Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Senin, 09 Juli 2012

Kala aku juara

Masing-masing dari kita, pasti pernah mengalami sebuah peristiwa yang begitu heroik, dan kita merasa jadi pahlawan sekaligus pemenang dalam peristiwa itu.

Mungkin, kejadian yang aku alami pada saat aku masih kelas 1 SMP (atau kelas VII sekarang), tepatnya pada pertengahan tahun 1996, saat hendak naik kelas 2 (VIII), adalah yang memberiku bekal pertama kali dalam hidup soal ketenangan menghadapi situasi sulit sebagai seorang pemimpin.

Kejadian itu, yang mendidikku secara alamiah bagaimana saat kita dibiarkan sendiri menghadapi kesulitan, dan kerumitan di hadapan kita, apa yang harus kita lakukan.

Seperti biasa, tiap akhir tahun, SMP kami mengadakan perkemahan persahabatan bersama dengan beberapa sekolah tetangga, sedianya untuk menjalin keakraban, meski yang selalu muncul adalah rivalitas dan persaingan sengit.

Perkemahan bersama 4 sekolah, itu agenda tetap SMP tempatku sekolah. SMP Wachid Hasjim bersama 3 SMP Negeri. Dan lawan sengit kami tiap tahun adalah SMPN Maduran. Dua SMPN yang lain, SMPN Sekaran dan SMPN Laren hanya sekedar sebagai penggembira saja. Kami satu-satunya swasta.

Dan "Perkemahan Bersama" yang aku ikuti pada tahun 1996 itu, ternyata "Perkemahan Bersama" terakhir. Setelah itu tak pernah diadakan lagi.

Namun sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, suasana panas dan tegang telah terasa jauh sebelum perkemahan dilangsungkan. Tentu saja antar SMP-ku (yang satu-satunya swasta) dengan rival abadinya, SMPN Maduran. Aku pun merasakan atmosfer yang memanas itu.

Dua minggu menjelang hari H, sekolahku membentuk beberapa regu dan aku dipercaya memimpin salah satunya, regu Garuda. Itu kali pertama aku dipercaya memimpin sebuah tim. Pelajaran hidup pertama tentang leadership yang aku terima.

Tentu saja aku mempersiapkan timku dengan meniru persiapan senior-seniorku. Yang aku rasakan sekali saat itu adalah kekompakan, seniorku banyak mengajariku apa yang harus aku lakukan. Bagaimana juga membagi tugas, menyusun strategi, dan memimpin tim dengan baik.

Semua persiapan sempurna kami lakukan, hanya saja ada satu kejanggalan. Aku awalnya tak sadar, baru tahu setelah salah satu Pinru (pimpinan regu) senior memberitahukan padaku kejanggalan aneh yang bisa mengancam kedigdayaan sekolahku selama ini di dunia Pramuka.

Setiba di bumi perkemahan, yang diadakan jauh dari wilayah sekolah kami, tepatnya di perbatasan Lamongan-Jombang, aku merasakan hal yang benar-benar menggiriskan. Sempat minder dan down, melihat lautan regu dari sekolah-sekolah lain.

Ternyata SMP-ku "hanya" berkekuatan 9 regu saja, yang sebelumnya aku kira sudah merupakan kekuatan besar. Sementara rival terberat kami, SMPN Maduran, menurunkan lebih dari 35 regu, SMPN Sekaran sekitar 15, dan SMPN Laren mengirim 11. Kekuatan yang tak imbang, pikirku kala itu.

Namun senior-seniorku yang jauh lebih pengalaman, mengumpulkan seluruh pimpinan regu, termasuk aku, dan mensupport kami untuk selalu semangat serta menjaga kekompakan. Mereka sukses memompa daya juang dalam hatiku.

Hanya saja, aku tak melihat pembinaku ada bersama kami. Itu kejanggalan yang kurasakan.

