Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Senin, 07 Mei 2012

TAKKALA MATA MENATAP..... Tuing-Tuing @_@

Suatu ketika, seorang mubaligh kenamaan dari Bandung, berbicara perihal seorang temannya. Begini ceritanya.
Beliau ini, punya seorang teman Insya Allah soleh sekali. salah satu bukti dari kesolehannya ini yaitu dia mengikuti sunnah Rasul untuk ghadul bashar atawa menundukkan pandangan. Sejak umur 12 tahun boleh di bilang kalo ketemu makhluk “bermerek” perempuan, dia tuh bawaannya nunduk aja, meskipun sebetulnya tetap memperhatikan pembicaraan lawan bicaranya itu.
Termasuk ke dosennya, kalo dosennya perempuan ya sami mawon sama saja dia tetap enggak suka lihat wajah dosennya itu.
Pokoknya dia menjaga betul pandangannya dari melihat kaum hawa. Bahkan daripada melihat film yang ada artis wanitanya, dia sih mendingan tidur aja….
Alhamdulillah prestasinya di sebuah jurusan terfavorit di ITB luar biasa bagus. Selepas dari S1, Ikhwan ini langsung di tawari S2. Dan subhanallah dalam 4 semester program studinya ini pun diselesaikannya dengan cemerlang. Lalu diapun berniat meneruskan masa belajarnya di S3.
Suatu ketika, Ikhwan ini pergi menuju rumahnya. Dia duduk bersebelahan dengan seorang perempuan berjilbab. Tapi kursi di antara dia dan Akhwat itu kosong. Sebab Akhwat itu tahu, bahwa semua penumpang mobil itu adalah kaum adam. So dia memborong kursi di sebelahnya agar tak berjejalan dengan Ikhwan.
Kemudian ditengah perjalanan mereka berhenti, untuk makan di sebuah restoran. Mereka kebetulan duduk bertiga. Yaitu teman munaligh itu, si perempuan dan seorang laki-laki.mereka ngobrol saja tentang banyak hal. Tapi si laki-laki yang satunya lagi malah bengong, dia nggak ngerti, orang bicara kok malah pada nunduk. Dia Tanya, : “Kalian ini aneh…ngobrol tapi kok nggak saling lihat?”
Trus si Akhwatnya bilang, kurang lebih begini: “kami menghargai manusia dengan hati kami. Bukan dengan mata kami yang sarat akan kepalsuan…,”
Bla…bla…bla…
Ketika melanjutkan perjalanan. Sang Ikhwan nanya, dimana rumah Akhwat itu. Trus si Akhwat nerangin alamatnya. Dan mengizinkan si Ikhwan berkunjung kerumahnya.
Besoknya, pagi-pagi, Si Ikhwan sudah berkemas pergi kerumah Akhwat itu. Kira-kira jam 10, ketemu bapak sang Akhwat.

 Setelah ngomong-ngomong sebentar, lalu dia mengutarakan niatnya. “Saya berniat untuk melamar putri bapak, bagaimana?”
Eh, ternyata si Akhwat setuju. Bapaknya sih manut saja. Udah gitu si Ikhwan ngomong lagi. “Insya Allah nanti sore, ba’da ashar saya ingin melangsungkan akad nikah dengan putri bapak. Bagimana?” Eh…lagi-lagi si Akhwatnya merespon positif.
Akhirnya sore itu merekapun melangsungkan sebuah pernikahan di sebuah masjid di dekat rumah sang Akhwat.
Besoknya, ternyata sang Ikhwan di larikan ke rumah sakit. Pak mubaligh menengok. Ketika di tanya, sang Ikhwan hanya menjawab he..he.. sambil tersenyum-senyum. Sorenya dia kembali ke rumahnya. Besoknya dia dilarikan lagi ke rumah sakit. Ditengok lagi. He…he…lagi dia tersenyum.
Pas kali ketiga Pak Mubaligh bertanya: “Ente ini kenapa sih bolak balik ke rumah sakit?”
Akhirnya si teman cerita. Dia bilang...’Belum pernah saya melihat keindahan istri saya. Sehingga ketika saya melihatnya, bruk…saya pingsan, hingga harus di larikan ke rumah sakit. Pas melihatnya lagi, bruk…lagi saya pingsan…! Hmm... ya ya ya... www.ada_ada_aja.com heuyheuy... ^_^, ^_^
Para sahabatku cerita itu jelas berakhir bahagia. Nah, disini Q mau nanya, apa sih hikmah yang dapat di ambil dari pingsan Sang Ikhwan itu ? *SELAMAT MENJAWAB*

He he he.... ^_____^



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/takkala-mata-menatap-tuing-tuing.html