Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Selasa, 26 Juni 2012

Kepuasan dan Kesederhanaan

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Rasa puas itu relatif bagi setiap orang, ada yang sudah terpuaskan dalam satu sisi masih mencari kepuasan di sini lain. Karena tidak ada satu parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kadar kepuasan dalam setiap diri manusia.
Ketidakpuasan sesungguhnya akan memacu motivasi seseorang untuk berjuang, dan meningkatkan kadar hidup dan prestasi dirinya. Tetapi bukan berarti ketidakpuasan itu sendiri membelenggu hidup seseorang. Selama seseorang tidak merasa puas dengan keadaannya maka ia akan berusaha untuk memenuhi hasrat keinginannya. Sesungguhnya keinginan itu tidak ada habis-habisnya untuk diikuti dan sangat sulit mengukur tingkat kepuasannya.
“Merasa puas, mudah di sokong, sederhana hidupnya” kesannya adalah mengajarkan seseorang untuk tidak mengejar materi. tetapi kalau ditelaah lebih dalam lagi sesungguhnya bukan demikian.
Ketika seseorang telah dapat menerima apa yang telah dikerjakannya, apa yang telah diusahakannya, dan apa yang telah di raihnya sesungguhnya inilah kepuasan bagi dirinya, tidak perlu merepotkan orang lain, tidak membuat susah orang lain, dan hidupnya pasti akan jauh dari permasalahan, pikirannya tidak terlalu rumit, makannya pun lahap, tidurnya pun nyenyak. inilah kehidupan yang sederhana.
jadi kesederhanaan bukan hanya dilihat dari sekedar materi.
Dengan memiliki materi dan kehidupan yang kecukupan maupun lebih, kita harus dapat mensyukurinya, merasa puas dengan hasil keringat kita sendiri, dengan tidak melekatinya serta dapat berbagi dengan orang lain. Inilah yang disebut dengan kesederhanaan. Memiliki bukan untuk sendiri tetapi memiliki untuk berbagi dengan sesama.
Dengan demikian seseorang sudah sewajarnya mengejar prestasi, harus berkerja keras tanpa harus terbelenggu di dalamnya. Hidup ibarat air yang mengalir, yang dapat mengaliri sawah dan ladang disekitarnya, dari dataran tinggi yang akhirnya mengalir ke samudera luas, menguap menjadi awan dan akan turun sebagai hujan, untuk kembali lagi memberi kehidupan pada semuanya.
Memang sulit mengukur tingkat kepuasan seseorang, tetapi biar bagaimanapun kita membutuhkan rasa penasaran dan rasa keingintahuan serta ketidakpuasan yang positif untuk mendorong kita agar dapat bekerja lebih maksimal lagi. Seperti rakit yang masih kita butuhkan untuk menyeberangi sungai atau lautan. ketika telah sampai pada tujuan, sudah pasti kita tidak membutuhkannya lagi. Tidak perlu membawa rakit itu sepanjang perjalanan anda di daratan (kecuali ada banjir hahhahaha) karena hanya akan membawa penderitaan dan beban yang berkepanjangan. Bila kita melekat pada ‘rakit’ maka kita pasti tidak akan menemukan kebahagiaan yang sejati.
Artinya bila kita telah sampai pada level tertentu merasa puaslah dan berbagilah pada sesama kurangi kemelekatan, terimalah apa yang menjadi milikmu dengan hati yang lapang dan sadarilah itu semua hanya sementara, dengan demikian kita akan bahagia dalam menjalani hidup ini. Sederhana dalam pola pikir, sederhana dalam bertindak, sederhana dalam bertutur kata, sederhana dalam kehidupan adalah orang yang bersahaja.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/kepuasan-dan-kesederhanaan.html

KESEIMBANGAN

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
Keseimbangan…..seimbang……..imbang….. tentunya langsung ingat dengan timbangan atau neraca yang seimbang kanan dan kiri. dimanai semua orang sudah tahu artinya yaitu “tidak berat sebelah”. walaupun keseimbangan belum tentu memiliki bobot yang sama (mungkin ada sedikit lebih berat) namun masih dalam range tertentu yang dianggap seimbang.
Tetapi juga kita harus Bijaksana melihatnya, dan lucunya banyak orang yang salah mengartikan arti tidak berat sebelah itu sebagai “netral”, karena definisi ‘netral’ bagi setiap orang berbeda-beda. Ada yang bilang kalau netral itu berarti melarikan diri atau tidak berani bersikap, atau dikatakan tidak memiliki pendirian. Bahkan ada kalanya orang yang netral itu sering mendapat kecaman dan intervensi.
Padahal bagi mereka yang bijaksana mengerti benar bahwa ada waktu atau saat dimana kita harus bersikap netral, ada waktu kita dapat bersikap tegas, inilah kebijaksanaan para suciwan.
Ahli hukum mengenal benar Neraca Keadilan dan selalu didambakan bagi mereka yang menuntut keadilan. Seorang Hakim yang tenang dan bijaksana tidak mudah terbawa perasaan dan permainan hati nurani, ia harus bersikap netral dalam melihat suatu perkara, dan ketenangan yang seimbang akan membawa hasil yang baik dan bijaksana.
Hidup itu penuh dengan keseimbangan, karena memang kehidupan itu penuh dengan dua hal yang selalu bergantian, ada malam dan ada siang (gelap-terang); ada baik dan buruk; dipuji dan dicela, hitam dan putih, dll.
Keseimbangan hidup itu ternyata sangat dibutuhkan bagi setiap manusia, dari keseimbangan mental atau bathin sampai keseimbangan jasmani. demikian juga dengan keduanya saling berkatian satu sama lainya.
Demikian manusia memiliki Jasmani dan Rohani yang juga harus seimbang
Bila fisik kita sehat maka bathin kita pun harus sehat agar dapat memiliki keseimbangan hidup.
bila bathin ini sakit, sudah pasti jasmani kita pun melemah, denyut jantung dan darah kita bergerak lebih cepat lagi, karena kemarahan, emosi dan gejolak jiwa yang akan mempengaruhi organ indera jasmani kita. Demikian sebaliknya bila fisik ini telah lemah dan lelah sudah tentu membutuhkan istirahat yang cukup untuk menenangkan pikiran kita. Bila fisik sakit, dan selama bathin tidak ikut sakit maka masih mudah disembuhkan, tetapi bila jasmani dan bathin ini sakit, memang agak sukar untuk disembuhkan.
Bagi mereka yang ‘gila bekerja’ sampai kadang melupakan fisiknya sendiri, cobalah untuk berhenti sejenak dan periksalah diri anda sendiri, kenalilah tubuh anda lebih dalam lagi, dan sadarilah selama anda belum terkapar di rumah sakit masih ada waktu untuk kembali menyeimbangkan metabolisme tubuh anda, dan mengurangi beban mental anda. lihatlah keluar jendela, masih banyak keindahan alam yang perlu kita syukuri dan memang mereka hadir untuk kita, tataplah orang-orang yang kita cinta, berikan sedikit waktu untuk mereka, karena selama ini waktu telah banyak terbuang untuk diri sendiri.
Demikian juga dengan maraknya persoalan hidup manusia, membuat kita lupa diri akan kontrol dan kendali dari semua tindakan kita melalui pikiran, ucapan dan perbuatan kita. kita sering terbawa luapan perasaan, dengan lontaran kata yang pedas dan tidak terkendali lagi, maupun perbuatan yang jauh diluar nalar kita. Dengan adanya keseimbangan dalam pola pikir kita, seimbang dalam tingkah laku kita, kita dapat menyadari bahwa segala sesuatunya memiliki dua sisi. Bila selama ini terlalu banyak sisi negatif dalam diri kita, marilah memunculkan sisi positif yang belum muncul.
Tidak seimbang pun dapat menimbulkan dua sisi yaitu kebahagiaan dan penderitaan. Bila Sisi negatif terlalu besar mempengaruhi kita, maka pasti akan lebih berat ke sisi penderitaan, dan perlu segera diambil tindakan preventif untuk menyeimbangkan atau menambah beratnya agar menuju pada kebahagiaan.
Bila kekuatan kebajikan ini begitu berat dan sudah pasti condong ke arah kebahagiaan, ketidakseimbangan ini adalah ketidakseimbangan yang positif dan sangat baik serta bermanfaat. jadi “tidak seimbang” pun tidak selamanya buruk, selama bermanfaat bagi diri kita, bermanfaat bagi orang lain, tidak merugikan dan menyakiti diri sendiri maupun orang lain.Pola pikir juga demikian dasyat bekerjanya, ketika nurani seseorang sudah tidak lagi dapat terkendali, gejolak jiwa dapat saja menghancurkan diri sendiri dan orang lain. Mereka yang diliputi oleh kemarahan menyakiti dan menjatuhkan orang lain tanpa disadari mengali lubang untuk dirinya sendiri.
Pola pikir yang sempit hanya membawa ketidaktenangan bagi diri sendiri, dan kurangnya wawasan hanya membawa pandangan yang terpaku pada satu bagian saja, tidak dapat melihat secara keseluruhan dengan baik, seperti orang di dalam benteng yang tertutup rapat, tidak dapat melihat kejadian di dalam dan di luar benteng, ia dapat mengenali dengan benar keadaan di dalam, tetapi tidak pernah tahu kejadian sesungguhnya di luar benteng.
Mereka yang menjadi penjaga menara di atas benteng, selain mengenal dengan baik keadaan di dalam benteng, juga mengenal dan dapat melihat dengan jelas keadaan dan perubahan yang terjadi di luar benteng dengan jelas.
Kenali dulu diri kita baru dapat mengenali orang lain, kendalikan dulu diri kita baru dapat mengendalikan orang lain. Bila kita tidak mau mendapat perlakuan tidak baik dari orang lain, maka perlakukan orang lain seperti apa yang ingin kita dapatkan dari perlakuan orang lain.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/keseimbangan.html

