Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Minggu, 22 Juli 2012

~"SIAPAKAH YANG PANTAS BERSEDIH"~

Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah menangis ketika melihat seorang anaknya pada hari raya dengan pakaian yang usang.

Anaknya berkata, “Apa yang membuatmu menangis, ya Amirul Mukminin?”

Umar menjawab, “Putraku, aku takut hatimu bersedih pada hari raya ini. Kamu melihat anak-anak yang lain memakai baju bagus, tetapi kamu memakai baju seperti ini.”

Anaknya berkata, “Ya Amirul Mukminin, yang patut bersedih adalah orang yang tidak memperoleh ridha Allah atau dia durhaka kepada ibu-bapaknya. Dan aku berharap Allah meridhaiku dangan ridhamu.”

Umar menangis. Dia memeluk dan mencium kening anaknya. Dia mendoakannya dengan kebaikan dan keberkahan. Maka dia termasuk orang terkaya sesudah bapaknya.

Sumber: Makarimul Akhlaq


Terdapat banyak ayat yang mendudukkan ridha orang tua setelah ridha Allah dan keutamaan berbakti kepada orang tua adalah sesudah keutamaan beriman kepada Allah. Allah berfirman yang artinya, “Dan Kami perintahkan kepada manusia kepada dua orang ibu-bapanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS. Lukman: 14). Lihat pula QS. Al-Isra 23-24, an-Nisa 36, Al-An’am 151, Al-Ankabut 08.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:


waikhfidh lahumaa janaaha aldzdzulli mina alrrahmati waqul rabbi irhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraan

Artinya:

"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

(QS. Al-Israa' [17] : 24)

Diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud ia berkata:

سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم أي العمل أحب إلى رسول الله ؟ قال الصلاة على وقتها قلت ثم أي؟ قال بر الوالدين

Artinya:

Saya bertanya kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam,

"Amal yang manakah yang paling dicintai Allah dan Rasul Nya?".

Rasulullah menjawab: "Melakukan salat pada waktunya".

Saya bertanya: "Kemudian amal yang mana lagi?"

Rasulullah menjawab: "Berbuat baik kepada kedua ibu bapak."

(H.R. Ibnu Mas'ud).


Di dalam ayat yang ditafsirkan di atas tidak diterangkan siapakah yang harus didahulukan mendapat kebaktian antara kedua ibu bapak. Akan tetapi dalam hadis dijelaskan bahwa berbakti kepada ibu didahulukan dari pada berbakti kepada bapak, seperti dariwayatkan dalam sahih Bukhari dan Muslim:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل من أحواج الناس بحسن صحابتي؟ قال أمك. قال ثم من؟ قال أمك، قال ثم من؟ قال أمك قال ثم من؟ قال أبوك

Artinya:

Bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam ditanya: "Siapakah yang paling berhak mendapat pergaulan yang paling baik dari padaku?". Rasulullah menjawab: "Ibumu". Orang itu bertanya: "Siapa lagi?". Rasulullah menjawab: "Ibumu". Orang itu bertanya lagi: "Siapa lagi". Rasulullah menjawab: "Ibumu". Orang itu bertanya lagi: "siapa lagi". Rasulullah menjawab: "Ayahmu".

(H.R. Bukhari dan Muslim).

Kebaktian kepada kedua orang tua, tidaklah dicukupkan pada saat mereka masih hidup, akan tetapi kebaktian itu haruslah diteruskan meskipun kedua ibu bapak itu sudah meninggal dunia, sedang caranya disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah:

روى أحمد عن أنس بن مالك أنه قال: أتى رجل من بني تميم إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله إني ذو مال كثير وذو ولد وحاضرة فأخبرني كيف أنفق وكيف أصنع؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: تخرج الزكاة من مالك إن كان فإنها طهرة تطهرك وتصل أقرباءك وتعرف حق السائل والجار والمسكين. فقال يا رسول الله؟: أقلل لي: فقال فأت ذا القربى حقه والمسكين وابن السبيل ولا تبذر تبذيرا. فقال : حسبي يا رسول الله إذا أديت الزكاة إلى رسولك فقد برئت منها إلى الله ورسوله فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: نعم إذا أديتها إلى رسولي فقد برئت منها ولك أجرها وإثمها على من بدل لها

Artinya:

Diriwayatkan dari Imam Ahmad dan Anas bin Malik bahwa ia berkata:

"Datang seorang laki-laki dari Bani Tamim kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam seraya berkata:

"Hai Rasulullah! Saya adalah seorang yang berharta dan banyak keluarga, banyak anak serta banyak tamu yang selalu hadir, maka terangkanlah kepadaku bagaimana saya harus membelanjakan harta, dan bagaimana saya harus berbuat".

Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:

"Hendaklah kamu mengeluarkan zakat dari hartamu jika kamu mempunyai harta, karena sesungguhnya zakat itu menyucikan harta dan menyucikan kamu peliharalah silaturahmi dengan kaum kerabatmu, dan hendaklah kamu ketahui hak orang yang meminta pertolongan, hak tetangga dan hak orang miskin.

Kemudian lelaki itu berkata: "Hai Rasulullah! Dapatkah engkau mengurangi kewajiban itu kepadaku".

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam membacakan:

وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا

(Berikanlah kepada karib kerabat haknya, orang miskin dan Ibnu Sabil dan janganlah mubazir).

Sesudah itu lelaki itu berkata:

"Cukupkah bagiku hai Rasulullah, apabila aku telah menunaikan zakat kepada amil zakatmu, lalu aku telah bebas dari pada kewajiban zakat yang harus dibayarkan kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam bersabda:

"Ya, apabila engkau telah membayar zakat itu kepada amilku, engkau telah bebas dari kewajiban itu dan engkau akan menerima pahalanya, dan orang yang menggantikannya dengan yang lain akan berdosa".

Di samping itu diterangkan pula dalam hadits yang lain:

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سئل : هل بقي من بر أبوي شيئ أبرهما بعد موتهما؟ قال نعم، حصال أربع: الدعاء والإستغفار لهما والوفاء بعهدهما وإكرام صديقهما وصلة الرحم التي لا رحم لك إلا من قبلهما، فهذا الذي بقي عليك من برهما بعد موتهما

Artinya:

Bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam ditanya:

"Masih adakah kebaktian kepada kedua orang tuaku, setelah mereka meninggal dunia?.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wa sallam menjawab:

"Ya, masih ada empat perkara, mendoakan ibu bapak itu kepada Allah dan memintakan ampun bagi mereka, menunaikan janji mereka, menghormati teman-teman mereka serta menghubungkan tali persaudaraan dengan orang-orang yang tidak mempunyai hubungan keluarga dengan kamu kecuali dari pihak mereka. Maka inilah kebaktian yang masih tinggal yang harus kamu tunaikan, sebagai kebaktian kepada mereka setelah mereka meninggal dunia".

(HR. Ibnu Majah)




http://romdani45498.blogspot.com/2011/04/siapakah-yang-pantas-bersedih.html