mengingatkan saya dengan penuh kasih sayang. Ukhti menguatkan langkah saya untuk tetap istiqomah di jalanNya. Saya merasa kaya, dengan adanya banyak SAHABAT dalam kehidupan saya. Saya merasa senang karena dunia saya bak pelangi yang indah. Indah karena perbedaan dalam hati yang satu... Karena jodoh kita masih ghaib, maka...tetaplah menjaga beningnya hati dan kesucian jasadmu. Ku harap Allah akan memegangmu erat, dan malaikat-malaikat menjagamu ketat, tak hanya membuatmu baik-baik saja tapi supaya kau mendapatkan yang TERBAIK dalam hidup. Percayalah.., ATURAN dari AR-RAHIM ITU AKAN MEMBUAHKAN SUATU HAL YANG INDAH PADA WAKTUNYA.... Bahwa mungkin perlu bagi kita untuk merahasiakan nama orang yang kita cintai ketika kita tertarik padanya. Menjaga dalam keikhlasan hati, menjaga dalam kesucian khayalan, menjaga dalam ungkapan lisan, dan menjaga dalam ekspresi diri. Seperti fathimah dan 'Ali, saling mencintai dalam kerahasiaan yang paling rapat, kepasrahan paling kuat, dan ikhtiar paling suci yang menemukan jalannya...dengan karunia Allah! Jika kita berhusnuzhan padaNya...karena cinta harus dijaga kesehatannya dari setiap penyakit yang mencoba menungganginya. Penyakit yang datang dari syaithan, syahwat maupun syuhbat. Dua remaja di singsingan fajar risalah, Fathimah Az Zahra dan Sayidina Ali mencontohkan bagaimana cinta hidup dengan sehat, tanpa penyakit yang menggangu kekhusu'an. Ia menjadi RAHASIA HATI, simpati, ketertarikan, kontrol diri, doa, dan harapan. Saking rahasianya, sampai syaithan pun tidak tahu. Subhanallah..Allahu Akbar..! Masih ingatkan kisah tentang mereka??? Suatu hari, Fathimah berkata dengan lembut pada 'Ali, suaminya. "Tahukah engkau, sebelum menikah denganmu, ada seorang laki-laki yang aku sukai." maka berubahlah raut wajah 'Ali. Dia kemudian balik bertanya,"Apa kau menyesal menikah denganku?" demi mendengar itu, Fathimah tersenyum kemudian menjawab,"Tidak! karena laki-laki itu adalah engkau." So sweet kan? Begitupun, saat Muhammad bin 'Abdullah ditanya, maukah ia menikah dengan Khadijah, ia berkata segera,"Bagaimana caranya?". Perhatikanlah intonasi penuh antusiasme ini. Cinta telah tumbuh dan bersemi padanya. Persis seperti siratan makna sabdanya bertahun-tahun kemudian:"Tiada terlihat, bagi dua orang yang saling mencintai...yang seperti pernikahan."(HR. ibnu Majah). Saat kemampuan menikah belum di tangan, biarlah cinta berekspresi menjadi kesholehan, perbaikan diri dari hari demi hari. Karena janji Ilahi telah terukir di pelataran wahyu: Kesholehan menjumpai kesholehan dan kebusukan menjumpai kebusukan. Bagiamana dengan saling mencintai dengan berkomitmen tidak pacaran? Tetap saja ada yang tumbuh tidak sehat, tetapi paling tidak hal itu bisa diminimalkan sedikit mungkin. Apalagi jika tetap berada dalam satu lingkungan yang keterjangkauan komunikasinya tinggi. Kecuali beberapa yang sangat sedikit jumlahnya. Jebakan-jebakan syaithan terlalu rumit untuk kita pahami terlebih dahulu hingga kita punya solusi dan prevensi ( pencegahan ). Sejak zaman Adam dan Hawa, hanya kata taqwa, termasuk taqwa dalam interaksi, yang bisa meredakan makar syaithan. "Dan hendaklah mereka menjaga kesucian dirinya, orang-orang yang belum mampu menikah, hingga Allah mengayakan mereka dengan karuniaNya..."