Buruk Cermin Jangan Dibelah

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Kualitas dan sikap anak-anak kita, too some extent, adalah buah dari model pengasuhan (parenting) dan pendidikan yang kita selenggarakan sehari-hari di rumah. Walaupun semua kita pasti mencintai anak-anak kita, tetapi pada prakteknya apa yang kita lakukan secara praktis kepada anak-anak kita terkadang bukan seperti yang kita niatkan. Niat kita baik, tapi tak jarang apa yang kita ucapkan dan sikapkan kepada anak tanpa sengaja merupakan sebuah hal yang buruk dan mempengaruhi perkembangan kejiwaannya.
Daripada terus mengeluh, menyalahkan anak, atau menyalahkan lingkungan; lebih baik kita melakukan refleksi atas apa-apa yang sudah (bukan sekedar harapan) kita pada anak-anak kita. Dalam refleksi itu, ada baiknya kita mengambil inspirasi kembali dari Dorothy Low Noite ("Children Learn What They Live With"). Thanks Dorothy, it's so inspiring...
Jika anak banyak dicela, ia akan terbiasa menyalahkan
Jika anak banyak dimusuhi, ia belajar menjadi pemberontak
Jika anak hidup dalam ketakutan, ia selalu merasa cemas dalam hidupnya
Jika anak sering dikasihani, ia belajar meratapi nasibnya
Jika anak dibesarkan dalam olok-olok, ia akan menjadi seorang pemalu
Jika anak dikelilingi rasa iri, ia tak akan puas dengan apapun yang dimilikinya
Jika anak dibesarkan dalam pengertian, ia akan tumbuh menjadi penyabar
Jika anak senantiasa diberi dorongan, ia akan berkembang dengan percaya diri
Jika anak dipuji, ia akan terbiasa menghargai orang lain
Jika anak diterima dalam lingkungannya, ia akan belajar menyayangi
Jika anak tidak banyak dipersalahkan, ia akan senang menjadi diri sendiri
Jika anak dibesarkan dalam kejujuran, ia akan terbisa melihat kebenaran
Jika anak ditimang tanpa berat sebelah, ia akan besar dalam nilai keadilan
Jika anak dibesarkan dalam rasa aman, dia akan mengandalkan diri dan mempercayai orang lain
Jika anak tumbuh dalam keramahan, ia akan melihat bahwa dunia itu sungguh indah.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/buruk-cermin-jangan-dibelah.html

Andai Lelaki Mengandung.......

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Sudah hampir empat bulan ini sang istri mengandung. Seperti biasa, saya harus berperan menjadi lelaki penghibur agar duka berat mengandungnya sirna. Seperti kebanyakan, bila istri mengandung pastilah ada kerewelan-kerewelan yang sebenarnya itu-itu saja. Tetapi dasar lelaki ya tetep aja maunya menang sendiri. Mungkin begitu gumam sang istri. Saya pun tak ketinggalan bertingkah seperti itu.
" Yah...anakmu yang di kandungan ini pengen kue terang bulan..."
Saya jawab, "Sabar ya belum dapat order, ini biaya masih buat kebutuhan pokok...besoklah mungkin ada rejeki datang".
" Nggak kuat nih...pengen...nanti anaknya ngileran lho..."
Saya jawab aja, "Kalau bayi nggak ngiler ya nggak lucu rek ! "...
" Masak anaknya sendiri minta nggak dituruti sih... Ayolah yah, mbok beli yang bikin perut nggak neg ".
" Bunda, makan seadanya dulu. Kalau anak sedari kandungan dikit-dikit sudah dituruti, nanti kalau udah besar kita yang repot. Tentunya yang paling kemakan hati ya ibunya. Sebab dia mulai kecil setiap minta apapun selalu dituruti. Jadi kebiasaan buruk. Manja. Nggak biasa tirakat dan sabar dalam mengejar cita-cita. Egois .Sedikit-sedikit dituruti sedikit-sedikit dituruti, nanti nurutnya dikit loh ".
" Sebenarnya yang kepingin kue itu kan nafsunya bunda. Jabang bayi masih bersih ndhak tahu selera makan. Tuh lihat, kalau bunda marah atau rewel, anaknya langsung protes nendang-nendang. Kan akhirnya ibunya sendiri yang kesakitan. Dia nggak mau kecampuran hal-hal kotor. Apapun alasannya.
Syukuri saja yang ada. Itulah enaknya wanita mengandung... salah dikit langsung ada yang ngingetin.
Apalagi yang ngingetin super bersih nggak punya kepentingan. Meninggal pun di anggap syahid. Karena memang di situ ada penyaksian sejati...."
Wow...saya yang ganti rewel....
" Wah...wah seandainya lelaki merasakan bagaimana beratnya mengandung, baru tahu rasa... ", begitu kata sang istri.
He...he saya cuman melirik sang istri yang agak kecut nggak keturutan. Begitulah kurang lebih sepenggalan kehidupan akhir-akhir ini. Memang enak jadi
komentator. Tak pernah turun lapangan tetapi sudah bisa komentar layaknya superhero.
Sebenarnya sih itu semua mungkin alasan akal-akalan saya karena lagi tongpes. Tapi sesungguhnya tidak sesederhana itu. Kata-kata seandainya laki-laki mengandung itulah yang membuat saya menghibur istri sekaligus menulis hal ini. Bahwa bila seorang lelaki mengetahui apa makna kejadian mengandung, tentulah ia akan rela senang hati mengganti posisi kodrat melahirkan seorang wanita. Bahkan mungkin lelaki siap mengandung berkali-kali demi pengulangan pelajaran kesaksian yang sangat berharga itu.
Namun hanya wanita lah yang bisa mengetahui proses kejadian manusia mulai dari nol sampai procot lahir. Lelaki hanya tahu dari katanya kata. Paling banter
sekedar mengamati. Lelaki tak pernah merasakan sesungguhnya bagaimana sebuah proses pengadaan manusia dari tiada menuju ada. Lelaki tak pernah ikut
mengalami sebuah kesaksian tertiupnya ruh ke dalam daging. Pengalaman yang tak bisa diganti dengan keterangan apapun. Tak heran kaum lelaki lah yang
paling cerewet berdebat soal Tuhan. Sebab para lelaki tak begitu paham dan sudah terlalu lupa akan kejadian di masa oroknya.
Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya...( Shaad :72 ).
Grenjel... " Pak anaknya gerak !... ", begitu kata ibu-ibu ketika pertama kali kandungannya bergerak. Saat itu masuklah Ruh ke seonggok daging. Sang ibu menjadi saksi nyata proses itu. Sebuah kebahagiaan dan kerinduan begitu menggelayut dalam sanubari ibu.
Dari perjalanan kerinduan ini, pemahaman ibu secara tak disadari akan terbelah dan terbingungkan sampai akhir hayat. Manakah yang harus ia cintai ? Kemana ia harus merawat, menyanjung puja, menimang-nimang dan mensujudi sebuah kejadian ? Kepada sang Ruh yang menggerakkan daging ataukah ke sebatas jumleger wujud daging yang tak punya kuasa gerak yang kita sebut anak ?
Bila seorang ibu mampu menempuh jalan ruhani, maka ia tidak lagi terikat dengan konsep materi. Rasa sayangnya meluap-luap memenuhi jagad. Ia begitu paham bahwa ruh itu satu walau dikapling terpisah oleh daging yang bernama ibu dan anak. Konsentrasinya hanya pada Sang Penggerak. Sang ibu akan menjadi komandan utama menggiring anak kembali kepada Allah.
Bagi sang ibu sejati, anak adalah wasilah terhebat menuju Tuhan. Karir profesi pribadi pun tak ada apa-apanya bila di banding kemuliaan berkarir menjadi ibu. Sebab bagaimana mungkin karier pribadi yang hanya berisi ambisi perolehan dunia dapat disandingkan sejajar dengan karier bertuhan seorang ibu dalam merawat anaknya ? Sebegitu syirik kah kita saat ini ?
Tak heran kalau Rasulullah menyuruh kita untuk berbakti kepada ibu sampai tiga kali lebih besar daripada ke seorang ayah. Surga pun di bawah tapak kakinya. Tapi bagaimanakah kita memahami dan merealisasikan hadits surga berada di telapak kaki ibu ? Apakah saking kepinginnya surga, ketika ibu lagi enak-enak jalan kemudian kakinya kita tarik-tarik untuk sekedar melihat ada tidaknya surga di tapak kakinya ?
Telapak adalah alat melangkah dimana ia akan meninggalkan jejak yang manunggal. Bila sang ibu sukanya sering menjejakkan kaki ke supermarket, tentu sang anak akan ikut sering ke supermarket. Akhirnya anak merasa terbiasa dengan tempat itu. Di situlah ia akan menganggap supermarket sebagai rumah kedua. Ia akan menganggap supermarket sebagai tempat paling menyenangkan, surga. Rumahku surgaku. Kalau sudah begini, biasanya bapaknya yang berada di neraka. Stress. Jejak tapak kaki sang ibu begitu menentukan model surganya anak.
Proses berbakti seorang anak adalah mengamati langkah kaki sang ibu. Lalu bisakah kita disebut berbakti bila kita melihat sang ibu yang sedang kelelahan hidupnya dalam mencari kerinduan Ruh kemudian langkahnya sempoyongan hampir terjebur jurang tapi kita membiarkan ? Terjeburnya ibu ke tempat yang tak layak akan mempengaruhi seorang anak untuk mengikutinya.
Sebab anak adalah perpanjangan ruhani ibu.
***
Fuihh...Pengorbanan yang tiada tanding tiada banding. Ya Allah, semoga engkau beri khusnul qatimah pada setiap ibu. Tak ada yang bisa saya berikan selain doa
itu. Sebab dari segi apapun ibu saya jauh lebih hebat.
Ikatan batin ibu dengan anak memang luar biasa. Memunculkan kerinduan dan kejengkelan yang sangat hebat. Dua sifat yang luar biasa ini bagaikan mihrab
tersunyi pengantar proses mi'raj. Suasananya begitu sangat surgawi atau sebaliknya. Ibu dan anak adalah dua sinergi yang bahu membahu saling melepaskan keterikatan wujud materi demi mencapai makna hidup. Ruh
Mungkinkah setiap istri kita mengalami hal demikian terhadap anak-anak kita ?
Para lelaki harus mencari tahu terhadap istrinya sendiri - sendiri.
bERGURU kepadanya tentang kalang kabutnya mencari si buah hati sejati. Sang Ruh.
Untuk itu, bersiaplah dicereweti. Anggap saja sang istri sebagai pelatih profesional dalam menundukkan hawa nafsu demi persaksian dengan Ruh. Toh setiap petarung sejati butuh pelatih dan sparring partner yang handal untuk menggapai kemenangan. Daripada berguru ke orang lain bayar mahal kan lebih baik uangnya dikasihkan istri sendiri. Enak lho, sudah dicereweti masih mbayar....
Tak heran kenapa setiap proses ijab kabul harus dengan syahadat. Sebab makna pernikahan adalah menempuh kebaruan hidup menjadi mahluk yang bersaksi atas proses ketuhanan. Memulai mencari asal manusia dan merasakan getaran hebat sampai tahap tersungkur di atas perjalanan Ruh. Sayangnya, dada kita hanya bergetar hebat dag dig dug dan tubuh kita tersungkur K.O hanya sebatas malam pertama saja. Ehhmm...
Ah...bila saja lelaki mengandung..
Ah...bila saja wanita bersyukur terhadap prioritas pengajaran Allah...
Ah...ternyata ibu saya adalah guru tanpa kata...
Mari berkirim Al Fatihah kepada setiap Ibu agar kita
lebih mudah mengingat asal kejadian. Ruh




