Siapa saja yang ingin bangunannya
tinggi dan kokoh, ia harus membuat fondasi yang kuat. Amal adalah bangunannya,
sedangkan iman adalah fondasinya. Jika fondasi tersebut kokoh, maka bangunanpun
akan tegak kuat menjulang, sebaliknya kalau fondasinya lemah atau rapuh, maka
bangunan pun akan runtuh.
Orang yang mengenal hakikat
ini, ia akan lebih memperhatikan fondasi daripada bangunan. Allah Subhanahu Wa
Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an:
Afaman assasa bunyaanahu 'alaa
taqwaa mina allaahi waridhwaanin khayrun am man assasa bunyaanahu 'alaa syafaa
jurufin haarin fainhaara bihi fii naari jahannama waallaahu laa yahdii alqawma
alzhzhaalimiina
Artinya:
" Maka apakah orang-orang yang mendirikan
mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik,
ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh,
lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam.
Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
(QS. At-Taubah [9]:109).
Oleh karena itu, dirikanlah bangunan
amal di atas fondasi iman yang kokoh sehingga apabila di antara bangunan amal
ada yang retak, atau rusak, maka akan dapat diperbaiki dengan mudah dan bahaya
pun lebih kecil.
Fondasi bagi amal yang bernama iman
ini terdiri atas dua hal:
1. Benarnya makrifat tentang Allah,
tentang asma dan sifat-sifat-Nya.
2. Kepatuhan totalitas kepada-Nya
dan kepada Rasul-Nya.
Inilah fondasi terkuat bagi bangunan
amal si hamba, maka lindungi dan peliharalah ia. Kemudian sempurnakanlah
bangunan dengan akhlak karimah dan berbuat ihsan kepada yang lain, dan
pagarilah dengan dinding waspada sehingga tidak diterjang musuh dan cacatnya
tidak kelihatan. Berilah pintunya dengan kunci berupa diam menahan diri dari
hal-hal yang ditakuti akibatnya.
Wallahu'alam…