"Kang Siang-Malam",julukan akrab seorang pemuda kurus kecil yang sehari-harinya
menuntut ilmu di sebuah pesantren legendaris di Jawa Tengah. Julukan unik itu
disematkan padanya karena sekitar selama 6 tahun, dia tak punya pakaian lain
kecuali yang melekat di badannya.
Jika bajunya itu kotor,diapun mencucinya lalu menjemurnya di atas dinding
kamar mandi yang kebetulan tak beratap. Hal yang membuat pemuda itu terpaksa
bertahan di dalam kamar mandi seraya menunggu baju dan sarungnya kering. Karena
memang tak punya lagi kecuali itu.
Sehari-hari,untuk menghidupi dirinya,dia dengan sukarela menjadi pembantu
teman-temannya dengan jadi buruh liwet nasi. Dengan itu,dia bisa ikut makan
gratis. Pernah suatu hari,tak ada apapun yang dimakannya,sampai dia terpaksa
makan pangkal pisang untuk mengganjal perutnya,yang membuatnya pingsan tersungkur
karena lapar.
Dia pernah bertutur, segala jenis daun pernah dicobanya,dijadikan
sayur,kecuali daun bambu,karena jika direbus,semakin kaku.
Dia benar-benar miskin, sampai mau pulang pun tak bisa. Jadi setiap musim
liburan tiba,saat semua santri bersuka cita pulang kampung,"Kang
siang-malam" harus menelan ludah menahan keinginan itu. Pantang baginya
berhutang. Akhirnya dia pun sendirian di pondok besar yang kini tiba-tiba sunyi
tak berpenghuni.
"Kang siang-malam" tak pernah merasakan manisnya uang kiriman dari
orang tuanya,malah saat berkirim surat minta uang,dia mendapat jawaban pedih
dari ayahnya,"kamu sudah usia baligh,aku tak ada kewajiban menghidupimu
lagi". "Kang siang-malam" maklum,sebab orang tuanya juga sangat
miskin.
Sekali dia punya uang,diberi sama Kyainya. Gembira tak bisa dibayangkan.
Akhirnya dia beli Singkong yang dikeringkan,Gaplek,dan dia jemur. Namun baru
saja dia tinggal gapleknya itu,ternyata gapleknya diserbu rombongan bebek. Yang
pasti gaplek itu tak bisa lagi dimakan,raib lah kesempatan makan enak yang cuma
sekali itu,dan dia hanya bisa menangis melihat gapleknya yang malang.
Pernah pula dia menangis pilu sebab dipanggil
"pencuri",gara-garanya tiap malam dia ke dapur mencari sisa-sisa
kerak nasi untuk dikumpulkan dan dimakan,mengganjal perutnya yang sejak pagi
tak terisi.
Meski seperti itu,kesemangatan belajarnya luar biasa,tak ada yang setekun
dan segigih "Kang siang-malam". Ribuan bait syair dihafalnya di luar
kepala,dia bahkan menjadi salah satu pelajar terbaik di masanya.
Dia menghadapi hidupnya yang pilu itu dengan kesabaran luar biasa,dia selalu
ceria,meski dalam hatinya mungkin menyimpan lara. Tak ada satupun dari ribuan
santri yang tak mengenalnya,dia menjadi teladan bagi teman-temannya. Kemiskinan
sama sekali tak berpengaruh pada daya juang tingginya dalam mencari ilmu.
Perubahan,itu yang dia inginkan, Sebelumnya,dia hanya bocah dekil
penggembala kambing dan sapi. "Kang siang-malam" kecil
menerawang,jika dia hanya begini saja,maka kehidupannya tak akan pernah berubah.
Akhirnya dia memutuskan untuk berkelana,mencari ilmu,merubah hidup dan masa
depannya.
Untuk menghilangkan dahaga ilmunya,"kang siang malam" nyambi
sebagai penjaga koperasi kitab di pesantrennya,dengan itu dia bisa belajar dan
baca gratis. Mau beli buku dari mana? Uang buat makan saja tak ada.
Hingga pada suatu ramadhan,dia berkenalan dengan seseorang dari pesantren
lain (tradisi pesantren,jika Ramadhan tiba,terjadi "pertukaran
pelajar" antar pesantren untuk tabarrukan di pesantren lain). "Kang
siang-malam" begitu akrab dengan teman barunya tadi.