(An Nur 33). Karena Jodoh Cinta Itu Masih Gaib..., Maka tak perlu engkau resah dan gundah saudaraku. Karena jodohmu pasti akan datang..Yakinlah. Tulang rusukmu tidak akan tertukar dan jodoh itu tidak pernah kehabisan stok. Dunia ini digelar begini lebar dari ujung barat hingga ujung timur. Satu saat pasti akan kau temui. Yang perlu kau lakukan saat ini adalah penuhilah waktumu yg tersisa ini untuk terus memperbaiki diri, menjaga kesucian jasad lahir dan batin, serta bertaaruf kepadaNya. Ingat..jodohmu berbanding lurus dengan kualitas dirimu ! Bahkan, tak perlu pula engkau berkata,"Dinda, tunggu aku 3 tahun lagi..!" Apalah perlunya menjanji yang tak pasti. Tak diminta pun, bidadari pasti menanti. Dan, lelaki langit akan datang dengan cahaya...


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/karena-jodoh-cinta-itu-masih-gaib.html

Dimanakah Kebahagiaan Itu..?

============================ Sebuah gerobak, dilengkapi terpal berwarna orange dan bangku berukuran 1, 5 meter. Meski kecil, namun tempat itu kini menjadi tempat favorit yang sering kukunjungi. Meski berjarak 500 meter dari tempat kampus aku mengajar, namun aku rela berjalan kaki pulang pergi, sambil olahraga pagi. Tentu tujuanku tidak hanya untuk mendapatkan Kupat Tahu Petis yang dijual di warung mini ini. Sebab, sebenarnya banyak penjual makanan serupa yang letaknya lebih dekat dan mudah terjangkau. Entahlah, ada keterikatan hati yang membuatku merasa nyaman untuk datang, lagi dan lagi. Untuk mencari tempat langganan makanan, jujur, aku termasuk yang pilih-pilih. Namun bicara kriteria, mungkin agak lain dari kebanyakan orang. Menjadi kebiasaanku untuk mendahulukan pedagang yang berjilbab, agar lebih memastikan makanan yang dijual aman kehalalannya. Faktor kedua yang menjadi penentu adalah kebersihan tempatnya. Sedangkan masalah harga dan rasa, menjadi alasan berikutnya. Bagiku, makanan enak akan menjadi kurang nikmat jika kebersihannya diragukan, apalagi kehalalannya. Perkenalan dengan warung mini itu berawal pada sebuah Minggu pagi. Sambil berjalan-jalan, terihat olehku seorang ibu berjilbab dengan anak gadis yang nampak akrab menyiapkan dagangannya. Sang ibu berwajah lembut, namun terlihat gesit memainkan perannya. Sang gadis dengan penuh cinta membantu pekerjaan ibunya. "Wow, tidak ada salahnya dicoba, " hati kecilku berteriak memberi perintah kaki untuk berbelok. Awalnya, gerobak yang bertuliskan "Kupat Tahu Petis dan Sayur" ini enggan kudekati, mengingat posisinya yang tepat di depan alun-alun Banjaran, dan ramai dilewati angkot. Apa boleh buat, keharmonisan ibu dan anak itu lebih kuat mendorongku untuk mendekat. Pada kunjungan pertama, aku menikmati keakraban ibu anak itu. Bahu membahu menyajikan Kupat Tahu untuk pembeli. Begitu sepi, si ibu juga membuatkan menu serupa untuk gadisnya dengan mesra. Awalnya aku berpikir bahwa ibu tersebut single parent. Ternyata dugaanku meleset. Beberapa kunjungan berikutnya, aku bertemu dengan suaminya, yang juga ramah kepada pembeli. Mungkin tidak banyak yang mengetahui latar belakang mereka yang sesungguhnya. Hingga menjadi kesyukuran bagiku bisa mengenal seluruh personil keluarga ini: pak Tamara, Ibu Endang, Icha dan Toni. Tidak hanya lezatnya makanan yang