Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Selasa, 15 Mei 2012

==Saya Suka Orang Itu...==

Saya suka orang itu..kelihatannya ia seorang yang ulet, giat bekerja, dan memiliki inisiatif yang tinggi.
Take it!!
Siap Pak, laksanakan. Ujarku”
Ya, begitulah pencitraan seseorang terhadap seseorang lainnya.
Siapapun orangnya, dari latar belakang apapun, strata tingkat pendidikan apapun, memiliki keyakinan agama apapun, memiliki gender(jenis kelamin) apapun...pastinya kesemuanya daftar kumpulan riwayat hidup seseorang tersebut memiliki satu kesamaan terhadap pernyataan seorang pimpinan tersebut terhadap bawahannya, yaitu:

Saya Suka dengan orang tersebut
Berbicara tentang definisi Giat bekerja. Ada banyak hikmah yang bisa kita petik dan kita telusuri. Tidak hanya sekedar mengutarakan keluhan, namun sudah sejauh upaya optimal manakah yang anda lakukan untuk berbuat maksimal?? Sedangkan anda masih mampu tertawa, bersantai ria menikmati hiburan dalam sehari-hari?


Sudah seberapa banyak keringat yang anda keluarkan dalam mencari rizki maupun nafkah yang tersebar di muka bumi Dunia ini?? Seberapa tingkat kesungguhankah yang anda miliki serta lakukan untuk berbuat yang paling terbaik bagi sesuatu yang anda inginkan dan wujudkan, baik hal tersebut untuk diri sendiri maupun tanggung jawab keluarga anda??
Bukankah setiap manusia memiliki potensi bahkan terkadang diberi pula oleh Alloh SWT berupa struktur dan anggota tubuh yang lengkap??
Sudah sejauh mana anda manfaatkan potensi anda??
Bukankah setiap sendi pada diri manusia memiliki kewajiban sedekah pada setiap harinya??
Bukankah pula tingkat kesuksesan seseorang bukanlah ditentukan hanya karena status strata jenjang pendidikan??
“Kesuksesan itu 99% dipengaruhi oleh Kerja Keras. 1% dipengaruhi oleh kejeniusan”.

Para Nabi Allah SWT adalah Pekerja Keras 
Nabi Daud as adalah salah satu pengrajin daun kurma yang getol bekerja. Dan menurut sebuah riwayat dari Hasyam bin ‘Urwah dari ayahnya, ketika Nabi Daud as berkhutbah, tanpa rasa sungkan beliau menyatakan dirinya sebagai pengrajin daun kurma untuk dibuat keranjang atau lainnya. Bahkan kemudian beliau memberi saran kepada seseorang yang kebetulan sedang menganggur, untuk membantunya menjualkan hasil pekerjaan tangannya itu.
Dikisahkan pula, kala itu Nabi Daud AS mencari nafkah dari hasil pekerjaan tangannya sendiri, yakni melunakkan besi. Di tangan Nabi Daud AS, besi tak ubahnya adonan dan lilin.
ia membuatnya menjadi baju zirah (baju besi), kemudian menjualnya ke pasar untuk menghidupi diri dan keluarganya dari hasil penjualannya.
Selain itu dikisahkan pula suatu hari Nabi Sulaiman AS minta ditunjukkan oleh Allah hamba yang lebih bersyukur daripadanya. Allah lalu mengutus Jibril untuk mengajari Sulaiman cara menyepuh perhiasan dengan emas, dan ia membuatnya pada kapak, lalu menjualnya. Begitulah, manusia pertama yang membuat hiasan dengan sepuhan emas adalah Nabi Sulaiman AS.
Diriwayatkan pula dalam sejarah kehidupan bahwa Nabi Idris AS adalah merupakan seorang penjahit, yang selalu menyedekahkan kelebihan dari hasil usahanya setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat sederhana.