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/andai-lelaki-mengandung.html

ADAB BICARA RASUL

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

A'uudzuu bi-Llaahi minasy-syaithaan-ir-rajiim
Bismi-Llaah-ir-Rahmaan-ir-Rahiim
Laa ilaaha illal-Laah Muhammad-ar-Rasulullah
Qul inkuntum tuhibbuunallaaha fat tabi'uunii yuhbibkumullaahu wa yaghfir lakum dzunuubakum wallaahu ghafuurur rahiim.
(artinya) "Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.'" (QS 3:31)
Banyak hal yang dapat diikuti, diteladani dari Rasulullah Shalla-Llaahu 'alayhi wa sallam. Salah satunya adalah Beliau selalu bicara yang baik-baik, dan selalu berkata benar. Beliau selalu menyampaikan hal-hal yang mendekatkan penyimaknya kepada Allah Subhaana wa ta'aalaa.
Sabda Nabi Saw., "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berkatalah yang baik atau diam." Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurayah ra. dalam Shahih al-Bukhari no.6475, Shahih Muslim no.47 (74), Sunan at-Tirmidzi no.2500, dan Sunan Abu Dawud no.5154.
Tapi syaithan tidak diam diri. Ia berbisik dalam dada anak-anak Adam, "Tak perlulah begitu, sekali-sekali bicaralah yang ngawur, sekali-sekali bicaralah hal-hal yang tidak baik, itu tidak apa-apa." Maka kita harus katakan: Tidak!! (dalam hati) terhadap ajakan halus syaithan itu jika kita memang benar-benar mencintai Allah, maka kita harus ikuti, teladani kekasih-Nya, Nabi-Nya, Rasulullah saw., yaitu berbicara yang baik-baik atau lebih baik diam saja. Atau berdoalah dalam hati:
Qul a'uudzu birabbin-naas malikin-naas ilaahin-naas min syarril-waswaasil-khannaas alladzii yuwaswisu fii shuduurin-naas minal-jinnati wan-naas.
"Katakanlah: "Aku berlidung kepada Rabb (Pemelihara, Penguasai) manusia. Raja (Pemilik) manusia. Tuhan (Yang kepada-Nya) manusia (memohon perlindungan). Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan, keburukan) ke dalam dada manusia, melalui (perantara) jin dan manusia." (QS 114:1-6)
Syaithan selalu mengajak kita dengan sangat-sangat halus. Sehingga banyak dari kita tidak merasa bahwa itu adalah ajakan syaithan yang terkutuk. Itu mengapa perlunya Dzikru-Llaah (Mengingat Allah). Makna dzikru-Llaah bukan melafazkan selalu kalimat-kalimat tahmid, tahlil, tasbih, istighfar dan lain-lain. Tapi dzikru-Llaah adalah selalu ingat dalam hati, pikiran, dan tindakan kita, sadar dalam tiap nafas kita bahwa DIA "Allah" selalu dekat, selalu menyertai, dan selalu mengawasi kita.
Laa tudrikuhul abshaaru wa huwa yudrikul abshaara wa huwal lathiiful khaabiir.
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala sesuatu; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Awas (terhadap segala sesuatu)." (QS 6:103)
Maka jagalah kata-kata kita bila berbicara, berbicaralah yang baik-baik, atau bila belum sanggup, lebih baik diam saja. Sabda Nabi saw., "Siapa yang diam (dari kata-kata dan hal-hal yang tidak baik) pasti selamat (di Hari Akhir nanti)". Diriwayatkan oleh Abu Hurayrah ra. dalam Sunan at-Tirmidzi no.2500 dan Sunan Abu Dawud no.5154.Inilah Adab (Etika) berbicara bagi siapa saja yang ingin mendapat syafa'at Nabi saw. di yaumil-akhir nanti. Qul inkuntum tuhibbuunallaaha fat tabi'uunii yuhbibkumullaahu wa yaghfir lakum dzunuubakum wallaahu ghafuurur rahiim.
Sabda Nabi Saw., "Sesungguhnya orang yang paling kucintai dan paling dekat tempat duduknya dariku di antara kalian pada hari kiamat nanti adalah orang yang paling baik akhlaknya." Diriwayatkan oleh Jabir ra dalam Sunan at-Tirmidzi (no.2018), Hadits hasan.
"Tidak ada sesuatu yang diletakan di timbangan yang lebih berat daripada akhlak yang baik. Dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia pasti akan sampai pada derajat orang yang selalu puasa dan shalat." (Shahih Sunan at Tirmidzi no.2003 dari Sahabat Abu Darda' ra).
Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa-ilam taghfir-lanaa watarhamnaa lanakuunanna minal-khaasiriin (QS: 7:23)
Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah wafil-aakhirati hasanah waqinaa 'adzaaban-naar (QS 2:201)
Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad kamaa shallayta 'alaa Ibrahiima wa 'alaa aali Ibrahiim. Fil 'aalamiina innaka hamiidun majiid.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/adab-bicara-rasul.html

