Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Kamis, 03 Mei 2012

“ Ridha “


Sehubungan dengan apa yang tidak disukainya, seorang hamba bisa menempati salah satu dari dua derajat ini, ridha dan sabar. Ridha adalah yang lebih utama. Adapun sabar, hukumnya wajib bagi setiap insan yang beriman. Mereka yang ridha adalah yang dapat menghayati hikmah dan kebaikan Dzat yang mendatangkan ujian. Mereka tidak berburuk sangka kepada-Nya. Disaat yang lain menghayati beta[a Dia Maha Agung, Maha Mulia dan Maha Sempurna. Ia terhanyut dalam persaksian atas semua itu, sehingga ia tidak lagi merasakan derita. Hanyasanya, Cuma mereka yang benar-benar berma’rifah dan bermahabah (mencintai Alloh SWT) saja yang dapat mencapai tingkatan ini.
            Mereka (bahkan) dapat menikmati musibah yang menimpa, karena mereka tahu bahwa musibah itu datang dari Dzat yang dicintainya. Sabar berbeda dengan ridha. Sabar adalah menahan diri dari amarah dan kekesalan ketika merasa sakit sambil berharap derita itu segera hilang. Sementara ridha adalah berlapang dada atas ketetapan Alloh SWT dan membiarkan keberadaan sakit, walau pun ia merasakannya. Keridhaannya meringankan deritanya. Karena hatinya dipenuhi oleh ruh yakin dan ma’rifah. Bila ridha semakin kuat, ia mampu menepis seluruh rasa sakit dan derita.


            Anas bin Malik RA meriwayatkan dari Rasululloh SAW beliau Rasul SAW bersabda: “ Sesungguhnya jika Alloh mencintai suatu kaum Dia menguji mereka. Barangsiapa yang ridha niscaya akan mendapatkan ridha-Nya. Barangsiapa yang kesal dan benci niscaya Ia akan mendapatkan murka-Nya “. (HR. Tirmidziy, dalam Kitab Az-Zuhud Juz.VII/No.77 dengan Sanad/Jalur Hasan Gharib dan Imam As-Suyuthiy menghasankannya dalam Kitab Al-Jami’ As-Shaghir Juz.II/No. 459).
            Al-Imam Ibnu Mas’ud berkata: “ Sesungguhnya Alloh SWT dengan keadilan dan ilmu-Nya (menjadikan kesejahteraan dan kegembiraan pada yakin dan ridha, serta menjadi kesusahan dan kesedihan pada keraguan dan kekesalan dan kemurkaan “. Alloh SWT berfirman:   “ Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Alloh; Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu “. (QS. Taghaabuun: 11). Berkenaan dengan ayat diatas, ‘Alqamah berkata, “ ini tentang musibah seseorang yang mengerti bahwa musibah itu datang dari Alloh, lalu ia pasrah kepada Alloh SWT dan ridha “.
            “ Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan “.                                   (QS. An-Nahl: 97). Abu Mu’awiyah Al-Aswar menjelaskan maksud kehidupan yang baik adalah ridha dan qana’ah. Suatu ketika Ali bin Abi Thalib mendaapati ‘Ady bin Hatim tengah bersedih, beliau bertanya, “ Mengapa kamu bermuram durja? “ ‘Ady menjawab,       “ Apa tidak boleh, sedangkan dua anakku baru saja terbunuh, pun mataku baru saja tercungkil?” Ali bertutur “ Wahai ‘Ady, barangsiapa ridha terhadap ketetapan Alloh maka sesungguhnya ketetapan Alloh itu tetap terjadi, dan dia mendapat pahala. Dan baransiapa tidak ridha terhadap ketetapanNya, sesungguhnya ketetapan-Nya tetap terjadi dan amalah orang itu pun terhapus “.
            Adalah Abu Darda’ mengunjungi seseorang yang menjelang ajal sambil memuji Alloh, Abu Darda’ berujar, “Anda benar Sesungguhnya jika Alloh menetapkan sesuatu, Dia senang jika diridhai “. Hasan Al-Bashri berkata, “ Barangsiapa ridha terhadap bagiannya, Alloh akan meluaaskan dan memberkahinya. Begitu pula sebaliknya “. Umar bin Abdul Aziz berkata, “ Aku tidak lagi memiliki kebahagian selain menerima apa yang ditakdirkan bagiku”. Beliau pernah juga ditanya, “ Apa yang paling Anda senangi?”, beliau menjawab, “ Semua yang ditetapkan oleh Alloh SWT “.
            Abdul Wahid bin Zaid berkata. “ Ridha adalah pintu Alloh yang terbesar syurga dunia, dan tempat istirahatnya para ahli ibadah “. Sebagian ulama berkata, “ Di akhirat nanti, tidak ada derajat yang lebih tinggi dari pada yang dimiliki oleh orang-orang yang ridha kepada Alloh segala situasi. Maka barangsiapa dianugerahi ridha sungguh ia telah mendapatkan derajat yang paling utama “. Suatu pagi seorang Arab Badui mendapati banyak unta-untanya pada mati. Berkatalah ia,


 “ Tidak! Demi Alloh -yang aku adalah hambaNya-, kalaulah bukan karena kedengkian orang-orang yang dengki, niscaya aku tidak akan senang menerima cobaan paada unta-untaku ini, juga terhadap tidak terhadinya sesuatu yang telah ditetapkan Alloh SWT “. 



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/ridha.html