Ramadhan pun usai,dan "Kang siang-malam" kembali dengan
aktivitasnya lagi. Sampai suatu saat,dia mendengar bahwa teman barunya itu
telah berhasil belajar ke Makkah. "Kang siang-malam" terperangah,dia
ternganga,jiwa petualang dalam dirinya mendadak membuncah,dia juga ingin ke
Makkah,bagaimana bisa belajar ke sana. Dia sama sekali lupa,bahwa dia teramat
sangat miskin.
Akhirnya dia pun mencari jalan,dan dia pun pulang,menceritakan keinginannya
pada orang tuanya. Namanya orang desa,petani lugu,orang tuanya pun
bercerita-cerita perihal keinginan anaknya pada siapa saja. Namun komentar yang
didapat oleh orang tuanya,begitu pilu, dan menyakitkan hati.
"Hah? Apa? Ke Mekkah? Orang
Mustahiq zakat kok ingin ke Mekkah,jangan mimpi!". Kesedihan tak terkira
dirasakan orang tua "kang siang-malam" atas cemoohan itu. "Kang
siang malam" pun juga kelu,kelu sekali mendengar kalimat itu,hatinya
tercabik-cabik. Tapi dia sadar,memang miskin,tapi keyakinannya kuat,tak ada
yang tak mungkin bagi Allah Ta'ala.
Hingga akhirnya nasib berpihak padanya. Suatu hari,seorang Syaikh dari
Makkah datang Muhibah dakwah ke Indonesia,dan "Kang siang-malam"
memberanikan diri menemui ulama agung itu,mengutarakan keinginannya. Dan sang
Syaikh langsung mengajaknya.
Ya ! "Kang Siang-Malam" akhirnya benar-benar berangkat ke
Makkah,impiannya tersampai,tak ada seorang pun yang tahu,tak juga orang tuanya.
Hingga beberapa bulan kemudian,dia berkirim surat pada orang tuanya,mengabarkan
bahwa dia telah berada di Makkah. Ibunya seketika terduduk lemas di tanah,tak
percaya sekaligus haru dan bahagia tak terperi,keluarga semiskin itu,yang hanya
makan nasi seminggu sekali,anaknya bisa ada di Makkah,Allahu Akbar,Maha suci
Allah,benar-benar mimpi di siang bolong. Entah bagaimana pula wajah orang yang
pernah mencemoohnya mendengar kabar itu.
Sejak itu,kehidupan "Kang siang-malam" berbalik. Allah membalas
segala kesabarannya semenjak kecil. Kehidupan barunya penuh madu. Hingga dia
pulang kembali ke tanah airnya setelah 10 tahun di tanah suci,menyebarkan ilmu
yang didapatnya,dan kini,"Kang siang-malam" termasuk salah satu
ulama' yang disegani serta diperhitungkan di kabupatennya,dan lebih daripada
itu. Kegigihan dan kesabaran serta kesemangatan dan daya juang yang langka,yang
seolah sangat mustahil,membuahkan madu kehidupan yang sangat indah... Masya
Allah Laa Quwwata illa Billah
"Kang Siang-Malam",dengan keadaannya yang menggiriskan hati itu,
mengajarkan pada kita keberanian untuk bermimpi,bercita-cita tinggi dengan
keyakinan penuh untuk meraihnya,serta rasa tawakkal,sabar,ridho dan pasrah yang
luar biasa pada Allah Ta'ala
"Kang Siang-Malam", Lelaki pemilik himmah,kemauan,yang meruntuhkan
gegunungan.. Himmatur rijal tahdimul jibal
- - - o o o - - -
Kisah di atas,adalah kisah yang kuletakkan di atas nampan pualam,dan
kubungkus dengan tilam. Kisah utama yang selalu jadi inspirator sekaligus
motivator serta cambuk pelecut bagiku dan seluruh adik-adikku,karena kisah di
atas,adalah kisah nyata masa lalu orang tuaku. Kisah yang dialami sendiri oleh
Babaku.
Semoga Allah Menjagamu dan Memberkatimu selalu dalam perjuanganmu, Baba :-)
Pernah suatu hari,Umiku memergoki Babaku sedang menangis dalam diam,sembari
beliau memperhatikanku dari balik jendela rumah, beliau menitikkan airmata saat
melihatku dengan begitu ceria bersepeda. Kala umiku bertanya,ada apa,lirih
Babaku menjawab, "Kecilku dulu tak pernah merasakan seperti apa yang
dirasakan anak-anakku sekarang. Alhamdulillah,cukup aku saja yang merasakan
pahitnya hidup itu".
Semoga teman-teman bisa mengambil pelajaran dari kisah di atas :)
http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/kang-siang-malam.html