Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. [Q.S, Al-A’raaf :26]
--------------------------------------------------------------------------------------------------
"Pagi yang istimewa”, batinku tadi pagi sembari
mengeluarkan motor dari garasi, aku baru saja menyadari ada yang berbeda di
pagi ini. Nuansa alam yang kusuka : mendung sedikit panas. Suasana yg punya
nuansa tersendiri bagiku, nuansa romantis.
Setiba dikampus, aku menjalani kehidupan kampus dengan ceria. Mengajar dan
kuliah kali ini cukup menyenangkan. Hmm, menjadi wanita populer memang
menyenangkan. disapa banyak kalangan, diperhatian banyak orang, dan yang pasti
ini menjadi peluang agar bisa memberi lebih banyak manfaat bagi orang..
Sore menjelang petang. ” Saatnya pulang”, pikirku. Aku
melangkah menuju lapangan parkir yang terletak di sudut kampus. Masih tersisa 5
motor, motorku salah satunya. Hmm, cukup sepi ternyata. Namun tiba-tiba, aku
mengernyitkan dahi dan tanganku tertahan. Ada amplop cantik berwarna biru muda
terselip di keranjang kecil motorku. Awalnya tanganku ragu untuk mengambilnya,
sampai akhirnya kuyakini amplop itu tak lain adalah untukku, walau identitas
pengirim tak terbaca oleh mata jeliku.
Kucoba merobek tepi amplop itu, hingga kutemukan secarik kertas berwarna
putih dengan tulisan besar.
Deg!
Seketika mataku terbelalak, bibirku tak bergeming, tanganku berkeringat
dingin, dan ... ” Yaa Allah!” aku berteriak.
” Ternyata, tak sesholehah yang kukira..!”.
Lututku lemas, dan tubuhku jatuh terduduk.. Aku.. aku menangis seketika itu
juga membaca sepucuk surat yang hanya bertuliskan 1 kalimat itu. Tulisan tangan
berwarna merah yang dibuat dengan ukuran ekstra besar.
Sepanjang perjalanan pulang dengan mengendarai motor, hampir sering aku
melamun. Klakson motor dan mobil menegurku berkali-kali. Puffh, di otakku hanya
ada kejadian itu. Hanya itu. Hanya itu. Sampai akhirnya setibaku dirumah, wudhu
menjadi pelarianku. Adzan magrib yang bersahut-sahutan itu makin membuatku
ingin bergegas. Bergegas takbir, sujud dan salam. Sudah cukup, hatiku tak kuat
lagi menahan teguran itu..tangisanku meledak tak tertahankan.
Aku hanya wanita yang dititipkan beberapa keindahan oleh-Nya. Pintar, kaya,
cantik dan sholehah. Setidaknya itu menurut banyak orang dikampusku. Begitu
kebanyakan penilaian orang padaku. Namun, sejak kejadian sore itu, hatiku
terhenyak, seakan aku disadarkan akan suatu hal yang sering terlupakan.
Kupikir aku termasuk muslimah yg cukup berilmu. Tapi ternyata, kajian-kajian
keIslaman yg sering aku ikuti belum bisa teraplikasikan dlm hidupku.
Ya, kupikir aku sholehah. Tapi ternyata, aku tak sesholehah yang
kukira...
Kupikir aku termasuk muslimah yang dicintai banyak orang. Tapi ternyata, tak
sedikit yang sakit hati hanya karena lisanku. Apa karena aku masih
kekanak-kanakan, sehingga tak cukup dewasa menanggapi omongan orang?
Ya, kupikir aku sholehah, tapi ternyata, aku tak sesholehah yang
kukira...
Kupikir aku termasuk muslimah yang teguh dalam pendirian. Tapi ternyata, aku
sempat terpikir untuk melepas jilbab yang telah lama kupakai, entah
mengapa. Kini aku bebas berikhtilat dengan lawan jenis, berfoto bersama mereka,
mengupload-nya di facebook. Mengumbar foto-fotoku di album foto di facebook, di
Blog yang aku kelola, dan masih banyak lagi. Mungkin aku terlihat cantik
dihadapan orang lain. Tapi entah, apakah aku terlihat cantik dihadapan
penciptaku?
Ya, kupikir aku sholehah. Tapi ternyata, aku tak sesholehah yang
kukira...
Kupikir aku termasuk muslimah yang mampu menjaga hijab. Tapi ternyata, aku
masih saja belum bisa menjaga hati terhadap lawan jenis, apalagi kalau ada
ikhwan yg tampan atau aktivis kampus, sampai kadang mata dan hati ini terlarut
oleh perasaan, sehingga muncul virus-virus perusak hati, seakan terlupa oleh
ayat Allah: ”Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Surah Al-Israa’
: 32).
