Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Selasa, 10 Juli 2012

Wanita buntung yang begitu beruntung

Sob, pernahkah kau melihat wanita agak tua dengan pakaian kumal, legam kulitnya, bertopi dan berselempang selendang di tubuhnya? Yah, mungkin kita sering melihat mereka dijalanan atau lampu merah. Yups, mereka bekerja sebagai pengemis, yang meneruskan nafas kehidupannya lewat menengadahkan tangannya berharap ada yang memberi sedikit sisa rejekinya termasuk kita. Tadah demi tadah, receh demi receh mereka mencoba mengurai miskin yang meranggas harga diri.
Namun, sungguh tragis sob. Wanita peminta-minta ini buntung. Jelas tidak bertangan, tidak berlengan, tidak bersiku apalagi berjari. Hmmmm...jangan bertanya yang sebelah kanan atau yang kiri, jelas ia cacat.Beliau berlalu lalang di kemacetan dan panasnya sengatan matahari yang memanggang pori-pori, mengubah pigmen lebih gelap menyerupai roti bakar Bandung. Melihatnya, dada ini merasa sesak, hati gerimis, mulut pun gumam tidak mampu berkata-kata. Yang ada dalam pikiran, apa yang bisa saya bantu? Kalaupun uang rasanya tidak akan cukup, hanya bertahan beberapa hari bahkan jam saja.
Dalam termenung, saya coba berfikir terbalik " bagaimana kalau saya yang berada di posisi itu?" mungkin kalau saya sudah gila, apalagi kalau dari kecil sudah seperti itu. Lantas bagaimana denganmu sob?
Sob, sungguh berharganya tangan yang kita miliki. Saya pun tersadar, wanita itu memang pantas untuk kita kasihani bahkan ditangisi. Tapi alangkah naifnya kalau kita tdak lebih sadar untuk mengkasihani dan menangisi diri kita sendiri. Jelas-jelas kita memiliki dua tangan yang utuh, bisa melakukan hal-hal yang lebih dari wanita buntung ini. Namun, terkadang dalam diri kita merasa somboong karena kelebihan ini. Kita merasa malas untuk melakukan apapun, terutama untuk kebaikan. Kita pun lupa bahwa tangan ini ternyata hanya titipan dari Sang Pencipta didunia fana ini yang kelak akan kita pertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
Masih ingatkan kawan lirik syair ini :
akan datang hari, mulut dikunci, kata tak ada lagi. Akan tiba masa, tak ada suara, dari mulut kita. Berkata tangan kita, tentang apa yang dilakukannya. Berkata kaki kita, kemana saja kita melangkahnya. Tiada tahu kita, bila tiba harinya, tanggung jawab kita.... ("Bila tangan dan kaki bicara, Taufik Ismail)
Sob, pastilah amat payah didunia ini hidup wanita buntung itu. Baik dari makan, minum, memakai baju, mencari penghasilannya. Tapi perlu kita garis bawahi sob, tak selamanya wanita itu akan susah dan kita kasihani. Karena kelak akan tiba masanya, bahwa kehidupan berputar seperti roda. Ia akan menikmati jerih payahnya selama hidup di dunia fana ini saat semua manusia berada pada kehidupan yang hakiki (akhirat). Kejadiannya bisa berbalik, wanita itu yang akan mengasihi kita. Kita, orang-orang yang beruntung memiliki tangan semasa hidup di bumi akan tetapi kita akan masuk kedalam orang-orang buntung karena salah memanfaatkan fasilitas yang Sang Pencipta berikan semasa hidup kita. Wanita itu pun akan tersenyum bahagia seraya mengingat-ingat kesusahannya dahulu, ketika kehidupan kedua (akhirat) ini benar-benar terjadi. Ia pun baru akan menyadari bahwa dirinya tak terlalu repot-repot untuk mempertanggungjawabkan kedua tangannya.
Sekarang, apa yang sedang ada dipikiranmu sob? Apakah kita akan menyia-nyiakan nikmat yang sudah ada pada diri kita? salah satunya adalah kedua tangan yang kita miliki. Nikmat yang kita miliki saja belum bisa kita syukuri semuanya dengan baik, tapi kita terkadang sibuk mencari-cari nikmat yang orang lain dapatkan. Apalagi mengambil hak nikmat orang lain. Bersyukurlah sobat pada kondisi apapun, karena Alloh tidak akan membebankan hamba-Nya melebihi batas kemampuan hamba tersebut, yakinilah itu sobat pada dirimu.
Mari sob, mudah-mudahan dengan adanya kisah diatas kita mulai sering untuk bermuhasabah diri dengan umur yang sedang berpacu mendekati kontraknya dari Sang Pemilik waktu.




http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/wanita-buntung-yang-begitu-beruntung.html