kurasakan, tapi lebih dari itu. Banyak cerita yang penuh hikmah kudapatkan dari mereka. Aku seperti memiliki keluarga baru di sini. Semakin mengenal, semakin akrab, dan semakin kagum. Inilah potongan kisah mereka... Ialah Pak Tamara, siapa sangka, penjual Kupat Tahu petis ini adalah pensiunan Tentara. Lelaki sederhana berusia 58 tahun ini, sempat merasakan mewahnya hidup. Bertahun-tahun lamanya tinggal di Jerman, bekerja di Kedutaan, dengan berbagai fasilitas yang luar biasa. Naik pesawat dan empuknya mobil menjadi kesehariannya. Sebelum mengenal bu Endang, pak Tamara pernah menikah dengan perempuan Jerman, anak seorang Ustadz. Sayangnya, selama 17 tahun usia pernikahannya, beliau tidak mendapatkan keturunan. Menurut prediksi beliau, besar kemungkinan dipengaruhi kebiasaan merokok sang isteri, yang terbawa tradisi perempuan Jerman. Ketika pak Tamara mendapat kesempatan pulang ke Indonesia, isterinya menolak menyertainya. Apalah daya, bahtera rumah tangga itu pun kandas pada akhirnya. Pulang ke Indonesia, pak Tamara mengenal seorang perempuan lembut penuh keibuan. Ialah Bu Endang, yang waktu itu berusia 30 tahun. Awalnya bu Endang juga menolak lamaran pak Tamara, setelah melihat banyaknya potret kehidupan rumah tangga yang berantakan. Apa boleh dikata, mungkin itulah yang disebut jodoh. Akhirnya mereka pun menikah, meski uang pensiun jatuh ke tangan isteri pertama. Kini, aku bisa mengenal mereka dalam kebersahajaan hidup bersama kedua buah hatinya. Ada Icha, bidadari mereka yang duduk di kelas 1 SMU dan selalu terdepan di kelasnya. Begitupun dengan Toni, si bungsu pintar kelas 6 SD. Seringkali orang mengira, bahwa Toni adalah cucu pak Tamara. Apa yang membuat mereka hebat? Pertama, mungkin cinta yang menjadi jawabnya. Terlihat sekali betapa harmonisnya hubungan di antara mereka. Kedua, tidak ada racun televisi di rumah mereka. Ini bukan karena mereka tidak mampu membeli. Justru anak-anak mereka yang merasa terganggu jika mempunyai TV. Tidak bisa konsen belajar menjadi alasannya. Icha sudah gandrung membaca sejak kecil. Begitupun Toni. Ke manapun pergi, buku selalu menjadi temannya yang setia. Ketiga, suasana dialogis menjadi jalan pencerdasan keluarga ini. Setiap berkunjung, diskusi seolah tidak ada habisnya. Selalu ada tema yang menarik untuk dibahas. Tentang penyesalan perilaku pejabat yang doyan korupsi. Tentang kegundahan akan remaja yang gandrung televisi, dan masih banyak lagi. Dari sana aku mengetahui, bahwa sebenarnya pak Tamara pun tidak perlu merasakan menjadi penjual Kupat Tahu Petis jika menghendaki. Beliau pernah mendapat tawaran posisi strategis, asalkan mau sedikit culas. Namun jalan itu tidak pernah diambilnya, dan lebih memilih kesederhanaan dalam hidupnya. Beliau juga mengaku, jika saja teman-temannya melihat profesinya yang sekarang, mungkin mereka tidak akan rela. Namun bukan itu masalahnya. Toh, pak Tamara dan keluarga ini begitu menikmati hidupnya. Berjualan bukanlah profesi yang hina. Mengenang masa lalunya yang penuh kemewahan, pak Tamara justru mengaku bosan. Dan kini, ia menemukan kebahagiaan bersama isteri dan anak-anak yang dicintainya,justru dalam kesederhanaan. Keharmonisan dan kasih sayang keluarga adalah kebahagiaan sebenarnya, bukan pada harta yg