Selain itu, ada pula Nabi Zakaria AS yang merupakan tukang kayu. Sementara Nabi Musa AS adalah seorang pengembala.
Dalam sabdanya yang lain: “Adam adalah seorang petani, Nuh adalah seorang tukang kayu. Daud adalah pembuat baju besi. Idris adalah seorang penjahit. Dan Musa adalah pengembala”. (HR Hakim)
Dikisahkan dalam sejarah pula, ketika muda Rasulullah SAW  adalah seorang pekerja yang sangat giat. Beliau menjual jasa menjadi gembala kambing kepada kaum kaya Makkah. Beliau juga menjualkan dagangan milik Khadijah ke Syam, untuk mendapatkan bagi hasil.
Sabda Rasulullah SAW: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dia adalah pengembala domba”. Para sahabat pun bertanya: “Bagaimana dengan engkau, wahai RasululIah?”. Beliau menjawab: “Ya, akupun pernah mengembala domba milik orang Makkah dengan upah beberapa Qirat”. (HR. Bukhari)
Bekerja tidak hanya merupakan sunnah Rasulullah SAW, Allah SWT pun sangat cinta kepada orang yang bekerja.
Sebagaimana diriwayatkan Thabrani dalam Al-Kabir, Rasulullah bersabda, ''Allah mencintai setiap Mukmin yang bekerja untuk keluarganya dan tidak menyukai Mukmin pengangguran, baik untuk pekerjaan dunia maupun akhirat.'' Tsabit al-Banani RA, seorang sufi, berkata, ''Telah sampai kepadaku kabar bahwa ampunan terletak dalam sepuluh persoalan: sembilan terdapat dalam sikap diam dan satunya adalah lari dari manusia (uzlah). Ibadah ada sepuluh: sembilan di antaranya dalam mencari penghidupan (bekerja), dan satunya dalam ritual.''
Dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, ''Siapa mencari dunia secara halal, membanting tulang demi keluarga dan cinta tetangga, maka pada hari kiamat Allah akan membangkitkannya dengan wajah berbinar layak rembulan bulan purnama.'' (Kitab al-Ittihaf, 5/414).
Sebaliknya, Islam juga sangat menentang sikap meminta-minta. Jabir bin Abdullah meriwayatkan, Nabi bersabda, ''Siapa yang membuka pintu meminta-minta, maka Allah pasti akan membuka pintu kefakiran. Sedangkan siapa yang ber-'iffah (menjaga kehormatan diri, tidak meminta-minta), Allah akan menjaganya. Siapa yang mohon kecukupan kepada Allah, dia akan dicukupkan. Seseorang yang membawa tali ke lembah untuk mencari kayu, kemudian membawanya ke pasar untuk dibelikan satu mud kurma, lebih baik baginya daripada meminta-minta baik ia diberi atau tidak.'' (Lihat, Musnad Ahmad, 2/418, Majma' al-Zawa'id, 3/95).
Ada beberapa hal menurut pendapat penulis terkait giat bekerja.
Sudah sejauh mana anda mengenal rasa syukur, rasa sabar, sikap tanggung jawab,