RIBUT VALENTINE LAGI DEH :)

Sekali lagi, kita terjebak dalam polemik. Apalagi kalau bukan soal Valentine. Boleh jadi, mungkin dengan catatan ini aku dikatakan latah ikut-ikutan bicara soal valentine. Pada dasarnya, aku pribadi tidak berminat menanggapi hal ini. Tidak penting, karena masih ada masalah yang lebih penting yang harus dipikirkan oleh ummat ini daripada hanya sekedar meributkan valentine.
Namun, karena sebuah kewajiban, maka aku ada keharusan untuk menyampaikan. Sebagai tautsiq bi amanatil ilm, menyampaikan amanah ilmu, sekaligus memanfaatkan momentum.
Tulisan ini tidak akan berbicara apa hukum merayakan valentine, atau bagaimana Muslim yang bervalentine. Meski mau tak mau pasti akan dibicarakan di tengah-tengah tulisan.
Oke, kita tahu pasti bahwa budaya ini tidak ada dalam Islam, dan kita tahu pasti datangnya dari mana, sekaligus sejarahnya yang aku kira sangat banyak diposting di mana-mana.
Sebelum menulis tulisan ini, saat lagi makan siang bersama (ghoda'), aku ditanya teman, Wy', bagaimana hukum valentine. Aku tanya balik, ini untuk siapa pengucapannya? Antar sepasang kekasih yang sedang berstatus pacaran? Temanku hanya diam. Dan kujawab, kamu jangan langsung ke valentine-nya, pacarannya saja tidak ada dalam islam, dan kamu tahu sendiri bagaimana posisi pacaran dalam syariah kita. Tak ada jawaban.
Dilema, sering sekali saat ini kita terjebak hal-hal kecil (yang dibesar-besarkan) dan kita lupa dengan permasalahan yang lebih besar daripada itu, kita punya banyak qodhiyyah kubro (masalah-masalah besar) yang harus dipecahkan, dari pada sekedar ini.
Tentu saja, akan lebih rumit lagi, saat ada suara lantang menyatakan dengan tegas bahwa yang merayakan valentine bisa-bisa kafir, karena telah menyerupai tindakan orang kafir. Berdalih (Man Tasyabbaha bi qoumin fa huwa minhum). Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk mereka.
Sepintas, benar. Namun jika dicermati dan dianalisa, penggunaan dalil pada tempat yang kurang tepat ini, bisa menjadi boomerang mematikan. Sebab hadits ini adalah hadits aam (umum), yang membutuhkan takhsis (pengkhusus). Hadits mutlaq yang membutuhkan taqyid.
Karena, kesalahan menggunakan dalil, bisa membuat kesalahan memberikan hukum. Yang tentu saja saat itu juga bertentangan dengan ruh syariat sendiri.
Harus dipahami dengan baik, bahwa meniru, menyerupai (tasyabbuh) yang disalahkan dalam islam, adalah meniru yang membabi buta, meniru total sehingga keluar dari norma-norma islam.
Jadi, selama meniru itu tidak keluar dari kaidah, dhowabit, dan tsawabit dalam Islam, maka tidak jadi masalah. Dan teramat banyak sekali kasus ini dalam kehidupan kita. Facebook, ini contoh paling nyata dalam tasyabbuh itu. Tapi tak ada masalah dalam syariah kan? Atau contoh nyata dalam syariat kita, yaitu puasa sunnah 10 asyuro', ini adalah kebiasaan orang Yahudi, tapi ditetapkan dalam Islam.
Makanya, kembali ke valentine, aku tanya lagi pada temanku tadi. Kalau untuk suami istri bagaimana? Kan valentine itu katanya hari memperbaharui kasih sayang. Dalam islam, dituntut apa tidak memperbaharui cinta antar suami istri? Terus jika suami atau istri saling memberi hadiah, bukankah dalam islam sendiri saling memberi hadiah itu sangat dianjurkan, untuk saling memperkuat rasa cinta kan?
Jadi, valentine hanya momentum saja. Adapun ritual dalam valentine sendiri (kasih rayang, memberi hadiah) ada dasarnya dalam islam. Cuma sekarang yang perlu dilihat, penggunaannya untuk siapa, nah itu saja. Bukan penghukuman terhadap valentine-nya.
Pada akhirnya, terus terang, saat ini kita masih banyak terjebak dalam istilah dan selalu ribut dalam istilah. Hampir semua perdebatan yang kita alami saat ini, terbentur pada hal-hal bersifat istilah, tanpa kita melihat masalah lebih penting substansi yang ada di balik istilah itu sendiri. Dan tanpa dengan memahami lebih baik apa definisi dari istilah itu sendiri terlebih dahulu.Kita masih perlu belajar banyak untuk memahami kehidupan, dalam rangka mengembalikan kejayaan Islam. Jangan sampai kita justru yang menjadi penghancur Islam tanpa kita sadar. Seperti orang membunuh tikus tapi dengan membakar lumbungnya. wallahu a'lam :)
>>>*<<<




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/ribut-valentine-lagi-deh.html

==GURU KU, ORANGTUA KU SANG INSPIRASI HIDUPKU==

Murid (Pemuda/i) dan Guru merupakan dua sosok seseorang yang saling terkait. Ada Guru ada pula Murid (Pemuda/i). Mereka keduanya sama-sama seorang pecinta Ilmu. Sama-sama saling memperkaya ilmu dan sama-sama saling mencintai majelis keilmuan.
Posisi guru terhadap Murid (Pemuda/i) ibarat seseorang yang lebih di..(dihormati,diteladani, dituakan etc). Sedangkan posisi Murid (Pemuda/i) terhadap Guru ibarat seseorang yang mesti lebih me..(menghormati, meneladani).
Guru tidaklah pula semata seseorang yang berada di luar dari hubungan darah dalam tautan sebuah keluarga. Melainkan guru dapat berupa orangtua kita. Kakak kita maupun siapapun seseorang disamping kehidupan kita.
Dalam kenyataan&kebijaksanaan dalam menyikapi sebuah kehidupan. Posisi Murid (Pemuda/i) tidaklah mesti selalu diayomi,dan harus terus berada dibawah bayang-bayang guru.

