Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Senin, 02 Juli 2012

Lengser Keprabon :D

Tak selamanya kita mengalami kesuksesan. Kegagalan adalah hal yang pasti pernah kita alami dalam hidup, namun tinggal kita bisa apa tidak menyikapi kegagalan itu. Jika putus asa, maka itu sama saja kita menyerah sebelum bertanding, sebab hidup harus dihadapi. Namun jika kita bangkit dan melupakan kegagalan itu, maka ia hanyalah sebuah bentuk kesuksesan yang tertunda saja. Cuma masalah waktu.
Aku pun mengalami hal itu juga. Dalam berorganisasi, tidak selamanya aku sukses, meski alhamdulillah nisbat kesuksesannya lebih banyak dari kegagalannya.
Kala akhir masa khidmahku sebagai pak menhan, dan sebagai pengurus periode 2000-2001, idaroh kembali menggelar hajat tahunannya, yaitu pemilihan kembali pengurus baru.
Kali ini, para senior pesantren, dan seluruh fungsionaris Idaroh, ingin mdncoba sistem baru. Sebagai penyegaran tentunya, dan juga sebagai latihan bagi seluruh santri.
Akhirnya mulai dari tata cara pemilihan, sampai bentuk organisasi, kami menggunakan sistem negara, sistem parlemen. Ada Fraksi-Fraksinya, ada DPR-nya juga ada MPR-nya, yang mendapat amanat untuk menunjuk serta memilih ketua Idaroh yang baru. Sebelum nanti ketua Idaroh menyusun format kabinetnya.
Ternyata gawe kami kali ini, di samping meriah, berlangsung lebih lama dari biasanya. Tiga hari tiga malam. Biasanya sih cuma beberapa jam saja, memilih ketua atas dasar vooting dari beberapa calon yang diajukan dadakan. Namun kali ini digarap serius.
Alhasil, dalam pemilihan dan rapat di ruang pertemuan pesantren, Aula Imam Bukhori, aku mendapat amanat sebagai ketua MPS, majelis permusyawaratan santri, atau dalam istilah kami, majlisul istisyar. Bawah kami adalah DPS, atau majlisun Nuwwab. Komentar teman-teman waktu itu adalah, saiki pak menhan-e dadi Amin Rais :D
Akhirnya kami masuk pada acara utama, yaitu pemilihan Ketua Idaroh (Rois Aam) yang baru. Ada tiga calon yang diajukan oleh seluruh fraksi, hanya saja satu calon mengundurkan diri. Dan sebelum diadakan pemilihan umum Rois Aam, masing-masing Fraksi saling mengadakan lobi dan membentuk koalisi.
Nah, fraksiku, sebagai fraksi dengan anggota seluruh santri senior, ternyata tak melakukan lobi apa-apa. Kami hanya berkumpul duduk santai bersama calon dari fraksi kami sembari yakin bahwa calon yang memang datang dari kelas kami, akan menang. Apalagi ada Amin Rais-nya :D. Aku sendiri yakin, dan bilang, tak perlu lobi, fraksi kelas satu, itu kelas yang aku jadi wali kelas di situ. Pasti deh mereka akan ikut gurunya, sombong sekali aku kala itu. :-S
Dan saat pemilihan, ternyata jago kami kalah. Entah mengapa saat itu aku sangat gusar dan marah, fraksi kami berkali-kali melancarkan interupsi pada majlis istisyar, dan aku lupa kalau aku sendiri ketua majlis :-D
Ada kesalahan fatal memang saat pemilihan Rois Aam itu, yakni calon kami waktu duduk di depan hadirin, lupa melepas kalung mainan yang dipakainya secara iseng kala duduk-duduk santai dengan kami. Nah, tentu saja hal ini dipandang negatif oleh para junior. Kok calonnya kalungan? Yang pasti calon kami kalah dengan menyakitkan, hanya selisih satu suara.
Sebelumnya, hampir saja egoku muncul. Aku mau memaksakan kehendak pribadi dengan ingin membatalkan hasil pemilihan yang sah itu, tentu saja menggunakan rekayasa. Untung saja tidak jadi.
