Mengenai Saya

Foto saya
Pangandaran, West Java, Indonesia
Simple

Kamis, 03 Mei 2012

Surat Cinta untuk Muslimah

Anugerah Allah yang harus di syukuri adalah mentakdirkan kita sebagai Muslimah. Tidak ada satupun agama yang menghargai aurat wanita seperti Islam, aturan dalam menutup aurat yang Allah perintahkan dalam surat Al Ahzab 59 dan surat An Nur 31 telah melindungi wanita dari perlakuan tidak senonoh dari laki-laki zalim, juga menguatkan identitas Muslimah adalah wanita-wanita yang sangat tinggi kemuliaannya di balik hijab syar’inya.
Telah sampai sebuah berita kepada penulis tentang Muslimah yang frustasi dan kecewa berat di sebabkan masalah hati.


 Jika kita berpikir lebih jernih, hal ini sangat di sayangkan,dengan segala konsep yang jelas dalam islam, tentunya Muslimah lebih percaya diri menghadapi segala beban hidup, tegar menjalani masa-masa sulit, dengan tetap menyandarkan beban hidupnya pada Allah Sang Penguasa jagad.
Muslimah memang harus lembut, namun bukan berarti lemah di kala mendapat ujian dalam mengarungi hidup. Muslimah memang harus santun, namun bukan berarti rapuh, hanya karena masalah hati. Tidak pantas menceritakan pada banyak orang dengan terus mengiba agar orang lain mendengarkan keluh kesahnya. Kalaupun harus mengeluh, sewajarnya saja,tidak dengan cara mendramatisir masalah.
Saudariku, mari berkaca pada kehidupan srikandi Islam pertama, wanita mulia yang namanya harum sepanjang zaman. Ia adalah wanita lembut, tapi sangat tegar menghadapi berbagai cobaan hidup, saat suami dalam kegundahan, ia tidak bermanja-manja, justru menguatkan sang suami.
Jibril datang dengan membawa wahyu. Dan sang suami pulang berseru, “Selimutilah aku, selimutilah aku.”
Maka, Ibunda Khadijah dengan cerdas menghibur beliau. Dengan percaya diri dan penuh keyakinan beliau berkata, “Allah akan menjaga kita wahai Abu Qasim, bergembiralah wahai putra pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya sungguh aku berharap agar engkau menjadi Nabi bagi umat ini. Demi Allah Dia tidak akan menghinakanmu selamanya. Sesungguhnya engkau telah menyambung silaturahmi, memikul beban orang yang memerlukan, memuliakan tamu dan menolong para pelaku kebenaran.”
Tentramlah hati Rasulullah berkat dukungan ini dan kembalilah ketenangan beliau karena motivasi pembenaran dari sang istri.
Namun hal itu belum cukup bagi seorang istri yg cerdas dan bijaksana. Ibunda Khadijah menemui putra pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal lalu menceritakan kejadian demi kejadian. Maka tiada ucapan yangg keluar dari mulutnya selain perkataan Qudus.Qudus. “Demi yang jiwa Waraqah ada ditangan-Nya jika apa yang engkau ceritakan kepadaku benar maka sungguh telah datang kepadanya Namus Al-Kubra sebagaimana yangg telah datang kepada Musa dan Isa dan Nuh alaihi sallam secara langsung.”
Bahkan ketika melihat kedatangan Nabi sekonyong-konyong Waraqah berkata, “Demi yang jiwaku ada ditangan-Nya Sesungguhnya engkau adalah seorang Nabi bagi umat ini. Pasti mereka akan mendustakan dirimu menyakiti dirimu mengusir dirimu dan akan memerangimu. Seandainya aku masih menemui hari itu sungguh aku akan menolong dien Allah.” Kemudian Waraqah mendekati Nabi dan mencium ubun-ubunnya.
“Apakah mereka akan mengusirku?” Tanya Rasulullah.


“Betul, tiada seorang pun yang membawa sebagaimana yang engkau bawa melainkan pasti ada yg menentangnya. Kalau saja aku masih mendapatkan masa itu, kalau saja aku masih hidup,” kata Waraqah yang meninggal tak lama setelah peristiwa pertemuan itu.
Sekilas tentang pribadi Ibunda Khadijah cukup sebagai teladan buat para Muslimah masa kini. Bukan waktunya lagi hanyut pada kemudahan zaman, hingga melupakan sang teladan yang sebenarnya.
Teladanmu bukanlah artis yang terkenal karena kecantikannya namun keropos akhlaknya. Teladanmu bukan pula tokoh yang menonjol karena kecerdasan otaknya tetapi miskin iman. Bukan itu wahai ukhti ku.
Muslimah, apalagi yang harus kita keluhkan? Jika hanya karena patah hati,renungi ayat-ayat-Nya. Jika karena jodoh tak kunjung tiba, ingatlah janji-janji-Nya, “Wanita yang keji untuk laki-laki yang keji,laki-laki yang keji untuk wanita yang keji. Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik pula….” (QS An Nur: 26)
Jika masalah dunia yang kau keluhkan, salami ayat-ayat cinta-Nya, “Tiada lain kehidupan dunia ini melainkan main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang bertakwa,maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS al An’am: 32)
Duhai ukhti, perempuan mulia di samping Rasulullah itulah teladanmu yang sesungguhnya. Bukan wanita yang mengajakmu celaka dengan menonjolkan hiasan dunia belak, namun keropos iman dan agama di dadanya. Insya Allah, kita akan bertemu di surge, wahai para Muslimah yang sekuat baja.



http://romdani45498.blogspot.com/2011/01/surat-cinta-untuk-muslimah.html