Seorang Murid (Pemuda/i), pada masa nya dan suatu waktu nanti. ia kelak akan dapat mengaplikasikan ilmu-nya yang telah dipelajari selama ia belajar,berguru dan mengabdi kepada seseorang guru maupun orangtua kita sendiri untuk nantinya dapat diaplikasikan dalam sebuah kehidupan serta untuk kemashlahatan masyarakat maupun ummat.
Saya menyebutnya kesemua hubungan antara seorang murid dan Guru, serta seorang anak dengan seorang Orangtua kesemuanya ini dengan istilah” Guru ku, Orangtuaku sang Inspirasi Hidup ku”.
Inspirasi Hidup adalah merupakan sebuah Keilmuan. Keilmuan bisa didapat dengan belajar sungguh-sungguh bersama siapapun baik dengan Guru maupun Orangtua.
Wahai Guru Ku, Orangtua ku sesungguhnya engkaulah salah satu bagian dari sang Inspirasi Hidupku.
Belajarlah, karena tak seorangpun dilahirkan berilmu! Dan tidaklah orang berilmu spt orang yg bodoh. Biarpun petinggi bangsa,tapi tak berilmu, ia kecil ketika pasukan mengepungnya. Biarpun orang kecil, tapi berilmu, ia besar ketika banyak orang merujuk kepadanya. Tak seorangpun yang mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh dan jujur kecuali ia pasti meraihnya,kalau ia tidak meraih semuanya,ia pasti meraih sebagiannya.
SEJARAH pun Mengisahkan...
#
Kagum mengagumi antara seorang Murid (Pemuda/i) dan guru pernah dikisahkan kala itu, Imam Syafi’i (Seorang Ulama Fiqih (hukum Islam) yang terkenal dan mempunyai pengikut yang ramai di Negara-Negara yang ramai penduduk Islamnya terutama di Indonesia dan Malaysia) terhadap sang guru imam Malik bin Anas
Kala itu, Imam Syafi’i menyatakan kekagumannya setelah menjadi Imam dengan pernyataannya yang terkenal berbunyi: “Seandainya tidak ada Malik bin Anas dan Sufyan bin Uyainah, niscaya akan hilanglah ilmu dari Hijaz.”
Beliau juga menyatakan kekagumannya kepada Imam Malik bahwa “Bila datang Imam Malik di suatu majelis, maka Malik menjadi bintang di majelis itu.” Beliau juga sangat terkesan dengan kitab Al-Muwattha’ Imam Malik sehingga beliau menyatakan: “Tidak ada kitab yang lebih bermanfaat setelah Al-Qur’an, lebih dari kitab Al-Muwattha’ .” Beliau juga menyatakan: “Aku tidak membaca Al-Muwattha’ Malik, kecuali mesti bertambah pemahamanku.”
Dari berbagai pernyataan beliau dapatlah diketahui bahwa guru yang paling beliau kagumi adalah Imam Malik bin Anas, kemudian Imam Sufyan bin Uyainah.
Sebaliknya, sang guru Imam Malik bin Anas begitu mengagumi tingkat kecerdasan syafi’i. Dikisahkan beliau (Imam Syafi’i) mampu menghapal dan memahami dengan cemerlang kitab karya Imam Malik, yaitu Al-Muwattha’. kitab Al Muwatha’ karangan imam malik yang berisikan 1.720 hadits pilihan dihafalnya di luar kepala.
Tingkat kecerdasan beliau tampak sejak Sejak kecil Syafi’i cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra sampai-sampai Al Ashma’i berkata,”Saya mentashih syair-syair bani Hudzail dari seorang pemuda dari Quraisy yang disebut Muhammad bin Idris,” Imam Syafi’i adalah imam bahasa Arab. Dikisahkan pula saat berusia 9 tahun, beliau telah menghafal seluruh ayat Al Quran dengan lancar bahkan beliau sempat 16 kali khatam Al Quran dalam perjalanannya dari Mekkah menuju Madinah.
Imam An-Nawawi pun pernah berkata, ”Ketahuilah bahwa sesungguhnya Imam Asy-syafi’i adalah termasuk manusia pilihan yang mempunyai akhlak mulia dan mempunyai peran yang sangat penting dalam sejarah islam. Pada diri Imam Asy-Syafi’i terkumpul berbagai macam kemuliaan karunia Allah, di antaranya nasab yang suci bertemu dengan nasabnya Rasulullah dalam satu nasab dan garis keturunan yang sangat baik semua ini merupakan kemuliaan paling tinggi yang tidak ternilai dengan materi.
Di kesempatan dan kisah lainnya, keteladanan seorang ibu membuat kagum sang anak. Dikisahkan sewaktu kanak-kanak seorang syeikh Abdul Qadir Jaelani(seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh para syeikh, ulama, dan ahli zuhud. Serta banyak memiliki keutamaan dan karamah) pernah diajari oleh ibunya tentang kejujuran, bersikap benar, dan tidak berbohong dalam aplikasi kehidupan. Pesan sang bunda itu ia pegang teguh selama hidupnya.
Pada usia 8 tahun, Abdul Qadir meninggalkan Jilan menuju Bagdad dengan bekal dari ibunya, berupa 40 keping uang emas, warisan ayahnya, Shalih Musa Zanki Dausath. Begitu jujurnya, di perjalanan ia sempat hendak dirampok, dan dengan jujur ia mengatakan bekal yang ia bawa ada dalam jahitan kain. Kecerdasan beliau (syeikh) pernah dikisahkan bahwa Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut,”Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”
Di lain hal, Sayyid Quthb (ulama besar Mesir) pernah mengisahkan kekagumannya terhadap sang Ibu yang telah mencontohkannya dalam cerminan kehidupan sehari-harinya.Di dalam salah satu tulisannya, Sayyid Quthb menulis, “Dimana saja saya bermain, terdengar ibuku sedang membaca Al-Qur’an.” Oleh karenanya saudara-saudara kandung (termasuk) Sayyid Quthb juga merupakan para penghapal Al-Qur’an. Muhammad Quthb, Aminah Quthb dan Hamidah Quthb, semuanya merupakan hafidz Al-Qur’an (hapal Al-Qur’an)
***
Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS.39 : 09)
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadalah: 11)
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu mengatakan “Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Murid (Pemuda/i) terkemuka Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, juga menulis sebuah buku berjudul Al-Ilmu. Beliau mengutip ungkapan Abu Darda’ r.a. yang menyatakan: “Barangsiapa berpendapat bahwa pergi menuntut ilmu bukan merupakan jihad, sesungguhnya ia kurang akalnya.” Abu Hatim bin Hibban juga meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah r.a., yang pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa masuk ke masjid ku ini untuk belajar kebaikan atau untuk mengajarkannya, maka ia laksana orang yang berjihad di jalan Allah.”
" Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka. Barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosa sebanyak dosa orang yang mengikutinya itu tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka " [Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim no. 2674]
“ Sesungguhnya, semua pekerjaan itu sesuai dengan niatnya dan setiap yang diberikan ganjaran sesuai dengan niat perbuatannya ” (HR. Bukhari)
“ Barangsiapa mempelajari ilmu yang seharusnya dilakukan untuk mencari keridhoan Allah SWT, namun ia mempelajari ilmu-ilmu itu untuk memperoleh harta-harta dunia, maka ia tidak akan mencium wewangian surga pada hari kiamat ” (HR Abu Dawud dan Al Hakim)
“Ilmu itu laksana lemari (yang tertutup rapat ) dan kunci pembukanya adalah pertanyaan.Oleh sebab itu bertanyalah kalian karena sesungguhnya dalam tanya jawab diturunkan 4 macam pahala,yakni untuk penanya,orang yg berilmu(yg sedang menjawab pertanyaan),para pendengar dan orang yang mencintai mereka.” (HR.Abu Nu’aim).
 “Ya Allah, jadikanlah usiaku yang paling baik adalah pada penghujungnya, dan amalku yang terbaik adalah pungkasannya, dan hari-hariku yang terbaik adalah hari-hari saya bertemu dengan-MU.” [al Hadits].




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/guru-ku-orangtua-ku-sang-inspirasi.html

Sujud Hening

Tergambarlah laut dalam sujud keheningan
pada tengah malam rinduku. Perahu dan rahasia maut
membayang. Kupahami ketakterdugaan dan kedalaman itu
ke mana hidupku mengarah laju dan di palung mana
mutiara-mutiara kudapatkan sebagai cahaya-cahaya
Tergambarlah riak-riak melabuhkan tanya
pada milyar-milyar pasir zikir:
Adakah sisa nyawaku untukMu semata?
Sungguh telah kuperhitungkan shalat, khianatku
antara nikmat dan kiamat.
Sungguh susah kucari cahaya pendamping harap hidupku
antara kemudaan dan kerentaan itu

Tergambarlah putri laut
ombak-ombak yang berkejaran
yang berlomba dalam kebaikan
Membayanglah kembang maut
sementara sajadah pengembaraanku belum jua
merenggut sajak-sajakMu yang doa; yang makbul
Keheningan suaraMu yang terdengar
membuat rindu kian memar.

Tergambarlah ikan-ikan hiu dan batu-batu karang
sebagai saksi pernikahanku dengan kaki-kaki cahaya
yang lembut bagai tapak gambaran terompah ibu
dimana sorga dilukiskan. Rasa duka rasa rindu
rasa beta pengen jumpa dengan sunyiMu:
Maha suci Gusti yang maha tinggi puji senantiasa bagiMu.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/sujud-hening.html

Impian mu ...

MENGGAPAI IMPIAN DENGAN BERDOA
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Menyambung atau berkolaborasi note yang ditulis oleh saudaraku, Abu Azvhierandaha dalam note yang berjudul " DI SAAT IMPIAN BELUM TERWUJUD”. Dalam note tersebut mengungkapkan bahwa setiap orang pasti memiliki impian dan cita-cita. Berbagai usaha pun dikerahkan untuk mencapai impian tersebut. Namun kadang usaha untuk menggapai impian kandas di tengah jalan dikarenakan berbagai rintangan dari dalam maupun dari luar. Tentu saja impian yang kami maksudkan di sini adalah impian yang logis yang bisa dicapai dan bukan hanya khayalan di negeri antah berantah. Di saat impian tadi belum terwujud, bagaimanakah cara untuk menggapainya?
Suatu contoh, kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bersama istrinya, Sarah. Lihatlah impiannya untuk memiliki anak sekian lama, akhirnya bisa terwujud. Padahal ada tiga sebab yang menjadi penghalang ketika itu. Sarah sudah sangat tua, Ibrahim pun demikian dan Sarah adalah wanita yang mandul. Ketika anaknya Ishaq itu lahir, Sarah berusia 90-an tahun dan Ibrahim berusia 100-an tahun. Di usia yang sudah sangat senja seperti itu, Allah Ta’ala memudahkan mereka memiliki anak, yaitu Ishaq yang akan menjadi seorang Nabi.
Mengenai kisah Ibrahim dan Sarah, kita dapat melihat dalam dua surat, yaitu :