Ya, mendekati zina! Aku.. aku mengakui itu adalah kebenaran. Tapi kini aku
merasa aku menjadi wanita yang lemah tak berdaya, karena aku menyerah saat tahu
bahwa aku terlanjur terpenjara oleh perasaan cinta yang tak halal.
Ya, kupikir aku sholehah. Tapi ternyata, aku tak sesholehah yang
kukira...
Kupikir aku termasuk muslimah yang mampu menjaga niatan dalam hati. Tapi
ternyata, aku bangga menjadi wanita populer yang sering menampakkan diri di
depan umum. Aku memang bukan sedang mengikuti ajang puteri indonesia yang
intinya pamer kecantikan dan kepintaran... tapi, hatiku gampang terkotori untuk
bangga mendapatkan pujian. Hatiku mudah terprovokasi untuk riya’..
Ya, kupikir aku sholehah. Tapi ternyata, aku tak sesholehah yang
kukira...
Kupikir aku termasuk muslimah yang istiqomah mengamalkan ilmu agama. Tapi
ternyata, aku kadang masih mau berduaan dengan lelaki yang bukan mahram. Aku
menyadari, ada muslimah lain yang bisa kuajak menamaniku bertemu lelaki itu,
tapi entahlah.. aku segan memintanya menemaniku. Hhmm segan? Tidak. Aku hanya
ingin sedikit menikmati rasanya berdua dengan seorang lelaki walau dalam tempo
yang tidak lama.
Ya, kupikir aku sholehah. Tapi ternyata, aku tak sesholehah yang
kukira...
Kupikir aku termasuk muslimah yang lembut hati dan tutur katanya. Tapi
ternyata, kadang ada saja orang yg sakit hati karena omonganku. Ya,
kupikir aku sholehah. Tapi ternyata, aku tak sesholehah yang kukira...
Kupikir, aku termasuk muslimah yang banyak berkontribusi untuk da’wah. Tapi
ternyata, aku menjadi muslimah yang tidak jauh beda dengan orang-orang yang
sukanya menghina dan mencela jam'aah lain yang berjuang di jalan dakwah.
Ya, kupikir aku sholehah. Tapi ternyata, aku tak sesholehah yang
kukira...
Aku hampir saja sombong dalam menilai diriku sendiri. Sampai akhirnya, Allah
menegurku dengan kuasa-Nya. Aku tertipu tak lain oleh diriku sendiri. Ya,
kupikir aku sholehah. Tapi ternyata, aku tak sesholehah yang kukira...
Kupikir, aku termasuk muslimah yang qonaah dalam menerima takdir Allah,
tentang pembagian rejeki dan bentuk wajah yang telah diberikan Allah untukku,
tp aku masih suka tak bersyukur dengan mencela betapa sedikitnya penghasilanku
dan betapa kurang cantiknya wajahku dibanding akhwat-akhwat yg lain.
Ya, kupikir aku sholehah. Tapi ternyata, aku tak sesholehah yang
kukira...
Kupikir, aku tak pernah melukai perasaan sahabat-sahabatku. Tapi betapa
mereka sering tersakiti hanya karena sebuah prasangka buruk dariku terhadap
mereka yang belum tentu benar. Betapa seringnya aku enggan untuk meminta maaf
lebih dulu kepada mereka mengingat aku merasa lebih baik dari mereka. Betapa
sombongnya diri ini.
Ya, kupikir aku sholehah. Tapi ternyata, aku tak sesholehah yang
kukira...
Sekarang aku mengetahui, predikat Sholehah hanya Allah-lah yang menilai.
Bukan dari manusia. Kalau dibilang cantik, pintar, kaya, memang iya pernyataan
mereka itu tidak ada yg salah. Tapi kalau sholehah..?? Tidak ada satu
orangpun yg berhak memberi penilaian bahwa aku sudah sholehah, kecuali Allah
Yang Maha Mulia.
Rabbul Izzati..ampuni hamba yg telah dzalim ini.
(sedang mengaca pada cermin.....melihat sesosok wanita dalam raga
ini.....sudah sholehahkah diriku..??)
“Dunia Adalah Perhiasan dan Sebaik-baik Perhiasan Adalah Wanita
Sholehah” [Al-Hadist]
Wallau’alamBishowab
http://romdani45498.blogspot.com/2010/12/ternyata-tak-sesholehah-yang-kukira.html