Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Rabu, 27 Juni 2012

Ono Kodok diMPLOK, Ono Kadal diUNTAL

♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥

Bagi Orang jawa, bahasa diatas tidaklah susah untuk memahaminya. Sebuah “lelucon” yang disematkan bagi manusia yang suka “NYANTAP” semua hal. Tidak lagi mempedulikan halal, makruh bahkan Haram sekalipun masuk “tong sampah” yang berwujud perut.
Pernah suatu ketika saya teringat akan sebuah candaan seorang teman di kampung saya.
“sebuas-buasnya Singa atau macan paling hanya makan daging, tapi kalau sebuas-buasnya manusia, tidak hanya daging, Uang Rakyat, bahkan ASPAL pun dimakan”. Saya kemudian diceritakan tentang Proyek pengaspalan jalan Kampung yang sebagian ASPAL bantuan dari “ATAS” disunat oleh Jajaran “yang mengurusi”.
Hmm, bisa jadi menjelang pemilu banyak orang tergila-gila ingin nyari muka (baca : kursi perlemen) agar bisa ngeMPLOK Kodok ataupun ngUNTAL Kadal proyek-proyek yang bernilai Wah….. Sehingga tak jarang diantara mereka yang memakai politic money, memakai ijazah palsu, ataupun mencari pendukung di kalangan pelacur.
Dilain waktu bisa pula menggunakan Aji Mumpung. Mumpung ada Kodok yaa diMPLOK, adanya Kadal yaa diUNTAL. Aji mumpung memang bisa digunakan sebagai senjata untuk mengembalikan “modal” awal jadi wakil rakyat, minimal BEP.
Namanya juga manusia, para perumus Undang-undang negara Indonesia juga punya anak dan istri, butuh bayar listrik, butuh bayar air, butuh bayar cicilan rumah, butuh bayar cicilan mobil mewah, bayar simpanan-simpanan, dan bayar-bayar yang lain. Sehingga benaknya tidak bakalan lepas dari kepentingan pribadi.
So, kita juga sendiri yang menilai “kepantasan” beliau-beliau calon wakil rakyat dalam membuat Undang-undang. Kalau memang jauh dari kriteria pantas, masihkah memiliki harapan pada beliau?. Bukankah harapan bagi kaum muslimin hanyalah kepada Allah dan orang-orang yang beriman??



http://romdani45498.blogspot.com/2011/03/ono-kodok-dimplok-ono-kadal-diuntal.html