“(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka. Mereka berkata: “Janganlah kamu takut”, dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata: “(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul”. Mereka berkata: “Demikianlah Tuhanmu memfirmankan” Sesungguhnya Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. ” (Adz Dzariyaat ayat 24-30)
“Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya’qub. Isterinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.” (Huud ayat 71-72)
Allah itu Al ‘Alim (Maha Mengilmui) dan Al Hakim (Maha Bijaksana), Artinya, Allah Ta’ala memiliki ilmu yang sempurna. Sedangkan Allah itu Al Hakim menunjukkan bahwa Allah memiliki kehendak, keadilan, rahmat, ihsan, dan kebaikan yang sempurna. Di samping itu Allah Ta’ala pun betul-betul menempatkan sesuatu pada tempatnya. Inilah pelajaran di balik nama Allah Al Alim dan Al Hakim. Suatu yang mustahil dapat terjadi jika Allah menghendaki. Suatu impian yang sulit terwujud dapat digapai dengan kekuasaan Allah.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”(Yusuf ayat 21).
Untuk itu, hendaknya :
1. Memahami Takdir Ilahi.
Perlu diketahui bahwa “Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”(HR. Muslim). Jika seseorang mengimani takdir ini dengan benar, maka ia pasti akan memperoleh kebaikan yang teramat banyak.
Ibnul Qayyim mengatakan, “Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi dan setiap yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi.”
Yang Allah takdirkan tidaklah sia-sia. Pasti ada hikmah di balik itu semua. Allah Ta’ala berfirman, “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.” (Al Mu’minun ayat 115-116). Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq.”(Ad Dukhan ayat 38-39).
Oleh karena itu, jika impian itu belum terwujud, maka perlu kita pahami bahwa itulah ketentuan Allah. Allah menjanjikan hikmah di balik itu semua karena sifat hikmah yang sempurna yang Dia miliki.
2. Terus Tawakkal dan Berusaha Semaksimal Mungkin
Kita harus punya sifat optimis dengan selalu bertawakkal (menyandarkan hati pada Allah) dan tetap berusaha untuk menggapai impian yang kita cita-citakan. Ingatlah bahwa siapa saja yang bertakwa dan bertawakkal pada Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya, maka pasti Allah Ta’ala akan memberikan ia jalan keluar dan akan memberikan ia selalu kecukupan.
Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Ath Tholaq ayat 2-3)
Perlu diperhatikan bahwa impian bukan sekedar angan-angan yang tidak ada realisasinya. Jika impian ingin dicapai, tentu harus ada usaha semaksimal mungkin. Cobalah kita saksikan contoh gampangnya adalah seekor burung ketika ia ingin menggapai impiannya untuk memperoleh makanan di hari itu, dia pun pergi ke luar sarangnya untuk mencari hajat yang ia butuhkan. Ketika pulang pun ia dalam keadaan tenang. Inilah yang diisyaratkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Umar bin Al Khottob;derajat hasan).
Lihatlah bagaimana seekor burung saja mewujudkan impiannya dengan mencari rizki, dengan berusaha semaksimal mungkin. Bagaimanakah lagi kita selaku insan yang diberi anugerah akal oleh Sang Kholiq ?
3. Teruslah Memohon pada Allah
Untuk mewujudkan impian, janganlah lupakan Yang Di Atas. Kadang kita lalai dan hanya bergantung pada diri kita sendiri yang lemah dan tidak memiliki kemampuan apa-apa. Maka perbanyaklah do’a. Karena setiap do’a pastilah bermanfaat.
Allah Ta’ala berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (Al Mu’minun ayat 60).
4. Teruslah berusaha, memohon pada Allah, dan janganlah putus asa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian.’ Akan tetapi hendaklah kau katakan: ‘Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu syaithon.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)Menghindarkan diri dari banyak berkhayal (bermimpi) adalah upaya untuk menegaskan diri pada pengabdian yang total, karena hidup pada hakekatnya adalah menunggu kematian, dan mengukur derajat kita di akherat. Apakah termasuk orang yang beruntung ataukah orang yang merugi. Semua manusia berlomba, mengejar kemegahan dunia, dan sebagian yang lain mengejar kemuliaan akherat. Hanya orang yang banyak berkhayal, yang mendapat kerugian di akherat. Mereka terjerumus pada tipuan dan nikmat yang tidak kekal. Mengumbar hawa nafsu, dan bermalas-malasan dalam menjalankan ibadah, namun apakah berkhayal itu akan mengobatinya? Apalagi berkhayal dengan menggunakan narkoba, sungguh sangat merugi dan kemanfaatannya hanya sesaat.
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa banyak berkhayal atau berangan-angan dapat menyebabkan empat hal yang membahayakan jiwa seorang muslim, yaitu; pertama, meninggalkan taat dan bermalas-malasan (biasanya orang akan mengatakan, “Akan saya kerjakan nanti, karena hari masih panjang”), kedua, meninggalkan taubat atau mengulur-ulurnya (seperti perkataan, “Suatu saat saya akan taubat, tapi hari masih panjang dan umurku masih muda. Sedangkan taubat itu tergantung saya, dan saya yakin mampu melakukannya”), ketiga, semangat (yang berlebihan) dalam mengumpulkan harta dan sibuk dengan kebutuhan dunia, hingga mengalahkan kebutuhan akherat (karena terkadang seseorang berkata, “Aku takut miskin jika kelak sudah tua, dan pada saat itu aku sudah tidak lagi mampu mencari uang”, keempat, hati menjadi keras dan lupa pada akherat, karena jika meyakini hidup adalah panjang, maka akan lupa pada kematian dan kubur”.
Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Yang lebih aku takuti dari yang kalian takuti adalah banyak berkhayal dan mengikuti hawa nafsu. Perlu diketahui bahwa banyak berkhayal dapat melupakan akherat dan mengikuti hawa nafsu menutupi hati menerima kebenaran. Akhirnya membuat fikirannya berkutat pada masalah keduniawian, sehingga hati menjadi keras. Banyak berkhayal disebabkan oleh minimnya ketaatan, dan menunda-nunda taubat, memperbanyak perbuatan maksiat, membabi buta dalam mengumpulkan harta hingga hati menjadi tertutup. Adakah kondisi yang lebih buruk dari ini? Dan, apakah ada bencana yang lebih buruk lagi dari ini? Dan sesungguhnya keras dan lembutnya hati itu tergantung pada ingat akan kematian yang datang secara mendadak, kuburan, pahala, adzab, dan hal-hal yang berkaitan dengan akherat”.
Benar bahwa doa merupakan sesuatu yang akan mampu menghindarkan dan mencegah turunnya bencana atau meringankan bencana manakala sudah terjadi. Dari ‘Aisyah berkata bahwasanya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Bersikap waspada tidaklah akan bisa menghindarkan seseorang dari qadar, sedangkan doa akan bermanfaat, baik terhadap bencana yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi. Sungguh, adakalanya bencana yang sudah hendak turun berpapasan dengan doa, lalu keduanya saling berbenturan sampai hari kiamat tiba” (HR Hakim). Dari Tsauban berkata bahwasanya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Tiada yang bisa menolak qadar, kecuali doa” (HR Ibnu Majah, Ahmad dan Hakim).
Adapun hal-hal yang dibolehkan dalam berdoa adalah :
1. Mendoakan orang lain tanpa mendoakan dirinya sendiri. Hal ini dibolehkan, karena Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah melakukannya.
Dari Abu Musa berkata bahwasanya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanjatkan doa, “Allaahummaghfir li ‘ubaidin abii ‘aamir, Allaahummaghfir li ‘abdillaahibni qoisin dzambah” (Ya Allah, ampunilah dosa ‘Ubaid Abu Amir. Ya Allah, ampunilah dosa ‘Abdullah bin Qois” (HR Bukhari dan Muslim).
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mendoakan Anas bin Malik sebagaimana yang diriwayatakan dari Anas berkata bahwasanya ‘Ummu Sulaim pernah berkata kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, “(Kiranya engkau berkenan mendoakan) Anas, pelayan engkau”. Beliau lalu memanjatkan doa, “Allaahumma aktsir maalahuu wa waladahuu wa baarik lahuu fiimaa a’thoitahuu” (Ya Allah, perbanyaklah anak dan hartanya serta berkahilah rizki yang Engkau berikan kepadanya)” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ahmad).
2. Mengharapkan kematian ketika terpaksa.