melimpah. Hingga kisah ini kutuliskan, aku membayangkan betapa bahagianya mereka. Ah, seandainya para orang tua bisa bersikap bijak seperti mereka. Ah, seandainya para anak berpikir seperti Toni dan Icha. Ah, seandainya aku... Upzz.sebelum ke mana-mana, lebih baik kuakhiri saja. Lalu dimanakah kebahagiaan itu..? Bukan pada harta yg melimpah, rumah yg megah, mobil yg mewah, dan segenap gemerlapnya duniawi. Ternyata ia ada dalam hati kita. Ia ada dalam sikap syukur dan qonaah kita dalam menerima pemberian Allah, ia ada dalam keridhoan hati, ketenangan nurani, kestabilan jiwa, sehatnya kondisi tubuh, istiqomahnya akhlak, dan kecukupan serta kepuasan akan kebutuhan yg walau sedikit tapi tetep disyukuri.


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/dimanakah-kebahagiaan-itu.html

Kisah Sabar Yang Mengharukan ( True Story )

============================== Inilah janji saya tadi malam kepada anda semua. Janji saya tentang kisah kesabaran yg saya dapat sehabis menghadiri kajian taklim di Masjid kampus kemarin. Sebuah kisah nyata dari Saudia Arabia. Simaklah kisahnya berikut: --------------------------------- Seorang penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh “Prof. Dr. Khalid al-Jubair ” menceritakan sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab yang Terlupakan). Mari sejenak kita perhatikan bersama kisah tersebut. Dokter tersebut berkata: Pada suatu hari, (hari Selasa) aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat. dan Pada hari Kamis pukul 11.15 -aku tidak melupakan waktu itu karena pentingnya kejadian tersebut- tiba tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun bertindak cepat untuk menangani anak tersebut , kemudian aku lakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah ‘Azza wa Jalla menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah ‘Azza wa Jalla. setelahitu aku pergi untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarganya, sebagaimana anda ketahui betapa sulitnya untuk mengabarkan keadaan pasien kepada keluarganya jika ternyata keadaannya memburuk. Ini adalah hal tersulit yang harus dihadapi oleh seorang dokter. Akan tetapi ini adalah sebuah keharusan. Akupun bertanya tentang ayah si anak, tetapi aku tidak mendapatinya. Aku hanya mendapati ibunya, lalu aku katakan kepadanya: “Penyebab berhentinya jantung putramu dari fungsinya adalah akibat pendarahan yang ada pada pangkal tenggorokan dan kami tidak mengetahui penyebabnya. Aku kira otaknya telah mati.” Coba tebak, kira-kira apa jawaban ibu tersebut? Apakah dia berteriak? Apakah dia histeris? Apakah dia berkata: “Engkaulah penyebabnya!” Dia tidak berbicara apapun dari semua itu bahkan dia berkata: “Alhamdulillah” Kemudian dia meninggalkanku dan pergi. Sepuluh hari kemudian , mulailah sang anak bergerak gerak. Kamipun memuji Allah ‘Azza wa Jalla serta menyampaikan sebuah kabar gembira , yaitu bahwa keadaan otaknya telah berfungsi. Pada hari ke-12, jantungnya kembali berhenti bekerja disebabkan oleh pendarahan tersebut. Kamipun melakukan proses kejut jantung selama 45 menit, dan jantungnya tidak bergerak. Maka akupun mengatakan kepada ibunya: “Kali ini menurutku tidak ada harapan lagi.” Maka dia berkata: “Alhamdulillah, ya Allah jika dalam kesembuhannya ada kebaikan, maka sembuhkanlah dia wahai Rabbi.” Maka dengan memuji Allah, jantungnya kembali berfungsi, akan tetapi setelah itu jantung kembali berhenti sampai 6 kali hingga dengan ketentuan Allah spesialis THT berhasil menghentikan pendarahan tersebut, dan jantungnya kembali berfungsi. 