Kok beliau nggak menjenguk kami ya, apalagi memberi pengarahan. Dan aku mendapat slentingan kabar jika beliau kayaknya tidak ingin kali ini SMP-ku juara, tapi SMPN Maduran yang beliau juga membina di sekolah itu.

Sempat terpukul mendengar kabar itu, tetapi dalam hatiku berbisik, tak lucu jika bergantung, saatnya membuktikan diri.

Singkat cerita, selama 6 hari perkemahan yang melelahkan, dengan persaingan ketat itu, SMP-ku begitu perkasa. Kekompakan kami mampu mengalahkan jumlah besar regu-regu dari SMP lain. Yang aku ingat, reguku sendiri menyumbang 3 medali emas dari seluruh perlombaan yang kami ikuti.

Aku tak lupa saat melonjak-lonjak dan berjoget sambil menyanyikan lagu "Marina Menari" di depan Posko panitia ketika tahu reguku, Garuda, menang dalam lomba kerapian pakaian, kerapian tenda, dan Baris-berbaris.

Dan pada akhir perkemahan, saat pengumuman pemenang, dan SMP-ku dinyatakan sebagai juara umum, entah siapa yang punya inisiatif, oleh guru-guru pendamping, aku dipercaya mengambil Trophy juara umum atas nama SMP-ku.

Serasa melayang kala aku mengangkat trophy juara itu, padahal tanganku yang kanan dalam keadaan terkilir sebab terjatuh kala aku berlari untuk mewakili reguku, membela sekolahku.

Aku juga masih ingat, bagaimana pembinaku yang sama sekali tak menjenguk kami, terduduk lesu dan malu ketika sekolah yang digadangnya, bahkan dengan rekayasa, gagal mengalahkan kami.

@ @ @

Pelajaran penting yang kudapat adalah :

@ kebenaran al-Qur'an, (kam min fi-atin qolilatin gholabat fi-atan katsirotan bi idznillah) . Banyak kelompok kecil mampu mengalahkan kelompok besar, atas izin Allah.. Tentu saja hal itu diperoleh dengan kekompakan, kerjasama dan persiapan tim yang bagus. Tidak asal menang begitu saja. Ada hukum kausalitas.

Sebab kulihat, SMPN-SMPN yang lain justru terjadi persaingan antar regu mereka sendiri. Sebesar apapun jumlah, jika tak ada kerjasama, tidak ada insijam (keserasian), tidak ada tauhidul fikroh (kesamaan pemikiran), maka hanya bak bumbung kosong belaka. Sangat rapuh.

@ ketenangan; meski suasana genting, ketenangan adalah segalanya, tanpa ketenangan, semua tambah kacau.

@ tidak tergantung pada sosok seseorang, sebab itu justru melemahkan, tapi harus percaya pada kemampuan diri sendiri.

@ menjadi pemimpin itu, harus kuat dalam karakter, tak mudah diombang-ambingkan, dan mampu mengambil keputusan yang tepat dan tegas di saat kurang menguntungkan. Serta mampu memilih anak buah untuk tugas yang tepat. The right man in the right place.

@ sistem dan manajemen yang bagus. Faktor utama daripada sebuah kesuksesan, sebagaimana telah kita ketahui.

@ kualitas jauh lebih penting daripada kuantitas (al-kaif ahammu min al-kamm)

@ terpenting dari pada itu, sebuah kesuksesan dan kemenangan, tak bisa datang begitu saja, harus ada awamil, anashir, dan asbabun nuhudh (faktor, unsur, dan sebab kebangkitan). Perang badar adalah pelajaran besar soal itu bagi kita semua.

@ @ @

Kejadian yang sama, terulang lagi saat aku kelas 3 (IX). Aku sendirian memimpin kelasku dalam classmeeting di SMP-ku sendiri. Kala itu kami sendirian, sebab wali kelasku "meninggalkan" kami (tidak care). Dan pengalaman yang aku peroleh saat kelas 1, kuterapkan kembali, dan lagi-lagi kami muncul sebagai juara umum :)

Experience, is the best teacher.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/kala-aku-juara.html