 manajemen waktu dan seberapa gigih usaha yang anda lakukan dengan potensi yang Tuhan berikan pada diri yang seseorang miliki??
Semua orang tentu sudah sangaat paham apa itu sabar, syukur, tanggung jawab, manajemen waktu, dan berusaha dengan maksimal.
Namun, sayang semua hal tersebut dilakukan sesuai standar kacamata kemampuan individu yang katanya memiliki keterbatasan dan kekurangpengetahuan  tanpa mau mengukur, terus belajar apapun, maupun bercermin diri.
Bukan seperti itu Akhi. Bukan seperti itu Ukhti melakukan usaha dengan maksimal.
Melainkan, sudah sejauh mana anda mengenal,memahami dan mengaplikasikan Definisi pepatah ini“Man Jadda wajada”
Diriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah berjumpa dengan Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari. Ketika itu Rasulullah melihat tangan Sa’ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitaman seperti lama terpanggang matahari.
Rasulullah bertanya, 'Kenapa tanganmu ?'
 Sa’ad menjawab, ' Wahai Rasulullah, tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku ,'
Seketika itu, Rasulullah mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata ,'Inilah tangan yang tidak pernah tersentuh api neraka,'
Hikmah dari kisah ini yaitu terdapat tanggungjawab seorang Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari dalam menafkahi anak dan istrinya melalui rizki yang halal. Tangan yang semata-mata berada di jalan Allah SWT dengan penuh keikhlasan dalam menjalankan Amanah.
'Sesungguhnya Allah mencintai seorang mukmin yang giat bekerja.'(HR. Thabrani).
“… Allah serta Rasul-Nya akan melihat pekerjaanmu, kemudian kamu dikembalikan kepada yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS At-Taubah:94) 
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah sekali-kali seseorang itu makan makanan lebih baik daripada apa yang dimakannya dari hasil jerih payahnya sendiri. Dan Nabi Daud AS itu makan dari hasil jerih payahnya sendiri.” (HR. Bukhari).
Dari Aisyah r.a. ia berkata, (Pada suatu hari) Rasulullah saw.


 mendatangiku, lalu melihat beberapa cincin perak, dijariku, kemudian beliau bertanya, "Apa itu, wahai Aisyah?" Saya jawab, "Saya buat cincin ini sebagai perhiasan di hadapanmu, ya Rasulullah." Sabda beliau, "Apakah engkau sudah mengeluarkan zakatnya?" Jawab saya, "Belum" Rasulullah menjawab, "Cukuplah dia yang dapat menjerumuskanmu ke neraka." (Shahih: Shahih Abu Daud no: 1384, ‘Aunul Ma'bud IV: 427 no: 1550, dan Daruquthni II: 105).
Rasulullah Saw juga menegaskan, sebagaimana salah satu wasiatnya kepada Ali bin Abi Thalib: ”Wahai Ali! ” Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lain” (HR. Bukhari)
Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan melimpahnya harta dan benda, melainkan kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.” (HR Abu Ya’la).
Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW sedang berjalan bersama dengan para sahahat, tiba-tiba mereka menyaksikan seorang pemuda yang nampak gagah perkasa sedang bekerja keras membelah kayu bakar. Dan para sahahat pun berkomentar: “Celakalah pemuda itu. Mengapa keperkasaannya itu tidak digunakan untuk Sabilillah (jalan Allah)?” Lantas, Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian berkata demikian. Sesungguhnya bila ia bekerja untuk menghindarkan diri dari meminta-minta (mengemis), maka ia berarti dalam Sabilillah. Dan jika ia bekerja untuk mencari nafkah serta mencukupi kedua orang tuanya atau keluarganya yang lemah, maka iapun dalam Sabilillah. Namun jika ia bekerja hanya untuk bermnegah-megahan serta hanya untuk memperkaya dirinya, maka ia dalam Sabilisy syaithan (jalan setan)”.
Dengan menyimak riwayat hadist tersebut di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa baik atau buruknya serta halal atau haramnya suatu pekerjaan, ternyata ditentukan dari niatnya. Jika kita bekerja dengan maksud untuk menghindarkan diri dari pengangguran misalnya, maka pekerjaan itu baik dan halal. Namun jika tujuan kita bekerja hanya untuk mencari harta serta memperkaya diri sendiri, maka pekerjaan yang kita lakukan itu merupakan pekerjaan hina dan haram, sehingga wajib dijauhi.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah cinta kepada hamba-Nya yang mempunyai hutang usaha, dan siapa saja yang bersusah payah serta bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, lantaran mereka seperti Fi Sabilillah (pejuang dijalan Allah) ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad).
Dari sahabat Abu Hurairah, Bersabda Rasulullah, “Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”. HR. Muslim



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/saya-suka-orang-itu.html