3,5 bulan kemudian , anak tersebut dalam keadaan koma, tidak bergerak. Kemudian setiap kali dia mulai bergerak dia terkena semacam pembengkakan bernanah aneh yang besar di kepalanya, yang aku tidak pernah melihat semisalnya sebelumnya. Maka kami katakan kepada sang ibu bahwa putra anda akan meninggal. Jika dia bisa selamat dari kegagalan jantung yang berulang-ulang, maka dia tidak akan bisa selamat dengan adanya semacam pembengkakan di kepalanya. Maka sang ibu berkata: “Alhamdulillah.” Kemudian meninggalkanku dan pergi. Setelah itu, kami melakukan usaha untuk merubah keadaan segera dengan melakukan operasi otak dan urat syaraf serta berusaha untuk menyembuhkan sang anak. Tiga minggu kemudian, dengan karunia Allah ‘Azza wa Jalla dia tersembuhkan dari pembengkakan tersebut, akan tetapi dia belum bergerak. Dua minggu kemudian, darahnya terkena racun aneh yang menjadikan suhunya 41,20C. Maka kukatakan kepada ibunya: “Sesungguhnya otak putra ibu berada dalam bahaya besar, saya kira tidak ada harapan sembuh.” Maka dia berkata dengan penuh kesabaran dan keyakinan: “Alhamdulillah, ya Allah, jika pada kesembuhannya terdapat kebaikan, maka sembuhkanlah dia.” Setelah aku kabarkan kepada ibu anak tersebut tentang keadaan putranya yang terbaring di atas ranjang nomor 5, aku pergi ke pasien lain yang terbaring di ranjang nomor 6 untuk menganalisanya. Tiba tiba ibu pasien nomor 6 tersebut menangis histeris seraya berkata: “Wahai dokter, kemari, wahai dokter suhu badannya 37,60C, dia akan mati…, dia akan mati…”. Maka kukatakan kepadanya dengan penuh heran: “Lihatlah ibu anak yang terbaring di ranjang no 5, suhu badannya 410C sementara dia bersabar dan memuji Allah.” Maka berkatalah ibu pasien no.6 tentang ibu tersebut: “Wanita itu tidak waras dan tidak sadar.” mendengar pernyataan ibu tersebut , aku jadi teringat sebuah hadits Rasulullah Sholallahu ‘alihi wasallam yang indah lagi agung: ”Beruntunglah orang-orang yang asing.” Sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, akan tetapi keduanya menggoncangkan ummat. Selama 23 tahun bekerja di rumah sakit aku belum pernah melihat dalam hidupku orang sabar seperti ibu ini kecuali dua orang saja. beberapa waktu kemudian , ia mengalami gagal ginjal, maka kami katakan kepada sang ibu: “Tidak ada harapan kali ini, dia tidak akan selamat.” Maka dia menjawab dengan sabar dan bertawakkal kepada Allah: “Alhamdulillah.” Seraya meninggalkanku seperti biasa dan pergi. Sekarang kami memasuki minggu terakhir dari bulan keempat, dan anak tersebut telah tersembuhkan dari keracunan. Kemudian saat memasuki bulan kelima, dia terserang penyakit aneh yang aku sendiri belum pernah melihatnya selama hidupku, radang ganas pada selaput pembungkus jantung di sekitar dada yang mencakup tulang-tulang dada dan seluruh daerah di sekitarnya. Di mana keadaan ini memaksaku untuk membuka dadanya dan terpaksa menjadikan jantungnya dalam keadaan terbuka. Sekiranya kami mengganti alat