Dari Anas berkata bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian lantaran ada kesusahan yang menimpanya. Namun jika terpaksa melakukannya, hendaklah dia berdoa, “Allaahumma ahyinii maa kaanatil hayaatu khoirol lii wa tawaffanii idzaa kaanatil wafaatu khoirol lii” (Ya Allah, hidupkanlah aku selama hidup ini lebih baik bagiku, dan wafatkanlah aku jika kematian memang yang lebih baik bagiku)” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i dan Abu Dawud).
3. Mendoakan ketidakbaikan dan kebaikan bagi orang musyrik. Hal ini dibolehkan, namun dalam mendoakan ketidakbaikan kepada orang musyrik tentunya dilakukan setelah mengemukakan petunjuk atau hujjah yang secukupnya dalam mendakwahi mereka, sedangkan mereka tetap saja dalam kemusyrikan dan tidak mau mengikuti petunjuk atau hujjah yang diberikan kepada mereka. Contohnya doa kaum muslimin dalam Surat Yunus ayat 88, “....Ya Robb kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka.....”.
Juga disebutkan dalam riwayat dari Ibnu Mas’ud berkata bahwasanya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memanjatkan doa, “Allaahumma a’innii ‘alaihim bisab’in kasab’i yuusuf” (Ya Allah, kiranya Engkau berkenan menimpakan musim paceklik kepada orang-orang musyrik itu selama tujuh tahun lamanya sebagaimana yang pernah terjadi pada masa Nabi Yusuf)” (HR Bukhari, Tirmidzi dan Ahmad).
Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah memanjatkan doa, “Allaahumma ‘alaika bi abii jahl” (Ya Allah, binasakanlah Abu Jahl)” (HR Bukhari, Muslim dan Nasa’i).
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah memohon doa kepada Allah agar Allah berkenan membinasakan pasukan ahzab yang datang memerangi beliau (dan kaum mukminin) yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abu Aufa berkata bahwasanya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kebinasaan bagi orang-orang musyrik seraya bersabda, “Allaahumma munzilal kitaab, sarii’al hisaab, allaahummahzimil ahzaab, allaahummahzimhum wa zalsilhum” (Ya Allah, wahai Dzat yang menurunkan Al-Kitab dan Dzat yang amat cepat hisabnya, binasakanlah pasukan ahzab. Ya Allah, binasakanlah mereka dan porakporandakan mereka)” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah).Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mendoakan kebaikan kepada orang musyrik, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasanya Thufail bin ‘Amr Ad-Dausy beserta rombongan shahabat pernah menghadap Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, “Ya Rosulullah, sesungguhnya suku Daus telah berbuat durhaka dan membangkang. Karenanya tolong didoakan saja supaya mereka binasa”. Ada seseorang yang berkata, “Celakalah suku Daus!”. Akan tetapi, Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu berdoa, “Allaahummahdi dausan wa’ti bihim” (Ya Allah, berilah hidayah kepada suku Daus dan datangkan mereka ke sini)” (HR Bukhari dan Muslim).
4. Meminta didoakan kepada orang sholeh. Ini dibolehkan sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah menyebukan bahwa seorang wanita pernah berkata kepada Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Tolong diakan aku dan suamiku”. Beliau lalu bersabda, “Shollallaahu ‘alaiki wa’alaa zaujik” (Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ampunan-Nya kepadamu dan kepada suamimu).
Berdoa itu sangat penting dan janganlah diabaikan (terutama hamba-hamba-Nya yang selalu sibuk dan dikejar waktu), juga sangat besar manfaatnya dalam usaha mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar selalu berada dalam kebenaran.
Doa adalah bentuk ibadah ruhiyyah yang agung bahwa kita mampu merasakan betapa Mahaagungnya Sang Khalik yang merupakan Dzat tempat berlindung bagi segenap makhluk, setelah semua sarana dan jalan ikhtiar yang diupayakan mengalami kegagalan dan kebuntuan. Pada saat itulah, seseorang pasti akan segera menghadap dan mengadu kepada Rabbnya agar bisa meraih ketenangan, kenyamanan dan ketenteraman, yang semuanya merupakan sesuatu yang tak mungkin didapatkan pada sesama makhluk. Hal tersebut karena Allah merupakan Rabb satu-satunya, Raja di atas semua raja, Dzat Yang Mahakaya dan Dzat Yang Maha Terpuji.
Doa dikatakan ibadah, karena doa merupakan bentuk pemasrahan diri secara total dan bentuk pengakuan yang sempurna terhadap ubudiyyah kepada Allah. Hal ini terlihat pada sosok seorang hamba yang sungguh-sungguh bertaubat, khusyu’, menerima sepenuhnya semua ketentuan Allah, merasa senang dengan karunia-Nya, mengharapkan pahala-Nya, selalu memohon perlindungan-Nya dan berprasangka baik kepada-Nya.
Doa adalah permohonan hamba kepada Allah secara langsung, di samping berikhtiar melalui usaha-usaha atau kerja keras dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan. Doa, pada hakekatnya adalah memohon pertolongan kepada Allah agar mendapat petunjuk dan rahmat-Nya dalam usaha memperoleh ketenangan, kesenangan dan kebahagiaan dunia dan akherat.
Dan doa merupakan alat kontrol rohani bagi seseorang yang berdoa agar tidak sombong ketika memperoleh kenikmatan dan tidak putus asa ketika ditimpa musibah. Karena segala nikmat pada hakekatnya adalah pemberian Allah, dan juga musibah pada hakekatnya adalah berlaku dengan izin dan takdir dari Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, : “Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. (Al-Baqarah ayat 186) “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepada kalian dan para malaikat-Nya (memohonkan ampunan untuk kalian) supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang mukmin” (Al-Ahzaab ayat 41-43). “Oleh karena itu, berdzikirlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kalian mengingkari (nikmat) Ku” (Al-Baqarah ayat 152). “Sesungguhnya laki-laki dan wanita muslim, laki-laki dan wanita mukmin, laki-laki dan wanita yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan wanita yang benar, laki-laki dan wanita yang sabar, laki-laki dan wanita yang khusyu’, laki-laki dan wanita yang bershodaqoh, laki-laki dan wanita yang berpuasa, laki-laki dan wanita yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan wanita yang banyak berdzikir kepada Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar” (Al-Ahzaab ayat 35).
Firman-firman-Nya di atas merupakan janji Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya agar memohonkan doa, berdzikir dan bertasbih sebanyak-banyaknya baik pagi, siang, petang dan malam akan memenuhi permohonannya, namun persyaratan utama adalah beriman, bersyukur (jangan mengingkari), muslim, mukmin, takwa, sabar, khusyu’, bershodaqoh, berpuasa, memelihara kehormatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar memohon doa, dan doa yang dimohonkan dilakukan dengan ikhlas sehingga akan diperkenankan-Nya, sebagaimana dinyatakan dalam Surat Mukmin ayat 60 (tolong baca). Selanjutnya dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dalam berdoa selalu memohon dengan cara, yaitu : (1) Hati yang khusyu', (2) Nafsu yang terkendali, (3) Ilmu yang mendatangkan manfaat, (4) Doa yang dikabulkan.
Syarat utama terkabulnya suatu doa adalah keikhlasan, keyakinan yang bulat dan kesucian hati serta kesucian hidup. Jangan hanya mulut saja yang "kumat-kamit" memohon doa, tapi hati dan jiwanya sama sekali tidak menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Doa itu drat sekali hubungannya dengan keyakinan, seperti hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, "Apabila kamu meminta kapada Allah, berdoalah dalam keadaan bahwa kamu yakin sepenuhnya akan permohonan itu dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mengabulkan doa seorang hamba yang hatinya membelakang dan goncang".
Selain itu, faktor kesucian hidup memegang peranan yg penting, sebagaimana sebuah hadist yang menyatakan bahwa "Salah seorang sahabat Rosulullah bernama Sa'ad bin Abi Waqash pernah bertanya kepada Beliau....apakah syarat-syaratnya supaya doa yang kumohonkan dikabulkan Allah Subhanahu wa Ta’ala ?. Nabi menjawab, "Makanlah dari harta yang halal, niscaya permohonanmu akan dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala".