Alhasil, pada sore hari, saat pelantikan, dan penyerahan mandat oleh MPS pada ketua baru, dengan hati sesak dan memaksakan untuk legawa, aku berpidato dan memimpin majlis, hanya saja dengan nada penuh emosi. Sangat tak bagus sekali. Aku masih ingin calonku yang jadi. Bukan ketua lama yang terpilih kembali.
@ @ @
Pelajaran hidup sangat besar yang secara pribadi ku ambil adalah :
@ Seorang pemimpin yang baik, dia tak lalai dan selalu waspada dengan kemungkinan apapun. Mengganggap remeh sebuah masalah, akan membuatnya bisa kehilangan kendali, dan menggagalkan segala rencana yang disusunnya.
@ Keculasan manusia, seseorang jika terlalu lama merasakan nikmatnya kekuasaan, dan dia tidak punya kontrol moral yang baik, maka dia cenderung diktator dan memaksakan kehendak.
@ Terkadang, sedalam apapun ketaqwaan seseorang, dan dia diuji dengan kekuasaan, sementara Allah tidak Menjaganya, maka semua ketaqwaan itu akan sirna seketika. Sebab dia mendahulukan kepentingan nafsu dan mengedepankan egonya.
@ Arogansi dan kesombongan, adalah penyakit terparah seorang pemimpin yang bisa menghancurkannya kapan saja. Lahir batin.
@ Seseorang yang mengalami masa surut, dan dia tidak rela dengan kenyataan itu, terkadang bisa mendorongnya melakukan segala hal untuk membuatnya tetap ingin bertahan, meski tahu hal itu salah. Jika dia tidak mengaktifkan kontrol moralnya, maka cara terkeji sekalipun pasti dia lakukan. Al-Ghoyah tubarrirul wasilah.
@ Apapun keputusan majlis, suara mayoritas, kita tetap harus menghormatinya dan melaksanakannya, meski hal itu bertentangan dengan pendapat pribadi kita. Tunduk pada pemimpin yang telah disepakati, adalah kewajiban. Meski pemimpin itu tidak cocok dengan nurani kita.
@ Sebuah kesalahan besar jika saat kita tak cocok dengan pemimpin tadi, lantas membuat oposisi yang tidak konstitusional. Sebab itu sama saja dengan memecah belah kekompakan dan menyulut api fitnah yang lebih panjang. Dalam lingkup yang lebih luas, kadang terjadi pemberontakan. Nah dalam fiqih, hal ini disebut Bughot, yang mempunyai hukum khusus.
@ Kalau selamat sih masih untung. Coba jika pemimpin yang baru ternyata wataknya lebih buruk dari dari watak kita. Dan dia lebih kuat, maka tentu malapetaka yang bertumpuk pasti akan kita alami. Jika tidak dipakai lagi dalam formasi, ya disingkirkan secara pelan-pelan. Dalam lingkup politik lebih tinggi, sampai terkadang dibunuh.
@ Sekali lagi, kebijakan dan kebajikan adalah kontrol dari semua itu. Pemimpin yang baik harus sadar, bahwa ada saatnya dia akan turun dari jabatannya, dan itu hukum alam. Maka dia harus mempersiapkan segalanya dengan baik.
Akhir catatan, dari seluruh lima seri catatan dari diaryku tentang kepemimpinan dan politik, terdapat sebuah pelajaran besar. Bahwa uji coba hati yang paling besar adalah dalam kekuasaan. Hubbul Jah. Sangat sedikit sekali, sepanjang sejarah kemanusiaan, orang yang lolos dari jebakan maut permainan nafsu dan setan dalam dunia perpolitikan dan kepemimpinan.
Makanya, nasehat abadi Abuya, Guru besar kami, pada seluruh muridnya adalah, jangan sekalipun terlibat politik praktis. Jika tidak ada Inayah Ilahiyah yang menjagamu, maka kamu pasti terjatuh dalam jurang kehancuran sehancur-hancurnya, wal iyadzu billah.





http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/catatan-dari-diaryku-seri-70-lengser.html