bantu, anda akan melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda. dalam kondisi anak nya yang seperti ini aku berkata kepada sang ibu: “Sudah, yang ini tidak mungkin disembuhkan lagi, aku tidak berharap. Keadaannya semakin gawat.” Diapun berkata: “Alhamdulillah.” Sebagaimana kebiasaannya, tanpa berkata apapun selainnya. Kemudian berlalulah 6,5 bulan, anak tersebut keluar dari ruang operasi dalam keadaan tidak berbicara, melihat, mendengar, bergerak dan tertawa. Sementara dadanya dalam keadaan terbuka yang memungkinkan bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut dihadapan anda, dan ibunyalah yang membantu mengganti alat-alat bantu di jantung putranya dengan penuh sabar dan berharap pahala. Apakah anda tahu apa yang terjadi setelah itu? Sebelum kukabarkan kepada anda, apakah yang anda kira dari keselamatan anak tersebut yang telah melalui segala macam ujian berat, hal gawat, rasa sakit dan beberapa penyakit yang aneh dan kompeks? Menurut anda kira-kira apa yang akan dilakukan oleh sang ibu yang sabar terhadap sang putra di hadapannya yang berada di ambang kubur itu? Kondisi yang dia tidak punya apa-apa kecuali hanya berdo’a dan merendahkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Tahukah anda apa yang terjadi terhadap anak yang mungkin bagi anda untuk melihat jantungnya berdenyut di hadapan anda 2,5 bulan kemudian? Anak tersebut telah sembuh dengan sempurna karena rahmat Allah ‘Azza wa Jalla sebagai balasan bagi seorang ibu yang shalihah tersebut. Sekarang anak tersebut telah berlari dan dapat menyusul ibunya dengan kedua kakinya, seakan-akan tidak ada sesuatupun yang pernah menimpanya. Dia telah kembali seperti sedia kala, dalam keadaan sembuh dan sehat. Kisah ini tidaklah berhenti sampai di sini, apa yang membuatku menangis bukanlah ini, yang membuatku menangis adalah apa yang terjadi kemudian: Satu setengah tahun setelah anak titu keluar dari rumah sakit, salah seorang kawan di bagian operasi mengabarkan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki beserta istri bersama dua orang anak ingin melihat anda. Maka kukatakan kepadanya: “Siapakah mereka?” Dia menjawab, “Tidak mengenal mereka.” Akupun pergi untuk melihat mereka, ternyata mereka adalah ayah dan ibu dari anak yang dulu kami operasi. Umurnya sekarang 5 tahun seperti bunga dalam keadaan sehat, seakan-akan tidak pernah terkena apapun, dan juga bersama mereka seorang bayi berumur 4 bulan. Aku pun menyambut mereka denagn ramah , dan bertanya kepada sang ayah dengan canda tentang bayi baru yang digendong oleh*ibunya, apakah dia anak yang ke-13 atau 14? Diapun melihat kepadaku dengan senyuman aneh, kemudian dia berkata: “Ini adalah anak kedua, sedang anak pertama adalah anak yang dulu anda operasi, dia adalah anak pertama yang datang kepada kami setelah 17 tahun mandul. Setelah kami diberi rizki dengannya, dia tertimpa penyakit seperti yang telah anda ketahui sendiri.” mendengar hal itu Aku tidak mampu menguasai jiwaku, kedua mataku penuh dengan linangan air mata. Tanpa sadar aku menyeret laki-laki tersebut dengan tangannya kemudian aku masukkan ke dalam ruanganku dan bertanya tentang istrinya. Kukatakan kepadanya: “Siapakah istrimu yang mampu bersabar dengan penuh kesabaran atas putranya