Setiap doa haruslah disertai dengan ikhtiar dan perjuangan. Usaha-usaha yang bersifat fisik (perjuangan dan ikhtiar) harus dirangkaikan dengan kekuatan-kekuatan yang berbentuk doa itu. Rosulullah shalallahu ‘alaohi wa sallam sendiri masih memerlukan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, apalagi kita sebagai manusia biasa.Lebih-lebih dalam kehidupan manusia ini, bagaimanapun kuatnya, pintarnya, kuasanya dan kelebihan-kelebihan lainnya, pada suatu ketika akan menemukan saat-saat kesulitan atau situasi yang tidak dapat diatasinya, dan sudah menjadi naluri manusia akan memohonkan doa meminta pertolongan kepada Kekuasaan yan g lebih tinggi (Allah Subhanahu wa Ta’ala). Doa itu selain diperlukan dalam kehidupan juga merupakan suatu ibadah.
Pada hakekatnya, sebab-sebab belum dikabulkan doa itu terletak pada si pemohon sendiri. Salah seorang ulama sufy bernama Ibrahim bin Adham (hidup pada abad ke 8 Masehi) memberikan jawaban bahwa sebab-sebab doa tidak dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ada sepuluh macam, yaitu :
1. Kamu tidak membayarkan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Kamu tidak mengamalkan isi Al-Qur'an.
3. Kamu tidak menjalankan sunnah rosulullah.
4. Kamu patuh kepada syaitan.
5. Kamu menerjunkan diri ke jurang, artinya dia tdk mau mengerjakan yang ma'ruf tapi selalu bergelimang dg perbuatan dosa dan maksiat.
6. Ingin masuk sorga tapi tidak beramal.
7. Sadar akan mati, tapi tidak mempersiapkan diri, artinya mengakui dan insaf hidup di dunia ini hanya sementara, tapi tidak mengerjakan amal shalih yang akan menjadikan anak kunci membuka pintu kehidupan yang abadi itu.
8. Kamu melihat cacat orang lain, cacat sendiri tak tampak.
9. Kamu mengecap nikmat, tapi tidak bersyukur.
10. Kamu menguburkan jenazah, tapi tidak menyadari diri.
Menurut Ibrahim bin Adham, yang seharusnya setiap mukmin/mukminat dalam berdoa menginstropeksi dan mengenal diri sendiri sampai ke ulu hati.
Perlu diketahui bersama bahwa untuk melatih keikhlasan dan keyakinan yang bulat, lakukanlah sholat tahajud yang berdasarkan Surat A-Muzzammil ayat 4, ayat 8, ayat 10, ayat 11 dan ayat 20, (coba baca artinya) yang intinya sbb :
1. Bacalah Al-Qur'an dengan perlahan-lahan.
2. Memperbanyak zikir dan ibadah dengan ikhlas. Adalah seseorang belajar ikhlas di saat bangun malam untuk mengerjakan shalat tahajud, untuk konsentrasi berzikir mengingat keagungan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sifat-sifat-Nya yang suci. Di saat malam hari, jalan fikiran terputus untuk tidak memikirkan apapun, selain amal kebajikan dan nilai luhur dalam ibadah. Mensyukuri segala nikmat yang tiada terhingga dan mewujudkan rasa terima kasih dengan bentuk ibadah yang paling tulus. Melafadzkan tasbih, tahmid dan tahlil, menyeret tiap-tiap lafadz ke dalam maknanya masing-masing dalam kehidupan kita.
3. Sabar memerlukan latihan berkali-kali untuk melunakkan hati. Pada malam hari yang sunyi, ketika duduk menghadap ke kiblat sambil mengucapkan kalimat zikir, sebaiknya sesaat menyempatkan diri untuk menilai kesabaran diri sendiri. Menggapai makna sabar sebagai suatu ibadah, dan berusaha menancapkan sifat sabar dalam sikap dan perilaku.
4. Yakin pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seringlah bangun malam melakukan sholat tahajud, karena akan mempunyai sifat yang selalu rendah hati dan sabar. Penyayang pada sesama, apalagi kaum miskin dan lemah sebagaimana ditegaskan dalam Surat Al-Anfaal ayat 2 (coba baca artinya), bila kita baca maka merinding dan hatinya bergetar serta imannya bertambah.
5. Shalat, berzakat, dan istighfar.
Dasar hukum memohon doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti ditegaskan dalam Surat Al-Baqarah ayat 186(coba baca artinya). Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan saja memerintahkan agar bermohon kepada-Nya, tetapi ditunjukkan-Nya rumusan-rumusan doa itu, sehingga manusia tinggal seperti makan pisang dikupas saja. Salah satu diantara doa-doa itu yang merupakan sumber kekuatan dalam setiap usaha dan perjuangan dalam hidup adalah Surat Tha Ha ayat 25-29 (coba baca artinya). Nilai-nilai rokhaniah yang terkandung dalam Surat Tha Ha ayat 25-29 (coba baca artinya) pada pokoknya terdapat empat unsur doa terutama ketika menghadapi sesuatu kesulitan yang amat berat.
Empat unsur doa yang dianjurkan agar selalu kita mohonkan dalam setiap usaha dan perjuangan dalam kehidupan ini menjadikan sumber kekuatan, yaitu :
1. Permohonan supaya dada lapang. Dada yang diterangi oleh semangat iman, pada umumnya akan berhasil mencapai kesuksesan. Sukses atau kegagalan seseorang sangat tergantung kepada karunia Ilahi dan yg memberikan hidayah adalah berupa dada yang lapang seperti ditegaskan dalam Surat Al-An'am ayat 125 (coba baca artinya). Ketika Rosulullah menghadapi kesulitan, pada saat itu Allah Subhanahu wa Ta’ala memancarkan sinar pengharapan ke dalam jiwa Beliau dengan turunnya ayat 1-5 Surat Al-Insyirah (coba baca artinya).
2. Dimudahkan dalam semua urusan. Suatu kelanjutan dari dada yang lapang, karena bila dada sudah lapang, timbullah pengharapan dan opimisme sehingga urusan yang berat akan terasa ringan. Bila dada sempit, urusan yang ringan menjadi berat (sedikit-sedikit garuk kepala, hati kecut dan seterusnya buang air kecil). Sikap jiwa kita haruslah memandang sesuatu urusann atau kewajiban dengan ringan, jangan dianggap berat. Banyak orang yang melihat sesuatu urusan atau kewajiban dari segi negatifnya saja, bukan dari segi positifnya. Fikiran selalu dipusatkan kepada persoalan, bagaimana memecahkan kesulitan yang akan terjadi untuk selanjutnya mencapai hasil yang diharapkan.
3. Supaya da'wah (ajakan) diterima lawan. Dalam menyampaikan hal kebenaran (al-haq) diperlukan diplomasi dan dialog yang mengesankan, yang membuat lawan bicara sadar dan kemudian menerima.
4. Memohonkan pembantu dan pembela. Setiap usaha dan perjuangan memerlukan pembantu dan pembela yaitu orang-orang yang menyediakan segala-galanya, bahkan bila perlu jiwanya sendiri untuk mensukseskan usaha dan perjuangan tersebut.
Demikianlah empat unsur doa yang dianjurkan agar selalu kita mohonkan dalam setiap usaha dan perjuangan dalam kehidupan ini menjadikan sumber kekuatan. Dalam hal mengarungi kehidupan, janganlah putus asa karena sifat putus asa merupakan mentalitas orang-orang kafir seperti ditegaskan dalam Surat Yusuf ayat 87, "Janganlah putus asa dari karunia Ilahi. Sesungguhnya yang putus asa dari karunia Allah hanyalah kaum yang kafir (tidak beriman)".
Tatkala Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sudah sampai puncak kesulitan, pada saat itu turun wahyu Ilahi memberikan semangat, kekuatan dan energi, yang pada dasarnya mengandung enam macam petunjuk, yaitu :
1. Berjiwa besar menghadapi setiap permasalahan dan perjuangan. Hal ini ditegaskan pada surat Al-Insirah ayat 1 . (coba baca artinya)
2. Jangan mencari pekerjaan yg enteng/mudah krn mengelak dari resiko dan kesulitan. Hal ini ditegaskan pada surat Al-Insirah ayat 2-3 (coba baca artinya).
3. Harus selalu memelihara nama baik dan berkarakter. Hal ini ditegaskan pada Suraat Al-Insirah ayat 4 (coba baca artinya).
4. Jangan kecewa dan patah semangat ketika mendapatkan kegagalan, sebab sesudah gagal akan datang kesuksesan. Hal ini ditegaskan pada Suraat Al-Insirah ayat 5-6 . (coba baca artinya)
5. Jangan absen dari perjuangan, dan jangan merasa puas dengan cita-cita yang telah tercapai (carilah sukses yang lebih baij). Hal ini ditegaskan pada Surat Al-Insirah ayat 7 (coba baca artinya).
6. Dalam situasi dan kondisi yang bagamanapun, hendaknya senantiasa bersikap optimis, selalu mengharapkan inayah (pertolongan) dan taufik Allah, berbakti dan beribadah kepada-Nya. Hal ini ditegaskan pada Surat Al-Insirah ayat 8 (coba baca artinya) . Berbakti kepada Allah merupakan manifestasi atau pelaksanaan dari perasaan syukur, dan orang-orang yang bersyukur dijamin oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Surat Ibrahim ayat 7 (coba baca artinya).
Semoga anda dapat memulai kehidupan yang baru, bersemangat dalam mengarungi hidup ini dan bersemangat berbuat kebajikan…amiin.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/impian-mu.html