Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Kamis, 28 Juni 2012

== Mana yang Lebih Baik?? Orang Miskin yang Sabar atau Orang Kaya yang Bersyukur ==

Rasulullah Muhammad SAW bersabda pada empat belas abad yang lalu, “Demi Allah, saya tidak takut dengan kemiskinan kalian, akan tetapi saya takut jikalau dunia menjadi lapang bagi kalian sebagaimana umat sebelum kalian sehingga mereka saling memperebutkannya”.
Ibnu Qutaibah dan jamaahnya berpendapat bahwa orang kaya yang bersyukur lebih baik.
Jika kita runut kebelakang, kita akan temukan orang-orang miskin yang sabar, bahkan yang berpredikat nabi sekalipun. Mereka adalah: Isa bin Maryam AS, Yahya bin Zakaria AS, Ali bin Abi Thalib, Abi Dzar Al-Ghifari, Mush’ab bin Umair, Salman Al-Farisi Radhiyallahu ‘Anhum.
Sebaliknya juga ada orang-orang kaya yang bersyukur, seperti: Ibrahim AS, Ayub AS, Dawud AS, Sulaiman AS, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Talhah, Zubeir, Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu ‘Anhum, dan masih banyak lagi.
Lalu mana yang paling baik?
Kalau kebenaran kita sandarkan hanya pada akal, jawaban tersebut tidak akan ditemukan. Tetapi jika standar kebenaran adalah Al-Qur’an, jawaban tersebut sangat jelas.
Allah swt berfirman,“Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertakwa diantara kalian” (QS. Al-Hujurat: 13).
Lalu, seperti apa takwa yang diinginkan Islam? Kalau kita kembali runut dalam Al-Qur’an jawabannya akan semakin terlihat. Allah swt berfirman,“Maka bertakwalah sesuai kadar kemampuan kalian” (QS. At-Taghabun: 16).
Artinya stressing point dari lafal “takwa” adalah proses, dalam hal ini adalah usaha. Yakni usaha seorang hamba untuk mentaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (lih. QS. Al-Hasr: 7). Artinya, kebaikan bukan terletak pada kaya-miskinnya, tetapi lebih pada syukur dan sabarnya.
Bertolak dari hal ini, maka kita akan temukan golongan ketiga yang sangat sulit untuk dicari di zaman ini. Golongan ini mendapat dua predikat sekaligus; miskin dan kaya. Karena kesederhanaannya golongan ini terlihat miskin, disisi lain merupakan golongan orang yang berada dengan pendapatan yang melimpah. Dia adalah Nabi kita Muhammad SAW. Wallahu a’lam.
(Lih. Majmû’ Fatâwa Ibnu Taimiyah, Bab Al-Adâb wa Al-Tashawwuf, Fasl: Ayyu huma Afdhal; Al-Faqîr Al-Shâbir Aw Al-Ghaniy Al-Syâkir)
Dikisahkan seorang sahabat Rasul SAW, Ubay bin Ka’ab pernah memberikan gambaran yang jelas tentang hakikat taqwa. Pada waktu itu, Umar bin Khaththab bertanya kepada Ubay tentang apa itu taqwa. Ubay balik bertanya : “Apakah Anda tidak pernah berjalan di tempat yang penuh duri?” Umar menjawab : “Ya.” Ubay bertanya lagi : “Lalu Anda berbuat apa?” Umar menjawab: “Saya sangat hati-hati dan bersungguh-sungguh menyelamatkan diri dari duri itu.” Ubay menimpali : “Itulah (contoh) taqwa.”
Sedangkan, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyatakan bahwa orang bertaqwa adalah orang yang telah menjadikan tabir penjaga antara dirinya dan neraka. Orang bertaqwa berarti dia telah mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan Allah murka dan menghukumnya di neraka. Selain itu, ia juga harus mengetahui batasan-batasan (aturan-aturan) Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya.
Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka (Q.S. At-Thalaq : 2-3).
Seorang hamba tidak dapat mencapai derajat taqwa (muttaqin) sehingga meninggalkan apa yang tidak berdosa , semata-mata karena khawatir terjerumus dalam dosa (H.R. At-Tirmidzi, Ibnu Majah)
Rasulullah SAW bersabda:"Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula(pertama kali) tertimpa musibah" (HR.Bukhari)
Rasulullah Saw bersabda: “Bergaullah dengan orang yang apabila engkau memandangnya, dia akan mengingatkanmu kepada Allah, sedangkan perkataannya dapat menambah ilmumu, dan perbuatannya akan membantumu cenderung beramal untuk akhirat.” (Hadits)
Barangsiapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, dizalimi lalu memaafkan dan menzalimi lalu beristighfar maka bagi mereka keselamatan dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh hidayah. (HR. Al-Baihaqi)
Rasul mengatakan: “Man lam yaskuril qalil lam yasykuril katsir” (Siapa yang tidak bisa mensyukuri nikmat yang sedikit, dia tidak akan mensyukuri yang banyak).
Allah berjanji siapa yang mensyukuri nikmat-Nya, pasti Allah akan menambahnya lebih banyak lagi. La in syakartum la azidannakum wa la in kafartum inna adzabi la syadid (QS Ibrahim/14: 7)





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/mana-yang-lebih-baik-orang-miskin-yang.html