yang baru datang setelah 17 tahun mandul? Haruslah hatinya bukan hati yang gersang, bahkan hati yang subur dengan keimanan terhadap Allah ‘Azza wa Jalla. Tahukah anda apa yang dia katakan? Diamlah bersamaku wahai saudara-saudariku, terutama kepada anda wahai saudari-saudari yang mulia, cukuplah anda bisa berbangga pada zaman ini ada seorang wanita muslimah yang seperti dia. Bapak itu berkata: “Aku menikahi wanita tersebut 19 tahun yang lalu, sejak itu dia tidak pernah meninggalkan shalat tahajud kecuali dengan udzur syar’i. Aku tidak pernah menyaksikannya berghibah (menggunjing), namimah (adu domba), tidak juga dusta. Jika aku keluar dari rumah atau aku pulang ke rumah, dia membukakan pintu untukku, mendo’akanku, menyambutku, serta melakukan tugas-tugasnya dengan segenap kecintaan, tanggung jawab, akhlak dan kasih sayang.” Sang suami menyempurnakan ceritanya dengan berkata: “Wahai dokter, dengan segenap akhlak dan kasih sayang yang dia berikan kepadaku, aku tidak mampu untuk membuka satu mataku terhadapnya karena malu.” Maka kukatakan kepadanya: “wanita seperti dia berhak mendapatkan perlakuan darimu seperti itu.” *************-----------**************** Saudara-saudariku sekalian, ketahuilah bahwa beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan segenap keimanan dan tawakkal kepada-Nya dengan sepenuhnya, serta beramal shalih adalah perkara yang mengokohkan seorang muslim saat dalam kesusahan, dan ujian. Kesabaran yang demikian adalah taufik dan rahmat dari Allah ‘Azza wa Jalla. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman yang artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Allah ‘Azza wa Jalla, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157).


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/kisah-sabar-yang-mengharukan-true-story.html

Sepiring Kesabaran

============================== Saudara saudariku fillah.. Kali ini saya tidak akan menulis catatan tentang RENUNGAN maupun MOTIVASI. Kita rehat sejenak yach..maklum hari ini lagi kehabisan ide untuk bikin note. Sebagai gantinya saya ingin bercerita saja tentang aktivitas saya hari ini. Iyey, alhamdulillah,tempat kerja libur 3 hari sampai rabu besok. Dan hari ini akhirnya bisa ikut ta'lim lagi setelah sekian lama waktu terlewati . Pergi dari rumah tadi udah telat, jam 9 kurang 15 baru berangkat dari rumah, dan kajiannya jam berapa mulai? Jam 09.00 wib, bagos ! Pertama mikir, naek motor sendiri sepertinya akan jauh lebih cepat, tapi ternyata tubuh ini gak mau diajak kompromi sama sekali, masih terasa capek dan agak masuk angin. Tapi menuntul ilmu gak boleh dikalahkan oleh masuk angin hihi.. ok lah, rencana cadangan, naek angkot. "Bu.. ayo Bu.. berangkat...", ada 1 angkot yang abangnya koar-koar ke arahku yang lagi nyebrang. WHAT?! IBU? Ok lah, udah biasa aku dipanggil Ibu, nggak ada gunanya juga nggerutu, mungkin memang aku sudah pantas untuk menjadi IBU-IBU, insaallah tahun depan sudah jadi ibu ( allahumma amin ). Tapi si abang angkotnya langsung diem pas aku ngedekat dan naik angkotnya. Aku ngeluarin HP karna ada SMS, eh, si abangnya nanya: "Neng, jam berapa ya?" Wihiiwww.. gak jadi dipanggil Ibu toh aku. Aku jawab aja deh dengan hati senang, "Sembilan kurang sepuluh..." Hah? Duh, udah makin telat! Mana angkotnya ngetem. Tapi tak lama angkot pun jalan, ngeeeng... Nyampe terminal klaten aku turun dan ganti bus umum, oh no, masih kosong pula, pasti ngetemnya lama, aku menggerutu dalam hati, kagak tau apa aye udah telat! "Dek, tunggu dulu ya bentar...", ujug-ujug abang kondekturnya ngomong ke aku. DEK..??? Subhanallah... masih ada juga yang menganggap aku adek-adek di dunia ini *terharu*. Bang kondektur, saya udah 26 tahun masa dipanggil dek..?? Ya udahlah, ku amini kata-kata si abangnya, wong mau nyuruh juga percuma, yang ada aku yang ditendang dari bus. Aku pun menunggu, menunggu, dan menunggu sambil balesin SMS teman. 15 menit kemudian sodara sodari, akhirnya jalan juga tuh bus! Fiyuh.. dan satu jam kemudian aku ganti bus lagi, dan 15 menit udah nyampe di perempatan jalan. Sisanya kudu jalan kaki, aku ngambil langkah seribu, hosh.. hosh... pas nyampe depan Masjid kampus, udah terdengar ceramahnya Ustadz yang baru membuka kajian. Alhamdulillah... baru mulai rupanya. Dan aku langsung melesat ke lantai 2, nggak terlalu rame, cukup lengang, tumben, biasanya penuh sesak itu masjid. Masuk ruangan langsung terlihat Ummu Faris, orang pertama yang ku kenal ketika baruuuu banget ikut kajian. Aku langsung bersimpuh , dan nyium tangan Ibu itu. Beliau menyambut dengan senyuman, "Kirain nggak dateng...", katanya. Hana, anak perempuan Ibunya yang umurnya gak jauh beda denganku melempar senyum, wihii.. kangen deh, udah lama nggak ketemu ^^ Aku langsung ambil posisi, beberapa orang ngeliatin, biasa lah, ada orang baru dateng emang biasanya gitu, langsung dipelototin. Buka buku catatan, nulis basmallah & tanggal, lalu bersiap mendengarkan. Tapi.. tapi.. tapi.. suaranya beda, ndak seperti suara Ustadz Yazid. Yawiss lah, siapa pun Ustadz-nya yang penting tetep semangat nuntut ilmu, sip.. Allahu Akbar! Yosh! Ternyata oh ternyata, hari ini bahas Bab tentang SABAR , weheeww.. dipaparkan lah panjang lebar tadi, aku pun sibuk nulis dan mendengarkan. Bahasan yang dipaparkan Ustadz Arman (aku tau siapa yang ngasih materi dari Ummu Faris), bagus buangep, ada 1 kisah yang bikin aku merinding, dan suatu hadits yang bikin mataku berlinang, hhiks. Apakah? Sabar ya... diketik dulu, kan namanya juga belajar ilmu sabar..^.^ Tak terasa, jam menunjukkan hampir pukul 12.00 wib, sesi tanya jawab pun sudah kelar, aku beranjak ngambil wudhu dan nunggu adzan. Sholu. Terus pulang deh. Jadi udah belajar apa aja hari ini, Ifta..? :) Ternyata, aku di uji dengan kesabaran nunggu angkot ngetem lama tuh karna Allah sudah mentadirkan aku untuk dapet ilmu mengenai sabar setelahnya, weheee.. Alhamdulillahirabbil'aalamiin... Senengnya ta'lim hari ini, entah kenapa, hariku jadi terasa lebiiih indah, pulangnyapun dijemput oleh suami tercinta, jadi lengkap sudah kebahagiaan hari ini. Alhamdulillah..alhamdulillah wa syukurilah ya Allah..^.^ Ditunggu aja ya materi Bab tentang Sabarnya, aku kudu belajar dulu nih, kalo sempet lusa, kalo ndak ya besoknya lagi insya ALLAH. ---------------------------------- Obat yang paling mujarab dalam menghadapi dunia dan kehidupan ini adalah dengan al-ilmu wa amal ( ilmu dan amal (Ibnul Qayyim).


http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/sepiring-kesabaran.html